HUBUNGAN ANTARA STEREOTIP GENDER DENGAN ATRIBUSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

HUBUNGAN ANTARA STEREOTIP GENDER

DENGAN ATRIBUSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

  

A. Tyasning Hayu Indrastuti

NIM : 999114015

NIRM : 990051121705120014

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  HERE’S TO THE WOMAN ...who knows where she's going and will keep on until she gets there; who knows not only what she wants from life but what she has to offer in return... HERE'S TO THE WOMAN Who is loyal to family and friends, who expects no more from others than she is willing to give; HERE'S TO THE WOMAN Who guides and inspires not by quoting others philosophies but by living her own good example; who accepts both victories and disappointments with the same grace, and who can rise above life's challenges and move on... HERE'S TO THE WOMAN Who gives the gifts of her thoughtfulness, which shows her caring with a word of support, her understanding with a smile; a woman who brings joy to others just by being herself... (Anonim )

  Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

  ™ Allah Bapa yang telah mengajarkanku mencintai hidup, walau terkadang aku tak memahami rencana-Mu tapi aku yakin rencana-Mu selalu indah bagiku. ™ Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamat yang telah membawaku ”Pulang” karena hanyalah hati-Mu rumah terindah.

  ™ Bunda Maria yang telah mengajariku pasrah kepoda kehendak Bapa karena Ia akan menjadikan segalanya indah pada waktunya.

  ™ Bapakku tercinta, F. A Djoko Koestijono yang selalu memberikan kekuatan di saat aku rapuh.

  ™ Ibuku tersayang, Christiana Sri Sumini yang selalu menyebut namaku dalam setiap doa.

  ™ Mas-ku, Yohanes Satyasto Agung Nugroho.

  Adik-adikku Yasinta Pranyaningtyas Kesanti, Bonaventura Adhiarso Tyas Anandito, dan Fabiola Tyaswening Kendhiarthani yang telah menjadi anugerah-anugerah indah yang Tuhan berikan padaku.

  ™ I Dewa Gede Kusuma Jaya, yang selalu menjadi cinta, inspirasi, kekuatan dan separuh dari nafas dan hidupku.

  ™ Keluarga IFO (In Fonem Omnia), yang selalu membuatku merasa dicintai.

  

ABSTRAK

  

A. Tyasning Hayu Indrastuti (2007). Hubungan Antara Stereotip Gender

Dengan Atribusi Terhadap Prestasi Belajar Perempuan: Fakultas Psikologi,

Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stereotip gender dengan atribusi terhadap prestasi belajar. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara stereotip gender dengan atribusi eksternal terhadap kesuksesan perempuan dan ada hubungan positif antara stereotip gender dengan atribusi internal terhadap kegagalan perempuan.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Subjek penelitian berjumlah 54 orang mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stereotip gender dan skala atribusi terhadap prestasi belajar perempuan yang disusun oleh peneliti. Skoring untuk skala atribusi terhadap prestasi belajar perempuan dibagi menjadi dua, yaitu skor untuk atribusi terhadap kesuksesan perempuan dan skor untuk atribusi terhadap kegagalan perempuan. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha-Cronbach adalah sebesar 0,918 untuk skala stereotip gender dan 0,861 untuk skala atribusi terhadap prestasi belajar perempuan.

  Metode analisis data untuk stereotip gender dan atribusi terhadap kesuksesan perempuan menggunakan teknik korelasi Spearman. Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil analisis data adalah 0,296 dengan taraf signifikasi 0,015 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara stereotip gender dengan atribusi eksternal terhadap kesuksesan perempuan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.

  Metode analisis data untuk stereotip gender dan atribusi terhadap kegagalan perempuan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil analisis data adalah -0,396 dengan taraf signifikasi 0,002 (p < 0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif antara stereotip gender dengan atribusi internal terhadap kegagalan perempuan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak.

  

ABSTRACT

  

A. Tyasning Hayu Indrastuti (2007). Correlation Between Gender Stereotype

and Attribution of Women Learning Achievement: Faculty of Psychology,

Psychology Study Programme, Sanata Dharma University.

  The research’s objective was to find out the relation between gender stereotype and attribution of women learning achievement. The proposed hypothesis was the positive relation between gender stereotype and attribution external of women successes and the positive relation between gender stereotype and attribution internal of women failure.

  This research was a correlational research. The subject of this research was 54 male students of the Faculty of Engineering, Department Civil Engineering, Atma Jaya Yogyakarta University. The data collecting method in this research was using scale method. Scales used in this research are gender stereotype and attribution of women learning achievement scales which was arranged by the researcher. Scoring for attribution of women learning achievement was consider of two score, that is score for attribution of women’s success and score for attribution of women’s failure. The reliability coefficient result using the Alpha- Cronbach method are 0,918 for the gender stereotype scale and 0,861 for the attribution of learning achievement.

  The data analysis method for gender stereotype and attribution of women’s success was using Spearman correlation technique. Coefficient correlation from the data analysis was 0,296 with the significant standard 0,015 (p < 0,05). This result was shown that there was positive correlation between gender stereotype and attribution external of women’s success. It shows that the hypothesis of this research was accepted.

  The data analysis method for gender stereotype and attribution of women’s failure was using Product Moment correlation technique. Coefficient correlation from the data analysis was -0,396 with the significant standard 0,002 (p < 0,01). This result was shown that there was no positive correlation between gender stereotype and attribution internal of women’s failure. It shows that the hypothesis of this research was refused.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Bapa di Surga atas kasih-Nya yang tak berkesudahan dan selalu diperbaharui setiap hari hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Stereotip Gender dengan Atribusi Terhadap Prestasi Belajar.”

  Penulisan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

  1. Yesus Kristus Penyelamatku dan Bunda Maria....yang tidak pernah lelah membimbing langkahku, mengangkatku saat ku jatuh, membawaku pulang saat aku tersesat dan menjadi kekuatanku dalam mewujudkan harapan dan melindungiku dalam meniti hari-hari.

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak Y. Agung Santoso, S. Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Ibu Agnes Indar E., S.Psi., M.Si dan Bapak C. Wijoyo Adinugroho S.Psi. selaku dosen penguji.

  5. Ibu Kristiana Dewayani, S. Psi., M. Si., Ibu Titik Kristiyani S. Psi., dan Ibu A.

  Tanti Arini, S. Psi. selaku dosen pembimbing akademik.

  6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu tetapi telah banyak membantu dan mengajarkan banyak hal.

  7. Mas Gandung, Mas Doni, Mas Muji dan Mbak Nanik yang telah banyak membantu. Pak Giono yang setiap pagi selalu menyapaku dan memberiku senyuman.

  8. Dekan Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

  9. Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.

  10. Bapak F. A. Djoko Koestijono dan Ibu Christiana Sri Sumini, kedua orangtuaku yang telah merawat, mendidik dan memperjuangkan hidupku.

  Terima kasih untuk dukungan, cinta dan harapan yang tak pernah putus akan keberhasilanku serta pengorbanan yang luar biasa.

  11. Mas-ku satu-satunya Yohanes Satyasto Agung Nugroho yang meskipun tidak banyak berkata-kata tetapi aku yakin selalu mencintai dan mendukungku.

  Terima kasih untuk dukungan moril dan materilnya, Mas. Akhirnya

  perjuangan Mas Agung ngga sia-sia . Mbak Junita yang selalu memberi dukungan lewat SMS, thanks untuk bersedia mandampingi Mas Agung.

  12. Adik-adikku yang selalu menceriakan hari-hariku di rumah. Yasinta Pranyaningtyas Kesanti....you are the best sista in the world, gak ada duanya

  Kendhiarthani…malaikat-malaikat kecilku yang sekarang beranjak remaja, terimakasih untuk selalu memberikan senyuman dan kasih sayang.

  13. I Dewa Gede Kusuma Jaya yang selalu setia dengan cintanya. Terima kasih untuk selalu ada di saat-saat indahku dan juga di saat-saat burukku. Kamu datang justru pada saat aku telah jatuh dan cintamu yang membuatku mampu untuk selalu bertahan dan menjadi kuat. Maafkan kemanjaan dan keegoisanku selama ini. Luv u, De...

  14. Pribadi-pribadi yang pernah hadir dalam hatiku, mengisinya dengan cinta meskipun kemudian berlalu. Terimakasih karena pernah berbagi suka duka denganku dan membantuku menjalani proses pendewasaanku.

  15. IFO, keluargaku dalam KHK yang telah banyak memberikan kekuatan dan cinta. Terima kasih membuat hidupku jadi lebih hidup. Dian’Tikoez’...thanks

  

untuk selalu setia mendengar keluh kesahku. Ayo semangat...kamu pasti bisa !

Anna....aku bersyukur bisa mengenalmu dan belajar banyak darimu.

  Advent...meskipun jauh tapi dukungamu selalu kurasakan, thanks bro.... Sanggo....semangatmu menular kemana-mana lho. Sepri....printermu

  menyelamatkanku. Thanks banget, bro.... Putri ’n Ika...duo heboh....makasih untuk nemenin aku kalo lagi bete . Frater Bismoko...semoga selalu setia dengan

  pilihan hidupmu. Luv u all sist and bro...

  16. Bu Magda dan Pak Gun yang selalu setia mendampingi IFO dan membantu kami berproses. Teimakasih untuk pendampingan tanpa lelah. Tuhan

  17. Anggota KHK Yogya. Romo Hartono Budi, Romo Ardian, Bu Maria, Pak Ronny, Pak Juarto, Bu Susi, Pak Adi dan Pak Adri...semoga sidang umum kita berjalan lancar . Tuhan memberkati.

  18. Campus Ministry Unit Paingan: Romo Agung ’nduth’, Frater Didik ’Sogi’, Suster Okta, Mba’Tiwi, Darto, Mbak Nita, Mbak Siska, Nana...thanks untuk

  dukungan yang sangat besar, thanks udah ngebolehin aku numpang ngetik and ngeprint, and thanks juga slalu mau dengerin curhatku .

  19. Sr. Mariati, CB yang telah menunjukkan jalan ”pulang”. Terimakasih Suster, berkat Suster aku memiliki keyakinan bahwa aku masih pantas menjadi anak- Nya. Tuhan memberkati karya Suster.

  20. Niken....thanks untuk tidak pergi saat semua meninggalkanku.

  21. Temen-temen di Komunitas Paingan: Ambro, Putu (dan Leo), Ayu (dan Dimaz), Fitri (dan Bertus), Resti, Monic (dan Pitik), BJ dan semua temen- temen KomPai...makasih buat semua dukungan and kebersamaan yang indah.

  22. Anak-anak Aladin: Anggi (dan Ajeng), Lilik (dan Rina), Klaus, Nango, Salim, Parto, Teguh, Atenk, Om Nano, Ikana, Tomi, Rudi, Dani dan teman-teman yang lain. Aku yang bikin skripsi kalian yang repot, ya? Sori udah sering

  

ngerepotin. Aduh aku ngga tau apa jadinya skripsi ini kalo ngga ada kalian.

  Ari Atma....makasih ya udah nganter aku ke Atma.

  23. Jasmine Crew: Lois, Lina (dan Mas Heru), Susi, Tear, Wied, Zay, Vidi, Gathe dan Mba’Lila...thanks untuk dukungannya selama ini. Kapan kita ke Ganjuran

  24. Teman-teman berbagi saat bimbingan: Yessy, Dennis, Desy, Ria, dan Siwi......akhirnya aku nyusul kalian. Danang...thanks untuk masukannya.

  25. Teman-temannya Dode: Anton ’Tukino’, Haryo, Beler, Jambul, dan Boy.

  Ayo…jangan maen PS terus !!!

  26. Temen-temen angkatan ’99: Windi, Rere, Kian, Kudis, Gege, Kodok, Paijo…semuanya aja deh. Kapan nih kita reunian?

  27. Taman Bacaan Nanda: Narti, Mia, Pandu, Titus, Bowo dan semua teman yang ketemu kalo lagi antri komik baru. Tenang...aku tetep ikut antri komik koq.

  28. Temen-temen kos Cat and Dog: Upik, Sila, Butet, Fitri, Wiwik, Banang dan Dida...thanks banget untuk dukungan and senyumnya!! Siwi...aduh kalo kamu

  ngga ada skripsiku pasti ngga selesai . Linda ’Borne”....thanks udah bolehin aku ngetik di kamarmu . Yuni...thanks udah mau denger curhatku dan slalu kasih aku semangat.

  29. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu tapi telah banyak membantu.

  Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk pengembangan skripsi ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. iii HALAMAN MOTTO ......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................. vi ABSTRAK .......................................................................................... vii

  

ABSTRACT .......................................................................................... viii

  KATA PENGANTAR ......................................................................... ix DAFTAR ISI ………………............................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ……………................................................... xviii DAFTAR TABEL ……………………............................................... xix BAB I PENDAHULUAN ................................................................

  1 A. Latar Belakang …………………………………………........

  1 B.

  4 Rumusan Masalah …………………………………………

  C. Tujuan Penelitian ……………………………………………

  5 D.

  5 Manfaat Penelitian ………………………………………......

  1. Manfaat Teoritis ..............................................................

  5

  A.

  6 Atribusi ....................................................................................

  1. Pengertian Atribusi ..........................................................

  6 2.

  7 Dimensi Atribusi .............................................................

  3. Bias Dalam Atribusi ........................................................

  9 a. The Fundamental Atribution Error ...........................

  10 b.

  11 The Actor-Observer Effect ........................................

  c. The Self-Serving Bias ................................................

  12 d.

  13 Culture (Kebudayaan) ...............................................

  e. Stereotip Gender .......................................................

  14 B. Prestasi Belajar ........................................................................

  15 1.

  15 Pengertian Prestasi Belajar ..............................................

  2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar …...

  16 C.

  18 Atribusi Terhadap Prestasi Belajar ……………….………… D. Stereotip Gender …………………………………………….

  20 E.

  25 Hubungan Antara Stereotip Gender Dengan Atribusi Terhadap Prestasi Belajar Perempuan.………........................

  F. Hipotesis……………………………………………………...

  29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………..

  A. Jenis Penelitian ……………………………………................

  30 B.

  30 Identifikasi Variabel ………………………………………… C. Definisi Operasional ………………………………………...

  30

  D.

  32 Subjek Penelitian …………………………………………….

  E. Metode Pengumpulan Data .....................................................

  32 1.

  33 Skala Stereotip Gender ......................................................

  2. Skala Atribusi Terhadap Prestasi Belajar Perempuan........

  34 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Tes ………..............................

  36 1.

  36 Validitas …………………………………........................

  2. Reliabilitas ………………………………………………

  36 G.

  37 Metode Analisis Data ..............................................................

  BAB IV PELAKSANAAN UJI COBA, PENELITIAN, HASIL

  38 PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................

  A.

  38 Hasil Uji Coba Alat Penelitian ……………………………… 1. Uji Coba Alat Penelitian ..................................................

  38 2.

  38 Hasil Uji Coba Alat Ukur ................................................

  a. Estimasi Validitas .....................................................

  39 b.

  39 Seleksi Aitem ............................................................

  1. Skala Stereotip Gender ......................................

  39 2. Skala Atribusi Terhadap Prestasi Belajar ..........

  41 c.

  42 Estimasi Reliabilitas .................................................

  B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................

  43 C.

  43 Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………...

  D. Analisis Data Penelitian ……………………………………..

  46

  b.

  47 Hasil Uji Linearitas ...................................................

  2. Uji Hipotesis ....................................................................

  48 E.

  49 Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………..

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………......

  55 A. Kesimpulan …………………………………………………..

  55 B.

  57 Saran ……………………………………………………........ DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….

  59

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran A : Skala Try Out

  1. Skala Stereotip Gender

  2. Skala Atribusi Terhadap Prestasi Belajar Lampiran B : Skala Penelitian Lampiran C : Data Skor Try Out Skala Stereotip Gender

  Reliabilitas Aitem Lampiran D : Data Skor Try Out Skala Atribusi Terhadap Prestasi Belajar Reliabilitas Aitem Lampiran E : Data Skor Penelitian Skala Stereotip Gender Lampiran F : Data Skor Penelitian Skala Atribusi Terhadap Prestasi Belajar Lampiran G : Analisis Data

  1. Data Skor Total 2.

  Uji Normalitas

  3. Uji Linearitas

  4. Uji Korelasi Lampiran H : Surat Keterangan Penelitian

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1 Model Atribusi Weiner Untuk Menjelaskan Kesuksesan

  19 dan Kegagalan Seseorang...................................................

  Tabel 2 Hubungan antara stereotip gender dengan atribusi

  26 terhadap prestasi belajar perempuan (situasi sukses).........

  Tabel 3 Hubungan antara stereotip gender dengan atribusi

  28 terhadap prestasi belajar perempuan (situasi gagal)...........

  Tabel 4 Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Stereotip

  34 Gender................................................................................

  Tabel 5 Distribusi Butir-butir Penyataan Skala Atribusi Terhadap

  35 Prestasi Belajar Perempuan................................................

  Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Stereotip Gender Setelah Uji

  40 Coba...................................................................................

  Tabel 7 Distribusi Aitem Skala Stereotip Gender Untuk

  40 Penelitian............................................................................

  Tabel 8 Distribusi Aitem Skala Atribusi Terhadap Prestasi

  41 Belajar Perempuan Setelah Uji Coba.................................

  Tabel 9 Distribusi Aitem Skala Atribusi Terhadap Prestasi

  42 Belajar Perempuan Untuk penelitian..................................

  Tabel 10 Deskripsi Data Penelitian...................................................

  44

  Skala Atribusi Terhadap Prestasi Belajar Perempuan....... Tabel 13 Tabel Uji Normalitas..........................................................

  47 Tabel 14 Tabel uji linearitas stereotip gender dengan atribusi

  47 terhadap kesuksesan perempuan........................................

  Tabel 15 Tabel uji linearitas stereotip gender dengan atribusi

  47 terhadap kegagalan perempuan........................................

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan dan kegagalan seseorang dalam bidang pendidikan dapat

  dilihat dari prestasi belajarnya di sekolah atau di lembaga pendidikan formal lainnya. Prestasi secara umum mengacu pada hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang telah dilakukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Prestasi yang dicapai dalam bidang pendidikan menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan belajar setelah mengikuti suatu proses belajar-mengajar yang telah ditetapkan oleh institusi pendidikan yang bersangkutan.

  Seorang individu yang melihat prestasi belajar yang dicapai orang lain akan mencoba mencari penjelasan tentang penyebab terjadinya prestasi tersebut. Keinginan untuk mencari penjelasan tentang perilaku orang lain inilah yang menjadi dasar terjadinya atribusi. Atribusi adalah suatu cara untuk menggambarkan penjelasan orang-orang mengenai penyebab dari perilakunya sendiri dan juga penyebab terjadinya perilaku orang lain (Aronson, Wilson, & Akert, 2005).

  Orang-orang melakukan atribusi dengan meletakkan tindakan seseorang kepada keadaan internal atau faktor eksternal. Atribusi internal, sendiri, seperti sifat-sifat pribadi, suasana hati, sikap-sikap, kemampuan, atau usaha. Atribusi eksternal, yang juga disebut dengan atribusi situasional, melatakkan penyebab dari suatu peristiwa pada faktor-faktor eksternal yang berasal dari luar individu seperti keberuntungan, tindakan orang lain, dan situasi (Heider dalam Franzoi, 2003).

  Heider (dalam Gerrig & Zimbardo, 2002) menambahkan bahwa orang-orang mencari penjelasan sebab-akibat sebagai bagian dari usaha mereka dalam memahami lingkungan sosialnya. Proses atribusi yang dilakukan seseorang untuk mencari penjelasan tentang prestasi orang lain dilakukan karena ia berusaha memahami hal-hal yang mendasari perilaku orang lain sebagai bagian dari lingkungan sosialnya.

  Proses atribusi dapat dipengaruhi oleh kebudayaan yang ada dalam lingkungan sosial tempat orang tersebut berada. Aronson, Wilson, dan Akert (2005) mengatakan bahwa kebudayaan berperan dalam banyak aspek yang mendasari perilaku sosial. Kita lahir dalam suatu kebudayaan, dan ketika beranjak dewasa kita mempelajari peraturan-peraturan, norma-norma, serta cara mengartikan realita yang ada dalam kebudayaan kita. Kebudayaan adalah situasi terbesar yang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari.

  Perbedaan kebudayaan dapat menyebabkan perbedaan atribusi. Miller (dalam Aronson, Wilson, & Akert, 2005) meminta kepada penganut agama Hindu di India dan orang-orang Amerika yang menetap di Amerika Serikat Orang Amerika lebih memilih untuk mengatakan perilaku teman-teman mereka terjadi karena memang dia adalah orang yang seperti itu daripada karena keadaan atau situasi ketika perilaku itu terjadi. Penganut agama Hindu lebih memilih penjelasan situasional untuk menjelaskan perilaku teman- teman mereka. Bagi mereka berpikir tentang teman-teman adalah tugas yang penting dan menarik sehingga membuat informasi situasional lebih penting bagi mereka daripada bagi orang Amerika.

  Kebudayaan sering dikaitkan dengan ras, kebangsaan, etnis, dan gender. Fokus utama penelitian ini adalah gender. Peneliti memiliki ketertarikan khusus untuk meneliti tentang gender karena permasalahan gender masih sering terjadi dalam masyarakat kita.

  Gender adalah perilaku dari pola-pola aktivitas yang dianggap pantas bagi laki-laki dan perempuan oleh suatu masyarakat atau budaya. Gender merupakan hasil konstruksi yang berkembang selama masa anak-anak karena disosialisasikan dalam lingkungan mereka (Dayakisni & Yuniarti, 2004).

  Konsep gender yang ditekankan masyarakat sejak anak-anak menimbulkan adanya stereotip gender. Stereotip gender adalah generalisasi yang dilebih-lebihkan dan keyakinan yang salah tentang laki-laki dan perempuan (Halonen & Santrock, 1999).

  Stereotip gender membuat masyarakat memberikan penghargaan lebih tinggi terhadap prestasi anak laki-laki dibandingkan dengan prestasi anak dan pencari nafkah dalam keluarga sehingga mereka dituntut untuk lebih kompeten dan sukses daripada anak perempuan. Anak perempuan diberi ajaran oleh masyarakat bahwa mereka mempunyai kedudukan yang lebih rendah daripada anak laki-laki sehingga diharapkan agar prestasi yang berhasil mereka capai tidak melebihi prestasi laki-laki.

  Stereotip gender membuat masyarakat cenderung untuk menganggap laki-laki lebih kompeten dan lebih berprestasi daripada perempuan dalam bidang tertentu yaitu bidang ilmu yang berhubungan dengan kemampuan matematika dan ilmu pengetahuan/teknikal, sehingga mereka memberikan atribusi yang berbeda terhadap prestasi laki-laki dan perempuan (Santrock, 2003). Masyarakat mengatribusikan kesuksesan laki-laki disebabkan karena kemampuan yang dimilikinya, sedangkan bila perempuan yang mengalami kesuksesan akan diatribusikan sebagai hasil dari nasib yang baik. Hal yang berbeda akan terjadi pada situasi kegagalan. Masyarakat akan mengatribusikan kegagalan laki-laki karena ia sedang mengalami nasib yang kurang baik, sedangkan kegagalan perempuan akan diatribusikan karena perempuan memang tidak memiliki kemampuan (Aronson, Wilson & Akert, 2005).

  Hal ini menunjukkan bahwa stereotip gender mempunyai peranan dalam proses atribusi yang dilakukan untuk mencari penjelasan tentang prestasi yang berhasil dicapai seseorang. Maka penelitian ini akan mencoba perempuan mengingat penjelasan yang telah disebutkan di atas cenderung mengarah pada kaum perempuan.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Rumusan masalah yang ingin diteliti adalah: “Apakah ada hubungan antara stereotip gender dengan atribusi terhadap prestasi belajar perempuan dalam situasi kesuksesan dan kegagalan?”

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara stereotip gender dengan atribusi terhadap prestasi belajar perempuan dalam situasi kesuksesan dan kegagalan.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  a. Manfaat Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi studi mengenai stereotip gender, teori atribusi dalam psikologi sosial, serta prestasi belajar dalam penelitian-penelitian berikutnya.

  b. Manfaat Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai stereotip gender yang ada dalam bidang pendidikan

BAB II DASAR TEORI A. Atribusi

1. Pengertian Atribusi

  Atribusi merupakan suatu proses kognitif yang digunakan orang-orang untuk menginterpretasikan tindakan orang lain, dan dalam beberapa hal tindakan mereka sendiri juga. Kita tidak hanya mengamati orang lain, tetapi juga mencoba untuk menjelaskan perilaku mereka di masa lampau dan meramalkan tindakan mereka di masa yang akan datang (Shaver, 1977).

  Heider (dalam Myers, 1999) berpendapat bahwa atribusi adalah akal sehat (commonsense) yang dilakukan ketika orang-orang mencoba mencari penjelasan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Heider (dalam Zanden, 1984) menambahkan bahwa atribusi memerlukan pengorganisasian arus informasi berlanjut yang kita peroleh dari luar ke dalam suatu kesatuan yang berarti.

  Weiten (1998) mengatakan bahwa atribusi adalah kesimpulan yang digambarkan orang-orang mengenai peristiwa-peristiwa, perilaku orang lain, dan perilaku mereka sendiri. Orang-orang akan melakukan atribusi ketika ada peristiwa-peristiwa tidak biasa yang menarik perhatian mereka, ketika peristiwa-peristiwa yang terjadi mempunyai akibat personal bagi mereka,

  Pengertian-pengertian atribusi di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa atribusi merupakan suatu proses kognitif yang dilakukan seseorang untuk mencari penjelasan tentang penyebab perilaku atau tindakan orang lain serta menggunakan penjelasan tersebut untuk meramalkan tindakannya di masa yang akan datang.

2. Dimensi Atribusi

  Heider (dalam Myers, 1999) menyimpulkan bahwa orang-orang cenderung mengatribusikan perilaku seseorang kepada penyebab internal (disposisi orang tersebut) atau penyebab eksternal (situasi orang tersebut). Heider (dalam Aronson, Wilson, & Akert, 2005) menjelaskan lebih lanjut bahwa atribusi internal dilakukan dengan menentukan penyebab perilaku seseorang sebagai sesuatu yang berkaitan dengan orang itu sendiri seperti watak, kepribadian, sikap, atau karakter. Atribusi eksternal dilakukan dengan menentukan penyebab perilaku seseorang sebagai sesuatu yang berkaitan dengan situasi ketika orang tersebut berada.

  Weiner, dkk (dalam Franzoi, 2003) mengembangkan perbedaan dari lokasi penyebab internal dan eksternal dengan menambahkan faktor stabilitas dan pengendalian. Weiner (dalam Woolfolk, 2005) mengkarakteristikkan penyebab atribusi ke dalam 3 dimensi, yaitu: a. locus (lokasi penyebab), apakah lokasi penyebab atribusi berasal dari b. stability (stabilitas), apakah penyebab atribusi mempunyai sifat yang tetap sama atau dapat berubah-ubah.

  c. controllability (pengendalian), apakah individu dapat mengendalikan penyebab atribusi atau tidak.

  Weiner (dalam Sears, dkk, 1994) menjelaskan lebih lanjut mengenai ketiga dimensi tersebut. Permasalahan pokok yang terjadi dalam dimensi lokasi penyebab adalah menentukan apakah suatu tindakan disebabkan oleh keadaan internal atau kekuatan eksternal. Atribusi internal meliputi semua penyebab internal seseorang seperti keadaan hati, sikap, ciri kepribadian, kemampuan, kesehatan, preferensi, atau keinginan. Atribusi eksternal meliputi semua penyebab eksternal seseorang seperti adanya tekanan dari orang lain, uang, situasi sosial, cuaca, dan lain sebagainya.

  Dimensi yang kedua adalah stabilitas. Permasalahan yang terjadi dalam dimensi ini adalah menentukan apakah penyebab suatu peristiwa bersifat stabil atau tidak stabil. Penyebab suatu peristiwa dikatakan stabil bila penyebab tersebut merupakan bagian yang relatif permanen dari lingkungan eksternal atau pembawaan internal seseorang. Penyebab eksternal yang mempunyai sifat stabil adalah peraturan dan undang-undang, atau tingkat kesulitan tugas tertentu, sedangkan penyebab eksternal yang sifatnya tidak stabil adalah cuaca dan nasib. Penyebab internal dapat juga bersifat stabil seperti bakat dan kemampuan; maupun tidak stabil seperti usaha dan perasaan. penyebab suatu peristiwa dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan. Kemampuan mengendalikan atau ketidakmampuan mengendalikan dapat berada bersama dengan kombinasi tempat dan stabilitas penyebab. Penyebab internal yang tidak stabil seperti usaha, dapat dipandang sebagai penyebab yang dapat dikendalikan; sedangkan penyebab internal yang bersifat stabil seperti kemampuan, jarang dilihat sebagai penyebab yang dapat dikendalikan seseorang.

  Uraian di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa ada tiga dimensi dalam proses atribusi. Ketiga dimensi tersebut adalah lokasi penyebab yang digunakan untuk menentukan apakah lokasi penyebab terjadinya peristiwa berasal dari dalam (internal) atau dari luar individu (eksternal); dimensi stabilitas yang digunakan untuk menentukan apakah penyebab terjadinya peristiwa bersifat stabil atau tidak stabil; dan dimensi pengendalian yang digunakan untuk menentukan apakah penyebab terjadinya peristiwa dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan.

3. Bias dalam Atribusi

  Atribusi yang dilakukan tidak selalu memberikan penjelasan yang tepat mengenai berbagai peristiwa yang terjadi karena dalam proses atribusi seseorang mempunyai kemungkinan melakukan kesalahan ketika mempelajari penyebab dari perilaku orang lain. Bias yang dapat terjadi dalam proses

a. The Fundamental Attribution Error

  Fundamental attribution error adalah kecenderungan untuk lebih

  mempertimbangkan perilaku orang lain kepada penyebab internal, yaitu faktor disposisi dan kurang mempertimbangkan adanya peran dari faktor situasional (Aronson, Wilson, & Akert, 2005). Franzoi (2003) mengemukakan pendapat yang sama, yaitu bahwa fundamental attribution error terjadi karena ketika menjelaskan perilaku orang lain kita cenderung menempatkan penyebabnya terbatas pada karakteristik sifat daripada kemungkinan adanya kesesuaian dengan faktor situasional.

  Bias dalam atribusi ini dapat terjadi karena ketika mengamati perilaku orang lain, kita cenderung terfokus pada tindakannya, sedangkan konteks dimana perilaku itu terjadi sering terabaikan, padahal kontekslah yang seringkali mempunyai kemungkinan menjadi sumber penyebab terjadinya perilaku. Hal inilah yang menyebabkan penyebab disposisi (internal) lebih mudah dikenali daripada aspek situasional. Orang yang kita amati memiliki kekhasan perseptual tinggi dan menjadi fokus perhatian kita, sementara faktor situasional yang juga mungkin berpengaruh tidak begitu jelas terlihat sehingga kita tidak menganggapnya penting (Gilbert dan Malone, dalam Baron & Bryne, 2004).

  Gilbert dan Malone (dalam Baron & Bryne, 2004) memberikan penjelasan lain yang menyebabkan bias ini terjadi, yaitu bahwa sebenarnya mengatakan bahwa bias ini terjadi karena sejak awal kita sudah mempunyai kecenderungan untuk berasumsi bahwa tingkah laku seseorang mereflekasikan karakteristik yang sesungguhnya. Kita berusaha mengoreksi setiap kemungkinan yang berasal dari faktor eksternal dan menghitungnya, tetapi koreksi ini sering tidak tepat karena kita tidak dapat memperkirakan dengan tepat besar dari pengaruh eksternal tersebut.

b. The actor-observer effect

  Aronson, Wilson, dan Akert (2005) mengatakan bahwa the actor-

  

observer effect adalah kecenderungan untuk melihat bahwa perilaku orang lain

  disebabkan oleh faktor disposisi tetapi memberikan perhatian lebih kepada peran dari faktor situasional ketika menjelaskan perilaku kita sendiri. Baron dan Bryne (1997) mengemukakan pendapat serupa dengan mengatakan bahwa

  

the actor-observer effect merupakan kecenderungan untuk mengatribusikan

  perilaku kita sendiri kepada faktor situasional, sedangkan perilaku orang lain diatribusikan kepada faktor internal (disposisi).

  Jones dan Nisbett (dalam Baron & Bryne, 2004) memberikan sebuah contoh bahwa ketika melihat seseorang jatuh, kita akan mengatribusikan perilaku jatuhnya disebabkan karena ia adalah orang yang canggung; namun ketika kita yang jatuh, kita cenderung mengatribusikannya pada faktor eksternal seperti menginjak lapisan es di jalan, lalu tergelincir dan jatuh. Hal perilaku orang lain sehingga kita cenderung menilai perilaku kita disebabkan oleh faktor eksternal daripada internal.

c. The self-serving bias

  The self-serving bias adalah penjelasan yang digunakan seseorang

  untuk menganggap kesuksesannya sebagai penyebab internal, yaitu faktor disposisi; dan menjelaskan kegagalannya sebagai kesalahan eksternal, yaitu faktor situasi (Aronson, Wilson, & Akert, 2005). Weiten (1998) mempunyai pendapat yang sama dengan mengatakan bahwa the self-serving bias merupakan kecenderungan seseorang untuk mengtribusikan kesuksesannya pada faktor personal dan kegagalannya pada faktor situasional.

  The self-serving bias dapat terjadi karena adanya beberapa

  kemungkinan, tetapi kemungkinan yang paling sering terjadi dapat dijelaskan ke dalam dua kategori, yaitu : kognitif dan motivasional. Model kognitif mengatakan bahwa the self-serving bias berakar dari kecenderungan khusus yang kita miliki dalam memproses informasi-informasi sosial (Ross dalam Baron & Bryne, 1997). Hal ini berarti bahwa kita mengatribusikan hasil positif yang kita capai kepada penyebab internal, tetapi hasil negatif diatribusikan pada penyebab eksternal, karena kita mengharapkan kesuksesan dan cenderung menginginkan kesuksesan tersebut berasal dari penyebab internal daripada penyebab eksternal. Penjelasan motivasional mengatakan bahwa the terlihat baik di mata orang lain (Greenberg, Pyszczynski, & Solomon dalam Baron & Bryne, 1997).

d. Culture (kebudayaan)

  Triandis (dalam Weiten, 1998) mengatakan bahwa perbedaan antara kebudayaan individualis dengan kebudayaan kolektivis mempengaruhi kecenderungan atribusi. Kebudayaan individualis meletakkan tujuan personal di atas tujuan kelompok dan menetapkan identitas seseorang berkaitan dengan atribusi personal daripada kepada anggota kelompok. Kebudayaan kolektivis meletakkan tujuan kelompok di atas tujuan personal dan menetapkan identitas seseorang berkaitan dengan kelompoknya (seperti satu keluarga, suku bangsa, kelompok kerja, kelas sosial, kasta, dan sebagainya). Halonen dan Santrock (1999) menjelaskan bahwa banyak kebudayaan barat seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Belanda menggambarkan kebudayaan individualis; sedangkan banyak kebudayaan timur seperti Cina, Jepang, India, dan Thailand menggambarkan kebudayaan kolektivis.

  Kashima dan Triandis (dalam Dayakisni & Yuniardi, 2003) membandingkan penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa Amerika dan Jepang dalam mengatribusikan kesuksesan dan kegagalan mereka. Mahasiswa Amerika menjelaskan kesuksesan mereka sebagai hasil dari kemampuan dibandingkan ketika mereka menjelaskan kegagalan mereka. Mahasiswa sedikit mengatribusikan kesuksesan yang mereka capai kepada diri mereka. Mahasiswa Jepang akan mengatribusikan kegagalan sebagai hasil dari kurangnya kemampuan dan usaha mereka, sementara ketika sukses mereka cenderung untuk mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena kebaikan guru serta anugerah Tuhan.

e. Stereotip gender

  Stereotip gender adalah bagian dari kebudayaan, maka bias atribusi yang terjadi karena faktor kebudayaan dapat pula terjadi karena adanya stereotip gender. Stereotip gender telah ditekankan oleh masyarakat sejak masa kanak-kanak. Anak perempuan diajarkan bahwa mereka lebih rendah daripada anak laki-laki, maka anak laki-laki lebih mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan sehingga mereka dapat memperoleh pekerjaan di sektor modern dan formal dengan jabatan yang tinggi. Anak perempuan diajarkan untuk merasa inferior sehingga dengan sendirinya akan memilih jurusan di sekolah atau jenis pekerjaan yang dianggap sesuai dengan mereka. Hanya minoritas kecil perempuan yang ingin bersaing terang-terangan dengan laki-laki dalam bidang-bidang pendidikan atau pekerjaan yang menurut pendapat umum di kalangan laki-laki maupun perempuan dianggap kurang sesuai bagi perempuan (Boserup dalam Rajab, 2002).

  Swim dan Sanna (dalam Aronson, Wilson, & Akert, 2005) sebagai pengamat akan mengatribusikan kesuksesannya sebagai hasil dari kemampuan yang dimilikinya; jika perempuan mengalami kesuksesan pada tugas yang sama, maka kesuksesannya akan diatribusikan sebagai hasil dari usaha yang keras. Pengamat akan mengatribusikan kegagalan yang dialami laki-laki pada tugas yang diberikan kepada nasib sial dan usaha yang kurang; jika perempuan yang mengalami kegagalan, pengamat akan menyimpulkan bahwa tugas tersebut terlalu sulit dikerjakan dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya.

  Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah bahwa kita dapat melakukan kesalahan dalam melakukan atribusi. Kesalahan- kesalahan tersebut dapat terjadi karena adanya bias atribusi sepeti the

  fundamental attribution error , the actor-observer effect, the self-serving bias,

  kebudayaan, dan stereotip gender .

B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi belajar adalah pengungkapan hasil belajar ideal yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Prestasi belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Norma-norma pengukuran tersebut dapat berupa angka ataupun

  Purwanto (2003) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil dari proses pengolahan masukan mentah (raw input) yang merupakan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching-learning process) dimana faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input) dan sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) turut berpengaruh dalam menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output).

  Prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan. Bakat merupakan kemampuan bawaan mempunyai fungsi sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan (Munandar, 1999).

  Penjelasan-penjelesan di atas mengungkapkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah sebagai perwujudan dari bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Prestasi belajar tersebut biasanya dinyatakan dalam norma-norma pengukuran yang berupa angka ataupun simbol huruf