DESKRIPSI PENYESUAIAN DIRI PENGHUNI ASRAMA

DESKRIPSI PENYESUAIAN DIRI PENGHUNI ASRAMA

  

Skripsi

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

Disusun oleh :

Anastasia Ika Septiana

NIM : 999114013

NIRM : 990051121705120012

  

Program Studi Psikologi

Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

JOGJAKARTA

  

Seorang ksatria cahaya tahu bahwa dia memiliki banyak hal yang

patut disyukuri.

  Dalam perjuangannya dia dibantu oleh para malaikat, kekuatan

alam raya menempatkan setiap benda sesuai dengan tempatnya,

sehingga memberi jalan pada sang ksatria untuk menyumbangkan

kemampuan terbaiknya. Sahabat – sahabatnya berkata,” Dia sangat beruntung!”. Dan

sang ksatria kadang – kadang mampu merengkuh segala hal di luar

kemampuan tindakannya.

  Itulah sebabnya mengapa pada waktu matahari terbenam dia

bersimpuh dan menghaturkan rasa syukur atas zirah pelindung yang

melingkupinya.

  Namun ketertarikannya tidak terbatas pada dunia spiritual

semata; dia tidak pernah melupakan sahabat – sahabatnya, selama

darah mereka bercampur bersama dalam dirinya di medan

pertempuran. Seorang ksatria tidak perlu diingatkan tentang bantuan yang

diberikan oleh orang lain padanya; dialah orang pertama yang ingat

dan ia tentu membagi – bagikan ganjaran yang diterima pada

mereka……….. (The Warrior of The Light – Paulo Coelho) Untuk yang terkasih Bapa di surga Orang tuaku P. Slamet Santosa – Yustina Suripti Kedua adikku Christina Dwi Susanti – Agustine Tri Putri

  

ABSTRAK

Deskripsi Penyesuaian Diri Penghuni Asrama

Anastasia Ika Septiana

999114013

  

Universitas Sanata Dharma

Jogjakarta

  Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penyesuaian diri di asrama. Asrama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asrama Mahasiswa Syantikara. Latar belakangnya yaitu karena penghuni Asrama Syantikara semuanya mahasiswi yang berbeda asal, latar belakang, agama, dan perguruan tinggi. Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengetahui bagaimana para mahasiswi tersebut menyesuaikan diri dengan kehidupan dan peraturan yang ada.

  Subyek penelitian kali ini adalah seluruh penghuni Asrama Syantikara yang berjumlah 102 orang. Alat ukur yang digunakan yakni skala yang dibuat sendiri oleh peneliti. Uji realibilitas menggunakan SPSS 13.0 dengan koefisien Alpha Cornbach sebesar 0,937. Item yang gugur sebanyak 37 dari keseluruhan 88 item , sehingga item yang layak pakai sebanyak 51 butir.

  Hasil analisis data mengungkapkan bahwa secara umum tingkat penyesuaian diri pada penghuni Asrama Syantikara tinggi, dengan perincian 100 orang subyek termasuk kategori tinggi dan 2 orang lainnya termasuk kategori sedang.

  

ABSTRACT

The Description of Self Adjustment of Dormitory Occupant

Anastasia Ika Septiana

999114013

  

Sanata Dharma University

Jogjakarta

  This research aimed to describe how the self adjustment at dormitory. The dormitory which was used as a subject was Syantikara, which all the occupants are girls. The reason was that the occupants of Syantikara have different social background and religion, and also they study in different colleges. That was why the writer was interested to understand how the occupants adapt to the existence of the dormitory.

  The subjects were all the occupants of Syantikara, which consists of 102 students. Realibility test used SPSS 13.0 which coefficient of Alpha Cornbach was 0,937. The number of failed items were 37 of 88 items, so that the number of valid items were 51 items.

  The result stated that generally the self adjustment was high, which the detail was that 100 students in high level and the rest in the middle level.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur Bapa di surga atas berkat-Mu yang melimpah, untuk selalu ada dan selalu memberikan apa yang ku butuhkan. Akhirnya saya dapat melesaikan skripsi dengan judul “Deskripsi Penyesuaian Diri Penghuni Asrama”.

  Banyak pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini baik disadari atau tidak, yang mungkin tidak bisa saya sebutkan semuanya….. Terima kasih untuk

  

Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

  Universitas Sanata Dharma yang sudah memberikan izin penelitian, Ibu Sylvia

  

C.M.Y.M.,S.Psi.,M.Si., selaku Kaprodi dan dosen pembimbing (Ibu, makasih

  untuk semuanya.. ketelitian, masukan dan saran, serta sharring-nya yang menguatkan saya.…), Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik (makasih ya Bu atas pengertian dan. dorongannya.), dan seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,

  

mbak Naniek, mas Gandung, pak Gi, mas Muji, dan mas Doni (hehehe…

  maaf ya mas atas segala kehebohan yang ditimbulkan dan makasih atas bantuannya ).

  Terima kasih juga untuk Suster Benedicte CB dan segenap penghuni

  

Asrama Mahasiswi Syantikara yang telah bersedia memberikan izin dan

  bantuan penelitian kepada saya. Kebersamaan Anda semua sungguh mengagumkan…. Mungkin sekarang Anda belum merasakannya, tapi saya sebagai “orang luar” telah menyaksikan sendiri kebaikan dari “masyarakat kecil” kalian.. Khusus untuk warga Kopel XI ( Mika – makasih komputernya ya.. Jalan

  • – jalan lagi yux…. , Selly – buat ide cemerlangnya, hehe…. , Ani, Yaya,

  

Shanti, Wulan) makasih ya buat penerimaan kalian, baik sukarela ataupun

  terpaksa menjadi great escape- ku di saat – saat tertentu… Bagi kedua orang tua-ku P.Slamet Santosa (Be, makasih atas penerimaan, kesabaran dan kebebasan yang tiada berbatas…), Yustina Suripti (makasih ya Mi untuk doa dan dorongan yang ga pernah putus). Tuhan memang maha baik dan yang sangat pengertian dan sangat sabar menghadapi kakaknya ini, D Wik (akhirnya aku bisa nyusul kamu!!) dan D Put (ayo nyusul aku ya!!!). Makasih ya untuk semua doa dan harapan yang ga pernah hilang dari kalian terhadapku, juga atas segala bantuan dan kekuatan yang aku dapat dari kalian.. Makasih juga untuk keluarga Om Diyo & Bulik Tien (mb Rita, mas Yudi, si centil Kanaya – mb

  

Tuti, mas Jefri, si unyil Kimora – Dion, Nova, si Nduti Marvell), Om Is &

Bulik Mamiek (adik-adikku Reni, Tata, Villa), Om Tatheng & Tt. Andar

(Garry & Titan), (tante) Nining, kel. Bulik Susilah (rumah pertamaku di

  Jogja)& keluarga besar Eyang Sarosa untuk semua pertanyaan dan dukungan

  

2

  2

  yang sudah diberikan. Untuk alm. Eyang & mbah – ku, maaf…. Baru sekarang bisa kuwujudkan.

  Tidak lupa untuk Rini sahabatku (15 tahun yang panjang!) & kel. Om

  

Wahyuno yang menjadi tempat pelarianku selama 5 minggu (makasih untuk

  semuanya dan maaf sudah merepotkan..). Teman – teman masa kecil yang ga pernah berhenti kasih semangat : Bayu, Lydia, Terrik, Helen, Roy & Jusak. Teman – temanku SMU: Lala (makasih u/ Nanda),Kunti, Josephine, Tina,

  Ayoe, & Bintara yang selalu tanya kapan lulusnya… Rani (tanpa kamu aku ga mungkin bisa jadi begini. Makasih untuk setiap 2 detik kebersamaan kita..banyak banget hal yang kudapat dari kamu) & kel.

  

Zaluchu (Tante, mb Fatti-mas Han, Dita, Willy) yang selalu menerimaku

  dengan tangan terbuka. Makasih juga untuk Ninuk (kamu membuktikan bahwa sahabat sejati itu masih ada!), Dhayana (hehe.. aku berubah ya..), Lisa, Andy,

  Yuli, Robert, akhirnya aku nyusul kalian !!!

  Kel besar TPA-TK Grha Asih Anak yang menjadi keluargaku; Ibu

  

Yustina (makasih atas pengertian dan doanya), Ibu Ninik, Ibu Sriyanto, Ibu

  2 Tri, Ibu Purwanti, Mb. Dina (u/ sms & kabar up to date -nya), Mb. Erni, Mb.

  

Maria (u/ dukungannya), & Mb. Karni. Sungguh beruntung bisa ikut berproses

  bersama kalian. Juga untuk malaikat – malaikat kecil yang mengajariku untuk lebih sabar & menjadi dewasa; Amara, Juan, Ian-Ano, Abed, Aldo, Esa, Argya,

  

Amanda, Evelyn, Matthew, Anind (makasih u/ Ibu Ch.Sri Windyaningsih &

  Fausta, mb. Min – mas Nanto, Anggi, Febri, Ricky, Ian – Nike, Budi,

Doni, mas Saptono-mb Anik-Aletha, Cinuk, Robet, & teman2 lain, makasih

  atas kebersamaan di PIA Kota Baru. Maafkan aku yang galak ini . Juga teman- teman lain; Andi, Elang, Pt, Hayu, Yofi, Seva, Dina, dan barisan “pria berjubah” yang ga pernah putus “meledek” supaya aku bersemangat ; Br. Bambang (duluan siapa ni?), Rm. Andalas (best teacher), Rm. Gandhi, Rm. AriNdut, & Rm.

  

Setyawan (si Om), jangan pernah melepaskan Imamat kalian ya.. Hwa……….

  Aku kangen dengan masa-masa dulu……… Untuk teman – teman kost; Rintul (makasih buat komputernya…), mb.

  

Vit (makasih u/ kerokannya ), Ucique, Ida (kamu baik banget ya…mau bikinin

power point & menguatkanku di saat aku rapuh), Anggun, Rena, my roommate

Anast, & Ibu Lilik (makasih ya Bu u/ menjadi Ibu, sahabat, teman diskusi, &

curhat yang sip!!!).

  

Krisna, makasih buat abstract-nya ya. Lulus tes pertama wis…… 

  Keluarga Panjaitan (Daddy Erwin, Mami Jean, Cherry, Chacha, Clara, & Craig. Makasih atas doa dan keceriaan yang selalu ada. Makasih udah nerima aku di tengah keluarga kalian yang menyenangkan.

  The last but not least, teman – teman seperjuangan; Dian & Tessa

  (duh…sungguh beruntung aku bisa kenal kalian di saat – saat terakhirku. Makasih ya…), Denny, Vincent, Lina, Della, Tony, Puti, Trini, Adi, Melly, Asih, dll, makasih atas kebersamaan kita. Pfiuuhhh……………Akhirnya bisa juga ya………… Kapan ni rame – rame bisa liburan di Jogja? 

  Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saya terbuka untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Semoga dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. v ABSTRAK .............................................................................................. vi ABSTRACT............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ............................................................................ viii DAFTAR ISI........................................................................................... xi DAFTAR TABEL................................................................................... xiv DAFTAR GRAFIK................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .............................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................

  6 BAB II. LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri ...............................................................................

  1. Pengertian Penyesuaian Diri .........................................................

  7

  3. Macam – Macam Penyesuaian Diri .............................................

  12 4. Faktor – Faktor Penyesuaian Diri ................................................

  13 5. Penyesuaian Diri dan Aspek - Aspeknya .....................................

  14 B. Mahasiswa.........................................................................................

  1. Batasan Usia..................................................................................

  18 2. Tugas Perkembangan Remaja .......................................................

  19 C. Kehidupan dan Peraturan Asrama Syantikara...................................

  21 D. Dinamika Psikologis .........................................................................

  27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian..................................................................................

  30 B. Subyek Penelitian..............................................................................

  31 C. Variabel Penelitian ............................................................................

  32 D. Definisi Operasional..........................................................................

  32 E. Metode Pengumpulan Data ...............................................................

  34 F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas,...........................................

  1. Validitas ........................................................................................

  36 2. Seleksi Item ...................................................................................

  37 3. Reliabilitas ....................................................................................

  39 G. Analisis Data ......................................................................................

  39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  A. Orientasi Kancah 1. Sejarah Syantikara.........................................................................

  41

  3. Perguruan Tinggi...........................................................................

  45 4. Agama ...........................................................................................

  45 5. Asal Daerah...................................................................................

  45 B. Pembahasan 1. Penelitian........................................................................................

  46

  2. Hasil Penelitian a. Uji Normalitas ............................................................................

  47 b. Deskripsi Data Penelitian...........................................................

  47 c. Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri .......................................

  49 d. Grafik Penyesuaian Diri.............................................................

  50 e. Kategori Penyesuian Diri ...........................................................

  50 e.1. Aspek Kontrol Emosi ..............................................................

  52 e.2.Aspek Belajar Dari Pengalaman...............................................

  52 e.3.Aspek Berorientasi Pada Tugas................................................

  53 e.4.Aspek Interaksi Sosial ..............................................................

  54 3. Pembahasan Hasil Penelitian .........................................................

  56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................

  61 B. Keterbatasan Penelitian ......................................................................

  61 C. Saran ...................................................................................................

  62 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

  63 LAMPIRAN ...........................................................................................

  66

  DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1 Blue Print Skala Penyesuaian Diri.........................................

  32 Tabel 2 Kisi- kisi Skala Penyesuaian Diri...........................................

  33 Tabel 3 Distribusi Item Setelah Digugurkan.......................................

  36 Tabel 4 Distribusi Item Yang Baru ....................................................

  36 Tabel 5 Norma Kategori Jenjang ........................................................

  Tabel 6 Deskripsi Data Penelitian.......................................................

  44 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Skor Penyesuaian Diri ..........................

  46 Tabel 8 Kategorisasi............................................................................

  48 Tabel 9 Hasil Penelitian .....................................................................

  48 Tabel 10 Kategorisasi Aspek 1 .............................................................

  49 Tabel 11 Kategorisasi Aspek 2 .............................................................

  50 Tabel 12 Kategorisasi Aspek 3………………………………………

  51 Tabel 13 Kategorisasi Aspek 4……………………………………....

  52 Tabel 14 Kategorisasi Persentase Per Aspek………………………..

  52

DAFTAR GRAFIK

  Halaman Gambar 1 Grafik Frekuensi Penyesuaian Diri ....................................

  50

  DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran A Skala Penelitian ..............................................................

  66 Lampiran B Data Penelitian ................................................................

  67 Lampiran C Seleksi Item.....................................................................

  68 Lampiran D Uji Reliabilitas ................................................................

  69 Lampiran E Hasil Penelitian ...............................................................

  70 Lampiran F Surat Keterangan Penelitian………………………...…

  71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Itulah salah satu filosofi

  orang Minang (Minangkabau, Sumatra Barat). Mereka percaya bahwa sukses diraih bila mereka menjunjung tinggi adab, kebiasaan, kebudayaan masyarakat di mana mereka tinggal. Suku Minang adalah contoh orang yang paling sukses ketika hidup merantau. Jarang ada cerita konflik etnis Minang dengan etnis lain di perantauan. Kita pun akan sukses bergaul dengan orang – orang baru, bila kita menjunjung tinggi adat, kebiasaan, dan kebudayaannya (Nashori, 2007).

  Dalam hidup ini, kita tidak lepas dari keharusan untuk bergaul dengan orang – orang baru. Saat kita meninggalkan daerah asal, mau tak mau kita harus berkenalan dan hidup berada di antara orang – orang baru, bahkan mereka menjadi mitra kita.

  Perpindahan ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa yang akan bekerja, tetapi juga para pelajar dan mahasiswa. Demi meraih cita – citanya mereka rela menuntut ilmu sampai ke tempat yang belum pernah mereka datangi sekalipun. Untuk itu mereka harus mandiri, meninggalkan keluarga dan lingkungan yang mereka cintai. Tentunya akan banyak perubahan dalam kehidupan yang mereka alami. Dari yang terbiasa dengan hidup nyaman bersama orang tua, tiba – tiba kini mereka harus hidup mandiri, mengurusi segala

  2 serta bersosialisasi, dan terutama masalah studi; kapan saat belajar, bagaimana cara belajar yang tepat, dan lain – lain. Kemudian mereka akan tinggal di lingkungan yang baru. Ada yang tinggal di tempat saudara, kost – kost –an, dan beberapa tinggal di asrama.

  Banyak hal yang membedakan kost, apartemen, dan asrama. Bagi mereka yang tinggal di kost atau apartemen segala sesuatunya lebih bebas jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di asrama (walaupun bukan berarti kost atau apartemen tidak mempunyai aturan sama sekali). Di kost, bapak / ibu kost biasanya tidak terlalu bertanggung jawab terhadap kehidupan anak kostnya. Aturan – aturan bersama yang ditetapkan tidak terlalu mengikat para penghuni kost, ssehingga rumah kost lebih berfungsi sebagai tempat pengembangan privasi.

  Demikian juga halnya dengan apartemen. Bangunan apartemen dirancang untuk memungkinkan setiap orang yang tinggal di dalamnya lebih bebas untuk mengembangkan individualitasnya. Tidak adanya pengawasan dari pengelola dalam hidup sehari – hari membuat setiap penghuni bebas melakukan apapun yang diinginkan. Bahkan terkadang mereka tidak saling mengenal, apalagi untuk melakukan kegiatan bersama.

  Di asrama semua warga asrama terikat oleh peraturan ketat. Peraturan ini antara lain memuat hal – hal tentang jam tertentu yang telah diatur, izin yang diberikan, kebiasaan dan larangan – larangan yang berlaku keras bagi seluruh warga asrama tanpa terkecuali. Selain itu ada pula pengawasan ketat dari ibu atau bapak asrama yang amat berperan dalam kehidupan berasrama. Kemudian yang kepekaan sosial yang terus dilatih dengan hidup berasrama dan berinteraksi dengan orang lain dalam satu atap. Inilah yang membuat penghuni asrama hidup tidak sebebas mereka yang tinggal di kost atau apartemen. Hal – hal tersebut membuat peran asrama kurang populer di mata mahasiswa.

  Asrama jika dilihat dari fungsinya memang pada dasarnya sama dengan kost, yaitu sebagai tempat tinggal para mahasiswa yang merantau ke tempat yang jauh dari rumah untuk mencari ilmu dalam dunia universitas. Namun yang membedakannya dengan kost adalah harapan dan peran asrama yang ditujukan untuk perkembangan anggota asrama. Bukan hanya berkembangnya kedewasaan intelektual para anggota tetapi juga mengejar target kedewasaan pribadi.

  Kehidupan sebuah asrama tidak dapat dilepaskan dari dunia pendidikan, dalam hal ini kampus, tempat di mana mereka (para mahasiswa) menggali kemampuan intelektualnya. Berdirinya sebuah asrama diharapkan mampu menumbuhkan kedewasaan pribadi dan perkembangan intelektual mahasiswa secara bersama – sama dan tidak berjalan sendiri – sendiri.

  Mahasiswa, akan menjadi pendukung dan aktor dalam pembangunan jika mereka mempunyai kemampuan yang potensial. Kemampuan potensial tidak hanya tercermin dalam prestasi akademik seorang mahasiswa saja namun dapat dilihat dari kedewasaan pribadi mereka. Kedewasaan pribadi muncul dan tumbuh dari kehidupan yang berkualitas. Mahasiswa yang hidup dalam sebuah pola yang berkualitas memiliki nilai – nilai kemanusiaan, nilai kepekaan dan tanggung jawab besar yang bukan hanya dikembangkan untuk dirinya sendiri namun bagaimana mereka mampu bekerja, bertanggung jawab terhadap dirinya, lingkungannya, dan orang lain.

  Asrama sebagai lokasi penelitian kali ini adalah Asrama Syantikara. Asrama Syantikara sebagai salah satu asrama bagi mahasiswa putri di Yogyakarta merupakan gambaran kecil masyarakat Indonesia. Asrama ini memuat keanekaragaman di dalamnya, baik itu suku, ras, agama, maupun golongan. Sejak awal berdirinya, Syantikara memiliki sebuah motto yang sampai saat ini masih teguh dijadikan pedoman dalam setiap perjalanan kehidupannya, baik warga sendiri maupun asrama pada umumnya. Motto tersebut yang dalam bahasa Latin adalah “Caritas et Sapientia” mengandung arti “Cinta dan Kebijaksanaan”. Asrama Syantikara dalam kehidupannya selalu mengajarkan makna – makna kesederhanaan pada setiap warganya.

  Agar mampu hidup dengan beragam peraturan dan kesederhanaan yang ada dalam lingkup asrama serta demi mencapai kedewasaan pribadi, maka para penghuni dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya yang jelas sangat berbeda bila dibandingkan dengan kehidupan di luar asrama.

  Sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sepanjang hidupnya dituntut untuk menyesuaikan diri yang berarti menyelaraskan tuntutan – tuntutan dalam dirinya dengan realitas obyektif dan tuntutan lingkungan (Pramadi dalam Sophiani,1999). Menurut Kartono (1997) penyesuaian diri dimaksudkan agar individu mampu mengendalikan dirinya, menghindari konflik, mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan dan

  5 Namun untuk menyesuaikan diri bukanlah hal yang mudah. Banyak individu yang menderita karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri.

  Baik dalam kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan, dan dalam masyarakat pada umumnya. Tak jarang pula banyak orang mengalami stress dan depresi disebabkan oleh kegagalan dalam penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan (Majalah Psikologi Plus, vol.II no.1 Juli 2007).

  Bagi penghuni Asrama Syantikara penyesuaian diri mutlak diperlukan agar mampu hidup bersama dengan suasana yang penuh cinta dan kebijaksanaan, hal mana yang sesuai dengan motto asrama. Penghuni dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang berlaku. Inilah yang terkadang berbenturan dengan kehendak hati mereka. Penghuni Asrama Syantikara yang semuanya adalah mahasiswi berusia sekitar 18-23 tahun. Usia ini masih berada dalam tahap remaja akhir, di mana seperti yang kita ketahui usia remaja adalah usia yang menghendaki kebebasan untuk mencoba – coba terhadap segala sesuatu.

  Terlebih bagi sebagian besar penghuni ini adalah kali pertama mereka lepas dari jangkauan kontrol orang tua. Dalam pergaulan di dunia luar mereka menyaksikan kehidupan teman – teman mereka yang tinggal di luar asrama tidak terikat peraturan ketat seperti mereka. Selain itu lokasi asrama yang berada di tengah kota, tidak hanya dekat dengan kampus, tetapi juga dekat dengan pusat perbelanjaan dan warung makan membuat hidup sederhana menjadi suatu hal yang sulit untuk diterapkan.

  Bagi penulis, bagaimana para penghuni asrama menyesuaikan diri dengan

  6 untuk menjadikan manusia dewasa yang berpotensi merupakan hal yang menarik untuk dibahas.

  B. Rumusan Masalah

  Melihat latar belakang di atas, maka muncullah suatu permasalahan yaitu bagaimanakah penyesuaian diri penghuni Asrama Syantikara terhadap kehidupan di dalam asrama?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran penyesuaian diri penghuni Asrama Syantikara terhadap kehidupan di dalam asrama.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyesuaian diri para penghuni Asrama Syantikara dengan kehidupan di dalam asrama.

  2. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu Psikologi, khususnya bidang Psikologi Sosial, yang dapat digunakan sebagai pedoman lebih lanjut bagi penelitian lain tentang penyesuaian diri atau kehidupan di dalam asrama.

BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

  Konsep penyesuaian diri berasal dari pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang merupakan konsep dasar dalam teori evolusi Darwin ( www.e-

  

psikologi.com ). Dalam biologi, istilah yang digunakan ialah adaptasi. Menurut

  teori tersebut hanya organisme yang paling berhasil menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat tetap hidup (Vembriarto,1993).

  Senada dengan hal ini, dalam Huffman (1997), adaptasi adalah perubahan struktural atau fungsional yang membuat individu dapat bertahan hidup.

  Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua makhluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan istilah

  adjustment .

  Menurut Davidoff (dalam www.e-psikologi.com), adjustment itu sendiri merupakan proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan

  8 sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus – menerus menyesuaikan diri.

  Berdasarkan uraian di atas, penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan – hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.

  Schneiders dalam Ali dan Asrori (2004) berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu : a. penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)

  Penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisiologis atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daaerah dingin tersebut.

  b. penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity) Penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan – akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.

  c. penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) Penyesuaian diri diartikan sebagai usaha penguasaan (mastery) yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respon dalam cara – cara tertentu sehingga konflik – konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.

  Berdasarkan tiga sudut pandang tentang penyesuaian diri yang tersebut di atas, akhirnya penyesuaian diri atau personal adjustment dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup respon – respon mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan – kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.

  Dalam penelitian ini penyesuaian diri atau personal adjustment diartikan sebagai proses perubahan perilaku individu agar dapat hidup selaras dengan tuntutan – tuntutan baik dari dalam maupun dari luar individu (lingkungan).

2. Proses Penyesuaian Diri

  Sears (1994) menyatakan pada dasarnya orang menyesuaikan diri karena dua alasan utama, yaitu : a. perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat b. kita menyesuaikan diri karena ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan Menurut Schneiders dalam Ali dan Asrori (2004) setidaknya ada tiga unsur yang terlibat dalam proses penyesuaian diri, yaitu : a. motivasi

  Motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses penyesuaian diri. Motivasi merupakan kekuatan internal yang menyebabkan ketegangan dan ketidakseimbangan dalam organisme. Ketegangan dan ketidakseimbangan merupakan kondisi yang tidak menyenangkan karena sesungguhnya kebebasan dari ketegangan dan keseimbangan dari kekuatan – kekuatan internal lebih wajar dalam organisme apabila dibandingkan dengan kedua kondisi tersebut. Ini sama dengan konflik dan juga frustrasi yang tidaak menyenangkan, berlawanan, dengan kecenderungan organisme untuk meraih keharmonisan internal, ketenteraman jiwan dan kepuasan dari pemenuhan kebutuhan dan motivasi. Ketegangan dan ketidakseimbangan memberikan pengaruh kepada kekacauan perasaan patologis daan emosi yang berlebihan atau kegagalan mengenal pemuasan kebutuhan secaara sehat karena mengalami frustrasi dan konflik. Respon penyesuaian diri, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya organisme untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara keseimbangan yang lebih wajar. ditentukan terutama oleh kualitas motivasi, selain juga hubungan individu dengan lingkungan.

  b. sikap terhadap realitas dan proses penyesuaian diri Berbagai aspek penyesuaian diri ditentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi terhadap manusia di sekitarnya, benda – benda, dan hubungan – hubungan yang membentuk realitas. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sikap yang sehat terhadap realitas dan kontak yang baik terhadap realitas itu sangat diperlukan bagi proses penyesuaian diri yang sehat. Beberapa perilaku seperti sikap antisosial, kurang berminat terhadap hiburan, sikap bermusuhan, kenakalan, dan semaunya sendiri, semuanya itu sangat mengganggu hubungan antara penyesuaian diri dengan realitas.

  Berbagai tuntutan realitas, adanya pembatasan, aturan, dan norma – norma menuntut individu untuk terus belajar menghadapi dan mengatur suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap dengan tuntutan eksternal dari realitas. Jika individu tidak tahan terhadap tuntutan – tuntutan itu, akan muncul situasi konflik, tekanan, dan frustrasi. Dalam situasi seperti itu, organisme didorong untuk mencari perbedaan perilaku yang memungkinkan untuk membebaskan diri dari ketegangan.

  c. pola dasar penyesuaian diri Dalam penyesuaian diri sehari – hari terdapat suatu pola dasar penyesuaian diri. Misalnya, seorang anak membutuhkan kasih saying dari orang tuanya menemukan pemecahan yang berguna mengurangi ketegangan anatara kebutuhan akan kasih sayang dengan frustrasi yang dialami. Boleh jadi, suatu saat upaya yang dilakukan itu mengalami hambatan. Akhirnya dia akan beralih pada kegiatan lain untuk mendapat kasih sayang yang dibutuhkannya, misalnya dengan mengisap – isap ibu jarinya sendiri. Demikian juga pada orang dewasa, akan mengalami ketegangan dan frustrasi karena terhambatnya keinginan memperoleh rasa kasih sayang, memperoleh anak, meraih prestasi, dan sejenisnya. Untuk itu, dia akan berusaha mencari kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan yang ditimbulkan sebagai akibat tidak terpenuhi kebutuhannya.

3. Macam – Macam Penyesuaian Diri

  Gerungan (1996) dalam Psikologi Sosial menyatakan penyesuaian diri dapat diartikan menjadi 2 macam, yaitu : a) autoplastis ; mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (pasif)

  b) alloplastis ; mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan / keinginan diri (aktif) Seseorang yang hidup dalam suatu lingkungan selalu harus mengadakan penyesuaian baik secara pasif maupun aktif. Bila lingkungan itu berubah terus, maka seseorang harus melakukan penyesuaian diri secara terus – menerus (Gunarsa, 1986).

4. Faktor – Faktor Penyesuaian Diri

  Beberapa faktor dalam Kartono (1989) yang sangat menentukan dalam usaha penyesuaian diri adalah sebagai berikut : a. kondisi dan konstitusi fisiknya

  Faktor penentu herediter (hereditair dominant) daari kondisi dan konstitusi fisik tersebut antara lain sistem syaraf, sistem kelenjar, sistem otot, kesehatannya (dalam keadaan sakit atau sehat,dan lain – lain).

  b. kematangan taraf pertumbuhan dan perkembangan Faktor utama dalam kematangan taraf pertumbuhan dan perkembangan tersebut antara lain kematangan intelektual, kematangan sosial dan moral, serta kematangan emosionalnya.

  c. determinan psikologis Yang termasuk dalam determinan psikologis (faktor – faktor) psikologis ini adalah pengalaman – pengalaman, trauma – trauma, situasi dan kesulitan belajar, kebiasaan, penentuan diri (self determination), frustrasi, konflik, dan saat – saat kritis.

  d. kondisi lingkungan dan alam sekitar Yang termasuk dalam faktor ini adalah keluarga, rumah tangga, sekolah, lingkungan kerja, teman – teman, dan lain – lain. Dalam faktor ini jika terdapat “model” yang kurang baik dalam lingkungannya, maka individu akan mengalami kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain di dalam lingkungannya.

  14 e. faktor adat – istiadat, norma – norma sosial, religi dan kebudayaan.

  Faktor ini dapat membantu individu menyesuaikan dirinya dengan baik. Faktor tersebut mengatur perilaku individu agar sesuai dengan lingkungannya, ssehingga terciptalah penyesuaian diri yang baik.

5. Penyesuaian Diri dan Aspek - Aspeknya

  Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik (well adjusted person) jika mampu melakukan respon – respon yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respon dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respon – respon yang dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau kelompok antar individu, dan hubungan antar individu dengan penciptanya. Bahkan, dapat dikatakan bahwa sifat sehat ini adalah gambaran karakteristik yang paling menonjol untuk melihat atau menentukan bahwa suatu penyesuaian diri itu dikatakan baik. (Ali, 2004).

  Selain itu, menurut Meichati (1974) proses penyesuaian diri yang sehat tidak dapat terjadi dengan sendirinya, karena masalah penyesuaian diri ini diperoleh melalui proses belajar dan memerlukan waktu kemasakan kemampuan yang mendasarinya. Maka seharusnya lingkungan tempat berkembangnya individu tersebut dapat banyak membantu.

  Akan tetapi usaha penyesuaian diri ini dapat terhambat jika kita tidak mengetahui cara – cara dan hal – hal yang bersangkutan dengan proses tersebut.

  15 Hal ini ditunjukkan dengan buruknya hubungan sosial individu dengan lingkungan sekitarnya (jbptgunadarma-gdl-s1-2004-herdiyanma-641-bab1.pdf).

  Orang yang mampu menyesuaikan diri dengan baik menurut Gunarsa (1985) ciri – cirinya yaitu :

  a. dapat diterima di suatu kelompok

  b. dapat menerima dirinya sendiri c. dapat menerima kekurangan dan kelebihan sendiri.

  Warga (1983) mengatakan bahwa ciri – ciri orang yang berpenyesuaian diri dengan baik adalah : a. memperlakukan orang lain sebagai individu

  b. berpotensi kerja tinggi

  c. produktif di masyarakat

  d. mampu menikmati banyak hal dalam hidup

  e. dapat mengatasi tekanan eksternal dan internal

  f. mengenal, menerima, dan memahami orang lain baik yang disukai ataupun tidak g. mengerjakan tugasnya

  h. emosinya tidak mudah terganggu oleh stress / tekanan i. memiliki rasa ingin tahu tentang segala sesuatu

  Ada enam penyesuaian diri yang harus dilakukan remaja yakni sebagai berikut : a. menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalam b. menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat dalam kebudayaan tempatnya berada c. mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan d. mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat

  e. mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai – nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan f. memecahkan problem – problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan (Carballo dalam Sarwono, 2005).

  Pada dasarnya menurut Mutadin (2002) penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu : a. penyesuaian pribadi

  Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya.

  b. penyesuaian sosial Setiap individu hidup di masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai – nilai yang mereka patuhi, demi mencapai penyelesaian bagi persoalan – persoalan hidup sehari – hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain (www.e-psikologi.com).

  Darlega dkk (1978) mengatakan bahwa penyesuaian diri yang sehat akan mengandung aspek – aspek sebagai berikut : a. individu dapat menerima kenyataan yang ada

  b. tidak mengulangi kesalahan – kesalahan yang telah lampau

  c. mampu memilih pekerjaan yang dapat memuaskan dirinya sesuai dengan kemampuan dan minatnya d. mampu bekerja sama dan hidup bersama dengan individu yang lain dalam suasana yang menyenangkan e. mampu mengendalikan luapan emosinya, sehingga individu merupakan orang yang tidak mudah marah, tidak mudah iri hati, tidak mudah mengalami kekecewaan dan merupakan orang yang mampu memberi respon yang rasional serta mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konflik

  f. mampu menerima diri sendiri seperti apa adanya dan tidak mengalami gangguan masalah seksual g. siap mengadakan interaksi dengan orang lain

  Berdasarkan dua keterangan di atas maka aspek – aspek yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut : a. kontrol emosi

  Individu mampu mengendalikan emosinya ketika menghadapi tuntutan –

  18

  b. belajar dari pengalaman Individu mampu menerima kenyataan yang sudah terjadi dan mau belajar dari kesalahan untuk mencapai hasil yang lebih baik di kemudian hari.

  c. berorientasi pada tugas Individu adalah seorang yang mampu memilih pekerjaan yang dapat memuaskan dirinya sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

  d. siap berinteraksi sosial Individu mampu berelasi dan bekerja sama dengan orang lain.

B. Mahasiswa

1. Batasan Usia

  Sarwono (2005), menurut WHO pada tahun 1974, remaja adalah suatu masa ketika : a. individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual b. individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa c. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

  Sehingga WHO membagi kurun usia remaja dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Dalam hal ini PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa) menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia

  19 Walaupun demikian, sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu.

2. Tugas Perkembangan Remaja

  Menurut Havighurst (Hurlock, 1996) tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut : a. mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita b. mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita

  c. menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

  d. mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

  e. mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang – orang dewasa lainnya f. mempersiapkan karier ekonomi

  g. mempersiapkan perkawinan dan keluarga Mahasiswa sebagai penghuni Asrama Syantikara sebenarnya adalah salah satu golongan dari lapisan adolesen dan masa remaja, yang memperoleh kesempatan untuk lebih menyelami lapangan hidupnya melalui perguruan tinggi. Untuk menjadi mahasiswa, remaja harus melalui berbagai penjaringan yang ditempuhnya di sekolah, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga akhirnya benar – benar dapat memasuki perguruan tinggi.