Evaluasi kemungkinan implementasi just in time produksi : studi kasus pada CV. Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta - USD Repository

  EVALUASI KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI JUST IN TIME PRODUKSI Studi Kasus pada CV. Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Al. Catur Budi Setiawan NIM : 002114121 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

  EVALUASI KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI JUST IN TIME PRODUKSI Studi Kasus pada CV. Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Al. Catur Budi Setiawan NIM : 002114121 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

  

HALAMAN MOTO dan PERSEMBAHAN

Hambatan adalah pintu menuju jalan yang sebetulnya, jalan menuju keberhasilan

kita - yang sering tersembunyi dibalik hambatan - hambatan yang selama ini kita

keluhkan.

Sesungguhnya, kehidupan kita dibentuk oleh masalah-masalah kita. Dengannya,

hanya orang lemah yang mengharapkan kehidupan tanpa masalah.

  Mario Teguh Skripsi ini kupersembahkan untuk : Ayah dan Ibu yang tercinta Kakakku Eko Abdi Prabowo Kakakku Antonius Dwi Nugroho Kakakku Heru Tri Prasetyo

  ABSTRAK

EVALUASI KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI JUST IN TIME PRODUKSI

Studi Kasus pada CV. Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta

  Al. Catur Budi Setiawan 002114121 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009

  Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui proses produksi yang diterapkan oleh CV Komunika Karya Anteronusa. (2) Mengetahui kemungkinan penerapan sistem produksi Just In Time pada CV Komunika Karya Anteronusa. Latar belakang penelitian ini adalah sistem proses produksi Just In time menawarkan proses produksi yang efektif dan efisien tanpa harus menanggung pemborosan biaya persediaan dan menjamin pemanfaatan waktu produksi dengan sebaik-baiknya. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung, observasi, serta dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis komparatif yaitu teknik yang digunakan untuk membandingkan objek penelitian dengan teori sebagai konsep pembanding.Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.

  Hasil penelitian menunjukkan syarat-syarat sistem produksi Just In Time yang dipenuhi oleh perusahaan adalah: (1) Layout proses produksi, (2) Pelatihan tim dan karyawan, (3) Sistem aliran produksi, (4) Zero Inventory pada produksi pupuk padat & cair, (5) Visibilitas atau pengendalian visual, (6) Eliminasi kemacetan, (7) Pemeliharaan Mesin, dan (8) Pemasok. Sedangkan syarat-syarat sistem produksi Just

  

In Time yang tidak terpenuhi antara lain berupa: (1) Penggunaan kartu kanban, (2)

Zero Inventory pada produksi pupuk bubuk kristal, (3) Ukuran lot produksi dan

  waktu setup, (4) Kemampuan proses, Statistical Process Controling dan perbaikan berkesinambungan. Namun apabila perusahaan di masa yang akan datang semakin besar dan komplek maka syarat-syarat sistem produksi Just In Time yang tidak terpenuhi berupa: (1) Penggunaan kartu kanban, (2) Zero Inventory pada produksi pupuk bubuk kristal, (3) Ukuran lot produksi dan waktu setup, (4) Kemampuan proses, Statistical Process Controling dan perbaikan berkesinambungan dimungkinkan dapat terpenuhi.

  

ABSTRACT

AN EVALUATION OF THE POSSIBILITY OF IMPLEMENTATION OF

PRODUCTION JUST IN TIME

A Case Study at CV Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta

Al. Catur Budi Setiawan

  

002114121

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2009

  The aims of this study were to find out: (1) the process of production which was implemented by CV Komunika Karya Anteronusa and (2) the possibility of implementation of production system of Just In Time at CV Komunika Karya Anteronusa. The background of this research was the production system of Just In

  

Time offered an effective and efficient production process without bearing the

wasting of inventory and ensuring production time utilization at best.

  The kind of this study was a case study. The data used in this research were obtained by direct interview, observation, and documentation. The data analysis technique used was comparative analysis, the technique that was used for comparing the research object and the theory as a comparing concept. This research was qualitative research.

  The result of research showed that the conditions of production system of

  

Just In Time fulfilled by the enterprise were (1) production process layout, (2) team

  and employees training, (3) production circulation system, (4) Zero Inventory in solid and liquid fertilizer production, (5) Visibility or visual controlling, (6) Elimination of congestion, (7) Machine maintenance, and (8) supplier. While the conditions of production system of Just In Time that were not fulfilled by the enterprise were (1) the use of kanban card, (2) Zero Inventory in crystal fertilizer production, (3) the production lot size and setup time, (4) process ability, Statistical Process Controlling and sustainable repair. But if the enterprise in the future was bigger and more complex, the conditions of production system of Just In Time that were not fulfilled by the enterprise were (1) the use of kanban card, (2) Zero Inventory in crystal fertilizer production, (3) the production lot size and setup time, (4) process ability,

  Statistical Process Controlling and sustainable repair could be fulfilled.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa di surga atas segala berkat dan rahmat-Nya dari awal hingga terselesainya penyusunan skripsi yang berjudul

  

“EVALUASI KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI JUST IN TIME

PRODUKSI”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

  memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan hati dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bantuan baik teknis maupun non teknis.

  2. Bapak Drs. Yusef Widya Karsana, Akt., M.Si., QIA., selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak memberikan bantuan baik teknis maupun non teknis.

  3. Bapak Drs. Edi Kustanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan untuk memberikan bimbingan, masukan, semangat, nasehat, dan saran kepada penulis dalam menulis skripsi ini.

  4. Ibu M. Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si., Akt., QIA., selaku Dosen Pembimbing

  II yang telah berkenan untuk memberikan bimbingan, masukan, semangat, dan saran kepada penulis dalam menulis skripsi ini.

  5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan kerjasama yang baik selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.

  6. Bapak Hidayat Sumbodo, selaku pimpinan dan pemilik CV. Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di CV. Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta.

  7. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan penuh perhatian selalu memberikan doa, semangat, dorongan, nasehat, serta telah mengorbankan segalanya demi kelangsungan dan terselesaikannya studi penulis.

  8. Kakakku Heru Tri Prasetyo beserta istri, yang tidak ada putus dan hentinya selalu memberikan semangat, nasehat, masukan, kritikan, omelan sehingga penulis sadar dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Kakakku Eko Abdi Prabowo beserta istri dan pasukan kecilnya Dhita dan Pipit, yang selalu memberikan semangat, nasehat yang berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  10. Kakakku Antonius Dwi Nugroho, yang selalu memberikan semangat dan dorongan sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Agnes Widyawati yang selalu memberikan semangat penulis hingga skripsi ini dapat selesai.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ........................ v ABSTRAK ...................................................................................................... vi ABSTRACT .................................................................................................... vii HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ viii HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................. xi HALAMAN DAFTAR GAMBAR.................................................................. xiv HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN............................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

  1 B. Rumusan Masalah....................................................................

  3 C. Batasan Masalah ......................................................................

  3 D. Tujuan Penelitian ....................................................................

  4 E. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

  F. Sistematika Penulisan............................................................... 5

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Produksi Just In Time ................................................... 7

  1. Kalkulasi Biaya Produk Tradisional....................................

  7 2. Keterbatasan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional .............

  9

  3. Kalkulasi Biaya Produk Berdasarkan Aktivitas .................. 10

  4. Just In Time ......................................................................... 13

  5. Pembelian Just In Time ....................................................... 15

  6. Produksi Just In Time .......................................................... 16

  7. Tujuan Just In Time ............................................................. 16

  8. Manfaat Just In Time ........................................................... 17

  9. Hambatan Penerapan Sistem Just In Time ......................... 18

  10. Keuntungan dan Kerugian Implementasi Pemanufakturan Just In Time ............................................ 19

  11. Syarat-syarat Implementasi dalam Sistem Pemanufakturan Just In Time ............................................. 21

  12. Perbedaan JIT dengan Tradisional ..................................... 26

  B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 28

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................... 30 B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 30 C. Subjek dan Objek Penelitian..................................................... 30 D. Metode Pengambilan Data ...................................................... 31 E. Teknik Analisis Data ................................................................ 31

  BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ................................... 34 B. Lokasi Perusahaan .................................................................... 36 C. Struktur Organisasi ................................................................... 37 D. Proses Produksi ....................................................................... 42 E. Pemasaran ................................................................................. 46 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Proses Produksi ........................................................................ 48 B. Perbandingan Proses Produksi dengan Syarat-Syarat Just In Time ....................................................... 59 C. Pembahasan ............................................................................... 64 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................... 69 B. Keterbatasan Penelitian ...........................................................

  70 C. Saran. ....................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 72 LAMPIRAN..................................................................................................... 74

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar2.1. Perbedaan JIT dengan Tradisional ........................................... 27 Gambar 4.1.Struktur Organisasi CV. Komunika Karya Anteronusa ........... 38 Gambar5.1: Sistem Aliran Produksi Pupuk Cair ......................................... 51 Gambar5.2: Sistem Aliran Produksi Pupuk Kristal ..................................... 53 Gambar5.1: Sistem Aliran Produksi Pupuk Solid ....................................... 54

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Just In Time Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Panduan Observasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak terjadi revolusi industri, banyak perusahaan melakukan

  produksi secara besar-besaran untuk memenuhi permintaan pasar yang sangat besar dari sisi kuantitas. Akan tetapi ketika persaingan usaha menjadi semakin ketat, konsumen memerlukan produk dengan kualitas yang tinggi dan berharga murah. Keadaan ini mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperbaiki proses produksinya agar menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dan biaya produksi menjadi semakin efisien. Efektifitas dan efisiensi menjadi hal yang mutlak diperlukan sebuah perusahaan jika mau bertahan hidup dalam situasi yang semakin sulit.

  Efektifitas dan efisiensi proses produksi sebuah perusahaan menentukan masa depan perusahaan tersebut. Ketika proses produksi suatu perusahaan tidak dikelola dengan baik, dapat dipastikan resiko pemborosan sumber daya, tingginya produk cacat dan usang yang tidak layak jual, dan pencurian bahan baku ataupun barang jadi akan semakin tinggi. Hal ini akan berakibat perusahaan mengalami kerugian.

  Konsep proses produksi modern harus mengandung efektifitas dan efisiensi agar mampu untuk menjawab tuntutan jaman dengan segala batasan dan peluangnya. Oleh karena itu, Taiichi Ohno (1995: 1) menciptakan suatu konsep

  2 proses produksi yang dikenal dengan istilah Just in Time. Menurut Taiichi Ohno

  

Just In Time merupakan suatu rangkaian proses produksi dimana suku cadang

  yang diperlukan untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan.

  Persediaan juga dapat menimbulkan biaya yakni biaya penyimpanan. Jika persediaan bahan baku menjadi berlebihan, biaya penyimpanan persediaan tersebut juga akan naik. Hal ini disebabkan karena membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih besar atau banyak, bertambahnya biaya tenaga kerja untuk mengawasi barang-barang tersebut, dan juga semakin banyak waktu pula yang terbuang untuk mengurusi persediaan. Dari segi waktu, proses produksi yang memakan waktu lama juga akan menimbulkan banyak biaya. Biaya tenaga kerja, biaya sumber daya produksi seperti listrik dan bahan bakar juga menjadi tinggi, juga ada resiko konsumen harus menunggu relatif lebih lama untuk menikmati hasil produksi tersebut.

  Adanya persediaan yang nilainya relatif tinggi dianggap sebagai pemborosan yang berdampak negatif pada semangat kompetitif perusahaan.

  Biaya-biaya yang tidak bernilai tambah tersebut akan dibebankan pada harga produk sehingga menjadikannya tidak kompetitif dibandingkan dengan produk yang lain. Agar harga jual lebih kompetitif, perusahaan harus menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah dalam biaya produksi. Untuk memangkas biaya produksi, diperlukan suatu sistem produksi yang efisien dan efektif. Sistem proses produksi Just In Time menawarkan proses produksi yang efektif dan

  3 efisien tanpa harus menanggung pemborosan biaya persediaan dan menjamin pemanfaatan waktu produksi dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya, konsep

  Just In Time ini tidak mudah untuk diterapkan disemua perusahaan, karena

  adanya hambatan-hambatan yang dijumpai, seperti contohnya: budaya kerja, ketersediaan bahan baku yang berkualitas, kemampuan pekerja, kemampuan mesin produksi.

  Dengan mempertimbangkan manfaat-manfaat penerapan sistem proses produksi Just In Time, dan persyaratan-persyaratan sistem proses produksi tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengevaluasi kemungkinan penerapan sistem Just In Time dalam proses produksi di CV. Komunika Karya Anteronusa.

  B. Rumusan Masalah

  Dalam merumuskan permasalahan penelitian, peneliti merumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana proses produksi yang diterapkan di CV Komunika Karya Anteronusa?

  2. Apakah sistem Just In Time produksi dapat diterapkan di CV Komunika Karya Anteronusa?

  C. Batasan Masalah

  Penelitian ini hanya membatasi permasalahan pada penerapan sistem Just In Time dalam proses produksi.

  4 D.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitan adalah untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti mengenai bagaimana proses produksi yang diterapkan oleh CV Komunika Karya Anteronusa dan apakah sistem produksi Just In Time dapat diterapkan di perusahaan tersebut?

E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Perusahaan Dengan adanya penelitian ini, perusahaan dapat menggunakan hasil evaluasi penelitian sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan proses produksi, khususnya proses produksi Just In Time.

  2. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menerapkan teori kedalam praktek yang sesungguhnya bagaimana menjalankan proses produksi secara Just In Time.

  3. Bagi Universitas Melalui penelitian ini, peneliti dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berkenaan dengan implementasi Just In Time produksi.

  5 F. Sistematika Penulisan

   BAB

  I PENDAHULUAN

  Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar

  pembahasan permasalahan yang ada dan ditujukan sebagai landasan untuk mengolah data.

  BAB III METODA PENELITIAN Bab ini akan dijelaskan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu

  penelitian, subyek dan obyek penelitian, data yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

  BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan tentang deskripsi sejarah berdirinya perusahaan

  dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan, personalia, proses produksi dan pemasaran.

  BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi tentang evaluasi data yang terdapat pada

  perusahaan dan pembahasan hasil penelitian mengenai kemungkinan implementasi Just In Time produksi.

  6 BAB

VI PENUTUP

  Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang diberikan kepada perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Produksi Just In Time

1. Kalkulasi Biaya Produk Tradisional

  Kalkulasi biaya produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Seperti telah dijelaskan, pembebanan biaya langsung dan tenaga kerja langsung ke produk tidak memiliki tantangan secara khusus. Biaya- biaya ini dapat dibebankan ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau penelususran penggerak yang sangat akurat. Sistem biaya yang paling tradisional dirancang untuk memastikan hal ini dapat terjadi. Biaya

  overhead sebaliknya memiliki masalah berbeda, hubungan input output yang

  dapat diobservasi secara fisik antara tenaga kerja langsung, bahan baku langsung, dan produk tidak tersedia untuk overhead. Pembebanan overhead harus bergantung pada penelusuran penggerak dan alokasi titik.

  Pada sistem biaya tradisional, hanya penggerak aktivitas tingkat unit digunakan untuk membebankan biaya kepada produk. Penggerak aktivitas tingkat unit (unit level activity drivers) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi. Penggunaan hanya penggerak berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead ke produk mengasumsikan bahwa overhead yang dikonsumsi produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit yang

  8 diproduksi. Penggerak aktivitas berdasarkan unit membebankan overhead kepada produk melalui penggunaan tarif pabrik secara menyeluruh atau departemental. Contoh penggerak tingkat unit yang secara umum digunakan untuk membebankan overhead meliputi:

  1. Unit yang diproduksi

  2. Jam tenaga kerja langsung

  3. Jumlah rupiah tenaga kerja langsung

  4. Jam mesin

  5. Bahan langsung Setelah mengidentifikasi penggerak (drivers) tingkat unit yang mungkin, maka harus memprediksi tingkat output yang diukur oleh drivers tersebut.

  Walaupun setiap tingkat yang wajar dari setiap aktivitas dapat dipilih, masih diperlukan pula aktivitas aktual yang diharapkan dan aktivitas normal.

  Tingkat aktivitas yang diharapkan (expected activity level) adalah output aktivitas yang diharapkan dicapai oleh perusahaan pada tahun yang akan datang. Tingkat aktivitas normal (normal activity level) adalah output aktivitas rata-rata yang merupakan pengalaman perusahaan dalam jangka panjang (volume normal dihitung selama lebih dari satu tahun). Dari dua pilihan tersebut, aktivitas normal memiliki keunggulan berupa penggunaan tingkat aktivitas yang sama dari tahun ke tahun. Sebagai akibatnya hal ini mengakibatkan rendahnya fluktuasi dari tahun ke tahun dalam pembebanan

  overhead per unit.

  9

2. Keterbatasan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

  Tarif pabrik secara menyeluruh dan tarif departemental telah digunakan selama beberapa dekade dan terus digunakan secara sukses oleh banyak organisasi. Pada beberapa situasi tarif tersebut tidak cocok dan dapat menimbulkan distorsi biaya produk yang parah. Untuk perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan produksi canggih akan menimbulkan distorsi biaya yang parah yang ditunjukkan dengan kompetensi yang tinggi pada tingkat dunia, perbaikan yang terus menerus, manajemen mutu total (TQM), kepuasan total pelanggan, dan teknologi canggih. Setelah perusahaan beroperasi pada lingkungan canggih dengan mengadopsi strategi-strategi baru, untuk mencapai keuanggulan kompetitif, sistem akuntansi biaya seringkali pula harus berubah. Secara khusus kebutuhan akan biaya produk yang lebih akurat telah memaksa banyak perusahaan untuk memperhatikan secara serius prosedur kalkulasi biaya. Sistem biaya yang cocok pada masa lalu belum tentu cocok digunakan saat ini. Berikut ini merupakan ciri-ciri sistem biaya yang ketinggalan jaman (Hansen & Mowen, 2000:159): 1) Hasil dari penawaran sulit dijelaskan 2) Harga pesaing nampak sedemikian rendah sehingga tidak masuk akal 3) Produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi 4) Manajer operasional ingin menghentikan produk-produk yang kelihatanya menguntungkan.

  5) Margin laba sulit untuk dijelaskan

  10 6) Perusahaan menghasilkan keuntungan yang tinggi hanya bagi perusahaan sendiri 7) Pelanggan tidak mengeluh atas naiknya harga 8) Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk memberikan data biaya bagi proyek khusus.

  9) Beberapa departemen menggunakan sistem akuntansinya sendiri 10) Biaya produk berubah karena perubahan peraturan pelaporan keuangan

  Dua faktor utama yang menyebabkan ketidakmampuan tarif pabrik menyeluruh dan departemental berdasarkan unit untuk membebankan biaya

  

overhead secara tepat adalah berupa: (1) proporsi biaya overhead yang tidak

  berkaitan dengan unit terhdap total biaya overhead adalah besar, dan (2) tingkat keragaman produk besar.

3. Kalkulasi Biaya Produk Berdasarkan Aktivitas

  Sistem biaya produk berdasarkan aktivitas (activity based costing

  

=ABC) pertama-tama yang dilakukan adalah menelusuri biaya aktivitas dan

  kemudian ke produk. Oleh sebab itu ABC juga merupakan proses dua tahap, tetapi pada tahap pertama menelusuri biaya overhead ke aktivitas bukan ke unit organisasi seperti pabrik atau departemen. Dalam sistem ABC atau tradisional tahap kedua meliputi pembebanan biaya ke produk. Namun sistem ABC menekanan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak

  11 (menekanan hubungan sebab akibat). Sedangkan sistem biaya tradisional cenderung intensif alokasi (sangat mengabaikan hubungan sebab akibat).

  Perbedaan utama dari perhitungan antara dua metode tersebut adalah pada sifat dan jumlah penggerak biaya yang digunakan. ABC menggunakan penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit maupun non unit. Penggerak ini harus mencerminkan hubungan sebab akibat. Dalam istilah praktis, penggerak harus menjelaskan perubahan biaya aktivitas dalam prosentase yang cukup besar. Menurut Hansen & Mowen (2000:160) kriteria ini dapat diuji dengan mempersiapkan rumus biaya untuk setiap aktivitas dan menggunakan

  

2

  penggerak aktivitas yang memiliki R yang tinggi. Pada umumnya jumlah penggerak lebih banyak dibandingkan jumlah penggerak berdasarkan unit yang umumnya digunakan pada sistem tradisional. Sebagai hasilnya metode ABC menghasilkan kalkulasi biaya produk yang semkain akurat. Namun dari perspektif manajerial sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat. Sistem ABC juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menlusuri biaya- biaya secara akurat ke obyek biaya selain produk. Misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Sebagai contoh dengan mengetahui biaya aktivitas pentingnya bagi organisasi, dan seberapa efektif melaksanakannya seorang manajer untuk berfokus pada aktivitas yang mungkin menawarkan kesempatan penghematan biaya aktivitas tersebut telah disederhanakan, dilakukan dengan lebih efisien, dan dileminasi.

  12 Keakuratan kalkulasi biaya produk sistem ABC ditingkatkan dengan menciptakan kelompok biaya dan mengidentifikasikan penggerak aktivitas yang dapat digunakan untuk membebanakan biaya ke setiap kelompok. Karena sejumlah besar aktivitas overhead dikonsumsi secara bersama oleh produk, upaya dan beban dari sistem ABC dapat dipertimbangkan.

  Perusahaan dengan produk tunggal dan berbagai macam produk memiliki masalah dengan keakuratan biaya. Semua aktivitas dan biaya overhead secara langsung dapat ditelusuri dengan produk tunggal.

  Manfaat dari kalkulasi biaya produk yang sama ditemukan dalam lingkungan produk tunggal yang menerapkan proses produksi Just In Time.

  Manfaat ini direalisasikan karena produksi Just In Time pendekatan yang lebih terfokus dari pada yang ditemukan pada produksi tradisional. Penerapan proses produksi Just In Time kalkulasi biaya produk karena berpengaruh pada kemampuan suatu biaya untuk dapat ditelusuri, meningkatkan keakuratan kalkulasi biaya produk, menghilangkan kebutuhan akan alokasi biaya pusat jasa dan mengubah perilaku serta kepentingan relatif dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan demikian untuk memahami pengaruh tersebut, maka dibutuhkan pemahaman fundamental mengenai proses produksi Just In Time dan bagaimana perbedaanya dengan produksi tradisional.

  Tujuan proses produksi Just In Time adalah untuk menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya jika diperlukan dan hanya dalam kuantitas yang diminta pelanggan. Permintaan produk ini

  13 melalui proses produksi. Setiap operasi menghasilkan hanya apa yang diperlukan untuk memenuhi permintaan dari operasi berikutnya. Tidak ada produksi yang dilakukan sampai ada sinyal dari proses produksi berikutnya yang mengidikasikan kebutuhan untuk berproduksi. Komponen dan bahan baku tiba pada saat akan digunakan dalam produksi. Proses produksi Just In

  Time mengasumsikan semua biaya selain bahan langsung digerakkan oleh

  waktu dan ruang. Proses produksi Just In Time memfokuskan pada eliminasi pemborosan dengan menekan waktu dan ruang. Keberhasilan implementasi proses produksi Just In Time membawa perbaikan secara signifikan seperti kualitas yang lebih baik, meningkatkan produktivitas, memngurangi tenggang waktu, mengurangi sebagai besar persediaan, mengurangi waktu persiapan, menurunkan biaya produksi dan meningkatkan produksi.

4. Just In Time

  Menurut Taiichi Ohno (1995:4) :

  Just In Time merupakan suatu rangkaian proses produksi dimana suku

  cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan.

  Gaspersz (1997:128) mendefinisikan :

  Just In Time adalah suatu konsep dasar produksi dengan cara

  memproduksi produk yang diperlukan pada waktu dibutuhkan oleh konsumen, dalam jumlah sesuai kebutuhan konsumen, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi, dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien.

  14 Sistem Just In Time merupakan sistem produksi yang komprehensif dan sistem manajemen persediaan dimana bahan dan suku cadang dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan dan pada saat yang tepat pada setiap tahap proses produksi (Blocher, Chen dan Lin,1999: 90).

  Menurut Henri Simamora seperti yang dikutip oleh Nasution (2004: 2) mengatakan bahwa suatu keseluruhan filosofi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas diperlukan. Tujuannya untuk mengangkat produktivitas dan mengurangi pemborosan. Lebih lanjut lagi, Just In Time didasarkan pada konsep proses yang berkelanjutan.dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya

  Dalam Tjiptono dan Diana (2003: 292) Just In Time mempunyai empat aspek pokok, yaitu: a. Menghilangkan semua aktivitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk atau jasa.

  b. Komitmen terhadap kualitas yang prima.

  c. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi

  d. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah.

  15

5. Pembelian Just In Time

  Pembelian Just In Time mensyaratkan pemasok untuk mengirimkan suku cadang dan bahan baku tepat waktu yang akan digunakan dalam produksi.

  Pasokan suku cadang harus terkait dengan produksi yang juga terkait dengan permintaan. Solusi Just In Time adalah memanfaatkan hubungan pemasok dengan negosiasi kontrak jangka panjang dan dalam jumlah pemasok yang sedikit serta jarak lokasi sedekat mungkin dengan fasilitas produksi, selain itu keterlibatan pemasok lebih ekstensif. Dalam pembelian Just In Time pemasok yang dipilih tidak hanya berdasarkan harga. Kinerja kualitas komponen, kemampuan untuk mengirimkan komponen tersebut tepat waktu dan komitmen pada pembelian Just In Time merupakan pertimbangan yang sangat penting (Hansen dan Mowen, 1997: 373-374).

6. Produksi Just In Time

  Just In Time produksi berdasarkan logika bahwa tidak ada produk yang

  akan diproduksi sampai produk tersebut dibutuhkan. Jumlah unit yang diproduksi sesuai dengan yang dibutuhkan dan pada saat diperlukan. Segala sesuatu yang memilliki jumlah yang melebihi jumlah minimum yang dibutuhkan dipandang sebagai pemborosan, pekerjaan yang dilakukan dan bahan yang dikeluarkan untuk sesuatu yang tidak dibutuhkan saat ini tidak dapat dimanfaatkan saat ini juga.

  16 Produksi Just In Time tidak mengijinkan adanya kontingensi. Setiap bagian diharapkan tepat pada saat diterima. Setiap mesin diharapkan tersedia saat dibutuhkan dalam proses produksi. Setiap komitmen pengiriman diharapkan tepat waktu sesuai dengan jadwal (Chase dan Aquilano,1992: 258, 264 dan 266).

7. Tujuan Just In Time

  Menurut Zulian Yamit, (2000:200) sistem Just In Time pada dasarnya memiliki enam tujuan antara lain : a. Mengintegrasikan dan mengoptimumkan langkah-langkah dalam proses pemanufakturan.

  b. Menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan pelanggan.

  c. Menurunkan biaya pengolahan secara terus-menerus..

  d. Menghasilkan produk hanya berdasarkan permintaan pelanggan

  e. Mengembangkan dan mempertahankan komitmen tinggi bekerjasama dengan pemasok dan pelanggan.

  Sesuai dengan tujuan tersebut maka sasaran utama yang akan dicapai dalam proses produksi Just In Time adalah peniadaan persediaan dalam pabrik (zero inventories), peniadaan produk cacat (zero defect), serta peniadaan gangguan pada jadwal produksi (zero schedule interruption) (Tjahjono, 2002: 48).

  17

8. Manfaat Just In Time

  Rangkaian manfaat yang diperoleh dengan penerapan Just In Time menurut Schonberger dalam Monden (1995) Sistem Produksi Toyota: Suatu

  Ancangan Terpadu untuk Penerapan Just In Time yaitu:

  a. Penerapan Just In Time memungkinkan pengurangan persediaan dengan meringkaskan jumlah produk yang akan dihasilkan tiap batch (lot size) akibatnya kebutuhan ruang dan waktu akan menurun drastis, sehingga manfaat yang dapat dirasakan adalah berkurangnya jumlah persediaan b. Meningkatnya pengendalian mutu yang menyebabkan jumlah produk cacat menjadi semakin kecil.

  c. Penghematan tenaga kerja karena tidak perlu mengurangi produk yang tidak sempurna (rework).

  d. Penghematan bahan baku.

  e. Kesalahan yang dilakukan dapat dengan cepat diketahui karena terbatasnya jumlah produk yang dihasilkan tiap lot, dan umpan balik dapat segera diberikan kepada pekerja.

  f. Kepekaan pekerja meningkat dalam menghadapi masalah-masalah yang ada dan dapat merangsang timbulnya gagasan untuk meningkatkan pengaturan kerja dan mengatur kembali jadwal demi peningkatan efisiensi.

  g. Peningkatan kesadaran terhadap penyebab ketidakaturan output yang mendorong adanya gagasan-gagasan untuk perbaikan output mengakibatkan laju output lebih lancar.

  18

  h. Adanya penghematan biaya secara tidak langsung, terutama biaya untuk menimbun persediaan, biaya ruang dan peralatan untuk menyimpan persediaan, upaya pengendalian persediaan dan sebagainya.

9. Hambatan Penerapan Sistem Just In Time

  Dalam sistem Just In Time biaya pengiriman akan lebih mahal jika sering terjadi pengiriman dalam ukuran kecil, meskipun besar kecilnya biaya transportasi juga dipengaruhi oleh jauh dekatnya jarak antara pemasok ke lokasi pabrik perakitan dan jenis fasilitas transportasi yang digunakan. Dalam banyak hal, kenaikan biaya pengiriman dapat menjadi hambatan dalam penyerahan komponen ke pabrik perakitan.

  Hambatan lain yang perlu dipertimbangkan adalah hilangnya kesempatan untuk memperoleh potongan rabat, karena potongan hanya diberikan kepada pembeli dengan jumlah yang besar. Penerapan sistem Just In Time yang konsisten menuntut agar sumber suku cadang baik yang berasal dari dalam pabrik maupun yang berasal dari luar (pemasok), memproduksi suku cadang sesuai dengan jadwal penyerahan yang dihasilkan oleh sistem Just In Time dari pabrik perakitan. Jika tidak, maka akan terjadi pemindahan biaya pengiriman dari pemasok, kepada pabrik perakitan atau kepada para penjual yang berakibat kegagalan dalam mencapai tujuan sistem Just In Time.

  19

10. Keuntungan dan Kerugian Implementasi Pemanufakturan Just In Time

  Dalam Nahmias (1993: 747) terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi keuntungan dan kerugian dari sistem pemanufakturan Just In

  Time yaitu:

  a. Jumlah persediaan barang dalam proses yang sedikit Keuntungan:

  1) Mengurangi biaya persediaan Biaya yang timbul karena adanya barang dalam proses dapat ditekan seminimal mungkin. Sedikitnya barang dalam proses berkaitan dengan sistem pemanufakturan bersel-sel. 2) Meningkatkan efisiensi produksi 3) Permasalahan mengenai kualitas dapat dipecahkan secara cepat.

  Dengan jumlah persediaan barang dalam proses yang sedikit pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan cepat karena kesalahan dan kerusakan produk dapat dideteksi lebih cepat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki produk juga lebih cepat.

  Kerugian: 1) Memungkinkan peningkatan waktu menganggur bagi para pekerja dapat disebabkan permintaan produksi sedikit. Hal ini dapat terjadi karena pemanufakturan Just In Time hanya akan berproduksi bila ada permintaan dan pasar.

  20 2) Menurunkan rasio produksi, karena dalam penghitungan rasio produksi persediaan barang dalam proses juga merupakan faktor pembanding. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

  Satuan yang dimanfaatk an Rasio produksi = Masukkan yang dimanfaatk an

  b. Sistem aliran Kanban Keuntungan: 1) Menyajikan efisiensi lot yang dapat ditelusuri. karena ukuran lot yang kecil.

  2) Merupakan alat yang murah dalam pengimplementasian Just In Time. 3) Dengan sistem aliran kanban diperbolehkan untuk menetapkan tingkat persediaan barang dalam proses sejumlah yang tercantum dalam kartu

  .

  kanban

  Kerugian: 1) Reaksinya lambat terhadap perubahan permintaan.

  2) Mengabaikan informasi mengenai pola permintaan masa depan.

  c. Koordinasi persediaan dan pembelian.

  Keuntungan: 1) Pengurangan persediaan.

  2) Meningkatkan koordinasi antara sistem yang berbeda. 3) Meningkatkan hubungan dengan pemasok.

  21 Kerugian: 1) Mengurangi pemanfaatan berbagai macam sumber daya.

  2) Membutuhkan reaksi pemasok yang lebih cepat. 3) Membutuhkan kepercayaan dari pemasok yang lebih tinggi.

11. Syarat-syarat Implementasi dalam Sistem Pemanufakturan Just In Time

  Dalam Tjiptono dan Diana, (2001:314-322) terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan Just In Time antara lain: a. Organisasi Pabrik

  Pabrik dengan sistem Just In Time berusaha untuh mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi. Just In Time menggunakan sel kerja (work cell) dengan ukuran lot yang kecil, serta menggunakan kanban untuk produksi, maka tidak ada waktu untuk antri sebelum diproses dan waktu siklus dalam Just In Time kurang dari setengah waktu siklus yang sama dalam sistem tradisional. Sebelum mengatur layout pabrik dalam sistem Just

  In Time , proses-proses yang diperlukan untuk suatu produk harus diketahui

  lebih dahulu. Yang paling sulit adalah menentukan seberapa banyak suatu proses diperlukan dan berapa lama suatu proses digunakan untuk produk tertentu.

  22

  b. Pelatihan/Tim/Ketrampilan Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional, bagaimana cara kerja Just

  

In Time , apa yang diharapkan dari Just In Time dan bagaimana akibat Just In

Time . Dalam Just in Time karyawan pekerja dalam suatu tim yang alami.

  Tim tersebut bertanggungjawab terhadap produk total, dari proses produksi pertama sampai produk dikirim. Masing-masing memiliki tugas khusus, tetapi mereka bekerja bersama, saling mendukung, memecahkan masalah dan memeriksa pekerjaan yang memerlukan pelatihan dan kecakapan.

  c. Membentuk Aliran Penyederhanaan Untuk membentuk aliran produksi suatu lini produksi yang baru dapat di set up sebagai batu ujian menyeimbangkan aliran tersebut dan memecahkan masalah awal.

  d. Kanban Pull System

  Kanban merupakan sistem manajemen atau pengendalian, oleh

  karena itu kanban memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan antara lain: 1) Jangan mengirim produk rusak ke proses berikutnya, sebaliknya hentikan proses, temukan mengapa terjadi kerusakan produk, kemudian hilangkan penyebabnya. 2) Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan. Tidak ada pengambilan tanpa kanban jumlah item yang

  23 diambil harus sesuai dengan jumlah yang disetujui dalam kanban. Sebuah

  job kanban harus mendampingi setiap item.

  3) Memproduksi hanya sejumlah yang diambil oleh proses berikutnya.

  Produksi juga harus sesuai dengan urutan yang ada pada kanban. 4) Meratakan beban produksi. Aliran produksi dari suatu proses ke proses berikutnya perlu dilakukan dalam jarak waktu dan kuantitas yang teratur.

  Jika tidak diratakan, proses sebelumnya akan memiliki kelebihan kapasitas (peralatan dan tenaga kerja) untuk memenuhi proses berikutnya yang merupakan pemborosan. 5) Menaati instruksi kanban pada saat fine tuning. Kanban merupakan alat yang berguna dalam proses fine tuning. Semua instruksi produksi dan transportasi yang berkaitan dengan kapan, seberapa banyak, dimana dan sebagainya dirancang dengan kanban.

  6) Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses, selain itu instruksi/ metode kerja juga harus disederhanakan dan dibakukan e. Visibilitas Pengendalian Visual

  Sistem Just In Time merupakan sistem visual. Pabrik diatur sedemikian rupa sehingga mudah diketahui apakah proses produksi berjalan normal atau memiliki masalah. Visual scan yang dapat memperlihatkan adanya kemacetan atau kelebihan kapasitas. Just In Time mendukung digunakannya papan informasi agar para pekerja mengetahui informasi mengenai status, masalah, kualitas dan lain-lain.

  24

  f. Eliminasi Kemacetan (Bottleneck) Dalam pabrik Just In Time, semua proses dapat menjadi sumber kemacetan potensional karena hanya terdapat sedikit kapasitas lebih dan tidak ada persediaan besi sebagai cadangan bila mesin atau proses berhenti/mati. Untuk mengatasinya, semua proses dalam Just In Time terus- menerus diteliti dengan cermat dan seksama.

  g. Ukuran Lot Kecil dan Pengurangan Waktu Set Up Manfaat utama dari waktu setup yang singkat dan ukuran lot yang kecil adalah orientasi pelanggan, fleksibilitas pemanukfaturan, kualitas yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah.

  h. Total Productive Maintenance

  Total productive maintenance merupakan suatu keharusan dalam

  sistem Just In Time, dimana mesin-mesin dibersihkan dan diberi pelumas secara rutin yang biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin tersebut. Tugas pemeliharaan preventif yang lebih teknis dikerjakan oleh para pakar pada jangka waktu tertentu Mesin-mesin di upgrade dan dimodifikasi terus-menerus agar dapat mengurangi batas toleransi, mempercepat setup dan mengurangi penyetelan/penyesuaian. i. Kemampuan Proses, Stastitical Process Control (SPC), dan Perbaikan

  Berkesinambungan Permasalahan yang dihadapi dalam proses produksi dapat diatasi dengan memahami proses secara menyeluruh serta mengoptimalkan dan

  25 mengendalikan proses dengan metode statistik. Statistical Process Control merupakan metode statistik yang memisahkan varian sebagai akibat dari penyebab khusus dengan varian alamiah sehingga penyebab khusus tersebut dapat dihilangkan dan konsistensi dapat tercapai serta dipertahankan dalam proses, selain itu memungkinkan adanya perbaikan proses. Penerapan konsep statistical process control dilakukan dengan berbagai alat seperti diagram Pareto, diagram sebab akibat, stratifikasi, check sheets, histogram,

  

scatter diagram , run chart, control chart, flowchart dan desain eksperimen.

  Kemampuan proses, Stastitical Process Control (SPC), dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam pemanukfaturan Just In Time karena beberapa hal, antara lain: 1) Segala sesuatunya harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna.