POLA INTERAKSI DALAM KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PESERTA DIDIK (Studi Korelasi pada Peserta Didik Kelas XI SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017-2018) - Raden Intan Repository
POLA INTERAKSI DALAM KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PESERTA DIDIK (Studi Korelasi pada Peserta Didik Kelas XI SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017-2018) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar SarjanaPendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling Oleh : HESDALIYA NPM 1311080180 Jurusan : Bimbingan dan Konseling FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
POLA INTERAKSI DALAM KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PESERTA DIDIK (Studi Korelasi pada Peserta Didik Kelas XI SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017-2018) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling Oleh : HESDALIYA NPM 1311080180 Jurusan : Bimbingan dan Konseling Pembimbing I : Defriyanto, S.IQ., M.Ed.
Pembimbing II : Nova Erlina, S.IQ., M.Ed.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
MOTTO
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
1 petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus 57).
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati dan rasasyukur dari lubuk hati yang paling dalam ku persembahkan skripsi ini kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta yang aku banggakan, Ayahandaku Muzanni dan Ibundaku Rosinah yang telah mengasuh dan mendidikku dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan ketulusan, serta tak pernah henti memberikan dukungan dan doa untukku.
2. Kakak-kakak ku tersayang sebagai penyemangatku.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Hesdaliyadilahirkan pada tanggal 26 Februari 1995 di Kota AgungTanggamus. Penulis adalah anak ketiga dari tigabersaudara dari pasangan Bapak Muzannidan Ibu Rosinah. Penulis menempuh pendidikan formal diSD Negeri
1 Kota Batudari tahun 2001 dan lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan di
SMP N 1 Kota Agung dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, kemudian melanjutkan ke MAN 1 Tanggamusdari tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013.
Padatahun 2013, penulis diterima di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada program (PBI)melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) IAIN Raden Intan Lampung tahun ajaran 2013/2014,kemudian pada semester ke tiga penulis pindah jurusan Bimbingan Konseling (BK) tahun ajaran 2014/2015.
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT yang takhenti-hentinya melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang dinantikan syafaatnya di yaumul akhir nanti.
Dengan rasa syukur yang dalam, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Pola Interaksi Dalam Keluarga Dengan Kecenderungan Perilaku Menyimpang Peserta Didik (studi korelasi pada peserta didik kelas XI di SMA Negeri 3 Bandar Lampung) ”.
Dengan kerendahan hati disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak mengalami kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung;
2. Andi Thahir, M.A.,Ed.D, selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling UIN Raden Intan Lampung;
3. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd, selaku sekretaris Program Studi Bimbingan Konseling UIN Raden Intan Lampung;
4. Defriyanto, S.IQ., M.Ed., selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan serta arahansehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
5. Nova Erlina, S.IQ., M.Ed, selaku Pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktunya dalam memberikan masukan dan bimbingan serta memberikan pengarahan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai yang diharapkan;
6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini;
7. Seluruh staf karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung khususnya Jurusan Bimbingan dan Konseling, terima kasih atas ketulusan dan kesediannya membantu peneliti dalam menyelesaikan syarat- syarat administrasi;
8. Drs. Mahlil, M.Pd.I Selaku Kepada Sekolah SMA N 3 Bandar Lampung yang telah membantu dan memberikan izin kepada peneliti di sekolah yang beliau pimpin dan kepada dewan guru khususnya guru Bimbingan dan Konseling yang telah mendampingi serta memberikan informasi sehingga kebutuhan data yang diperlukan dapat terpenuhi;
9. Teman-teman angkatan 2013/2014 program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan, saran, motivasinya dan kebersamaannya selama ini; dan
10. Almamaterku tercinta Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, Penulis
Hesdaliya NPM 1311080180
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
PERSETUJUAN.................................................................................................. iii
PENGESAHAN ................................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN................................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR......................................................................................... viii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 12 C. Batasan Masalah................................................................................. 12 D. Rumusan Masalah .............................................................................. 12 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................ 13 F. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Tujuan Tentang Interaksi dalam Keluarga ......................................... 15
1. Pengertian Keluarga .................................................................... 15
2. Pola Interakasi Keluarga ............................................................. 18
B. Tinjauan Tentang Remaja .................................................................. 33
1. Pengertian Remaja ...................................................................... 33
2. Ciri-ciri Masa Remaja ................................................................. 35
4. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang Pada Remaja................................................................................ 42
C. Konseling Keluarga dan Sekolah ....................................................... 44
D. Pola Interaksi dalam Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku Menyimpang Peserta Didik/Remaja .................................... 47
E. Kajian Hasil Penelitian yang Relavan................................................ 48
F. Kerangka Pikir.................................................................................... 49
G. Hipotesis............................................................................................. 51
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian............................................................................... 52 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................... 52
1. Variabel penelitian ...................................................................... 52
2. Definis Operasional Variabel...................................................... 53
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 55
1. Populasi ....................................................................................... 55
2. Sampel......................................................................................... 55
3. Teknik Pengambilan Sampling ................................................... 55
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 56
1. Angket (Kuesioner)..................................................................... 56
2. Wawancara (Interview) ............................................................... 56
3. Dokumentasi ............................................................................... 57
E. Instrumen Penelitian........................................................................... 58
1. Instrumen Penelitian.................................................................... 58
2. Uji Persyaratan Instrumen........................................................... 60
F. Teknik Pengolahan Data .................................................................... 66
1. Editing ......................................................................................... 66
2. Coding ......................................................................................... 66
4. Cleaning ...................................................................................... 67
G. Teknik Analisis Data.......................................................................... 67
1. Analisa data................................................................................. 67
2. Pengujian hipotesis ..................................................................... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian................................................... 70 B. Uji Hipotesis....................................................................................... 75
1. Pengujian Hipotesis..................................................................... 75
2. Interpretasi koefisien korelasi ..................................................... 76
3. Penentuan arah korelasi antara pola interaksi dalam keluarga dengan perilaku menyimpang peserta didik................................ 77
4. Pengujian koefisien determinasi antara pola interaksi dalam keluarga dengan perilaku menyimpang peserta didik................. 79 C. Pembahasan........................................................................................ 81
BAB V PENUTUP A. Simpulan............................................................................................. 84 B. Saran................................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Tabel Tabel 1 10 Tabel 2 11 Tabel 3 53 Tabel 4 59 Tabel 5 61 Tabel 6 62 Tabel 7 63 Tabel 8 65 Tabel 9 68 Tabel 10 68 Tabel 11 71 Tabel 12 71 Tabel 13 73 Tabel 14 75 Tabel 15 76 Tabel 16 78 Tabel 17 80
Daftar Gambar Gambar 1 46 Gambar 2 50
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses bimbingan atau pertolongan yang diberikan
terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ramayulis bahwa “pendidikan adalah usaha sadar yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
1
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.” Selain pendapat tersebut terdapat pula pendapat yang mengatakan bahwa “pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
2
jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan” Lebih lanjut Ramayulis juga mengatakan bahwa.
Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal (sekolah), non formal (masyarakat) dan informal (keluarga) dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam
3 rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai kehidupan.
Dari penjelasan tentang pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat dipahami bahwa untuk mencapai tingkat penghidupan yang lebih tinggi seseorang harus melewati suatu proses yaitu pendidikan, dengan demikian seseorang
1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2010, hlm. 13.
2 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 2.
2 mampu berperan dalam berbagai kehidupan serta dapat mengembangkan kondisi jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal (sekolah), nonformal (masyarakat), dan informal (keluarga).
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas pendidikan yang diperoleh melalui jalur informal (keluarga). Pendidikan informal merupakan pendidikan yang pasti dialami sesorang sejak ia dilahirkan, dan biasanya dilaksankan sendiri oleh orang tua dan anggota keluarga yang lain, tidak pernah dilaksanakan khusus disekolah, pendidikan tidak terperogramkan tidak waktu belajar yang tertentu.
Pendidikan informal merupakan “pendidikan atau pelatihan yang terdapat di
4
dalam keluarga atau masyarakat dalam bentuk yang tidak terorganisasi.” Lebih mendalam mengenai pendidikan informal Kamrani sebagaiman yang dikutip oleh Bahri bahwa “pendidikan di lingkungan keluarga berlangsung sejak anak lahir,
5
bahkan setelah dewasapun orang tua masih berhak memberi nasihat kepada anak.” Pendapat tersebut juga ditegaskan sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 yaitu:
Artinya: “Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas, 1997, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 215.
3
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-
6 Nya.”
Berdasarkan firman Allah SWT di atas jelaslah bahwa keluarga memiliki nilai yang strategis dalam memberikan pendidikan nilai kepada anak, terutama pendidikan nilai Ilahiyah. Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam ayat di atas bahwa orang tua diperintahkan untuk mendidik anak-anaknya agar dapat tunduk dan patuh kepada Allah SWT serta berbuat baik sesama manusia. Menurut kartono, bahwa “keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan
7
anak.” Selanjutnya Fatmawati berpendapat bahwa “keluarga merupakan tempat
8
pertama dan utama bagi anak dalam mendapat pendidikan.” Selain pendapat tersebut terdapat pula pendapat yang mengatakan bahwa “keluarga dan pendidikan tidak bisa dipisahkan selama ini telah diakui bahwa keluarga adalah salah satu dari tri pusat
9
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan secara kodrati.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan bagi anak di dalam keluarga adalah sangat penting, karena di dalam keluargalah seseorang anak pertama kali mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu, kedua orang tua yang berperan sebagai pendidik dalam keluarga memiliki tugas dan bertanggungjawab untuk mendidik dan memlihara anak-anaknya. Hal tersebut, karena sememangnya dalam Islam sangat menganjurkan kepada para pendidik (orang tua) untuk mendidik
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Diponegoro, Bandung, 2005, hlm.
84.
7 Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 57.
8 Enung Fatmawati, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm. 96.
4 anak-anaknya dengan semaksimal mungkin, agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang baik dalam hubungan kepada Allah maupun kepada manusia.
Selanjutnya Dradjat mengungkapkan bahwa situasi pendidikan di dalam keluarga dapat terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan saling mempengaruhi secara timbal balik (interaksi) antar anggota keluarga, baik itu antar orang tua dan
10
anak, anak dan anak dan lain-lain. Terjadinya dalam keluarga akan selalu mempengaruhi satu dengan yang lain dan saling memberikan stimulus dan respon.
Dengan demikian interaksi antara anak dengan orang tua, akan membentuk gambaran-gambaran tertentu pada masing-masing pihak sebagai hasil dari interaksi.
Selain pendapat di atas, Ali dan Asrori juga mengatakan bahwa “interaksi antar anggota keluarga merupakan salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi perilaku remaja, harmonis-tidaknya, intensif-tidaknya interaksi antar anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada di dalam
11
keluarga.” Interaksi dalam keluarga, Gerungan berpendapat bahwa “keluarga merupakan kelompok sosial yang bersifat primer, kelompok primer atau disebut juga face-to-
face-group yaitu kelompok sosial yang anggotanya sering berhadapan muka dan
12
saling mengenal dekat dan karena itu hubungannya lebih erat.” Lebih mendalam beliau juga mengungkapkan bahwa “peranan kelompok primer dalam kehidupan
10 Zakiah Dradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2012, h. 35.
11 Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm.
95.
5 individu besar sekali karena di dalam kelompok primer inilah manusia pertama-tama
13
berkembang dan di didik sebagai makhluk sosial.” Berkenaan dengan interaksi di dalam keluarga Munirianto menyebutkan beberapa kriteria yang dapat di lakukan oleh anggota keluarga terutama orang tua agar dapat menciptakan suasana interaksi yang harmonis di dalam keluarga, kriteria tersebut antara lain sebagai berikut: (1) menciptakan kehidupan beragama atau spiritualitas dalam keluarga; (2) terdapat waktu bersama; (3) dalam interaksi, keluarga menciptakan hubungan yang baik antar anggota keluarga; (4) saling harga menghargai dalam interaksi ayah, ibu, dan anak; (5) keluarga sebagai unit terkecil harus erat dan kuat, jangan longgar dan jangan rapuh; (6) jika mengalami krisis dan
14 benturan-benturan maka prioritas utamanya adalah keutuhan keluarga .
Berdasarkan kriteria keluarga harmonis di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah keluarga dapat dikatakan harmonis apabila di dalamnya telah pondasikan dengan kehidupan beragama serta anggota-anggota saling menghargai satu sama lain dan saling menjaga keutuhan keluarga itu sendiri apabila terjadi konflik. Selain itu komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak dan komunikasi antara anak dan anak perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga, ada baiknya orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk mengkomunikasikan semua permasalahan yang di alaminya.
13 Ibid, h. 36
14 Munirianto ,Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri Dan Kenakalan Remaja (Jrnal
Universitas Darul ‘Ulum Jombang. 2014 Vol. 3, No. 02)h.159 di unduh pada tanggal 09 maret 2017
6 Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Bahri yang mengatakan bahwa “yang mengawali komunikasi tidak mesti dari orang tua kepada anak, tetapi bisa juga sebaliknya, yaitu anak kepada orang tua, atau dari anak kepada anak sehingga semua
15
anggota di dalam keluarga dapat aktif, reflektif dan kreatif dalam berinteraktif.” Dari pendapat tersebut maka jelaslah bahwa untuk menciptakan suasana interaksi yang intensif dan harmonis di dalam keluarga sangatlah diperlukan adanya suasana timbal balik dan saling terbuka dalam berkomunikasi, jika dalam keluarga telah tercipta suasana yang demikian maka konflik di lingkungan keluarga terutama antara orang tua dan anak akan dapat tercegah dan teratasi dengan baik.
Berhubungan dengan hal di atas Bahri mengatakan bahwa Pendidikan dasar yang baik harus diberikan kepada anggota keluarga sedini mungkin dalam upaya memerankan fungsi pendidikan dalam keluarga yaitu menumbuh kembangkan potensi laten anak, yaitu untuk mentranfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi kebudayaan. Kehidupan keluarga yang harmonis
16 perlu di bangun di atas dasar sistem interaksi yang kondusif.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan salah satu bentuk kelompok sosial yang bersifat primer dimana di dalam kelompok primer terjadi proses sosialisasi yang anggota-anggotanya memiliki intensitas pertemuan dan memiliku hubungan yang erat antar anggotanya. Interaksi yang terjadi di lingkungan keluarga merupakan proses interaksi sosial yang bersifat primer dikatakan interaksi primer karena di dalam interaksi inilah manusia pertama kali di didik dan berkembang sebagai makhluk sosial, sehingga ketika seorang anak memasuki dunia luar kepribadiannya sudah terbentuk dan terarahkan.
15 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit, hlm. 43.
7 Namun demikian, pada kenyataannya dalam keluarga dalam hal ini orang tua kurang, atau bahkan tidak memiliki waktu untuk berinteraksi/berkomunikasi dengan anak-anaknya sehingga oranng tua tidak memiliki kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai yang positif serta nilai-nilai keagamaan terhadap anak, maka sebagai akibat dari situasi yang demikian dapat menimbulkan perbuatan yang tidak menguntungkan atau dapat membawa kearah perilaku yang menyimpang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kartono bahwa:
Rumah tangga yang berantakan disebabkan oelh kematian ayah atau ibu, perceraian diantara bapak dengan ibu, hidup terpisah, poligami, ayah mempunyai simpanan “istri” lain, keluarga yang diliputi konflik keras, semua itu merupakan
17 sumber yang subur untuk memunculkan deliquency remaja.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa situasi di dalam keluarga sangat menentukan terbentuknya perilaku seorang anak dalam keluarga, dengan demikian apabila situasi di dalam keluarga kurang baik atau tidak harmonis maka dapat dipastikan seorang anak akan memiliki kecenderungan perilaku yang kurang baik pula. Perilaku menyimpang di kalangan remaja sangat mencemaskan masyarakat luas, karena dapat membawa kerugian baik bagi remaja itu sendiri terutama mereka yang masih duduk dibangku sekolah pada khususnya dan bagi masyarakat luas pada umunya. Karena sesungguhnya, anak remaja masih berada pada tahap “tumbuh untuk mencapai kematangan.” Secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan
18 merasa sama, atau paling tidak sejajar.
17 Kartini Kartono, Op Cit, hlm. 59
8 Selain itu usia remaja sekitar 13-18 tahun, dan pada usia tersebut remaja sangat rentan, karena pada saat itu emosi seseorang paling besar, seorang berusaha tampil lebih baik daripada orang lain ia tidak mau kalah dengan orang lain, emosi yang tidak stabil ini menyebabkan mudah masuknya pengaruh dari luar. Beliau juga mengatakan
19 bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18.
Kondisi emosi yang tidak stabil pada remaja sangat mudah sekali menyebabkan masuknya pengaruh dari luar, situasi keluarga yang penuh konflik dapat membuat remaja merasa kurang akan kasih sayang dan perhatian dari keluarga terutama orang tua, sehingga tidak jarang remaja mencari pelarian bagi kerisauan dan ketidakpuasan hatinya dengan mencari kesenangan hidup di tempat lain, dengan demikian besar kemungkinan remaja tersebut dapat mudah terpengaruh dengan sekelompok pergaulan yang kurang baik dan dapat menimbulkan perilaku yang kurang baik pula dalam hal ini adalah perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai dan norma masyarakat. Sebagaimana Kartono mengatakan bahwa:
Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua selalu merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung dan berpijak, di kemudian hari mereka akan mengembangkan reaksi kompensatoris dalam bentuk dendam dan sikap bermusuh terhadap dunia luar, ia mulai mengembangkan reaksi kompensatoris negatif untuk mendapatkan keenakan dan
20 kepuasan hidup dengan melakukan perbuatan kriminal.
Situasi keluarga yang kurang harmonis sengat berpengaruh besar terhadap kecenderungan munculnya perilaku kriminal dikalangan remaja, perilaku tersebut merupakan salah satu bentuk dari perilaku menyimpang. Menurut Sarwono dalam
19 Nidya Damayanti, Panduan Bimbingan Konseling, Araska, Yogtakarta, 2012, hlm. 67
9 ilmu sosial perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan remaja termasuk salah satu dari bentuk masalah sosial yang muncul di tengah-tengah masyarakat dan merupakan masalah yang sangat penting untuk dicermati di berbagai kalangan, terutama bagi remaja yang masih berada di bangku sekolah karena hal ini sangat mengganggu
21 proses belajar menagajar yang ada di sekolah.
Menurut Sarwono perilaku menyimpang adalah “semua bentuk tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat (norma agama,
22
etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan lain-lain.” Selanjutnya pendapat Paulus Hadisuprapto, bentuk-bentuk perilaku menyimpang remaja disekolah yaitu: a) Tindak kriminal dan kejahatan
b) Ketidak disiplinan anak disekolah
c) Penyimpangan seksual anak
d) Penyalahgunaan narkotika dan alkohol
e) Hubungan seksual sebelum menikah
23 f) Tidak disiplin dengan peraturan.
Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh Purnomowardani dan Koentjoro yang mengemukakan bahwa sebagian besar korban peyelenggaraan narkotika dan minuman keras, merokok, kekerasan fisik adalah remaja, yang terabagi dalam golongan umur 14-16 tahun (47,7%); golongan umur 17-20 tahun (51,3); golongan
21 Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Remaja, Rajawali pers, 2008, h. 204
22 Op. Cit., hlm. 205.
23 Paulus Hadisuprapto, Studi Tentang Penyimpangan Perilaku Di Kalangan Remaja Di
Sekolah, (Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. III September 2004: 9-18), Di Unduh 10 Maret
10 umur 21-24 tahun (31%). Tinjauan dari tingkat pendidikan dan latar belakang status
24 ekonomi keluarga.
Dari beberapa penjelasan yang telah diuraikan diatas, dan melihat kenyataan di lapangan masih bannyak ditemukan peserta didik usia sekolah menengah yang berperilaku menyimpang di lingkungan sekolah, hal ini juga ditemukan pada peserta didi kelas XI yang ada di SMAN 3 Bandar Lampung, menurut peneliti di SMAN 3 Bandar Lampung tepatnya kelas XI sangat tepat untuk dijadikan subjek dalam penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Guru Bimbingan Konseling di SMAN 3 Bandar Lampung
Selain itu berdasarkan data yang penulis peroleh dari dokumentasi Guru Bimbingan dan Konseling bahwa terdapat jumlah yang cukup banyak ditemukan peserta didik yang berperilaku meyimpang. Dari hasil prapenelitian yang penulis lakukan pada tanggal 15 Oktober 2016 di SMAN 3 Bandar Lampung diperoleh data tentang jumlah peserta didik kelas XI SMAN 3 Bandar Lampung yaitu sebagai berikut :
Tabel 1 Jumlah Peserta Didik Kelas XI SMAN 3 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2017/2018
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 XI IPS 1
19
16
35
2 XI IPS 2
20
15
35
3 XI IPS 3
17
16
33 jumlah 56 47 103
Sumber: dokumentasi kelas XI SMAN 3 Bandar Lmapung
24 Verdian Nendra Dimas Pratama, Perilaku Remaja Pengguna Minuman Keras, Merokok,
Dan Kekerasan Fisik di Desa Jatigono Kecematan Kunir Kabupaten Lumajang, 146 Jurnal Promkes,
11 Selain data diatas penulis juga mendapatkan data dari guru Bimbingan dan Konseling yang ada di SMAN 3 Bandar Lampung sejak bulan Oktober 2016 sampai bulan Desember 2016 terdapat peserta didik kelas XI SMAN 3 Bandar Lampung sebanyak 45 peserta didikyang mengalami perilaku menyimpang yaitu sebagai berikut:
Tabel 2
Bentuk Perilaku Menyimpang Peserta Didik Kelas XI SMAN 3 Bandar
Lampung
No Indikator Penyimpangan perilaku jumlah1 Membolos Sekolah
12
2 Merokok di Lingkungan Sekolah
8
3 Berkelahi
3
4 Suka Berbuat Kegaduhan Saat Proses Belajar Berlangsung
5
5 Tidak Disiplin dengan Peraturan Sekolah
16
6 Mengkonsumsi Narkoba dan Alkohol
1 Jumlah
45 Sumber: Dokumentasi Guru Bimbingan dan Konseling SMAN 3 Bandar
Lampung
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa masih banyak peserta didik yang mengalami perilaku menyimpang di XI SMAN 3 Bandar Lampung khususnya peserta didik kelas XI. Peserta didik yang mengalami perilaku menyimpang di lingkungan sekolah sangat menunggu proses kegiatan belajar mengajar baik terhadap peserta didik yang bersangkutan maupun terhadap teman- teman lainnya. Dengan demikian peneliti tertarik melakukan terkait dengan pola interaksi dalam keluarga siswa tersebut, sehingga peserta didik cenderung melakukan penyimpangan.
12 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah masih banyak ditemukan perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik khususnya kelas XI SMAN 3 Bandar Lampung, berikut ini identifikasi masalahnya :
1. Terdapat peserta didik yang membolos sekolah
2. Teradapat peserta didik yang merokok di lingkungan sekolah
3. Terdapat peserta didik yang berkelahi
4. Terdapat peserta didik yang suka berbuat kegaduhan saat jam belajar berlangsung
5. Terdapat peserta didik yang tidak disiplin dengan peraturan sekolah
6. Terdapat peserta didik yang mengkonsumsi narkoba
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka untuk lebih efektif dalam penelitian ini dan mengingat luasnya cakupan pembahasan masalah ini, maka peniliti memfokuskan pembahasan pada Study Korelasi (hubungan) antara Pola Interaksi dalam Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku Menyimpang pada Peserta Didik (Remaja) Kelas XI SMAN 3 Bandar Lampung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas maka peneliti merumuskan masalah dari penelitian ini yaitu: “Adakah korelasi (hubungan) antara pola interaksi dalam keluarga dengan kecenderungan perilaku menyimpang pada
13 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi (hubungan) antara pola interaksi dalam keluarga dengan kecenderungan perilaku menyimpang pada peserta didik /remaja kelas XI SMAN 3 Bandar Lampung.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu psikologi keluarga dan psikologi remaja terutama yang berhubungan dengan perilaku menyimpang dikalangan remaja b. Kegunaan Praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan orang tua mengenai keterlibatannya dalam mengantisipasi dan mengatasi perilaku menyimpang pada anak, bila penelitian ini terbukti maka hasil penelitian ini juga dapat dtigunakan sebagai upaya untuk meningkatkan pola interaksi dalam keluarga yang baik atau harmonis dalam bentuk usaha pencegahan pada penanganan terhadap perilaku menyimpang pada anak.
14 2) Selain itu kegunaan praktis dalam penelitian ini juga dapat memperkaya konsep-konsep bimbingan, baik Bimbingan dan
Konseling Keluarga maupun Bimbingan Konseling Sekolah, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, budaya, agama, moral kesusilaan serta pertumbuhan dan perkembangan kepribadian dalam mencegah perilaku menyimpang pada peserta didik atau remaja.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI SMAN 3 Bandar Lampung Sebagai objek dalam penelitian ini adalah pola interaksi dalam keluarga dan perilaku meyimpang peserta didik.
2. Lokasi penelitian ini yaitu XI SMAN 3 Bandar Lampung penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran 2016/2017.
BAB II LANDASAN TEORI A. Tujuan Tentang Interaksi dalam Keluarga
1. Pengertian Keluarga
“Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam
1
masyarakat.” Pendapat lain mengatakan bahwa “kelompok primer adalah kelompok sosial yang anggota-anggotanya sering berhadapan muka dan saling
2
mengenal dari dekat dan karena itu hubungannya saling lebih erat.” Selain pendapat di atas, lebih lanjut Bahri berpendapat bahwa “keluarga adalah sebuah intuisi yang terbentuk karena ikatan perkawinan, di dalamnya
3
hidup bersama pasangan suami-istri secara sah karena pernikahan.” Lebih mendalam koerner & Fitzpatrick yang dikutip oleh Lestari mengatakan bahwa definisi keluarga dapat ditinjau beredasarkan 3 sudut pandang yaitu:
a. definisi struktural. Keluarga di definisikan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya, definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga.
b. Definisi fungsional. Keluarga didefinisikan dengan berkenaan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi psikososial. Fungsi-fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu, definisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga.
c. definisi transaksional. Keluarga di definisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi,
1 Abu Ahmadi , Psikologi social, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, ha.221
2 Gerungan , Psikologi Sosial, Refika Aditama, Bandung, 2010, h. 92
3 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak, Rineka Cipta, Jakarta,
16
pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Definisi ini memfokuskan pada bagaimana fungsinya.
4 Berdasarkan pendapat dari para ahli mengenai pengertian keluarga di atas
dapat disimpulkan bahwa keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok sosial yang terbentuk melalui hubungan perkawinan untuk menyelenggaraka hal- hal yang berkenaan dengan ke orangtuaan dan pemeliharaan anak, berdasarkan ciri-ciri khusus dari keluarga yang diantaranya bersifat permanen dan kekal karena terbentuk atas dasar ikatan emosional kebersamaan, saling mengenal secara akrab dan intim sehingga keluarga dapat di klasifikasikan sebagai kelompok primer. Sebagai kelompok primer dan lingkungan yang pertama kali dikenal remaja, maka dengn sendirinya proses interaksi pertama terjadi di lingkungan keluarga, sehingga keluarga mempunyai peranan yang cukup besar bagi kehidupan remaja.
Pada umumnya keluarga memiliki beberapa fungsi yang meliputi melahirkan dan merawat anak, menyelesaikan masalah, dan saling peduli antar anggotanya.
Menurut Berns yang dikutip Lestari keluarga memiliki 5 fungsi dasar, yaitu: 1) reproduksi. Keluarga memiliki tugas untuk memepertahankan populasi yang ada dalam masyarakat 2) sosialisasi/edukasi. Keluarga menjadi sarana transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik generasi sebelmnya ke generasi yang lebih mudah
3) penugasan peran sosial. Keluarga memberikan identitas pada para angotanya seperti ras, etnik, religi, sosial, ekonomi, dan peran gender 4) dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan tempat berlindung, makanan, dan jaminan kehidupan
17
5) dukungan emosi/pemeliharaan. Keluarga memberikan pengalaman interaksi sosial yang pertama bagi anak, interaksi yang terjadi bersifat mendalam,
5 mengasuh dan berdaya tahan sehingga membrikan rasa aman pada anak.
Berdasarkan penjelasan dari fungsi-fungsi keluarga yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat dipahami bahwa keluarga sebagai kelompok primer dalam masyarakat didalamnya terdapat fungsi reproduksi untuk melanjutkan keturunan, tempat sosialisasi (proses penerimaan nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan keterampilan), tempat penentuan identitas pada para anggotanya, tempat pemenuhan kebutuhan ekonomis serta sebagai tempat dimana anggota- anggotanya mendapat perlindungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan suatu kelompok sosial terkecil dalam masyarakat yang didalamnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Di dalam keluarga terdapat rasa saling sayang, saling mengasihi, di dalam keluarga juga terdapat kontrol sosial, motivasi sosial dari para anggotanya. Sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak, maka dari sinilah perkembangan kepribadian anak bermula, di dalam keluarga orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya tentang penguasaan diri, nilai-nilai dan peran sosial sehingga ketika anak sudah cukup umur untuk memasuki kelompok sosial lain di luar lingkungan keluarganya pondasi dari kepribadiannya sudah terarahkan dan terbentuk.
18
2. Pola Interakasi Keluarga
Proses interaksi dalam keluarga merupakan salah satu bentuk dari interaksi sosial yang bersifat primer. Interaksi sosial dalam keluarga yang bersifat primer ini ditandai dengan adanya hubungan antara anggota keluarga. di dalam interaksi primer terdapat interaksi sosial yang lebih intensif dan anggota-anggotanya sering berhadapan muka serta saling
6 mengenal lebih dekat, sehingga hubungannya lebih erat.
Bahri berpendapat bahwa yang diperlukan dalam berinteraksi dalam keluarga ialah antara lain komunikasi antar keluarga, sebab jika di dalam suatu keluaraga tidak terdapat komunikasi antar anggotanya maka sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya, dan sebagai akibatnya kerawanan antar anggota keluarga pun sukar untuk dihindari. Kemudian hubungan yang akrab antar orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam berinteraksi di lingkungan keluarga, keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi pertemuan antara ornag
7 tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan.
Selain pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas terdapat pula pendapat yang mengatakan bahwa faktor utama yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak di dalam keluarga ialah faktor keutuhan keluarga. Keutuhan keluarga adalah keutuhan dalam struktur keluarga yaitu bahwa keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Selain keutuhan dalam struktur
6 Gerungan, Op.Cit, hlm 92
19
keluarga dimaksudkan pula keutuhan dalam interaksi keluarga bahwa dalam kelurga harus berlangsung interaksi sosial yang wajar (harmonis) apabila orang tuanya sering berselisih dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif maka keluarga itu tidak dapat
8 disebut utuh.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat asrori yang mengatakan bahwa “harmonis-tidaknya, intensif-tidaknya interaksi antar anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada di
9
dalam keluarga.” Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Brian dalam kutipan Pratikto, salah satunya adalah komunikasi orangtua dengan anak.
Komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orangtua bertanggung jawab dalam mendidik anak.
Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal dimana antara orangtua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Hubungan interpersonal antara orangtua dan anak muncul melalui transformasi nilai-nilai. Transformasi nilai dilakukan dalam bentuk sosialisasi. Pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak orangtua adalah membentuk kepribadian anak-anaknya dengan menanamkan nilai-nilai yang
8 Gerungan, Op.Cit, hlm. 199
9 Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm.