FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM: TELAAH DAN KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN R.A KARTINI

FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI

  

PENDIDIKAN ISLAM:

TELAAH DAN KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN

R.A KARTINI

  oleh

  

Nur Fajriyah

NIM. M113014

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

Untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

  

2017

FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI

  

PENDIDIKAN ISLAM:

TELAAH DAN KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN

R.A KARTINI

  oleh NUR FAJRIYAH

NIM. M113014

Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

  

Institut Agama Islam Negeri Salatiga

sebagai pelengkap persyaratan untuk

gelar Magister Pendidikan Islam

  Salatiga, Maret 2017 ttd

  Dr. H. Sa’adi, M.Ag PEMBIMBING

PERNYATAAN KEASLIAN

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah di ajukan untuk gelar atau ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.

  Salatiga, Maret 2017 Yang membuat pernyataan

  Nur Fajriyah PROGRAM PASCASARJANA

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  LEMBAR PERSETUJUAN TESIS Nama : Nur Fajriyah NIM : M113014 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam Tanggal Ujian

  : Jum‟at, 24 Maret 2017 Judul Tesis : Female Agency dan Upaya Rekonstruksi

  Pendidikan Islam: Telaah dan Kontekstualisasi Pemikiran R.A Kartini

  Panitia Munaqosah Tesis 1. Ketua Penguji

  : Dr. H. Zakiyuddin, M. Ag. ___________________ 2.

  Sekretaris : Dr. Winarno, S.Si., M. Pd.___________________ 3.

  Penguji I : Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA._________________ 4.

  Penguji II : Dr. H. Sa‟adi, M. Ag.______________________

  ABSTRAK

“Female Agency dan Upaya Rekonstruksi Pendidikan Islam: Telaah

dan Kontekstualisasi Pemikiran R.A Kartini“

  Penelitian ini berupaya melihat R.A. Kartini dari sisi female agency, dengan menitikberatkan keterlibatan sosial R.A. Kartini dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang lebih menitikberatkan kepada pendidikan perempuan, serta relevansinya dalam pendidikan Islam Indonesia masa kini. Penelitian ini menggunakan metode “analisis isi kualitatif“ dan “hermeneutika“ untuk membedah dan mengkontekstualisasikan pemikiran R.A. Kartini. Sebagai analisisnya, penulis menggunakan konsep agency dan pendidikan humanistik, dalam hal ini humanistik-Islami.

  Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah pemikiran pendidikan yang dikemukakan R.A Kartini? (2) Sejauhmana pemikiran pendidikan R.A Kartini bersentuhan dengan konsep “pendidikan humanistik”(3) Bagaimana kontekstualisasi pemikiran R.A Kartini dalam rekontruksi pendidikan Islam di Indonesia?

  Pemikiran pendidikan R.A. Kartini bertumpukan pada pendidikan karakter dan pendidikan perempuan. R.A. Kartini melihat bahwa pendidikan perempuan adalah sebuah investasi bagi bangsa. Pendidikan adalah hak bagi setiap manusia, termasuk perempuan. Perjuangan R.A. Kartini akan pendidikan perempuan, telah membukakan mata kita, akan pentingnya pendidikan bagi perempuan. Melalui perjuangan R.A Kartini, perempuan Indonesia sekarang lebih maju dan bisa berkarya sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini kita bisa melihat agency R.A. Kartini dalam memperjuangkan dan mewujudkan pendidikan bagi perempuan. Di samping itu, R.A. Kartini juga menekankan pendidikan karakter, yang bisa menjadi penyangga kemajuan sebuah bangsa.

  Pemikiran R.A. Kartini bersentuhan dengan pendidikan humanistik, yang menekankan pengembangan individu, memanusiakan manusia dan aktualisasi diri. Hanya saja, perlu kiranya dicatat bahwa pendidikan humanistik yang menjadi perhatian R.A. Kartini tidaklah bersifat atheistic namun bersifat theistic. Hal ini antara lain terlihat dalam diri pribadi R.A. Kartini sendiri yang dalam tulisan-tulisannya menyiratkan bahwa dia tidak berupaya menjadi “super woman“ namun menjadi “khalifatullah fil ard“. Pemikiran R.A. Kartini bisa dijadikan inspirasi dan landasan untuk menata ulang pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini antara lain terkait dengan tema-tema seperti: pendidikan Islam yang sadar akan gender dan pemberdayaan perempuan, pendidikan Islam anti-kekerasan, pendidikan karakter dan pendidikan karakter bangsa.

  

ABSTRACT

Female Agency and The Attempt of Reconstructing Islamic Education:

Assesment and Contextualization of R.A. Kartini’s Thoughts

  This study investigates R.A. Kartini side from the perspective of female agency, with an emphasis on R.A. Kartini‟s social engagement R.A. Kartini in developing education in Indonesia. Educationin this sense is focused on the education of women, as well as its relevance in contemporary Indonesian Islamic education. This study uses “qualitative content analysis” and “hermeneutics” to analyze and contextualize the ideas of R.A. Kartini. To analyze the data, the author uses the concept of agency and humanistic education, more specifically theistic humanistic education.

  This study deals with the following research questions (1) What are the educational ideas of R.A Kartini? (2) What is the relevance of educational ideas of R.A Kartini with the concept of humanistic education? (3) How is the contextualization of R.A Kartini

  ‟s thoughts in the reconstruction of Islamic education in Indonesia? Educational thoughts of R.A. Kartini are concentrated on character education and women‟s education. R.A. Kartini sees that female education is an investment for the nation. Education is a right for every human being, including women. The struggle of R.A. Kartini in the field of women

  ‟s education has opened our eyes on the importance of education for women. Through her struggle, Indonesian women are now more advanced and able to work according to their ability. In this regard we can see the agency R.A. Kartini in fighting and realizing education for women. In addition, R.A. Kartini also emphasizes character education, which may provide a pillar for the progress of the nation.

  The thoughts of R.A. Kartini have its relevance with humanistic education, which emphasizes the development of the individual, humanizing the human and self- actualization. It is worth noting that Kartini‟s concern of humanistic education is not atheistic, but rather theistic. This is partly visible in the personage of R.A. Kartini herself in her writings, which suggests that she was not trying to be a "super woman" but rather to be a "khalifatullah fil ard" (God‟s vicegerent on earth). The ideas of R.A. Kartini could be used as inspiration and foundation for reconstructing Islamic education in Indonesia. This is concerned with such themes as: Islamic education which is aware of gender and women's empowerment, anti- violent Islamic education, character education and education of the nation character.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pengerjaan tesis ini sampai selesai. Tentunya tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan penulisan tesis ini yang masih banyak kekurangan. Namun demikian segala hambatan dan tantangan, dalam penyajian tesis ini, bisa penulis lewati sehin gga bisa terselesaikan dengan baik. Penulis mengambil judul “Female

  

agency dan upaya rekonstruksi pendidikan Islam: telaah dan kontekstualisasi

  pemikiran R.A Kartini”. Penulis tertarik meneliti R.A Kartini dari sisi pendidikannya, karena dari R.A Kartini penulis banyak belajar semangatnya dalam mendidik anak-anak bangsa, dalam hal ini perempuan. Di dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, baik lewat diskusi, literatur maupun terjun langsung wawancara ke museum R.A Kartini di Rembang. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Dr. Zakiyudin Baedhowi, selaku Direktur Pasca Sarjana.

  3. Dr. H. Sa‟adi, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya dalam memberikan pengarahan dalam pengerjaan tesis ini.

  4. Segenap Dosen Pasca Sarjana IAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmu, sekaligus memberikan motivasi agar tetap semangat dalam belajar.

  5. Teman-teman Pasca Sarjana IAIN Salatiga, Angkatan 2013/2014.

  6. Kedua Orang tua, yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan do‟a.

  7. Anak saya Naora, terima kasih sudah menghibur mama dengan kelucuan dan celotehmu. Mama sayang kamu nak.

  8. Suami sekaligus partner dalam hidup saya. Terima kasih telah menumbuhkan semangat saya untuk belajar kembali.

  9. Dan semua pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

  Semoga segala kebaikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, amin. Akhirnya penulis sadari, penulisan tesis ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca.

  Salatiga, April 2017 Penulis, Nur Fajriyah

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………… ……... i HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….. ……... ii HALAMAN PERNYATAAN …………………………………….. ……... iii ABSTRAK…………………………………………………………. ……... iv KATA PENGANTAR…………………………………………………….. v DAFTAR ISI ………………………………………………………. ……... vi

  BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1 A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………………. 2 C. Signifikansi Penelitian …………………………………………….. 8 1. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 8 2. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 8 D. Kajian Pustaka

  1. Review Penelitian Terdahulu……………………………………. 9

  2. Kerangka Teori ……………………………………..................... 11 E.

  Metode Penelitian………………………………………………….. 13 F. Sistematika Penulisan ……………………………………………... 15

  BAB II R.A KARTINI: KEHIDUPAN DAN AKTIVISME…………….. 17 A. Genealogi R.A Kartini …………………………………………….. 17 B. Latar Belakang Pendidikan R.A Kartini…………………………… 20 C. Kondisi Pendidikan Jawa pada Zaman R.A Kartini ………………. 23 D. Kumpulan Surat R.A Kartini dan Yayasan Sekolah Kartini……….. 27 E. R.A Kartini dan Perjuangan untuk Kemajuan Bangsa……………... 30 F. R.A Kartini dan Interaksinya dengan Kiai Saleh Darat……………. 34 G. R.A Kartini Feminis Islam dari Indonesia…………………………. 39 BAB III PEMIKIRAN PENDIDIKAN R.A KARTINI………………….. 45 A. R.A Kartini dan Pendidikan Perempuan…………………………… 45 B. R.A Kartini dan Pendidikan Karakter……………………………… 51 C. Relevansi Pemikiran R.A Kartini terhadap pendidikan Humanistik. 56

BAB IV KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN R.A KARTINI DALAM REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM…………………… 66 A. Pentingnya Rekonstruksi Pendidikan Islam di Indonesia………….. 66 B. Kontekstualisasi Pemikiran Kartini tentang Pendidikan Karakter….69 C. Pendidikan Islam Anti Kekerasan: Kontekstualisasi Pemikiran R.A Kartini ………………………………………………………………… 74 D. Pendidikan berwawasan Gender dan Pemberdayaan Perempuan: Kontekstualisasi Pemikiran R.A. Kartini

  ……………….. 76

  BAB V PENUTUP ………………………………………………………... 81 A. Kesimpulan ……………………………………………………. 81 B. Saran ……………………………………………………………. 83 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 84 BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………. 86

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Ajeng Kartini atau Raden Ayu Kartini (untuk selanjutnya

  disebut R.A Kartini), lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April

  1

  1879, dan wafat di Rembang 17 September 1904 pada usia 25 tahun. Anak kelima dari sebelas bersaudara ini sangat gemar membaca dan menulis, akan tetapi orang tuanya mengharuskan R.A Kartini menimba ilmu hanya sampai Sekolah Dasar karena harus dipingit. Karena tekad bulat R.A Kartini untuk mencapai cita-citanya, R.A Kartini mulai mengembangkan dengan belajar menulis dan membaca bersama teman sesama perempuannya. Saat itu juga R.A Kartini juga belajar bahasa Belanda. Semangat R.A Kartini tidak pernah padam, dengan rasa keingintahuan yang sangat besar, ia ingin selalu membaca surat kabar, buku-buku dan majalah Eropa. Dari situlah terlintas ide memajukan wanita Indonesia dari keterbelakangan. Karena kemampuannya berbahasa Belanda, R.A Kartini juga seringkali melakukan surat-menyurat dengan korespondensi dari Belanda. Sempat terjadi surat- menyurat antara R.A Kartini dan Mr. J.H Abendanon untuk pengajuan beasiswa di negeri Belanda, tetapi semua itu tidak pernah terjadi karena R.A 1 Kartini harus menikah pada 12 november 1903 dengan Raden Adipati

  Joyodiningrat yang sudah memiliki tiga isteri. Perjuangan R.A Kartini tidak berhenti setelah menikah, R.A Kartini memiliki suami yang selalu mendukung akan cita-citanya dalam memperjuangkan pendidikan dan martabat kaum perempuan. Maka pada tahun 1912 didirikannya sekolah R.A Kartini di Jepara dan Rembang. Pendirian sekolah wanita tersebut berlanjut di Surabaya, Jogjakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon. Sekolah R.A Kartini didirikan oleh yayasan R.A Kartini, adapun yayasan R.A

  2 Kartini sendiri didirikan oleh keluarga Van Deventer dan tokoh politik etis.

  R.A Kartini meninggal selang beberapa hari setelah melahirkan anak pertama bernama R.M Soesalit pada 13 September 1904, tepatnya 4 hari setelah kelahiran R.M Soesalit, saat itu usia R.A Kartini masih 25 tahun. Setelah kematian R.A Kartini, seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda J.H Abendanon mulai membukukan surat menyurat R.A Kartini dengan teman-temannya di Eropa dengan judul

  3 “Door Duisternis tot Licht“ yang artinya Habis Gelap terbitlah terang.

  Kumpulan surat-surat R.A Kartini dibuat setelah beliau terinspirasi penafsiran Kiai Saleh Darat terhadap Surat al-Baqarah ayat 257, ( ) yang artinya dari kegelapan menuju cahaya yang terang.

  Adapun kedekatan R.A Kartini dengan Islam bermula dari 2 pertemuannya dengan Kiai Saleh Darat dari Semarang. Saat itu R.A Kartini 3 Pramoedya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja, Jakarta: Lentera Dipantara, 2013, 51.

  

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis tot Licht) Kumpulan Surat R.A hadir dalam pengajian Kiai Saleh yang digelar di Pendopo Kesultanan Demak, saat itu R.A Kartini berkunjung ke kediaman pamannya, Ario Hadiningrat, sang bupati Demak. Kiai Saleh mengupas makna surat al-

  Fatihah , R.A Kartini yang tertarik pada cara Saleh menguraikan makna

  ayat-ayat tersebut meminta agar al Quran diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa. Kartini menyatakan,

  “Selama ini surat al-Fatihah gelap artinya bagi saya. Saya tidak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini, dia menjadi terang benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo kiai (Saleh Darat) telah menerangkan dalam bahasa Jawa yang saya pahami„„.

  Karena masih penasaran dengan makna yang terkandung dalam ayat- ayat al-Quran, R.A Kartini meminta pamannya, Pangeran Ario Hadiningrat agar berkenan mempertemukannya kembali dengan Kiai Saleh Darat. Ketika keduanya bertemu, maka berlangsunglah sebuah dialog yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam al-Quran.

  4 Dialog tersebut

  adalah sebagai berikut:

  Kiai, perkenankan saya bertanya, bagaimana hukumnya jika ada seorang

yang berilmu menyembunyikan ilmunya?“, tanya R.A. Kartini

Kiai Saleh Darat menimpalinya dengan sebuah pertanyaan, “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?“ Kiai, selama hidup saya baru kali ini berkesempatan memahami makna surat al Fatihah , surat pertama dari induk al-Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,“ ujar R.A Kartini.

  Kiai Saleh Darat tertegun mendengar jawaban dari R.A Kartini. Ia seolah- olah tak punya kata untuk menyela. Lalu R.A Kartini melanjutkan pembicaraannya dengan sang Kiai. Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran al-Quran ke dalam bahasa Jawa. Bukankah al-Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?.

  Dari pertemuan tersebut, muncullah ide Kiai Saleh Darat untuk membuat al-Quran berbahasa Jawa. Ide kiai Saleh Darat, disambut gembira oleh R.A Kartini, meski Kiai Saleh Darat, mengetahui hal ini bisa membuatnya di penjara. Maklum, pada masa itu pemerintah Hindia-Belanda melarang segala bentuk penerjemahan al Quran. Kitab tafsir al-Quran berbahasa Jawa segera dikerjakannya. Agar tidak dicurigai penjajah, Kiai Saleh menggunakan huruf Arab gundul atau tanpa harakat (pegon) yang disusun membentuk kata-kata dalam bahasa Jawa. Al-Quran terjemahan ke dalam Bahasa Jawa diberi judul Fayd al-Rahman.

  Dalam pembukaan kitab Fayd al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam

  Malik ad-Dayyan yang memakai bahasa Arab Pegon, Kiai Saleh Darat

  menulis alasannya mengapa ia harus menulis tafsir terjemahan al-Quran tersebut. Ia menulis alasannya: “Saya melihat secara umum pada orang- orang awam tidak ada yang memperhatikan tentang maknanya al-Quran karena tidak tahu caranya dan tidak tahu maknanya karena al-Quran diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, maka dari itu saya

  5

  bermaksud membuat terjemahan arti al- Quran.“

  Kitab tafsir dan terjemahan yang disusunnya itu menjadi kitab tafsir berbahasa Jawa pertama di Nusantara yang ditulis dalam aksara Arab. 5 Setelah dicetak, Saleh menghadiahkan satu eksemplar kitab tersebut pada R.A Kartini saat menikah dengan Bupati Rembang, Raden Mas Joyodiningrat.

  Saat menerima al-Quran terjemahan bahasa Jawa itu, dengan perasaan senang R.A Kartini berucap, “Selama ini surat al-Fatihah gelap artinya bagi saya. Saya tidak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini, dia menjadi terang benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo kiai (Saleh Darat) telah menerangkan dalam bahasa Jawa yang saya pahami.“

  Terbantu memahami lebih banyak isi al-Qur „an, R.A Kartini terpikat pada suatu ayat yang menjadi favoritnya, yakni “Orang-orang beriman dibimbing Allah dari kegelapan menuju cahaya“, dalam surat al-Baqarah ayat 257. Oleh sastrawan Sanusi Pane, judul buku kumpulan surat R.A Kartini dalam Bahasa Belanda Door Duisternis Tot Licht diterjemahkan

  6 menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang, mengacu pada ayat favoritnya itu.

  Berawal saat menerima al-Quran terjemahan bahasa Jawa yang ditulis oleh Kiai Saleh Darat, R.A Kartini akhirnya mengerti makna yang terkandung dalam surat al-Baqarah. Sehingga mempengaruhi pemikirannya mengenai pendidikan yang beliau tulis dalam kumpulan surat-surat yang ditujukan kepada teman-temannya di Eropa, salah satu suratnya mengenai pendidikan.

  Telah lama dan telah banyak saya memikirkan perkara pendidikan, terutama akhir-akhir ini. Saya pandang pendidikan itu sebagai kewajiban yang demikian mulia dan suci, sehingga saya pandang kejahatan apabila tanpa kecakapan yang sempurna saya berani menyerahkan tenaga untuk perkara pendidikan. Bagi saya pendidikan itu merupakan pembentukan budi dan 7 jiwa.

  Dalam kerangka tersebut, ada indikasi bahwa pemikiran pendidikan R.A Kartini bersentuhan dengan konsep pendidikan humanistik. Pendidikan humanistik adalah di mana seseorang harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Ide pokoknya adalah bagaimana seseorang yang belajar mengarahkan diri sendiri, sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Dari beberapa penelitian dengan mengarahkan dan memotivasi diri sendiri,

  8 seseorang lebih memiliki motivasi besar untuk belajar.

  Pendidikan humanistik merupakan sebuah filosofi belajar yang sangat memperhatikan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh seseorang, bahwa setiap pribadi mempunyai cara sendiri dalam mengkonstruk ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Pembelajaran dengan pendekatan ini juga lebih menghargai domain-domain lain yang ada dalam diri seseorang selain domain kognitif dan psikomotorik, sehingga dalam proses pembelajarannya nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri seseorang mendapatkan

  9 perhatian untuk dikembangkan.

  7 8 Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang..., 111 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar Ruzz

  Penelitian mengenai “Female agency dan upaya rekonstruksi pendidikan Islam, telaah dan kontekstualisasi pemikiran R.A Kartini“, ini penting dilakukan. Mengingat R.A Kartini, merupakan sosok wanita pertama di Indonesia yang mampu merubah tradisi lama Jawa, dimana perempuan tidak bisa memperoleh pendidikan yang setara dengan laki-laki. Karena menganggap bahwa perempuan hanya bisa menjadi istri dan ibu rumah tangga biasa. Dari pemikiran beliau yang dituangkan melalui surat- menyurat kepada sahabatnya di Eropa, kita bisa membaca bahwa sosok R.A Kartini adalah pahlawan wanita yang berjasa untuk kemajuan bangsa Indonesia terutama perempuan dalam memperoleh pendidikan.

  Selama ini R.A Kartini sering diidentikkan dengan feminis sekuler, yang sama sekali tidak berakar dari tradisi Islam. Melalui penelitian ini, penulis akan menelaah dan menganalisis pemikiran pendidikan R.A. Kartini dengan melihat akar dan inspirasinya dari tradisi Islam. Selain itu penelitian ini juga akan melihat kontekstualisasi pemikiran R.A. Kartini dalam upaya rekonstruksi pendidikan Islam masa kini di Indonesia.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimanakah pemikiran pendidikan yang dikemukakan R.A Kartini? 2. Sejauhmana pemikiran pendidikan R.A Kartini bersentuhan dengan konsep “pendidikan humanistik”?

3. Bagaimana kontekstualisasi pemikiran R.A Kartini dalam

C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.

  Menjelaskan pemikiran pendidikan yang digagas oleh R.A Kartini b. Menjelaskan kaitan antara pemikiran pendidikan R.A Kartini dengan konsep “pendidikan humanistik”.

  c.

  Melacak kontekstualisasi pemikiran R.A Kartini dalam upaya rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian a.

  Secara akademik diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan kajian untuk memahami female agency R.A Kartini yang terutama sekali terefleksikan dalam aktivisme dan pemikiran pendidikan R.A Kartini. Sumbangsih lebih lanjut dari penelitian ini adalah konstektualisasi dari pemikiran pendidikan R.A Kartini, untuk melihat relevansinya dalam rekonstruksi pendidikan Islam, yang adil kepada gender.

  b.

  Secara praktis, penelitian ini bisa memberikan sumbang saran dan dukungan kepada perempuan dan aktivis perempuan, terutama dalam hal meningkatkan kemampuan kreatifnya, di era modern. Terlebih bagi aktivis perempuan yang berkecimpung dalam ranah pendidikan Islam, sehingga nuansa pendidikan Islam yang dikembangkan di lembaga pendidikan tidak terlalu berpusat pada laki-laki (male-centred).

D. Kajian Pustaka

1. Review Penelitian Terdahulu

  Sejauh informasi yang diperoleh, penelitian dalam bentuk pemikiran R.A Kartini telah dilakukan oleh Dri Arbaningsih (2005) dalam bentuk disertasi dengan judul Kartini dari Sisi Lain, Menelaah Pemikiran Kartini

  tentang Emansipasi “Bangsa“. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh surat-

  surat dan dua nota R.A Kartini. Menurut Dri Arbaningsih, R.A Kartini lebih dari sekedar tokoh emansipasi wanita seperti dimengerti orang selama ini.

  Emansipasi R.A Kartini jauh lebih luas, yakni “emansipasi bangsa“ Jawa (kebangsaan nasional Indonesia ketika itu belum lahir), yang ternyata merupakan embrio kebangkitan “bangsa-bangsa“ lain. Pengakuan R.A Kartini dan beberapa pelajar STOVIA (dalam korespondensi mereka) atas kesadaran eksistensial- esensial sebagai “rakyat“ dan “bangsa“, yakni Jong

  Java, ternyata membuahkan bukan saja Boedi Oetomo melainkan juga

  Soempah Pemoeda 1928 oleh pelbagai Jong “bangsa-bangsa“ Nusantara. Karena itulah, R.A Kartini adalah salah seorang perintis Kebangkitan Nasional. Buku Door Duisternis Tot Licht (1911), merupakan buku kumpulan surat-surat R.A Kartini yang disusun dan diterbitkan oleh J.H Abendanon, berhasil mereduksi dan memposisikan R.A Kartini hanya

  10 sebagai tokoh emansipasi saja.

  10

  Selain Dri Arbaningsih, penelitian mengenai R.A Kartini juga dilakukan oleh Jean Stewart Taylor, yang mengambil judul “Raden Ajeng Kartini

  “, yang ditulis dalam sebuah jurnal Signs: Journal of Women in

  Culture and Society . Tulisan Taylor, mengangkat R.A Kartini sebagai sosok

  yang mempunyai pengaruh dan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia, dan dianggap sebagai feminis yang menerjemahkan ide-ide Eropa ke dalam masyarakat Indonesia. Stewart menggambarkan bahwa R.A Kartini juga mempunyai mimpi besar untuk perubahan bagi kemajuan perempuan Jawa, terutama dalam hal pendidikan, seni tradisional, kesehatan publik, dan kesejahteraan ekonomi.

11 Penelitian tersebut di atas memilih materi yang berbeda dengan

  penelitian yang akan penulis paparkan, sehingga penelitian yang diberi judul “Female Agency dan Upaya Rekonstruksi Pendidikan Islam: Telaah dan Konstektualisasi Pemikiran

  R.A Kartini“ ini layak dilakukan. Menurut hemat penulis inspirasi yang dilakukan oleh R.A Kartini baik dalam isi surat-suratnya dan semangatnya dalam pendidikan pembebasan dipengaruhi oleh al-Quran, yakni surat al-Baqarah ayat 257, yang artinya “Orang-orang beriman dibimbing Allah dari kegelapan menuju cahaya“. Karena di dalam surat-surat tersebut R.A Kartini banyak memberikan pencerahan tidak hanya bagi perempuan Jawa yang selama ini terkukung oleh tradisi, tapi bagaimana R.A Kartini memberikan semangat pembebasan agar laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan untuk 11 maju bersama, sebagaimana isi dari kumpulan surat-suratnya yang terangkum dalam Habis Gelap Terbitlah Terang.

  Penelitian penulis juga memiliki kekhasan tersendiri, dalam hal kerangka konsep pendidikan, karena penelitian ini menerapkan konsep

  agency untuk membedah keterlibatan sosial R.A Kartini dalam pendidikan dan pemberdayaan perempuan.

2. Kerangka Teori

  Untuk penelitian ini penulis menggunakan konsep agency yang

  12

  ditawarkan oleh Emirbayer dan Mische. Agency adalah sebuah konsep yang penting untuk melihat dan menganalisis keterlibatan sebuah aktor, dalam hal ini R.A Kartini. Agency adalah proses temporal dari keterlibatan sosial, berdasarkan pengetahuan dan kesadaran akan masa lampau (dalam bentuk habitual), berorientasi pada masa depan (dalam bentuk kemampuan projective untuk membayangkan kemungkinan alternatif) dan juga pada masa sekarang (dalam bentuk kemampuan practical evaluative untuk mengkontekstualisasi habitus masa lampau dan proyek masa depan dalam konteks masa sekarang. Ketiga aspek agency tersebut menurut hemat penulis sangat relevan untuk memotret dan mengkaji keterlibatan R.A Kartini dalam proses sosial yang melingkupinya.

12 Mustafa Emirbayer and Ann Mische, “What is Agency“, American Journal of Sociology,

  

volume. 103, number. 4, (January, 1998), 962-1023. Lihat juga: Asfa Widiyanto, Religious

Authority and the Prospects for Religious Pluralism in Indonesia: The Role of Traditionalist

  Contoh dari konsep agency ini penulis cuplik dari kumpulan surat R.A Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang“. Hal ini terlihat dari kutipan berikut:

  “Bagaimana pernikahan dapat membawa kebahagiaan, jika hukumnya dibuat untuk semua lelaki dan tidak untuk wanita? Kalau hukum dan pendidikan hanya untuk lelaki? Apakah itu berarti ia boleh

  

13

melakukan segala sesuatunya?“.

  Dari kutipan ini terlihat agency dari R.A Kartini, terutama aspek

  practical-evaluative . Dalam hal ini R.A Kartini mengkritisi habitus masa

  lampau masyarakat Jawa, terutama sekali budaya patriarki, yang memberikan peran kuat pada laki-laki terutama dalam pendidikan dan hukum. Sebagai evaluasi dan tindak lanjut dari hal itu, maka R.A Kartini berupaya memberdayakan perempuan dalam hal pendidikan, yang pada gilirannya akan memberdayakan perempuan dalam hal hukum dan aspek- aspek sosial yang lain.

  Selain agency , penulis juga menggunakan konsep “pendidikan humanistik“. Pendidikan humanistik memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain-domain tersebut meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar itu tidak hanya dalam domain kognitif saja, tetapi bagaimana menjadi individu yang bertanggungjawab, penuh perhatian terhadap lingkungannya, serta mempunyai kedewasaan

  14 emosi dan spiritual.

E. Metode Penelitian

  Dalam penulisan tesis ini penulis menggunakan penelitian pustaka (library research). Untuk menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan metode “analisis isi kualitatif“ (qualitative content

  

analysis ). Adapun langkah-langkah utama dari metode ini adalah:

  1. menyusun “kategori” (formulating the categories), 2. mendefinisikan “kategori” (defining the categories),

  15 3. mengindikasikan kata- kata yang mewakili “kategori” tersebut.

  Selain itu, penulis menggunakan metode hermeneutika. Hermeneutika sebagai sistem penafsiran dapat diterapkan, baik secara kolektif maupun secara personal, untuk memahami makna yang

  16

  terkandung dalam teks, mitos ataupun simbol. Dalam penelitian ini, metode hermeneutika terutama sekali dibutuhkan untuk melihat sebuah teks dalam konteks awal saat teks tersebut ditulis, untuk kemudian melihat 14 substansi dari pesan teks tersebut, kemudian dicari relevansinya dalam 15 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran..., 142. 16 Margrit Schreier, Qualitative Content Analysis in Practice, California: Sage, 2012.

  “Hermeneutics: Principles of Biblical Information“, Encyclopaedia Britannica, konteks masa sekarang, dengan tetap mempertimbangkan substansi pesan

  17 tersebut.

  Sumber premier dari penelitian ini adalah buku kumpulan surat R.A Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis tot

  Licht) Kumpulan Surat Kartini yang menginspirasi Wanita-wanita di Indonesia Sepanjang Masa (Jakarta: Penerbit Narasi, 2011). Selain itu

  penulis juga merujuk pada biografi R.A Kartini yang ditulis oleh Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soertoto, yang berjudul Kartini,

  Sebuah Biografi, Rujukan Figur Pemimpin Teladan (Jakarta: Balai

  Pustaka, 2011). Sedangkan sumber sekunder dari penelitian ini adalah karya-karya yang ditulis oleh para ilmuwan tentang sosok R.A Kartini.

F. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan dalam penulisan tesis ini, penulis membuat sistematika dalam lima bab yaitu: Bab I, Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, kerangka teori, review penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II, Biografi R.A Kartini menjelaskan tentang gambaran umum 17 mengenai sosok R.A Kartini, permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh R.A Kartini, dan perjuangan R.A Kartini untuk memberikan pendidikan kepada kaum perempuan agar setara dengan laki-laki.

  Bab III, pemikiran pendidikan R.A Kartini, yang meliputi pemikiran pendidikan R.A Kartini tentang pendidikan perempuan dan pendidikan karakter. Pada surat-surat R.A Kartini tertulis pemikiran- pemikirannya khususnya menyangkut kebebasan untuk menuntut ilmu dan belajar. Dalam bab ini juga akan dibahas apakah pemikiran R.A Kartini tentang p endidikan bersinggungan dengan konsep “pendidikan humanistik“.

  BAB IV, kontekstualisasi pemikiran R.A Kartini dalam rekonstruksi pendidikan Islam. Dalam bab ini, penulis berupaya menyelaraskan pemikiran R.A Kartini pada masa lalu ke dalam konteks sekarang, terutama dalam kaitannya dengan upaya rekonstruksi pendidikan Islam masa kini, yang sadar akan gender dan pemberdayaan wanita.

  Bab V: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Bagian akhir adalah daftar pustaka dan lampiran.

BAB II R.A KARTINI: KEHIDUPAN DAN AKTIVISME A. Genealogi R.A Kartini Raden Ajeng Kartini lahir di Mayong, Jepara, Jawa Tengah, pada

  tangggal 21 April 1879. Lahir dari pasangan Ario Sosroningrat dan Ibu Ngasirah. R.A Kartini merupakan anak ke 5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua.

  R.A Kartini digambarkan sudah menunjukkan kemandirian dan

  18 rasa ingin tahunya yang tinggi sejak dini. Ayah Kartini, R.M.

  Sosroningrat, Bupati Jepara, mempunyai dua orang istri. Yang pertama dinikahinya pada tahun 1872, ketika ia masih berpangkat wedana di Mayong. Istrinya, Mas Ajeng Ngasirah, berasal dari kalangan rakyat biasa anak Nyai Hajjah Siti Aminah dengan Kiai Haji Madirono, seorang guru

  19

  agama di Desa Telukawur, Jepara. Masih dalam kedudukannya sebagai Wedana, pada tahun 1875 ia menikah lagi dengan seorang putri bangsawan tinggi keturunan Raja Madura, yaitu Raden Ajeng Wuryam atau Muryam putri R.A. Citrowikromo, Bupati Jepara sebelum Sosroningrat. Istri kedua ini kemudian diangkat menjadi “garwa padmi”, 18 sedangkan Mas Ajeng Ngasirah sebagai “garwa ampil”. Sebutan “garwa

  

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi, Rujukan Figur Pemimpin

  padmi

  ” adalah sebutan untuk istri utama yang mendampingi suaminya pada upacara-upacara resmi. Sedangkan istri yang lain, yang dinikahi dengan sah maka disebutnya seba gai “garwa ampil”.

  Berikut skema dari silsilah keluarga R.A Kartini, yang berasal dari kakeknya, R.M Sosroningrat.

  20 Silsilah keluarga Sosroningrat

  R.M. Sosroningrat – Bupati Jepara Garwa Ampil: M.A Ngasirah Garwa Padmi: R.A. Sosroningrat 1.

  3. R.A Sulastri (9Januari 1877) R.M Slamet (15 Juni 1873) 2.

  6. R.A Rukmini (4 Juli 1880) R.M Busono (11 Mei 1874) 4.

  8.R.A Kartinah (3Juni 1883) R.M Kartono (10 April 1877) 5.

  R.A Kartini (21 April 1879) 7. R. A Kardinah (1 Maret 1881) 9. R.M Muljono (26 Desember 1885) 10.

  R.A Sumatri (11 Maret 1888) 11. R.M Rawito (16 Oktober 1892)

  Pada skema tersebut, terlihat urutan putra dan putri R.M.A.A Sosroningrat, serta dari istri mana mereka dilahirkan.

  Anak ke-1 : R.M Slamet Anak ke-2 : R.M Busono, bergelar P.A Sosrobusono, Bupati Ngawi Anak ke-3 : R.A Sulastri, menikah dengan R. Cokrohadisosro, Patih

  Kendal Anak ke-4 : R.M Kartono, bergelar R.M.P Sosrokartono dan terkenal sebagai “Ndoro Sosro”.

  Anak ke-5 : R.A Kartini, menikah dengan R.A.A Joyoadiningrat Anak ke-6 : R.A Rukmini, menikah dengan R. Santoso Anak ke-7 : R.A Kardinah, menikah dengan R.M.A.A Reksonegoro, Patih Pemalang, kemudian menjadi Bupati Tegal Anak ke-8 : R.A Kartinah, menikah dengan R. Dirjoprawiro Anak ke-9 : R.M Mulyono Anak ke-10 : R.A Sumatri, menikah dengan R. Sosrohadikusumo Anak ke-11 : R.M Rawito B.

   Latar Belakang Pendidikan R.A Kartini

  R.A Kartini memulai pendidikan formalnya di ELS (Europese ). Di sekolah inilah R.A Kartini belajar bahasa Belanda.

  Lagere School

  Hanya sampai usia 12 tahun, R.A Kartini diperbolehkan sekolah di ELS, selebihnya ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Sekolah R.A Kartini letaknya di samping kabupaten Jepara.

  Di sekolah, R.A Kartini termasuk sosok yang kritis dan cerdas, R.A Kartini dengan mudah dapat beradaptasi dan bersaing dengan teman- temannya dari Belanda baik perempuan maupun laki-laki. Ia berbicara bahasa Belanda dengan fasih. Hal ini dibuktikan ketika seorang inspektur Belanda datang ke sekolah R.A Kartini, inspektur tersebut memberikan tugas kepada anak-anak membuat karangan dalam bahasa Belanda.

  Menurut hasil penilaiannya, ternyata karangan R.A Kartini paling bagus

  21 dibanding semua karangan dari seluruh sekolah di daerah inspeksinya.

  R.A Kartini bisa membuat karangan dengan baik, karena tidak lepas dari didikan ayahnya semenjak kecil. R.A Kartini terbiasa membaca buku-buku dan koran yang berbahasa Belanda, sehingga menjadikan R.A Kartini tidak asing dalam mempelajari bahasa Belanda secara fasih. Selain itu, ayahnya selalu memperkenalkan putri-putrinya kepada tamu bangsa Belanda yang datang ke kabupaten. Dengan demikian secara tidak langsung R.A Kartini beserta adik-adiknya belajar berkomunikasi dalam Bahasa Belanda.

  Di antara buku yang dibaca R.A Kartini antara lain adalah, „Tujuan Pergeraka n Wanita‟ dari Dr. Aletta Jacobs dan „Droomen van het Ghetto‟ (impian dari Ghetto) dari Zangwill. Buku „Moderne Maagden‟ dari Marcel Prevost menarik hatinya karena menggambarkan pergerakan wanita yang memikat dan mengharukan. Begitu pun artikel „Apakah tugas wanita modern?‟ dari majalah Wettenschappelijke Bladen. R.A Kartini menyukai buku „Barthold Meryan‟ dari sosialis Cornelie Huygens, karena membahas tentang sosialisme, pernikahan, dan kedudukan wanita. Kegemarannya dengan buku, mengantarkan sahabat, ayah, dan kakaknya menghadiahkan buku yang berkualitas kepada R.A Kartini. Seperti buku-buku dari Henri Borel, yaitu „De Laatste Incarnatie‟ dan „Het Jongetje‟. Karya Borel mampu menampilkan bahasa yang menawan sehingga menarik hati R.A Kartini untuk membacanya.

22 Mengenai kegemarannya membaca, R.A Kartini pernah

  menceritakan perihal tersebut kepada Nyonya R.M Abendanon – Mandri.

  Bila hatinya sedang bersedih, ia hanya dapat menemukan hiburan dari sahabatnya yang tak pernah bergerak yaitu “buku-buku”. Ia selalu gemar sekali membaca, namun kini kesenangannya bacaan sudah menjadi bagian hidupnya. Apabila ia telah menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, segera ia memegang buku atau surat kabar. Ia membaca semuanya yang tertangkap oleh bola matanya. Ia melahap semua bacaan, bercampur antara yang baik dan yang buruk. Banyak sekali buku yang dinikmatinya, buku yang tak terkatakan bagusnya yang membuatnya dapat melupakan semua kesedihan dalam hidupnya. Tabiat- tabiat baik, pandangan hidup mulia, jiwa dan pikiran besar, membuat hatinya berkobar-kobar kegirangan dan gemetar karena berbesar hati. Ia menghayati sepenuhnya semua yang dibaca. 23 Sebuah buku yang sangat menyentuh rasa nasionalisme R.A

  Kartini, adalah „Max Havelaar‟ karya besar Eduard Douwes Dekker yang terkenal dengan nama samaran Multatuli. Dia seorang penulis jenius yang belum ada tandingannya dalam sastra Belanda. „Max Havelaar‟ berisikan tentang roman otobiografi Multatuli, yang berisi gugatan sosial yang menggemparkan masyarakat di Eropa dan Hindia Belanda (Indonesia). 22