SANDRA PUSPITA DEWI BAB I

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi dianggap sebagai faktor resiko utama bagi berkembangnya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler pada orang- orang yang telah lanjut usia, hal ini disebabkan ketegangan yang lebih tinggi dalam arteri sehingga menyebabkan hipertensi. Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam (Ritu, 2011).

  Tekanan darah tinggi atau hipertensi ditandai dengan meningkatnya tekanan darah secara tidak wajar dan terus-menerus karena rusaknya salah satu atau beberapa faktor yang berperan mempertahankan tekanan darah tetap normal (Ritu, 2011).

  Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya tekanan darah dalam tubuh (Rusdi dan Nurlaena Isnawati, 2009). Telah diketahui bahwa tekanan darah tinggi adalah penyakit yang berbahaya, karena dapat mempersingkat masa hidup seseorang dan

  1 meningkatkan kemungkinan terkena serangan jantung, stroke, gangguan penglihatan, kerusakan fungsi ginjal, dan pembengkakan arteri terbesar di tubuh (Ritu, 2011).

  Pada prakteknya hipertensi merupakan masalah yang sering juga dihadapi langsung oleh petugas layanan kesehatan primer (dokter umum/keluarga). Salah satu kasus berdasarkan klasifikasi WHO yang cukup sering dihadapi adalah perkembangan “hipertensi borderline“ (140-159/90- 94) yang selama 2 tahun 20,4% menjadi tensi normal, 46,9% tetap tensi

  

boderline , 32,7% menjadi hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit dengan

  multifaktor. Secara umum penyebab kejadian hiperetnsi adalah umur, jenis kelamin, perilaku dan aktifitas fisik tingginya kadar kolesterol darah dan diabetes melitus. Selain itu menurut Patel faktor risiko hipertensi yang lain adalah ras, riwayat hipertensi dalam keluarga konsumsi alkohol dan riwayat merokok, lemak, gula danobesitas. Lipid juga merupakan masalah yang penting dalam mempengaruhi kejadian hipertensi, ini berdasarkan kesimpulan yang di sampaikan oleh Patel dan beberapa penelitian lainnya.

  Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi kolesterol berlebih akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Darah mengandung 80 % kolesterol yang di produksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Selain itu ada Trigliserida yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan yang berbentuk lemak dan juga berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan, yang tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi (Siswono, 2006). Endapan kolesterol apabila terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena dinding pembuluh darah menjadi lebih tebal. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kelenturan pembuluh darah sehingga aliran darah terganggu dan untuk mengatasi gangguan ini jantung harus memompa darah lebih keras ( Laila, 2011)

  Kolesterol banyak diderita oleh para lansia itu dikarenakan karena faktor usia yang semakin lama badan akan semakin malas digerakkan, sehingga kolesterol didalam tubuh akan menumpuk dihati, oleh sebab itu dibutuhkan gerak yang seimbang antara pola makanan dan olahraga agar para lansia terhindar dari kolesterol berlebih, terutama penyakit yang dapat membunuh manusia dalam sekejap yaitu penyakit jantung dan lain lain. Didalam tubuh kita kolesterol sangat diperlukan akan tetapi jika penggunaannya berlebih maka akan terjadi masalah, meskipun mereka mengubah gaya hidup. Pola makan atau yang lain lain jika sudah terkena penyakit yang menyangkut ( ). dengan kolesterol Sutanto,2010 Selain usia, pola hidup modern pun dapat memicu peningkatan tekanan darah. Kesibukan sehari-hari yang menyita waktu, melupakan olah raga dan yang menyenangi konsumsi makanan yang serba praktis dan mengandung kolesterol tinggi, semakin meningkatkan kadar kolesterol di dalam tubuh (Ridwan, 2002).

  Kolesterol yang berada dalam darah berasal dari dua sumber, yaitu dari makanan yang dikonsumsi dan diproduksi oleh tubuh, yaitu dalam hati.Kolesterol yang berasal dari makanan bukan merupakan sumber utama. Karena sekitar 70% kebutuhan kolesterol disintesis oleh hati sedangkan sisanya 30% dari asupan makanan ( Budiana, 2007)

  Kadar kolestrol total yang dianggap ideal adalah dibawah 200 mg/Dl (General Hospital Singapore). Perhatian terhadap kolesterol dimulai sejak adanya pendapat tetang kaitan antara konsumsi kolesteol dan insiden penyakit jantung coroner. Hal ini menekankan akan pentingnya penentuan kolesterol pada hewani, termasuk daging, telur, susu, dan produk-produk lainnya.

  Timbuknya consensus pembatasan kolesterol ikut memperbaiki peraturan kesehatan yang dihasilkan dalam pedoman baru makanan yang khusus membutuhkan kolesterol. Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu problema yang sangat serius karena merupakan salah satu faktor resiko yang paling utama untuk terjadinya penyakit jantung pada seseorang masalah lainya ialah pada seseorang yang tekanan darah tinggi dan perokok (Anwar,2003 ).

  Hiperkolesterolemia dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular. Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi di mana kadar kolesterol darah melebihi 250 mg/dl (Mahan & Escott-Stump 2008). Prevalensi hiperkolesterolemia di Indonesia rentang umur 25—65 tahun menurut Survei Konsumsi Rumah Tangga (SKRT) 2004 adalah sebesar 1.5% dan prevalensi batas tinggi (kadar kolesterol darah 200—249 mg/dl) adalah sebesar 11.2%. Kelompok batas tinggi dapat menjadi hiperkolesterolemia apabila tidak menjaga pola hidup sehat dan seimbang.

  Gaya hidup menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya, dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya (Sumarwan 2002). Suhardjo (1989) menyatakan gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya, dan keadaan. Menurut Pelto (1981) dalam Suhardjo (1989), gaya hidup mempengaruhi perilaku konsumsi dalam keluarga. Perilaku konsumsi dapat diketahui melalui pola konsumsi makan keluarga. Pola konsumsi makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan seseorang dan merupakan ciri khas untuk kelompok masyarakat tertentu (Kardjati dkk, 1985).Kedua perubahan tersebut disinyalir sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan derajat kesehatan manusia.

  Pengaturan pola makan merupakan pilar utama dalam menangani pasien dengan kadar lemak darah tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi profil lipid seperti berbagai penyakit ( DM, h ipertensi , o besitas), gaya hidup ( p ola makan salah, kebiasaan merokok, dan k ebiasaan minum alkohol). (Baraas, 2003).

  Pada umumnya, penyakit kolesterol banyak diderita oleh orang gemuk saja, namun tidak menutup kemungkinan kolesterol juga dapat diderita oleh orang kurus juga, hal ini disebabkan karena faktor makanan yang tidak terkontrol dengan baik sehingga terjadi hal-hal yang tidak terduga sebelumnya (Sutanto, 2010).

  Beberapa jenis penyakit yang saat ini banyak diteliti dan dihubungkan dengan gaya hidup dan pola konsumsi makanan adalah penyakit degeneratif.

  Penyakit degeneratif mencakup kolesterol, diabetes mellitus, kanker, kardiovaskuler termasuk hipertensi. Penyakit kardiovaskuler erat kaitannya dengan kolesterol dan hipertensi yang banyak menyebabkan kematian. Menurut world health organization yang selanjutnya disingkat WHO (2004) menyatakan hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian utama seluruh dunia, terus meningkat, dan menjadi pandemik yang tidak melihat batasan apapun.

  Badan WHO memberikan batasan bahwa seseorang dengan beragam usia dan jenis kelamin apabila tekanan darahnya berada pada satuan 140/90 mmHg atau diatas 160/90 mmHg, maka dikatagorikan sebagai penderita hipertensi (Rusdi dan Nurlaena, 2009).

  Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Kelompok Kerja Serebrokardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun 1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%, dan MONICA Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%.

  Sementara untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi sebesar 38,7%.10. Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi. 9 Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. 8-12 Oleh sebab itu, penyakit hipertensi harus dicegah dan diobati. Hal tersebut merupakan tantangan kita di masa yang akan datang.

  Kasus hipertensi di beberapa Provinsi di Indonesia sudah melebihi rata- rata nasional, dari 33 Provinsi di Indonesia terdapat 8 Provinsi yang kasus penderita hipertensi melebihi rata-rta nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%), Sumatera Barat ( 27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), sumatera Utara (24%), sumatera Selata (24%), Riau (23%), dan Kalimantan Timur (22%).

  Sedangkan dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung tinggi di daerah rban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30-34%. ( Zamhir, 2006)

  Berdasarkan data dari studi pendahuluan di Puskesmas Banjar 2 Kota Banjar, terdapat 6 Posyandu lansia dengan anggota sebanyak 167 orang. Hasil kegiatan kesehatan lansia Puskesmas Banjar 2 Kota Banjar diperoleh jumlah penderita hipertensi sebanyak 118 orang. Kelompok umur yang dibina adalah usia 45 tahun sampai >70 tahun. Dari 16 orang penderita hipertensi terdapat 9 orang dengan kolesterol diatas 200 mg/dl.

  Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan profil kolesterol dengan hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjar 3 Kota Banjar. Dengan lansia middle age antara usia 45-59 tahun.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah hubungan profil kolesterol dengan hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjar 3 Kota Banjar?” C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan Umum : Untuk mengetahui hubungan profil kolesterol dengan hipertensi di Puskesmas Banjar 3 Kota Banjar.

2. Tujuan Khusus : a.

  Melihat karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan berat badan b.

  Melihat status kolesterol pada lansia di Puskesmas Banjar 3 Kota Banjar c. Mengetahui gambaran hipertensi lansia di Puskesmas Banjar 3 Kota

  Banjar d. Mengetahui hubungan profil kolesterol dengan hipertensi di

  Puskesmas Banjar 3 kota Banjar

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dengan cara mengaplikasikan tepri-teori keperawatan dan cara mengukur kolesterol yang di dapat selama perkuliahan khususnya tentang lansia, hipertensi, dan pengukuran kolesterol.

  2. Bagi Responden Sebagai pengalaman dan pengetahuan juga sebagai tolak ukur tentang kesehatan khususnya tentang pengaruh kadar kolesterol terhadap hipertensi pada lansia.

  3. Bagi Instansi ( Puskesmas ) Di harapkan menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan khususnya di Puskesmas Banjar 3 agar dapat meningkatkan upaya pemulihan bagi penderita hipertensi.

E. Penelitian Terkait 1.

  Rahmat dkk, (2012) yang berjudul “Hubungan Kadar Profil Lipid dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Padang Tahun 2012”.Proporsi responden yang mempunyai kadar kolesterol total tidak normal lebih banyak yang mengalami hipertensi dari pada normotensi. Hasil uji statistik chi-square didapatkan terdapat hubungan antara kadar kolesrterol dengan kejadian hipertensi nilai p = 0,04. Dengan nilai OR = 2,09 dan 95% CI (1,1-3,99). Dimana responden yang memiliki kadar kolesterol tidak normal memiliki kolesterol tidak normal beresiko terjadinya hipertensi 2,09 kali lebih banyak dari pada yang memiliki kadar kolesterol normal.

  Persamaan : Sama-sama meneliti hubungan kolesterol terhadap hipertensi Perbedaan : Penelitian ini menggunakan study comperative. Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Etnik Minangkabau yang berusia 35- 65yang berada dikota Padang. Sampel yang digunakan sebanyak 80 rang termasuk drop ut sebanyak 7 orang. Dalam penelitian ini rspondn harus berpuasa selama 10 jam sebelum dilakukan pengambilan darah 2. Karnirius dkk, (2009) yang berjudul “Hubungan kadar kolesterol dengan tekanan darah pada pasien hipertensi diruang penyakit dalam RSUD

  Swadana Tarutung tahun 2009”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 21 responden di ruang penyakit dalam RSUD Swadana Tarutung diketahui mayoritas responden memiliki kadar kolesterol tinggi (≥ 240 mg/dl) berjumlah 10 orang (47,6%). Dari 47,6% responden yang memiliki kadar kolesterol tinggi, 19% responden memiliki tekanan darah sedang, 9,5% memiliki tekanan darah berat dan 19% responden memiliki tekanan darah maligna.

  Persamaan : Sama-sama meneliti tentang hubungan profil kolesterol terhadap hipertensi

  Perbedaan : Penelitian ini dilakukan di RSUD, sedangkan penelitian yang saya lakukan di Puskesmas. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 21 orang.Peneliti menganjurkan pasien agar berpuasa sepanjang malam selama kurang lebih 9-12 jam sebelum pengukuran kolesterol di lakukan.