BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Perempuan Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga Menurut Konsep Ekonomi Islam 1. Pengertian Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga - BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Perempuan Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga Menurut Konsep Ekonomi Islam 1. Pengertian Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga Kesejahteraan menurut konsep ekonomi Islam

  yaitu “kesejahteraan dilakukan melalui pemenuhan semua kebutuhan pokok manusia, menghapuskan semua kesulitan dan ketidaknyamanan, serta

  1 meningkatkan kualitas kehidupan secara moral dan material”.

  Kesejahteraan dimaksud terpenuhinya semua kebutuhan pokok manusia, terbebas dari kesulitan dan ketidaknyamanan, serta kehidupannya berkualitas baik dari segi moral maupun material. Atau dengan kata lain kesejahteraan itu terpenuhinya kebutuhan pokok sehingga mencapai kehidupan yang beruntung atau bahagia baik secara moral maupun material.

  Kesejahteraan dalam ekonomi Islam, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an dengan istilah Al Falah yaitu kemenangan, keberuntungan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al Mukminun ayat 1 yang berbunyi:

1 M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, alih bahasa Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta :

     ،      ،    

   ،

      ،

      Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang khu syu’ dalam sembahyangnya, dan orang- orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang menjaga kemaluannya ”.

2 Al Falah

  menurut Al Attas yaitu “Pengalaman rohani yang berteraskan keyakinan terhadap semesta dan kehidupan yang memancarkan akhlak dan adab yang baik”.

  3 Karena itu, Al Falah dapat diartikan

  keberuntungan, kebahagiaan, kesuksesan dan kesejahteraan yang dirasakan oleh seseorang baik dari aspek lahir maupun batin.

  Ekonomi menurut konsep Islam, sebagaimana dijelaskan oleh M. Umer Chapra yang dikutip oleh Nurul Huda yaitu:

  Sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumberdaya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

  4 Sedangkan menurut Muhammad bin Abdullah Arabi bahwa ekonomi

  Islam adalah “Kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang kita ambil dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW dan pondasi ekonomi yang kita bangun atas dasar pokok-pokok itu dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu”.

  5 Ekonomi merupakan 2 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an, 1990), hlm. 526 3 Wan Mohammad Nor Wan Daud, Budaya Ilmu dan Gagasan 1 Malaysia; Membina

  Negara Maju dan Bahagia, (Kuala Lumpur : Casis UTM International Campus, 2011), hlm. 4 4 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 1 5 suatu kajian yang mempelajari tentang masalah-masalah ekonomi yang dihadapi setiap orang yang berlandaskan pada hukum- hukum syari’at Islam.

  Rumah tangga menurut konsep Islam, sebagaimana dikemukakan oleh Husein Syahatah yaitu:

  Sekelompok individu yang terdiri atas orang tua dan anak-anak yang hidup bersama dalam suasana Islami dan diikat oleh norma-norma keluarga muslim yang selalui mendasarkan berbagai perkara hidupnya pada syari’at. Tujuan rumah tangga muslim adalah menciptakan kehidupan yang penuh rasa aman, tenteram, kasih sayang, dan rahmat,

  6 dengan mengharap ridha Allah di dunia dan akhirat.

  Dengan demikian, rumah tangga menurut Islam terbentuk dari unsur- unsur yaitu adanya suasana yang dapat mengumpulkan anggota keluarga, adanya individu-individu yang dapat membentuk keluarga, misalnya orang tua dan anak-anak, dan sebagainya, adanya hubungan kekeluargaan yang terjalin antara para anggota keluarga, adanya penggunaan norma-norma dan nilai-nilai Islami dalam segala masalah rumah tangga, dan bertujuan menciptakan hidup sejahtera di dunia dan hidup bahagia dengan memperoleh ridha Allah di akhirat.

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas, bahwa yang dimaksud dengan kesejahteraan ekonomi rumah tangga menurut konsep Islam adalah kualitas hidup baik yang berhubungan dengan ekonomi atau kebutuhan lahiriah dan juga kebutuhan akan batiniah yang dirasakan oleh semua anggota keluarga dalam rumah tangga yang senantiasa mendasarkan berbagai perkara hidupnya pada syari’at. 6 Husein Syahatah, Ekonomi Rumah Tangga Muslim, Penerjemah Dudung R.H. dan

  Kesejahteraan ekonomi rumah tangga dimaksud dalam konsep Islam adalah orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, kekhawatiran sehingga hidup dalam rumah tangga terasa aman dan tenteram, baik lahir maupun batin.

2. Indikator Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga

  Islam menekankan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk individu dan sosial. Karena itu, manusia dapat mengembangkan kepribadiannya hanya dalam kehidupan rumah tangga sebagai bagian dari masyarakat. Sebelum membahas kesejahteraan ekonomi rumah tangga menurut konsep Islam terlebih dahulu akan dikemukakan status kehidupan masyarakat dari segi ekonomi yaitu masyarakat miskin dan masyarakat kaya. Masyarakat miskin, yaitu:

  Kebutuhan-kebutuhan primer

  • – yang bila tidak terpenuhi dianggap miskin
  • – adalah sandang, pangan dan papan. Adapun hal-hal yang lain, selain sandang, papan dan pangan tersebut, dianggap sebagai kebutuhan sekunder…… Jadi kemiskinan – dengan makna yang Islami – adalah tidak terpenuhinya alat pemuas yang dipergunakan untuk memnuhi

  7 kebutuhan-kebutuhan primer tersebut.

  Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer yaitu kebutuhan dasar hidup manusia seperti sandang, papan dan pangan. Sedangkan masyarakat kaya menurut ahli fiqih yaitu:

  Orang yang kaya adalah orang yang mampu mengusahakan makanan pokoknya, berikut keluarganya, sehingga tidak lagi membutuhkan 7 makanan yang sejenis, serta mampu mengusahakan pakaian dan tempat

  Taqyuddin An Nabhani, Membangun Ekonomi Alternatif, Perspektif Islam, Terjemahan tinggal mereka, termasuk kendaraan dan perhiasan yang layak. Inilah yang menurut bahasa disebut dengan kaya, lantaran ia tidak membutuhkan orang lain.

8 Masyarakat kaya dalam Islam adalah masyarakat yang mampu

  mengusahakan kebutuhan pokoknya, seperti sandang, papan dan pangan, beserta mampu mengusahakan pakaian dan tempat tinggal mereka, termasuk memiliki kendaraan dan perhiasan lainnya, sehingga tidak lagi membutuhkan bantuan orang lain.

  Dari golongan masyarakat miskin dan masyarakat kaya tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa indikator bagi perekonomian rumah tangga muslim menurut pendapat Husein Syahatah.

  9

  yaitu sebagai berikut: a. Perekonomian rumah tangga muslim dianggap sebagai suatu kumpulan norma syara’ yang berasal dari Al Qur’an, As Sunnah, dan ijtihad pada ulama.

  b.

  Sistem perekonomian Islam bagi rumah tangga merupakan bagian dari sistem perekonomian Islam bagi negara, dengan pertimbangan bahwa sistem perekonomian rumah tangga itu bekerja di bawah sistem dan norma- norma syari’at Islam.

  c.

  Sistem perekonomian rumah tangga muslim di dalam transaksi-transaksi, seperti berinfak, menyimpan, menabung, kepemilikan, pemberian zakat, dan lain- lain, dapat mewujudkan tujuan syara’ bagi para anggotanya.

  d.

  Tujuan utama sistem perekonomian rumah tangga muslim adalah menerapkan aturan-aturan transaksi agar dapat mewujudkan kebutuhan spiritual dan material bagi anggota rumah tangga, sebab pemenuhan kebutuhan materi membantu perwujudan terpenuhinya kebutuhan spiritual yang seimbang.

  Indikator perekonomian rumah tangga muslim di atas, merupakan acuan bagi kesejahteraan ekonomi rumah tangga, yang pada prinsipnya perekonomian rumah tangga menurut konsep Islam lebih mengedepankan terpenuhinya kebutuhan material sehingga dapat mewujudkan terpenuhinya 8 Ibid, hlm. 233 9 kebutuhan spiritual yang seimbang dibawah bimbingan norma-norma syari’at Islam.

  Kesejahteraan ekonomi rumah tangga menurut konsep ekonomi Islam tidak hanya dinilai dengan ukuran material saja, melainkan dinilai juga dari ukuran non material, seperti terpenuhinya kebutuhan spiritual, terpeliharanya moral, dan terwujudnya keharmonisan sosial.

  Kesejahteraan ekonomi rumah tangga menurut konsep Islam menganut system keseimbangan, yaitu terpenuhinya kebutuhan yang bersifat material dan juga kebutuhan spiritual yang meliputi kebutuhan keagamaan, sehingga dengan terpenuhinya kebutuhan itu tercapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat kelak. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Qashash ayat 77 yang berbunyi:

  

            

              

 

  Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya

  10 Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

  Maksud ayat di atas, sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir, bahwa: Hendaklah engkau gunakan kekayaan yang Allah berikan kepadamu itu untuk beribadah kepada Tuhanmu dan berbuat baik kepada sesama manusia dengan jalan menafkahkan sebagian dari harta kekayaanmu untuk menolong mereka yang membutuhkan pertolonganmu dan 10 disamping itu janganlah engkau melupakan bagian dari kenikmatan duniawi yang diperkenankan oleh Allah berupa makanan, minuman, pakaian, perkawinan dan perumahan, asal saja jangan sampai melampaui batas. Dan janganlah engkau dengan kekayaanmu itu berbuat kerusakan dan berlaku sewenang-wenang di atas bumi Allah ini, karena Allah

  11 sekali-kali tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

  Kesejahteraan ekonomi rumah tangga merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan kepemilikan harta kekayaan yang oleh Allah diberikan kepada manusia, dimana dengan kekayaan yang dimilikinya itu dimanfaatkan untuk kebaikan yaitu memberikan manfaat bagi dirinya, keluarganya dan juga orang lain. Orang yang sejahtera dalam bidang ekonomi, Allah memberikan petunjuk agar sebagiannya dari harta kekayaannya itu dinafkahkan untuk menolong orang lain dan digunakan untuk beribadah kepada-Nya dan juga kesejahteraan itu dapat dinikmati oleh anggota rumah tangganya baik yang berhubungan dengan kebutuhan pangan, sandang, perkawinan dan perumahan, dengan ketentuan jangan sampai dengan kesejahteraan ekonomi rumah tangga itu berlaku sewenang- wenang dan berbuat kerusakan di muka bumi Allah. Atau dengan kata, lain kesejahteraan ekonomi rumah tangga menurut konsep Islam adalah terpenuhinya kebutuhan material bagi kehidupan rumah tangga dan juga terpenuhinya kebutuhan spiritual keagamaan, sehingga hidupnya akan bahagia baik di dunia maupun kehidupan akhirat kelak.

  Ukuran atau indikator kesejahteraan dalam konsep ekonomi Islam, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al Ghazali bahwa kesejahteraan secara umum berkaitan dengan pemeliharaan lima tujuan dasar, yaitu 11 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kkatsier, Jld. 6, agama, jiwa, akal, keluarga atau keturunan, harta atau kekayaan. Kunci

  12

  pemeliharaan dari kelima tujuan dasar ini dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu: a.

  Kebutuhan-kebutuhan primer (dhoruuriyah) seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal b.

  Kebutuhan sekunder (haajiyah) yang terdiri dari semua kegiatan dan hal- hal yang tidak vital, tetapi dibutuhkan untuk menghilangkan rintangan dan kesulitan dalam hidup c. Kebutuhan tersier (tahsiiniyah) mencakup kegiatan dan hal yang lebih jauh dari sekedar kenyamanan saja yang terdiri dari hal-hal yang melengkapi, menerangi, dan menghiasi hidup.

  Kunci pemeliharaan dari kelima tujuan dasar kesejahteraan ekonomi ini terletak pada penyediaan tingkatan pertama, yaitu kebutuhan makanan, pakaian dan perumahan. Namun demikian, kebutuhan dasar itu cenderung fleksibel mengikuti waktu dan tempat, termasuk kebutuhan sosio psikologis.

  Kelompok kebutuhan kedua dari kesejahteraan ekonomi rumah tangga dalam konsep Islam yaitu terdiri dari semua aktivitas dan hal-hal yang tidak vital bagi lima fondasi tersebut, tetapi dibutuhkan untuk menghilangkan rintangan dan kesukaran dalam hidup.

  Kelompok ketiga dari kesejahteraan ekonomi rumah tangga menurut konsep Islam mencakup kegiatan-kegiatan dan hal-hal yang lebih jauh dari sekedar kenyamanan saja, akan tetapi kesejahteraan ekonomi itu meliputi beberapa hal yang melengkapi atau menghiasi hidup dan kehidupan dalam rumah tangga.

  Kesejahteraan ekonomi rumah tangga merupakan cerminan dari kesejahteraan masyarakat. Untuk masa kini, bahwa yang dikatakan sejahtera 12 itu adalah “Terhindar dari rasa takut terhadap penindasan, kelaparan, dahaga, penyakit, kebodohan, masa depan diri, sanak keluarga, bahkan

  13 lingkungan”.

  Indikator kesejahteraan ekonomi rumah tangga menurut konsep ekonomi Islam terutama yang berkaitan dengan kebutuhan primer, yaitu meliputi: a.

  Bangunan rumah Pada saat ini saling berlomba dalam membangun rumah dengan arsitek yang mewah dan bersaing dalam kecanggihan pada kreasinya.

  Bangunan rumah dalam konsep ekonomi Islam adalah pembangunan yang mengutamakan kesederhanaan. Syaikh Mushthafa Masyhur menjelaskan bahwa:

  Bangunan rumah hendaklah mengutamakan kesederhanaan, meminimalisir pembiayaan, dan mengurangi aksesoris-aksesoris yang kurang dibutuhkan. Hendaknya rumah itu tidak sempit dan tidak luas melebihi kewajaran, memenuhi syarat kesehatan, kamar-kamarnya cukup untuk memisahkan tempat tidur antara anak laki-laki dan anak perempuan, dapat menjaga aurat dari pandangan luar, memudahkan gerak penghuni rumah dengan memisahkan ruang tamu, dan alangkah bagusnya kalau ada kamar khusus untuk shalat yang selalu dijaga kebersihan dan kesuciannya, serta masih banyak lagi adab-adab Islami

  14 dalam membangun rumah yang perlu diperhatikan.

  Pembangunan rumah dalam konsep ekonomi Islam tidak mengutamakan kemewahan, akan tetapi memenuhi syarat kenyamanan 13 bagi anggota keluarga, terjamin kebersihan dan kesuciannya, memiliki

  M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an : Tafsir Maudhu’I Atas Berbagai Persoalan Umat , (Bandung : Mizan, 1996), hlm. 128 14 Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqh Dakwah, Jilid 2, Penerjemah Abu Ridho, (dkk),

  kamar yang dapat memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan anak perempuan, memiliki ruang tamu dan ruang keluarga sehingga memberikan ruang gerak penghuninya dan memenuhi adab-adab lainnya seperti memiliki hiasan-hiasan yang bernuansa Islami.

  b.

  Perabot rumah Tangga Perabot rumah tangga merupakan salah satu bagian dari kesejahteraan dalam ekonomi menurut Islam, namun dalam ekonomi

  Islam dibatasi yaitu tidak boleh berlebihan dan yang diutamakan mengenai perabot rumah tangga itu adalah memiliki nilai manfaat yang lama bukan karena harganya yang mahal. Syaikh Mushthafa Masyhur menjelaskan bahwa:

  Mengenai perabot rumah adalah hendaknya memilih yang sederhana namun kuat, jauh dari sikap berlebihan dan kemewahan, lebih dekat pada kerasnya hidup dan bukan hidup bernikmat-nikmat yang mengantar pada banyak tidur dan malas melakukan ketaatan. Karena hal itu mengurus harta, potensi, dan waktu untuk membersihkan dan menatanya. Bila memungkinkan, gunakan perabot yang multiguna, seperti tempat duduk yang dapat diubah menjadi tempat tidur saat dibutuhkan, dan lain sebagainya, perabot rumah juga harus bersih dari hal-hal yang diharamkan, misalnya patung-patung, bejana yang terbuat dari emas dan perak, serta

  15 lainnya.

  Perabotan dan fasilitas rumah tangga yang dikehendaki oleh Islam bukan mengutamakan pada aspek kemewahan, melainkan pada aspek manfaat dan awetnya, serta dilarang oleh Islam perabotan yang jelas diharamkan seperti perabotan dalam bentuk patung-patung, atau 15 perabotan yang terbuat dari emas atau perak. c.

  Pakaian Pakaian atau sandang merupakan kebutuhan primer dalam ekonomi rumah tangga, karena itu kesejahteraan rumah tangga menurut konsep ekonomi Islam sandang sangat dibutuhkan bagi anggota keluarganya. Pesan Syaikh Mushthafa Masyhur dalam hal pakaian bagi anggota rumah tangga adalah:

  Hendaknya menghindari sikap berlebih-lebihan dan bermewah- mewah dalam hal pakaian. Hendaknya memilih yang sederhana dan awet, perhatian pada kebersihan dan kesuciannya, menghindari hal-hal yang diharamkan, seperti sutera dan emas bagi kaum lelaki. Adapun untuk kaum wanita, hendaknya memperhatikan pakaian Islami dengan segala ketentuan, sifat-sifat, dan batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Islam saat keluar dari rumah atau menemui laki-laki yang bukan

  16 mahramnya, baik dari kerabat maupun orang lain di dalam rumah.

  Pakaian atau sandang merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dalam kehidupan rumah tangga, namun demikian, perlu diperhatikan masalah sandang dalam konsep Islam yaitu bagi laki-laki ada larangan memakai pakaian dari bahan sutera dan juga menggunakan emas, sedangkan bagi kaum wanita harus memenuhi syarat dan ketentuan s yari’at Islam yaitu dapat menutup aurat ketika bertemu dengan laki-laki yang bukan mahramnya baik di dalam rumah maupun di luar rumah, dan pakaian ini lebih mengutamakan mode yang sederhana akan tetapi awet, kuat dan bersih serta menghindari pakaian yang berlebih-lebihan.

  d.

  Makanan dan Minuman Makanan dan minuman atau yang biasa disebut pangan 16 merupakan wujud dari kesejahteraan ekonomi rumah tangga menurut konsepsi ekonomi Islam. Kebutuhan pangan ini merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Kebutuhan pangan menurut konsep ekonomi Islam tidak boleh berlebih-lebihan, berfoya-foya, dan rakus. Dalam hal kebutuhan pangan ini, Allah SWT berfirman dalam surat Al A’raf ayat 31 yaitu:

  

           

   

  Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih- lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih- 17 . lebihan

  ” Berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa sandang atau pakaian dianjurkan oleh Allah yang indah ketika melakukan ibadah yaitu setiap mengerjakan shalat atau thawaf mengelilingi ka’bah atau ibadat lainnya. Dan juga Allah memberi peringatan mengenai pangan (makan dan minum) tidak boleh berlebih-lebihan atau melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak boleh pula melampaui batas-batas makanan dan minuman yang dihalalkan. Pesan Syaikh Mushthafa Masyhur dalam hal makanan dan minuman atau pangan sebagai berikut:

  Berkaitan dengan makanan adalah, hendaklah memilih yang halal dan baik, menghindari yang haram dan yang masih 17 mengandung syubhat, menjauhi sikap berlebihan atau sangat pelit, serta sebisa mungkin mengkonsumsi sesuai kebutuhan badan. Kita tidak ingin menikmati kelezatan dunia dengan syahwat perut, namun merugi diakhirat dengan tidak mendapat kenikmatan dan buah-

  18 buahan surga.

  Kesejahteraan ekonomi rumah tangga dalam konsep ekonomi Islam adalah terpenuhi kebutuhan primer dengan baik dan wajar baik yang berhubungan dengan pangan (makanan dan minuman) sandang (pakaian), dan papan (bangunan rumah dan perabotan serta fasilitas rumah tangga). Namun semua itu, berpegang pada prinsip pencarian rezeki dan nafkah yang halal dan baik, tidak berlebih-lebihan, tidak melampaui batas dan sesuai dengan ketentuan dan aturan syari’at Islam yang bersumber pada Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma Ulama’.

  e.

  Pendidikan Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan orang dewasa kepada anak didik untuk mencapai kedewasaan.

  Pada masyarakat modern memandang lembaga pendidikan memiliki peranan dan sebagai kunci dalam mencapai tujuan sosial. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan hidup baik sebagai individu maupun sosial kemasyarakatan.

  Pendidikan sebagai lembaga konservatif mempunyai fungsi-

  19

  fungsi. sebagai berikut: (1) Fungsi sosialisasi; (2) fungsi kontrol sosial, (3) Fungsi 18 pelestarian budaya masyarakat; (4) fungsi latihan dan pengembangan 19 Syaikh Mushthafa Masyhur, Op. Cit., hlm. 581

  Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakata : Raja Grafindo, 2010), hlm. 62 tenaga kerja, (5) Fungsi seleksi dan alokasi, (6) fungsi pendidikan dan perubahan sosial, (7) Fungsi produksi budaya, (8) Fungsi difusi kultural; (9) Fungsi peningkatan sosial, dan (10) Fungsi modifikasi sosial.

  Demikian luasnya fungsi pendidikan, maka rumah tangga yang sejahtera dapat dilihat dari kualitas pendidikan anggota keluarganya, pendidikan dapat diukur yaitu angka melek huruf, angka partisipasi sekolah, pendidikan yang ditamatkan, angka putusan sekolah, semakin tinggi tingkat angka melek huruf, partisipasi sekolah dan pendidikan yang ditamatkan semakin baik, dan semakin rendah angka putus sekolah, maka semakin baik dan keadaan suatu rumah tangga akan sejahtera.

  Di samping itu, sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang No. 10 dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 bahwa indikator atau

  20

  kriteria kesejahteraan yang disertai asumsi. asumsi, sebagai berikut: a.

  Keluarga Pra Sejahtera Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang . dan kesehatan. b Keluarga Sejahtera Tahap I

  Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu

  1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.

  2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.

  3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja / sekolah dan bepergian.

  4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

  5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke 20 sarana / petugas kesehatan.

  BKKBN,Tentang Indikator dan Kriteria Keluarga, tanggal 15

  .

  c Keluarga Sejahtera tahap II Yaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psykologis yaitu: 1) Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur. 2)

  Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk. 3)

  Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun. 4)

  Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah. 5)

  Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat. 6)

  Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap 7)

  Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin. 8) Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini. 9)

  Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil) d.

  Keluarga Sejahtera Tahap III yaitu keluarga yang memenuhi syarat (pen. Di atas) dan dapat pula memenuhi syarat pengembangan keluarga yaitu: 1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama. 2)

  Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga. 3)

  Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga. 4)

  Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. 5)

  Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan. 6) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah. 7)

  Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

  e.

  Keluarga Sejahtera Tahap III Plus Keluarga yang dapat memenuhi kriteria (pen. di atas) dan dapat pula memenuhi kriteria pengembangan keluarganya yaitu: 1)

  Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil. 2)

  Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

  .

  f.

  Keluarga Miskin Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : 1) Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telur. 2)

  Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru. 3) Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa indikator dan kriteria keluarga atau rumah tangga terdiri dari keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III, keluarga sejahtera III Plus dan . keluarga miskin 3.

   Peran Perempuan Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga

  Ekonomi rumah tangga menurut Islam atau disebut dengan perekonomian rumah tangga muslim merupakan sekumpulan norma asasi yang berasal dari sumber-sumber hukum Islam yang dapat membentuk perekonomian rumah tangga. Norma-norma itu ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani para anggota rumah tangga, perekonomian ini bertujuan menciptakan kehidupan sejahtera di dunia dan keberuntungan dengan mendapat ridho Allah di akhirat.

  Keistimewaan perekonomian rumah tangga menurut konsepsi

  21

  ekonomi Islam, yaitu: a.

  Perekonomian rumh tangga muslim merupakan perekonomian yang didasarkan pada keimanan bahwa Allah adalah pencipta dan pengatur rezeki manusia. Perekonomian rumah tangga muslim menganggap 21 pemenuhan kebutuhan material sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan

  Husein Syahatah, Op. Cit., hlm. 57 - 59 spiritual, sebab tujuan kebutuhan spiritual yang terakhir adalah menyembah Allah dan mendapatkan keuntungan di surga.

  b.

  Perekonomian rumah tangga muslim itu berdiri di atas dasar nilai-nilai akhlak, seperti sifat percaya, jujur, taat menerima adanya, sabar, menerapkan persaudaraan serta berbuat baik kepada orang lain.

  c.

  Perekonomian rumah tangga muslim itu berpegang pada prinsip pencarian rezeki dan nafkah yang halal dan baik.

  d.

  Perekonomian rumah tangga muslim itu menggunakan asas keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual dalam pemenuhannya.

  e.

  Perekonomian rumah tangga muslim mengutamakan kebutuhan primer di atas kebutuhan sekunder dan pelengkap di dalam pengeluaran.

  f.

  Perekonomian rumah tangga muslim itu memelihara kelangsungan hidup dan hak-hak ekonomi generasi yang akan datang.

  g.

  Perekonomian rumah tangga muslim itu memberikan beberapa hak kepada wanita untuk menjalankan roda perekonomian. Di samping memiliki hak mencari ilmu, wanita pun memiliki hak bekerja sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan syari’at.

  Dengan keistimewaan perekonomian rumah tangga muslim di atas, jelas bahwa kesejahteraan rumah tangga tidak hanya terbatas pada terpenuhinya kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan pelengkap berupa material, melainkan juga terpenuhinya kebutuhan spiritual, karena kebutuhan spiritual itu adalah menyembah Allah dan mendapatkan keuntungan di surga.

  Yang berperan dalam perekonomian rumah tangga menurut ekonomi Islam adalah suami wajib berusaha dan bekerja dari harta yang halal, dan isteri bertanggung jawab mengatur pengeluaran biaya rumah tangganya, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan pengeluaran lain yang dapat mewujudkan lima tujuan syari’at Islam, yaitu memelihara agama, akal, kehormatan, jiwa dan harta. Isteri tidak boleh membebani suami dengan beban yang berada di luar kemampuannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 236 bahwa:

  …

         

  

  Artinya : …. Dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang

  22 yang berbuat kebajikan.

  Perempuan sebagai isteri menurut konsep ekonomi Islam memiliki tanggung jawab yang sangat urgen dalam pengaturan perekonomian rumah tangga, isteri harus dapat mengatur pengeluaran anggaran rumah tangganya sesuai dengan penghasilan atau pendapatan suami. Isteri tidak boleh membebani suami di luar kemampuannya dan harus menerima apa yang dimiliki secara apa adanya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:

  َلىُسَر َّنَأ : وٍزْمَع ِهب ِللها ِدْبَع ْهَع ، ًِّلِبُحْلُا ِهمَح زلا ِدْبَع ًِب َأ ْهَع ِللها

  ُللها ُوَعَّنَقَو اًفاَفَك َقِسُرَو مَلْسَأ ْهَم حَلَفَأ ْدَق : َلاَق ملس و وي لع ُللها ًلص

  23

  } ي ذمزتلا هاور { Artinya: Dari Abi Abdirrahman Al Hubliy, dari Abdillah bin Amr bahwa

  Rasulullah SAW bersabda: Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki cukup dan menerima apa yang Allah berikan kepadanya. (HR.

  Imam Tirmidzi) Dengan adanya tugas dan tanggung jawab perempuan dalam mengatur ekonomi, berarti perempuan memiliki peranan penting dalam 22 23 Departemen Agama RI., Op. Cit., hlm. 58 Isa Muhammad bin Isa bin Saurah Al Tirmidzi,

  Jami’us Shahih Sunan Tirmidzi, Juz 4, mewujudkan kesejahteraan ekonomi rumah tangga. Peran perempuan dalam rumah tangga menurut ekonomi Islam mengatur anggaran belanja disesuaikan dengan pendapatan dan penghasilan suami,

  Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rumah tangga menurut Islam, maka perempuan sebagai isteri harus pandai menabung untuk menghadapi masa krisis di masa mendatang sebab setiap manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi esok hari. Hal Allah SWT berfirman dalam surat Luqman ayat 34 yang berbunyi:

  

            

             

  

  Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan

  24 mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

  Berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha. Karena itu, menyimpan kelebihan untuk menghadapi kesulitan dianggap sebagai hukum sebab akibat yang berlaku bagi manusia, walaupun tidak terlepas dari ketentuan Allah SWT juga. Ini semua adalah sebagai usaha menciptakan kesejahteraan rumah tangga. 24 Departemen Agama RI., Op. Cit., hlm. 658

  Apabila perekonomian rumah tangga di bawah batas kemiskinan, di mana penghasilan atau pendapatan suami tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan primer, maka perempuan menurut Islam boleh bekerja untuk mendapat penghasilan yang memadai bagi kelangsungan hidup rumah tangganya. Islam menjamin hak wanita untuk bekerja sesuai dengan tabiatnya dan aturan- aturan syari’at dengan tujuan untuk menjaga kepribadian dan kehormatan wanita. Allah SWT berfirman dalam surat An

  Nisa’ ayat 32 bahwa:               

                 

  Artinya : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

  25 Dalam menafsirkan ayat di atas, para mufassirin berkesimpulan

  bahwa terdapat bukti atas hak perempuan untuk bekerja, yaitu: Sejarah perjalanan Rasulullah telah membuktikan adanya partisipasi kaum wanita dalam peperangan, dengan tugas mengurusi masalah pengobatan, menyediakan alat-alat, dan mengangkut prajurit yang terluka. Selain itu, telah terbukti bahwa terdapat sebagian wanita yang menyibukkan diri dalam perniagaan dan membantu suami dalam pertanian.

26 Perempuan bekerja memiliki peran terhadap kesejahteraan ekonomi

  rumah tangga, kendati demikian, perempuan bekerja tidak terlepas dari 25 Ibid., hlm. 122 26 aturan dan tuntunan syari’at Islam. Dengan perempuan bekerja di samping dapat membantu pendapatan suami dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, “Seorang wanita juga mempunyai andil dalam

  27

  mengurus, memelihara dan member nafkah kepada anak- Hal ini anaknya”. sesuai pula dengan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:

  ِوْيَلَع ُللها ًَّلَص ِلله ُل ْىُس َر َل اَق : ْتَل اَق .... اَهْنَع ُللها ًَِض َر َةَشِئ اَع ْهَع ِوِبْسَك ْهِم ُه ُدَل َوَو ِوِبْسَك ْهَم ُلُجَزلا َلَك َا اَم ُبَيْطَأ ْهَم َّنِا َمّلَس َو

  28 } دوادىبا هاور {

  Artinya: Dari Aisyah berkata: Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya sebaik-baik makanan yang dimakan seseorang adalah dari hasil usahanya, dan anaknya itu termasuk dari hasil usahanya. (HR. Imam Abu Daud)

  Perempuan bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga baik yang berhubungan dengan kebutuhan sandang, pangan dan juga biaya pendidikan anak adalah dibolehkan. Bahkan Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa:

  Kita juga harus membantunya untuk menjadi isteri yang salehah, ibu yang salehah, dan warga Negara yang baik. Kita tidak bias melarang mereka bekerja jika mereka dan keluarganya membutuhkan, sebagaimana kisah dua orang gadis (putri-putri Nab i Syu’aib yang tua renta, yang ditolong oleh Nabi Musa ketika mengambil air) atau masyarakat sendiri membutuhkan tenaganya, seperti menjadi guru di

  27 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, Penerjemah M. Abdul Ghoffar, (Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 2004), hlm. 387 28 Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Sunan Abi Daud, Juz 3, (Jakarta : Maktabah lembaga-lembaga pendidikan khusus perempuan, dokter, perawat, dan

  29 pekerjaan lain sejenisnya.

  Perempuan bekerja mencari ekonomi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. M.A. Joda Al Maula Byk menjelaskan sebagai berikut: Islam memperkenankan perempuan untuk mencari rizki yang halal, kalau memang tidak ada orang yang menanggung biaya hidupnya, untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan untuk menjaga kehormatannya. Akan tetapi Islam tidak mewajibkan perempuan untuk mencari penghidupan sendiri kalau ada orang yang menanggung biaya hidupnya. Pada pokoknya, syari’at Islam telah memberikan kepada

  30 wanita apa saja yang diberikan kepada setiap orang.

  Perempuan bekerja mencari nafkah arau mencari rezeki, bukan merupakan suatu kewajiban menurut Islam, akan tetapi dibolehkan apabila memang situasi dan kondisi yang menghendaki mereka untuk bekerja, di antaranya karena tidak ada yang menanggung biaya hidupnya. Juga kaum perempuan yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan (ekonomi), boleh hukumnya asal tidak mengurangi perannya sebagai ibu rumah tangga. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdurrahman Al Baghdadi bahwa “Oleh karena itu, apapun lapangan pekerjaan wanita dan apapun beban yang dipikulnya, maka ia harus tetap mempertahankan fungsinya yang paling mendasar, yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, serta memelihara (pendidik) anak-

  31 anaknya”.

  29 Yusuf Qardhawi, Umat Islam Menyongsong Abad Ke-21, Penerjemah Yogi Prana Izza dan Ahsan Takwim, (Solo, Era Intermedia, 2001), hlm. 228 30 M.A. Joda Al Maula Byk, Status dan Peranan Wanita Menurut Islam, Alih Bahasa Aziz Masyhuri, (Solo : Ramadhani, 1987), hlm. 36 31 Abdurrahman Al Baghdadi, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Suatu Tinjauan Syari’at

  

Islam Tentang Kehidupan Wanita, Penerjemah Muhammad Ustman Hatim, (Jakarta : Gema Insani

  Berdasarkan pendapat di atas, bahwa kaum perempuan yang memasuki lapangan pekerjaan menurut Islam diperbolehkan, sepanjangan perempuan itu tetap mempertahankan fungsi yang paling mendasar yaitu sebagai ibu rumah tangga, pengatur rumah tangga dan memelihara dan/atau mendidik anak-anaknya. Adapun syarat kaum perempuan boleh bekerja, dikemukakan oleh Sayyid Muhammad Namir bahwa:

  Bila keadaannya jatuh pada hukum darurat, baik bagi pribadi maupun masyarakat, maka perempuan bekerja tak dilarang. Tentu ini bila sesuai dengan fitrahnya, berpakaian, berhias, dan tatakramanya secara Islam. Tak berbaur dengan lelaki, syarat lain adalah tak menghabiskan semua waktu demi kerja sehingga menyia-nyiakan tugasnya di rumah, menghilangkan kesan ketenteraman, rahmat, dan cinta kasih buat suami

  32 serta menelantarkan anak-anaknya.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran perempuan terhadap kesejahteraan ekonomi rumah tangga menurut konsep Islam, sebagai berikut: 1.

  Perempuan sebagai isteri bertanggung jawab mengatur pengeluaran biaya rumah tangganya, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, biaya pendidikan anak-anaknya dan kesehatan anggota keluarganya dan pengeluaran-pengeluaran lain yang dapat mewujudkan lima tujuan syari’at Islam, yaitu memelihara agama, akal, kehormatan, jiwa dan harta, serta isteri berkewajiban untuk hemat dan ekonomis.

  Dengan pengaturan perekonomian yang dilakukan oleh perempuan sebagai isteri dan ibu rumah tangga dengan baik, tidak boros 32 dan berfoya-foya, mengutamakan kebutuhan primer, mampu

  Sayyid Muhammad Namir, Karakter Wanita Muslim (Konsepsi Pembinaan Pribadi menyisihkan sebagian anggaran biaya rumah tangga, maka dengan peran perempuan dalam rumah tangga ini dapat mewujudkan kesejahteraan ekonomi rumah tangganya.

  2. Perempuan bekerja, karena pendapatan suami tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga. Dengan bekerjanya perempuan sebagai isteri tentu dapat menopang perekonomian rumah tangga, sehingga pendapatan yang berasal dari dua sumber ini dapat memenuhi baik kebutuhan primer, kebutuan sekunder maupun kebutuhan pelengkap. Oleh sebab itu, perempuan yang bekerja memiliki kontribusi terhadap kesejahteraan ekonomi rumah tangga.

B. Buruh Perempuan Dan Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga 1. Pengertian Buruh Perempuan

  Untuk memahami tentang buruh perempuan secara konkrit, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian buruh dan perempuan. Menurut Budiono yang dikutip oleh Abdul Hakim bahwa “Istilah buruh sejak dulu diidentikkan dengan pekerjaan kasar, pendidikan rendah dan penghasilan

33 Padahal keberadaan buruh memiliki arti penting bagi yang rendah pula”.

  kelangsungan perusahaan.

  Menurut Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 3 disebutkan bahwa “Pekerja/buruh adalah

33 Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti,

  setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam

  34 bentuk lain”.

  Berdasarkan pengertian di atas, jelas bahwa buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan. Upah dimaksud, sebagaimana ketentuan Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Ketenagakerjaan tahun 2003 yaitu:

  Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan

  35 dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

  Upah merupakan hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan. Pekerja atau buruh yang bekerja di perusahaan, maka menerima upah dari pengusaha yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja dan/atau peraturan perundang-undangan. Sedangkan pekerja atau buruh yang bekerja ditempat perseorangan yang tidak berbadan hukum, upah yang diterima pekerja atau buruh dari pemberi kerja yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu kesepakatan. Upah di setiap wilayah atau daerah memiliki standar yang berbeda. Seperti di Lampung sebagaimana Surat Keputusan Gubernur Lampung bahwa “Standar Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) sebesar