GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG TIDAK TERKONTROL (Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang) KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG
TIDAK TERKONTROL
(Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang)
KARYA TULIS ILMIAH
NOVIAN WAHYU PRASETYONINGTIYAS
15.131.0078
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG
TIDAK TERKONTROL
(Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang)
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan
Menyelesaikan Studi di Program Studi Diploma III Analis
Kesehatan
NOVIAN WAHYU PRASETYONINGTIYAS
15.131.0078
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG TIDAK TERKONTROL
(Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang)
Oleh : Novian Wahyu Prasetyoningtiyas* Evi Puspita Sari** Siti Shofiyah***
ABSTRAK
Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang ditandai oleh tingginya kadar gula dalam darah melebihi nilai normal yang disebabkan kelainan dalam sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes Melitus menginduksi defisiensi imunitas melalui beberapa mekanisme. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menurunkan fungsi fagositosis oleh sel leukosit sehingga rentan terkena infeksi dan menyebabkan inflamasi yang meningkatkan jumlah leukosit.
Tujuan;
dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran jumlah leukosit pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol.
Metode: Desain penelitian ini
menggunakan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh penderita Diabetes Melitus Tipe 2 pada anggota prolanis di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang selama 2 hari didapatkan sampel sejumlah 20 responden.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.Variabel penelitian ini yaitu jumlah leukosit.Analisa data menggunakan editing, coding
dan tabulating kemudian dinyatakan dalam persentase.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa 14 responden (70%) memiliki jumlah leukosit normal.
Kesimpulan: dari penelitian ini adalah jumlah leukosit pada penderita diabetes
melitus tipe 2 yang tidak terkontrol sebagian besar dalam kategori normal.Kata kunci : DM tipe 2 tidak terkontrol, jumlah leukosit
AN OVERVIEW OF THE NUMBER OF LEUKOCYTE IN PATIENTS WITH
DIABETES MELLITUS (DM) TYPE 2 ARE UNCONTROLLED
(Studi at the Puskesmas Bareng District Jombang)
ABSTRACT
Premilinary: Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease with characteristic
hyperglycemia that is characterized by high levels of sugar in the blood exceeds
normal values due to the abnormalities in insulin secretion, insulin action or both.
DM induce imunitas defisiensi mechanisms through some. Blood sugar levels
were uncrontrolled in a long time will lose function fagositosis by leukosite cells
so vulnerable to infection and cause inflamatory that increase the number of
leukosite. Aims: of this study was to determine an overview of the number of
leukocytes in patients with DM type 2 are uncontrolled. Method: The research
design used is descriptive. The population in this study were all patients with
type 2 DM on the members of prolanis in puskesmasBareng Jombang district
during the 2 days the sample obtained a number of the 20 respondents.
Sampling was done by purposive sampling technique. The research variables
the are number of leukocytes. Analysis of the data using the editing, coding, and
tabulating then expressed in percentage. R esults: of this study showed that 14
Conclusion: of respondents (70%) have the number of leukocytes to normal.
this study is the number of leukocytes in patients with DM type 2 are
uncontrolled most of in the category of normal.Keywords : DM type 2 uncontrolled, number of leukocytes
MOTTO
“ Tantangan adalah Beban, jika hanya dipikirkan Cita-cita juga menjadi Beban, jika hanya di angan-angan ” maka,
Mencoba dan Melakukan ialah bukti dari
Perjuangan & Kesuksesan
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil terselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan gelar Diploma III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang yang berjudul “Gambaran Jumlah Leukosit pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol (Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang) ”.
Untuk menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila peneliti tidak mendapat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada H. Imam Fathoni, S.KM., M.M selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Sri Sayekti, S.Si., M.Ked selaku Kaprodi D-III Analis Kesehatan, Evi Puspita Sari, S.ST., M.Imun, selaku pembimbing utama dan Siti Shofiyah, S.ST., M.Kes, selaku pembimbing anggota sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan, keluarga saya Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan dukungan kasih sayangnya dan dukungan secara materil serta ketulusan do’anya sehingga peneliti mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Sahabat-sahabat saya Scaskita Prihandini dan Muhammad Taufiq serta teman-teman saya D3 Analis Kesehatan seperjuangan yang berjuang bersama-sama demi keberhasilan kita.
Karya Tulis Ilmiah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang dapat mengembangkan Karya Tulis Ilmiah ini sangat peneliti harapkan guna menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.
Jombang, 26 Mei 2018
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i HALAMAN JUDUL DALAM................................................................................... ii SURAT KEASLIAN................................................................................................. iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI....................................................................... iv ABSTRAK................................................................................................................. v
ABSTRACT.............................................................................................................. vi
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH........................................... vii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.................................................................... viii RIWAYAT HIDUP.................................................................................................... ix MOTTO..................................................................................................................... x KATA PENGANTAR............................................................................................... xi DAFTAR ISI............................................................................................................. xii DAFTAR TABEL...................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR................................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xv DAFTAR SINGKATAN........................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus..................................................................................... 5
2.2 Sel Darah Putih (Leukosit).................................................................... 9
2.3 Hubungan jumlah leukosit dengan DM Tipe 2 yang tidak terkontrol 16
2.4 Penelitian yang Relevan....................................................................... 17
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 19
3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual.................................................. 19
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian................................................................................... 21
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................. 21
4.3 Populasi Penelitian, Sampling, dan Sampel...................................... 21
4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)....................................................... 22
4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel....................................... 23
4.6 Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian.......................................... 24
4.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data................................................. 27
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil.......................................................................................................... 30
5.2 Pembahasan........................................................................................... 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.............................................................................................. 38
6.2 Saran........................................................................................................ 38 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
pada penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018 .................................. 32
penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018 ............................................................
Tabel 5.9 Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan kontrol makananDM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018.................................................................. 34
Tabel 5.8 Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan umur penderitaDM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018.................................................................. 33
Tabel 5.8 Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan umur penderitapenderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018....................................................... 33
Tabel 5.7 Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan jenis kelaminDM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018 .................................................................. 32
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah leukosit penderitaTabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan adanya infeksi atau tidakHalaman
penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018...................................................... 32
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pengobatan yang dilakukanDM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018................................................................... 31
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan kontrol makanan pada penderitayang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018............................................................................................ 31
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan umur penderita DM Tipe 2Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018................................................................................... 31
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin penderia DM2 yang Tidak Terkontrol...................................................................... 24
Tabel 4.1 Definisi Operasional Jumlah Leukosit pada Penderita DM TipeTabel 2.1 Kriteria Diabetes Melitus menurut Hasdianah (2012)................... 534
Tabel 5.10 Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan pengobatanyang dilakukan penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018.................................
34
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Leukosit, 100x................................................................................... 10Gambar 2.2 (a) Neutrofil batang (b) Neutrofil segmen (c) Eosinofil (d)Basofil (e) Monosit (f) Limfosit, 100x............................................ 15
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Gambaran Jumlah Leukosit padaPenderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol........ 19
Gambar 4.1 Kerangka kerja gambaran jumlah leukosit pada penderitaDiabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol.......................... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi Lampiran 2 Surat Ketersediaan menjadi Responden Penelitian Lampiran 3 Daftar Kuesioner Lampiran 4 Lembar Observasional Lampiran 5 Tabulasi Hasil Pemeriksaan Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian dari STIKes ICMe Jombang Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Jombang Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian dari Puskesmas Bareng Lampiran 9 Dokumentasi penelitian
DAFTAR SINGKATAN
ADA : American Diabetes Association AL : Asidosis Laktat NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus WHO : World Health Organisation DM : Diabetes Melitus DMG : Diabetes Melitus Gestasional GDP : Gula Darah Puasa GD2PP : Gula Darah 2 Pos Prandial HNK : Hiperosmolar Non Ketotik KAD : Keto Asidosis Diabetik mg/dl : Miligram per Desiliter ml : Mililiter MN : Mononuklear OAD : Obat Anti Diabetes PMN : Polimononuklear WBC : White Blood Cell
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang ditandai oleh tingginya kadar gula dalam darah melebihi nilai normal yang disebabkan kelainan dalam pengeluaran insulin, keaktifan insulin atau keduanya (Chodijah dkk, 2013). Diantara penyakit degeneratif, DM menjadi salah satu ancaman kesehatan manusia. Penyakit ini tidak menular tetapi jumlah penderitanya akan terus meningkat di masa mendatang. Diabetes Melitus berkontribusi terhadap munculnya berbagai infeksi dan komplikasi (Sari dan Hisyam, 2014).
Diabetes Melitus menjadi salah satu penyakit kronik yang cukup banyak diderita oleh penduduk dunia. Indonesia sendiri menempati urutan keempat dalam daftar negara yang penderita DM terbanyak dibawah India, China, dan Amerika (Chodijah dkk, 2013). Penderita DM terbesar merupakan tipe 2 yaitu NIDDM, yang peningkatan prevalensinya sangat tajam (Syaify, 2012).
World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah
pasien DM yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang dengan kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (Chodijah dkk, 2013).
Diabetes Melitus biasanya disertai dengan infeksi berat. Diabetes Melitus menginduksi defisiensi imunitas melalui beberapa mekanisme.
Peningkatan kadar gula darah dapat menyebabkan terganggunya fungsi fagosit sel leukosit yang akan terkumpul di tempat peradangan (Chodijah dkk, 2013). Pada penderita DM diketahui bahwa kadar glukosa yang sangat tinggi dan tidakterkontrol dalam waktu lama dapat menurunkan fungsi fagositosis oleh sel leukosit sehingga rentan terkena infeksi dan menyebabkan inflamasi (Syaify, 2012).
Leukosit merupakan komponen darah yang dapat mendeteksi adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus, serta dapat melihat kekebalan tubuh, karena leukosit berperan dalam sistem pertahanan tubuh. Jumlah leukosit dapat membantu diagnostik adanya kerusakan organ dan menjadi sumber informasi mengenai proses penyakit defisiensi imun pada DM yang tidak terkontrol (Mukarromah, 2013). Peningkatan jumlah leukosit juga secara tipikal mengindikasikan adanya suatu infeksi dari perkembangan DM tersebut (Sitepu dkk, 2016).
Perkembangan penyakit DM dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang kurang. Perlu upaya deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit meliputi edukasi, penyuluhan, perencanaan makanan, latihan jasmani, terapi dan obat penurun gula darah. Khususnya dapat memberikan motivasi agar masyarakat mau mengontrol penyakitnya secara rutin untuk mengurangi penderita DM yang tidak terkontrol mengingat pentingnya sistem kekebalan tubuh agar terhindar dari berbagai infeksi dan komplikasi (Fachrudin dkk, 2013). Sesuai uraian diatas, peneliti tertarik meneliti Gambaran Jumlah Leukosit pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran jumlah leukosit penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol pada Prolanis di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran jumlah leukosit penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol pada Prolanis di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Menambah ilmu pengetahuan bagi khalayak umum khususnya Mahasiswa STIKes ICMe Jombang program studi Analis Kesehatan mengenai jumlah leukosit pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol.
1.4.2 Manfaat praktis
a. Bagi Masyarakat Masyarakat diharapkan dapat menjaga sistem pertahanan tubuh dengan kontrol gula darah rutin agar penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 dapat berkurang dengan dilakukan terapi pencegahan dan pengobatan dini sehingga masyarakat terhindar dari rentannya terkena infeksi dan komplikasi.
b. Bagi Mahasiswa Bidang Kesehatan Meningkatkan peran profesi di bidang kesehatan terhadap pasien untuk memberikan edukasi, penyuluhan, pola makan mengingat pentingnya menjaga kekebalan tubuh khususnya pada penderita DM dengan mengontrol rutin kadar gula darahnya. c. Bagi Peneliti Menambah keterampilan melakukan pemeriksaan mengenai hitung jumlah leukosit yang dapat memberikan informasi proses penyakit pada DM yang tidak terkontrol dan diagnostik adanya kerusakan organ.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Definisi
Diabetes Melitus atau sering disebut kencing manis yaitu penyakit hiperglikemia karena tubuh kurang insulin secara absolut ataupun relatif. Tingkat kadar glukosa menentukan apakah seseorang menderita DM atau tidak (Hasdianah, 2012).
Diabetes juga penyakit kronis ketika pankreas kurang menghasilkan insulin, ketika tubuh tidak efektif menggunakan insulin.
Hiperglikemia jadi efek diabetes tidak terkontrol yang menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh (Suiraoka, 2012).
2.1.2 Kriteria
Berikut ini adalah kriteria DM yang akan disajikan dalam Tabel 2.1 Tabel 2.1 Kriteria Diabetes Melitus menurut Hasdianah (2012).
2 Jam PP - Bukan DM Puasa Vena <100 Kapiler <80
Gangguan Puasa Vena 100-140
2 Jam PP Vena 100-140 Toleransi Kapiler 80-120 Kapiler 80-120 DM DM Puasa Vena >140
2 Jam PP Vena > 200 Kapiler >120 Kapiler >200
2.1.2 Diagnosis
Kriteria diagnosis DM pada lansia tidak berbeda dengan kriteria pada umumnya di masyarakat. Kriteria yang dianjurkan ADA yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah dibawah ini : a. Kadar glukosa sewaktu ≥200 mg/dl.
b. Kadar glukosa puasa ≥126 mg/dl.
c. Kadar glukosa plasma ≥200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral (Hasdianah, 2012).
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi DM oleh Perkeni yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DM ADA. Klasifikasi etiologi DM adalah sebagai berikut : a. Diabetes Melitus Tipe1 (Insulin Dependent)
Diabetes Melitus Tipe 1 atau disebut dengan tergantung insulin (insulin dependent) menggunakan insulin sebab tubuh tidak menghasilkan insulin. Pada DM tipe 1, badan kurang atau tidak menghasilkan insulin, terjadi karena masalah genetik, virus atau penyakit autoimun. Injeksi insulin diperlukan setiap hari untuk pasien DM tipe 1. Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan faktor genetika (keturunan), faktor imunologik dan faktor lingkungan.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 (Insulin Requirement) Diabetes Melitus Tipe 2 atau disebut juga dengan membutuhkan insulin (insulin requirement) adalah mereka yang membutuhkan insulin sementara atau seterusnya. Pankreas tidak menghasilkan cukup insulin agar kadar gula darah normal, oleh karena badan tidak dapat respon terhadap insulin. Penyebabnya tidak hanya satu yaitu akibat resistensi insulin ialah banyaknya jumlah insulin tapi tidak berfungsi. Bias juga karena kekuranga insulin atau karena gangguan sekresi produksi insulin. Diabetes Melitus tipe 2 menjadi semakin umum oleh karena faktor resikonya yaitu obesitas dan kekurangan olahraga. Faktor yang mempengaruhi timbulnya Diabetes Melitus yaitu usia lebih dari 65 tahun, obesitas, riwayat keluarga.
c. Diabetes Melitus Gestasional (DMG) Wanita hamil yang belum pernah mengidap DM, tetapi memiliki angka gula darah cukup tinggi selama kehamilan dapat dikatakan telah menderita diabetes gestasional. DM tipe ini merupakan gangguan toleransi glukosa berbagai derajat yang ditemukan pertama kali saat hamil. Pada umumnya DMG menunjukkan adanya gangguan toleransi glukosa yang relatif ringan sehingga jarang memerlukan pertolongan dokter. Kebanyakan wanita penderita DMG memiliki homeostatis glukosa relatif normal selama paruh pertama kehamilan (sekitar usia 5 bulan) dan juga bisa mengalami defisiensi insulin relatif pada paruh kedua, tetapi kadar gula darah biasanya kembali normal setelah melahirkan.
2.1.4 Gejala
Secara umum gejala Diabetes Melitus diungkapkan oleh Hasdianah (2012) dibagu menjadi gejala akut dan kronik.
1. Gejala akut a. Banyak makan (polyphagia).
b. Banyak minum (polydipsia).
c. Banyak kencing (polyuria).
d. Mudah lelah.
2. Gejala kronik a. Kesemutan . b. Kram, capai dan mudah mengantuk.
c. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
2.1.5 Komplikasi
Menurut Hasdianah (2012) Komplikasi pada Diabetes Melitus meliputi:
1. Hiperglikemia
2. Komplikasi Kronik
a. Mikrovaskuler : 1) Ginjal 2) Mata
b. Makrovaskuler 1) Jantung koroner 2) Pembuluh darah kaki 3) Pembuluh darah otak
c. Nefropati : mikro dan makrovaskuler
3. Ketoasidosis diabetikum
4. Hipoglikemi Hipoglikemia adalah menurunnya kadar gula dalam darah.
Hipoglikemia murni adalah menurunnya kadar gula dalam darah <60mg/dl. Reaksi hipoglikemia adalah glukosa darah turun mendadak, meskipun glukosa darah masih >100mg/dl.
Hipoglikemia reaktif adalah gejala hipoglikemia yang terjau 3-5 jam sesudah makan. Setiap terjadi penurunan kesadaran pada penderita DM harus dipikirkan kemungkinan mengalami hipoglikemia. Hipoglikemia pada pasien DM biasanya disebabkan oleh pemakaian Obat Anti Diabetes (OAD) oral terutama golongan sulfonylurea dan insulin.
5. Kardiopati, nefropati dan retinopati diabetik
2.2.0 Pencegahan
Tindakan mencegah diabetes mellitus adalah melakukan modifikasi gaya hidup, diantaranya menurunkan berat badan, latihan fisik dan mengurangi konsumsi lemak dan kalori. Upaya pencegahannya adalah :
1. Membiasakan makan dengan pola makan gizi seimbang.
2. Mempertahankan berat badan dalam batas normal.
3. Membiasakan diri berolahraga.
4. Menghindari makanan, zat atau obat yang dapat mencetuskan timbulnya diabetes.
5. Pengendalian gula darah agar tidak terjadi infeksi atau komplikasi diabetes.
6. Mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun suntikan.
2.2 Sel Darah Putih (Leukosit)
2.2.1 Definisi
Leukosit diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk jenis granula (polimorfonuklear) dan jaringan limfatik untuk jenis tak bergranula
3
(mononuklear). Jumlah paling sedikit 4.000-10.000/mm . Berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi. Karena itu, jumlah leukosit tersebut berubah-ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah benda asing yang dihadapi dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi (Indriani, 2017).
Leukosit adalah unit sistem pertahanan tubuh yang bergerak aktif. Leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan limfe. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju bagian tubuh yang membutuhkannya. Berdasarkan bentuk intinya, leukosit terbagi dalam dua kelompok yaitu granulosit yang terdiri dari neutrofil, eosinfil, basofil dan agranulosit yang terdiri dari limfosit dan monosit (Prawesti, 2016). Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut lekositosis, sedangkan penurunan jumlah lekosit dibawah normal disebut lekopenia (Lestari, 2016).
Gambar 2.1 Leukosit, 100x (Prawesti, 2016).2.2.2 Struktur
Bentuknya bias berubah, bisa bergerak dengan pseudopodia, memiliki macam-macam inti sel, jadi ia bisa dibedakan menurut inti sel nya dan tidak berwarna. Jenis golongan sel ini yaitu tidak bergranula yaitu limfosit T dan B; monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula yaitu eosinofil, basofil, dan neutrofil (Handayani dan Haribowo, 2008).
2.2.3 Fungsi
Fungsi dari sel darah putih adalah sebagai berikut : a. Secara khusus dikirim menuju daerah yang mengalami infeksi dan mengalami peradangan, dengan demikian leukosit dapat melindungi tubuh dari benda asing masuk dalam tubuh (Prawesti, 2016).
b. Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh bibit penyakit atau bakteri masuk dalam tubuh jaringan atau sistem retikulo endotel (Handayani dan Haribowo, 2008).
c. Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut zat lemak dari dinding usus melewati limpa lalu ke pembuluh darah (Handayani dan Haribowo, 2008).
d. Untuk melindungi tubuh dari infeksi (Mehta dan Hoffbrand, 2014).
2.2.4 Jenis-jenis sel
Menurut Prawesti (2008), adapun beberapa jenis leukosit adalah sebagai berikut :
1. Neutrofil Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling banyak. Sel ini memiliki masa hidup singkat, sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Sekitar 50% neutrofil dalam darah perifer menempel pada dinding pembuluh darah. Neutrofil memasuki jaringan dengan cara bermigrasi sebagai respon terhadap faktor kemotaktik. Migrasi, fagositosis dan pembunuhan adalah fungsi yang bergantung pada energi (Mehta dan Hoffbrand, 2014).
Terdapat dua macam neutrofil yaitu neutrofil batang dan neutrofil segmen perbedaan kedua neutrofil tersebut terletak pada bentuk intinya yang berbeda sedangkan ciri-ciri lainya sama. Neutrofil batang merupakan bentuk muda dari neutrofil segmen. Neutrofil berukuran sekitar 14 µm, inti padat bengan bentuk batang seperti tapal kuda pada neutrofil batang dan inti padat dengan bentuk segmen yang terdiri dari dua sampai lima lobus dengan sitoplasma pucat. Granula neutrofil berbentuk butiran halus tipis dengan sifat netral sehingga terjadi percampuran warna asam (eosin) dan warna basa (biru metilen) pada granula yang menghasilkan warna ungu atau merah muda yang samar. Neutrofil berperan penting dalam garis depan pertahanan tubuh terhadap invasi zat asing. Neutrofil bersifat fagosit dan dapat masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi. Satu sel neutrofil dapat memfagosit 5-10 bakteri dengan masa hidup sekitar 6-10 jam.
2. Eosinofil Eosinofil memiliki kinetika produksi, diferensiasi, dan sirkulasi yang serupa dengan kinetika pada neutrofil; faktor pertumbuhan
IL-5 penting dalam mengatur produksinya. Sel ini memiliki inti bilobus dan granul yang terwarnai menjadi merah oranye (mengandung histamine). Sel ini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik dan penyakit alergi. Pelepasan isi granulanya ke pathogen yang lebih besar (misalnya helmin) membantu destruksinya dan fagositosis berikutnya (Mehta dan Hoffbrand, 2014).
Jumlah eosinofil dalam tubuh 1-3%, sel-sel ini mirip dengan neutrofil kecuali ukuran eosinofil mencapai 16 µm. Ukuran granula sama besar dan teratur seperti gelembung udara. Nukleus jarang terdapat lebih dari tiga lobus. Eosinofil merupakan fagosit paling lemah, memiliki kacenderungan berkumpul dalam satu jaringan yang terjadi reaksi antigen-antibodi karena kemampuan khususnya dalam memfagosit dan mencerna kompleks antigen- antibodi. Eosinofil meningkat jika terjadi infeksi cacing, pembuangan fibrin pada selama proses peradangan dan masuknya protein asing. Masa hidup eosinofil lebih lama dari pada neutrofil sekitar 8-12 jam (Prawesti, 2016).
3. Basofil Basofil yaitu jenis leukosit paling sedikit jumlahnya yaitu 0-1%.
Sel ini memiliki ukuran sekitar 14 µm, granula memiliki ukuran yang bervariasi dan tidak teratur hingga menutupi nukleus yang bersifat basofilik sehingga berwarna gelap jika dilakukan pewarnaan giemsa. Basofil hanya kadang-kadang ditemukan dalam darah normal, terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit dan lain-lain. Penurunan basofil terjadi pada penderita stres dan kehamilan (Prawesti, 2016).
Basofil sangat terkait dengan sel mast (sel kecil dalam sumsum tulang dan jaringan yang terwarnai menjadi gelap).
Keduanya berasal dari prekursor granulosit dalam sumsum tulang. Sel-sel ini merupakan leukosit darah perifer yang paling sedikit dan memiliki granul ungu gelap besar yang dapat mengaburkan inti. Isi granul mengandung histamin dan heparin dan dilepaskan setelah pengikatan IgE ke reseptor permukaan. Sel-sel ini berperan penting pada reaksi hipersensitivitas segera. Sel mast juga berperan penting dalam pertahanan melawan alergen dan pathogen parasitik (Mehta dan Hoffbrand, 2014).
4. Monosit Monosit bersikulasi selama 20-40 hari, kemudian masuk ke dalam jaringan sebagai makrofag. Di tempat ini monosit matang dan menjalankan fungsi umumnya yaitu fagositosis dan pembunuhan. Dalam jaringan, monosit bertahan hidup selama beberapa hari, mungkin beberapa bulan. Sel ini memiliki morfologi berubah-ubah dalam darah perifer, tetapi berinti satu (mononuklear) dan memiliki sitoplasma keabua dengan vakuola da granul berukuran kecil. Dalam jaringan, monosit sering memiliki proyeksi sitoplasmik panjang yang menyebabkannya dapat berkomunikasi secara luas dengan sel-sel lain (Mehta dan Hoffbrand, 2014).
Sel leukosit yang memiliki ukuran paling besar yaitu sekitar 18 µm, inti padat dan berlekuk seperti 10 ginjal atau bulat seperti telur. Jumlah monosit perkiraan 2 – 8% dari total jumlah leukosit. Peningkatan monosit terjadi pada infeksi virus, dan bakteri. Jumlah monosit akan mengalami penurunan pada penderita leukemia limposit dan anemia aplastik (Prawesti, 2016).
5. Limfosit Limfosit merupakan komponen penting pada respon imun dan berasal dari sel stem hemopoietik. Sel stem limfoid umum mengalami diferensiasi dan poliferasi untuk menjadi sel B, yang memperantarai imunitas humoral atau imunitas yang diperantarai antibody, dan sel T (diproses dalam timus), yang memperantarai imunitas selular. Limfosit matur adalah sel mononuklear kecil dengan sitoplasma yang sedikit berwarna biru. Sebagian besar limfosit darah perifer (70%) adalah sel T, yang mungkin memiliki lebih banyak sitoplasma dibandingkan sel B dan dapat mengandung granul (Mehta dan Hoffbrand, 2014).
Maturasi limfosit terjadi terutama dalam sumsum tulang untuk sel B dan dalam timus untuk sel T, tetapi juga melibatkan kelenjar betah bening, hati, limpa dan bagian lainnya. Antigen yang diekspresikan pada permukaan suatu sel bereaksi dengan reagen antibodi monoklonal. Limfosit memiliki masa hidup terlama di antara semua leukosit dapat hidup selama beberapa tahun (Mehta dan Hoffbrand, 2014).
Merupakan sel yang berbentuk bulat dengan ukuran 12 µm. Sel ini kompeten secara imunologik karena kemampuannya membantu fagosit dan jumlahnya mencapai 20 – 40%. Sebagai imunosit, limfosit memiliki kemampuan spesifisitas antigen dan ingatan imunologik. Peningkatan limfosit terdapat pada leukemia limfositik, infeksi virus dan infeksi kronik. Sedangkan penurunan limfosit terjadi pada penderita kanker,anemia aplastik dan gagal ginjal (Prawesti, 2016).
Gambar 2.2 (a) Neutrofil batang (b) Neutrofil segmen (c) Eosinofil (d) Basofil (e) Monosit (f) Limfosit, 100x(Prawesti, 2016).
2.2 Hubungan Jumlah leukosit dengan DM Tipe 2 yang Tidak Terkontrol
Diabetes Melitus merupakan kelompok penyakit yang berkaitan dengan meningkatnya glukosa darah yang disebabkan kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. DM sering disertai infeksi dan tidak jarang dengan infeksi berat, sepsis atau ulkus. DM menginduksi defisiensi imun melalui beberapa mekanisme. Salah satunya yaitu peningkatan kadar gula darah akan mengganggu fungsi fagosit dalam kemotaksis dan imigrasi sel-sel inflamasi di tempat peradangan (Chodijah dkk, 2013).
Peran sistem imun terus berkembang secara dinamis. Kemampuan tubuh secara imunologis yang berkurang pada DM merupakan sifat bawaan yang melekat bersamaan dengan kejadian DM itu sendiri. Leukosit yang terdiri dari sel PMN dan MN pada penderita DM, kemampuan mobilisasi dan kemotaksis dari PMN menurun (Manaf, 2008). Penderita diabetes tidak terkontrol respon imunnya menurun. Akibatnya, penderita rentan terkena infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru-paru serta infeksi kaki (Hasdianah, 2012).
Peningkatan insidensi DM akan meningkatkan insidensi komplikasi akibat DM tersebut (Muslim, 2014). Leukosit yang termasuk dalam sistem imun dapat mendeteksi adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus serta dapat melihat kekebalan tubuh (Manaf, 2008). Leukosit akan memfagositosis seluruh benda asing pada tubuh dalam proses infeksi (Amiruddin dkk, 2016). Peningkatan jumlah leukosit secara tipikal mengindikasikan adanya suatu infeksi atau peradangan (Sitepu, 2016).
2.3 Penelitian yang Relevan
Sitepu, Djafar, & Panda (2016) mengatakan dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran Jumlah Leukosit pada Pasien Infark Miokard Akut di RSUP Prof.Dr.D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2015 menggunakan jenis penelitian deskriptif observasional menggunakan data rekam medik pasien yang didapatkan hasil gambaran jumlah leukosit berdasarkan 45 sampel lebih dari setengah jumlah sampel mengalami peningkatan jumlah leukosit.
Pada penelitian dengan judul “Perbandingan Jumlah Leukosit pada penderita Diabetes Mellitus yang Mengalami Gangren Diabetik dengan yang Tidak Mengalami Gangren di RSUD Kabupaten Badung” oleh Ayu Rosita, Oka T.G, dan Prasetya Didik (2013) menggunakan metode observasional analitik dengan mengambil 40 sampel pasien DM yang tidak mengalami gangren dan mengalami gangren. Diperoleh hasil bahwa rata-rata jumlah
3
leukosit pada DM yang mengalami gangren (12.490/mm ) > dari jumlah
3 leukosit penderita DM yang tidak mengalami gangren (7.790/mm ).
Pada penelitian Charifa Sama (2016) dengan judul “Perbedaan dari Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit antara Pasien Nefropati Diabetik dengan Non Nefropati Diabetik pada Penderita NIDDM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015”, metode yang digunakan analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Responden dalam penelitian sebanyak 69 orang. Pemilihan responden dengan metode konsekutif sampling dari pasien RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014- 2015. Kesimpulan dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari basofil, eosinofil, neutrofil batang dan segmen serta monosit antara pasien nefropati diabetik dengan non nefropati diabetik. Tetapi terdapat perbedaan bermakna dari limfosit antara pasien nefropati diabetik dan non nefropati diabetik.
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian yaitu rincian hubungan variabel satu dengan variabel lain yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol
Hiperglikemia Defisiensi Imunitas
Rentan terjadinya Infeksi Inflamasi
Peningkatan Jumlah Leukosit
Kerangka Konseptual Gambaran Jumlah Leukosit pada
Gambar 3.1 Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol.3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang banyak diderita dikalangan masyarakat. Dari berbagai Tipe DM yang sering dijumpai ialah DM Tipe 2 karena faktor resikonya yaitu obesitas dan kekurangan olahraga. Salah satu karekteristik DM ditandai adanya Hiperglikemi yaitu meningkatnya kadar gula dalam darah.
Penderita DM yang kadar glukosanya terus meningkat atau tidak terkontrol akan menyebabkan imun menurun. Mengakibatkan rentan terkena infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan kaki. Infeksi tersebut jika dibiarkan karena tidak sepengetahuan penderita penyakit DM tidak terkontrol, akan mengakibatkan inflamasi. Bagian luka tidak akan bisa sembuh pasalnya pembuluh darah tersumbat karena glukosa tidak terkontrol.
Leukosit sendiri merupakan sel imun yang memiliki bagian penting dari sistem pertahanan tubuh serta berfungsi melindungi tubuh dari infeksi.
Karena itu, jumlah leukosit berubah-ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah benda asing yang dihadapi dalam batas yang masih bisa ditoleransi tubuh. Jumlah leukosit dapat membantu diagnostik adanya infeksi atau inflamasi pada penderita DM yang tidak terkontrol dan menjadi sumber informasi mengenai sistem imun dari DM yang tidak terkontrol. Adanya infeksi sampai inflamasi pada perkembangan DM secara tipikal mengindikasikan peningkatan jumlah leukosit.
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan ialah deskriptif. Deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan fenomenal yang terjadi di masa sekarang (Notoatmodjo, 2010).
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai penyusunan tugas akhir yaitu bulan Maret sampai September 2018.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Bareng dan pemeriksaan sampel akan dilakukan di Laboratorium Hematologi STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, Jawa Timur.
4.3 Populasi Penelitian, Sampling, dan Sampel
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita Diabetes Melitus Tipe 2 pada anggota prolanis di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang sejumlah 67 orang.
4.3.2 Sampling
Teknik sampling yang digunakan ialah Purposive Sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan memilih sampel pada populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, agar sampel bisa mewakili karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).
4.3.3 Sampel
Sampel ialah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian ini ialah penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol pada anggota prolanis di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang sebanyak 20 sampel yang sesuai kriteria.
Penentuan kriteria sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi ialah kriteria yang perlu dipenuhi setiap anggota populasi yang diambil jadi sampel. Kriteria inklusinya yaitu penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol dilihat dari kadar HbA1C diatas normal (≥6,5%) yang berfungsi mamantau kadar glukosa darah 3 bulan terakhir.
Kriteria eksklusi adalah kriteria ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini ialah penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol dan tidak sedang terkena infeksi atau luka dari jamur, bakteri atau virus.
4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)
Kerangka kerja yaitu langkah yang dilakukan dalam penelitian berbentuk kerangka hingga analisis data (Hidayat, 2010).
Identifikasi Masalah Penyusunan Proposal Desain Penelitian Deskriptif
Populasi Seluruh penderita Diabetes Melitus Tipe 2 pada prolanisdi Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang sejumlah 67 orang.
Sampling Purposive Sampling
Sampel Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol pada anggota prolanis di Puskesmas Bareng Kabupaten
Jombang sebanyak 20 sampel yang sesuai kriteria Pengolahan dan Analisis Data
Editing, Coding, Tabulating Laporan Akhir
Gambar 4.1 Kerangka kerja gambaran jumlah leukosit pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol.4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel
Variabel ialah obyek penelitian yang menjadi titik penelitian (Arikunto, 2006). Variabel dalam penelitian ini ialah jumlah leukosit pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dipakai untuk mempermudah pengumpulan data dan membatasi lingkup variabel (Saryono, 2011).
Definisi operasional variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Definisi Operasional Jumlah Leukosit pada Penderita DM Tipe 2 yang Tidak Terkontrol.Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Kriteria Operasional Data Jumlah Banyaknya sel darah Jumlah
1. Mikroskop Ordinal 1. Normal (4.000 leukosit pada putih (leukosit) pada leukosit
2. Kamar Hitung - 10.000/mmᶟ) DM Tipe 2 penderita Diabetes dalam darah 3. Lembar
2. Leukositosis yang tidak Melitus yaitu gangguan per mmᶟ Observasional (tinggi :
terkontrol metabolik yang darah >10.000/mmᶟ)
ditandai dengan peningkatan3. Leukopenia glukosa dalam darah (rendah : (hiperglikemi). DM
<4.000/mmᶟ) tipe 2 yang tidak ter (Gandasoebrata kontrol didapatkan dari , 2013) kadar HbA1C diatas normal (≥6,5).
4.6 Instrumen Penelitian dan Posedur Kerja
4.6.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Alat
1. Kaca Penutup atau deckglass
2. Kamar Hitung Improved Neubauer
3. Mikroskop
4. Penghisap
5. Pipet Thoma Leukosit
6. Spuit 3cc
b. Bahan
1. Darah vena dengan antikoagulan EDTA
2. Larutan Turk dengan komposisi : Larutan Gentian Violet 1% dalam air 1 ml Asam Asetat Glacial 1 ml
Aquadest add 100 ml
4.1.2 Prosedur Kerja
A. Pengambilan Sampel Darah Vena 1. Memasang torniquet pada lengan pasien.
2. Mengusap dengan kapas alkohol pada sekitar area yang akan ditusuk.
3. Menusuk pembuluh vena sampai jarum masuk dalam lumen vena.
4. Melepaskan torniquet dan perlaha tarik torax sampai jumlah darah sesuai.
5. Menaruh kapas kering di atas bekas tusukan jarum tadi.
6. Mengangkatjarum dan mengalirkan dalam tabung melalui dinding.
7. Membuang jarum pada tempat pembuangan jarum.
B. Pemeriksaan Jumlah Leukosit
a. Mengisi Pipet Thoma Leukosit 1. Menghisap darah sampai tanda 0,5.
2. Menghapus sisa darah pada ujung pipet.
3. Menghisap larutan Turk sampai tanda 11.