Analisis Peran UMKM dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin di Kota Medan
SKRIPSI
ANALISIS PERAN UMKM DALAM PENGURANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN
DI KOTA MEDAN
OLEH
SITI NURJANAH 110501039
PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN
Nama : Siti Nurjanah
NIM : 110501039
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : EkonomiPerencanaan
Judul Skripsi : Analisis Peran UMKM dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin di Kota Medan
Tanggal Pembimbing,
NIP. 19750920 200501 1 002 Paidi Hidayat, SE M.Si
Penguji I, Penguji II,
Dr. Rujiman
NIP. 19510421 198203 1 002 NIP.19630907 198803 2 002 Dra. Raina Linda Sari, M.Si
(3)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN PENCETAKAN
Nama : Siti Nurjanah
NIM : 110501039
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : EkonomiPerencanaan
Judul Skripsi : Analisis Peran UMKM dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin di Kota Medan
Tanggal Ketua Program Studi
NIP. 19710503 200312 1 003
Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D
Tanggal Ketua Departemen
Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec NIP. 19730408 199802 1 001
(4)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Peran UMKM dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin di Kota Medan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2015 Penulis
NIM: 110501039 Siti Nurjanah
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berperan dalam pengurangan jumlah penduduk miskin di kota Medan dengan menggunakan metode Purposive Sampling penelitian ini menggunakan data primer dengan kuisioner dan wawancara terhadap 50 responden yang terdiri dari para pemilik UMKM dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah.
Hasil dari penelitian ini yaitu 100% para pemilik UMKM setuju mengatakan bahwa UMKM berperan dalam mengurangi jumlah pengangguran di Kota Medan, 92% para pemilik UMKM setuju mengatakan bahwa UMKM berperan terhadap perekonomian Kota Medan, dan 76% para pemilik UMKM setuju mengatakan bahwa UMKM berperan terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin di Kota Medan.
(6)
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the role of Small Micro Enterpreneurs (SME) in the reduction of poverty in Medan by using purposive sampling method with primary data from questionnaires and interview with 50 respondents who are the owner of SMEs.
The result of this study is 100% of the owner of SMEs agree that SMEs play a role in reducing the number of employment in Medan, 92% of the owners of SMEs agree that SMEs contribute to the economy in Medan, 76% owners of SMEs agree that SMEs play a role on reducing the number of poverty in Medan. Keywords: SME, Descriptive quanlitative analysis method
(7)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi berjudul “ Analisis Peran UMKM dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin di Kota Medan”.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Tentunya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan terbuka mengharapkan masukan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, terutama kepada :
1. Buat kedua orangtua tercinta Sarmansyah dan Erni Wati atas cinta, kasih, sayang, doa dan seluruh dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis dan Sarika Dewi, Riki Hamdani dan Riko Syahputra yang merupakan abang, kakak yang selama ini telah memberikan semangat dan doa yang tulus untuk penulis.
2. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum, SE., M.Ec. Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
(8)
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec. selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc, Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. Rujiman, MA. dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si. selaku dosen penguji saya yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan berupa saran dan kritik kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kepada seluruh teman-teman Ekonomi pembangunan 2011 dan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.
Medan, Mei 2015 Penulis,
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kemiskinan ... 6
2.2 Penyebab Kemiskinan ... 7
2.2.1 Kemiskinan Kurtural ... 7
2.2.2 Kemiskinan Struktural ... 7
2.3 Ukuran Kemiskinan ... 8
2.3.1 Kemiskinan Absolute ... 8
2.3.2 kemiskinan Relatif ... 9
2.4 Usaha Mikso Kecil Menengah (UMKM) ... 13
2.4.1 Faktor-Faktor Yang Menghambat Perkembangan UMKM ... 16
2.5 Penelitian Terdahulu ... 22
2.6 Kerangka Konsep ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Lokasi Penelitian ... 24
3.3 Batasan Operasional... 24
3.4 Definisi Operasional... 25
3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 25
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
3.7 Jenis dan Sumber Data ... 27
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 27
3.9 Teknik Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan... ... 29
(10)
4.1.2 Tenaga kerja ... 32
4.1.3 Kota Medan Secara Ekonomi ... 33
4.2 Hasil dan Pembahasan... 37
4.2.1 Karakteristik Responden ... 37
4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 37
4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39
4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 39
4.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40
4.2.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku/Etnik ... 42
4.2.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 43
4.2.1.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Pengusaha ... 44
4.2.2 Hasil Penelitian ... 45
4.2.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Banyaknya Tenaga Kerja ... 45
4.2.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 46
4.2.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Pengurangan Jumlah Peduduk Miskin ... 47
4.2.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Perekonomian ... 49
4.2.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Pengurangan Pengangguran ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55
5.2 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Analisis Kekuatan dan kelemahan UKM ... 19
4.1 Peta Kecamatan di Kota Medan ... 32
4.2 Data Penduduk dan Pengangguran ... 34
4.3 Data Penduduk dan Penduduk Miskin ... 35
4.4 Data Penduduk dan UMKM ... 36
4.5 Data Penduduk dan Angkatan Kerja ... 38
4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 39
4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 41
4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 42
4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku/etnik ... 43
4.11 Karakteristik Responden berdasarkan Agama ... 44
4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Pengusaha ... 45
4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan banyaknya tenaga Kerja ... 46
4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 45
4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin ... 47
4.16 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Perekonomian ... 49
4.17 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Pengurangan Jumlah Pengangguran ... 50
(12)
DAFTAR GAMBAR
No.Tabel Judul Halaman 2.1 Lingkarang Penyebab Kemiskinan ... 8 2.2 Kerangka Konsep ... 23 4.1 Peta Kecamatan Kota Medan ... 32
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman 1 Identitas Responden... 51 2 Kuisioner Penelitian ... 53
(14)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berperan dalam pengurangan jumlah penduduk miskin di kota Medan dengan menggunakan metode Purposive Sampling penelitian ini menggunakan data primer dengan kuisioner dan wawancara terhadap 50 responden yang terdiri dari para pemilik UMKM dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah.
Hasil dari penelitian ini yaitu 100% para pemilik UMKM setuju mengatakan bahwa UMKM berperan dalam mengurangi jumlah pengangguran di Kota Medan, 92% para pemilik UMKM setuju mengatakan bahwa UMKM berperan terhadap perekonomian Kota Medan, dan 76% para pemilik UMKM setuju mengatakan bahwa UMKM berperan terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin di Kota Medan.
(15)
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the role of Small Micro Enterpreneurs (SME) in the reduction of poverty in Medan by using purposive sampling method with primary data from questionnaires and interview with 50 respondents who are the owner of SMEs.
The result of this study is 100% of the owner of SMEs agree that SMEs play a role in reducing the number of employment in Medan, 92% of the owners of SMEs agree that SMEs contribute to the economy in Medan, 76% owners of SMEs agree that SMEs play a role on reducing the number of poverty in Medan. Keywords: SME, Descriptive quanlitative analysis method
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran sangat penting di seluruh dunia bukan hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi di negara-negara maju seperti Eropa, AS, dan Jepang, UMKM di sebut sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan ekspor, dan sebagai sumber inovasi. Di Indonesia pentingnya UMKM sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial seperti tingkat penduduk miskin yang tinggi dan jumlah pengangguran yang besar terutama dari golongan masyarakat berpendidikan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah antara daerah perkotaaan dan daerah pedesaan.
Peran keberadaan UMKM yang paling menonjol adalah kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja (dapat mengurangi jumlah pengangguran). Bagi sebagian orang yang memiliki potensi dari segi kreativitas, inovatif, teliti, ulet, dan memiliki kemampuan kerja yang tinggi, justru hal tersebut yang menarik untuk mendirikan UMKM. Hal tersebut dikarenakan merasa lebih bebas, tidak terkekang untuk mengambil keputusan, tidak memikirkan resiko yang tinggi, dan mereka menyadari bahwa suatu usaha besar harus dimulai dari usaha kecil. Selain itu, kemampuannya lebih baik dan dinamis dalam menyesuaikan diri terhadap keadaan pasar yang mudah berubah dibandingkan usaha besar. Ketika mereka memiliki sebuah usaha sendiri maka masalah kemiskinan justru akan lebih mudah untuk diatasi, sebab masalah penduduk miskin pada umumnya terjadi karena
(17)
mereka tidak memiliki pekerjaan berarti tidak memiliki penghasilan, atau memiliki pekerjaan tetapi penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, jika begitu maka orang yang tidak memiliki penghasilan dan penghasilannya tidak mencukupi maka dikatakan dengan kemiskinan. Kemiskinan adalah kenyataan hidup.
Usaha kecil dan informal merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis atau penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia ditahun 1997. Disisi lain, sektor usaha kecil dan informal juga telah mampu memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini. Kedudukan yang strategis dari sektor usaha kecil dan informal tersebut juga karena sektor ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan usaha besar/menengah. Keunggulan-keunggulan sektor ini antara lain kemampuan menyerap tenaga kerja dan menggunakan sumberdaya lokal, serta usahanya relatif bersifat fleksibel.
Untuk menanggulangi kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terus-menerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan hak-hak dasar, salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan adanya UMKM. Dalam struktur perekonomian di Indonesia, UMKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang produktif, yang keberadaannya mendominasi lebih dari 99 persen struktur perekonomian nasional. Keberadaan UMKM sangat dilematis, disatu sisi keberadaan menjadi penolong bagi masyarakat banyak karena mampu menjadi tumpuan bagi masyarakat di masa krisis ekonomi. Karena keberadaannya mampu menyediakan banyaknya kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan
(18)
mengurangi pengangguran. Tetapi, disisi lain keberadaannya masih saja mendapatkan kendala dan keterbatasan baik secara internal maupun eksternal.
Penanggulangan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM memiliki potensi yang cukup baik, karena ternyata sektor UMKM memiliki kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu penyerapan lebih dari 99,45% tenaga kerja dan sumbangan terhadap PDB sekitar 30%. Upaya untuk memajukan dan mengembangkan sektor UMKM akan dapat menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja yang ada dan tentu saja akan dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerja yang terlibat di dalamnya sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan pada akhirnya akan dapat digunakan untuk pengentasan kemiskinan.
Di Kota Medan jumlah UMKM pada tahun 2012 adalah ±242.890 UMKM, UMKM yang sangat dominan di Kota Medan adalah usaha kuliner, peran UMKM di Kota Medan juga sangat dominan dengan penyerapan tenaga kerja, berdasarkan data Badan Pusat Statistik jumlah pengusaha UMKM Kota Medan mencapai 99,8 persen dari jumlah usaha ekonomi yang ada di Kota Medan. Tetapi dari kontribusi UMKM di Kota Medan diperkirakan baru 39,8 persen sedangkan usaha besar 60,2 persen. Hal ini menunjukkan kuatnya sektor usaha besar dan masih terbatasnya sektor UMKM. Keterbatasan sektor UMKM ini di sebabkan masih kurang optimalnya sistem produksi, manajemen, dan akses pasar yang lebih luas.
Pada tahun 2011 jumlah UMKM di kota medan ±3.184 yang tercatat di dinas UMKM Kota Medan, dengan jumlah penduduk 2.117.244 dan penduduk
(19)
miskin 204.190 serta jumlah pengangguran sebesar 99.916 jika di lihat dari jumlah pengangguran dan penduduk miskin di Kota Medan pada tahun 2011 sudah dapat di pastikan bahwa jumlah UMKM tidak bisa menampung pengangguran tersebut dan dengan kata lain UMKM belum sepenuhnya bisa mengurangi penduduk miskin di Kota Medan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Peran UMKM Dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Dikota Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran UMKM dalam pengurangan jumlah penduduk miskin dikota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang peran UMKM dan pentingnya keberadaan UMKM dalam pengurangan jumlah penduduk miskin di Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pentingnya Peran UMKM dalam pengurangan kemiskinan di Kota Medan
(20)
2. Bagi UMKM dapat memberikan pertimbangan tentang keberadaan para pelaku usaha yang dapat mengurangi kemiskinan dan menjadi penggerak perekonomian Kota Medan.
3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan mengadakan kajian lebih lanjut mengenai pentingnya keberadaan UMKM.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Bappenas, 2004).
Hak-hak dasar antara lain : a. Terpenuhinya kebutuhan pangan.
b. Kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertahanan, sumber daya alam dan lingkungan hidup.
c. Rasa aman dari perilaku atau ancaman tindak kekerasan. d. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik.
Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh suatu negara, terutama di negara berkembang. Masalah kemiskinan merupakan sesuatu yang kompleks, baik dilihat dari penyebabnya maupun dari ukurannya. Hal ini disebabkan kemiskinan bersifat multidimensional, artinya kemiskinan menyangkut seluruh dimensi kebutuhan manusia yang sifatnya beragam. Selain itu, dimensi kebutuhan manusia yang beranekaragam itu pun saling terkait satu dengan lainnya.
Berkaitan dengan konsep kemiskinan maka tidak lepas dari konsep kesenjangan ekonomi dan juga pertumbuhan ekonomi. Pendapat yang berkaitan dengan hal ini dikemukakan oleh Kuznet, hipotesis Kuznet menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan hubungan
(22)
negatif, sebaliknya hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi adalah positif.
2.2 Penyebab Kemiskinan
Jika dilihat dari penyebabnya, kemiskinan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
2.2.1 Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural merupakan suatu kondisi kemiskinan yang terjadi karena kultur, budaya atau adat istiadat yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang merasa cepat puas dengan apa yang telah di milikinya sifat bermalas-malasan dan cara berpikir masyarakat yang kurang rasional dapat menyebabkan terjadinya kemiskinan pada masyarakat kelompok ini. Kemiskinan kultural diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan budaya tertentu yang membelenggu seseorang tetap melekat dengan indikator kemiskinan.
2.2.2 Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alam yang kurang menguntungkan sehingga masyarakat tidak dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk mencapai kesejahteraan. Kondisi alam yang kurang menguntungkan berupa tanah tandus, letak daerah yang terpencil, tidak adanya sumber daya mineral dan nonmineral, serta miskinnya fasilitas-fasilitas publik yang dibutuhkan.
Ada 6 faktor penyebab terjadinya kemiskinan di semua negara terutama negara sedang berkembang dimana masing-masing faktornya saling berkaitan
(23)
dan berbentuk lingkaran yang tidak berujung pangkal atau sering disebut lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty) dan digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Lingkaran Penyebab Kemiskinan 2.3 Ukuran Kemiskinan
Ukuran kemiskinan secara umum dibedakan menjadi 2, yaitu: 2.3.1 Kemiskinan Absolute
Kemiskinan secara absolute ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum seperti pangan, perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan yang diperlukan untuk dapat bertahan hidup dan bisa bekerja. Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang dan nilainya dikenal dengan istilah garis
kualitas SDM rendah
kualitas kehidupan rendah
produktivitas rendah
pendapatan rendah tabungan rendah
(24)
kemiskinan. Penduduk yang memiliki rata-rata pendapatan/pengeluaran per kapita setiap bulannya dibawah garis kemiskina maka digolongkan sebagai penduduk miskin.
2.3.2 Kemiskinan Relatif
Sangat berbeda dengan kemiskinan Absolute, kemiskinan relatif walaupun seseorang sudah bisa memenuhi kebutuhan pokoknya tetapi masih belum bisa di katakan tidak miskin. Menurut Miller (1977), mengatakan meskipun seseorang sudah bisa memenuhi kebutuhan pokoknya, akan tetapi pendapatannya tersebut masih jauh dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya, maka orang tersebut masih digolongkan sebagai masyarakat miskin. Maka semakin besar kesenjangan pendapatan maka semakin banyak masyarakat yang digolongkan sebagai masyarakat miskin.
Kemiskinan relatif merupakan kondisi karena pengaruh dari pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan.
Kategori kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik, ada 3 kategori penduduk miskin menurut pengeluaran konsumsinya, yaitu:
a. Penduduk sangat miskin
Penduduk sangat miskin adalah penduduk yang konsumsinya kurang dari 1.900 kalori per orang per hari ditambah dengan Pengeluaran Non Pangan (PNM) atau senilai Rp.120.000 per orang perbulan atau rumah tangga yang pendapatannya kurang dari Rp.480.000 perbulan.
(25)
b. Penduduk Miskin
Penduduk miskin adalah penduduk yang kemampuan pemenuhan kebutuhan konsumsinya antara 1.900 kalori- 2.100 kalori per orang per hari di tambah PNM setara dengan Rp150.000 per orang per bulan.
Menurut Amarta Sen (Peraih Nobel Ekonomi Sejahtera, 1998), seseorang disebut miskin karena tak punya akses untuk memenuhi kebutuhannya. Akses yang menjadi hak setiap orang ditentukan oleh “nilai diri”. Bagi sebagian orang, nilai diri yang dimiliki sebatas tenaga kerja. Oleh karena itu, kemiskinan dan kelaparan tidak dapat diatasi dengan hanya sekedar memperbesar produksi (laju pertumbuhan ekonomi) saja. Dengan demikian, jika pemberantasan kemiskinan adalah motif utama setiap kebijakan pembangunan, maka upaya penyedia lapangan pekerjaan serta peningkatan penghasilan orang miskin adalah tujuan terpenting semua kegiatan, dan peran usaha kecil termasuk industri kecil kerajinan (UMKM) dapat diyakini sebagai pendukung utama perekonomian rakyat dalam motif ini.
Masyarakat miskin di definisikan sebagai mereka petani, nelayan kecil (PNK) dan penduduk pedesaan lainnya yang hidup dibawah garis kemiskinan, dengan kriteria maksimum pendapatnnya setara dengan 320kg beras perkapita pertahun. Menurut Marguiret Robinson (2000), pengentasan kemiskinan dapat dilaksanakan melalui banyak program, termasuk didalamnya program pangan, kesehatan, pemukiman, pendidikan, keluarga berencana dan melalui pinjaman dalam bentuk micro credit.
(26)
Pinjaman dalam bentuk micro credit merupakan cara yang cukup ampuh untuk menangani kemiskinan. Namun demikian, kemungkinan besar perlu di perhatikan bahwa, ketika pinjaman diberikan kepada orang miskin maka kemungkinan besar pinjaman tersebut tidak akan pernah kembali. Kebanyakan orang miskin tidak mengerti bagaimana mengendalikan uang pinjaman tersebut, kebanyakan kemiskinan juga terjadi dikarenakan pendidikan mereka yang rendah, apabila uang pinjaman tersebut diberikan kepada orang yang tidak berpendidikan maka uang dari hasil pinjaman tersebut tidak akan dikelola dengan baik, dengan kata lain mereka yang diberikan pinjaman tidak akan bisa mengembalikan pinjaman tersebut. Maka, micro credit tidak dapat mengatasi kemiskinan.
Beberapa kelompok atau ahli telah mencoba merumuskan mengenai konsep kebutuhan dasar ini termasuk dalam alat ukurnya. Konsep kebutuhan dasar dan karakteristik kebutuhan dasar serta hubungan keduanya dengan garis kemiskinan. Rumusan komponen kebutuhan dasar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut;
1. Menurut United Nations (1961), sebagaimana dikutip oleh Hendra Esmara (1986:289), komponen kebutuhan dasar terdiri atas: kesehatan, bahan makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja dan kondisi pekerjaan, perumahan, sandang, rekreasi, jaminan sosial, dan kebebasan manusia.
2. Menurut UNSRID (1966), sebagaimana dikutip oleh Hendra Esmara (1986: 289), komponen kebutuhan dasar terdiri atas:
(27)
a. Kebutuhan fisik primer yang mencakup kebutuhan gizi, perumahan dan kesehatan.
b. Kebutuhan kultural yang mencakup pendidikan, rekreasi dan ketenangan hidup.
c. Kebutuhan atas kelebihan pendapatan.
3. Menurut Ganguli dan Gupta, (1976), sebagaimana dikutip oleh Hendra Esmara (1986:289), komponen kebutuhan dasar terdiri atas; gizi, perumahan, pelayanan kesehatan pengobatan, pendidikan dan sandang.
4. Menurut Green (1978), sebagaimana dikutip oleh Thee Kian Wie (1986: 31), komponen kebutuhan dasar terdiri atas:
a. Personal Consumtion items yang mencakup pangan, sandang dan pemukiman.
b. Basic Publik Service yang mencakup fasilitas kesehatan, pendidikan, saluran air minum, pengangkutan dan kebudayaan.
5. Menurut Hendra Esmara (1986: 320-321), komponen kebutuhan dasar primer untuk bangsa Indonesia mencakup pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan.
6. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), komponen kebutuhan dasar terdiri dari pangan dan bukan pangan yang disusun menurut daerah perkotaan dan pedesaan berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Kebutuhan masing-masing komponen adalah sebagai berikut:
a. Pangan, dinyatakan dengan kebutuhan gizi minimum yaitu perkiraan kalori dan protein.
(28)
b. Sandang, dinyatakan dengan indikator pengeluaran rata-rata untuk keperluan pakaian, alas kaki dan tutup kepala.
c. Perumahan, dinyatakan dengan indikator pengeluaran rata-rata untuk sewa rumah, listrik, minyak tanah, kayu bakar, arang dan air.
d. Pendidikan, dinyatakan dengan indikator pengeluaran rata-rata untuk keperluanbiaya sekolah (uang sekolah, iuran sekolah, alat tulis dan buku). e. Kesehatan, dinyatakan dengan indikator pengeluaran rata-rata untuk
penyediaan obat-obatan dirumah, ongkos dokter, perawatan dan termasuk obat-obatan.
2.4 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau yang disingkat dengan UMKM merupakan sektor riil yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dalam aktivitas bisnis sehari-hari. UMKM merupakan salah satu ujung tombak yang penting bagi Indonesia untuk dapat menguasai pasar bebas di tahun mendatang. UMKM juga telah menyelamatkan kondisi perekonomian Indonesia karena mampu menyerap banyak tenaga kerja yang saat itu pengangguran atau terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selain itu, UMKM mampu bertahan di tengah guncangan krisis moneter yang melambungkan harga barang- barang kebutuhan rumah tangga pada masa itu. UMKM jelas memegang peranan vital dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Di Indonesia sendiri, definisi dan karakteristik UMKM diatur dalam berbagai perspektif yaitu:
(29)
1. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menyebutkan bahwa :
a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorang dan/atau badan usaha perorangan dengan aset s/d Rp 50 Juta dan Omset maksimum 300 juta per tahun.
b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan aset > 50 Juta-500 Juta dan omset Rp 300 juta-Rp 2,5 Milyar per tahun.
c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan aset > Rp 500 Juta-Rp 10 Milyar dan omset > Rp 2,5 Milyar-Rp 50 Milyar per tahun.
2. Menurut Badan Pusat Statistik, kriteria usaha adalah: a. Usaha Mikro, memiliki 1-4 orang tenaga kerja b. Usaha Kecil, memiliki 5-19 orang tenaga kerja c. Usaha Menengah, memiliki 20-99 orang tenaga kerja d. Usaha Besar, memiliki di atas 99 orang tenaga kerja
(30)
3. Menurut Bank Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah adalah perusahaan industri dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Memiliki modal kurang dari Rp. 20 juta
b. Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp. 5 juta. c. Suatu perusahaan atau perseorangan yang mempunyai total asset maksimal
Rp. 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati. d. Omset tahunan lebih besar dari Rp. 1 milyar.
4. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM adalah kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan yang mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar Rp. 70 juta ke bawah dan usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia. 5. Menurut Bank Dunia, kriteria usaha mikro kecil dan menengah adalah:
a. Usaha Mikro, memiliki pekerja < 10 orang, dengan jumlah aset < $100.000 atau omset < $100.000 pertahun.
b. Usaha Kecil, memiliki pekerja < 50 orang, dengan jumlah aset < $3 juta atau omset < $3 juta pertahun.
c. Usaha Menengah, memiliki pekerja < 300 orang, dengan jumlah aset < $15 juta atau omset < $15 juta pertahun.
6. Menurut Staley & Morse (Modern Small Industri), kriteria usaha mikro kecil dan menengah adalah:
a. Usaha Mikro, memiliki 1-9 orang pekerja. b. Usaha Kecil, memiliki 10-49 orang pekerja. c. Usaha Menengah, memiliki 50-99 orang pekerja.
(31)
7. Menurut Anderson TommyD, kriteria usaha mikro kecil adalah: a. Usaha Mikro, memiliki 1-9 orang pekerja.
b. Usaha Kecil, memiliki 10-19 orang pekerja.
2.4.1 Faktor-faktor yang menghambat perkembangan UMKM
Perkembangan UMKM di Indonesia belum maksimal, ada 2 faktor penghambat berkembangnya UMKM di Indonesia yaitu faktor Internal dan faktor Eksternal. A. Faktor Internal
Faktor internal yang menjadi penghambat berkembangnya UMKM meliputi: 1. Kurangnya Permodalan
Faktor permodalan merupakan faktor utama yang sangat diperlukan disuatu UMKM, pada suatu usaha perorangan atau perusahaan yang bersifat tertutup biasanya hanya mengandalkan modal sendiri yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sangat sulit diperoleh dikarenakan persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh suatu bank atau lembaga keuangan lainnya tidak dapat tepenuhi.
Indonesia sudah memiliki beberapa lembaga keuangan, bank perbankan dan non bank yang dapat membantu permasalahan ini. Untuk skala mikro, dikenal dengan lembaga keuangan mikro dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Untuk lembaga keuangan non perrbankan, terdapat lembaga Koperasi Simpan Pinjam (KSP), untuk tingkat nasional PT. Permodalan Nasional Madan (Persero) yang melakukan pembinaaan terhadap lembaga keuangan mikro. Selain itu, terhadap perum pegadaian dengan menawarkan jasa bantuan
(32)
keuangan untuk pengusaha mikro kecil menengah dengan proses yang relatif sederhana dan cepat. Tetapi tetap saja kemampuan keuangan lembaga-lembaga itu tidak sesuai dengan jumlah pengusaha skala kecil menengah (Wahyuni dkk, 2005).
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Keterbatasan SDM pada usaha kecil baik dari pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat mempengaruhi manajemen pengelolaan usahanya dan hal ini yang membuat usaha tersebut sangat sulit untuk menghadapi atau mengikuti perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang akan dihasilkan. Marita Hovers dari PUM-sebuah lembaga untuk pendamping Small and Medium Enterprises (SME) atau sama dengan UMKM Belanda pernah mengidentifikasi, UMKM di Sumatera Utara masih belum menerapkan manajemen yang memadai. Sebenarnya potensi perkembangannya cukup besar, namun karena tidak adanya manajemen yang baik akhirnya perkembangan usahanya cenderung stagnan. Stagnasi UMKM ini juga dipicu pengolahan yang berorientasi provit, mereka cenderung untuk bertahan dengan kondisi yang sudah ada.
3. Lemahnya Jaringan Usaha
Usaha kecil pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas. Oleh karena itu produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan kualitasnya yang sangat kurang baik. Sangat berbeda dengan usaha besar yang mempunyai jaringan usaha yang relatif besar dan penggunaan teknologi yang baik sehingga menghasilkan kualitas produk
(33)
yang baik pula. Dan barang hasil produksi besar tersebut bisa di promosikan secara Internasional.
Aspek lain yang membuat jaringan usaha dan akses pasar menjadi terbatas sekali, yaitu UMKM dihadapkan pada persoalan cost of production yang tinggi. Tingginya cost of production ini juga turut dipengaruhi oleh mahalnya bahan baku, tingginya cost of transportation, banyaknya pungutan liar yang mengatasnamakan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) serta retribusi lain yang irrasional dan tumpang tindih. Tingginya cost ini membuat produk UMKM kalah bersaing dengan produk-produk impor yang beredar bebas di pasar.
Dibawah ini terdapat tabel yang menganalisis kekuatan dan kelemahan UKM yang ada di Indonesia.
(34)
Tabel 2.1
Analisis Kekuatan dan Kelemahan UKM
Faktor-faktor Kekuatan kelemahan
Manusia a. motivasi
b. pasokan tenaga kerja berlimpah dan upah murah
Mutu SDM, teruama pendidikan formal rendah, termasuk kemampuan melihat peluang bisnis terbatas.
a. produktivitas etos kerja dan disiplin rendah
b. penggunaan tenaga kerja cenderung eksploitatif dengan tujuan mengejar target
c. sering menggunakan keluarga sebagai pekerja tidak dibayar. Ekonomi Bisnis a. menggunakan
sumber-sumber keuangan informal yang mudah diperoleh.
b. mengandalkan bahan baku lokal tergantung jenis produk yang di buat.
c. melayani segmen pasar bawah yang tinggi permintaannya
(proporsi dari populasi paling besar.
a. nilai tambah yang diperoleh rendah dan akumulasinya sulit terjadi.
b. manajemen keuangan buruk.
c. mutu produk belum memenuhi standar pasar dan pelayanan belum menjadi ukuran utama.
B. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang menjadi penghambat berkembangnya UMKM meliputi:
1. Iklim Usaha Belum Kondusif
Iklim usaha yang kondusif adalah iklim yang mendorong seseorang melakukan investasi dengan biaya dan resiko serendah mungkin, dan menghasilkan keuntungan jangka panjang yang tinggi (Tambunan, 2006).
(35)
2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan.
3. Implikasi Otonomi Daerah
Ketentuan tentang pengurusan perizinan usaha industri dan perdagangan telah diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 408/MPP/Kep/10/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang berlaku selama perusahaan yang bersangkutan menjalankan kegiatan usaha perdagangannya. Selain itu, ada juga Keputusan Menteri Perindag No. 225/MPP/Kep/7/1997 tentang Pelimpahan Wewenang dan Pemberian Izin di Bidang Industri dan Perdagangan sesuai dengan Surat Edaran Sekjen No. 771/SJ/SJ/9/1997 ditetapkan bahwa setiap perusahaan yang mengurus SIUP baik kecil, menengah dan besar berkewajiban membayar biaya administrasi dan uang jaminan adalah 0 rupiah (nihil). Artinya, perizinan tidak dikenakan biaya (Wahyuni dkk, 2005).
4. Implikasi perdagangan bebas
Tahun 2015 adalah tahun dimana diberlakukannya ASEAN Free Trade Area (AFTA). Dengan adanya AFTA seharusnya Indonesia telah mempersiapkan rencana-rencana untuk menghadapi AFTA. Seharusnya AFTA dinilai bukan sebagai ancaman yang menakutkan bagi ekonomi Indonesia
(36)
tetapi AFTA bisa menjadi titik balik bagi Indonesia untuk bisa unggul di kawasan ASEAN. Dengan pembentukan AFTA Indonesia bisa mengambil peluang melalui pendayagunaan UMKM. Disinilah kesempatan bagi produk-produk UMKM lokal di Indonesia untuk bisa bersaing dipasar globa.
Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14000) dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara tidak adil oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier for Trade). Untuk itu maka diharapkan UKM perlu mempersiapkan agar mampu bersaing baik secara keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
5. Terbatasnya Akses Pasar
Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
Dalam memanfaatkan pasar global, UMKM kita bisa belajar ke Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Ketiga negara tersebut memiliki UMKM yang kontribusinya tinggi terhadap ekspor. Akses pemasaran yang tidak tertembus UMKM ini juga sangat dipengaruhi lemahnya penguasaan Teknologi Informasi (TI) oleh pelaku UMKM (Wahyuni dkk, 2005).
(37)
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Supriyanto (2006) yang berjudul Peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Dan Pengangguran. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam upaya pembangunan ekonomi rakyat, UMKM termasuk koperasi pada saat ini telah dijadikan sebagai sarana kebijakan pembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena, banyaknya peran penting yang dapat diberikan oleh keberadaan UMKM di Indonesia khususnya dalam penyediaan lapangan pekerjaan, mengurangi kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan dan arus urbanisasi berlebihan.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Erwan Agus Purwanto (2007) yang berjudul Mengkaji Usaha Kecil Dan Menengah Untuk Pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam Usaha kecil dan menengah sangat penting untuk mengatasi pengangguran karena UKM dapat memberikan kesempatan kerja bagi kelompok miskin yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi sehingga sulit untuk memperoleh akses pekerjaan di industri besar.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Supriyanto (2006) yang berjudul Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Penanggulangan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM memiliki potensi yang cukup baik, karena ternyata sektor UMKM memiliki kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu menyerap lebih dari
(38)
99,45 persen tenaga kerja dan sumbangan PDB sekitar 30 persen. 2.6 Kerangka Konseptual
Menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar (2008: 53), kerangka konseptual merupakan model konseptual variabel-variabel penelitian mengenai pertautan teori yang berhubungan dengan model-model yang ingin diteliti, berupa variabel bebas dan variabel terikat. Adapun kerangka konseptual yang akan dihasilkan dari penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka konseptual
UMKM
JumlahAngkatan Kerja
Jumlah pengangguran
Jumlah Penduduk
(39)
BAB
III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei pada umumnya menggunakan instrumen kuisioner (quesionnaire) yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu (Sinulingga, 2011).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. 3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini dibatasi oleh beberapa aspek sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menganalisis permasalahan yang ada. Aspek-aspek yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Angkatan Kerja 2. Pengangguran
(40)
3. Penduduk Miskin
Ketiga aspek diatas yang hanya akan dibahas dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan ketiga aspek ini merupakan hal yang paling penting dalam peran UMKM dalam pengurangan jumlah penduduk miskin.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan istilah yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang menjadi objek penelitian dapat didefiniskan sebagai berikut:
1. Angkatan kerja adalah usia yang diharapkan untuk memasuki lapangan pekerjaan.
2. Pengangguran merupakan berapa banyak yang diharapkan penyerapan tenaga kerjanya oleh UMKM.
3. Penduduk miskin adalah keadaan yang harus dikurangi dengan cara penyerapan pengangguran.
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Guttman. Skala pengukuran Guttman akan mendapatkan jawaban yang tegas, yaitu iya atau tidak, benar atau salah,setuju atau tidak setuju.
Pada penelitian ini, setiap responden diharuskan memilih salah satu dari beberapa kategori jawaban yang ada sesuai keadaan yang terjadi sehingga nantinya jawaban-jawaban dari para responden akan disimpulkan untuk memperoleh hasil keseluruhan dari penelitian ini.
(41)
3.6 Metode Pengambilan Sampel
Perosedur pengambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan menentukan sampel atau responden yang dianggap dapat mewakili segmen kelompok UMKM yang dinilai mempunyai pengaruh terhadap Peran UMKM Dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Di Kota Medan.
Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 responden yang terdiri dari para Pengusaha UMKM.
Sesuai dengan penelitian sosial menurut Roscoe (1982:253) dalam Taniredja dan Mustafidah (2011:38) memberikan saran-saran untuk penelitian sebagai berikut :
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
2. Bila sample dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel setiap katagori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya). Maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independent + dependent) maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50
(42)
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok control, jumlah anggota sampel masing – masing antara 10 sampai dengan 20.
3.7 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat atau dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumbernya. Untuk memperoleh data primer, peneliti wajib mengumpulkannya secara langsung. Cara yang bisa digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu observasi, diskusi terfokus, wawancara serta penyebaran kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), buku literatur, internet, jurnal, serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan sebagai data penunjang.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu : 1. Kuisioner
Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dalam hal ini yang menjadi repondennya adalah para pelaku UMKM di Kota Medan.
(43)
2. Studi Kepustakaan
Teknik studi kepustakaan merupakan data informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menerima kajian yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Data dan informasi dapat diperoleh melalui buku-buku, internet, jurnal, tesis dan sebagainya.
3.9 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang sedang terjadi saat penelitian berjalan.
Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab permasalahan utama yaitu untuk mengetahui pentingnya peran UMKM dalam mengatasi pengurangan jumlah penduduk miskin di Kota Medan.
Analisis ini akan dilakukan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Data yang analisis berupa jawaban-jawaban kuisioner dari para responden yaitu pelaku UMKM di Kota Medan.
(44)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Medan 4.1.1 Keadaan Geografis
Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas wilayah 265,10 km². Kota Medan terletak antara 3˚.27’- 3˚.47’ Lintang Utara dan 98˚.35’-98˚.44’ Bujur Timur di atas permukaan laut. Kota ini merupakan pusat pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, barat, selatan dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Dari luas wilayah kota Medan dapat di Presentasikan sebagai berikut 1. Pemukiman 36,3% 5. Perusahaan 4,2% 2. Perkebunan 3,1% 6. Kebun Campuran 45,4%
3. Lahan Jasa 1,9% 7. Industri 1,5%
4. Sawah 6,1% 8. Hutan Rimba 1,8%
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2013 yaitu 23,99˚C dan suhu maksimum yaitu 32,11˚C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,8˚C dan suhu maksimumnya yaitu 32˚C. Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.
(45)
Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 - 85%. kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2001 rata- rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 226,0 mm (menurut Stasiun Sampali) dan 299,5 mm pada Stasiun Polonia.
Kota Medan juga merupakan jalur sungai. Paling tidak ada 7 (tujuh) sungai yang melintasinya, yaitu :
1. Sungai Belawan 2. Sungai Badra 3. Sungai Sikambing 4. Sungai Putih 5. Sungai Babura 6. Sungai Deli
7. Sungai Sulang-Saling/Sei Kera
Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial
(46)
yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingjkungan maupun sebaliknya.
Pada tahun 2013, penduduk Kota Medan mencapai 2.135.416 jiwa. Dibandingkan hasil proyeksi penduduk 2013, terjadi pertambahan penduduk sebesar 12.712 jiwa (0,6%). Dengan luas wilayah mencapai 265,19 km², kepadatan penduduk mencapai 8.055jiwa/km².
Gambar 4.1
Peta Kecamatan Kota Medan
Tabel 4.1
(47)
No Kecamatan Jumlah UMKM 2012
1 Medan Polonia 39
2 Medan Johor 173
3 Medan Marelan 23
4 Medan Maimun 8
5 Medan Deli 167
6 Medan Tembung 320
7 Medan Baru 64
8 Medan Kota 110
9 Medan Labuhan 266
10 Medan Belawan 369
11 Medan Perjuangan 68
12 Medan Sunggal 68
13 Medan helvetia 24
14 Medan Timur 254
15 Medan Barat 103
16 Medan Selayang 177
17 Medan Amplas 63
18 Medan Area 402
19 Medan Tuntungan 81
20 Medan Denai 575
21 Medan Petisah 123
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan, UMKM Data yang Diolah
4.1.2 Tenaga Kerja
Walaupun pembangunan Kota Medan menghasilkan kemajuan di berbagai bidang, masalah ketenagakerjaan tetap belum terselesaikan secara mendasar. Sebagai salah satu upaya mengatasi masalah ketenagakerjaan tersebut diambil langkah pembaharuan dengan menempatkan peran manusia (tenaga kerja) sebagai sasaran dan sekaligus motor utama pembangunan Kota.
Strategi pembangunan Kota Medan diharapkan mampu mengubah pola pertumbuhan dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang bertumpu kepada sumber daya manusia dan mendorong terciptanya lapangan kerja baru. Selain itu perlunya menciptakan iklim investasi yang kondusif dan kompetitif, penyediaan lokasi usaha, kemudahan usaha, pemberian insentif fiskal, infrastruktur perkotaan
(48)
yang modern dan sebagainya, guna menarik investasi baik lokal, nasional maupun asing.
4.1.3 Kota Medan Secara Ekonomi
Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dalam ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang di dominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat perkapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi relatif tetap. Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefenisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu sama dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan pengangguran faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Tabel 4.2
Data Penduduk dan Pengangguran
Tahun Jumlah penduduk Jumlah pengangguran
2007 2.083.156 123.670
2008 2.102.105 125.477
2009 2.121.053 137.160
(49)
2011 2.117.244 99.916
2012 2.122.804 84.501
Sumber: BPS
Dari data di atas jumlah penduduk dari tahun 2007 ke 2008 mengalami kenaikan sebanyak 18.949 jiwa di ikuti oleh kenaikan jumlah pengangguran sebanyak 1807 jiwa, selanjutnya pada tahun 2008 hingga 2009 jumlah penduduk juga mengalami kenaikan sebanyak 18.948 jiwa dan di ikuti dengan kenaikan jumlah pengangguran sebanyak 11.683 jiwa, selanjutnya pada tahun 2009 hingga 2010 jumlah penduduk mengalami penurunan sebanyak 23.443 jiwa dan jumlah pengangguran juga mengalami penurunan sebanyak 3.349 jiwa, pada tahun 2010 hingga 2011 jumlah penduduk mengalami kenaikan sebanyak 19.634 jiwa dengan kenaikan penduduk sebanyak itu jumlah pengangguran mengalami penurunan sebanyak 33.895 jiwa, dan selanjutnya pada tahun 2011 hingga 2012 jumlah penduduk mengalami kenaikan sebanyak 5.560 jiwa tetapi jumlah pengangguran mengalami penurunan sebanyak 15.415 jiwa. Jadi, kenaikan jumlah penduduk di Kota Medan tidak selalu di ikuti dengan kenaikan jumlah penggangguran yang ada di Kota Medan.
Tabel 4.3
Data Penduduk dan Penduduk Miskin
Tahun Jumlah penduduk Jumlah penduduk miskin
2007 2.083.156 148.100
2008 2.102.105 217.300
2009 2.121.053 200.400
2010 2.097.610 212.300
2011 2.117.244 204.190
2012 2.122.804 198.030
(50)
Dari data di atas jumlah penduduk dari tahun 2007 ke 2008 mengalami kenaikan sebanyak 18.949 jiwa di ikuti oleh kenaikan jumlah penduduk miskin sebanyak 69,200 jiwa, selanjutnya pada tahun 2008 hingga 2009 jumlah penduduk mengalami sebanyak 18.948 jiwa dan tetapi jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebanyak 16.900 jiwa, selanjutnya pada tahun 2009 hingga 2010 jumlah penduduk mengalami penurunan sebanyak 23.443 jiwa dan jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan sebanyak 11.900 jiwa, pada tahun 2010 hingga 2011 jumlah penduduk mengalami kenaikan sebanyak 19.634 jiwa dengan kenaikan penduduk sebanyak itu jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebanyak 8.110 jiwa, dan selanjutnya pada tahun 2011 hingga 2012 jumlah penduduk mengalami kenaikan sebanyak 5.560 jiwa tetapi jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebanyak 6.160 jiwa. Jadi, kenaikan jumlah penduduk di Kota Medan tidak selalu di ikuti dengan kenaikan dan penurunan jumlah penduduk miskin yang ada di Kota Medan.
Tabel 4.4
Data Penduduk dan UMKM
Tahun Jumlah penduduk Jumlah UMKM
2007 2.083.156 2570
2008 2.102.105 2801
2009 2.121.053 3235
2010 2.097.610 3342
2011 2.117.244 3184
2012 2.122.804 3635
(51)
Dari data di atas dapat di lihat bahwa jumlah UMKM yang ada di Kota Medan yang terdaftar di kantor Dinas UMKM Kota Medan dan BPS adalah jumlah UMKM mengalami kenaikan dari tahun 2007 hingga 2012 tetapi pada tanum 2010 hingga tahun 2011 mengalami penurunan sebanyak 158 UMKM tetapi pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami kenaikan jumlah UMKM yang cukup signifikan yaitu UMKM bertambah sebanyak 451 UMKM.
Tabel 4.5
Data Penduduk dan Angkatan Kerja
Tahun Jumlah penduduk Jumlah angkatan kerja
2007 2.083.156 729.892
2008 2.102.105 833.832
2009 2.121.053 824.250
2010 2.097.610 886.815
2011 2.117.244 902.097
2012 2.122.804 851.642
Sumber: BPS
Dari data di atas jumlah penduduk dari tahun 2007 ke 2008 mengalami kenaikan sebanyak 18.949 jiwa di ikuti oleh kenaikan jumlah angkatan kerja sebanyak 103.940 jiwa, selanjutnya pada tahun 2008 hingga 2009 jumlah penduduk juga mengalami kenaikan sebanyak 18.948 jiwa dan tetapi jumlah angkatan kerja mengalami penurunan sebanyak 9.582 jiwa, selanjutnya pada tahun 2009 hingga 2010 jumlah penduduk mengalami penurunan sebanyak 23.443 jiwa dan jumlah angkatan kerja mengalami kenaikan sebanyak 62.565 jiwa, pada tahun 2010 hingga 2011 jumlah penduduk mengalami kenaikan sebanyak 19.634 jiwa dengan kenaikan penduduk sebanyak itu jumlah angkatan kerja juga mengalami
(52)
kenaikan sebanyak 15.282 jiwa, dan selanjutnya pada tahun 2011 hingga 2012 jumlah penduduk mengalami kenaikan sebanyak 5.560 jiwa tetapi jumlah angkatan kerja mengalami penurunansebanyak 50.455 jiwa. Jadi, kenaikan jumlah penduduk di Kota Medan tidak selalu di ikuti dengan kenaikan jumlah penggangguran yang ada di Kota Medan.
4.2 Hasil dan Pembahasan 4.2.1 Karakteristik Responden
Keseluruhan pengusaha yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 50 pengusaha UMKM yang menetap di Kota Medan. Setelah itu maka dilakukan identifikasi terhadap sampel yang telah di tentukan sebelumnya.
4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berkisar 25-70 tahun, hal ini di tunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persen (%)
1 ≤ 25 tahun 2 orang 4
2 26-35 tahun 7 orang 14
3 36-45 tahun 18 orang 36
4 46-55 tahun 16 orang 32
5 56-65 tahun 6 orang 12
6 ≥ 70 tahun 1 orang 2
Jumlah 50 orang 100
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.1 dari 50 responden yang di teliti, usia 36-45 tahun adalah menempati urutan pertama jumlah pengusaha UMKM yang paling banyak
(53)
berdasarkan usia yaitu berjumlah 18 pengusaha UMKM atau sebesar 36%, diposisi kedua di ikuti usia 46-55 tahun yang berjumlah 16 pengusaha UMKM atau sebesar 32%, diposisi ketiga usia 26-35 tahun sebanyak 7 pengusaha UMKM atau sebesar 14%, selanjutnya usia 56-65 tahun sebanyak 6 pengusaha UMKM atau sebesar 12% , selanjutnya usia ≤25 tahun sebanyak 2 pengusaha UMKM atau sebesar 4% dan pengusaha usia ≥70 tahun sebanyak 1 pengusaha UMKM atau sebesar 2%.
Jadi, berdasarkan data di atas usia pengusaha UMKM yang paling mendominan adalah pengusaha UMKM berusia 36-45 tahun yaitu sebanyak 18 pengusaha atau sebesar 36%.
Setelah karakteristik berdasarkan usia, selanjutnya penulis akan mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini laki-laki dan perempuan, hal ini di tunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Persen (%)
1 Laki-laki 35 orang 70
2 Perempuan 15 orang 30
Jumlah 50 orang 100
(54)
Berdasarkan tabel 4.2 dari 50 responden menurut jenis kelamin UMKM di kota Medan banyak di dominasi oleh laki-laki yaitu sejumlah 35 orang pengusaha UMKM atau sebesar 70%, sementara di pihak perempuan berjumlah 15 orang pengusaha UMKM atau sebesar 30%.
Jadi, berdasarkan data di atas jenis kelamin pengusaha yang paling dominan dalam sampel ini adalah pengusaha laki-laki yaitu 35 pengusaha atau 70%.
Setelah karakteristik berdasarkan jenis kelamin, selanjutnya penulis akan mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan status perkawinan.
4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status perkawinan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kawin, belum kawin, dan duda/janda. Hal ini ditunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.8
Karakteristik Berdasarkan Status Perkawinan
No Status Jumlah Persen (%)
1 Kawin 48 orang 96
2 Belum kawin - -
3 Duda/janda 2 orang 4
Jumlah 50 orang 100
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.3 dari 50 responden yang telah diteliti, pengusaha UMKM di kota Medan yang memiliki status kawin sebanyak 48 responden atau sebesar 96%, dan yang berstatus duda/janda hanya 2 responden atau sebesar 4%, tidak ada pengusaha UMKM yang berstatus belum kawin.
(55)
Jadi, berdasarkan data di atas status perkawinan yang mendominasi dalam sampel penelitian ini adalah pengusaha berstatus perkawinan kawin yaitu sebanyak 48 pengusaha atau sebesar 96%.
Setelah karakteristik berdasarkan status perkawinan, selanjutnya penulis akan mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan. Hasilnya adalah sebagai berikut:
4.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah tidak tamat SD, Tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, D3/sederajat, S1/sederajat. Hal ini ditunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persen (%)
1 Tidak tamat SD - -
2 Tamat SD 3 orang 6
3 Tamat SMP 4 orang 8
4 Tamat SMA 33 orang 66
5 D3/sederajat 4 orang 8
6 S1/sederajat 6 orang 12
Jumlah 50 orang 100
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dari 50 responden yang telah di teliti, pengusaha UMKM yang memiliki tamatan pendidikan di tingkat SMA sebanyak 33 pengusaha UMKM atau sebesar 66%, tamatan pendidikan di tingkat SMA paling
(56)
banyak di antara semua responden yang telah di teliti melebihi 50%, tamatan pendidikan di tingkat S1 sebanyak 6 responden atau sebesar 12%, pada tamatan pendidikan di tingkat SMP dan D3 sama banyaknya yaitu masing-masing sebesar 4 responden atau sebesar 8, dan sebanyak 3 responden yang memiliki tamatan pendidikan di tingkat SD atau sebesar 6%, dari 50 responden yang telah di teliti tidak ada responden yang tidak tamat SD.
Jadi, berdasarkan data di atas pendidikan yang mendominasi para pengusaha yang menjadi sampel adalah pengusaha tamatan SMA yaitu sebanyak 33 pengusaha atau sebesar 66%.
Setelah karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan, selanjutnya penulis akan mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan suku/etnik. Hasilnya adalah sebagai berikut:
4.2.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku/Etnik
Suku/etnik responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah suku Batak, Jawa, Cina, Minang, dan lainnya. Hal ini di tunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.10
Karakteristik Responden Berdasarkan Suku/Etnik
No Suku/Etnik Jumlah Persen (%)
1 Batak 7 orang 14
2 Jawa 24 orang 48
3 Cina 6 orang 12
4 Minang 4 orang 8
5 Lainnya 9 orang 18
Jumlah 50 orang 100
(57)
Berdasarkan tabel 4.5 dari 50 responden yang telah diteliti, terdapat 7 pengusaha UMKM yang memiliki suku/etnik Batak atau sebesar 14%, selanjutnya terdapat 24 pengusaha UMKM yang memiliki suku/etnik Jawa atau sebesar 48%, selanjutnya terdapat 6 pengusaha UMKM yang memiliki suku/etnik Cina atau sebesar 12%, selanjutnya terdapat 4 pengusaha UMKM yang memiliki suku/etnik Minang/padang atau sebesar 8%, dan terdapat 9 suku/etnik lainnya didalam etnik lainnya terdapat suku melayu dan aceh atau sebesar 18%.
Jadi, berdasarkan data di atas suku/etnik yang mendominasi dalam sampel ini adalah suku/etnik Jawa yaitu sebanyak 24 pengusaha atau sebesar 48%.
Setelah karakteristik berdasarkan suku/etnik, selanjutnya penulis akan mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan agama. Hasilnya adalah sebagai berikut:
4.2.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama
Agama responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lainnya. Hal ini di tunjukkan melalui pendistribusian sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.11
Karakteristik Responden Berdasarkan Agama
no Agama Jumlah Persen (%)
1 Islam 38 orang 76
2 Kristen 6 orang 12
3 Bunda 6 orang 12
4 Hindu - -
5 Lainnya - -
Jumlah 50 orang 100
(58)
Berdasarkan tabel 4.6 dari 50 responden yang telah diteliti, terdapat 38 responden yang memiliki agama islam atau sebesar 76%, selanjutnya terdapat 6 masing-masing responden yang memiliki agama kristen dan Budha atau sebesar 12% untuk masing-masing agama dan tidak ada responden yang memiliki agama Hindu.
Jadi, berdasarkan data di atas agama yang paling mendominasi para pengusaha yang menjadi sampel adalah agama Islam yaitu sebanyak 38 pengusaha atau sebesar 76%.
Setelah karakteristik berdasarkan agama, selanjutnya penulis akan mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan lamanya menjadi pengusaha. Hasilnya adalah sebagai berikut:
4.2.1.7 Karakteteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Pengusaha
Lamanya menjadi pengusaha responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berkisar antara 1-30 tahun, hal ini di tunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.12
Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Pengusaha
no Lama usaha Jumlah Persen (%)
1 1-5 tahun 11 UMKM 22
2 6-10 tahun 22 UMKM 44
3 11-15 tahun 12 UMKM 24
4 16-20 tahun 3 UMKM 6
5 ≥30 tahun 2 UMKM 4
Jumlah 50 UMKM 100
(59)
Berdasarkan tabel 4.7 dari 50 responden yang telah diteliti terdapat 11 pengusaha UMKM yang telah menjadi pengusaha selama 1-5 tahun atau sebesar 22%, terdapat 22 pengusaha UMKM yang telah menjadi pengusaha selama 6-10 tahun atau sebesar 44%, terdapat 12 pengusaha UMKM yang telah menjalankan usahanya selama 11-15 tahun atau sebesar 24%, setelah itu terdapat 3 pengusaha UMKM yang telah menjadi pengusaha selama 16-20 tahun atu sebesar 6% dan selanjutnya terdapat 2 pengusaha UMKM yang telah menjadi pengusaha selama kurun waktu ≥30 tahun atau sebesar 4%.
Jadi, berdasarkan data di atas lamanya pengusaha menjalankan usaha UMKM nya yang paling mendominasi adalah 6-10 tahun yaitu sebanyak 22 pengusaha atau sebesar 44%.
Setelah karakteristik berdasarkan lamanya menjadi pengusaha, selanjutnya penulis akan mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan banyaknya tenaga kerja.
4.2.2 Hasil Penelitian
4.2.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Banyaknya Tenaga Kerja Banyaknya tenaga kerja responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berkisar antara 1-99 tenaga kerja, hal ini di tunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.13
Distribusi Sampel Berdasarkan Banyaknya Tenaga Kerja
No Tenaga kerja Jumlah Persen (%)
1 1-4 orang 22 UMKM 44
2 5-19 orang 25 UMKM 50
3 20-99 orang 3 UMKM 6
(60)
Jumlah 50 UMKM 100
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.8 dari 50 responden yang telah diteliti, terdapat 22 pengusaha UMKM yang memiliki tenaga kerja sebanyak 1-4 tenaga kerja atau sebesar 44%, terdapat 25 pengusaha atau sebesar 50% UMKM yang memiliki tenaga kerja sebanyak 5-19 orang dan terdapat 3 pengusaha UMKM yang memiliki tenaga kerja anatar 20-99 tenaga kerja atau sebesar 6%, tidak ada pengusaha yang memiliki tenaga kerja ≥99 tenaga kerja.
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang memiliki 1-4 tenaga kerja di katakan Usaha Mikro, yang memiliki 5-19 tenaga kerja di golongkan sebagai Usaha Kecil dan 20-99 tenaga kerja digolongkan sebagai Usaha Menengah. Dari 50 responden yang telah diteliti terdapat setengah dari responden yang di golongkan sebagai Usaha Kecil.
Jadi, berdasarkan data di atas UMKM yang memiliki tenaga kerja sebanyak 5-19 orang sebanyak 25 UMKM atau sebanyak 50% UMKM.
Setelah karakteristik berdasarkan banyaknya tenaga kerja, selanjutnya penulis akan mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan jenis usaha. Hasilnya adalah sebagai berikut:
4.2.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Jenis usaha responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah usaha pakaian, makanan, perabot rumah tangga, elektronik, dan lainnya. Hal ini di tunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.14
(61)
No Jenis usaha Jumlah Persen (%)
1 Pakaian 6 UMKM 12
2 Makanan 19 UMKM 38
3 Perabot Rumah Tangga 10 UMKM 20
4 Elektronik 3 UMKM 6
5 Lainnya 12 UMKM 24
Jumlah 50 UMKM 100
Sumber: Data Primer Diolah
Menurut tabel 4.9 dari 50 responden yang telah diteliti, terdapat 6 pengusaha UMKM yang memiliki jenis usaha pakaian atau sebesar 12%, terdapat 19 pengusaha UMKM yang memiliki jenis usaha makana/kuliner atau sebesar 38%, terdapat 10 pengusaha UMKM yang memiliki jenis usaha perabot rumah tangga dari pembuatan sampai penjualan perabot rumah tangga atau sebesar 20%, terdapat 3 pengusaha UMKM yang memiliki jenis usaha elektronik atau sebesar 6% dan terdapat 12 pengusaha UMKM yang memiliki jenis usaha lainnya yang di maksud dari lainnya adalah jenis usaha bengkel motor, bengkel las, bengkel bubut, dan doorsmeer mobil atau sebesar 24%.
Jadi, berdasarkan data di atas jenis usaha UMKM yang mendominasi dalam sampel adalah pengusaha makanan yaitu sebanyak 19 pengusaha atau sebesar 38%.
Setelah karakteristik berdasarkan banyaknya jenis usaha, selanjutnya penulis akan mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan pendapat mengenai peran UMKM dalam pengurangan jumlah penduduk miskin. Hasilnya adalah sebagai berikut:
4.2.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin
(62)
Pendapat mengenai peran UMKM dalam pengurangan jumlah penduduk miskin di Kota Medan adalah terdapat 2 jawaban yaitu Ya dan Tidak. Hal ini di tunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.15
Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin
no Pendapat Jumlah Persen (%)
1 Iya 38 orang 76
2 Tidak 12 orang 24
Jumlah 50 orang 100
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.10 dari 50 responden yang telah di teliti terdapat 38 responden atau sebesar 76% yang berpendapat bahwa UMKM mampu mengurangi jumlah penduduk miskin yang ada di kota Medan dengan berbagai alasan kebanyakan alasan yang di katakan oleh para responden adalah dengan adanya UMKM maka akan menyerap tenaga kerja dengan begitu maka tenaga kerja yang bekerja di UMKM tersebut akan mendapatkan pendapatan yang mencukupi kehidupan sehari-harinya maka dengan begitu jumlah penduduk miskin akan berkurang dengan adanya UMKM dengan kata lain keberadaan UMKM mampu mengurangi jumlah penduduk miskin yang ada di kota Medan. Selanjutnya terdapat 12 responden atau 24% yang berpendapat bahwa UMKM tidak mampu mengurangi jumlah penduduk miskin di kota Medan dengan berbagai alasan kebanyakan alasan yang dikatakan oleh responden adalah tidak ada hubungannya antara pengusaha UMKM dengan jumlah penduduk miskin yang ada di kota Medan, dengan ada tidaknya UMKM tidak berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin yang ada di kota Medan.
(63)
Jadi, berdasarkan data di atas dapat diketahui peran UMKM dalam pengurangan jumlah penduduk miskin di Kota Medan berpengaruh positif.
Setelah karakteristik responden berdasarkan pendapat mengenai peran UMKM dalam pengurangan jumlah penduduk miskin, selanjutnya penulis akan mengidentifikasikan karakteristik responden berdasarkan pendapat keberadaan UMKM terhadap peran perekonomian. Hasilnya adalah sebagai berikut:
4.2.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Perekonomian
Pendapat mengenai peran UMKM dalam Perekonomian di Kota Medan adalah terdapat 2 pendapat yaitu Iya dan Tidak. Hal ini di tunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.16
Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Perekonomian
No Pendapat Jumlah Persen (%)
1 Iya 41 orang 82
2 Tidak 9 orang 18
Jumlah 50 orang 100
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.11 dari 50 responden yang telah diteliti terdapat 41 responden atau sebesar 82% yang mengatakan bahwa UMKM berperan dalam perekonomian di kota Medan, berbagai alasan yang dapat penulis simpulkan adalah sebuah UMKM berperan dalam perekonomian dikarenakan dengan adanya UMKM maka akan menambah penghasilan ekonomi Kota Medan dengan pembayaran retribusi sampah, lahan parkir atau parkiran, pajak penghasilan, pajak bangunan dan lain sebagainya, yang pendapatan dari retribusi sampah dan
(64)
parkiran itu akan langsung masuk kedalam perekonomian kota Medan. Terdapat 9 pengusaha yang tidak setuju dengan peran UMKM dalam perekonomian kota Medan terdapat 9 pengusaha UMKM atau sebesar 18% tidak berpendapat bahwa UMKM tidak berperan dalam perekonomian Kota Medan dengan alasan tidak terdapat retribusi sampah, sampah yang mereka gunakan dibuang ke belakang rumah dan parkiran ada tetapi tidak adanya pembayaran parkiran, dikerenakan usahanya tidak berada di tengah kota melainkan dipinggiran Kota Medan.
Jadi, berdasarkan data diatas dapat diketahui peran UMKM dalam perekonomian di Kota Medan berpengaruh positif. Hai ini, dilihat dari peran pelaku usaha UMKM dalam ikut serta melakukan pembangunan dalam perekonomian. Dalam hal ini, sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Perry et al., (2006) berpendapat: “pertumbuhan ekonomi penting untuk mengentaskan kemiskinan. Manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang cepat dan menyebar ke seluruh segmen dalam masyarakat”. Pandangan ini berdasarkan pada teori Trickle Down yang sangat dominan dalam teori-teori pembangunan era 1950 an dan 1960 an. Teori Trickle Down Effect menyebutkan adanya aliran menetes kebawah dari kelompok kaya dan kelompok miskin melalui fungsi-fungsi dalam ekonomi.
Setelah karakteristik responden berdasarkan pendapat keberadaan UMKM terhadap peran perekonomian, selanjutnya penulis akan mengidentifikasikan karakteristik responden berdasarkan pendapat keberadaan UMKM dalam pengurangan jumlah pengangguran. Hasilnya adalah sebagai berikut:
4.2.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Pengurangan Pengangguran
(65)
Pendapat mengenai peran UMKM dalam pengurangan jumlah pengangguran di Kota Medan adalah terdapat 2 pendapat yaitu Iya dan Tidak. Hal ini di tunjukkan melalui pendistribusi sampel penelitian berikut ini.
Tabel 4.17
Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapat Mengenai Peran UMKM dalam Pengurangan Pengangguran
no Pendapat Jumlah Persen (%)
1 Iya 50 orang 100
2 Tidak - -
Jumlah 50 orang 100
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.12 dari 50 responden yang telah diteliti, terdapat 50 responden atau 100% setuju terhadap peran UMKM dalam pengurangan jumlah pengangguran di kota Medan, alasan dari para responden sama yaitu UMKM dapat membuka lapangan pekerjaan dan dapat menyerap jumlah pengangguran yang ada di kota Medan dan dengan begitu dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di kota medan. Tidak ada responden yang tidak setuju dengan peran UMKM dalam pengurangan jumlah pengangguran di kota Medan.
Kesempatan kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang tertampung untuk bekerja perusahaan atau instansi. Kesempatan kerja akan menampung semua tenaga kerja yang memadai. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perluasan kesempatan kerja antara lain: perkembangan jumlah penduduk dan angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi dan kebijaksanaan mengenai perluasan kesempatan kerja itu sendiri. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam pembangunan, yaitu sebagai pelaku pembangunan. Masalah
(66)
ketenagakerjaan merupakan masalah yang begitu nyata dan dekat dengan lingkaran kehidupan. Bahkan, masalah ketenagakerjaan dapat menimbulkan masalah-masalah baru di bidang ekonomi maupun nonekonomi. Tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan rendahnya pendapatan yang selanjutnya memicu munculnya kemiskinan. Secara umum pengertian tenaga kerja adalah menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomis yang dapat berguna bagi kebutuhan mastarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu untuk masyarakat. Di Indonesia, sejak tahun 1998 BPS menggunakan usia 15 tahun keatas sebagai kelompok penduduk usia kerja.
Menurut Sumarsono (2009: 2-3):”Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM) menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang yang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau manpower. Secara singkat tenaga kerja didefenisikan sebagai penduduk dalam usia kerja (warking age population)”.
Dari beberapa pendapat para ahli menurut teorinya menyatakan bahwa pengangguran sangat mempengaruhi tingkat pendapatan, dengan begitu berarti
(67)
UMKM berperan positif terhadap jumlah penduduk miskin di Kota Medan dikarenakan UMKM dapat menyerap tenaga kerja atau memberikan kesempatan kerja pada para pengangguran di Kota Medan serta berperan terhadap perekonomian Kota Medan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa lebih dari 50% pemilik UMKM mengatakan usahanya berperan positif terhadap perekonomian di kota Medan, dengan berperan positif berarti UMKM dapat menambahkan masukkan terhadap perekonomian di Kota Medan.
Dari 50 responden yang telah di teliti lebih dari 50% mengatakan bahwa UMKM berperan positif terhadap jumlah pengangguran di Kota Medan. Menurut teori yang telah di kemukakan oleh teori di atas mengatakan bahwa pengurangan jumlah pengangguran dapat mengurangi jumlah kemiskinan di Kota Medan dikarenakan tingginya tingkat pengangguran dapat menyebabkan rendahnya pendapatan dan memicu tingginya tingkat kemiskinan di Kota Medan. UMKM di Kota Medan dapat menyerap banyak tenaga kerja atau memberikan kesempatan kerja di Kota Medan dan dapat mengurangi jumlah pengangguran di Kota Medan.
Dari 50 responden yang telah di teliti mengatakan UMKM berperan positif terhadap jumlah penduduk miskin di Kota Medan, apabila dikaitkan dengan teori di atas menyatakan bahwa UMKM sangat berperan dalam mengurangi jumlah penduduk miskin di Kota Medan di karenakan UMKM di Kota Medan sangat mempengaruhi perekonomian Kota Medan dan dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Kota Medan.
Pada hakikatnya apabila jumlah pengangguran di suatu wilayah atau daerah maka akan mempengaruhi jumlah penduduk miskin di suatu wilayah atau
(68)
daerah tersebut dengan kata lain dengan berkurangnya jumlah pengangguran di Kota Medan yang di serap oleh UMKM maka akan mempengaruhi pengurangan jumlah penduduk miskin di Kota Medan.
Penyerapan tenaga kerja sebanyak 1-4 orang yang di serap oleh 22 UMKM dapat mengurangi jumlah penduduk miskin sebanyak 22-88 penduduk miskin, begitu juga dengan 25 UMKM yang menyerap tenaga kerja sebanyak 5-19 dapat menguranggi jumlah penduduk miskin sebanyak 75-475 penduduk miskin di Kota Medan dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 20-99 yang di serap oleh 3 UMKM dapat mengurangi penduduk miskin sebanyak 60-297 penduduk miskin. Bila di kaitkan dengan jumlah pengangguran di Kota Medan pada tahun 2012 sebanyak 84.501 jiwa dan penduduk miskin 198.303 jiwa. Maka, UMKM dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 157-860 pengangguran di Kota Medan dan dapat mengurangi Jumlah penduduk miskin sebanyak 157-860 penduduk miskin di Kota Medan, dengan kata lain maka jumlah pengangguran berkurang dari 84.501 berkurang menjadi 84.344 sampai 83.641 pengangguran di Kota Medan dan jumlah penduduk miskin juga berkurang dari 198.030 berkurang menjadi 197.873 sampai 197.170 penduduk miskin yang ada di Kota Medan.
(69)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat 38 responden setuju mengenai peran UMKM dalam pengurangan jumlah penduduk miskin di kota Medan, kebanyakan responden mengatakan bahwa dengan adanya UMKM maka tenaga kerja akan mempunyai pendapatan dan dengan adanya pendapatan itu maka para tenaga kerja akan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Dan 12 responden lainnya tidak setuju dengan peran UMKM dalam pengurangan jumlah penduuduk miskin di kota Medan dengan alasan tidak ada hubungannya antara UMKM dengan penduduk miskin.
2. Terdapat 41 responden setuju dengan peran UMKM dngan perekonomian kota Medan dengan alasan dengan membayarkan retribusi sampah, lahan parkir, pajak penghasilan, dan pajak banguna maka UMKM berkaitan dengan perekonomian kota Medan.
3. Terdapat 50 responden setuju dengan adanya UMKM maka jumlah pengangguran di kota Medan akan berkurang, di karenakan dengan adanya lapangan pekerjaan yang di buka oleh pengusaha UMKM maka para pengangguran akan dapat bekerja di UMKM tersebut, atau dengan kata lain UMKM dapat menyerap tenaga kerja yang ada di kota Medan.
(1)
1. Banyak pengusaha UMKM yang belum begitu mengerti perannya terhadap jumlah penduduk miskin yang ada di kota medan, dengan begitu pemerintah maupun para aktivis ekonomi dapat berperan untuk memberitahukan peran UMKM tersebut terhadap jumlah penduduk miskin yang ada di kota Medan. 2. Ada beberapa pengusaha yang belum peduli terhadap peran UMKM yang
dimilikinya berkaitan dengan perekononomian koata Medan, seharusnya para pelaku usaha di beri tahu lebih dalam lagi mengenai peran UMKM tersebut sangat berpengaruh terhadap perekonomian kota Medan.
3. Dengan adanya penelitian ini dapat memberi tahu kepada pelaku UMKM bahwa perannya sangat baik terhadap pengurangan jumlah pengangguran yang ada di kota Medan, bagi pemerintah lebih memberikan bantuan dari segi pengetahuan maupun modal untuk memperbesar usaha agar lebih banyak menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada di kota Medan.
(2)
Hubeis, Musa. 2009,Prospek Usaha dalam Wadah Inkubator Bisnis, Jakarta: Ghalia Indonesia
Idrus, Muhammad, 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta
Perry GE, Aris OS, Lopez JH, Maloney WF, Serven L. 2006. Poverty Reduction Growth Virtuous and Vacious Cireles, New York: World Bank
Prasetyo, P. Eko, 2008. Peran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Dalam Kebijakan Penangulangan Kemiskinan Dan Pengangguran. AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008
Sigit, Soehardi. 1999. Metode Penelitian Sosial Bisnis Manajemen, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawinayata
Sukardi, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sumarsono, Sonny. 2009. Teori dan Kebijakan Peblik Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Supriyanto, 2006. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Volume 3 Nomor 1, April 2006. Yogyakarta
Tambunan, T. 2002,Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia beberapa isu penting, Jakarta: Salemba Empat
Tambunan, T. 2009,UMKM di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia
Wahyuni,dkk. 2005,Lilitan Masalah Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Kontroversi Kebijakan, Medan: BITRA Indonesia
Yarlina, yacoub, 2012. Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Universitas Tanjung Pura Pontianak, Volume 8 No. 3, 2012
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, 2014. Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2000-2013, BPS Sumatera Utara. Medan
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, 2014. Kota Medan Dalam Angka Tahun 2002-2013, BPS Kota Medan
(3)
- Bellayupi’s, 2013. 5 Skala Pengukuran Sikap.
(diakses tanggal 20
september 2014 12.15 wib)
- Ekspresisastra, 2013. Teknik Analisa Data Penelitian Kualitatif
(diakses tanggal 06
oktober 2014 15.30 wib)
- Khairunnisa, 2013. Hubungan Antara Pengangguran dengan Kemiskinan. 17.00 wib)
- Portal Statistik, 2014 Teknik Pengambilan Sampel dengan metode Purposive Sampling september 2014 11.00 wib)
No:
Jenis Kelamin : P / W
KUESIONER
Saya mengucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini. Kuisioner ini berguna untuk membantu
(4)
penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Peran UMKM Dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin di Kota Medan ”.
I. Identifikasi Responden
1. Nama Responden : 2. Umur Responden :
3. Alamat Usaha :
4. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 5. Status Perkawinan : 1. Kawin 2. Belum kawin 3. Janda/duda
6. Jumlah Tanggungan : ...orang 7. Pendidikan terakhir yang ditamatkan :
1. Tidak tamat SD 4. Tamat SMA atau
sederajat
2. Tamat SD atau sederajat 5. Sarjana Muda/D3 3. Tamat SMP atau sederajat 6. Sarjana/S1 atau Lebih Tinggi
8. Suku/Etnik :
a. Batak b. Jawa
c. Cina d. Minang
e. Lainya :
(5)
a. Islam b. Kristen
c. Budha d. Hindu
e. Lainya :
10. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi pengusaha?
= Tahun
11. Berapa banyak jumlah tenaga kerja di dalam Usaha bapak/ibu?
a 1-4 tenaga kerja b. 5-19 tenaga kerja c. 20-99 tenaga kerja d. lebih dari 99 tenaga kerja
12. Apa Jenis usaha yang Bapak/Ibu jalankan? a. Pakaian
b. Makanan
c. Prabot Rumah Tangga d. Elektronik
e. Lainya :
13. Menurut B/I/S, apakan keberadaan UMKM mampu mengurangi jumlah penduduk miskin di Kota Medan? a. ya, alasannya...
(6)
14. Menurut B/I/S, bagaimana peran UMKM dalam perekonomian Kota Medan?
Alasannya ...
15. Menurut B/I/S apakah keberadaan UMKM mampu mengurangi Jumlah pengangguran?
a. ya, alasannya ... b. tidak, alasannya ...