Analisis kemungkinan penerapan JIT [Just in Time] produksi : studi kasus pada PT. Iskandar Printing Textile - USD Repository

  

ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN

JIT (JUST IN TIME) PRODUKSI

Studi Kasus pada PT. Iskandar Printing Textile

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

  

Oleh :

Asri Nurhayati

NIM : 012114211

  

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

Kita tidak pernah diberi impian tanpa kemampuan untuk mewujudkannya

( Ricard Back )

Bukan kebesaran yang menentukan menang atau kalah yang penting jadikanlah

wajar apa adamu dan menjadi dewasa

  

( Douglas Malloch )

Kamu memperoleh kekuatan, pengalaman, kepercayaaan diri melalui setiap

pengalaman dimana kamu betul-betul berhenti untuk melihat ketakutan di

wajahmu

  

Kamu harus melakukan sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan

Skripsi ini kupersembahkan untuk :Ayah dan Bundaku tersayang sebagai ungkapan rasa hormat dan terimakasih

   Suamiku tercinta atas dukungan dan doanya

   Anakku tersayang

  

ABSTRAK

ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN JIT (JUST IN TIME) PRODUKSI

Studi Kasus Pada PT. Iskandar Indah Printing Textile

  

Asri Nurhayati

NIM : 012114211

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

  

2008

Tujuan penelitian ini:1) untuk mengetahui kemungkinan PT. Iskandar Indah

Printing Textile menggunakan system JIT (Just In Time) produksi. 2) Menganalisis

seberapa besar manfaat ekonomi yang diperoleh PT. Iskandar Indah Printing Textile

jika menerapkan sistem JIT (Just In Time) produksi.

  Jenis penelitian adalah Studi Kasus. Data yang diperoleh dengan melakukan

wawancara , observasi, dan dokumentasi. Tehnik analisis data yang dilakukan untuk

menjawab permasalahan adalah: 1) Melihat gambaran umum perusahaan dinilai dari

poin-poin JIT (Just In Time) produksi. 2) Dari gambaran umum perusahaan yang

terjadi, lalu dibandingkan dengan JIT (Just In Time) produksi.

  Hasil penelitian menunjukkan PT. Iskandar Indah Printing Textile belum

memenuhi kriteria JIT (Just In Time) dalam proses produksinya. Hal itu dikarenakan

perusahaan hanya memenuhi enam syarat dari sepuluh syarat sistem JIT. Berdasarkan

perhitungan MCE yang diperoleh PT. Iskandar Indah Printing Textile tahun 2006

menunjukkan bahwa masih terdapat aktivitas yang tidak bernilai tambah bagi

perusahaan.

  

ABSTRACT

AN ANALYSIS ON POSSIBILITY OF JIT (JUST IN TIME)

APPLICATION IN PRODUCTION

  

A Case Study at PT. Iskandar Indah Printing Textile

Asri Nurhayati

NIM : 012114211

  

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2008

The purposes of this research were: 1) to know the possibility of PT. Iskandar

  

Indah Printing in applying JIT (Just In Time) system in its production; 2) to analyze

how much the economic benefit that can be obtained by Iskandar Indah Textile

Printing if it applies JIT (Just In Time) system in its production.

  The type of this research was a case study. The data were acquired by

interview, observation, and documentation. The data analysis techniques performed

for answering the problems were : 1) observing the general description of the

company that was assessed from points of production JIT (Just In Time), 2) from the

general description obtained, then it was compared to production JIT (Just In Time).

  The Results of the research showed that PT. Iskandar Indah Printing Textile

had not fulfilled the criteria of JIT (Just In Time) in its production. It was because that

the company only fulfilled six out of ten requirements of JIT system. Based on MCE

estimation on PT. Iskandar Indah Printing Textile in 2006, there was production

activities that had no added value for the company.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

tak terhingga kepada:

  

a. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA. selaku Dekan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

  

b. Bapak Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si. Akt., QIA.selaku Pembimbing I yang

telah mendorong dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

  

c. Bapak Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si. Akt., QIA. selaku Pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan dan koreksi yang diberikan sebagai masukan bagi penulis.

  

d. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi

penulis selama masa studi di Universitas Sanata Dharma.

  

e. Bapak Suprapto selaku Kepala Bagian Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile yang telah memberikan data yang diperlukan penulis untuk menyelesaikan f. Bapak Hosea Iskandar selaku pemilik PT. Iskandar Indah Printing Textile.

  g. Bapak Bambang Setyawan selaku Direktur PT. Iskandar Indah Printing Textile.

  

h. Ibu Lilik Setyowati selaku Kepala Personalia PT. Iskandar Indah Printing Textile

yang telah membantu penulis mencarikan data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

i. Bapak Agus Mulyo selaku QC bagian Weaving yang telah membantu penulis

dalam melakukan penelitian lapangan dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. j. Keluargaku tercinta Bapak, Ibu, dan adikku Agung tercinta

k. Mas Andi tercinta yang selalu setia menyayangi dan mendampingi penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

l. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangannya, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

  Yogyakarta, 7 April 2008

DAFTAR ISI

  Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………….. v

ABSTRAK …………………………………………………………………… vi

ABSTRACT

  …………………………………………………………………….. vii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. viii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. x

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….

  1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..

  1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………

  2 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….

  3 D. Manfaat Penelitian ………………………………………………

  3 E. Sistematika Penulisan …………………………………………..

  4 BAB II. LANDASAN TEORI ……………………………………………….

  6 A. Sistem Produksi …………………………………………………

  6 B. Manajemen Produksi ……………………………………………

  6 Halaman BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………………..

  23 BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN …………………………..

  27 A. Sejarah Perusahaan ……………………………………………..

  27 B. Tujuan Perusahaan ……………………………………………..

  30 C. Struktur Organisasi Perusahaan ………………………………..

  30 D. Aspek Produksi …………………………………………………

  38 BAB V. PEMBAHASAN ……………………………………………………

  52 BAB VI. PENUTUP ………………………………………………………….

  72 A. Kesimpulan ……………………………………………………..

  72 B. Keterbatasan Penelitian …………………………………………

  73 C. Saran …………………………………………………………….

  73 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….

  75

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap perusahaan manufaktur dalam melaksanakan kegiatan produksi-

  nya, selalu berusaha untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas yang optimal. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, mendorong perusahaan semakin giat untuk memasuki persaingan global. Penggunaan strategi yang tepat dalam bidang produksi dan penjualan dapat meningkatkan dan mempertahankan posisi pasar untuk mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan dalam persaingan global.

  Perkembangan teknologi transportasi, komunikasi, dan informasi yang begitu pesat membuat siklus hidup produk yang relatif pendek. Konsumen semakin kritis terhadap kualitas barang atau jasa yang mereka konsumsi. Apabila perusahaan tidak dapat memenuhi keinginan konsumen, maka dapat dipastikan perusahaan akan mengalami kerugian di masa yang akan datang.

  Hal ini disebabkan karena konsumen akan beralih ke perusahaan lain yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka. Dalam hal ini perusahaan dapat menggunakan sistem tarikan permintaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

  Sistem JIT (Just In Time) lebih menekankan pada pengurangan biaya-

  2 ketika ada permintaan dari konsumen sesuai dengan jumlah dan waktu yang tepat sesuai pesanan baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga barang yang tersisa tidak ada dan tidak memerlukan tempat penyimpanan. Dengan demikian biaya-biaya yang tidak bernilai tambah dapat dikurangi.

  Sistem JIT (Just In Time) produksi juga tidak mengizinkan adanya produk cacat karena tidak adanya persediaan (zero inventory), sehingga pemborosan dapat dihilangkan melalui perbaikan kualitas dan penekanan biaya produksi yang lebih rendah. Biaya-biaya yang tidak memberikan nilai tambah bagi konsumen dihilangkan melalui usaha perbaikan yang berkelanjuutan. Dengan hilangnya aktivitas yang tidak bernilai tambah tersebut dapat menyebabkan harga jual untuk konsumen turun, sehingga aktivitas produksi perusahaan benar-benar dirasakan dapat memberikan manfaat bagi konsumen.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian tentang kemungkinan JIT (Just In Time) diterapkan pada PT.

  Iskandar Indah Printing Textile sesuai dengan kondisi yang ada pada perusahaan. Oleh karena itu penulis mengambil topik “Analisis Kemungkinan Penerapan JIT (Just In Time) Produksi” pada PT. Iskandar Indah Printing Textile.

  3 B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah yang dibahas melalui penulisan ini adalah:

  1. Apakah mungkin PT. Iskandar Indah Printing Textile menerapkan sistem JIT (Just In Time) produksi sesuai dengan kondisi yang ada pada perusahaan tersebut.

  2. Mengetahui seberapa besar manfaat ekonomi yang diperoleh PT. Iskandar Indah Printing Textile jika menerapkan sistem JIT (Just In Time) produksi.

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan dari penelitian ini adalah :

  1. Menganalisis kemungkinan penerapan JIT (Just In Time) produksi pada PT. Iskandar Indah Printing Textile dengan melihat kondisi yang ada pada perusahaan tersebut.

  2. Menganalisis seberapa besar manfaat ekonomi yang diperoleh PT.

  Iskandar Indah Printing Textile jika menerapkan sistem JIT (Just In Time) produksi.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  Manfaat dari penelitian ini adalah :

  1. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan

  4

  2. Bagi Penulis Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh penulis untuk menerapkan teori-teori yang sudah diperoleh selama kuliah dalam keadaan yang sebenarnya.

  3. Bagi Universitas Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi karya ilmiah di Perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta dan dapat digunakan sebagai bahan referensi mahasiswa yang melakukan penelitian sejenis.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

  BAB I. PENDAHULUAN Menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II. LANDASAN TEORI Menguraikan mengenai teori-teori yang bertkaitan dengan topik penulisan skripsi yaitu mengenai sistem JIT (Just In Time) produksi

  BAB III. METODE PENELITIAN Menguraikan jenis dari penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang diperlukan, tehnik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

  BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Menguraikan mengenai sejarah berdirinya perusahaan dan keadaan

  5 BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Menguraikan tentang pembahasan masalah dan analisis untuk menentukan apakah PT. Iskandar Indah Printing Textile telah menerapkan sistem JIT (Just In Time) dalam produksinya.

  BAB VI. PENUTUP Menguraikan kesimpulan dan saran-saran yang diusulkan kepada manajemen.

BAB II LANDASAN TEORI A. SISTEM PRODUKSI Sistem merupakan gabungan dari beberapa unit atau elemen yang

  saling menunjang untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan produksi merupakan penciptaan dan penambahan faedah. Jadi sistem produksi merupakan gabungan dari beberapa unit atau elemen yang melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan tertentu. Sistem produksi dalam perusahaan akan memerlukan input yang kemudian diproses dalam sistem produksi menjadi output. Dengan demikian antara input sistem produksi, sistem produksinya sendiri, serta output dari sestem produksi yang ada dalam perusahaan tidak akan dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

  B. MANAJEMEN PRODUKSI

  Manajemen produksi adalah proses kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, serta peng- awasan dari produksi dan proses produksi (Ahyari, 1979: 11). Semua proses produksi harus disertai dengan proses manajemen agar lebih teratur dan terarah dalam pelaksanaannya, serta mendapat hasil yang lebih memuaskan.

  C. SISTEM PRODUKSI JIT (JUST IN TIME) hanya ketika mereka diperlukan dalam proses produksi. Tujuan untuk tidak mempunyai persediaan, karena mempunyai persediaan adalah suatu aktivitas yang tidak bernilai tambah (Horngren, 1999: 145).

1. Sejarah JIT (Just In Time) Produksi

  Pada tahun 1940-an, Toyota Kichira sadar akan lemahnya bisnis jika hanya mengendalikan pada dana dan fasilitas yang diberikan pemerintah.

  Menurutnya, jika perusahaan-perusahaan Jepang yang mampu mengimbangi Amerika yang saat itu sangat berjaya di dunia internasional maka perindustrian Jepang tidak akan mampu bertahan. Krisis minyak yang terjadi pada tahun 1973 dan diikuti dengan resesi telah mempengaruhi pemerintah, bisnis serta masyarakat di seluruh dunia. Tahun 1974, ekonomi Jepang jatuh sampai pada tingkat pertumbuhan nol sehingga banyak perusahaan rugi. Toyota Motor Company adalah satu-satunya perusahaan Jepang yang tidak banyak terpengaruh dengan krisis ini. Meskipun laba yang diperoleh Toyota menurun, pendapatan yang diperoleh selalu besar dari tahun ke tahun dibandingkan perusahaan lain.

  Kokohnya Toyota Motor dipengaruhi oleh sistem produksi yang diterapkan pada perusahaan tersebut. Pada masa itulah, konsep JIT (Just

  In Time ) yang merupakan bagian dari sistem produksi Toyota, pertama

  kali diperkenalkan pada dunia. Konsep ini timbul karena Ohra Taiichi, pemrakarsa konsep JIT (Just In Time), merasa bahwa proses produksi

  2. Pengertian JIT (Just In Time)

  Menurut Abdurahim (2000: 24), JIT (Just In Time) adalah filosofi yang memusatkan pada aktivitas yang diperluas oleh segmen-segmen internasional lainnya dalam suatu organisasi. Menurut Morden (1993: 21):

  “Just In Time Sebagai suatu metode untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan dengan membuat semua proses, menghasilkan barang yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan”.

  Sumayang (2003: 232) mengemukakan JIT (Just In Time) adalah sebuah pendekatan yang berusaha mengurangi semua sumber pemborosan dan segala hal yang tidak mempunyai nilai tambah bagi kegiatan produksi. Menurut Tjahjono (1996: 314-322) JIT (Just In Time) mempunyai 4 (empat) hal yang mendasari, yaitu: a. Menghilangkan semua aktivitas yang tidak bernilai tambah bagi produk atau jasa.

  b. Komitmen yang tinggi terhadap kualitas.

  c. Upaya perbaikan yang terus-menerus dalam meningkakan efisiensi kegiatan.

  d. Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah.

  3. Produksi JIT (Just In Time)

  Produksi JIT (Just In Time) berarti memproduksi dan membeli

  JIT (Just In Time) produksi didasarkan pada logika bahwa akan memproduksi produk sampai ada permintaan untuk produksi tersebut. JIT (Just In Time) produksi mengharuskan memproduksi secara tepat unit yang dibutuhkan, dalam jumlah dan waktu sesuai kebutuhan.

  JIT (Just In Time) produksi tidak membuat kelonggaran untuk kemungkinan setiap bagian diharapkan tepat ketika diterima. Semua mesin diharapkan tersedia ketika dibutuhkan untuk memproduksi bagian- bagian. Setiap janji pengiriman diharapkan tepat waktu sesuai jadwal (Chase dan Aquilance, 1992: 258-266).

4. Jenis-jenis JIT (Just In Time)

  Secara umum, bidang fungsional yang banyak menerapkan sistem JIT (Just In Time) adalah bidang pembelian dan produksi. Konsep dalam sistem JIT pembelian adalah membeli barang dan jasa yang berkualitas baik, pada sumber yang tepat dan pada waktu yang tepat. menurut Tunggal (1993: 69- 70), sistem JIT pembelian mengusulkan bahan yang dibeli dalam lot kecil dengan pengiriman yang lebih sering. Sedangkan dalam perusahaan dengan sistem JIT produksi, kegiatan produksi hanya akan dilakukan apabila ada permintaan (pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar yang diminta (Tjiptono & Diana, 1995: 292).

5. Syarat-syarat JIT (Just In Time)

  Menurut Tjiptono dan Diana (1995: 314-322) terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan JIT (Just In Time), antara lain :

  a. Organisasi Pabrik Pabrik dengan sistem JIT (Just In Time) berusaha mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi. Oleh karena itu JIT menggunakan sel kerja (work cell) dengan ukuran lot kecil serta menggunakan kanban untuk produksi, maka tidak ada waktu untuk antri sebelum diproses. Sebelum mengatur layout pabrik dalam sistem JIT, proses yang diperlukan untuk suatu produk harus diketahui lebih dahulu.

  b. Pelatihan/Tim/Ketrampilan JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak dibanding dengan sistem tradisional. Karyawan perlu diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dengan sistem tradisional, bagaimana cara kerja JIT (Just In Time). Apa yang diharapkan JIT (Just In Time), dan bagaimana akibat dari JIT (Just In Time). Pelatihan secara mendalam mengenai kanban, perbaikan proses dan alat-alat statistik seharusnya diberikan. Dalam JIT (Just In Time), karyawan dalam satu sel bekerja sebagai satu tim, saling mendukung, memecahkan masalah, dan c. Membentuk Aliran/Penyederhanaan Lini produksi yang baru seharusnya dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran dan memecahkan masalah awal.

  Tetapi dalam kenyataannya hal ini bukanlah sesuatu yang mudah. Kedisiplinan tinggi terhadap pelaksanaan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Melalui suatu percobaan, dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa waktu proses, mengukur waktu tunggu dan identifikasi kemacetan, serta mensinkronkan para pekerja. Yang harus diperhatikan lagi dalam masa percobaan itu adalah sebagus apa lini produksi menyesuaikan dengan pekerjaan.

  d. Kanban Pull System Dalam penerapan di perusahaan JIT memiliki beberapa syarat teknis yang harus dipenuhi untuk mencegah timbulnya kemacetan yang sering kali timbul dalam proses produksi dalam suatu perusahaan. Kanban merupakan sistem manajemen atau pengendalian perusahaan yang memiliki aturan yang harus diperhatikan, yaitu : 1) Jangan mengirim produk rusak proses berikutnya 2) Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan.

  3) Memproduksi hanya sejumlah yang diambil oleh proses berikutnya.

  5) Mentaati instruksi kanban pada saat fine tuning, sehingga akan mengoptimumkan perataan beban kerja.

  6) Melakukan stabilisasi dan regionalisasi proses.

  Menurut Tjiptono dan Diana (1995: 305) pada dasarnya sistem kanban terdiri dari 3 (tiga) kartu, yaitu : 1) Kartu kanban untuk penarikan, menspesifikasi kuantitas yang harus diambil suatu proses dari proses sebelumnya 2) Kartu kanban untuk produksi, menspesifikasi kuantitas yang harus diproduksi proses yang mendahului.

  3) Kartu kanban untuk supplier, untuk memberitahu supplier agar mereka mengirimkan barang-barang yang diperlukan.

  e. Visibilitas/Pengendalian Verbal

  Visual scan yang cepat dapat memperlihatkan adanya kemacetan

  atau kelebihan kapasitas. Setiap ada produksi berkualitas rendah, maka harus segera diambil tindakan perbaikan. Dengan adanya visual scan, maka dapat diketahui apakah proses produksi berjalan normal atau ada masalah.

  f. Eliminasi Kemacetan (bottleneck) Untuk menghapus kemacetan, perlu diterapkan suatu pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang (cross functional team), yang terdiri dari berbagai departemen seperti perekayasaan, manufaktur, dan kemacetan adalah menemukan terlebih dahulu penyebab kemacetan. Setelah kesalahan ditemukan perbaiki kesalahan tersebut.

  g. Ukuran Lot Kecil dan Pengurangan Waktu Set Up Ukuran lot ideal dalam konsep JIT (Just In Time) adalah sekecil mungkin. Melakukan set up yang tepat untuk memastikan bahwa alat dan komponen yang telah tersedia, dan orang yang akan melakukan proses akan hadir pada saat yang ditetapkan, maka akan menghemat waktu hingga 50%. Mesin-mesin yang dipergunakan dapat dimodifikasi sehingga dapat mempercepat waktu set up dan dapat mengurangi kesulitan yang timbul (dengan mengurangi kebutuhan akan penyesuaian).

  h. Total Productive Maintenance (TPM)

  Total Productive Maintenance (TPM) merupakan suatu keharusan

  dalam JIT (Just In Time), mesin-mesin diupgrade dan dimodifikasi terus menerus agar dapat mengurangi batas toleransi. Mempercepat set up, dan mengurangi penyetelan/penyesuaian. i. Kemampuan proses, Statistical Proses Control (SPC), dan Perbaikan

  Berkesinambungan Ketiganya harus ada dalam pelaksanaan JIT (Just In Time) karena dalam JIT segala sesuatunya harus bekerja sesuai harapan dan mendekati sempurna, tidak ada cadangan persediaan untuk kemacetan dan kerusakan proses, dan karena dalam semua proses mesin dan karyawannya harus j. Pemasok Dalam hal pemasok sistem JIT membutuhkan komponen, supplies dan bahan baku dalam jumlah sedikit tetapi dalam frekuensi yang tinggi.

  Untuk itu pemasok yang dekat dengan lokasi pabrik lebih diprioritaskan. Selain itu cara lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah : 1) Mengurangi jumlah pemasok.

  2) Mengeliminasi waktu dan biaya dengan pemasok yang dapat dibuat persetujuan jangka panjang yang meliputi aspek harga, kualitas dan penyerahan. 3) Memberikan bantuan-bantuan teknis kepada pemasok. 4) Melibatkan pemasok pada tahap perancangan produk dan proses.

6. Tujuan JIT (Just In Time)

  Menurut Tjahjono (2002: 48) pada dasarnya sistem JIT (Just In Time) mempunyai 6 (enam) tujuan, yaitu: a. Mengintegrasikan dan mengoptimumkan setiap langkah dalam proses manufacturing.

  b. Menghasilkan produk berkualitas sesuai keinginan pelanggan.

  c. Menurunkan biaya pengolahan secara terus menerus.

  d. Menghasilkan produk hanya berdasarkan permintaan pelanggan.

  e. Mengembangkan dan mempertahankan fleksibilitas manufacturing.

  f. Mempertahankan komitmen tinggi untuk bekerja sama dengan pemasok

  7. Manfaat Penerapan JIT (Just In Time)

  Tjiptono dan Diana (1995: 307) menyebutkan beberapa manfaat yang dapat diambil perusahaan yang menerapkan sistem JIT (Just In Time) dalam sistem produksinya, yaitu :

  a. Mengurangi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung sebagai akibat adanya penghapusan kegiatan, seperti penyimpanan persediaan.

  b. Mengurangi ruangan atau gudang untuk tempat penyimpanan.

  c. Mengurangi waktu set up dan penundaan jadwal produksi.

  d. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan pada sumbernya.

  e. Mengurangi lead time karena ukuran lot yang kecil sehingga seluruh produksi lebih dapat memberikan feedback terhadap masalah kualitas.

  f. Penggunaan mesin dan fasilitas secara lebih baik dengan pemasok.

  g. Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok.

  h. Layout pabrik yang lebih baik. i. Integrasi dan komunikasi yang lebih baik diantara fungsi-fungsi, seperti: pemasaran, pembelian dan produksi. j. Pengendalian kualitas dan proses.

  8. Hambatan dan Keterbatasan Sistem JIT (Just In Time)

  Satu akibat dalam sistem JIT (Just In Time ) yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari pihak pemasok ke pabrik perakitan. oleh jauh dekatnya jarak antara pemasok ke lokasi pabrik perakitan dan jenis fasilitas transportasi yang digunakan. Dalam banyak hal kenaikan biaya pengiriman dapat menjadi hambatan dalam penyerahan komponen ke pabrik perakitan apabila jumlah melebihi manfaat berupa reduksi biaya pengirimam. Keterbatasan JIT (Just In Time) yang paling menyolok yaitu absennya persediaan sebagai cadangan jika produksi berhenti secara tiba-tiba.

9. Langkah-langkah Penerapan Sistem JIT (Just In Time) Produksi

  Achmad Tjahjono (2002: 52) menyatakan langkah-langkah yang diperlukan perusahaan dalam mengimplementasikan sistem produksi JIT (Just

  In Time ), yaitu :

  a. Memperoleh komitmen dari manajemen puncak, karena tanpa komitmen tersebut implementasi JIT (Just In Time) menjadi tidak efektif dan efisien.

  b. Membuat koordinatif implementasi JIT (Just In Time) yang akan memantau proses implementasi JIT (Just In Time) agar sesuai dengan perencanaan.

  c. Membangun tim kerja dan partisipasi total dari semua tingkatan manajemen dan karyawan untuk bekerja bersama mencapai sasaran jangka panjang, seperti produk cacat nol, tingkat persediaan nol, kepuasan pelanggan 100%, dan lain-lain.

  d. Mendefinisikan rantai nilai proses bernilai tambah, kemudian proses, menyeimbangkan lini proses dengan tenaga kerja dan fasilitas yang ada.

  e. Mengembangkan sistem belanja terus-menerus melalui pendidikan dan latihan yang berfokus pada perbaikan terus-menerus terhadap proses, kualitas, produktivitas, dan probabilitas.

  f. Mengidentifikasikan hasil dari setiap proses untuk mengidentifikasikan masalah-masalah utama dalam proses.

  g. Mengembangkan sistem jaminan kualitas dan produktivitas yang berfokus pada eliminasi masalah-masalah kualitas dan produktivitas.

  h. Mengembangkan sistem audit secara teratur terhadap sistem JIT (Just In

  Time ) untuk menjamin efektivitas dan efisiensi penerapan sistem JIT (Just In Time ) dalam perusahaan.

10. Sasaran Implementasi JIT (Just In Time) Produksi

  Menurut Tjiptono dan Diana (1995: 307-314) sasaran implementasi JIT (Just In Time) produksi pada dasarnya meliputi hal-hal sebagai berikut :

  a. Persediaan Persediaan merupakan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Hani

  Handoko, 1993: 333). Persediaan terdiri dari 3 macam : 1) Persediaan bahan mentah

  4) Cycle Time

  Production Cycle Time didefinisikan sebagai waktu antara bahan baku

  dikirim ke pabrik untuk diproses dengan barang jadi dikirim dari pabrik kepada pelanggan atau gudang. Semakin pendek Production

  Cycle Time , maka semakin rendah biaya produksi dan semakin

  meningkat pula kemampuan perusahaan untuk merespon dengan cepat perubahan permintaan pelanggan. Penerapan JIT akan memperpendek

  Cycle Time , karena tenggang waktu karena keterlambatan proses setelah proses sebelumnya (bottleneck) dihilangkan.

  b. Perbaikan yang berkesinambungan Sistem JIT selalu melakukan perubahan yang terus menerus dalam hal pengurangan pemborosan disemua lini perusahaan. Hal ini dilakukan agar dapat memperbaiki kualitas produk dan jasa, serta memperbaiki permintaan konsumen.

  c. Penghapusan pemborosan Penerapan JIT mampu menghapus pemborosan berikut ini : 1) Pemborosan karena waktu tunggu 2) Pemborosan karena transportasi 3) Pemborosan karena persediaan yang tidak perlu 4) Pemborosan karena pemrosesan 5) Pemborosan karena memproduksi barang cacat/rusak

11. Perbedaan Antara Filosofi JIT (Just In Time ) dengan Tradisional

  Menurut Tjiptono dan Diana (2000: 301-302) perbedaan antara pemanufakturan JIT dengan pemanufakturan secara tradisional dijelaskan pada tabel 1.

  Tabel 1 Perbedaan Filosofi JIT dengan Tradisional Aspek Perbedaan Filosofi JIT Filosofi Tradisional

  Quality is free Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, dibutuhkan biaya.

1. Kualitas

  3. Kesalahan Kesalahan merupakan pe- lajaran untuk dapat meng- hasilkan perbaikan. Zero defect merupakan standar yang harus dipenuhi.

  Kesalahan adalah hal yang tidak dapat dihindari dan harus selalu ditelaah.

  4. Sediaan Sediaan hanya menyem- bunyikan masalah yang sesungguhnya muncul di permukaan Adanya kelebih- an sediaan untuk proses menimbulkan godaan untuk menghindari bekerja secara sempurna.

  Sediaan berguna untuk men- jamin kelancaran produksi, yaitu sebagai penyangga (buffer) terhadap kerusakan atau masalah lain (kekurangan bahan baku, keterlambatan pengiriman.

  5. Ukuran Lot (lot size ) Lot size harus kecil, di- harapkan adalah 1.

  Manajer dan insinyur adalah orang ahli.

  6. Antrian Produksi harus Just In Time tidak boleh ada antrian panjang work in process.

  Antrian dalam dibutuhkan untuk memastikan bahwa utilisasi tinggi.

  7. Nilai Otomatisasi Otomatisasi bernilai karena memungkinkan terjadinya konsistensi kualitas.

  Otomatisasi bernilai karena dapat mengurangi tenaga kerja dalam proses produksi

  8. Sumber Pengurangan Biaya Pengurangan biaya diperoleh dari mempercepat aliran produk di dalam pabrik. Waktu proses yang sangat singkat adalah sangat bernilai.

  Pengurangan biaya dilakukan dengan mengurangi penggunaan tenaga kerja, dan dengan utilisasi masin yang tinggi. Tingkat produksi yang tinggi akan sangat bernilai

  9. Aliran Material Material harus ditarik ke dalam pabrik (pull system)

  Material harus dikoordinasi dan didorong keluar dari pabrik (push system )

  2. Keahlian Para pekerja adalah orang- orang ahli.

  Lot size harus ekonomis, yaitu menggunakan prinsip EOQ. produk, order entry dan production planning cycles , dan sebagainya. bersifat umum, sediaan, overhead, dan sebagainya.

  11. Peran Overhead Setiap pekerja yang tidak memberi nilai tambah secara langsung pada produk adalah pemborosan.

15. Expediting

  Bekerja adalah berarti tangan menjadi kotor. Kotor dan serba berserakan merupakan harga yang harus dibayar untuk menghasilkan suatu produk

  seberapa besar aktivitas tidak bernilai tambah dapat dikurangi atau dihilangkan dari proses pembuatan produk. Untuk mengukur MCE dapat digunakan rumus sebagai berikut :

  Manufacturing Cycle Efficiency (MCE) digunakan untuk mengetahui

  Sumber : Cahyono seperti yang dikutip oleh Tjiptono & Diana (1994: 301-303)

  Hasil kerja diharapkan selesai dalam waktu yang relatif singkat.

  17. Horison Kesabaran akan mempe- ngaruhi keseluruhan proses dalam hal meniadakan ke- salahan dan menuju standar zero defect .

  16. Kebersihan Kebersihan adalah sejalan dengan menjadikan segala sesuatunya tampak jelas dan nyata.

  Fungsi-fungsi overhead adalah esensial. Fungsi-fungsi overhead seperti pembelian, industrial engineering handling, dimaksud-kan sebagai aspek koordinasi dari proses.

  Expediting dan Work Arround adalah cara hidup.

  Expediting dan Work Arround adalah dosa.

  14. Pembelian Membeli dari pemasok yang terbatas Membeli dari banyak penjual

  Mesin diibaratkan pelari cepat.

  13. Kecepatan Mesin Mesin diibaratkan pelari maraton, lambat namun pasti, dan selalu mampu untuk berlari.

  Biaya tenaga kerja merupakan biaya variabel.

  12. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja merupa- kan biaya tetap.

12. Hubungan antara JIT dan Manufacturing Cycle Eficiency (MCE)

  Processing time

  MCE =

  Throughput Time

  Dimana throughput time meliputi keseluruhan waktu yang diperlukan dalam pengolahan produk. Throughput time terdiri dari empat komponen yang terbagi atas aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah.

  

Throughput time dapat digambarkan sebagai berikut : Throughput Time :

Processing + Inspection + Moving Time + Waiting Time/Storage Time

  Pada proses produksi yang ideal akan menghasilkan aktivitas yang bernilai tambah bagi konsumen, dan akan menghasilkan throughput time yang sama dengan processing time sebesar 100% atau 1. Pada saat MCE=1, perusahaan yang akan menghabiskan waktu hanya untuk mengerjakan aktivitas yang bernilai tambah, sedangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah yang berupa Inspection Time, Moving Time, dan Waiting Time/Storage Time akan hilang. Hal ini akan menguntungkan perusahaan, karena perusahaan tidak lagi dibebani dengan biaya yang tidak bernilai tambah.

  Apabila perusahaan telah menerapkan JIT, maka MCE yang dihasilkan sebesar 1, karena sistem ini akan mampu untuk menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Dalam JIT, Inspection Time (waktu yang digunakan untuk memeriksa produk akhir) dapat dihilangkan, karena menerapkan Total

  Adanya kontrak jangka panjang juga akan menghilangkan Inspection

  

Time karena pemasok dapat menjamin spesifikasi bahan baku yang dikirim

  selalu sesuai sengan kontrak. Dalam JIT, Moving Time (waktu yang diperlukan produk untuk dipindahkan dari satu proses de proses yang lain) juga dapat diminimalkan dengan cara menerapkan layout pabrik dengan sistem sel pemanufakturan, karena waktu tunggu yang biasa terjadi saat pemindahan produk dari proses satu ke proses lain tidak ada. Hal ini disebabkan karena mesin-mesin ditempatkan berdekatan.

  Waiting Time (waktu tunggu bahan dari pemasok dan dari departemen

  sebelumnya) dan Storage Time (waktu menyimpan bahan baku di gudang) dapat diminimalkan dengan menerapkan sistem pembelian dengan sistem JIT.

  Sistem ini mensyaratkan adanya pemasok yang handal sehingga bahan baku dapat segera tiba setelah dilakukan pemesanan dan tidak diperlukannya lagi persediaan pengaman dari gudang. Khusus untuk Waiting Time, perusahaan merancang produk dan peralatan pabrik yang lebih baik untuk mengurangi waktu setup. Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan dengan penerapan sistem JIT akan meminimalkan bahkan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.

BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian

  Jenis Penelitian dalam penulisan ini adalah studi kelayakan, yaitu penelitian terhadap PT.ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE tentang penerapan sistem JIT (Just In Time) produksi.

  2. Tempat dan Waktu Penelitian

  Tempat penelitian adalah PT.ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE yang berkedudukan di Surakarta dan waktu penelitian pada tahun 2007

  3. Subjek dan Objek Penelitian

  a. Subjek Penelitian Subjek Penelitian adalah terkait dalam proses produksi perusahaan, yaitu : 1) Bagian Gudang 2) Bagian Pembelian 3) Bagian Akuntansi 4) Bagian Produksi

  b. Objek Penelitian Objek penelitian adalah mengenai pengelolaan proses produksi

  4. Data Yang Diperlukan

  a. Gambaran umum perusahaan

  b. Data pembelian

  c. Data persediaan

  d. Data tentang proses produksi

  e. Data lain yang berkaitan dengan proses produksi

  5. Tehnik Pengumpulan Data

  a. Tehnik wawancara Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada orang yang ditunjuk oleh pimpinan perusahaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penulis. Data tersebut adalah gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi.

  b. Tehnik observasi Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek atau kegiatan proses produksi dalam perusahaan tersebut.

  c. Tehnik Dokumentasi Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengutip laporan atau catatan yang ada pada perusahaan. Data tersebut adalah data pembelian, data persediaan, dan data tentang proses

6. Teknik Analisis Data

  Untuk menjawab permasalahan, penulis akan menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Melihat gambaran umum perusahaan dinilai dari poin-poin JIT (Just In

  Time ) produksi, yaitu :

  1) Lay out pabrik 2) Pelatihan/Tim/Ketrampilan

  3) Kanban Full System

  4) Sistem aliran produksi 5) Pengendalian Kualitas Produksi/Pengendalian Visual

  6) Kemacetan-kemacetan dalam proses produksi

  7) Ukuran lot Produksi dan waktu set up 8) Pemeliharaan mesin-mesin produksi 9) Kemampuan SPC dan perbaikan berkesinambungan 10) Pemasok

  b) Dari gambaran umum perusahaan yang terjadi, lalu dibandingkan dengan JIT (Just In Time) produksi, seperti : 1) Lay out pabrik berdasarkan produk 2) Pelatihan/ketrampilan karyawan untuk meningkatkan kemampuan karyawan 3) Adanya Kanban Full System

  6) Persediaan dalam JIT (Just In Time) harus mendekati nol atau bahkan tidak memiliki persediaan dalam artian bahan baku habis diproduksi (zero inventory). 7) Pengendalian visual agar para pekerja mengetahui informasi, status masalah, dan kualitas produk.

  8) Total Productive Maintenance (TPM) dalam pemeliharaan mesin- mesin produksi.

  9) Eliminasi kemacetan (bottleneck), yang dapat mengganggu proses produksi.

  10) Pemasok, meliputi jumlah pemasok yang sedikit, adanya kontrak jangka panjang dengan pemasok, kemampuan pemasok menyedia-kan bahan baku dalam jumlah yang tepat secara tepat waktu, dan lokasi pemasok yang dekat dengan perusahaan.

  c) Menghitung Manufacturing Cycle Efficiency (MCE) Dalam hal ini, jika proses pembuatan produk menghasilkan MCE sebesar 1, maka aktivitas tidak bernilai tambah telah dapat dihilangkan dalam proses pengolahan produk. Hal ini berarti konsumen tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas bukan penambah nilai bagi mereka dan sebaliknya jika proses pengolahan produk masih mengandung aktivitas tidak bernilai tambah bagi konsumen.

  

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERUSAHAAN PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan satu sekian banyak dari