INTEGRASI-INTERKONEKSI SAINS DAN AGAMA PEMIKIRAN AGUS PURWANTO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INTEGRASI-INTERKONEKSI SAINS DAN AGAMA

PEMIKIRAN AGUS PURWANTO

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

oleh:

FAUZI ANNUR

  

NIM. 12010150010

Tesis diajukan Sebagai pelengkap persyaratan

Untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

  

ABSTRACT

Integration-Interconnection Science and Religion of Agus Purwanto’s

Thought And its Implication to Islamic Education

  The aim of this study was to know how the integration-interconnection science and Religion concept of Agus Purwanto’s thought on his books: Ayat-Ayat

  

Semesta and Nalar Ayat-Ayat Semesta, and its implication to Islamic Education.

  This study used library research method by history-philosophy approach and contains analysis. The result of this study found: integration-interconnection science and Religion of Agus Purwanto’s thought by explorating and elaborating 800 ayat-ayat kauniyah on Al-Qur`an. The first by Arabic language, the second by the books of tafsir, the third by results of many studies in the past until now. Phenomenon of universe, Al-Qur`an, Arabic language, the books of tafsir and results of many studies were studied by integrated-interconnected. From text to context and on the contrary. Furthermore, the Islamic Education has to be partner and deal with other sectors (Math, Physics, Chemistry, Biology, Geography). This study can be illustrated to Islamic Education and Common Education on implementating science study and Religion learning by integrated-interconnected. It also to be the source of change inspiration from dichotomy to integrated- interconnected.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep integrasi- interkoneksi sains dan Agama pemikiran Agus Purwanto dalam kedua bukunya,

  

Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta sekaligus untuk mengetahui

  implikasi konsep tersebut terhadap Pendidikan Agama Islam. Metodologi yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan historis filosofis, sedangkan analisis data dengan menggunakan analisis konten. Kajian ini menemukan konsep integrasi-interkoneksi sains dan Agama pemikiran Agus Purwanto adalah dengan upaya mengeksplorasi, mengelaborasi 800 ayat- ayat kauniyah dalam Al-Qur`an. Pertama, dengan kebahasaan (bahasa Arab), kedua, dengan kitab-kitab tafsir para ulama, dan ketiga melalui hasil-hasil penelitian ilmiah terdahulu sampai kontemporer. Kelima bidang (fenomena alam semesta, Al-Qur`an, bahasa Arab, kitab tafsir, dan hasil-hasil temuan ilmiah) dikaji secara integratif-interkonektif. Dari teks menuju konteks, dan begitu sebaliknya dari konteks menuju teks. Temuan selanjutnya adalah Pendidikan Agama Islam harus berusaha untuk bekerja sama saling berdialog dengan bidang- bidang yang lain khususnya bidang kealaman (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Geografi). Hasil kajian ini dapat memberikan gambaran kepada lembaga- lembaga pendidikan Islam maupun Umum dalam mengaplikasikan pembelajaran sains dan Agama secara integratif-interkonektif, sekaligus menjadi sumber inspirasi perubahan dari pendidikan dikotomis menuju integratif-interkonektif.

KATA PENGANTAR

  Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah indah kepada penoreh tinta peradaban pertama dan terbaik sepanjang sejarah, Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, manusia paling mulia yang telah mencerahkan kehidupan dengan cahaya Islam. Juga kepada para sahabat, keluarga serta orang-orang yang senantiasa istiqomah dalam menapaki risalah-Nya hingga akhir zaman nanti.

  Alhamdulillaahirabbil’aalamiin atas terselesaikan dan tersusunnya tesis ini. Karya besar ini diselesaikan tanpa bisa terlepas dari bantuan semua pihak.

  Oleh karena itu ucapan terima kasih setulus hati disampaikan kepada : 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  3. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan kesungguhan dalam membimbing dan mengarahkan kami.

  4. Bapak Dr. phil. Widiyanto, MA, Dr. Winarno, S.Si, M.Pd, Prof. Dr. H.

  Muh. Zuhri, MA, Dr. Imam Sutomo, M.Ag, Dr. Adang Kuswaya, M.Ag yang telah menguji sekaligus banyak memberikan banyak insiprasi dalam penulisan tesis ini.

  5. Bapak Dr. Muhammad Munadi, M.Pd dan Sidik, M.Ag yang berusaha untuk selalu mengajak diskusi dalam rangka membuka cakrawala berfikir kami.

  6. Istri tercinta dr. Chyntia Kurnita W, Ibu Nurgiyati, Bapak Daman Siri, BA serta keluarga yang selalu mendoakan, membimbing kami sejak kecil serta mendukung kami dalam melangkah menuju ke dalam hal-hal yang

  7. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana IAIN Salatiga angkatan 2015 yang telah banyak memberikan motivasi dan inspirasi

8. Seluruh pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan selama penelitian hingga terselesaikannya tesis ini.

  Penulis menyadari bahwa tesis ini sangat jauh dari kesempurnaan karena penulis yakin tidak ada kesempurnaan kecuali Allah Subhanahu wata’ala. Oleh karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semuanya. Aamiin ya Rabbal ’aalamiin...

  Surakarta, Maret 2017 Fauzi Annur

  DAFTAR ISI

  JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ...................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ..................................................... iii ABSTRAK ................................................................................... iv PRAKATA ................................................................................... v DAFTAR ISI ............................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... vii BAB I PENDAHULUAN .........................................................

  A.

  1 Latar Belakang Masalah .................................................

  B.

  3 Rumusan Masalah ..........................................................

  C.

  3 Signnifikansi Penelitian .................................................

  D.

  5 Kajian Pustaka ................................................................

  E.

  6 Kerangka Teori ...............................................................

  F.

  8 Metode Penelitian ..........................................................

  G.

  9 Sistematika Penulisan ....................................................

  BAB II BIOGRAFI AGUS PURWANTO ................................ A.

  11 Sejarah Kelahiran dan Pendidikan Agus Purwanto .........

  B.

  12 Karier Agus Purwanto ....................................................

  C.

  12 Jurnal atau Publikasi Ilmiah Agus Purwanto...................

  D.

  13 Buku-buku Karya Agus Purwanto ..................................

  BAB III INTEGRASI-INTERKONEKSI SAINS DAN AGAMA PAMIKIRAN AGUS PURWANTO ............................................ A.

  14 Integrasi-Interkoneksi Sains dan Agama .......................

  1.

  14 Semipermeable (saling menembus) .........................

  2.

  15 Intersubjective Testibility .......................................

  3.

  16 Creative Imagination ...............................................

  B.

  16 Integrasi-Interkoneksi Pemikiran Agus Purwanto ..........

  1.

  19 Fenomena Alam Semesta .........................................

  3.

  22 Penafsiran Ulama/Kitab-Kitab Tafsir ......................

  4.

  22 Kebahasaan/Bahasa Arab .........................................

  5.

  24 Penelitian Ilmiah ......................................................

  BAB IV IMPLIKASI PEMIKIRAN AGUS PURWANTO TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ............................................... A.

  31 Esensi Pendidikan Agama Islam ....................................

  B.

  33 Implikasi Pemikiran Agus Purwanto terhadap PAI ........

  C.

  37 Kelemahan dan Kekuatan Konsep ..................................

  BAB V PENUTUP ..................................................................... A.

  39 Simpulan .......................................................................

  B.

  40 Saran ............................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..................................................................

  41 LAMPIRAN ................................................................................

  44 BIOGRAFI PENULIS .................................................................

  44

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu tanpa agama lumpuh, dan agama tanpa ilmu buta. Begitulah Einstein

  memandang kedua bidang tersebut tidak bisa dipisahkan. Dalam hal ini perlunya sebuah paradigma baru dalam membangun peradaban Islam yaitu

  1 dengan pengislamisasian ilmu pengetahuan yang berdasarkan ketauhidan.

  Dengan begitu ilmu syarat dengan nilai dan tidak bebas nilai sebagaimana

  2

  yang dihasilkan peradaban Barat. Di dalam Islam sendiri aktivitas harus dilaksanakan sesuai dengan Kehendak Tuhan, yang di dalamnya terdapat

  3

  norma-norma dan prinsip-prinsip seni Islam. Kesadaran transenden itulah yang terus ditekankan oleh para intelektual Muslim yang tujuannya adalah mengabdi pada ajaran Ilahi.

  Pergulatan selama ini antara sains dengan agama yang berdampak negatif haruslah dihindarkan, karena keduanya memberikan sumbangsih yang besar

  4

  terhadap permasalahan zaman. Jika keilmuan Pendidikan Islam dan cabangnya yang lainnya merasa cukup dengan dirinya sendiri dan tidak mau berhubungan dengan cabang yang lainnya, maka ia tidak punya masa depan yang diharapkan, bahkan diragukan kontribusinya terhadap pembangunan

  1 Wan Sabri, dkk, “Islamic Civilization: Its Signifigance in al-Faruqi’s Islamization of Knowledge”, International Journal of Islamic Thought, Volume 7 (June 2015), 51. 2 Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, Kuala Lumpur:ISTAC, 1993, 134. 3 Seyyed Hossein Nasr, Islam Tradisi di Tengah Kancah Dunia Modern, Terjemahan

  5

  karakter bangsa. Oleh sebab itulah untuk menghidupkan peradaban yang telah berabad-abad telah mengalami kejumudan dibutuhkan langkah yang konkrit dan jelas yaitu umat Islam harus memajukan sains, teknologi dan

  6 pendidikan secara integratif.

  Di ranah PTKIN telah diujicobakan melalui konsep integrasi dan interkoneksi. Dalam hal ini Standar Nasional Pendidikan Tinggi mengharuskan untuk dilakukan integrasi antar disiplin dan multidisiplin

  7

  keilmuan. Langkah tersebut merupakan satu gebrakan yang sangat tepat, menimbang integrasi-interkoneksi antara sains dan agama mutlak dilakukan.

  Bagaimana tingkatan di bawah PTKIN yang mana menjadi pondasi awal meletakkan dasar-dasar sains dan Agama. Sementara selama ini sistem yang digunakan adalah dengan cara pendidikan dikotomis, yaitu memisahkan pelajaran sains dengan agama. Sejarah mengatakan bahwa mulai munculnya pendidikan dikotomi sejak akhir abad ke-11 menjelang abad ke-12 dan

  8

  berakibat terjadilah kemunduran peradaban dan intelektualisme Islam. Oleh karena itu diperlukan solusi yang tepat dalam rangka merekontruksi integrasi- interkoneksi sains dan agama di lembaga-lembaga sekolah.

  5 M. Amin Abdullah, dkk, Implementasi Pendekatan Integratif Interkonektif dalam Kajian Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pascasarjana UIN Yogyakarta, 2014, 1. 6 Din Syamsuddin, “Diskusi Pakar dalam Program Doktor Politik Islam UMY”, Senin, 2 Mei 2016, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 7 Khairuddin Nasution, dkk, Implementasi Pendekatan Integratif Interkonektif dalam Kajian Pemikiran Pendidikan Islam,.. ., 34.

  B. Rumusan Masalah

  Dalam kajian ini digambarkan bahwasannya pendidikan belum mampu mengembangkan sains dan agama secara integratif-interkonektif di sekolah umum, maupun sekolah agama. Selain itu pendidikan lebih dominan bergerak dalam ranah teoritis termasuk bidang sains. Sementara ekperimen-eksperimen sangatlah penting untuk ditanamkan pada setiap siswa dalam rangka mengembangkan nalar pikirnya secara logis dan empiris.

  Kajian ini difokuskan pada integrasi-interkoneksi sains dan Agama pemikiran Agus Purwanto dalam buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-

  Ayat Semesta dan implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam.

  Pada kajian ini peneliti mengajukan dua rumusan masalah yaitu bagaimana konsep integrasi-interkoneksi sains dan Agama pemikiran Agus Purwanto dalam buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta? Dan bagaimana implikasi konsep integrasi-interkoneksi sains dan Agama pemikiran Agus Purwanto dalam buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta terhadap Pendidikan Agama Islam?.

  C. Signifikansi Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian a.

  Untuk mengetahui konsep integrasi-interkoneksi sains dan Agama pemikiran Agus Purwanto di dalam buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar

  Ayat-Ayat Semesta . b.

  Untuk mengetahui implikasi konsep integrasi-interkoneksi sains dan Agama pemikiran Agus Purwanto di dalam buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta terhadap Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat Penelitian a.

  Kontribusi Teoritis 1)

  Memperkaya khasanah keilmuan khususnya bagi lembaga pendidikan Islam, lembaga pendidikan non-Islam dan sekolah umum. 2)

  Memberikan gambaran secara umum tentang konsep integrasi- interkoneksi pemikiran Agus Purwanto dalam buku Ayat-Ayat

  Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta dan implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam.

  3) Menjadi sumber inspirasi perubahan dari pendidikan dikotomis menuju integratif-interkonektif.

  b.

  Kontribusi Praktis Dapat memberikan gambaran kepada lembaga-lembaga pendidikan dalam mengaplikasikan pembelajaran sains dan Agama secara integratif-interkonektif.

D. Kajian Pustaka

  9 Muhammad Yasin Yusuf (2015) meneliti epistemologi ilmu dalam sistem

  pengajaran di SMA Trensains Tebuireng Jombang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif lapangan dan analisis filosofis. Kajian ini menemukan bahwa SMA Trensains Tebuireng Jombang menerapkan Sains Islam, di mana ilmu dibangun berdasar wahyu Tuhan.

  Maksudnya adalah bahwa dalam epistimologi Islam, wahyu dan sunnah adalah sumber yang memberikan inspirasi bagi pembangunan ilmu pengetahuan.

10 Nurul Ummatun (2015) meneliti tentang Islamisasi ilmu pengetahuan

  Agus Purwanto. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan library research melalui pendekatan filosofis. Penelitian ini menemukan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Agus Purwanto adalah membangun epistimologi ilmu pengetahuan berdasarkan Al-Qur`an dan Al-Hadits.

  Dari kedua penelitian di atas dapat diketahui bahwa hasil penelitiannya hanya mengkhususkan pada epistimologi Trensains meski untuk penelitian yang kedua dengan menggunakan istilah Islamisasi Pengetahuan. Oleh karena itu hasil dari keduanya adalah sama yaitu bahwa epistimologi Trensains dibangun atas dasar wahyu, Al-Qur`an dan Al-Hadits.

9 Muhammad Yasin Yusuf, “Pesantren Sains: Epystimology of Islamic Science in Teaching System”, Walisongo, Volume 23, No 2 (November 2015), 283-310.

  Karena masih minimnya penelitian terkait pemikiran Agus Purwanto, dalam hal ini peneliti akan mencoba menggali dan menemukan konsep integrasi-interkoneksi sains dan agama pemikiran Agus Purwanto di dalam buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta serta implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam. Penelitian yang akan dilakukan ini menjadi kajian yang benar-benar berbeda dari kajian-kajian sebelumnya.

  Sementara kedua buku tersebut memiliki banyak sekali pemikiran yang di dalamnya mengupas tuntas tidak hanya dari sains, namun juga dari Al-Qur`an yang tidak lain adalah sumber hukum dan menjadi Kitab suci umat Islam.

E. Kerangka Teori

  Sudah lebih dari setengah abad Islamisasi ilmu pengetahuan digaungkan oleh Muhammad al-Naquib Al-Attas dalam Konferensi Dunia di Makkah.

  Konsep tersebut ditindaklanjuti oleh Ismail Raji Al-Faruqi pada tahun berikutnya dengan seruan agar umat Islam mengislamisasikan ilmu

  11

  pengetahuan. Ada empat tahap yaitu menjadikan Tauhid sebagai puncak esensi, merefleksi pencapaian sejarah peradaban Islam, membedakan karakter peradaban Islam dengan peradaban yang lainnya, dan menekankan bahwasannya Islam merupakan pilihan yang unggul dalam mengatasi segala

  12 macam permasalahan zaman.

  Sementara Seyyed Hossein Nasr menekankan pentingnya umat Islam meninjau ulang sejarah perkembangan sains Islam. Untuk memahami sains 11 Armahedi Mahzar, Revolusi Integrasi Islam: Merumuskan Paradigma Sains dan Islam sampai ke dasarnya membutuhkan pengertiaan tentang prinsip Islam yaitu wahyu yang dibawa Nabi Muhammad, yaitu Al-Qur`an dan Al-Hadits.

  Oleh karena itu sains Islam berusaha mencapai ilmu yang akan memberikan saham untuk kesempurnaan spiritual dan bagi keselamatan orang yang

  13 sanggup mengkajinya.

  Menanggapi kedua tokoh di atas, Nidhal Goessoum menyimpulkan bahwa Nasr lebih menekankan perlunya sains Islami secara umum dengan menyerukan Dunia Islam agar menguasai Sains, sedangkan Al-Faruqi menekankan paradigma baru yang didasarkan pada khasanah tradisi Islam,

  14

  yaitu dengan menghidupkan kembali sejarah dan filsafatnya. Menanggapi hal yang sama, Kuntowijoyo menganggap bahwa konsep Islamisasi pengetahuan sebagian memang perlu dan sebagiannya adalah pekerjaan yang tidak berguna. Dan beliau sendiri memunculkan konsep yang dinamakan “Pengilmuan Islam”. Dengan kata lain, dari teks ke konteks begitu

  15 sebaliknya.

  Setidaknya ada tiga hubungan antara sains dan Agama khususnya dalam Islam, yaitu Islamisasi Sains, model ini bertujuan untuk mencari kesesuaian penemuan ilmiah dengan ayat Al-Qur`an, Saintifikasi Sains, model ini bertujuan untuk mencari dasar sains pada suatu pernyataan yang dianggap

  13 Seyyed Hossein Nasr, Sains dan Peradaban di dalam Islam, Terjemahan J. Mahyudin, Bandung: Penerbit Pustaka, 1997, 1-21. 14 Nidhal Goessoum, Islam dan Sains Modern, Terjemahan Maufur, Bandung: Mizan, 2011, 201. benar dalam Islam, dan Sains Islam, model ini menekankan pentingnya ilmu

  16 pengetahuan dengan landasan utamanya adalah Al-Qur`an dan Al-Hadits.

  Sedangkan secara umum menurut Ian G. Barbour, ada empat pandangan mengenai hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama yang dianut secara luas, yaitu konflik (orang-orang yang menafsirkan Kitab Suci secara harfiah percaya bahwa teori evolusi bertentangan dengan kepercayaan keagamaan), independensi (keduanya memiliki ruang lingkup yang berbeda/terpisah), dialog (adanya kemiripan-kemiripan dan perbedaan-perbedaan), integrasi

  17 (penggabungan keduanya).

F. Metode Penelitian

  Kajian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kepustakaan (library research) dengan pendekatan historis filosofis. Artinya dalam penelitian tersebut kajian dimulai dengan pengumpulan data serta mencari sumber-sumber yang berupa tulisan dari tokoh yang dimaksud atau yang memiliki relevansinya dengan masalah yang

  18 diangkat.

  Sumber data primer terdiri dari dua buku utama dari penulisnya dan buku- buku induk yang membahas sains dan Agama, yaitu Ayat-Ayat Semesta, Nalar dan Sains Modern karya Nidhal Goessoum, Islam

  Ayat-Ayat Semesta, Islam 16 Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, dalam Muhammad Yasin Yusuf,

“Pesantren Sains: Epystimology of Islamic Science in Teaching System”, Walisongo, Volume 23,

No 2 (November 2015), 291. 17 Ian G. Barbour, Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer dan Agama, Terjemahan

  sebagai Ilmu karya Kuntowijoyo, Masa Depan Islam karya Ziauddin Sardar, Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer karya Ian G. Barbour, Sains dan Peradaban di dalam Islam, Islam dan Nestapa Manusia Modern, Tradisi Islam di tengah Kancah Dunia Modern karya Seyyid Hossein Nasr, Revolusi Integrasi Islam karya Armahedi Mahzar, Implementasi Pendekatan Integratif Interkonektif dalam Kajian Pemikiran Pendidikan Islam karya Amin

  Abdullah, Islam dan Sekulerisme karya Naquib Al-Attas, Filsafat Sains karya Hamdani, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik karya Abdurrahman Mas’ud. Sedangkan sumber data sekunder terdiri dari buku-buku, jurnal, seminar ilmiah, yang membahas dan memperkuat isu-isu terkait sains, Agama, dan integrasi-interkoneksi keilmuan.

  Analisis data dalam kajian ini menggunakan analisis isi (content analysis), yaitu penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media masa. Adapun tahapannya adalah menentukan permasalahan, menyusun kerangka pikiran, menyusun metode

  19 pengukuran, analisis isi dan interpretasi data.

G. Sistematika Penulisan

  Bab I berisi proposal yang di dalamnya terdiri dari: a) latar belakang masalah, b) rumusan masalah, c) signifikansi penelitian, d) kajian pustaka, e) kerangka teori, f) metode penelitian, dan g) sistematika penulisan.

  Bab II berisi tentang biografi Agus Purwanto: a) sejarah kelahiran dan pendidikan, b) karier, c) jurnal dan publikasi ilmiah, d) buku-buku karya Agus Purwanto.

  Bab III integrasi-interkoneksi sains dan Agama pemikiran Agus Purwanto:

  a) integrasi-interkoneksi sains dan Agama secara umum, b) konsep integrasi- interkoneksi sains dan Agama pemikiran Agus Purwanto, Bab IV berisi tentang a) esensi Pendidikan Agama Islam, b) implikasi konsep integrasi-interkoneksi sains dan Agama pemikiran Agus Purwanto terhadap Pendidikan Agama Islam, c) kelemahan dan kekuatan konsep.

  Bab V berisi penutup : simpulan dan saran

BAB II BIOGRAFI AGUS PURWANTO A. Sejarah Kelahiran dan Pendidikan Agus Purwanto Agus Purwanto dilahirkan pada tahun 1964 di kota Jember, Jawa Timur. Masa kecilnya dihabiskan di kota tersebut, bahkan menyelesaikan pendidikan

  untuk jenjang SD, SMP, sekaligus SMA juga sama. Meski demikian untuk jenjang lanjutan beliau memilih untuk meraih impian-impiannya yang sejak dulu dicita-citakan yaitu masuk di Jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB). Di sana beliau melanjutkan sampai jenjang S2 atau Master (1993).

  Karena begitu besarnya keinginan belajarnya lantas melanjutkan studi S2 dan S3 nya di Jurusan Fisika Hiroshima University, Jepang. Di sanalah beliau mendapatkan gelar akademik Agus Purwanto, D.Sc (Doctor of Science). Gelar akademik yang sangat langka karena hanya sebagian orang saja khususnya di Indonesia yang memiliki gelar kehormatan tersebut. Dari data yang ada terdapat kurang dari 30 orang yang mendapatkan gelar kehormatan doktor di bidang fisika teori.

  Beliau sangat menyukai dunia baca, mulai dari buku-buku yang beliau geluti sampai filsafat. Bagi beliau, jalan ilmu sesungguhnya adalah jalan para nabi dan auliya, manusia pilihan yang diberi tugas membimbing, memandu, dan mencerahkan umat. Menempuh jalan ilmu berarti menempuh jalan kemuliaan juga untuk tujuan mulia. Perkembangan ilmu yang demikian pesat membutuhkan ilmuwan yang mewadai bagi setiap penjuru negeri termasuk Indonesia. Tanpa sains, suatu bangsa akan bertransformasi menjadi bangsa kuli yang lemah, tidak berdaulat dan bergantung pada negara lain.

  B. Karier Agus Purwanto

  Agus Purwanto pernah menjadi asisten Laboratorium Fisika Dasar, mata Kuliah Fisika Dasar, Fisika Matematik, Gelombang dan Mekanika Kuantum.

  Dan semenjak 1989 beliau menjadi staf pengajar di Jurusan FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Beliau juga menjadi Kepala Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam ITS dan menjadi anggota Himpunan Fisika Indonesia dan Physical Society of Japan. Pada awal 2006 menjadi Visiting Proffessor di Hiroshima University, Visiting Fellow di

  ISTAC, International Islamic University Malaysia.

  C. Jurnal atau Publikasi Ilmiah Agus Purwanto Beliau sangat aktif menulis dan meneliti semenjak kuliah S1 sampai S3.

  Tulisan-tulisannya dipublikasikan di beberapa jurnal dan media masa mulai dari Modern Physics Letter, Progress of Theoritical Physics, Physical Review,

  Nuclear Physics, Europan Journal Physics, Journal of Modern Physics, dan Open Journal of Microphysics . Tulisannya yang lain seperti di Paradigma,

  Kuntum, Suara Muhammadiyah, Mekatronika, Kharisma, Simponi, Surya, Republika, dan Kompas.

D. Buku-buku Karya Agus Purwanto

  Selain artikel-artikel yang telah dipublikasikan di berbagai penjuru jurnal nasional maupun internasional termasuk di beberapa media nasional, beliau juga masih menyempatkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk menyelesaikan karya-karyanya dalam bentuk buku. Adapun judul buku-bukunya adalah Pengantar Fisika Kuantum (1997), Metode Hikari: Arab Gundul Siapa Takut? (2005), Fisika Kuantum (2006), Fisika Statistik (2007), Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al-Quran yang Terlupakan (2008), Pengantar Kosmologi (2009), Pintar Membaca Ayat Gundul dengan Metode Hikari (2010), Teori Relativitas Khusus (2011), dan Nalar Ayat-Ayat Semesta (2012).

BAB III INTEGRASI-INTERKONEKSI SAINS DAN AGAMA PEMIKIRAN AGUS PURWANTO A. Integrasi-Interkoneksi Sains dan Agama Secara bahasa integrasi berasal dari kata integrated yang memiliki arti

  pertama keseluruhan atau utuh, yang kedua berarti bersatunya antar bagian

  20

  menjadi satu, yang ketiga berarti menghilangkan hambatan. Sedangkan interkoneksi berasal dari kata interconnection yang berarti menghubungkan

  21

  yang satu dengan yang lain. Dengan demikian penyatuan dan keterhubungan dalam hal ini adalah sains dengan agama. Amin Abdullah mengibaratkan integrasi-interkoneksi seperti halnya mata uang yang memiliki dua bagian yang tidak bisa dipisahkan. Ada tiga kata kunci yang diinspirasi dari Ian G Barbour dan Holmes Rolston dalam integrasi-interkoneksi sains dan agama,

  22

  yaitu: 1.

  Semipermeable (saling menembus) Hubungan antara ilmu/sains dengan agama tidaklah dibatasi dengan tembok/dinding tebal yang tidak memungkinkan untuk berkomunikasi, tersekat atau terpisah sedemikian ketat, melainkan saling menembus. Masih tampak garis batas demarkasi antar bidang disiplin ilmu, namun ilmuan antar bidang saling membuka diri untuk saling berkomunikasi dan 20 saling menerima masukan dari disiplin luar bidangnya. Dan hubungan 21 Webster’s New World Dictionary, 337. 22 Webster’s New World Dictionary, 338.

  Amin Abdullah, Agama, Ilmu dan Budaya: Paradigma Integrasi-Interkoneksi Keilmuan, saling menembus ini dapat bercorak klarifikatif, komplementatif, alternative, korektif, verifikatif maupun transformatif.

2. Intersubjektive Testibility (keterujian intersubjektif)

  Pemahaman mengenai subyek dan obyek selalu menjadi perdebatan dalam pengambilan sebuah kesimpulan. Ada objektif dan subjektif, dan bagaimanapun pula objek selalu dikonstruk oleh subjek. Oleh karena itu, pemahaman tentang apa yang disebut objektif harus disempurnakan menjadi intersubjective testability, yakni semua komunitas keilmuan turut serta secara bersama-sama menguji penafsiran dan pemahaman data yang diperoleh dari seorang peneliti.

  Dalam hal ini beliau menekankan bahwasannya dalam agama akan sangat susah untuk melihat apakah sujektif atau objektif. Untuk itulah ada dua kemungkinan pemahaman dalam agama yaitu objective-cum-

  subjective atau subjective-cum-objective dan klaster yang terakhir adalah

  intersubjektif. Untuk menghindarkan diri dari pemahaman subjektif yang akut, agamawan perlu mengenal adanya unsur-unsur objektif dalam agama melalui penelitian empiris. Sehingga intersubjektif ini dapat dipahami sebagai kondisi mentalitas keilmuan seseorang yang dengan cerdas mendialogkan antara dunia objektif dan subjektif dalam menghadapi kompleksitas kehidupan secara umum, tidak hanya sekedar sains dan

  23 agama.

3. Creative Imagination (imajinasi kreatif)

  Membuat teori baru tidaklah mudah karena dibutuhkan perjuangan yang sungguh-sungguh dan keberanian yang kuat dalam menggabungkan berbagai gagasan, ide-ide yang telah ada sebelumnya. Oleh karenanya imajinasi kreatif sangatlah ditekankan dalam rangka pencarian dan penggalian teori baru, yakni berani mengaitkan dan mendialogkan uraian dalam satu bidang ilmu agama dalam kaitan, diskusi dan perjumpaannya

  24 dengan disiplin keilmuan yang lainnya.

  Ketiga kata kunci di atas mendasari paradigma integrasi-interkoneksi sains dan agama. Keutuhan yang didasarkan dari saling dialog antar bidang keilmuan, ditambah dengan mentalitas seorang peneliti dalam mendialogkan subjektifitas dan objektifitas data yang ada disertai dengan imajinasi berfikir kreatif menjadikan paradigma keilmuan terlihat utuh dan kokoh. Kehadiran agama di mata sains menjadikannya memiliki sudut pandang yang lebih luas sekaligus ada prinsip-prinsip yang memang harus ada batasnya. Begitu juga kehadiran sains di mata agama menjadikannya lebih mudah dipahami secara empiris.

B. Integrasi-Interkoneksi Sains dan Agama Pemikiran Agus Purwanto

  Secara umum pemikiran sains dan agama Agus Purwanto dituangkan dalam dua buku yang berjudul Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat

  Semesta. Kedua buku tersebut ditulis dan diterbitkan belum lama, yaitu sekitar

  2008, dan 2011 yang lalu. Tidak terlalu jauh dari masa perhatian intelektual sebelumnya seperti Seyyed Hossein Nasr, Ziauddin Sardar, Mehdi Ghosani, Abdus Salam, Naquib Al-Attas yang berada pada kisaran 1990 an. Meski begitu tema sains dan agama masih sangat minim mendapat perhatian di kalangan para intelektual khususnya dunia Islam dibandingkan dengan periode zaman keemasan Islam yaitu pada Dinasti Abbasiyah.

  Kegagalan dunia Islam dalam membangun peradaban melalui sains dan agama menjadi momok terbesar. Saat ini umat Islam terperangkap dalam jaring laba-laba kepentingan pro status quo yang melarang adanya pemahaman baru atas Al-Qur`an yakni dengan memandang bahwa penafsiran lama terhadap Al-Qur`an mempunyai nilai skralitas yang lebih besar dari Al-

25 Qur`an itu sendiri. Problem besar yang dari dulu masih terus berlanjut sampai sekarang meski pintu ijtihad telah dibuka lebar-lebar pada abad 13 M.

  Menjelang abad 20 masehi, umat Islam sangatlah beruntung karena kehadiran para intelektual terus mencoba memberanikan diri untuk merubah cara pandang tersebut. Pemikiran-pemikiran sains yang telah lama terkubur mulai dihidupkan lagi. Dan khususnya melalui dua buku karya Agus Purwanto ini, umat Islam dapat menengok kembali tema-tema sains yang terkandung dalam Al-Qur`an terlebih dapat dijadikan inspirasi dalam meningkatkan cakrawala berfikir yang lebih luas demi kebangkitan peradaban Islam.

  Secara keseluruhan kedua buku tersebut berisi tema-tema yang sangat menarik dan menginspirasi khususnya bagi umat Islam. Beliau menemukan secara riilnya di dalam Al-Qur`an memuat 800 ayat yang mengandung kata bagian dari alam seperti air, awan, besi, bintang, burung, cahaya, darah, emas,

  26

  atau fenomena alam melebihi ayat-ayat yang mengandung hukum. Pada dasarnya alam diciptakan dengan tujuan yang tidak sia-sia dan benar-benar memiliki hakikat. Dasar kosmopolitanisme Islam masa lalu yang melihat perbendaharaan kultural umat manusia sebagai milik sendiri sehingga tak segan-segan mengambil serta mengembangkannya yaitu melalui kreatifitas

  27 ilmiah.

  

Fenomena

  Alam  Semesta

  Al

‐Qur`an

Bahasa Penelitian

      Kitab

   Tafsir Arab Ilmiah

  Grafik. 3.1 Grafik di atas menjadi pondasi pokok integrasi-interkoneksi pemikiran

  Agus Purwanto dalam dua bukunya tersebut. Untuk mencapai hipotesis yang tepat khususnya dalam menafsirkan fenomena alam, terlebih dahulu melihat pondasi dasarnya yaitu melalui Al-Qur`an. Dari sanalah kemudian berlanjut pada tahap penafsiran para ulama mengenai fenomena alam, ditambah lagi dengan aspek kebahasaan/bahasa Arab, dan hasil-hasil penelitian ilmiah dari sejak zaman Sebelum Masehi sampai sekarang.

1. Fenomena Alam Semesta

  Alam semesta adalah fana. Ada berbagai proses di dalamnya mulai dari ketiadaan sama sekali kemudian tercipta, yang pada akhirnya juga akan hancur. Di antaranya juga terdapat peciptaan manusia, dan makhluk lainnya yang menghuni di dalamnya. Bersamaan itu pula terdapat berjuta- juta proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lainnya yang tidak

  28

  diketahui. Sambil menunjuk pada Q.S Al-Baqarah ayat 117:

  “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan

  29 kepadanya: "Jadilah!" lalu jadilah ia.”

  Penciptaan alam semesta pada dasarnya memuat proses yang sangat panjang. Kata kun berarti fi’il amr yang berarti perintah, lantas terdapat proses yang kedua yaitu fayakun yang berupa fi’il mudhari’ terjadilah

  30 namun dalam sudut pandang proses (sedang berlangsung).

  Alam semesta kian meluas. Imajinasi masa silam membawa manusia

  31

  pada alam semesta yang lebih kecil sampai pada awal, nol. Senada dengan hal di atas bahwa alam semesta telah meluas dan hampir dipastikan akan mengalami percepatan karena adanya energi gelap yang

  28 Moedji Raharto (ed), Harun Yahya: Penciptaan Alam Semesta, Gramedia-Buku Online, 6. 29 Muhammad Taufiq, Quran in Word Versi 1,3. membentangkan ruang dan waktu. Saat meluas, alam semesta

  32 menghasilkan partikel, inti, atom dan struktur-struktur yang lainnya.

  Kehadiran alam semesta yang sebelumnya dari ketiadaan, kemudian awal penciptaan sampai pada proses perluasan tentu di dalamnya terdapat sangat banyak proses meneguhkan pada manusia agar mereka bisa mempelajari, memahami dan berdialog akan ciptaan-Nya. Alam semesta sungguh menakjubkan karena terdapat banyak sekali unsur-unsur yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Tiga inti dari alam semesta yaitu materi, ruang dan waktu. Ketiganya terbagi menjadi berjuta-juta bagian dan sub-bagian, mulai dari atom, partikel, planet, tatasurya, galaksi, black-

  hole , dark energy, dark matter.

2. Al-Qur`an

  Secara bahasa Al-Qur`an bermakna bacaan, sedang secara istilah adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tertulis dalam mushaf, diturunkan secara berangsur-angsur, orang yang membacanya dianggap sebagai ibadah dan setiap dari suratnya adalah

  33

  mukjizat. Karena Al-Qur`an juga berarti bacaan, dengan begitu menegaskan bahwa ia merupakan salah satu sumber ilmu yang pada dasarnya harus dibaca, dieksplorasi dan dielaborasi. Sampai akhirnya manusia mampu merasakan mukjizat keagungan darinya.

  Al-Qur`an turun bukan pada ruang hampa, juga bukan pada awal sejarah kelahiran manusia. Ia turun ketika beberapa peradaban telah berlangsung dan beberapa pemikiran mengenai alam semesta telah berkembang. Artinya mereka telah mempunyai pandangan, pendapat bahkan teori mengenai fenomena alam semesta. Dan untuk menangkap pesan fenomena alam serta mengambil pelajaran darinya dibutuhkan peran akal. Dalam hal ini Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa sumber ilmu adalah

  34 indera dan akal, lalu gabungan antar keduanya yaitu berita suci (wahyu).

  Untuk itu, pesan awal pada tahap ini adalah Al-Qur`an menegaskan akan pentingnya penggunaan akal. Al-Qur`an menyebut kata aql sebanyak 49 kali dengan 48 kata dalam bentuk kata kerja sedang atau fi’il mudhari’ dan satu kata kerja lampau atau fi’il madhi. Setiap pola mempunyai

  35 karakteristik pesan tersendiri.

  Setelah itu, 800 ayat-ayat yang berhubungan dengan fenomena alam semesta (ayat-ayat kauniyah) beserta isinya dikelompokkan sesuai dengan temanya sebanyak 134, sebagai contoh: Tema Air: dari batu terbelah (Q.S Al-Baqarah ayat 74, Al-A’raf ayat 160), dari langit (Al-Baqarah ayat 164, Al-Furqan ayat 48, Luqman ayat 10). Tema Besi: menjadi batu (Al-Isra’ ayat 50), mendidih seperti air (Al-Kahfi ayat 29). Tema Bintang: waktu malam dan tenggelam (Al-An’am ayat 76), dan lain sebagainya sampai

  36 800 ayat.

  Tema-tema yang telah dipaparkan secara jelas berikut dengan ayat- ayat yang melandasinya dengan tujuan agar dilakukan penelitian lanjutan 34 secara maksimal dan mendalam. Darinya akan menghasilkan penemuan- Nurcholish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam,.., 51. penemuan yang benar-benar mengagumkan dan menjadi konsep-konsep yang pada dasarnya Al-Qur`an berbanding lurus dengan kaidah alam semesta.

  3. Penafsiran Ulama/Kitab Tafsir

  Dalam memahami Al-Qur`an diperlukan berbagai kumpulan sudut pandang para ulama-ulama ahli tafsir. Dengan demikian agar tidak terjadi kesalahan yang fatal dalam mengimplementasikan teks Al-Qur`an kepada penyimpulan bahkan tindakan nyata. Kedua buku tersebut memuat beberapa kitab tafsir seperti Tafsir Qur`an Perkata, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilailil Qur’an, dan lain-lain. Setiap dari teks ayat Al-Qur`an diberi penjelasan secara jelas tentang makna yang dimaksud.

  Meski demikian apa yang telah diambil kemudian dianalisis ke dalam dua buku tersebut masih mendapatkan kritikan dan catatan khusus dari salah satu ahli bahwa masih butuh tafsir yang lebih banyak lagi khususnya tafsir-tafsir terbaru seperti Al-Mizan, Kasyfu al-Asrar, Al-Islam

  37 wa al-Thibb, dll.

  4. Kebahasaan/Bahasa Arab

  Al-Qur`an diturunkan dengan bahasa Arab. Oleh karenanya, setiap ilmuan muslim harus mengerti, memahami dan medalami bahasa Arab.

  Dalam hal ini Agus Purwanto benar-benar menekankan pentingnya belajar bahasa Arab. Karena pada dasarnya setiap pengkajian Qur`an, secara langsung berhadapan dengan bahasa Arab. Ia harus dikaji dan dipahami seluk-beluknya, rahasia, dan keistimewaannya dibandingkan bahasa lainnya.

  Dengan pemahaman bahasa Arab yang benar dan tepat akan menghasilkan temuan menuju kesimpulan yang tepat pula. Dalam hal ini Beliau memberi contoh dalam Q.S Yunus ayat 34:

  §ΝèO t,ù=sƒø:$# (#äτy‰ö7tƒ ª!$# È≅è% 4 …çν߉‹Ïèム§ΝèO t,ù=sƒø:$# (#äτy‰ö7tƒ ⎯¨Β /ä3Í←!%x.uà° ⎯ÏΒ ö≅yδ ö≅è% ∩⊂⊆∪ tβθä3sù÷σè? 4’¯Τr'sù ( …çν߉‹Ïèム“Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat

memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya

(menghidupkannya) kembali?" Katakanlah: "Allah-lah yang memulai

penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya)

kembali; Maka Bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?”

  Kata yabda`u merupakan fi’il mudhari’ atau termasuk kata kerja

  أدبي sedang. Dengan demikian Allah sedang mencipta atau akan mencipta.

  38 Artinya proses penciptaan masih terus berlangsung. Sebagaimana

  diketahui juga bahwa bintang pun juga musnah dan muncul bintang yang lain. Berbeda dengan para ilmuwan yang selama ini meyakini bahwa tidak akan lagi ada penciptaan setelah ledakan besar.

  Contoh lainnya adalah ayat yang Al-Qur`an yang berisi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan. Dalam hal ini terdapat penemuan mutakhir pasangan elektron yaitu positron yang ketika keduanya saling

  39

  bertemu, maka yang terjadi adalah musnah. Hal ini juga mengindikasikan bahwa ternyata partikel di alam semesta ini bisa musnah.

  Dengan begitu klaim yang menyatakan alam semesta abadi tertolak dengan teori ilmiah sekaligus penegasan Qur`an tersebut. Demikian aspek bahasa Arab mengungkapkan penemuan terbaru dan mempermudah para ahli-ahli dalam memahami fenomena alam semesta yang selama ini belum terungkap atau masih samar-samar.

5. Penelitian Ilmiah

  Sejak zaman dahulu alam semesta selalu menjadi bahan kajian untuk dipikirkan, dipahami bagi manusia dan sebagai sarana untuk mengerti keagungan Allah khususnya umat Islam. Para filosof telah banyak meluangkan waktunya dalam mengkaji alam semesta ini. Mulai dari filosof Yunani seperti Thales (625-545 SM), Anaximandros (610-547 SM), Anaximenes (585-526 SM), Herakleitos (540-480 SM), Empedokles (490-430 SM), Democritus (460-370 SM), Socrates (470-399 SM), Plato (422-347 SM), Aristoteles (384-322 SM). Kemudian dilanjutkan di Alexandria seperti Euclid (330-275 SM), Archimides (287-212 SM), Apollonius (262-160 SM), Claudius Ptolomeus (100-170 M). Meski begitu sampai pertengahan abad ke-7 tidak ada kemajuan yang signifikan dalam

  40 pengembangan ilmu pengetahuan.

  Setelah Islam datang, ilmu-ilmu yang terdahulu mulai diterjemahkan besar-besaran dan dikritisi, dieksplorasi, dielaborasi oleh para ulama seperti Al-Kawarizmi, Ibnu Sina, Al-Biruni, Ibnu Haitsam, Al-Jahiz, Al- Battani, At-Thusi dan masih banyak lainnya yang kemudian muncullah penemuan-penemuan baru khususnya di bidang sains dan terus

  41 dikembangkan sampai runtuhnya dinasti Abbasiyah di Baghdad.

  Pembuktian asal muasal, eksistensi, sifat-sifat dan segala isi alam semesta masih terus berlanjut sampai sekarang.

  Berbeda dengan dunia Timur semenjak peradaban Islam runtuh sekitar abad 12 M, beberapa dekade berikutnya dunia Barat mulai bangun dengan menerjemahkan banyak buku-buku karya umat Islam dan kemudian terpacu untuk melakukan percobaan-percobaan dalam bidang

  42

  sains. Beberapa tokoh ternama seperti Roger Bacon (1220-1297), Nicolaus Copernicus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630), Galileo (1564-1642), James Bradley (1693-1762), Robert Boyle (1627-1691).

  Pada periode inilah diumumkan bahwa bumi mengelilingi matahari (heliosentris) berbeda dengan pandangan sebelumnya yaitu bumi menjadi pusat tatasurya (geosentris).

  Selama Hari Kiamat belum terjadi, fenomena alam masih terus berlanjut dan memberikan banyak sekali pelajaran bagi mereka yang mau menggunakan akal pikirnya. Terlebih lagi fenomena alam juga selalu memberikan kejutan-kejutan bagi manusia agar mereka lebih banyak mengerti dan memahami keagungan Allah lantas banyak-banyak bersyukur kepada-Nya. Tahapan-tahapan penyimpulan mengenai alam semesta dan isinya terus berlanjut dan tidak akan pernah habis.

41 Akhmad Alim, Sains dan Teknologi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, 66.

  Gagasan integrasi sains dan Agama telah berlangsung cukup lama, terlebih pada pengembangan sains berbasis Agama (theistic science) yang

  43

  kini sudah sampai pada bentuk paradigma ilmiah. Hubungan sains dan Agama secara integral sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Ian G Barbour ternyata masih mengalami perkembangan di dalamnya.

  Secara umum telah jelas bahwa pemikiran Agus Purwanto mengenai sains dan Agama mengarah kepada semangat untuk mengeksplorasi dan mengelaborasi fenomena alam semesta yang berdasar pada Al-Qur`an. Untuk itulah diberi penekanan terkait Sains Islam yakni sains yang premis dasarnya diambil langsung dari wahyu atau ayat-ayat Al-Qur`an. Senada dengannya bahwa Al-Qur`an merupakan bukti otentik yang di dalamnya memuat kebenaran yang dapat diterima secara objektif dan sains, bahkan sesuai

  44 dengan data atau penemuan-penemuan modern.

  Secara tegas tiga pilar Sains Islam harus dibangun berdasarkan ketauhidan, mulai dari ontologi, yakni yang menjadi subjek ilmu adalah penerimaan terhadap realitas material dan non-materi. Aksiologi Sains Islam yakni dikenalnya Sang Pencipta melalui pola-pola ciptaan-Nya dan dikatahuinya watak sejati segala sesuatu. Dan epistimologi Sains Islam yakni berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunah.

  Pada hakekatnya tidak ada perbedaan yang mendasar antara Islamisasi Sains, Sains Islam bahkan Sains Teistik yaitu sama-sama menginginkan 43 Mohammad Muslih, Al-Qur`an dan Lahirnya Sains Teistik, Tsaqofah Jurnal Peradaban Islam , vol 12 no 2 (November 2016), 257. tegaknya visi Ilahiah, terbangunnya ilmu pengetahuan berdasarkan kebenaran wahyu. Dalam hal ini Zainal Abidin Bagir juga menyamakan antara

  45 Islamisasi Pengetahuan, Sains Islam dan Sains Teistik. Meski begitu Mehdi