PENGARUH MODEL PEMBELAJAR TERPADU PADA PENGINTEGRASIAN MATERI PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM MATA PELAJARAN IPS SMP TERHADAP PENGETAHUAN DAN KESIAP SIAGAAN BENCANA | Pembriati | GeoEco 6318 13449 1 SM

Jurnal GeoEco

ISSN:2460-0768

Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 170 - 179

PENGARUH MODEL PEMBELAJAR TERPADU PADA PENGINTEGRASIAN
MATERI PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM MATA PELAJARAN IPS
SMP TERHADAP PENGETAHUAN DAN KESIAP SIAGAAN BENCANA
Erly Zohrian Pembriati1, Sigit Santosa2, Sarwono2.
[email protected].
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran
terpadu pada pengintegrasian materi pengurangan risiko bencana erupsi Gunungapi Merapi
dalam mata pelajaran IPS terhadap pengetahuan kebencanaan dan kesiapsiagaan bencana
pada siswa SMP di lereng Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten.
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan non
rondomized control group, preetest dan posttest design. Populasi penelitian adalah siswa
kelas VII SMP di lereng Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten dan sampelnya adalah siswa
kelas VII E SMPN 2 Kemalang sebagai kelas eksperimen (kelas dengan penerapan model
pembelajaran terpadu) dan siswa kelas VII D SMPN 1 Kemalang sebagai kelas kontrol (kelas

dengan penerapan model pembelajaran parsial). Sampel tersebut
diambil dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan tes tertulis dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
kovarian (Anacova ).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran terpadu
pada pengintegrasian materi pengurangan risiko bencana erupsi Gunungapi Merapi dalam
mata pelajaran IPS sangat efektif meningkatkan pengetahuan kebencanaan dan kesiapsiagaan
terhadap bencana pada siswa SMP di lereng Gunung Merapi Kabupaten Klaten.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Terpadu, Pengetahuan Kebencanaan, Kesiapsiagaan
terhadap Bencana.
PENDAHULUAN

bencana alam tinggi. Salah satunya adalah

Indonesia terletak pada pertemuan lempeng

bencana erupsi Gunungapi.

Eurasia di bagian utara, lempeng Indo-


Salah satu Gunungapi di Indonesia yang

lempeng

sangat aktif adalah Gunungapi Merapi.

Filipina dan Samudera Pasifik di bagian

Gunungapi Merapi ini berketinggian 2.968

timur serta terletak di antara rangkaian

m dpl (9.737 kaki) dan terletak pada

pegunungan Sirkum Mediteran dan Sirkum

koordinat 7 3230 LS dan 110 2630

Pasifik menyebabkan Indonesia merupakan


BT. Berdasarkan letak administratifnya,

negara yang memiliki tingkat kerawanan

lereng

Australia

di

bagian

selatan,

sisi

selatan

berada


dalam

administratif Kabupaten Sleman Propinsi
170
*1 Mahasiswa Magister PKLH FKIP UNS
*2 Staff Mengajar Magister PKLH FKIP UNS

Jurnal GeoEco

ISSN:2460-0768

Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 164 - 179

DI Yogyakarta, dan sisanya berada dalam

terpisah

wilayah


yaitu

standar isi sehingga pemahaman siswa tidak

barat,

luas, utuh dan bermakna. Hal tersebut tidak

Kabupaten Boyolali di timur dan utara serta

sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS.

Kabupaten Klaten pada sisi tenggara.

Oleh

Propinsi

Kabupaten


Jawa

Magelang

Tengah
di

sisi

(parsial)

karena

berdasarkan

itu

salah

satu


urutan

model

Bencana selalu memberikan dampak

pembelajaran yang dapat digunakan agar

kejutan dan menimbulkan kerugian baik

pemahamngkat dan siswa lebih luas, utuh

korban jiwa maupun materi. Menurut

dan bermakna adalah model pembelajaran

Bakornas PB (2007), paling tidak ada

terpadu yang berangkat dari satu tema yang


interaksi empat faktor utama yang dapat

dekat dengan kehidupan siswa.

menimbulkan

bencana-bencana

tersebut

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti

menimbulkan banyak korban dan kerugian

mengambil

besar, yaitu: 1). Kurangnya pemahaman

Pembelajaran


terhadap karakteristik bahaya (hazards), 2).

Pengintegrasian Materi Pengurangan Risiko

Sikap atau perilaku yang mengakibatkan

Bencana Erupsi Gunungapi Merapi pada

penurunan

Mata

sumber

(vulnerability),

daya

3).


alam

Kurangnya

informasi/peringatan dini (early warning)
yang

menyebabkan

ketidaksiapan,

4).

judul

“Pengaruh
Terpadu

Pelajaran


IPS

Model
pada

SMP

terhadap

Pengetahuan dan Kesiapsiagaan Bencana.
Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk

mengetahui

pengaruh

model

Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam

pembelajaran terpadu pada pengintegrasian

menghadapi

Untuk

materi pengurangan risiko bencana dalam

mengurangi dampak risiko bencana erupsi

mata pelajaran IPS terhadap pengetahuan

Gunungapi Merapi, maka pengetahuan dan

kebencanaan dan kesiapsiagaan terhadap

kesiapsiagaan siswa perlu ditingkatkan

bencana

melalui jalur pendidikan dengan cara

Gunungapi Merapi.

ancaman

bahaya.

pada

siswa

SMP

di

lereng

mengintegrasian materi pengurangan risiko

Numan Soemantri (2001) menegaskan

bencana pada mata pelajaran di sekolah

bahwa IPS merupakan perpaduan cabang-

salah satunya adalah mata pelajaran IPS

cabang Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora

yang diajarkan di SMP.

termasuk di dalamnya agama, filsafat, dan

Mata

pelajaran

IPS

materi

Geografi,

merupakan

pendidikan,

bahkan

juga

menyangkut

Sejarah,

aspek-aspek ilmu kealaman dan teknologi.

Sosiologi, dan Ekonomi. Materi pada mata

Pembelajaran IPS terutama pendidikan

pelajaran IPS selama ini diberikan secara

dasar perlu dilaksanakan secara terpadu.

gabungan

171

Jurnal GeoEco

ISSN:2460-0768

Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 164 - 179

Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran IPS
lebih bermakna, efektif, dan efisien.
Pembelajaran terpadu dapat dikatakan
pembelajaran yang mempertautkan dan
menghubungkan

beberapa

SK,

KD,

indikator, materi ke dalam satu tema atau
topik.
Menurut

kemampuan dalam mengingat peristiwa
Notoatmodjo

(2010),

pengetahuan adalah hasil tahu, dan terjadi
setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi pada pancaindera manusia, yakni
indera

floods, and cyclones, by themselves, are not
considered disasters. Rather, they become
disasters when they adversely and seriously
affect human life, livelihoods and property.
Disaster preparedness, therefore, seeks to
prepare for and reduce these adverse
effects (International Federation of the Red
Cross and Red Crescent Societies, 2000).
Jadi pengetahuan kebencanaan adalah

penglihatan,

pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui
indera pendengaran (telinga), dan indera
penglihatan (mata).
Pengetahuan yang dimiliki biasanya
dapat memengaruhi sikap dan kepedulian
individu dan rumah tangga, untuk siap dan
siaga dalam mengantisipasi bencana.
Menurut Undang-undang No. 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana Bab
I Pasal 1, yang dimaksud dengan bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia
sehingga
mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Disaster is an extreme disruption of the
functioning of a society that causes
widespread
human,
material,
or
environmental losses that exceed the ability
of the affected society to cope using only its
own resources. Events such as earthquakes,

atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan

mengganggu

kehidupan

dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia yang
dapat mengakibatkan timbulnya korban
jiwa

manusia,

kerugian

harta

kerusakan
benda,

lingkungan,
dan

dampak

psikologis.
Menurut Undang-undang No. 24 Tahun
2007, yang dimaksud kesiapsiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi
bencana
melalui
pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.
Disaster preparedness minimizes the
adverse effects of a hazard through
effective
precautionary
actions,
rehabilitation and recovery to ensure the
timely,
appropriate
and
effective
organization and delivery of relief and
assistance following a disaster (Randolph,
1994).
UNISDR dalam Konsorsium Pendidikan
Bencana Indonesia menyatakan bahwa
kesiapsiagaan adalah pengetahuan dan
kapasitas
yang dikembangkan oleh
pemerintah,
organisasi
profesional
penyelenggara tanggap darurat dan
pemulihan pasca bencana, masyarakat dan
individu
untuk
secara
efektif
mengantisipasi, merespon, dan pulih dari
dampak peristiwa bahaya atau kondisi yang
dapat
terjadi
dan
akan
terjadi.
172

Jurnal GeoEco

ISSN:2460-0768

Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 164 - 179

Kesiapsiagaan
merupakan
kegiatankegiatan
yang
difokuskan
pada
pengembangan rencana-rencana untuk
menanggapi bencana secara cepat dan
efektif.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah 1).
Model

pembelajaran

terpadu

pada

pengintegrasian materi pengurangan risiko
bencana erupsi Gunungapi Merapi sangat
efektif

meningkatkan

pengetahuan

kebencanaan pada siswa SMP di lereng
Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten, 2).
Model

pembelajaran

terpadu

pada

pengintegrasian materi pengurangan risiko
bencana erupsi Gunungapi Merapi sangat
efektif

meningkatkankesiapsiagaan

kelas VII E SMPN 1 Kemalang sebagai
kelas kontrol dan siswa VIID SMPN 2
Kemalang sebagai kelas eksperimennya.
Data

pengetahuan

kebencanaan

diperoleh dari hasil pre test dan post test
dengan instrumen dalam bentuk soal pilihan
ganda.

Sedangkan

data

kesiapsiagaan

terhadap bencana diperoleh dari dari hasil
pre test dan post test dengan instrumen

dalam bentuk angket.
Data empirik pengetahuan kebencanaan
dan

kesiapsiagaan

terhadap

bencana

tersebut kemudian di analisis dengan
menggunakan teknik analisis kovarian.

terhadap bencana pada siswa SMP di di
lereng

Gunungapi

Merapi

Kabupaten

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini adalah untuk skor

Klaten.

pengetahuan kebencanaan siswa hasil pre
test dan post test kelas eksperimen lebih

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP
yang ada di lereng Gunungapi Merapi
Kabupaten yaitu SMPN 1 Kemalang dan
SMPN

2

Kemalang.

Penelitian

ini

dilaksanakan selama 10 bulan yaitu mulai

tinggi daripada kelas kontrol baik itu dapat
dilihat dari skor maksimum, skor minimum,
rata-rata

(mean),

median,

maupun

modusnya. Hal yang sama juga terjadi pada

skor

kesiapsiagaan

terhadap

bencana

dimana hasil pre test dan post test kelas

bulan Juni sampai Maret.
Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen semu dengan rancangan non
rondomized control group, pre test dan post

ekperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini.

test design.

Pengambilan

sampel

kelas

dalam

penelitian ini dilakukan dengan simple
random

sampling.

Berdasarkan

teknik

pengambilan sampel tersebut terpilih siswa
173

Jurnal GeoEco

ISSN:2460-0768

Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 164 - 179

Tabel 1. Perbandingan Perolehan Skor Minimum, Skor Maksimum, Mean, Median, Modus,
Standar Deviasi pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Pre test dan Post Test.
No

Kategori
Pembeda
5–6
7–8
9 – 10
11 – 12
13 – 14
15 – 16

Kelas Eksperimen
Pre Test
Post Test
6
1
9
2
4
3
3
10
4
5
5
1
6
19
19
Jumlah
5
10
Skor Minimum
10
15
Skor Maksimum
7,26
11,89
Mean
7,00
12,00
Median
7
12
Modus
1,327
1,370
Standar Deviasi
Sumber : Data Primer, 2013

Kelas Kontrol
Pre Test
Post Test
14
3
2
15
3
3
4
22
22
5
9
12
14
6,95
10,69
6,00
10,00
6
11
2,214
1,585

Tabel 2. Perbandingan Perolehan Skor Minimum, Skor Maksimum, Mean, Median, Modus,
Standar Deviasi pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Pre test dan Post
Test.
No

Kelas Eksperimen
Pre Test
Post Test
6
1
13
2
3
3
16
4
19
19
Jumlah
11
16
Skor Minimum
14
18
Skor Maksimum
12,68
17,05
Mean
13,00
17,00
Median
13
17
Modus
1,057
0,621
Standar Deviasi
Sumber : Data Primer, 2013
Data

Kategori
Pembeda
11 – 12
13 – 14
15 – 16
17 - 18

empirik

pengaruh

model

SMP

Kelas Kontrol
Pre Test
Post Test
8
1
12
4
2
15
2
22
22
11
12
16
17
12,95
15,05
13
15,00
13
15
1,133
1,253

di

lereng

Gunungapi

Merapi

pembelajaran terpadu pada pengintegrasian

Kabupaten Klaten dianalisis dengan teknik

materi pengurangan risiko bencana erupsi

analisis kovarian (Anacova ).

Gunungapi Merapi dalam mata pelajaran

Berdasarkan analisis anacova

untuk

IPS terhadap pengetahuan kebencanaan dan

variabel pengetahuan kebencanaan, data

kesiapsiagaan terhadap bencana pada siswa

pada Tabel Levene’s Test of Equality of
174

Jurnal GeoEco

ISSN:2460-0768

Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 164 - 179
Error Variance menunjukkan angka F

varian

sebesar 2,170 dengan angka signifikansi

terhadap bencana) adalah sama (homogen)

sebesar 0,149. Angka signifikansi ini lebih

sehingga memenuhi persyaratan analisis

besar dari angka signifikansi kategorik

kovarian (Anacova ).

yaitu 0,05 (0,149 > 0,05) yang berarti

pada Tabel Test of Between Subjek Effects,

bahwa varian variabel terikat (pengetahuan

angka F hitung untuk model pembelajaran

kebencanaan)

(homogen)

adalah 53,439 dengan angka signifikansi

sehingga memenuhi persyaratan analisis

0,000. Angka F tabel dengan dk pembilang

kovarian (Anacova ). Sedangkan data pada

1 dan dk penyebut 39 adalah 4,10 untuk

Tabel Test of Between Subjek Effects, angka

taraf kesalahan 5%

F hitung untuk model pembelajaran adalah

kesalahan 1%. Berdasarkan angka F hitung

22,273 dengan angka signifikansi 0,000.

dan F tabel tersebut, maka F hitung untuk

Angka F tabel dengan dk pembilang 1 dan

model pembelajaran lebih besar dari pada F

dk penyebut 39 adalah 4,10 untuk taraf

tabel baik untuk kesalahan 5% maupun 1%

kesalahan 5% dan 7,35 untuk kesalahan

sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan

1%. Berdasarkan angka F hitung dan F

hipotesis alternatif (Ha) diterima.

tabel tersebut, maka F hitung untuk model

signifikansi untuk model pembelajaran

pembelajaran lebih besar dari pada F tabel

adalah 0,000. Angka signifikansi ini lebih

baik untuk kesalahan 5% maupun 1%

kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga

sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan

hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis

hipotesis alternatif (Ha) diterima.

alternatif diterima.

adalah

sama

Angka

signifikansi untuk model pembelajaran

Jadi

variabel

terdapat

terikat

(kesiapsiagaan

Berdasarkan data

dan 7,35

untuk

Angka

pengaruh penggunaan

adalah 0,000. Angka signifikansi ini lebih

model

kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga

pengintegrasian materi pengurangan risiko

hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis

bencana dalam mata pelajaran IPS terhadap

alternatif diterima.

pengetahuan kebencaan siswa SMP di

Berdasarkan analisis anacova untuk

lereng

pembelajaran

Gunungapi

terpadu

Merapi.

pada

Dengan

variabel kesiapsiagaan terhadap bencana,

demikian dapat disimpulkan bahwa model

data pada Tabel Levene’s Test of Equality

pembelajaran terpadu pada pengintegrasian

of Error Variance, diperoleh angka F

materi pengurangan risiko bencana dalam

sebesar 2,936 dengan angka signifikansi

mata

sebesar 0,095. Angka ini lebih besar dari

meningkatkan pengetahuan kebencanaan

pelajaran

IPS

sangat

efektif

0,05 (0,095 > 0,05) yang berarti bahwa

175

Jurnal GeoEco

ISSN:2460-0768

Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 164 - 179

dan kesiapsiagaan terhadap bencana pada

berpartisipasi dalam mengatasi masalah-

siswa SMP di lereng Gunungapi Merapi.

masalah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 22 tahun 2006,

tentang Standar Isi

sosial

yang

pembelajaran

IPS

di

dilaksanakan

secara

terjadi

maka

SMP

perlu

terpadu

dengan

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

berangkat dari suatu tema (topik) yang

yang memuat Standar Kompetensi dan

dekat

Kompetensi

Pengambilan tema (topik) yang dekat

Dasar

Ilmu

Pengetahuan

dengan

kehidupan

Sosial (IPS) di tingkat Sekolah Menengah

dengan

Pertama (SMP), mencakup materi geografi,

mempermudah siswa untuk lebih cepat

sejarah,

memahami materi yang disampaikan guru

sosiologi, dan ekonomi. Mata

kehidupan

dan

komprehensif, dan terpadu dalam proses

mengaplikasikan pengetahuan yang sudah

pembelajarannya.

pembelajaran

diperoleh dalam

satu

sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat

terpadu

merupakan

salah

model

implementasi kurikulum yang dianjurkan

juga

dapat

dapat

pelajaran IPS disusun secara sistematis,

Model

siswa

siswa

siswa.

langsung

kehidupan sehari-hari

tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

untuk diaplikasikan di jenjang pendidikan

Hasil penelitian ini telah membuktikan

dasar (SD dan SMP). Dengan pembelajaran

bahwa model pembelajaran terpadu efektif

secara terpadu, diharapkan pembelajaran

meningkatkan pengetahuan kebencanaan

IPS menjadi lebih bermakna bagi peserta

siswa dimana tingkat pengetahuan siswa di

didik dalam konteks kehidupan sehari-hari.

kelas

Peserta didik akan memperoleh pemahaman

pembelajaran

yang lebih luas dan utuh.

dibandingkan dengan tingkat pengetahuan

Salah satu tujuan pembelajaran IPS
adalah untuk mengembangkan kompetensi

yang

menerapkan
terpadu

lebih

model
tinggi

siswa pada kelas yang menerapkan model
pembelajaran parsial.

kehidupan

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil

bermasyarakat dengan baik dan fungsional,

tema (topik) mengenai bencana erupsi

memiliki kepekaan sosial dan mampu

Gunungapi Merapi. Pengambilan tema ini

berpartisipasi dalam mengatasi masalah-

didasarkan mengingat bahwa penelitian

masalah sosial yang terjadi. Oleh karena itu

dilaksanakan di lereng Gunungapi Merapi

untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS

yang dekat dengan kehidupan siswa dan

dan untuk memberikan pemahaman yang

bencana erupsi gunungapi Merapi ini

utuh kepada peserta didik agar mereka

merupakan

memiliki kepekaan sosial dan mampu

melanda masyarakat di sekitar lereng

peserta

didik

ke

arah

bencana

yang

seringkali

176

Jurnal GeoEco

ISSN:2460-0768

Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 164 - 179

Gunungapi Merapi. Dengan meningkatnya

dan

pengetahuan

kesiapsiagaan

siswa

mengenai

bencana

mengaplikasikan

pengetahuan

menghadapi

bencana.

erupsi Gunungapi Merapi diharapkan dapat

Distribusi ilmu pengetahuan kesiapsiagaan

membantu

bencana dapat dilakukan dengan model dan

mengurangi

dampak

yang

merugikan dari bencana erupsi Gunungapi

metode

pembelajaran

Merapi itu sendiri.

sederhana.

yang

sangat

dengan

Salah satu model pembelajaran yang

kovarian

dapat diterapkan di kelas dan sesuai dengan

(Anacova ) juga telah membuktikan bahwa

tujuan pembelajaran IPS untuk dapat

model

pada

meningkatkan pengetahuan kebencanaan

pengintegrasian materi pengurangan risiko

dan pengetahuan kesiapsiagaan bencana

bencana erupsi Gunungapi Merapi dalam

siswa

mata pelajaran IPS efektif meningkatkan

sebelumnya adalah dengan menggunakan

pengetahuan kebencanaan siswa SMP di

model pembelajaran terpadu. Penerapan

lereng Gunung Merapi Kabupaten Klaten.

model

Berdasarkan
menggunakan

uji

hipotesis

teknik

analisis

pembelajaran

terpadu

Pengetahuan merupakan faktor utama

sesuai

dengan

pembelajaran

pembahasan

terpadu

untuk

meningkatkan pengetahuan kebencanaan

dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan

siswa

dalam

bencana.

kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi

Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat

risiko bencana erupsi di lereng Gunungapi

mempengaruhi

Merapi.

menghadapi

risiko

sikap

dan

kepedulian

masyarakat untuk siap dan siaga dalam
mengantisipasi

bencana

terutama

bagi

yang dapat

pula

meningkatkan

Hal ini juga dapat dibuktikan dengan
hasil

analisis

kovarian

(Anacova )

mereka yang bertempat tinggal di daerah

menunjukkan bahwa pembelajaran IPS

rawan bencana. Dalam kaitannya dengan

dengan menggunakan model pembelajaran

upaya

di

terpadu yang berangkat dari suatu tema

Indonesia, sekolah sebagai ruang publik

yang dekat dengan kehidupan siswa yaitu

memiliki peran nyata dalam membangun

bencana erupsi Gunungapi Merapi efektif

budaya

bangsa

meningkatkan

kesiapsiagaan

budaya

kesiapsiagaan

bencana

siswa

penanggulangan

bencana

termasuk

membangun

bencana

warga

negara yakni secara khusus kepada siswa
melalui
Diharapkan

transfer
melalui

ilmu

pada

SMP

terhadap
di

lereng

Gunungapi Merapi.

pengetahuan.

transfer

ilmu

pengetahuan ini siswa mampu menyerap

177

Jurnal GeoEco

ISSN:2460-0768

Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 164 - 179

KESIMPULAN DAN SARAN
Penggunaan model pembelajaran
terpadu

pada

pengurangan

pengintegrasian
risiko

bencana

materi
erupsi

Deny Hidayati & Haryadi Permana, et all.
2006.
Kajian
Kesiapsiagaan
Masyarakat dalam Mengantisipasi
Bencana Gempabumi & Tsunami.
Terhadap Bencana Alam. Jakarta :
LIPI-UNESCO/ISDR.

Gunungapi Merapi dalam mata pelajaran
IPS

sangat

pengetahuan

efektif

meningkatkan

kebencanaan

dan

kesiapsiagaan bencana pada siswa SMP di
lereng Gunung Merapi Kabupaten Klaten.
Saran dalam penelitian ini adalah agar
para

praktisi

pendidikan

disarankan

mengimplementasikan model pembelajaran

Edy Purwanto. 2005. Evaluasi Proses dan
Hasil dalam Pembelajaran Aplikasi
dalam Bidang Geografi. Malang: UM
Press.
Etty Sofyatiningrum. (2009). Modul Ajar
pengintegrasian Pengurangan Risiko
Gempabumi. Jakarta: Pusat kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional.

terpadu karena model ini efektif untuk
meningkatkan pengetahuan kebencanaan
dan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi
risiko bencana erupsi Gunungapi Merapi.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Priyanto. 2006. Promosi Kesehatan
Pada Situasi Emergensi. Edisi 2,
Jakarta.
Arie Priambodo, S. 2009. Panduan Praktis
Menghadapi Bencana . Yogyakarta:
Kanisius.
Awan Mutakin. 1998. Pengantar Ilmu
Sosial. Jakarta: Depdikbud. Ditjen.
Dikdasmen, Direktorat Pendidikan
Guru dan Tenaga Teknis.
Bakornas
PB.
2007.
Pedoman
Penanggulangan Banjir Tahun 20072008. Jakarta.
Carter, Nick. 1991. Disaster Management:
A Disaster Manager’s Handbook.
Manila: Asian Development Bank.

Fachrurazi. 2011. Penerapan pembelajaran
Berbasis
Masalah
untuk
meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar . Jurnal Edisi
Khusus No.1.ISSN 1412-565X.
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated
the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/
Skylight Publishing, Inc.
Hartono. 2008. SPSS 16.0 Analisis Data
Statistika dan Penelitian. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
IDEP.
2007.
Panduan
Umum
Penanggulangan Bencana Berbasis
Masyarakat,
Edisi
ke-2.
Bali:
Yayasan IDEP
International Federation of the Red Cross
and Red Crescent Societies. 2000.
Introduction
to
Disaster
Preparedness.
Kent,

Randolph.
1994.
Disaster
Preparedness 2nd Edition . UNDP.

Konsorsium
Pendidikan
Bencana
Indonesia. 2011. Kerangka Kerja

178

Jurnal GeoEco

ISSN:2460-0768

Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 164 - 179
Sekolah Siaga Bencana Indonesia.
Jakarta.

Lili Nurlaili. 2009. Modul Pengintegrasian
Pengurangan
Risiko
Tsunami.
Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kementerian
Pendidikan Nasional.
Numan

Somantri. (2001). Menggagas
Pembaharuan Pendidikan IPS.
Bandung: Rosda.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika . Bandung:
Tarsito.
Sugiyanto.
2009.
Model-model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon
13 Surakarta.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta : Bumi Aksara.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Kepera watan, Edisi II . Jakarta :
Salemba Medika.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran
Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.

Sigit Santosa. 2011. Penelitian Pendidikan.
Surakarta : Sebelas Maret University
Press.

Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.

Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

179