PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP PEMAHAMAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI I SRAGEN PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA MENGGUNAKAN METODE INQUIRY

  

PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP PEMAHAMAN

SISWA KELAS IX SMP NEGERI I SRAGEN PADA POKOK

BAHASAN RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA

MENGGUNAKAN METODE INQUIRY

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan fisika

  

Disusun Oeh :

Disusun Oleh

METARIA APRIYANTI

041424012

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  HALAMAN PERSEMBAHAN Bukankah Kami telah melapangkan Untukmu dadamu? dan Kami telah Menghilangkan daripadamu bebanmu, Yang memberatkan punggungmu? Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh – sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap. (Q.S: Al Insyiraah: 1 - 8) Kupersembahkan karyaku kepada…

  Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya kepadaku… Bapak, Ibu, Agus, dan Putri yang aku sayangi dan menjadi semangat dalam hidupku...

  My Prince love me forever… Sahabat-sahabat yang selalu menemaniku dan memberi dorongan kepadaku…

  I Love U All... Allah akan mebalas semua yang pernah kalian berikan padaku…. Almamaterku tercinta…

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan seseungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Penulis (Metaria Apriyanti)

  ABSTRAK

Metaria Apriyanti, “Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap

Pemahaman Siswa Kelas IX SMP Negeri I Sragen Pada Pokok Bahasan

  Rangkaian Listrik Sederhana Menggunakan Metode Inkuiri”.

  

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2008).

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; (2) tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; (3) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; (4) tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri; dan (5) apakah perbedaan gender mempengaruhi tingkat pemahaman siswa pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana dengan menggunakan metode inkuiri.

  Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri I Sragen. Subyek penelitian siswa- siswi kelas IXA yang berjumlah 44 siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Oktober – November 2007.

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari pretest dan postest, dan wawancara. Siswa yang diwawancarai diambil berdasarkan perolehan nilai pretest dan postest, yaitu siswa yang mengalami perubahan nilai baik peningkatan maupun penurunan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apakah metode inkuiri membantu meningkat pemahaman siswa dalam rangkaian listrik sederhana.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan gender mempengaruhi tingkat pemahaman siswa dan penggunaan metode inkuiri membantu meningkatkan pemahaman siswa mengenai rangkaian listrik sederhana.

  ABSTRACT Metaria Apriyanti, The Influence of Gender Differences Toward the Understanding of the Third Class Students in SMP Negeri I Sragen in Studying Simple Electricity Circuit by Using Inquiry Method Physics Education, Mathematics and Natural Sciences Department,

Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University,

Yogyakarta (2008).

  The goals of the research were to know : (1) the level of understanding of male student about simple electricity circuit before they were given inquiry method for studying; (2) the level of understanding of female students about simple electricity circuit before they were given inquiry method for studying; (3) the level of understanding of male students about simple electricity circuit after they were given inquiry method for studying; (4) the level of understanding of female students about simple electricity circuit after they were given inquiry method for studying; and (5) whether the gender difference influenced the level of understanding of students in study of simple electricity circuit by using inquiry method.

  The research had been held in SMP Negeri I Sragen. The subjects of the

  th

  research were students of IX grade that consisted of 44 students. The research had been held during Oktober till November in 2007.

  The instruments which were used in this research were written test that contained of pretest and posttest, and interview. The students, who were interviewed were taken based on the score of pretest and posttest: who got high increasing score or decreasing score. The interview explored whether inquiry method was able to help students to better understand simple electricity circuit.

  The research showend that gender difference influenced the students understanding and the inquiry method improved students understanding simple electricity circuit. viii viii

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap Pemahaman Siswa Kelas

  

IX SMP Negeri I Sragen Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Sederhana

Menggunakan Metode Inkuiri”.

  Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran- saran, dan gagasan – gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Romo Dr. Paul Suparno S.J. M.S.T.,selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama penyusunan skripsi.

  2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika, yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama menempuh studi di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

  3. Keluarga Besar SMP Negeri I Sragen, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

  4. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitasnya hingga penyusunan ini dapat terselesaikan.

  5. Ayahanda dan Ibunda yang tersayang yang telah memberikan dukungan doa, dukungan moral, maupun material.

  6. Adikku Agus, Putri yang telah memberikan dukungan doa.

  7. Agung yang selalu inside me... menjadi kakak, teman dan sahabat, yang selalu berdoa, menemani, dan mendampingi dalam segala keadaan

  8. Teman- teman kos Flamboyan yang so sweeat... Anggey, Ana, Wiwit, TiNta, Sinthul, Toro, Opunk, Melly, Asih.

  9. Buat teman-teman angkatan ’04 semuanya yang tidak bisa disebutkan satu- satu, ThAnKs kebersamaannya.......

  10. Teman KKN XXXIV Aline, Dhita, Martha, Yudi, Ci Ang, Steve, Siempl, Nanda thanks yaa supportnya......

  11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

  Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Supaya dapat berguna bagi perkembangan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

  Yogyakarta, Metaria Apriyanti

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. v ABSTRAK .............................................................................................. vi ABSTRACT............................................................................................ vii HALAMAN PUBLIKASI ...................................................................... viii KATA PENGANTAR ............................................................................ ix DAFTAR ISI .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

  1. Bagi Ilmu Pengetahuan ......................................................... 7

  2. Bagi Guru.............................................................................. 7

  BAB II. LANDASAN TEORI A. Gender......................................................................................... 8 B. Pemahaman Konsep.................................................................... 12 C. Metode Inquiry............................................................................ 16

  1. Hakekat Metode Inquiry ....................................................... 16

  2. Langkah dan Proses Aktifitas Pembelajaran......................... 17

  3. Manfaat dan Tujuan Inquiry ................................................. 20

  D. Rangkaian Listrik Sederhana

  1. Rangkaian Listrik Sederhana ................................................ 21

  2. Rangkaian Listrik Majemuk.................................................. 22

  3. Hukum Ohm.......................................................................... 23

  4. Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel ................................. 24

  5. Rangkaian Seri Paralel .......................................................... 28

  6. Menghitung Arus dan Tegangan Listrik ............................... 29

  7. Persoalan Pemahaman Rangkaian Listrik Sederhana ........... 31

  E. Kaitan Teori Dengan Metodologi Penelitian .............................. 32

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................. 34 B. Waktu Dan Tempat ............................................................ 34 C. Subyek Penelitian .............................................................. 34 D. Treatment ........................................................................... 35 E. Instrumen Penelitian ......................................................... 37 F. Metode Analisis Data......................................................... 46 G. Perencanaan Penelitian ...................................................... 51 BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Penelitian....................................................... 54 B. Data .................................................................................... 58

  1. Pengetahuan Awal Siswa .................................................. 58

  2. Pemahaman Siswa Setelah Pretest.................................... 61

  3. Pemahaman Siswa Mengenai Rangkaian Listrik Sederhana Setelah Menggunakan Metode Inkuiri ............ 64

  C. Hasil Wawancara ............................................................... 71

  D. Rangkuman Umum Seluruh Analisa ................................. 73

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................ 75 B. Saran................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 77

LAMPIRAN ......................................................................................... 79

  DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Surat Pengantar dari FKIP Universitas Sanata

  Dharma kepada Kepala SMP Negeri I Sragen............. 79

  LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

  di SMP Negeri I Sragen ............................................... 80

  LAMPIRAN 3 Soal Tes Pengetahuan Awal dan Pengetahuan

  Akhir (Pretest dan Postest)........................................... 81

  

LAMPIRAN 4 Kunci Jawab Soal......................................................... 86

LAMPIRAN 5 Lembar Kegiatan Inkuiri.............................................. 93

LAMPIRAN 6 Lembar Hipotesis Awal Siswa Saat Inkuiri ................. 95

LAMPIRAN 7 Lembar Jawab Pretest dan Postest Siswa..................... 97

LAMPIRAN 8 Data Hasil Wawancara ............................................... 115

LAMPIRAN 9 Hasil Koding dan Kategorisasi Wawancara ................ 118

LAMPIRAN 10 Tabel T-test ................................................................. 120

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Tabel Data Percobaan .............................................................. 36 Tabel 2. Tabel Soal Pretes dan Postes..................................................... 39 Tabel 3. Tabel Jumlah Soal..................................................................... 43 Tabel 4. Tabel Rencana Wawancara....................................................... 45 Tabel 5. Tabel Penskoran Untuk Setiap Kriteria .................................... 46 Tabel 6. Tabel Hasil Wawancara ............................................................ 60 Tabel 7. Tabel Pengumpulan Jawaban Wawancara................................ 60 Tabel 8. Tabel Data Nilai Pretest Siswa Laki-laki.................................. 59 Tabel 9. Tabel Data Nilai Pretest Siswa Perempuan............................... 60 Tabel 10. Tabel Nilai Rata-rata Pretest Siswa ........................................ 61 Tabel 11. Tabel Data Nilai Postest Siswa Laki-laki ............................... 61 Tabel 12. Tabel Data Nilai Postest Siswa Perempuan ............................ 62 Tabel 13. Tabel Nilai Rata-rata Postest Siswa ....................................... 63 Tabel 14. Tabel Nilai Rata-rata Pretest dan Postest Siswa ..................... 63 Tabel 15. Tabel Analisis Pretest Dan Postest ......................................... 64

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Rangkaian Terbuka .................................................... 21 Gambar 2. Rangkaian Tertutup ..................................................... 21 Gambar 3. Mengenai Hukum I Kirchoff....................................... 22 Gambar 4. Rangkaian untuk Hukum Ohm.................................... 23 Gambar 5. Rangkaian Seri ............................................................ 24 Gambar 6. Rangkaian Pengganti Seri ........................................... 24 Gambar 7. Rangakain Paralel........................................................ 26 Gambar 8. Rangkaian Pengganti paralel....................................... 26 Gambar 9. Rangkaian Seri-Paralel................................................ 28 Gambar 10. Rangkaian Pemasangan Ampermeter........................ 30 Gambar 11. Rangkaian Pemasangan voltmeter ............................ 30 Gambar 12. Rangkaian Seri dengan tiga resistor .......................... 36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang oleh manusia

  dengan tujuan tertentu. Pendidikan berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, karena keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada manusianya.

  Unsur manusia yang paling menentukan keberhasilan pendidikan adalah pelaksana pendidikan, yaitu guru. Gurulah ujung tombak pendidikan, sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Guru harus mengatasi kendala-kendala yang secara langsung berhubungan dengan pelajaran, proses kegiatan belajar dan peserta didik.

  Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum guru menyampaikan pelajaran yaitu pendekatan, strategi, teknik, dan prosedur. Guru dapat menekankan pada berbagai kegiatan dan tindakan dengan menggunakan pendekatan dan metode tertentu yang dapat mengembangkan keaktifan belajar baik guru maupun siswa.

  2 Agar kegiatan belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, maka guru harus dapat membuat siswa senang dalam belajar. Menurut Winkel

  (1986: 31) cara guru untuk membuat siswa senang sebagai berikut:

  1. Membina hubungan akrab dengan siswa, namun tidak berlaku seperti remaja.

  2. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu rumit, namun tidak terlalu mudah.

  3. Menggunakan alat-alat pelajaran yang menunjang proses belajar.

  4. Bervariasi dalam mengajar sesuai dengan materi.

  Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Fisika oleh banyak siswa dianggap sebagai pelajaran yang sulit, disamping membutuhkan penalaran juga diperlukan pemahaman untuk memecahkan suatu masalah – masalah yang berhubungan dengan pelajaran Fisika. Untuk mengatasi hal tersebut seorang guru harus mempunyai strategi dalam mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal. Karena itu guru Fisika juga harus menguasai berbagai macam metode pengajaran, karena metode pengajaran merupakan cara dalam menyampaian tujuan pengajaran yang memerlukan teknik – teknik khusus yang harus dikuasai oleh guru Fisika. Metode pengajaran selain dapat mengarahkan kegiatan belajar mengajar terhadap tata cara pengajaran, juga mampu merangsang semangat siswa untuk belajar dan mempunyai minat yang besar terhadap pelajaran, sehingga siswa yang satu dengan siswa yang lainnya mampu berkompetisi dalam prestasi.

  3 Namun tidak semua materi dapat disampaikan dengan satu metode, tetapi tergantung pada karakteristik materi dan kondisi saat belajar mengajar berlangsung. Pengajaran dalam bidang IPA khususnya mata pelajaran Fisika terbagi dalam berbagai pokok bahasan dimana tiap pokok bahasan mempunyai tujuan dan karakteristik sendiri-sendiri. Sehingga untuk menyampaikan kepada siswa guru perlu memilih metode yang sesuai dengan tujuan dan karakteristiknya. Dengan penggunaan metode pengajaran yang tepat maka materi yang akan disampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa dan diharapkan terjadi proses belajar mengajar optimal.

  Sebagai salah satu alternatif metode yang sekiranya dapat digunakan adalah metode inquiry. Metode inquiry adalah suatu metode pembelajaran yang berupa proses penyelidikan atau eksperimen dengan melibatkan proses keilmuan, yaitu dimulai dengan menemukan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, membuat analisis, hingga sampai menemukan kesimpulannya untuk mempelajari suatu fenomena alam. Siswa diharapkan dapat melihat suatu kejadian atau fenomena alam dan kemudian menindaklajuti dengan penyelidikan atau eksperimen untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Dengan metode inquiry siswa juga diharapkan dapat menemukan bukti kebenaran dari sesuatu yang sedang dipelajari.

  Gender seringkali dipandang sebagai ketentuan “Tuhan” dan sudah merupakan bagian dari sistem nilai ideologi dalam masyarakat. Karena sudah menjadi bagian dari sistem nilai, maka gender merasuk dan berpengaruh pada sistem sosial dan kemudian berpengaruh pula pada benda atau teknologi yang

  4 ada. Oleh sebab itu, sistem nilai gender akan berpengaruh pada kehidupan sistem sosial di sekolah, sehingga perilaku yang tampak dalam kehidupan sosial sekolah akan menampakkan perbedaan gender.

  Hasil yang diperoleh dari Third Internationel Mathematics and Science

  

Study (TIMSS) 1995 mengindikasikan bahwa laki-laki kelas empat memiliki

  pencapaian ilmu pengetahuan yang signifikan lebih tinggi daripada perempuan di kurang lebih setengah dari 42 negara. Pada level kelas delapan, laki-laki memiliki rata-rata pencapaian ilmu pengetahuan signifikan lebih tinggi daripada perempuan di lebih dari setengah negara, dan di akhir tahun pada sekolah menengah, memperlihatkan hasil bahwa laki-laki memiliki pencapaian ilmu pengetahuan yang signifikan lebih tinggi daripada perempuan di semua negara (Selen Sencar & Ali Eryilmenz, 2003: 604).

  Perbedaan gender dapat dilihat dari motivasi belajar IPA/sains. Greenblatt (Meece & Jones, 1996 :394) menemukan bahwa perempuan kurang termotivasi untuk belajar IPA/sains daripada laki-laki. Selanjutnya Kahle (Meece & Jones, 1996 :394-395) melaporkan bahwa anak perempuan menggambarkan IPA/sains sebagai sesuatu yang membosankan dan sulit untuk dihafalkan. Sesuai dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Anderman & Young, Licht, Strader & Swenson, Simpson & Oliver, Steinkamp & Maehr, hasilnya mengidentifikasikan bahwa perempuan kurang percaya diri pada kemampuan mereka dalam mengerjakan tugas-tugas

  IPA/sains dalam kelas. Dibandingkan dengan subyek-subyek yang lain,

  5 Matematika dan IPA/sains umumnya digambarkan sebagai area dimana mayoritas adalah maskulin (Meece & Jones, 1996 :394).

  Perbedaan gender juga terdapat pada kemampuan siswa berhubungan dengan persepsi dalam Matematika & IPA/sains, hal ini dilihat pada awal kelas tiga (Meece & Jones, 1886). Beberapa bukti menunjukkan bahwa di sekolah dasar, siswa perempuan memiliki kemampuan IPA/sains lebih rendah daripada kemampuan mereka dalam Matematika dan membaca (Meece & Jones, 1996) perempuan lebih menyukai belajar IPA/sains dengan menghafal (rote), sedangkan laki-laki lebih kepada belajar bermakna (meaningful learning ).

  Atas dasar pemikiran diatas, penulis meneliti “Pengaruh Pebedaan Gender dengan Pemahaman Siswa Kelas IX SLTP Negeri I Sragen Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Sederhana Menggunakan Metode Inquiry” B.

   Rumusan Masalah

  Masalah yang diteliti yaitu apakah perbedaan gender mempengaruhi pemahaman terhadap fisika dalam rangka pembelajarannya pada siswa kelas

  IX SMP Negeri I Sragen khususnya di kelas IX A. Secara lebih rinci dirumuskan dalam beberapa pertanyaan di bawah ini:

  1. Bagaimana tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry?

  6

  2. Bagaimana tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry?

  3. Bagaimana tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry?

  4. Bagaimana tingkat pemahaman siswa perempuan tentang rangkaian listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode inqury?

  5. Apakah perbedaan gender mempengaruhi tingkat pemahaman siswa pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana dengan menggunakan metode inquiry? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

  1. Tingkat pemahaman siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas IX di SMP Negeri I Sragen mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode inquiry.

  2. Tingkat pemahaman siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas IX di SMP Negeri I Sragen mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan listrik sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan metode inquiry.

  7

  3. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman siswa laki-laki dan siswa perempuan pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana dengan menggunakan metode inquiry.

D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Ilmu Pengetahuan Bagi Ilmu Pengetahuan dapat memberikan sumbangan berupa informasi mengenai tingkat pemahaman siswa laki-laki dan siswa perempuan, berkaitan dengan rangkaian listrik sederhana dan pengaruh gender terhadap tingkat pemahaman.

  2. Bagi Guru Bagi guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri I Sragen, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pengaruh gender terhadap tingkat pemahaman siswa pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana menggunakan metode inquiry serta dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas belajar Fisika.

BAB II LANDASAN TEORI A. GENDER Robert Stoller (1968) memberi batasan pengertian gender untuk

  membedakan hal-hal yang merupakan ciri biologis manusia dengan hal lain yang terkait dengan sosial budaya. Secara singkat, gender adalah perbedaan mengenai fungsi dan peran sosial laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh lingkungan tempat kita berada. Gender lebih berkaitan dengan anggapan dan kebiasaan yang berlaku di suatu tempat tentang bagaimana laki-laki dan perempuan dianggap sesuai atau tidak sesuai (tidak lumrah) dengan tata nilai sosial dan budaya setempat. Dengan demikian, gender dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berubah dari waktu ke waktu.

  Adanya perbedaan antara laki -laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan menarik untuk diteliti, salah satunya dalam dunia pendidikan. Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa ahli menemukan bukti yang menunjukkan tentang adanya perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan (Setyorini,2003:9) yaitu: secara biologis, laki-laki dan perempuan memiliki gen yang berbeda yang mempengaruhi perkembangan fisik mereka. Perempuan memiliki dua kromosom yang sama (XX) sedangkan laki-laki memiliki kromosom yang berbeda (XY).

  9 Laki-laki dan perempuan juga memiliki hormon yang berbeda. Meskipun belum sepenuhnya diketahui, namun diyakini ada pengaruh hormonal terhadap perkembangan fisik dan emosi.

  Menurut Mansour Fakih (Fakih, 1996: 5-6) mendiskusikan masalah gender pada dasarnya membahas hubungan yang sifatnya sangat pribadi, yakni menyangkut dan melibatkan individu masing-masing. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep gender sesungguhnya merupakan isu mendasar dalam rangka menjelaskan masalah hubungan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki, atau masalah hubungan kemanusiaan kita.

  Konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Fakih, 1996: 8-9). Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lebih lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Secara umum karakter pria (maskulin) mamiliki kekuatan dan dominasi, sedang karakter wanita (feminine) memiliki sifat lemah dan patuh. Tetapi dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan. Sementara juga ada perempuan kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun

  10 berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain, itulah yang dikenal dengan konsep gender.

  Sedangkan gender adalah perbedaan perilaku (behavioural

  differences ) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara

  sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (laki-laki dan perempuan) melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Caplan (Fakih, 1996: 71-72) dalam The Cultural Construction of Sexuality yang menguraikan bahwa perbedaan perilaku antara perempuan dan laki-laki tidaklah sekedar biologis, namun melalui proses sosial dan kultural. Oleh karena itu gender berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, bahkan dari kelas ke kelas, sedangkan jenis kelamin biologis (sex) akan tetap tidak berubah.

  Telah banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa perbedaan gender mempengaruhi tingkat pencapaian. Ada keterangan yang diduga bahwa perempuan memiliki performance yang rendah dalam pencapaian secara biologis dan sosiologis, pebedaan gender juga menghasilkan perbedaan struktur otak (Maccoby & Jaclin, 1973; Sherman, 1978 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 603).

  Peneliti-peneliti juga telah mengidentifikasikan sejumlah kemungkinan yang menyebabkan perbedaan gender dalam tingkat pencapaian. Beberapa perbedaan itu adalah kemampuan kognitif (Griffiths & Bette, 1985 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604), karakteristik personal (Meece & Holt, 1993 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003:

  11 604), umur (Shepardson & Pizzini, 1994 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604), kemampuan matematika (Linn & Hyde, 1989 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604) sikap science ke masa depan (Jones, Howe, & Rua, 2000 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604), dan pengalaman di dalam dan di luar sekolah (Johnson, 1987 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604). Perempuan biasanya memiliki lebih sedikit aktifitas daripada laki-laki, hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perempuan lebih rendah tingat pencapaiannya dalam science (Kahle & Lakes, 1983 dalam Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 604). Dalam studi oleh Kahle & Lakes (1983), laki-laki lebih tertarik pada aspek fisika dan teknologi sedangkan perempuan lebih tertarik pada aspek kemanusiaan dan natural (Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003: 605).

  Dari segi pertumbuhan dan perkembangan otak atau aspek biologisnya, anggapan yang disepakati oleh banyak ahli bahwa berat otak seorang anak yang berusia dua tahun telah menyamai berat otak orang dewasa, dan keadaan ini masih belum berhenti bertumbuh. Menurut Herman T. Epstein, sebagaimana diungkapkan kembali oleh Drs. Wayan Ardhana M.A. bahwa pertumbuhan otak berjalan secara berirama melalui saat-saat pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan otak secara cepat terutama pada usia-usia 3 - 10 tahun, 2 - 4 tahun , dan 6 – 8 tahun dan pada usia 10 – 12/13 tahun dan 14 – 16/17 tahun. Mengenai perbedaan pertumbuhan otak pria dan wanita, pendapat-pendapat terbaru menyimpulkan bahwa pertumbuhan otak pada wanita meningkat lebih

  12 cepat dalam usia 11 tahun dibandingkan dengan pertumbuhan otak pria. Tetapi pertumbuhan otak anak pria dalam usia 15 tahun meningkat dua kali lebih cepat dibanding dengan kecepatan pertumbuhan anak wanita seusia (Andi Mappiare, 1982: 54). Hal ini disebabkan karena pada umur ini laki-laki lebih banyak menggunakan kemampuan nalarnya sedangkan perempuan masih tetap dengan keuletan dan kerajinannya. Dari segi perkembangan dan pertumbuhan pikir atau aspek psikologisnya, Jean Piaget merumuskan teori tentang perkembangan pikir anak. Menurut Jean Peaget ada empat periode perkembangan pikir yaitu: periode sense motorik (0 – 2 tahun), periode pra-oprasional (2 – 7 tahun), periode oprasional kongkret (7 – 11 tahun), dan periode operasional formal (11 - 14 tahun). Dalam periode operasional formal ciri-ciri berfikir adalah adanya kesanggupan seseorang berfikir secara sistematis dan mencakup logika yang kompleks (Andi Mappiare, 1982: 55). Pada tahun 1992 The

  National Assessment of Educational Progres (NAEP) menginformasikan

  bahwa laki-laki memiliki rata-rata skor lebih tinggi daripada perempuan pada umur 9,13, dan 17 (Meece & Jones, 1996: 393).

B. PEMAHAMAN KONSEP

  Pemahaman adalah suatu bentuk pengertian yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Seseorang dikatakan dapat memahami apabila ia dapat menjelaskan situasi, menafsirkan grafik, mengubah hukum ke dalam persamaan matematis, mengubah persamaan

  13 matematis ke dalam kalimat, dan menafsirkan tabel (Irmina Umi Purwanti, 2002:17). Fisika pada hakikatnya merupakan akumulasi hasil keilmuan berupa konsep-konsep fisika, prinsip, hukum, dan teori yang diperoleh melalui proses keilmuan dan sikap keilmuan. Sehingga memfasilitasi siswa, dapat diartikan sebagai proses siswa membangun konsep, hukum, dan teori.

  Bila hal ini dilakukan, maka tujuan yang harus dicapai siswa dalam belajar fisika supaya dapat memahami konsep adalah dengan melakukan proses keilmuan dan memiliki sikap keilmuan yang diperlukan dalam melakukan proses tersebut (Kartika Budi, 1992: 113). Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep. Perubahan yang pertama adalah perubahan dalam memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari konsep yang belum sempurna menjadi lebih sempurna. Perubahan ini adalah mengubah dari konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli fisika. Pembelajaran yang hanya membuat konsep statis atau bahkan menjauh dari konsep yang diterima para ahli, dapat dikatakan pembelajaran yang tidak sukses. Sedangkan pembelajaran fisika yang baik adalah yang memungkinkan perubahan konsep itu (Suparno, 2000: 18). Pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori, artinya untuk memahami prinsip dan teori harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini maka pemahaman konsep memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat dimengerti dan diterima sejauh tidak diabaikan

  14 asperk-aspek lain. Pemahaman menurut Kartika Budi (1987:233) merupakan salah satu aspek kognitif dalam pelaksanaan kegiatan belajar.

  Aspek ini merupakan aspek yang sangat penting pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar karena menjadi aspek yang paling menonjol atau yang paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan belajar mengajar, maka pertama- tama yang akan dicapai adalah memahami atau mengerti apa yang kita pelajari.

  Siswa memasuki pembelajaran fisika tidak dengan kepala kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan fisika. Sebaliknya siswa telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan fisika. Dengan pemahaman itu telah terbentuk intuisi dan “teori siswa” mengenai peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari (Berg, 1991:1). Konstruksi pengetahuan yang benar akan membantu siswa menuju pemahaman konsep. Pemahaman konsep fisika seorang siswa dapat dibantu oleh guru mata pelajaran fisika. Piaget mengatakan bahwa tugas guru bukan memberikan pengetahuan terhadap anak, melainkan mencarikan, menunjukkan atau memberikan alat- alat atau cara-cara yang menimbulkan minat atau merangsang anak untuk mengatasi atau memecahkan persoalan-persoalan sendiri (Gunarsa, 1981: 161). Untuk memutuskan seseorang memahami suatu konsep maka diperlukan kriteria dan indikator-indikator. Kriteria atau indikator tersbut antara lain (Kartika Budi, 1992: 114): (a) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri; (b) dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain; (c) dapat

  15 menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum; (d) menerapkan konsep untuk: (i) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus, (ii) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun praktis, (iii) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi; (e) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat; (f) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan; (g) dapat membedakan konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan. Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat diketahui berdasarkan beberapa indikator diatas.

  Menurut Bloom (dalam Nana Sujana :1990) tujuan pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga aspek, yaitu: (a) aspek kognitif, (b) aspek afektif, dan (c) aspek psikomotorik. Pemahaman merupakan aspek kognitif, karena berhubungan dengan hasil belajar intelegensia. Hasil belajar intelegensia dapat dikategorikan menjadi enam tingkat (menurut Bloom, dalam Iskandar, 1997: 96) yaitu: pengetahuan tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip; pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide), penerapan (menerapkan fakta dan ide pada situasi baru), analisis (menganalisis atau membagi konsep dalam bagian-bagianya kemudian melihat hubungannya satu sama lain); sintesis (mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide); dan evaluasi (menentukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide). Pengetahuan dan pemahaman dikategorikan golongan berfikir tingkat rendah, sedangkan

  16 empat hasil belajar yang lain dikategorikan pada golongan berfikir tingkat tinggi.

C. METODE INQUIRY 1. Hakekat Metode Inquiry

  Inkuiri “inquiry” secara harafiah diartikan sebagai penyelidikan atau pemeriksaan. Metode inquiry dalam pembelajaran fisika adalah suatu metode pembelajaran yang berupa proses penyelidikan atau eksperimen dengan melibatkan proses keilmuan untuk mempelajari suatu fenomena alam.

  Metode inquiry merupakan penerjemahan proses inkuiri yang digunakan oleh para ilmuwan untuk meningkatkan pemahamannya ke dalam proses yang dapat diikuti siswa bersama guru untuk meningkatkan pemahaman siswa (Musheno, B.V & Lawson, A.E, 1999, dalam Atmadi 2004). Proses inquiry ilmuwan umumnya diyakini merupakan lingkaran tiga fase: fase exploration, invention, dan discovery. Dalam fase eksploration, ilmuwan mengumpulkan bukti; dalam fase invention, ilmuwan menemukan relasi dan menamai konsep; dalam fase discovery, ilmuwan menggunakan relasi dan konsep untuk menyelidiki fenomena lain.

  Dalam proses pembelajaran, pengkonstruksian pengetahuan terjadi dalam fase eksploration dan invention. Fase eksploration adalah salah satu fase dalam proses belajar dimana siswa memperoleh pengalaman langsung, sehingga dimungkinkan terjadi pemotifasian belajar. Fase invention

  17 merupakan salah satu dalam proses belajar yang berupa pengidentifikasian dan menamai sifat-sifat serta keteraturan dalam fenomena. Sedangkan terjadinya pemantapan pengetahuan terjadi pada fase discovery.

  Metode inquiry adalah salah satu metode pembelajaran yang dalam pelaksanaannya tidak lepas dari kegiatan discovery. Discovery adalah kegiatan siswa terlibat secara mental untuk menemukan konsep atau prinsip. Dengan kata lain inquiry adalah suatu perluasan proses-proses

  discovery yang digunakan dalam cara yang lebih sistematis. Inquiry

  mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, membangun hipotesis, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan terbuka (Moh. Amin, 1987:127) 2.

   Langkah dan Proses Aktifitas Pembelajaran

  Metode pembelajaran inquiry sebagai model pembelajaran yang prosesnya melalui sebagian atau seluruh langkah-langkah dari metode sains, yaitu mengajukan pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksprimen, mensintesiskan pengetahuan untuk memperoleh suatu kesimpulan ( Sund, 1973:12, dalam Kartika Budi, 2001 ). Secara sederhana dijelaskan proses aktifitas pembelajaran mengunakan metode inquiry adalah

  18 sebagai berikut (Kindsvatter, Wilen,& Ishler, 1996:259 dalam Suparno,2006:65):

  • Identifikasi persoalan
  • Membuat hipotesis
  • Mengumpulkan data
  • Menganalisis data
  • Mengambil kesimpulan Dari langkah di atas terlihat bahwa model inquiry menggunakan prinsip metode ilmiah dalam menemukan prinsip,hukum, maupun teori.

  Penguraian lebih rinci mengenai langkah-langkah metode inquiry adalah sebagai berikut (Kindsvatter, Wilen,& Ishler, 1996:263-267 dalam Suparno,2006:66-67):

  a. Identifikasi persoalan Langkah yang paling awal dalam metode inquiry adalah menentukan persoalan yang ingin dipecahkan. Persoalan yang dipilih haruslah jelas tujuannya. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu harus real, dapat dikerjakan oleh siswa dan sesuai dengan kemampuan siswa.

  b. Membuat hipotesis Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk membuat hipotesis atau kesimpulan sementara atau jawaban sementara. Jawaban sementara ini yang disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat siswa perlu dikaji kejelasannya terlebih dahulu, jika belum jelas sebaiknya guru

  19 membantu memperjelas maksudnya. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi hanya memperjelas maksudnya saja.

  c. Mengumpulkan data Langkah selanjutnya siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau salah. Dalam fisika biasanya proses pengumpulan data sering disebut cobaan atau eksperimen. Cobaan atau eksperimen ini biasanya dilakukan di laboratorium tetapi terkadang juga dilakukan di luar sekolah.

  d. Menganalisis data Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk membuktikan hipotesis apakah benar atau salah. Untuk mempermudah menganalisis data, data sebaiknya dikelompokkan sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Dalam menganalisis seringkali menggunakan alat hitung seperti rumus matematika ataupun statistik yang memudahkan siswa untuk mengambil keputusan atau kesimpulan umum.

  e. Mengambil kesimpulan Dari data yang dikelompokkan dan dianalisis baru kemudian diambil kesimpulannya. Setelah mengambil kesimpulan kemudian dicocokkan dengan hipotesis, apakah hipotesis yang dibuat siswa diterima atau tidak. Bila ternyata hipotesis yang dibuat siswa tidak dapat diterima,

  20 siswa diminta untuk mencari penjelasan mengapa demikian. Guru dapat membantu dengan berbagai pertanyaan penolong.

3. Manfaat dan Tujuan Inquiry

  Dalam proses inkuiri yang dilakukan, guru dapat membantu siswa dalam beberapa hal penting. Hal ini merupakan manfaat yang diperoleh dengan metode inkuiri ( Atmadi, 2004 ) yaitu:

  a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam aktifitas yang dirancang untuk memberinya pengalaman yang akan membantunya memahami konsep- konsep ilmiah.

  b. Siswa dapat mendiskusikan temuan mereka dan mencoba membangun suatu penjelasan.

  c. Siswa dapat melakukan observasi tambahan dan mencoba untuk menerapkan konsep yang telah mereka pelajari untuk mengidentifikasi keterbatasan pemahaman mereka. Metode inkuiri mempunyai tujuan, yaitu:

  1. Pembelajaran menjadi student centered

  2. Membantu siswa untuk membangun konsep diri

  3. Mengembangkan sebagian bakat 4. Menghindari pembelajaran yang hanya pada tingkat verbal.

  d. Siswa mengalami proses mengasimilasi dan mengakomodasi pengetahuannya, artinya bahwa siswa mengalami proses pengolahan pengetahuan yang dimiliki dengan suatu yang ingin diselidiki dan

  21 penyesuaian hasil penyelidikan dengan hipotesis awal mereka (Kamus Besar Bahasa Indonesia:15,52) D.

   RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA 1. Rangkaian Listrik Sederhana

  Rangkaian listrik sederhana adalah suatu rangkaian listrik yang hanya tersusun atas sebuah sumber tegangan dan sebuah resistor. Ada dua jenis rangkaian, yaitu rangkaian terbuka dan rangkaian tertutup.

  Rangkaian terbuka

  Rangkaian terbuka adalah suatu rangkaian dengan ujung-ujungnya merupakan titik-titik yang bebas dan tidak berhubungan.

  Gbr. 1 Rangkaian terbuka B A

  Rangkaian tertutup

  Rangkaian tertutup adalah suatu rangakaian yang membentuk sebuah lintasan tertutup.

  I

  V Gbr. 2 Rangkaian tertutup R

  22

2. Rangkaian Listrik Majemuk

  Rangkaian listrik majemuk adalah gabungan dari beberapa rangkaian listrik sederhana. Untuk membahas rangkaian mejemuk terlebih dahulu akan dibahas hukum Kirchoff. Rangkaian listrik mempunyai banyak kemungkinan bercabang-cabang. Untuk dapat melakukan perhitungan pada rangkaian bercabang, dan juga untuk melakukan perhitungan pada rangakaian yang di dalamnya terdapat sumber arus, Gustav Kirchoff mengemukakan dua aturan atau dua hukum yaitu:

  Hukum I Kirchoff

  Hukum I Kirchoff merupakan hukum kekekalan muatan yang menyatakan bahwa jumlah muatan listrik yang ada pada suatu sistem tertutup tidak berubah. Hukum I Kirchoff menyatakan bahwa jumlah arus

  yang masuk pada suatu percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar dari percabangan tersebut.

  I

1 I

  4 I

2 M

  I

  3 I

  5 Gbr.3

  23 M adalah sebuah percabangan yang dilewati oleh arus listrik. Arus yang masuk ke percabangan M adalah I 1,

  I

  2 , I 3 , sedangkan arus yang keluar dari

  percabangan M adalah I

  4 dan I 5 . Berdasarkan hukum I Kirchoff, maka:

  I + I + I = I + I atau I + I + I – I – I = 0

  1

  2

  3

  4

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ANALOGI (THE TEACHING WITH ANALOGY MODEL) POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IX SMP TEUKU UMAR KOTA SEMARANG

14 34 112

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS.

2 13 13

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY DAN DISCOVERY PADA MATERI POKOK CAHAYA DI KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 4 BINJAI.

0 0 20

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SEDERHANA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CAHAYA KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3 AIR PUTIH KAB. BATU BARAT.P 2012/2013.

0 1 11

PENGARUH METODE SAVI DAN METODE INQUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK ( SMP Muhammadiyah 1 Surakarta ).

0 15 8

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN ACHIEVEMENT SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN OPTIK.

3 8 46

SMP KELUARGA SIAMBATON NAPA: PENGGUNAAN ALAT PERAGA PRAKTIS SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIK PADA SISWA KELAS IX SMP

0 1 46

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA MENGGUNAKAN WAWANCARA KLINIS DALAM BAHASA IBU

0 0 14

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MEDIA KONKRIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX PADA POKOK BAHASAN WUJUD BENDA DI SMP NEGERI 1 DASUK

0 0 7

PERUBAHAN KONSEP SISWA MENGENAI RANGKAIAN LISTRIK PADA SISWA KELAS III SMP ANGKASA LANUD ADISUCIPTO MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

0 0 202