Edisi Tiga
DAFTAR I SI
30
LAPORAN KHUSUS
Foto cover: Gedung Mahkamah Agung
No. 2 Edisi September 2013
5
LAPORAN UTAMA
Gegap gempita kemeriahan ulang tahun Mahkamah
Agung yang ke-68 tahun.
Tunas Baru Pendekar Keadilan ..........................................36
KAMAR
Bersiap Maksimal untuk Putusan TUN ...............................48
BUKU
Mencari Terobosan Pemberantasan Korupsi .....................50
HAM adalah Anugerah Tuhan ............................................53
Sejarah terukir di Tenggarong ketika Ketua MA
meresmikan 39 pengadilan secara simbolis
40
WAWANCARA
PUSTAKA
Sosialisasi Pemberdayaan Perpustakaan ..........................54
TIRTA
Kembali pada Fitrah ...........................................................56
Terapi Puasa sebagai Media Meraih Kemenangan ............57
OBITUARI
Selamat Berpulang, Hakim yang Rendah Hati ...................59
KOLOM
Kompetensi Pengadilan TUN dalam Sistem Peradilan di
Indonesia ............................................................................62
Kriminalisasi Hakim dalam UU no. 11 Tahun 2012 pascaPutusan MK ........................................................................65
Dr. Ahmad Kamil, SH, M.Hum: “Profesional itu
mesti bermoral.”
BERANDA
Tak Seperti yang Mereka Kira ............................................67
RAGAM
Harmonisasi Hukum menuju Masyarakat ASEAN 2015 .....68
Menuju Transparansi Badan Peradilan ..............................71
- No. 2 Edisi September 2013 | 1
SALAM REDAK SI
PELINDUNG
DR. H.M. HATTA ALI, SH., MH.
DR. H. MOHAMMAD SALEH, SH., MH.
DR. H. AHMAD KAMIL, SH., M.Hum.
PEMBINA
WIDAYATNO S. HARDJONO, SH., MSC.
NURHADI, SH.,MH.
DR. DRS. ACO NUR, MH.
PENANGGUNG JAWAB
KEPALA BIRO HUKUM DAN HUMAS
MAHKAMAH AGUNG RI
PEMIMPIN REDAKSI
DR. RIDWAN MANSYUR, SH.,MH.
REDAKSI
ASEP NURSOBAH
LILIK MULYADI
HIRFAN HILMI
ANDRI TATENGKENG
KARTIKA SANDY TAURUS
DWI LISTIANI
NUR AZIZAH
IFAH ATUR
EDITOR
JOKO UPOYO PRIBADI, SH.
M.E.R HERKI ARTANI R, SH.,MH.
SEKRETARIS REDAKSI
DEWA NYOMAN SWASTIKA, SH.,MSi.
FOTOGRAFER
DEVI SUGARA
PEPPY NOFRIANDI
SONNY FEBIANTO
KONTRIBUTOR DAERAH
PENGADILAN NEGERI BANDA ACEH
PENGADILAN NEGERI MAKASAR
PENGADILAN NEGERI DENPASAR
SIRKULASI DAN DISTRIBUSI
HIDAYAT, SH.
MUHAMMAD UDIN
DITERBITKAN OLEH
BIRO HUKUM DAN HUMAS
BADAN URUSAN ADMINISTRASI
MAHKAMAH AGUNG RI
Jl. Merdeka Utara No. 9-13
JAKARTA 10010
Telepon: 3843348, 3810350, 3457661
www.mahkamahagungri.go.id
2|
- No. 2 Edisi September 2013
Selamat Ulang Tahun MA
Assalamualaikum wr.wb.
TIADA kata yang paling indah yang bisa kami ucapkan pertama kali,
selain bersyukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan tauik yang
telah dianugerahkan kepada kita semua.
Pada edisi ini, kami menyajikan Laporan Khusus tentang kegiatan
ulang tahun Mahkamah Agung, yang pada 19 Agustus 2013 berusia 68
tahun. Ulang tahun kali ini diberi tema “Dengan semangat keterbukaan
dan kebersamaan mewujudkan badan peradilan modern dan agung”. Acara dimulai dengan kegiatan senam bersama dan dimeriahkan dengan door
prize, yang diikuti oleh pimpinan MA, hakim agung, hakim ad hoc, hakim
yustisial, dan seluruh pegawai MA.
Majalah Mahkamah Agung edisi kedua ini juga menyajikan Laporan Utama tentang peresmian beberapa gedung peradilan di Tenggarong. Selain mengetengahkan berita tentang gedung dan sarana prasarana pengadilan yang
baru, tak kalah pentingnya meretas kembali keberadaan dan perkembangan
Sistem Informasi Penelusuran Perkara atau Case Tracking System serta keseriusan kerja pada pengadilan untuk mempermudah akses pelayanan publik,
khususnya pada manajemen perkara berbasis informasi tekhnologi (IT). Tim
redaksi berusaha memberikan beragam informasi teknologi bagi para pembaca yang budiman, untuk memperoleh segala sesuatu yang berkaitan dengan
perkembangan teknologi, khususnya di bidang peradilan.
Memang, mengubah suatu keadaan menjadi jauh lebih baik bukan perkara mudah. Butuh kerja keras serta kerja sama antarpemangku
kepentingan. Tapi di MA, komitmen dan keseriusan kerja tersebut terbukti
telah membuahkan hasil, predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas
laporan keuangan Mahkamah Agung. Itu membuktikan “Kita pasti bisa kalau bila bekerja sama dan tetap pada komitmen untuk menuju peradilan
yang agung”.
Terakhir, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga karya yang sederhana ini tidak hanya sederhana manfaatnya, tetapi memiliki manfaat yang besar bagi kita
semua dan nilai tinggi terutama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Selamat membaca. Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pemimpin Redaksi
SU RAT PEM BACA
KAMI sampaikan selamat dan apresiasi atas terbitnya Media
Komunikasi Mahkamah Agung RI “MAHKAMAH AGUNG”
No. 1 Edisi Mei Tahun 2013 di bawah komando Bapak Dr.
Ridwan Mansyur, SH., MH. Majalah ini, sekecil apapun, akan
memiliki nilai informasi dan komunikasi, terlebih tatkala terbitan tersebut dapat bermutu akan menjadi referensi yang baik
bagi pembacanya. Semoga media MA dapat mendorong
teman-teman seprofesi untuk rajin menulis, yang sangat bermanfaat bagi pengembangan dirinya, karier maupun untuk
kepentingan kantor sendiri. Kata orang bijak, sesungguhnya
menulis adalah ketrampilan dasar yang mestinya dimiliki setiap orang dan merupakan satu paket “catur tunggal”, yaitu
ketrampilan: mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
Supriya nt o (Pustakawan Utama, Perpustakaan
Nasional RI)
Saya ucapkan selamat atas diterbitkannya Majalah Mahkamah Agung edisi pertama. Barangkali, inilah jalannya
Mahkamah Agung memberi jawaban positif terhadap masyarakat yang memiliki kesan bahwa Mahkamah Agung itu
hidup di menara gading. Majalah ini dapat menggambarkan pengadilan yang baru di bawah kepemimpinan yang
baru. Saya usulkan, untuk meningkatkan mutunya, sebaiknya Redaksi menerima naskah dari pihak luar Mahkamah
Agung sendiri. Dan kalau bisa, isinya diperkaya dan halamannya ditambah.
Julius Ba rus (editor di sebuah penerbitan)
Saya ucapkan selamat atas terbitnya edisi perdana majalah
Mahkamah Agung. Selain sebagai media komunikasi bagi
seluruh aparatur peradilan, majalah ini dapat menjadi sarana
pembinaan dan sarana pembelajaran. Terbitnya majalah ini
menambah ruang kreativitas bagi aparatur peradilan. Maka
alangkah baiknya bila semua aparatur peradilan memanfaatkan ruang ini untuk berkarya. Saran saya, mungkin ada baiknya, jika pimpinan MA memberikan apresiasi bagi para penulis dengan memasukkan keberhasilan mereka memasukkan
karya tulis di majalah ini sebagai credit point. Dengan demikian, aparatur pengadilan akan berlomba-lomba menulis.
Dr. M a rsudin N a inggola n (Wakil Ketua PN
Bogor)
Selamat kepada Redaksi atas keberhasilannya menerbitkan Majalah Mahkamah Agung. Semoga majalah ini senantiasa hadir mewujudkan misi Mahkamah Agung menuju
peradilan yang benar-benar agung. Terbitnya majalah ini
tentunya akan memberikan manfaat bagi aparatur pengadilan.
Dra . St a rlit a (dosen di Jakarta)
Apreasi dan kegembiraan saya atas terbit majalah Mahkamah Agung sebab akan sangat membantu sosialisasi
kinerja Mahkamah Agung RI selaku pelaku kekuasaan
kehakiman di Indonesia. Khususnya bagi seluruh hakim di
Indonesia, majalah ini dapat menjadi media informasi, komunikasi, peningkatan profesionalitas. Harapan saya dapat
lebih ditingkatkan isi, materi, keterlibatan hakim se-Indonesia. Sukses selalu.
Drs. Anshoruddin, M A (hakim Pengadilan
Tinggi Agama Semarang)
Keluarga besar Pengadilan Tinggi Agama Semarang beserta
segenap jajaran MEDIASI (Media Komunikasi dan Informasi) Pengadilan Tnggi Semarang mengucapkan selamat dan
sukses atas terbitnya nomor pertama majalah Mahkamah
Agung. Diharapkan majalah ini mampu memberikan pencerahan dalam rangka terwujudnya peradilan yang agung yang
kita dambakan.
Drs. H . Wilda n Suyut hi, SH ., M H . (Ketua Pengadilan Tinggi Agama Semarang)
Saya mengucapkan selamat atas launching majalah Mahkamah Agung. Kami warga masyarakat ikut mendukung
ide positif ini dalam rangka pembangunan hukum nasional.
Alangkah baiknya kalau kami sebagai warga masyarakat
diberi ruang dalam majalah ini untuk berbagi wacana,
meskpun majalah ini forum para hakim.
Yusron Trisno (Surakarta)
Majalah Mahkamah Agung merupakan sebuah langkah
maju bagi perkembangan informasi di lingkungan Mahkamah Agung. Warga MA bisa saling membangun dengan
- No. 2 Edisi September 2013 | 3
berbagi informasi, pengalaman, maupun penyelesaian
masalah hukum melalui media ini. Semoga media ini bisa
terbit secara kontinu.
Agus Yudo W. (Pustakawan Politeknik Kese-
hatan Bandung)
Pertama, kami mengucapkan selamat atas terbitnya majalah MA RI. Majalah ini tentu akan sangat bermanfaat
sebagai sarana komunikasi inter stakeholders di MA dan
antara stakeholders di luar MA.
Ketika kami berkunjung ke MA membawa sejumlah mahasiswa kami sangat terkesan karena ternyata di MA tersedia
perpustakaan yang sangat bagus dan majalah MA. Kami
berharap ke depan akan ada kerjasama lain antara institusi
kami Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dan Mahkamah Agung. Bentuknya dapat kerjasama
penyelenggara seminar, penelitian, atau apa saja.
Sobirin M a lia n, SH .,M .H um (Dekan FH
UP 45 Yogyakarta)
Redaksi menerima artikel ilmiah tentang hukum dan laporan kegiatan di lingkungan peradilan. Naskah harus asli dan
belum pernah dimuat di media manapun. Naskah dikirim ke alamat redaksi:
Perpustakaan Mahkamah Agung RI
Jl. Medan Merdeka Utara no. 9-13
JAKARTA 10010
Telepon: 3843348, 3810350, 3457661
4|
- No. 2 Edisi September 2013
S
EJARAH I T U T ERU K I R DI
T EN GGARON G
Penandatanganan prasasti secara simbolis oleh Ketua MA RI, Hatta Ali
PAGI Itu sejarah baru terukir
di Tenggarong, Kalimantan Timur.
Di kota kaya minyak itu, sebuah
bangunan megah berdiri dan mengundang banyak perhatian, bahkan
kekaguman. Bangunan yang menjadi pusat perhatian itu adalah gedung
Pengadilan Negeri (PN) Tenggarong.
Ia tidak saja megah, tetapi juga menjadi tempat penting. Penting karena
dipilih Mahkamah Agung untuk meresmikan secara simbolis 39 gedung
peradilan umum, agama, militar,
maupun Tata Usaha Negara (TUN),
yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tentu bukan tanpa alasan MA
memilih PN Tenggarong sebagai
tempat istimewa. Salah satu alasannya, gedung ini kini menjadi salah
satu gedung pengadilan terbaik di Indonesia. Pembangunannya menelan
biaya Rp10.7 miliar, terbesar ketiga
dari 39 gedung pengadilan yang baru
selesai dibangun dan pagi itu dires-
mikan Ketua MA Hatta Ali. Total dana
pembangunan 39 gedung itu menghabiskan Rp.273,5 miliar.
Padahal, setahun yang lalu, gedung PN Tenggarong adalah gedung
dengan infrastruktur yang tidak memadai. Tapi, justru kekurangan itu
dijadikan cambuk dan spirit untuk
berbenah. Pemerintah daerah Tenggarong juga ikut memberikan hibah
dalam bentuk perabotan.
- No. 2 Edisi September 2013 | 5
LAPORAN U TAM A
Tak percuma hasilnya, gedung
itu kini membanggakan bagi para
penegak hukum di Tenggarong maupun masyarakat secara umum. Ini
penting, karena wajah gedung pengadilan adalah cermin bagaimana tangan-tangan hukum bekerja.
Itulah yang disampaikan Hatta
Ali dalam sambutan peresmian 39
gedung pengadilan, 22 Mei silam di
PN Tenggarong. “Gedung-gedung
bagus perlu jiwa dan semangat kerja
yang bagus pula, dan itu tergantung
pada kita semua, segenap warga
pengadilan, untuk mengisinya. Gedung-gedung bagus ini bukan untuk
sekadar dinikmati dan diduduki, namun menjadi wadah kita semua untuk memberikan pelayanan terbaik
bagi para pencari keadilan,” katanya.
Menurut Hatta, memang kualitas pelayanan pengadilanlah, bukan
gedung, yang akan menjadi cermin
dari wajah pengadilan. Tapi, gedung
yang bagus akan menginspirasi para
hakim bekerja dengan serius, dengan bagus pula.
Peresmian itu antara lain dihadiri
Wakil Ketua MA Bidang Non-Yudisial,
para ketua kamar MA, para hakim
agung, para pejabat eselon 1 MA,
gubernur Kalimantan Timur, bupati
Kutai Kartanegara, walikota Samarinda dan walikota Balikpapan.
Hatta mengingatkan, bahwa
pembangunan 39 gedung pengadilan
tidak akan mungkin bisa dilakukan di
masa lalu. Ia menjelaskan, seluruh
dana pembangunan itu berasal dari
DIPA Mahkamah Agung. Sepuluh tahun lalu misalnya, MA tidak mungkin
bisa memperbaiki gedung-gedung
pengadilan yang ada. Waktu itu, anggaran untuk MA hanya setara dengan
6|
- No. 2 Edisi September 2013
anggaran Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Artinya, sangat kecil.
Rekam jejak hakim dan panitera di direktori putusan
Kemudahan atau komitmen pemerintah untuk mengabulkan pembangunan itu membuktikan betapa
Negara sangat mendukung pembangunan peradilan yang benar-benar
lebih baik, bermartabat, dan berwibawa. Karena itu, komitmen Negara
mestinya jangan disia-siakan oleh
para penegak hukum, terutama para
hakim.
Sekarang, penghasilan hakim
dengan remunerasinya sudah relatif tinggi. Karena itu, kata Hatta Ali,
sungguh amat disesalkan jika warga
pengadilan masih ada yang gagal
memahami pengorbanan Negara
untuk membuat pengadilan yang benar-benar bermartabat.
Kita semua juga tahu, bahwa
melalui Peraturan Pemerintah No.
94/2012, kini kesejahteraan hakim
pun sudah jauh lebih meningkat,
dan untuk non-hakim sedang dalam
proses penyesuaian. Menurut Ketua Bidang Urusan Administrasi MA,
Dr. Aco Nur, MH, seorang hakim
muda kini bergaji Rp.10 juta rupiah.
Sementara gaji Kepala Pengadilan
Tinggi mencapai Rp.45 juta. Menurut
Aco Nur, jika dibandingkan dengan
hakim di Asia Tenggara, gaji hakim di
Indonesia yang terbaik.
Maka wajar jika Ketua MA mengingatkan kepada warga pengadilan,
khususnya kepada 9.000 hakim yang
berada di bawah naungan MA, untuk tidak melancungi amanat rakyat
mengenai peradilan yang bersih.
Sungguh tidak layak, apabila ma-
sih ada di antara warga pengadilan
yang terus-menerus gagal memahami pengorbanan Negara dan terus
melakukan perbuatan tidak terpuji,
seolah-olah hal tersebut lumrah belaka.
Pimpinan MA, kata Hatta, juga
tidak segan akan mengambil tindakan tegas jika masih ada jajarannya
yang melakukan pelanggaran. “Hendaknya dipahami, bahwa kode etik,
kode perilaku, aturan kedisiplinan
dan lain sebagainya hendaknya
jangan hanya dibaca, dimengerti,
dan dipahami. Namun harus dilaksanakan sepenuhnya! Karena justru
itulah yang membuat perbedaan antara pengamat dan pelaksana. Kita
semua adalah pelaksana, bukan
pengamat, jadi camkan itu!” tegas
Hatta.
Aturan bagus memang tidak
selalu dilaksanakan dengan bagus.
Maka Hatta mengajak jajaran Mahkamah Agung untuk mengubur dalam-dalam stereotip masa lalu, yakni
kerja lambat, berkas putusan salah
atau hilang, akibatnya lama diterima
para pihak. Ketidakmampuan bekerja
disembunyikan lewat berbagai cara
tak terpuji: bekerja dilambat-lambatkan, berkas dihilangkan, atau disalah-salahkan. Ini, kata Hatta Ali, tak
boleh terjadi lagi.
Hatta juga mengintruksikan
pada segenap jajaran peradilan untuk memasukkan indikator-indikator
penilaian kinerja para pimpinan pengadilan, para hakim, para panitera,
maupun aparatur pengadilan lainnya.
Temuan yang sering terjadi,
menurut Hatta, adalah pengadilan
tidak memasukkan dokumen putusan
pengadilan ke direktori putusan Mah-
LAPORAN U TAM A
kamah Agung. Alasannya pun bermacam-macam. Padahal, putusan
pengadilan adalah dokumen negara,
bukan milik pribadi. “Saya kira sudah
waktunya Mahkamah Agung menjadikan berkas di direktori putusan sebagai rujukan rekam jejak para hakim
dan panitera yang akan mengalami
proses promosi dan mutasi. Argumentasinya sederhana. Bagaimana
kita bisa menilai bahwa seseorang
memang berkualitas dan memiliki
kualiikasi serta pengalaman dalam
menangani perkara kalau buktinya
–berkas putusan– tidak tersedia?”
tanya Hatta Ali.
Kemudahan akses informasi
DALAM urusan publik, Hatta menekankan, jajaran Mahkamah Agung
jangan abai terhadap hak-hak para
pencari keadilan yang tinggal di daerah-daerah terpencil, yang jauh dari
lokasi gedung-gedung pengadilan.
Pencari keadilan tidak hanya
tinggal di kota-kota. Banyak warga
yang tinggal jauh di pelosok. Banyak
yang karena jarak dan masalah biaya
memiliki kesulitan untuk mengakses
pengadilan. Mungkin perlu waktu berhari-hari melintasi hutan dan
menyeberangi sungai atau bahkan
laut untuk bisa mengakses keadilan
di pengadilan. Untuk itu, Hatta meminta, pengadilan juga harus proaktif
mendekatkan diri kepada kelompok
masyarakat ini. Sehingga mereka
bisa mengakses layanan pengadilan
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang mereka alami. Demikian pula pelayanan bagi
kelompok masyarakat disabilitas
yang mengalami keterbatasan isik.
Karena itu, amat penting peng-
adilan memanfaatkan tempat-tempat
bersidang (zitting splatsen) dan
pos layanan hukum (dulu pos bantuan hukum) dan meja informasi untuk
melayani mereka.
Menurut Hatta, akses informasi
merupakan persoalan klasik pengadilan di seluruh dunia. Karena itu,
katanya, jangan sampai kita memiliki
gedung-gedung megah, tapi minim
informasi. Hatta menyarankan, agar
PN Tenggarong dan 38 pengadilan
lainnya memasang spanduk besar
di halaman gedung yang menginformasikan perkara dan putusan peng-
adilan sudah tersedia di situs internet
pengadilan.
Hatta meminta segenap warga
pengadilan secara bersama-sama
merawat dan menjaga kehormatan
penegakan hukum, sehingga bisa
mengisi gedung-gedung megah dengan jiwa yang luhur bagi pelayanan
para pencari keadilan di Indonesia.
“Mari kita jadikan peresmian gedung-gedung baru ini juga sekaligus
sebagai momen untuk menetapkan
wajah baru pengadilan. Pengadilan
yang lebih ramah, sigap dan tidak
berpihak dalam melayani para pencari keadilan,” kata Hatta di akhir
sambutannya.
Capaian WTP
Selain peresmian 39 gedung pengadilan, hal yang harus diakui sebagai
capaian positif Mahkamah Agung
adalah hasil audit Badan Pemeriksa
Keuangan. Seperti dikatakan Kepala Badan Urusan Administrasi, Aco
Nur, hasil audit BPK terhadap laporan
keuangan MA pada 2012 adalah WTP
(wajar tanpa pengecualian).
Dilihat begitu saja, capaian WTP
bukan prestasi luar biasa, karena begitulah seharusnya institusi negara
mengelola asetnya. Tapi, mengingat
MA mempunyai begitu banyak satuan kerja (satker), menurut Aco Nur,
capaian ini perlu disyukuri. Karena
MA mempunyai begitu banyak satuan kerja (satker), 842 buah, dengan
mengelola anggaran Rp.7,2 triliun
(plus APBNP. Terlebih menurut BPK,
MA sesungguhnya mempunyai 1.603
satker karena setiap pengadilan
mempunyai dua DIPA. Hanya MA institusi negara yang mempunyai begitu banyak DIPA.
- No. 2 Edisi September 2013 | 7
LAPORAN U TAM A
Selain begitu banyak satker,
menurut Aco Nur, capaian itu juga
terlihat amat jelas graik naiknya.
Pada 2009 dan 2010, misalnya,
berdasarkan pemeriksaan BPK,
MA dinyatakan disclaimer (Tidak
menyatakan pendapat). Setahun
berikutnya, MA mendapat penilaian
Untuk mencapai opini WTP,
kata Sutisna, pertama harus merancang strategi untuk meraih WTP itu.
Strategi itu antara lain adanya komitmen dari seluruh jajaran MA, bukan
hanya dari jajaran pimpinan atau
sekretariat, tetapi semua, termasuk
ketua pengadilan tingkat banding
Andi Roosdiaty, pembina Darmayukti Karini, pada peresmian gedung PN Tenggarong
WDP (wajar dengan pengecualian),
yang ibarat orang sakit harus masuk
ICU. Baru pada 2012 tercapai WTP.
Menurut Karo Keuangan Sutisna, S.Sos, M.Pd, opini WTP adalah mimpi dan obsesi seluruh jajaran
MA. Hal ini sejalan dengan misi MA
dalam menciptakan badan peradilan
yang agung. Di situ dibutuhkan jajaran sekretariat untuk bekerja lebih
baik. Salah satunya dalam menggunakan keuangan negara secara
transparan dan akuntabel, yang
salah satu unsurnya adalah meraih
WTP. (Selengkapnya baca wawancara dengan Sutisna hlm. 18)
8|
- No. 2 Edisi September 2013
dan tingkat pertama di seluruh Indonesia untuk menyatukan tekad
meraih WTP. Ini perlu tercipta iklim
kerja yang harmonis, komunikatif,
dan koordinatif. Bukan hanya internal MA tetapi juga dengan pihak
eksternal. Kedua, menciptakan sistem untuk mencapai WTP.
Ada beberapa sistem yang telah diciptakan MA. Pertama, sistem
Komdanas (komunikasi data nasional). Sistem ini merupakan satu
upaya untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan MA. Tanpa ada
Komdanas yang berbasis teknologi,
mustahil untuk meningkatkan kuali-
tas laporan keuangan MA. Dengan
Komdanas, penyusunan laporan
keuangan bisa menjadi lebih cepat,
mulai dari tingkat pertama, tingkat
banding, tingkat korwil sampai ke
MA. Dalam hal ini yang menghimpun laporan keuangan adalah Biro
Keuangan dari sisi akuntansinya.
Komdanas menciptakan kecepatan
dan ketepatan dalam penyusunan
laporan keuangan MA.
Kedua, sistem Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan.
Diharapkan adanya penyeragaman
mulai dari tingkat pertama hingga
MA. Tentu saja acuannya adalah
peraturan yang dikeluarkan oleh Direktorat Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Ketiga, Layanan Pengadaan
Barang/Jasa Secara Elektronik
(LPSE). Sistem ini diharapkan bisa
menciptakan layanan pengadaan
yang transparan dan akuntabel. Karena, salah satu penilaian reformasi birokrasi adalah pelayanan pengadaan
barang/jasa secara elektronik.
Keempat, nota kesepahaman
antara MA dan BPKP dalam hal pen
dampingan untuk mendapatkan opini WTP, terutama dalam hal penyusunan laporan keuangan.
Dan yang tidak kalah penting
dari semua itu adalah koordinasi
dengan Badan Pengawasan MA,
karena setiap kegiatan yang terkait
dengan laporan keuangan, baik kegiatan supervisi, validasi maupun
kegiatan rapat koordinasi akuntansi
dengan seluruh jajaran MA, selalu
melibatkan Badan Pengawasan MA.
“Karena Badan Pengawasan
MA juga memiliki kewajiban untuk
mereview laporan keuangan MA, se-
LAPORAN U TAM A
belum laporan keuangan MA diserahkan kepada Direktoral Jenderal Perbendaharaan Kementerian
Keuangan. Baik itu audited maupun
unaudited, laporan itu harus diperiksa terlebih dahulu oleh badan pemeriksa keuangan internal MA, dalam
hal ini Badan Pengawasan MA,” kata
Sutisna.
rus bekerja lebih baik dengan tingkat akuntabilitas yang kian tinggi.
Penyerapan Anggaran
Selain WTP, pada 2012 sebenarnya MA mendapat penghargaan
lain. Yakni penyerapan anggaran
yang mencapai 95,07 persen. Ini artinya manajemen pengelolaan anggar-
Jumpa pers sebelum peresmian 39 gedung pengadilan baru. Tampak hadir Ketua MA Hatta
Ali, Bupati Kutai Kartanegara, Rita Widyasari, Karo Hukum dan Humas MA, Ridwan Mansyur.
Langkah-langkah itulah, lanjutnya, yang telah dilakukan MA. Segala sesuatu bisa diraih asalkan ada
niat untuk berusaha, kerja keras,
team work, dan koordinasi menjadikan jajaran MA semakin semangat
untuk meraih WTP.
Kini WTP sudah diraih MA.
Semua itu adalah berkat andil semua
pihak, pimpinan, jajaran sekretariat hingga ke jajaran yang paling
bawah. Dan, capaian di sebuah
institusi dengan begitu banyak satker, memang tidak mudah. Karena
lebih kompleks dan rumit. Wajar ini
perlu disyukuri. Syukur untuk te-
an di MA merupakan yang terbaik.
(Baca wawancara dengan Aco
Nur, hlm. 22)
Anggaran yang cukup besar memang tidak saja butuh manajemen
pengelolaan yang baik, tapi juga harus dibarengi peningkatan pelayanan
kepada publik. Penghargaan masyarakat yang telah menggaji tinggi para
hakim harus membuat MA punya
kesadaran tinggi memberikan pelayanan terbaik kepada para pencari
keadilan.
Karena itu, Aco Nur mengingatkan, jajaran MA harus berpegang
pada empat misi yang diembannya.
Pertama, menjaga independensi
peradilan. Kedua, memberi keadilan
pada masyarakat pencari keadilan.
Ketiga, meningkatkan kualitas kepemimpinan pengadilan. Keempat, meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan.
“Ini harus dilaksanakan MA tanpa tawar-menawar lagi, karena tunjangan hakim sudah tinggi dan pejabat MA diberikan remunerasi. Baru
MA institusi yang diberikan tunjangan
plus. Institusi lain masih terbatas remunerasinya,” beber Aco Nur.
Yang harus diingatkan adalah
capaian itu tak boleh membuat MA
menepuk dada tanda berpuas diri.
Justru harus terus berupaya meningkatkan diri.
Apa yang dikatakan Ketua MA
Hatta Ali dalam sambutan peresmian
39 gedung pengadilan, bahwa para
hakim tak boleh melancungi kepercayaan rakyat, harus selalu mendekat
dengan pencari keadilan, membuka
akses informasi pada warga, semua
itu haruslah menjadi pegangan kerja
para hakim.
Pada akhirnya, publik menunggu hasil konkret berbagai capaian
MA itu. Sebab semua itu haruslah
bermuara positif. Selain bagi jajaran
MA, yang lebih penting justru pada
pelayanan bagi para pencari keadilan
itu sendiri, yakni masyarakat. Mereka
menunggu. (Tim MMA)
- No. 2 Edisi September 2013 | 9
LAPORAN U TAM A
Datar Pengadilan yang Diresmikan
Pe ra dila n U m um
PN Tenggarong
PN Balikpapan
PN Parigi
PN Labuan Bajo
PN Oelamasi
PN Wamena
PN Malili
PN Balige
Pe nga dila n T ipikor da n PH I Pengadilan Tipikor dan PHI Surabaya
Pengadilan Tipikor dan PHI Yogyakarta
Pengadilan Tipikor Kendari
Pengadilan Tipikor Kupang
Pengadilan Tipikor dan PHI Samarinda
Pe ra dila n Aga m a
Pe ra dila n T U N
Pe ra dila n M ilit e r
10 |
- No. 2 Edisi September 2013
PA Jakarta Pusat
PA Palu
PA Tilamuta
PA Bengkalis
PA Luwuk
PA Negara
PA Selong
PA Stabat
PA Tanjung Pinang
PA Tual
PA Wates
PA Karanganyar
PA Kendal
PA Indramayu
PA Bekasi
PA Tigaraksa
Mahkamah Syar’iyah Kualasimpang
Pengadilan TUN Surabaya
Pengadilan TUN Medan
Pengadilan Militer Surabaya
Pengadilan Militer Bandung
Pengadilan Militer Kupang
Pengadilan Militer Makassar
Pengadilan Militer Madiun
Pengadilan Militer Medan
Pengadilan Militer Banjarmasin
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
10.692.522.000,10.409.213.000,7.441.941.000,6.430.131.000,4.190.514.000,20.911.464.000,6.338.500.000,5.457.360.000,-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
8.117.011.000,5.173.786.000,4.941.904.000,5.768.987.000,6.791.358.000,-
Rp 18.814.331.000,Rp 5.373.903.000,Rp 4.195.911.000,Rp 4.680.181.000,Rp 4.477.830.000,Rp 5.594.716.000,Rp 6.442.347.000,Rp 3.967.894.000,Rp 5.537.109.000,Rp 6.479.917.000,Rp 4.500.000.000,Rp 3.144.797.000,Rp 2.783.159.000,Rp 8.622.387.000,Rp 7.611.984.000,Rp 5.333.200.000,Rp 6.400.000.000,Rp 6.846.869.000,Rp 5.712.200.000,Rp 7.151.995.000,Rp 10.072.549.000,Rp 7.506.080.000,Rp 6.310.780.000,Rp 6.907.027.000,Rp 8.692.750.000,Rp 7.764.001.000,-
LAPORAN U TAM A
Ta nt a nga n M e ne ga k k a n
Ke a dila n di Be nua Et a m
Proil Pengadilan Tipikor/PHI Samarinda
BEN UA Etam, sebuah
wilayah yang begitu kaya dengan
sumber daya alam, tentu membawa tantangan tersendiri bagi
para penegak hukumnya, tak
terkecuali bagi Pengadilan Tinggi Samarinda. Hal ini mengingat
sengketa mengenai kepemilikan
tanah merupakan perkara yang
lebih dominan di kawasan ini.
Dengan berpegang teguh
pada hukum dan hati nurani, jajaran Pengadilan Tinggi Samarinda yakin akan mampu menegakkan keadilan di Bumi Etam ini. Di
bawah kepemimpinan H.Surya
Dharma Belo, SH, Pengadilan
Tinggi Samarinda terus berusaha untuk melayani para
pencari keadilan dengan pelayanan prima demi terwujudnya peradilan yang transparan, akuntabel, dan profesional.
Pelayanan prima itulah yang mau diwujudkan dengan
pembangunan gedung Pengadilan Tipikor dan PHI Samarinda, bersebelahan dengan gedung Pengadilan Negeri
Samarinda. Gedung lama Pengadilan Negeri Samarinda
sendiri dibangun pada tahun 1978. Karena ada kebutuhan
mendesak untuk pembangunan gedung Pengadilan Tipikor dan Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Samarinda
sebagai skala prioritas, maka bangunan lama dibongkar.
Demikian pula, untuk memenuhi kebutuhan lahan parkir, 2
unit rumah dinas hakim tipe B 120 di bagian belakang gedung dibongkar untuk digunakan sebagai halaman parkir
mobil tahanan dan kendaraan pengunjung sidang.
Selanjutnya di atas lahan tersebut dibangun gedung
Pengadilan Tipikor dan PHI Samarinda. Pembangunannya selesai pada tahun 2012, kemudian diresmikan oleh
Ketua Mahkamah Agung RI (Dr. H. M. Hatta Ali, SH., MH.)
pada tanggal 22 Mei 2013.
Peresmian dipusatkan di Tenggarong (Kalimantan
Timur) bersama-sama dengan 38 gedung pengadilan di
4 lingkungan peradilan se-Indonesia. Gedung Pengadilan
Tipikor dan PHI Samarinda dibangun di atas lahan seluas
± 25 x 35 m di Jalan M. Yamin, tepat bersebelahan dengan
Pengadilan Negeri Samarinda.
Luas bangunan sesuai prototipe Mahkamah Agung RI,
yaitu lebar 18 m dan panjang 30 m, terdiri dari 2 lantai
sehingga luas keseluruhan bangunan 1.080 m2.
Pembangunan gedung Pengadilan Tipikor dan PHI
Samarinda dilakukan 2 tahap. Tahap I berdasarkan DIPA
Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2011
dengan pagu anggaran sebesar Rp. 5.384.158.000,00 Nilai
Realisasi sebesar Rp. 5.192.974.450,00. Sedang pembangunan Tahap II berdasarkan DIPA Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2012 dengan pagu anggaran sebesar Rp. 1.654.095.000,00 Nilai Realisasi sebesar
Rp. 1.598.383.000,00. (IFH, MMA)
- No. 2 Edisi September 2013 | 11
LAPORAN U TAM A
La ya na n Prim a Ja di
La nda sa n Be ke rja
Proil PA Balikpapan
H AWA dingin AC langsung terasa begitu menginjakkan kaki di lobi Pengadilan Agama Balikpapan. Dua orang
staf berdiri sigap di sudut ruangan, siap mengarahkan
para tamu yang datang ke pengadilan. Senyum keduanya
mengembang.
“Kalau membutuhkan informasi, kami langsung arahkan ke bagian layanan informasi yang berada di belakang
gedung. Sementara untuk persidangan, masyarakat yang
menunggu disilakan menuju ruang tunggu. Khusus untuk
yang membawa anak atau bayi dapat dititipkan kepada
petugas di ruang anak. Jadi, sementara orang tuanya
menjalani persidangan, sang anak dapat bermain dengan
nyaman di ruangan ini,” kata salah satu di antara mereka.
Sebuah ruangan, yang didesain khusus menyerupai
taman bermain, dilengkapi dengan aneka mainan seperti
perosotan, kursi goyang, bahkan ruang menyusui. “Bagus,
bagus, saya percaya pelayanannya bakal meningkat,”
ucap Sekretaris MA, Nurhadi, dalam kunjungannya ke
Pengadilan Agama Balikpapan pada 23 Mei 2013.
12 |
- No. 2 Edisi September 2013
Nurhadi didampingi para pejabat eselon I dan eselon II.
Pada kesempatan itu ia menyampaikan pentingnya pelayanan prima di pengadilan. “Kalau begini, para pencari
keadilan ’kan merasa terlayani,” sambung Pak Sekretaris,
yang diamini oleh para pejabat lainnya.
Dalam wawancara terpisah dengan Mahkamah
Agung, untuk urusan pelayanan informasi, Pengadilan
Agama Balikpapan patut diacungi jempol. Menurut Hairiah,
Wakil Panitera Pengadilan Agama Balikpapan, pelayanan
prima memang kerap digaungkan dalam pelayanan terhadap para pencari keadilan.
“Alhamdulilah, kami di sini sudah menggunakan
sistem elektronik antrean. Misalnya, kalau ada yang ingin
bersidang dan ingin mengetahui jadwal sidangnya, cukup
masukkan nomor perkara, dan klik, nomor antrean akan
keluar. Untuk permohonan informasi, pengunjung harus
mengambil nomor antrean sesuai dengan loket yang dituju. Misalnya, loket 1 untuk informasi pembuatan akta, dan
loket nomor 2 untuk pengajuan perkara,” paparnya mantap.
Sementara itu, para pencari keadilan juga diminta
untuk mengisi survei kepuasan pelayanan yang tersedia. “Kami sengaja buatkan aplikasinya, sehingga kami
bisa mengukur sejauh mana masyarakat puas terhadap
layanan pengadilan,” sahutnya lagi.
Rupanya pelayanan prima tengah digalakkan di semua
pengadilan sebagai bentuk reformasi birokrasi. Pelayanan
yang murah, cepat, dan akurat memang menjadi harapan
dari seluruh warga pengadilan. Semoga pengadilan yang
agung dapat benar-benar diwujudkan. (IFH, MMA)
LAPORAN U TAM A
M e w ujudk a n Tra nspa ra nsi
Pe ne ga k a n H uk um
Proil Dilmil Medan
K ESAN tegas langsung terasa begitu memasuki
pelataran gedung Pengadilan Militer I-02 Medan. Seperti umumnya gedung pengadilan militer, para pegawainya
pun memakai seragam dinas rapi berwarna hijau. Pengadilan Militer I-02 Medan memiliki tugas pokok mendukung
tugas komando dalam menyelesaikan pelanggaran pidana
oleh prajurit TNI yang bertugas di Kodam I/BB, Lantamal
Belawan, Kosek Hanudnas-III Medan dan Lanud Soewondo. Tugas ini didukung oleh SDM (Sumber Daya Manusia)
yang terdiri dari 7 hakim militer, 3 panitera, dan 13 staf TNI/
Sipil, serta 10 tenaga honorer.
Di bawah kepemimpinan Letnan Kolonel Chk. Adil
Karo-Karo, SH, saat ini pengadilan militer I–02 Medan
bertekad memberikan pelayanan hukum sebaik mungkin
kepada anggota TNI yang melakukan pelanggaran pidana.
Pengadilan Militer I-02 Medan berupaya memberikan informasi terhadap pencari keadilan. Mereka dapat mengakses
jadwal persidangan dan hasil-hasil persidangan yang sudah berkekuatan hukum tetap. Cara ini jelas amat mendukung tercapainya penegakan hukum secara transparan.
Para Komandan Satuan yang bertugas di wilayah
hukum Sumatera Utara dan juga masyarakat Sumatera
Utara sangat mendukung keberadaan Pengadilan Militer
I-02 Medan di Jalan Ngumban Surbakti No. 45 Medan.
Keberadaannya dapat membantu para Komandan Satuan
dalam penegakan hukum, khususnya percepatan penyelesaian perkara, juga terhadap masyarakat umum yang dirugikan oleh oknum prajurit TNI. (IFH, MMA)
Gedung Pengadilan Militer, Medan
- No. 2 Edisi September 2013 | 13
LAPORAN U TAM A
Opini WT P M A:
U pa ya Ta k Ke na l Le la h
Nurhadi, sekretaris Mahkamah Agung RI
ORAN G bijak mengatakan,
tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan. Dan, perubahan
yang paling utama haruslah menuju
kebajikan. Itu sebabnya, begitu banyak upaya perbaikan adalah hasil
dari upaya mereka yang tak pernah
nyaman berdiam diri. Mereka terus
bergerak, berubah.
Melihat ke belakang sebelum
tahun 2005, misalnya, Mahkamah
Agung (MA) adalah lembaga yang
terhimpun dari beberapa lembaga besar seperti Kementerian Hu-
14 |
- No. 2 Edisi September 2013
kum dan HAM yang membawahi
Peradilan Umum dan Kementerian
Agama yang membawahi Peradilan
Agama. Setelah undang-undang
menyatakan seluruh peradilan di Indonesia berada di bawah MA (satu
atap), MA memiliki banyak sekali
warisan “pekerjaan rumah” yang harus diselesaikan. Misalnya saja dokumen kepemilikan berbagai aset. PR
inilah yang kemudian memberikan
andil MA berkali-kali mendapatkan
opini disclaimer (tidak memberikan
pendapat) dari Badan Pemeriksaan
Keuangan RI (BPK). Sulit sekali mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Padahal, terkait dengan
reformasi birokrasi yang sedang digalakkan oleh seluruh kementerian/
lembaga (K/L), pencapaian WTP
dalam laporan keuangan adalah sebuah kewajiban. Untuk itulah, MA
berbenah diri di berbagai lini untuk
mencapai opini tersebut.
Salah satu hasil pembenahan
itu, pada 24 Juni 2013 MA mendapat
opini WTP dari BPK. Ini capaian yang
selama 10 tahun terakhir memang
LAPORAN U TAM A
diupayakan MA. Tak berlebihan
kata Wakil Ketua Mahkamah Agung
bidang Non Yudisial, Dr. H. Ahmad
Kamil, SH., MH., “Tahun ini adalah
tahun bersejarah bagi Mahkamah
Agung. Bisa disebut tahun yang
ajaib. Karena setelah bertahun-tahun
mendapat opini kurang memuaskan
dari BPK, dalam waktu yang cukup
singkat, MA meraih capaian fenomenal opini teratas mengenai laporan
keuangan, yaitu WTP.”
Ke na pa H a rus WT P
Opini Wajar Tanpa Pengecualian diberikan kepada lembaga atau
kementerian yang telah melakukan
standardisasi yang telah ditetapkan
oleh BPK. Selain WTP, BPK memiliki
opini lainnya, yaitu Tidak Wajar (TW),
Tidak Memberikan Pendapat (TMP,
disclaimer), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan terakhir Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
MA sendiri sudah melewati
semua opini itu. Dari tahun 2006-2009
MA berkubang di pusaran disclaimer.
Baru pada tahun 2010 MA naik kelas menjadi WDP, tetapi masih kritis
seperti pasien di ICU. Tahun 2011
bertahan di opini WDP, baru pada tahun 2012 MA bisa keluar dari ICU dan
mendapatkan opini teratas, WTP.
Sekretaris Mahkamah Agung,
Nurhadi, dalam wawancara dengan
tim Majalah Mahkamah Agung, menjelaskan berbagai faktor eksternal
dan internal yang mengharuskan sebuah K/L mencapai opini WTP. Salah
satunya reformasi keuangan negara,
tuntutan untuk melakukan tata kelola pemerintahan yang baik, tuntutan
untuk memberikan pelayanan yang
prima, pasti, kecepatan, transparan,
dan SDM yang profesional. Semua
harus dilaksanakan efektif efesien
serta akuntabel. Payung hukumnya
adalah UU no 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU no 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan UU
no 15 tahun 2004 Tentang Mengatur
Pengelelolaan Keuangan.
Dalam hal pengelolaan keuangan ini, menurut Nurhadi, kita harus
memperhatikan asas-asas pengelolaan keuangan yang baik, apalagi
jika ending yang diharapkan adalah
WTP. “Kita harus memperhatikan
asas kepastian, asas tertib mengelola keuangan itu sendiri, asas kepentingan umum, keterbukaan, profesionalisme dan proposionalitas, serta
akuntabel. Ini adalah rambu-rambu
yang harus menjadi perhatian.”
MA berpijak kepada regulasi
dan asas-asas tersebut. MA juga
mengaitkannya dengan penciptaan
good and clean government (pemerintahan yang baik dan bersih).
Sementara jika bicara akuntabilitas
orientasinya adalah hasil. Good and
clean government juga mengisyaratkan adanya transparansi, adanya
lembaga mandiri yang memeriksa
pengelolaan keuangan, dalam hal ini
BPK. Semua ini harus dipahami sebagai dasar untuk berpijak.
Dalam mencapai WTP, setiap
K/L memiliki kendala masing-masing.
Begitu juga dengan MA yang dulu
merupakan “kumpulan” beberapa
kementerian besar. “Kondisi lembaga
peradilan sebelum tahun 2005 boleh
dibilang masih karut-marut karena
terdiri dari dua lembaga besar, yaitu
Mahkamah Agung dan Departemen
Kehakiman (sekarang Kementerian
Hukum dan HAM). Tetapi, sesudah
periode 2005, sesuai dengan undang-undang, badan peradilan Indonesia satu atap di bawah Mahkamah
Agung. Artinya, mulai tahun 2005
pengelolaan keuangan berpusat di
MA,” kata Nurhadi.
Perlu diketahui kenapa MA tidak
bisa mencapai opini terbaik. Itu karena MA memiliki problem yang sangat
besar terhadap pengelolaan IP (Inventarisasi dan Penilaian). Di akhir
tahun 2011 posisi aset MA selisih IPnya Rp. 806,8 miliar, sifatnya materiil,
sangat menentukan opini.
Untuk meminimalisasi IP hingga
mendapatkan opini WTP, pada Januari 2012, Sekretaris MA (sebagai
koordinator) mulai bekerja bersama tim yg terdiri dari seluruh eselon
satu serta jajaran di bawahnya. Tim
ini membuat langkah kerja, memotret–baik pusat maupun daerah–dari
sisi kesekretariatan tentang berbagai
macam persoalan: tata kelola aset
dan tata kelola keuangan, mulai dari
perencanaan, monitoring, hingga
evaluasinya.
Setelah bekerja berdasarkan
langkah-langkah itu, tim mengakui
keadaannya memang complicated.
Keuangan MA karut-marut. Karena itu, tim bersepakat tata kelola
keuangan MA diprioritaskan untuk
ditangani. Dan ditekadkan, apa pun
keadaannya, pada 2012 MA harus
mendapat opini WTP. Tim pun segera
menyusun strategi, dengan mempertahankan yang baik yang tidak menjadi catatan, lalu menyelesaikan yang
menjadi catatan. Catatannya adalah
tim berkonsentrasi untuk mengatasi
masalah aset ini.
Satuan kerja yang berkaitan dengan aset adalah Biro Perlengkapan.
- No. 2 Edisi September 2013 | 15
LAPORAN U TAM A
Maka Nurhadi bersama tim membuat kontrak kerja dengan Kepala
Biro Perlengkapan untuk menyelesaikan masalah ini. Kepala Biro Perencanaan diminta untuk membuat
rencana kerja satu tahun ke de-
pan, Januari-Desember 2012 untuk
melakukan veriikasi dan validasi
(verval) terhadap aset. Caranya:
Pertama, memberdayakan SDM
yang ada untuk disebar ke daerah.
Kedua, mengklasterisasi satuan ker-
ja yang besar yang memiliki andil dalam memberikan selisih IP yang besar. Ketiga, membuat rencana kerja
satu tahun. Dan keempat, mendiskusikan dengan DJKN (Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara).
“Niat Istikamahkan Jangan Berubah”
Wawancara dengan Ketua BPK, Hadi Poernomo
M AH K AM AH Agung resmi meraih opini WTP
(Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK. Penyerahan opini berlangsung secara resmi di auditorium BPK RI pada
hari ini Senin, 24 Juni 2013, pada acara penyampaian
opini hasil pemeriksaan atas laporan keuangan lembaga-lembaga negara tahun 2012 kepada para pimpinan
lembaga negara.
Ketua BPK Hadi Poernomo mengapresiasi capaian MA itu. “Yang membuat istimewa capaian WTP bagi
Mahkamah Agung adalah karena Mahkamah Agung terdiri dari 1.633 satker, sementara lembaga yang lain hanya terdiri dari paling banyak 70 satker, yaitu BPK. Yang
lain, seperti DPR, MPR, MK, dan KY, hanya memiliki
satu satker,” kata Hadi Poernomo dalam sambutannya
yang disambut aplaus meriah dari para undangan.
“Dengan WTP-nya MA, maka semua lembaga
tinggi negara pada tahun ini sudah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Untuk itu saya ucapkan
selamat dan tetap lakukan yang terbaik untuk mempertahankan opini ini,” kata Hadi Purnomo pada acara
yang juga dihadiri oleh seluruh ketua Lembaga Tinggi
Negara itu.
Sedangkan ketua DPR, Marzuki Ali, dalam sambutannya mengatakan, “Capaian opini WTP tidak serta
merta mengindikasikan bahwa lembaga terbebas dari
penyimpangan penggunaan uang negara. Untuk itu
saya mengimbau kepada kepala tinggi negara lainnya
untuk tetap menggunakan uang negara secara efektif
dan efesien, tetap transparan dan tetap menjaga dan
mempertahankan opini WTP ini.”
16 |
- No. 2 Edisi September 2013
Pada acara yang bersejarah bagi MA itu, tim Majalah Mahkamah Agung menyempatkan diri untuk mewawancarai Ketua BPK seputar apa itu WTP,
tantangan BPK dalam memberikan opini tersebut kepada MA, dan pesan Ketua BPK untuk MA dalam mempertahankan opini tersebut. Berikut petikannya.
Apakah WTP itu?
BPK, dalam pemeriksaan keuangan, memberikan
empat opini kepada lembaga atau kementerian yang
diperiksa, sesuai dengan hasil laporannya. Yang pertama, Wajar Tanpa Pengecualian; kedua, Wajar Dengan
Pengecualian; ketiga, Tidak Memberikan Pendapat;
dan keempat, Tidak Wajar.
Dalam hal MA, karena terlalu banyak aset MA yang
belum dinilai, banyak hal yang belum diakui BPK sebagi sistem pengelolaan yang baik. Tetapi kini dengan
penilaian yang cukup secara standar akuntansi pemerintahan, maka opininya naik. Dasar opini ini adalah
penyajiannya terbuka, standar pengendalian internalnya bagus, dan standar akuntansi pemerintahan dalam
pemeriksaannya bagus.
Apakah WTP ini mengindikasikan bahwa lembaga tersebut bebas dari korupsi, tentu saja tidak. Tetapi
nanti, setelah 1.633 satker terakses oleh BPK, maka
sifat pemeriksaannya akan lebih luas, sehingga bukan
sampling lagi, melainkan populasi keseluruhan. Itulah
yang kita harapkan. Tetapi, tadi Ketua MA berjanji untuk memudahkan akses ini, sehingga mudah-mudahan
bisa membantu secara preventif. Nah, nanti pada ta-
LAPORAN U TAM A
DJKN menyambut baik sinergi
ini, sehingga setiap melakukan verval, DJKN selalu dilibatkan. Setiap
tim melakukan verval, hasilnya selalu
sesuai dengan verval yang dilakukan oleh DJKN. Hasil yang diperoleh
kemudian, selisih IP pada periode 30
April 2012 ‘terjun payung’ dari Rp.
806,8 miliar menjadi Rp.73,5 miliar.
Ini terdapat di 32 wilayah pada 788
satuan kerja.
Untuk mencapainya bisa dika-
takan sangat sulit. Sangat complicated, karena terkadang catatannya
ada, tetapi isiknya tidak ada. Atau
sebaliknya, isiknya sudah milik MA,
tetapi dokumennya masih atas nama
kementerian. Asetnya bukan hanya
hun berjalan, jika aksesnya sudah aktif, BPK bisa tahu,
antara catatan saldo dan laporannya sesuai atau tidak.
Jika tidak sesuai, kami mohon dicek. Setelah dicek, MA
memberikan alasannya. Dan BPK memeriksa lagi apakah kuat dengan alasan yang telah diutarakan. Jika
cocok, kami langsung katakan sesuai, dan jika tidak,
kami akan langsung mengadakan pemeriksaan lapangan. Inilah sifat preventifnya, sehingga tidak perlu ada
post audit atau curreant audit.
Menurut Anda, apa tantangannya?
Jumlah satker MA melebihi jumlah satker lembaga
lain. Dari 1.633 satker di bawah MA, mungkin saja ada
beberapa pimpinan pengadilan yang tidak mematuhi
perintah ketua MA. Ini bisa menjadi tantangan. Jika
dibandingkan dengan lembaga lain yang hanya terdiri
dari satu satker, tentu saja lebih mudah mendapatkan
opini WTP karena mudah untuk dipantau.
Untuk itulah MA kini sudah memiliki laporan
keuangan online. Tidak ada pilihan, harus begitu. Itulah mengapa Bank Mandiri yang nasabahnya ribuan di
seluruh Indonesia bisa mendapatkan WTP, itu karena
sistem mereka online, jadi mudah untuk dimonitor.
Apa pesan Anda untuk MA?
Komitmen. Istikamah. Niatnya jangan berubah.
Semangatnya harus sama. Kita harus konsisten dalam
mempertahankan prestasi ini.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan MA untuk
mempertahankan WTP.
Pertama, memperbaiki sistem dan meningkatkan
pengawasan, pengendalian, serta koordinasi penyusunan laporan keuangan di seluruh unit akuntansi, serta meningkatkan pelaksanaan review oleh Badan
Pengawasan MA atas laporan keuangan MA yang akan
datang.
Kedua, memperbaiki pengelolaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan aset tetap dan barang persediaan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
Yaitu, dengan meningkatkan pembinaan, koordinasi,
dan pengendalian terhadap pengelolaan aset tetap dan
persediaan di seluruh satker MA.
Ketiga, berkoordinasi dengan lembaga donor untuk mendapatkan dokumen yang diperlukan sebagai
dasar pengakuan belanja yang berasal dari hibah.
Keempat, memperbaiki sistem pengelolaan dan
pertanggungjawaban pendapatan dan belanja negara,
serta mematuhi seluruh ketentuan terkait dengan pertanggungjawaban APBN.
Kelima, meningkatkan pengawasan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban pendapatan, belanja,
dan barang milik negara dengan melibatkan pengawasan internal (Badan Pengawasan MA), termasuk
mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan. (Azz/MMA)
- No. 2 Edisi September 2013 | 17
LAPORAN U TAM A
dari MA, tetapi juga aset dari Departemen Kehakiman untuk Peradilan
Umum dan aset dari Departemen
Agama untuk Peradilan Agama.
Meskipun tantangannya datang
dari sana-sini, MA berkomitmen untuk meningkatkan opini dari WDP
ke WTP. Dengan berpatokan pada
temuan BPK di tahun 2011 dan tahun sebelumnya, tim menentukan
langkah strategi. Temuan BPK antara
lain: Pertama, temuan SPI (Sistem
Pengendalian Intern) berupa aset
tetap. Kedua, temuan kepatuhan, an-
tara lain BNBP dan hibah.
Karena selisih IP merupakan
temuan SPI, tim sangat concern
untuk menyelesaikannya. Tim terus
bekerja keras, karena obsesi tim dan
keinginan bersama warga MA adalah
selisih IP menjadi zero dan mencapai
WT P Andil Se m ua Piha k
Wawancara dengan Sutisna (Kepala Biro Keuangan MA)
Apa saja yang telah dilakukan Biro Keuangan MA dan tim dalam meraih WTP?
Perlu saya sampaikan di sini, sejak saat saya dilantik sebagai Kepala Biro Keuangan pada 30 April 2011,
Sekretaris MA menekankan bahwa target utama yang
harus diraih adalah mencapai opini WTP atas laporan
keuangan MA, karena pelaksanaan reformasi birokrasi
erat kaitannya dengan pengelolaan keuangan negara
yang transparan dan akuntabel.
Obsesi untuk mencapai opini WTP adalah harapan
seluruh jajaran MA dan hal ini sejalan juga dengan misi
MA untuk menciptakan badan peradilan yang agung.
Memang jalan dalam meraih WTP tidaklah mudah.
Tetapi dengan arahan dari Sekretaris MA, kami bersama tim melakukan banyak hal untuk mewujudkan WTP
tersebut. Di sini dapat saya sebutkan beberapa hal
yang kami lakukan.
Pertama, merancang strategi untuk meraih WTP
18 |
- No. 2 Edisi September 2013
itu. Dalam hal ini, salah satu hal yang sangat penting
adalah komitmen dari seluruh jajaran MA, khususnya
pimpinan MA, para eselon I di bawah koordinasi Sekretaris MA, serta semua tingkat banding dan tingkat
pertama di seluruh Indonesia untuk menyatukan tekad,
semangat dan kerja tim dalam meraih WTP.
Sekretaris selalu menekankan kepada kami di
jajaran Biro Keuangan untuk menciptakan iklim kerja yang harmonis dan kondusif, serta komunikasi dan
koordinasi yang efektif di semua lini, tidak hanya di tingkat biro, tapi juga di tingkat jajaran sekretariat eselon I.
Selain itu juga perlu koordinasi dan komunikasi yang
efektif serta sinergi lintas lembaga, antara lain dengan
Kementerian Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
Kedua, menciptakan sistem untuk mencapai predikat WTP, antara lain sistem komunikasi data nasional
(Komdanas). Sistem ini merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan MA. Tanpa
sistem yang berbasis teknologi, sangat mustahil untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan MA, karena
penyusunan laporan keuangan memerlukan kecepatan
dan ketepatan. Dengan Komdanas, penyusunan laporan keuangan menjadi lebih cepat dan tepat, mulai dari
tingkat pertama, tingkat banding dan korwil, sampai ke
MA, dihimpun oleh Biro Keuangan dari sistem akuntansinya (SAKPA) dan oleh Biro Perlengkapan dari sistem
informasi manajemen akuntansi barang milik negara
(SIMAK BMN).
LAPORAN U TAM A
WTP. Potensi yang ada digerakkan
semua. Veriikasi dan validasi dilakukan terus dengan dibantu DJKN ke
daerah-daerah yang memiliki selisih
IP yang besar. Pada 12 April 2013
selisih IP zero. Satu persatu masalah
yang mengganjal untuk meraih WTP
terselesaikan.
Selisih IP MA “terjun payung”
dari Rp. 806,8 miliar ke Rp. 73,5 miliar, dan “lompat indah” menjadi zero
dalam waktu yang singkat. Langkah
menuju WTP semakin jelas.
Tetapi masih ada beberapa lang-
Ketiga, menyusun pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan MA dan badan peradilan di bawahnya.
Dengan pedoman tersebut dibangun keseragaman
dalam hal penyusunan pelaporan keuangan, mulai dari
tingkat pertama, tingkat banding sampai tingkat MA.
Tentu pedoman yang kita keluarkan mengacu kepada
regulasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Keempat, mengefektifkan nota kesepahaman antara MA dan BPKP dalam hal pendampingan, antara
lain pendampingan dalam penyusunan laporan keuangan menuju opini WTP. BPKP melakukan pendampingan
dalam hal penyusunan laporan keuangan, mulai dari
tingkat pusat sampai ke tingkat daerah.
Yang tidak kalah penting adalah koordinasi dengan aparat pengawas internal, dalam hal ini Badan
Pengawasan MA. Setiap kegiatan yang terkait dengan
penyusun laporan keuangan, baik kegiatan supervisi
dan validasi, kegiatan rekonsiliasi laporan keuangan
dengan seluruh jajaran unit kerja eselon I dan seluruh
korwil, maupun kegiatan rapat koordinasi akuntansi dan
SIMAK BMN, selalu melibatkan Badan Pengawasan
MA. Badan Pengawasan, sebagai aparat pengawas
internal, memiliki kewajiban untuk melakukan review
terhadap laporan keuangan MA sebelum laporan MA
diserahkan kepada Kementerian Keuangan, khususnya
laporan keuangan semester I unaudited dan tahunan.
Demikian langkah-langkah yang telah kami lakukan
untuk meraih WTP. Dengan dorongan dari Sekretaris
MA,
30
LAPORAN KHUSUS
Foto cover: Gedung Mahkamah Agung
No. 2 Edisi September 2013
5
LAPORAN UTAMA
Gegap gempita kemeriahan ulang tahun Mahkamah
Agung yang ke-68 tahun.
Tunas Baru Pendekar Keadilan ..........................................36
KAMAR
Bersiap Maksimal untuk Putusan TUN ...............................48
BUKU
Mencari Terobosan Pemberantasan Korupsi .....................50
HAM adalah Anugerah Tuhan ............................................53
Sejarah terukir di Tenggarong ketika Ketua MA
meresmikan 39 pengadilan secara simbolis
40
WAWANCARA
PUSTAKA
Sosialisasi Pemberdayaan Perpustakaan ..........................54
TIRTA
Kembali pada Fitrah ...........................................................56
Terapi Puasa sebagai Media Meraih Kemenangan ............57
OBITUARI
Selamat Berpulang, Hakim yang Rendah Hati ...................59
KOLOM
Kompetensi Pengadilan TUN dalam Sistem Peradilan di
Indonesia ............................................................................62
Kriminalisasi Hakim dalam UU no. 11 Tahun 2012 pascaPutusan MK ........................................................................65
Dr. Ahmad Kamil, SH, M.Hum: “Profesional itu
mesti bermoral.”
BERANDA
Tak Seperti yang Mereka Kira ............................................67
RAGAM
Harmonisasi Hukum menuju Masyarakat ASEAN 2015 .....68
Menuju Transparansi Badan Peradilan ..............................71
- No. 2 Edisi September 2013 | 1
SALAM REDAK SI
PELINDUNG
DR. H.M. HATTA ALI, SH., MH.
DR. H. MOHAMMAD SALEH, SH., MH.
DR. H. AHMAD KAMIL, SH., M.Hum.
PEMBINA
WIDAYATNO S. HARDJONO, SH., MSC.
NURHADI, SH.,MH.
DR. DRS. ACO NUR, MH.
PENANGGUNG JAWAB
KEPALA BIRO HUKUM DAN HUMAS
MAHKAMAH AGUNG RI
PEMIMPIN REDAKSI
DR. RIDWAN MANSYUR, SH.,MH.
REDAKSI
ASEP NURSOBAH
LILIK MULYADI
HIRFAN HILMI
ANDRI TATENGKENG
KARTIKA SANDY TAURUS
DWI LISTIANI
NUR AZIZAH
IFAH ATUR
EDITOR
JOKO UPOYO PRIBADI, SH.
M.E.R HERKI ARTANI R, SH.,MH.
SEKRETARIS REDAKSI
DEWA NYOMAN SWASTIKA, SH.,MSi.
FOTOGRAFER
DEVI SUGARA
PEPPY NOFRIANDI
SONNY FEBIANTO
KONTRIBUTOR DAERAH
PENGADILAN NEGERI BANDA ACEH
PENGADILAN NEGERI MAKASAR
PENGADILAN NEGERI DENPASAR
SIRKULASI DAN DISTRIBUSI
HIDAYAT, SH.
MUHAMMAD UDIN
DITERBITKAN OLEH
BIRO HUKUM DAN HUMAS
BADAN URUSAN ADMINISTRASI
MAHKAMAH AGUNG RI
Jl. Merdeka Utara No. 9-13
JAKARTA 10010
Telepon: 3843348, 3810350, 3457661
www.mahkamahagungri.go.id
2|
- No. 2 Edisi September 2013
Selamat Ulang Tahun MA
Assalamualaikum wr.wb.
TIADA kata yang paling indah yang bisa kami ucapkan pertama kali,
selain bersyukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan tauik yang
telah dianugerahkan kepada kita semua.
Pada edisi ini, kami menyajikan Laporan Khusus tentang kegiatan
ulang tahun Mahkamah Agung, yang pada 19 Agustus 2013 berusia 68
tahun. Ulang tahun kali ini diberi tema “Dengan semangat keterbukaan
dan kebersamaan mewujudkan badan peradilan modern dan agung”. Acara dimulai dengan kegiatan senam bersama dan dimeriahkan dengan door
prize, yang diikuti oleh pimpinan MA, hakim agung, hakim ad hoc, hakim
yustisial, dan seluruh pegawai MA.
Majalah Mahkamah Agung edisi kedua ini juga menyajikan Laporan Utama tentang peresmian beberapa gedung peradilan di Tenggarong. Selain mengetengahkan berita tentang gedung dan sarana prasarana pengadilan yang
baru, tak kalah pentingnya meretas kembali keberadaan dan perkembangan
Sistem Informasi Penelusuran Perkara atau Case Tracking System serta keseriusan kerja pada pengadilan untuk mempermudah akses pelayanan publik,
khususnya pada manajemen perkara berbasis informasi tekhnologi (IT). Tim
redaksi berusaha memberikan beragam informasi teknologi bagi para pembaca yang budiman, untuk memperoleh segala sesuatu yang berkaitan dengan
perkembangan teknologi, khususnya di bidang peradilan.
Memang, mengubah suatu keadaan menjadi jauh lebih baik bukan perkara mudah. Butuh kerja keras serta kerja sama antarpemangku
kepentingan. Tapi di MA, komitmen dan keseriusan kerja tersebut terbukti
telah membuahkan hasil, predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas
laporan keuangan Mahkamah Agung. Itu membuktikan “Kita pasti bisa kalau bila bekerja sama dan tetap pada komitmen untuk menuju peradilan
yang agung”.
Terakhir, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga karya yang sederhana ini tidak hanya sederhana manfaatnya, tetapi memiliki manfaat yang besar bagi kita
semua dan nilai tinggi terutama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Selamat membaca. Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pemimpin Redaksi
SU RAT PEM BACA
KAMI sampaikan selamat dan apresiasi atas terbitnya Media
Komunikasi Mahkamah Agung RI “MAHKAMAH AGUNG”
No. 1 Edisi Mei Tahun 2013 di bawah komando Bapak Dr.
Ridwan Mansyur, SH., MH. Majalah ini, sekecil apapun, akan
memiliki nilai informasi dan komunikasi, terlebih tatkala terbitan tersebut dapat bermutu akan menjadi referensi yang baik
bagi pembacanya. Semoga media MA dapat mendorong
teman-teman seprofesi untuk rajin menulis, yang sangat bermanfaat bagi pengembangan dirinya, karier maupun untuk
kepentingan kantor sendiri. Kata orang bijak, sesungguhnya
menulis adalah ketrampilan dasar yang mestinya dimiliki setiap orang dan merupakan satu paket “catur tunggal”, yaitu
ketrampilan: mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
Supriya nt o (Pustakawan Utama, Perpustakaan
Nasional RI)
Saya ucapkan selamat atas diterbitkannya Majalah Mahkamah Agung edisi pertama. Barangkali, inilah jalannya
Mahkamah Agung memberi jawaban positif terhadap masyarakat yang memiliki kesan bahwa Mahkamah Agung itu
hidup di menara gading. Majalah ini dapat menggambarkan pengadilan yang baru di bawah kepemimpinan yang
baru. Saya usulkan, untuk meningkatkan mutunya, sebaiknya Redaksi menerima naskah dari pihak luar Mahkamah
Agung sendiri. Dan kalau bisa, isinya diperkaya dan halamannya ditambah.
Julius Ba rus (editor di sebuah penerbitan)
Saya ucapkan selamat atas terbitnya edisi perdana majalah
Mahkamah Agung. Selain sebagai media komunikasi bagi
seluruh aparatur peradilan, majalah ini dapat menjadi sarana
pembinaan dan sarana pembelajaran. Terbitnya majalah ini
menambah ruang kreativitas bagi aparatur peradilan. Maka
alangkah baiknya bila semua aparatur peradilan memanfaatkan ruang ini untuk berkarya. Saran saya, mungkin ada baiknya, jika pimpinan MA memberikan apresiasi bagi para penulis dengan memasukkan keberhasilan mereka memasukkan
karya tulis di majalah ini sebagai credit point. Dengan demikian, aparatur pengadilan akan berlomba-lomba menulis.
Dr. M a rsudin N a inggola n (Wakil Ketua PN
Bogor)
Selamat kepada Redaksi atas keberhasilannya menerbitkan Majalah Mahkamah Agung. Semoga majalah ini senantiasa hadir mewujudkan misi Mahkamah Agung menuju
peradilan yang benar-benar agung. Terbitnya majalah ini
tentunya akan memberikan manfaat bagi aparatur pengadilan.
Dra . St a rlit a (dosen di Jakarta)
Apreasi dan kegembiraan saya atas terbit majalah Mahkamah Agung sebab akan sangat membantu sosialisasi
kinerja Mahkamah Agung RI selaku pelaku kekuasaan
kehakiman di Indonesia. Khususnya bagi seluruh hakim di
Indonesia, majalah ini dapat menjadi media informasi, komunikasi, peningkatan profesionalitas. Harapan saya dapat
lebih ditingkatkan isi, materi, keterlibatan hakim se-Indonesia. Sukses selalu.
Drs. Anshoruddin, M A (hakim Pengadilan
Tinggi Agama Semarang)
Keluarga besar Pengadilan Tinggi Agama Semarang beserta
segenap jajaran MEDIASI (Media Komunikasi dan Informasi) Pengadilan Tnggi Semarang mengucapkan selamat dan
sukses atas terbitnya nomor pertama majalah Mahkamah
Agung. Diharapkan majalah ini mampu memberikan pencerahan dalam rangka terwujudnya peradilan yang agung yang
kita dambakan.
Drs. H . Wilda n Suyut hi, SH ., M H . (Ketua Pengadilan Tinggi Agama Semarang)
Saya mengucapkan selamat atas launching majalah Mahkamah Agung. Kami warga masyarakat ikut mendukung
ide positif ini dalam rangka pembangunan hukum nasional.
Alangkah baiknya kalau kami sebagai warga masyarakat
diberi ruang dalam majalah ini untuk berbagi wacana,
meskpun majalah ini forum para hakim.
Yusron Trisno (Surakarta)
Majalah Mahkamah Agung merupakan sebuah langkah
maju bagi perkembangan informasi di lingkungan Mahkamah Agung. Warga MA bisa saling membangun dengan
- No. 2 Edisi September 2013 | 3
berbagi informasi, pengalaman, maupun penyelesaian
masalah hukum melalui media ini. Semoga media ini bisa
terbit secara kontinu.
Agus Yudo W. (Pustakawan Politeknik Kese-
hatan Bandung)
Pertama, kami mengucapkan selamat atas terbitnya majalah MA RI. Majalah ini tentu akan sangat bermanfaat
sebagai sarana komunikasi inter stakeholders di MA dan
antara stakeholders di luar MA.
Ketika kami berkunjung ke MA membawa sejumlah mahasiswa kami sangat terkesan karena ternyata di MA tersedia
perpustakaan yang sangat bagus dan majalah MA. Kami
berharap ke depan akan ada kerjasama lain antara institusi
kami Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dan Mahkamah Agung. Bentuknya dapat kerjasama
penyelenggara seminar, penelitian, atau apa saja.
Sobirin M a lia n, SH .,M .H um (Dekan FH
UP 45 Yogyakarta)
Redaksi menerima artikel ilmiah tentang hukum dan laporan kegiatan di lingkungan peradilan. Naskah harus asli dan
belum pernah dimuat di media manapun. Naskah dikirim ke alamat redaksi:
Perpustakaan Mahkamah Agung RI
Jl. Medan Merdeka Utara no. 9-13
JAKARTA 10010
Telepon: 3843348, 3810350, 3457661
4|
- No. 2 Edisi September 2013
S
EJARAH I T U T ERU K I R DI
T EN GGARON G
Penandatanganan prasasti secara simbolis oleh Ketua MA RI, Hatta Ali
PAGI Itu sejarah baru terukir
di Tenggarong, Kalimantan Timur.
Di kota kaya minyak itu, sebuah
bangunan megah berdiri dan mengundang banyak perhatian, bahkan
kekaguman. Bangunan yang menjadi pusat perhatian itu adalah gedung
Pengadilan Negeri (PN) Tenggarong.
Ia tidak saja megah, tetapi juga menjadi tempat penting. Penting karena
dipilih Mahkamah Agung untuk meresmikan secara simbolis 39 gedung
peradilan umum, agama, militar,
maupun Tata Usaha Negara (TUN),
yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tentu bukan tanpa alasan MA
memilih PN Tenggarong sebagai
tempat istimewa. Salah satu alasannya, gedung ini kini menjadi salah
satu gedung pengadilan terbaik di Indonesia. Pembangunannya menelan
biaya Rp10.7 miliar, terbesar ketiga
dari 39 gedung pengadilan yang baru
selesai dibangun dan pagi itu dires-
mikan Ketua MA Hatta Ali. Total dana
pembangunan 39 gedung itu menghabiskan Rp.273,5 miliar.
Padahal, setahun yang lalu, gedung PN Tenggarong adalah gedung
dengan infrastruktur yang tidak memadai. Tapi, justru kekurangan itu
dijadikan cambuk dan spirit untuk
berbenah. Pemerintah daerah Tenggarong juga ikut memberikan hibah
dalam bentuk perabotan.
- No. 2 Edisi September 2013 | 5
LAPORAN U TAM A
Tak percuma hasilnya, gedung
itu kini membanggakan bagi para
penegak hukum di Tenggarong maupun masyarakat secara umum. Ini
penting, karena wajah gedung pengadilan adalah cermin bagaimana tangan-tangan hukum bekerja.
Itulah yang disampaikan Hatta
Ali dalam sambutan peresmian 39
gedung pengadilan, 22 Mei silam di
PN Tenggarong. “Gedung-gedung
bagus perlu jiwa dan semangat kerja
yang bagus pula, dan itu tergantung
pada kita semua, segenap warga
pengadilan, untuk mengisinya. Gedung-gedung bagus ini bukan untuk
sekadar dinikmati dan diduduki, namun menjadi wadah kita semua untuk memberikan pelayanan terbaik
bagi para pencari keadilan,” katanya.
Menurut Hatta, memang kualitas pelayanan pengadilanlah, bukan
gedung, yang akan menjadi cermin
dari wajah pengadilan. Tapi, gedung
yang bagus akan menginspirasi para
hakim bekerja dengan serius, dengan bagus pula.
Peresmian itu antara lain dihadiri
Wakil Ketua MA Bidang Non-Yudisial,
para ketua kamar MA, para hakim
agung, para pejabat eselon 1 MA,
gubernur Kalimantan Timur, bupati
Kutai Kartanegara, walikota Samarinda dan walikota Balikpapan.
Hatta mengingatkan, bahwa
pembangunan 39 gedung pengadilan
tidak akan mungkin bisa dilakukan di
masa lalu. Ia menjelaskan, seluruh
dana pembangunan itu berasal dari
DIPA Mahkamah Agung. Sepuluh tahun lalu misalnya, MA tidak mungkin
bisa memperbaiki gedung-gedung
pengadilan yang ada. Waktu itu, anggaran untuk MA hanya setara dengan
6|
- No. 2 Edisi September 2013
anggaran Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Artinya, sangat kecil.
Rekam jejak hakim dan panitera di direktori putusan
Kemudahan atau komitmen pemerintah untuk mengabulkan pembangunan itu membuktikan betapa
Negara sangat mendukung pembangunan peradilan yang benar-benar
lebih baik, bermartabat, dan berwibawa. Karena itu, komitmen Negara
mestinya jangan disia-siakan oleh
para penegak hukum, terutama para
hakim.
Sekarang, penghasilan hakim
dengan remunerasinya sudah relatif tinggi. Karena itu, kata Hatta Ali,
sungguh amat disesalkan jika warga
pengadilan masih ada yang gagal
memahami pengorbanan Negara
untuk membuat pengadilan yang benar-benar bermartabat.
Kita semua juga tahu, bahwa
melalui Peraturan Pemerintah No.
94/2012, kini kesejahteraan hakim
pun sudah jauh lebih meningkat,
dan untuk non-hakim sedang dalam
proses penyesuaian. Menurut Ketua Bidang Urusan Administrasi MA,
Dr. Aco Nur, MH, seorang hakim
muda kini bergaji Rp.10 juta rupiah.
Sementara gaji Kepala Pengadilan
Tinggi mencapai Rp.45 juta. Menurut
Aco Nur, jika dibandingkan dengan
hakim di Asia Tenggara, gaji hakim di
Indonesia yang terbaik.
Maka wajar jika Ketua MA mengingatkan kepada warga pengadilan,
khususnya kepada 9.000 hakim yang
berada di bawah naungan MA, untuk tidak melancungi amanat rakyat
mengenai peradilan yang bersih.
Sungguh tidak layak, apabila ma-
sih ada di antara warga pengadilan
yang terus-menerus gagal memahami pengorbanan Negara dan terus
melakukan perbuatan tidak terpuji,
seolah-olah hal tersebut lumrah belaka.
Pimpinan MA, kata Hatta, juga
tidak segan akan mengambil tindakan tegas jika masih ada jajarannya
yang melakukan pelanggaran. “Hendaknya dipahami, bahwa kode etik,
kode perilaku, aturan kedisiplinan
dan lain sebagainya hendaknya
jangan hanya dibaca, dimengerti,
dan dipahami. Namun harus dilaksanakan sepenuhnya! Karena justru
itulah yang membuat perbedaan antara pengamat dan pelaksana. Kita
semua adalah pelaksana, bukan
pengamat, jadi camkan itu!” tegas
Hatta.
Aturan bagus memang tidak
selalu dilaksanakan dengan bagus.
Maka Hatta mengajak jajaran Mahkamah Agung untuk mengubur dalam-dalam stereotip masa lalu, yakni
kerja lambat, berkas putusan salah
atau hilang, akibatnya lama diterima
para pihak. Ketidakmampuan bekerja
disembunyikan lewat berbagai cara
tak terpuji: bekerja dilambat-lambatkan, berkas dihilangkan, atau disalah-salahkan. Ini, kata Hatta Ali, tak
boleh terjadi lagi.
Hatta juga mengintruksikan
pada segenap jajaran peradilan untuk memasukkan indikator-indikator
penilaian kinerja para pimpinan pengadilan, para hakim, para panitera,
maupun aparatur pengadilan lainnya.
Temuan yang sering terjadi,
menurut Hatta, adalah pengadilan
tidak memasukkan dokumen putusan
pengadilan ke direktori putusan Mah-
LAPORAN U TAM A
kamah Agung. Alasannya pun bermacam-macam. Padahal, putusan
pengadilan adalah dokumen negara,
bukan milik pribadi. “Saya kira sudah
waktunya Mahkamah Agung menjadikan berkas di direktori putusan sebagai rujukan rekam jejak para hakim
dan panitera yang akan mengalami
proses promosi dan mutasi. Argumentasinya sederhana. Bagaimana
kita bisa menilai bahwa seseorang
memang berkualitas dan memiliki
kualiikasi serta pengalaman dalam
menangani perkara kalau buktinya
–berkas putusan– tidak tersedia?”
tanya Hatta Ali.
Kemudahan akses informasi
DALAM urusan publik, Hatta menekankan, jajaran Mahkamah Agung
jangan abai terhadap hak-hak para
pencari keadilan yang tinggal di daerah-daerah terpencil, yang jauh dari
lokasi gedung-gedung pengadilan.
Pencari keadilan tidak hanya
tinggal di kota-kota. Banyak warga
yang tinggal jauh di pelosok. Banyak
yang karena jarak dan masalah biaya
memiliki kesulitan untuk mengakses
pengadilan. Mungkin perlu waktu berhari-hari melintasi hutan dan
menyeberangi sungai atau bahkan
laut untuk bisa mengakses keadilan
di pengadilan. Untuk itu, Hatta meminta, pengadilan juga harus proaktif
mendekatkan diri kepada kelompok
masyarakat ini. Sehingga mereka
bisa mengakses layanan pengadilan
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang mereka alami. Demikian pula pelayanan bagi
kelompok masyarakat disabilitas
yang mengalami keterbatasan isik.
Karena itu, amat penting peng-
adilan memanfaatkan tempat-tempat
bersidang (zitting splatsen) dan
pos layanan hukum (dulu pos bantuan hukum) dan meja informasi untuk
melayani mereka.
Menurut Hatta, akses informasi
merupakan persoalan klasik pengadilan di seluruh dunia. Karena itu,
katanya, jangan sampai kita memiliki
gedung-gedung megah, tapi minim
informasi. Hatta menyarankan, agar
PN Tenggarong dan 38 pengadilan
lainnya memasang spanduk besar
di halaman gedung yang menginformasikan perkara dan putusan peng-
adilan sudah tersedia di situs internet
pengadilan.
Hatta meminta segenap warga
pengadilan secara bersama-sama
merawat dan menjaga kehormatan
penegakan hukum, sehingga bisa
mengisi gedung-gedung megah dengan jiwa yang luhur bagi pelayanan
para pencari keadilan di Indonesia.
“Mari kita jadikan peresmian gedung-gedung baru ini juga sekaligus
sebagai momen untuk menetapkan
wajah baru pengadilan. Pengadilan
yang lebih ramah, sigap dan tidak
berpihak dalam melayani para pencari keadilan,” kata Hatta di akhir
sambutannya.
Capaian WTP
Selain peresmian 39 gedung pengadilan, hal yang harus diakui sebagai
capaian positif Mahkamah Agung
adalah hasil audit Badan Pemeriksa
Keuangan. Seperti dikatakan Kepala Badan Urusan Administrasi, Aco
Nur, hasil audit BPK terhadap laporan
keuangan MA pada 2012 adalah WTP
(wajar tanpa pengecualian).
Dilihat begitu saja, capaian WTP
bukan prestasi luar biasa, karena begitulah seharusnya institusi negara
mengelola asetnya. Tapi, mengingat
MA mempunyai begitu banyak satuan kerja (satker), menurut Aco Nur,
capaian ini perlu disyukuri. Karena
MA mempunyai begitu banyak satuan kerja (satker), 842 buah, dengan
mengelola anggaran Rp.7,2 triliun
(plus APBNP. Terlebih menurut BPK,
MA sesungguhnya mempunyai 1.603
satker karena setiap pengadilan
mempunyai dua DIPA. Hanya MA institusi negara yang mempunyai begitu banyak DIPA.
- No. 2 Edisi September 2013 | 7
LAPORAN U TAM A
Selain begitu banyak satker,
menurut Aco Nur, capaian itu juga
terlihat amat jelas graik naiknya.
Pada 2009 dan 2010, misalnya,
berdasarkan pemeriksaan BPK,
MA dinyatakan disclaimer (Tidak
menyatakan pendapat). Setahun
berikutnya, MA mendapat penilaian
Untuk mencapai opini WTP,
kata Sutisna, pertama harus merancang strategi untuk meraih WTP itu.
Strategi itu antara lain adanya komitmen dari seluruh jajaran MA, bukan
hanya dari jajaran pimpinan atau
sekretariat, tetapi semua, termasuk
ketua pengadilan tingkat banding
Andi Roosdiaty, pembina Darmayukti Karini, pada peresmian gedung PN Tenggarong
WDP (wajar dengan pengecualian),
yang ibarat orang sakit harus masuk
ICU. Baru pada 2012 tercapai WTP.
Menurut Karo Keuangan Sutisna, S.Sos, M.Pd, opini WTP adalah mimpi dan obsesi seluruh jajaran
MA. Hal ini sejalan dengan misi MA
dalam menciptakan badan peradilan
yang agung. Di situ dibutuhkan jajaran sekretariat untuk bekerja lebih
baik. Salah satunya dalam menggunakan keuangan negara secara
transparan dan akuntabel, yang
salah satu unsurnya adalah meraih
WTP. (Selengkapnya baca wawancara dengan Sutisna hlm. 18)
8|
- No. 2 Edisi September 2013
dan tingkat pertama di seluruh Indonesia untuk menyatukan tekad
meraih WTP. Ini perlu tercipta iklim
kerja yang harmonis, komunikatif,
dan koordinatif. Bukan hanya internal MA tetapi juga dengan pihak
eksternal. Kedua, menciptakan sistem untuk mencapai WTP.
Ada beberapa sistem yang telah diciptakan MA. Pertama, sistem
Komdanas (komunikasi data nasional). Sistem ini merupakan satu
upaya untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan MA. Tanpa ada
Komdanas yang berbasis teknologi,
mustahil untuk meningkatkan kuali-
tas laporan keuangan MA. Dengan
Komdanas, penyusunan laporan
keuangan bisa menjadi lebih cepat,
mulai dari tingkat pertama, tingkat
banding, tingkat korwil sampai ke
MA. Dalam hal ini yang menghimpun laporan keuangan adalah Biro
Keuangan dari sisi akuntansinya.
Komdanas menciptakan kecepatan
dan ketepatan dalam penyusunan
laporan keuangan MA.
Kedua, sistem Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan.
Diharapkan adanya penyeragaman
mulai dari tingkat pertama hingga
MA. Tentu saja acuannya adalah
peraturan yang dikeluarkan oleh Direktorat Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Ketiga, Layanan Pengadaan
Barang/Jasa Secara Elektronik
(LPSE). Sistem ini diharapkan bisa
menciptakan layanan pengadaan
yang transparan dan akuntabel. Karena, salah satu penilaian reformasi birokrasi adalah pelayanan pengadaan
barang/jasa secara elektronik.
Keempat, nota kesepahaman
antara MA dan BPKP dalam hal pen
dampingan untuk mendapatkan opini WTP, terutama dalam hal penyusunan laporan keuangan.
Dan yang tidak kalah penting
dari semua itu adalah koordinasi
dengan Badan Pengawasan MA,
karena setiap kegiatan yang terkait
dengan laporan keuangan, baik kegiatan supervisi, validasi maupun
kegiatan rapat koordinasi akuntansi
dengan seluruh jajaran MA, selalu
melibatkan Badan Pengawasan MA.
“Karena Badan Pengawasan
MA juga memiliki kewajiban untuk
mereview laporan keuangan MA, se-
LAPORAN U TAM A
belum laporan keuangan MA diserahkan kepada Direktoral Jenderal Perbendaharaan Kementerian
Keuangan. Baik itu audited maupun
unaudited, laporan itu harus diperiksa terlebih dahulu oleh badan pemeriksa keuangan internal MA, dalam
hal ini Badan Pengawasan MA,” kata
Sutisna.
rus bekerja lebih baik dengan tingkat akuntabilitas yang kian tinggi.
Penyerapan Anggaran
Selain WTP, pada 2012 sebenarnya MA mendapat penghargaan
lain. Yakni penyerapan anggaran
yang mencapai 95,07 persen. Ini artinya manajemen pengelolaan anggar-
Jumpa pers sebelum peresmian 39 gedung pengadilan baru. Tampak hadir Ketua MA Hatta
Ali, Bupati Kutai Kartanegara, Rita Widyasari, Karo Hukum dan Humas MA, Ridwan Mansyur.
Langkah-langkah itulah, lanjutnya, yang telah dilakukan MA. Segala sesuatu bisa diraih asalkan ada
niat untuk berusaha, kerja keras,
team work, dan koordinasi menjadikan jajaran MA semakin semangat
untuk meraih WTP.
Kini WTP sudah diraih MA.
Semua itu adalah berkat andil semua
pihak, pimpinan, jajaran sekretariat hingga ke jajaran yang paling
bawah. Dan, capaian di sebuah
institusi dengan begitu banyak satker, memang tidak mudah. Karena
lebih kompleks dan rumit. Wajar ini
perlu disyukuri. Syukur untuk te-
an di MA merupakan yang terbaik.
(Baca wawancara dengan Aco
Nur, hlm. 22)
Anggaran yang cukup besar memang tidak saja butuh manajemen
pengelolaan yang baik, tapi juga harus dibarengi peningkatan pelayanan
kepada publik. Penghargaan masyarakat yang telah menggaji tinggi para
hakim harus membuat MA punya
kesadaran tinggi memberikan pelayanan terbaik kepada para pencari
keadilan.
Karena itu, Aco Nur mengingatkan, jajaran MA harus berpegang
pada empat misi yang diembannya.
Pertama, menjaga independensi
peradilan. Kedua, memberi keadilan
pada masyarakat pencari keadilan.
Ketiga, meningkatkan kualitas kepemimpinan pengadilan. Keempat, meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan.
“Ini harus dilaksanakan MA tanpa tawar-menawar lagi, karena tunjangan hakim sudah tinggi dan pejabat MA diberikan remunerasi. Baru
MA institusi yang diberikan tunjangan
plus. Institusi lain masih terbatas remunerasinya,” beber Aco Nur.
Yang harus diingatkan adalah
capaian itu tak boleh membuat MA
menepuk dada tanda berpuas diri.
Justru harus terus berupaya meningkatkan diri.
Apa yang dikatakan Ketua MA
Hatta Ali dalam sambutan peresmian
39 gedung pengadilan, bahwa para
hakim tak boleh melancungi kepercayaan rakyat, harus selalu mendekat
dengan pencari keadilan, membuka
akses informasi pada warga, semua
itu haruslah menjadi pegangan kerja
para hakim.
Pada akhirnya, publik menunggu hasil konkret berbagai capaian
MA itu. Sebab semua itu haruslah
bermuara positif. Selain bagi jajaran
MA, yang lebih penting justru pada
pelayanan bagi para pencari keadilan
itu sendiri, yakni masyarakat. Mereka
menunggu. (Tim MMA)
- No. 2 Edisi September 2013 | 9
LAPORAN U TAM A
Datar Pengadilan yang Diresmikan
Pe ra dila n U m um
PN Tenggarong
PN Balikpapan
PN Parigi
PN Labuan Bajo
PN Oelamasi
PN Wamena
PN Malili
PN Balige
Pe nga dila n T ipikor da n PH I Pengadilan Tipikor dan PHI Surabaya
Pengadilan Tipikor dan PHI Yogyakarta
Pengadilan Tipikor Kendari
Pengadilan Tipikor Kupang
Pengadilan Tipikor dan PHI Samarinda
Pe ra dila n Aga m a
Pe ra dila n T U N
Pe ra dila n M ilit e r
10 |
- No. 2 Edisi September 2013
PA Jakarta Pusat
PA Palu
PA Tilamuta
PA Bengkalis
PA Luwuk
PA Negara
PA Selong
PA Stabat
PA Tanjung Pinang
PA Tual
PA Wates
PA Karanganyar
PA Kendal
PA Indramayu
PA Bekasi
PA Tigaraksa
Mahkamah Syar’iyah Kualasimpang
Pengadilan TUN Surabaya
Pengadilan TUN Medan
Pengadilan Militer Surabaya
Pengadilan Militer Bandung
Pengadilan Militer Kupang
Pengadilan Militer Makassar
Pengadilan Militer Madiun
Pengadilan Militer Medan
Pengadilan Militer Banjarmasin
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
10.692.522.000,10.409.213.000,7.441.941.000,6.430.131.000,4.190.514.000,20.911.464.000,6.338.500.000,5.457.360.000,-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
8.117.011.000,5.173.786.000,4.941.904.000,5.768.987.000,6.791.358.000,-
Rp 18.814.331.000,Rp 5.373.903.000,Rp 4.195.911.000,Rp 4.680.181.000,Rp 4.477.830.000,Rp 5.594.716.000,Rp 6.442.347.000,Rp 3.967.894.000,Rp 5.537.109.000,Rp 6.479.917.000,Rp 4.500.000.000,Rp 3.144.797.000,Rp 2.783.159.000,Rp 8.622.387.000,Rp 7.611.984.000,Rp 5.333.200.000,Rp 6.400.000.000,Rp 6.846.869.000,Rp 5.712.200.000,Rp 7.151.995.000,Rp 10.072.549.000,Rp 7.506.080.000,Rp 6.310.780.000,Rp 6.907.027.000,Rp 8.692.750.000,Rp 7.764.001.000,-
LAPORAN U TAM A
Ta nt a nga n M e ne ga k k a n
Ke a dila n di Be nua Et a m
Proil Pengadilan Tipikor/PHI Samarinda
BEN UA Etam, sebuah
wilayah yang begitu kaya dengan
sumber daya alam, tentu membawa tantangan tersendiri bagi
para penegak hukumnya, tak
terkecuali bagi Pengadilan Tinggi Samarinda. Hal ini mengingat
sengketa mengenai kepemilikan
tanah merupakan perkara yang
lebih dominan di kawasan ini.
Dengan berpegang teguh
pada hukum dan hati nurani, jajaran Pengadilan Tinggi Samarinda yakin akan mampu menegakkan keadilan di Bumi Etam ini. Di
bawah kepemimpinan H.Surya
Dharma Belo, SH, Pengadilan
Tinggi Samarinda terus berusaha untuk melayani para
pencari keadilan dengan pelayanan prima demi terwujudnya peradilan yang transparan, akuntabel, dan profesional.
Pelayanan prima itulah yang mau diwujudkan dengan
pembangunan gedung Pengadilan Tipikor dan PHI Samarinda, bersebelahan dengan gedung Pengadilan Negeri
Samarinda. Gedung lama Pengadilan Negeri Samarinda
sendiri dibangun pada tahun 1978. Karena ada kebutuhan
mendesak untuk pembangunan gedung Pengadilan Tipikor dan Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Samarinda
sebagai skala prioritas, maka bangunan lama dibongkar.
Demikian pula, untuk memenuhi kebutuhan lahan parkir, 2
unit rumah dinas hakim tipe B 120 di bagian belakang gedung dibongkar untuk digunakan sebagai halaman parkir
mobil tahanan dan kendaraan pengunjung sidang.
Selanjutnya di atas lahan tersebut dibangun gedung
Pengadilan Tipikor dan PHI Samarinda. Pembangunannya selesai pada tahun 2012, kemudian diresmikan oleh
Ketua Mahkamah Agung RI (Dr. H. M. Hatta Ali, SH., MH.)
pada tanggal 22 Mei 2013.
Peresmian dipusatkan di Tenggarong (Kalimantan
Timur) bersama-sama dengan 38 gedung pengadilan di
4 lingkungan peradilan se-Indonesia. Gedung Pengadilan
Tipikor dan PHI Samarinda dibangun di atas lahan seluas
± 25 x 35 m di Jalan M. Yamin, tepat bersebelahan dengan
Pengadilan Negeri Samarinda.
Luas bangunan sesuai prototipe Mahkamah Agung RI,
yaitu lebar 18 m dan panjang 30 m, terdiri dari 2 lantai
sehingga luas keseluruhan bangunan 1.080 m2.
Pembangunan gedung Pengadilan Tipikor dan PHI
Samarinda dilakukan 2 tahap. Tahap I berdasarkan DIPA
Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2011
dengan pagu anggaran sebesar Rp. 5.384.158.000,00 Nilai
Realisasi sebesar Rp. 5.192.974.450,00. Sedang pembangunan Tahap II berdasarkan DIPA Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2012 dengan pagu anggaran sebesar Rp. 1.654.095.000,00 Nilai Realisasi sebesar
Rp. 1.598.383.000,00. (IFH, MMA)
- No. 2 Edisi September 2013 | 11
LAPORAN U TAM A
La ya na n Prim a Ja di
La nda sa n Be ke rja
Proil PA Balikpapan
H AWA dingin AC langsung terasa begitu menginjakkan kaki di lobi Pengadilan Agama Balikpapan. Dua orang
staf berdiri sigap di sudut ruangan, siap mengarahkan
para tamu yang datang ke pengadilan. Senyum keduanya
mengembang.
“Kalau membutuhkan informasi, kami langsung arahkan ke bagian layanan informasi yang berada di belakang
gedung. Sementara untuk persidangan, masyarakat yang
menunggu disilakan menuju ruang tunggu. Khusus untuk
yang membawa anak atau bayi dapat dititipkan kepada
petugas di ruang anak. Jadi, sementara orang tuanya
menjalani persidangan, sang anak dapat bermain dengan
nyaman di ruangan ini,” kata salah satu di antara mereka.
Sebuah ruangan, yang didesain khusus menyerupai
taman bermain, dilengkapi dengan aneka mainan seperti
perosotan, kursi goyang, bahkan ruang menyusui. “Bagus,
bagus, saya percaya pelayanannya bakal meningkat,”
ucap Sekretaris MA, Nurhadi, dalam kunjungannya ke
Pengadilan Agama Balikpapan pada 23 Mei 2013.
12 |
- No. 2 Edisi September 2013
Nurhadi didampingi para pejabat eselon I dan eselon II.
Pada kesempatan itu ia menyampaikan pentingnya pelayanan prima di pengadilan. “Kalau begini, para pencari
keadilan ’kan merasa terlayani,” sambung Pak Sekretaris,
yang diamini oleh para pejabat lainnya.
Dalam wawancara terpisah dengan Mahkamah
Agung, untuk urusan pelayanan informasi, Pengadilan
Agama Balikpapan patut diacungi jempol. Menurut Hairiah,
Wakil Panitera Pengadilan Agama Balikpapan, pelayanan
prima memang kerap digaungkan dalam pelayanan terhadap para pencari keadilan.
“Alhamdulilah, kami di sini sudah menggunakan
sistem elektronik antrean. Misalnya, kalau ada yang ingin
bersidang dan ingin mengetahui jadwal sidangnya, cukup
masukkan nomor perkara, dan klik, nomor antrean akan
keluar. Untuk permohonan informasi, pengunjung harus
mengambil nomor antrean sesuai dengan loket yang dituju. Misalnya, loket 1 untuk informasi pembuatan akta, dan
loket nomor 2 untuk pengajuan perkara,” paparnya mantap.
Sementara itu, para pencari keadilan juga diminta
untuk mengisi survei kepuasan pelayanan yang tersedia. “Kami sengaja buatkan aplikasinya, sehingga kami
bisa mengukur sejauh mana masyarakat puas terhadap
layanan pengadilan,” sahutnya lagi.
Rupanya pelayanan prima tengah digalakkan di semua
pengadilan sebagai bentuk reformasi birokrasi. Pelayanan
yang murah, cepat, dan akurat memang menjadi harapan
dari seluruh warga pengadilan. Semoga pengadilan yang
agung dapat benar-benar diwujudkan. (IFH, MMA)
LAPORAN U TAM A
M e w ujudk a n Tra nspa ra nsi
Pe ne ga k a n H uk um
Proil Dilmil Medan
K ESAN tegas langsung terasa begitu memasuki
pelataran gedung Pengadilan Militer I-02 Medan. Seperti umumnya gedung pengadilan militer, para pegawainya
pun memakai seragam dinas rapi berwarna hijau. Pengadilan Militer I-02 Medan memiliki tugas pokok mendukung
tugas komando dalam menyelesaikan pelanggaran pidana
oleh prajurit TNI yang bertugas di Kodam I/BB, Lantamal
Belawan, Kosek Hanudnas-III Medan dan Lanud Soewondo. Tugas ini didukung oleh SDM (Sumber Daya Manusia)
yang terdiri dari 7 hakim militer, 3 panitera, dan 13 staf TNI/
Sipil, serta 10 tenaga honorer.
Di bawah kepemimpinan Letnan Kolonel Chk. Adil
Karo-Karo, SH, saat ini pengadilan militer I–02 Medan
bertekad memberikan pelayanan hukum sebaik mungkin
kepada anggota TNI yang melakukan pelanggaran pidana.
Pengadilan Militer I-02 Medan berupaya memberikan informasi terhadap pencari keadilan. Mereka dapat mengakses
jadwal persidangan dan hasil-hasil persidangan yang sudah berkekuatan hukum tetap. Cara ini jelas amat mendukung tercapainya penegakan hukum secara transparan.
Para Komandan Satuan yang bertugas di wilayah
hukum Sumatera Utara dan juga masyarakat Sumatera
Utara sangat mendukung keberadaan Pengadilan Militer
I-02 Medan di Jalan Ngumban Surbakti No. 45 Medan.
Keberadaannya dapat membantu para Komandan Satuan
dalam penegakan hukum, khususnya percepatan penyelesaian perkara, juga terhadap masyarakat umum yang dirugikan oleh oknum prajurit TNI. (IFH, MMA)
Gedung Pengadilan Militer, Medan
- No. 2 Edisi September 2013 | 13
LAPORAN U TAM A
Opini WT P M A:
U pa ya Ta k Ke na l Le la h
Nurhadi, sekretaris Mahkamah Agung RI
ORAN G bijak mengatakan,
tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan. Dan, perubahan
yang paling utama haruslah menuju
kebajikan. Itu sebabnya, begitu banyak upaya perbaikan adalah hasil
dari upaya mereka yang tak pernah
nyaman berdiam diri. Mereka terus
bergerak, berubah.
Melihat ke belakang sebelum
tahun 2005, misalnya, Mahkamah
Agung (MA) adalah lembaga yang
terhimpun dari beberapa lembaga besar seperti Kementerian Hu-
14 |
- No. 2 Edisi September 2013
kum dan HAM yang membawahi
Peradilan Umum dan Kementerian
Agama yang membawahi Peradilan
Agama. Setelah undang-undang
menyatakan seluruh peradilan di Indonesia berada di bawah MA (satu
atap), MA memiliki banyak sekali
warisan “pekerjaan rumah” yang harus diselesaikan. Misalnya saja dokumen kepemilikan berbagai aset. PR
inilah yang kemudian memberikan
andil MA berkali-kali mendapatkan
opini disclaimer (tidak memberikan
pendapat) dari Badan Pemeriksaan
Keuangan RI (BPK). Sulit sekali mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Padahal, terkait dengan
reformasi birokrasi yang sedang digalakkan oleh seluruh kementerian/
lembaga (K/L), pencapaian WTP
dalam laporan keuangan adalah sebuah kewajiban. Untuk itulah, MA
berbenah diri di berbagai lini untuk
mencapai opini tersebut.
Salah satu hasil pembenahan
itu, pada 24 Juni 2013 MA mendapat
opini WTP dari BPK. Ini capaian yang
selama 10 tahun terakhir memang
LAPORAN U TAM A
diupayakan MA. Tak berlebihan
kata Wakil Ketua Mahkamah Agung
bidang Non Yudisial, Dr. H. Ahmad
Kamil, SH., MH., “Tahun ini adalah
tahun bersejarah bagi Mahkamah
Agung. Bisa disebut tahun yang
ajaib. Karena setelah bertahun-tahun
mendapat opini kurang memuaskan
dari BPK, dalam waktu yang cukup
singkat, MA meraih capaian fenomenal opini teratas mengenai laporan
keuangan, yaitu WTP.”
Ke na pa H a rus WT P
Opini Wajar Tanpa Pengecualian diberikan kepada lembaga atau
kementerian yang telah melakukan
standardisasi yang telah ditetapkan
oleh BPK. Selain WTP, BPK memiliki
opini lainnya, yaitu Tidak Wajar (TW),
Tidak Memberikan Pendapat (TMP,
disclaimer), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan terakhir Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
MA sendiri sudah melewati
semua opini itu. Dari tahun 2006-2009
MA berkubang di pusaran disclaimer.
Baru pada tahun 2010 MA naik kelas menjadi WDP, tetapi masih kritis
seperti pasien di ICU. Tahun 2011
bertahan di opini WDP, baru pada tahun 2012 MA bisa keluar dari ICU dan
mendapatkan opini teratas, WTP.
Sekretaris Mahkamah Agung,
Nurhadi, dalam wawancara dengan
tim Majalah Mahkamah Agung, menjelaskan berbagai faktor eksternal
dan internal yang mengharuskan sebuah K/L mencapai opini WTP. Salah
satunya reformasi keuangan negara,
tuntutan untuk melakukan tata kelola pemerintahan yang baik, tuntutan
untuk memberikan pelayanan yang
prima, pasti, kecepatan, transparan,
dan SDM yang profesional. Semua
harus dilaksanakan efektif efesien
serta akuntabel. Payung hukumnya
adalah UU no 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU no 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan UU
no 15 tahun 2004 Tentang Mengatur
Pengelelolaan Keuangan.
Dalam hal pengelolaan keuangan ini, menurut Nurhadi, kita harus
memperhatikan asas-asas pengelolaan keuangan yang baik, apalagi
jika ending yang diharapkan adalah
WTP. “Kita harus memperhatikan
asas kepastian, asas tertib mengelola keuangan itu sendiri, asas kepentingan umum, keterbukaan, profesionalisme dan proposionalitas, serta
akuntabel. Ini adalah rambu-rambu
yang harus menjadi perhatian.”
MA berpijak kepada regulasi
dan asas-asas tersebut. MA juga
mengaitkannya dengan penciptaan
good and clean government (pemerintahan yang baik dan bersih).
Sementara jika bicara akuntabilitas
orientasinya adalah hasil. Good and
clean government juga mengisyaratkan adanya transparansi, adanya
lembaga mandiri yang memeriksa
pengelolaan keuangan, dalam hal ini
BPK. Semua ini harus dipahami sebagai dasar untuk berpijak.
Dalam mencapai WTP, setiap
K/L memiliki kendala masing-masing.
Begitu juga dengan MA yang dulu
merupakan “kumpulan” beberapa
kementerian besar. “Kondisi lembaga
peradilan sebelum tahun 2005 boleh
dibilang masih karut-marut karena
terdiri dari dua lembaga besar, yaitu
Mahkamah Agung dan Departemen
Kehakiman (sekarang Kementerian
Hukum dan HAM). Tetapi, sesudah
periode 2005, sesuai dengan undang-undang, badan peradilan Indonesia satu atap di bawah Mahkamah
Agung. Artinya, mulai tahun 2005
pengelolaan keuangan berpusat di
MA,” kata Nurhadi.
Perlu diketahui kenapa MA tidak
bisa mencapai opini terbaik. Itu karena MA memiliki problem yang sangat
besar terhadap pengelolaan IP (Inventarisasi dan Penilaian). Di akhir
tahun 2011 posisi aset MA selisih IPnya Rp. 806,8 miliar, sifatnya materiil,
sangat menentukan opini.
Untuk meminimalisasi IP hingga
mendapatkan opini WTP, pada Januari 2012, Sekretaris MA (sebagai
koordinator) mulai bekerja bersama tim yg terdiri dari seluruh eselon
satu serta jajaran di bawahnya. Tim
ini membuat langkah kerja, memotret–baik pusat maupun daerah–dari
sisi kesekretariatan tentang berbagai
macam persoalan: tata kelola aset
dan tata kelola keuangan, mulai dari
perencanaan, monitoring, hingga
evaluasinya.
Setelah bekerja berdasarkan
langkah-langkah itu, tim mengakui
keadaannya memang complicated.
Keuangan MA karut-marut. Karena itu, tim bersepakat tata kelola
keuangan MA diprioritaskan untuk
ditangani. Dan ditekadkan, apa pun
keadaannya, pada 2012 MA harus
mendapat opini WTP. Tim pun segera
menyusun strategi, dengan mempertahankan yang baik yang tidak menjadi catatan, lalu menyelesaikan yang
menjadi catatan. Catatannya adalah
tim berkonsentrasi untuk mengatasi
masalah aset ini.
Satuan kerja yang berkaitan dengan aset adalah Biro Perlengkapan.
- No. 2 Edisi September 2013 | 15
LAPORAN U TAM A
Maka Nurhadi bersama tim membuat kontrak kerja dengan Kepala
Biro Perlengkapan untuk menyelesaikan masalah ini. Kepala Biro Perencanaan diminta untuk membuat
rencana kerja satu tahun ke de-
pan, Januari-Desember 2012 untuk
melakukan veriikasi dan validasi
(verval) terhadap aset. Caranya:
Pertama, memberdayakan SDM
yang ada untuk disebar ke daerah.
Kedua, mengklasterisasi satuan ker-
ja yang besar yang memiliki andil dalam memberikan selisih IP yang besar. Ketiga, membuat rencana kerja
satu tahun. Dan keempat, mendiskusikan dengan DJKN (Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara).
“Niat Istikamahkan Jangan Berubah”
Wawancara dengan Ketua BPK, Hadi Poernomo
M AH K AM AH Agung resmi meraih opini WTP
(Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK. Penyerahan opini berlangsung secara resmi di auditorium BPK RI pada
hari ini Senin, 24 Juni 2013, pada acara penyampaian
opini hasil pemeriksaan atas laporan keuangan lembaga-lembaga negara tahun 2012 kepada para pimpinan
lembaga negara.
Ketua BPK Hadi Poernomo mengapresiasi capaian MA itu. “Yang membuat istimewa capaian WTP bagi
Mahkamah Agung adalah karena Mahkamah Agung terdiri dari 1.633 satker, sementara lembaga yang lain hanya terdiri dari paling banyak 70 satker, yaitu BPK. Yang
lain, seperti DPR, MPR, MK, dan KY, hanya memiliki
satu satker,” kata Hadi Poernomo dalam sambutannya
yang disambut aplaus meriah dari para undangan.
“Dengan WTP-nya MA, maka semua lembaga
tinggi negara pada tahun ini sudah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Untuk itu saya ucapkan
selamat dan tetap lakukan yang terbaik untuk mempertahankan opini ini,” kata Hadi Purnomo pada acara
yang juga dihadiri oleh seluruh ketua Lembaga Tinggi
Negara itu.
Sedangkan ketua DPR, Marzuki Ali, dalam sambutannya mengatakan, “Capaian opini WTP tidak serta
merta mengindikasikan bahwa lembaga terbebas dari
penyimpangan penggunaan uang negara. Untuk itu
saya mengimbau kepada kepala tinggi negara lainnya
untuk tetap menggunakan uang negara secara efektif
dan efesien, tetap transparan dan tetap menjaga dan
mempertahankan opini WTP ini.”
16 |
- No. 2 Edisi September 2013
Pada acara yang bersejarah bagi MA itu, tim Majalah Mahkamah Agung menyempatkan diri untuk mewawancarai Ketua BPK seputar apa itu WTP,
tantangan BPK dalam memberikan opini tersebut kepada MA, dan pesan Ketua BPK untuk MA dalam mempertahankan opini tersebut. Berikut petikannya.
Apakah WTP itu?
BPK, dalam pemeriksaan keuangan, memberikan
empat opini kepada lembaga atau kementerian yang
diperiksa, sesuai dengan hasil laporannya. Yang pertama, Wajar Tanpa Pengecualian; kedua, Wajar Dengan
Pengecualian; ketiga, Tidak Memberikan Pendapat;
dan keempat, Tidak Wajar.
Dalam hal MA, karena terlalu banyak aset MA yang
belum dinilai, banyak hal yang belum diakui BPK sebagi sistem pengelolaan yang baik. Tetapi kini dengan
penilaian yang cukup secara standar akuntansi pemerintahan, maka opininya naik. Dasar opini ini adalah
penyajiannya terbuka, standar pengendalian internalnya bagus, dan standar akuntansi pemerintahan dalam
pemeriksaannya bagus.
Apakah WTP ini mengindikasikan bahwa lembaga tersebut bebas dari korupsi, tentu saja tidak. Tetapi
nanti, setelah 1.633 satker terakses oleh BPK, maka
sifat pemeriksaannya akan lebih luas, sehingga bukan
sampling lagi, melainkan populasi keseluruhan. Itulah
yang kita harapkan. Tetapi, tadi Ketua MA berjanji untuk memudahkan akses ini, sehingga mudah-mudahan
bisa membantu secara preventif. Nah, nanti pada ta-
LAPORAN U TAM A
DJKN menyambut baik sinergi
ini, sehingga setiap melakukan verval, DJKN selalu dilibatkan. Setiap
tim melakukan verval, hasilnya selalu
sesuai dengan verval yang dilakukan oleh DJKN. Hasil yang diperoleh
kemudian, selisih IP pada periode 30
April 2012 ‘terjun payung’ dari Rp.
806,8 miliar menjadi Rp.73,5 miliar.
Ini terdapat di 32 wilayah pada 788
satuan kerja.
Untuk mencapainya bisa dika-
takan sangat sulit. Sangat complicated, karena terkadang catatannya
ada, tetapi isiknya tidak ada. Atau
sebaliknya, isiknya sudah milik MA,
tetapi dokumennya masih atas nama
kementerian. Asetnya bukan hanya
hun berjalan, jika aksesnya sudah aktif, BPK bisa tahu,
antara catatan saldo dan laporannya sesuai atau tidak.
Jika tidak sesuai, kami mohon dicek. Setelah dicek, MA
memberikan alasannya. Dan BPK memeriksa lagi apakah kuat dengan alasan yang telah diutarakan. Jika
cocok, kami langsung katakan sesuai, dan jika tidak,
kami akan langsung mengadakan pemeriksaan lapangan. Inilah sifat preventifnya, sehingga tidak perlu ada
post audit atau curreant audit.
Menurut Anda, apa tantangannya?
Jumlah satker MA melebihi jumlah satker lembaga
lain. Dari 1.633 satker di bawah MA, mungkin saja ada
beberapa pimpinan pengadilan yang tidak mematuhi
perintah ketua MA. Ini bisa menjadi tantangan. Jika
dibandingkan dengan lembaga lain yang hanya terdiri
dari satu satker, tentu saja lebih mudah mendapatkan
opini WTP karena mudah untuk dipantau.
Untuk itulah MA kini sudah memiliki laporan
keuangan online. Tidak ada pilihan, harus begitu. Itulah mengapa Bank Mandiri yang nasabahnya ribuan di
seluruh Indonesia bisa mendapatkan WTP, itu karena
sistem mereka online, jadi mudah untuk dimonitor.
Apa pesan Anda untuk MA?
Komitmen. Istikamah. Niatnya jangan berubah.
Semangatnya harus sama. Kita harus konsisten dalam
mempertahankan prestasi ini.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan MA untuk
mempertahankan WTP.
Pertama, memperbaiki sistem dan meningkatkan
pengawasan, pengendalian, serta koordinasi penyusunan laporan keuangan di seluruh unit akuntansi, serta meningkatkan pelaksanaan review oleh Badan
Pengawasan MA atas laporan keuangan MA yang akan
datang.
Kedua, memperbaiki pengelolaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan aset tetap dan barang persediaan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
Yaitu, dengan meningkatkan pembinaan, koordinasi,
dan pengendalian terhadap pengelolaan aset tetap dan
persediaan di seluruh satker MA.
Ketiga, berkoordinasi dengan lembaga donor untuk mendapatkan dokumen yang diperlukan sebagai
dasar pengakuan belanja yang berasal dari hibah.
Keempat, memperbaiki sistem pengelolaan dan
pertanggungjawaban pendapatan dan belanja negara,
serta mematuhi seluruh ketentuan terkait dengan pertanggungjawaban APBN.
Kelima, meningkatkan pengawasan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban pendapatan, belanja,
dan barang milik negara dengan melibatkan pengawasan internal (Badan Pengawasan MA), termasuk
mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan. (Azz/MMA)
- No. 2 Edisi September 2013 | 17
LAPORAN U TAM A
dari MA, tetapi juga aset dari Departemen Kehakiman untuk Peradilan
Umum dan aset dari Departemen
Agama untuk Peradilan Agama.
Meskipun tantangannya datang
dari sana-sini, MA berkomitmen untuk meningkatkan opini dari WDP
ke WTP. Dengan berpatokan pada
temuan BPK di tahun 2011 dan tahun sebelumnya, tim menentukan
langkah strategi. Temuan BPK antara
lain: Pertama, temuan SPI (Sistem
Pengendalian Intern) berupa aset
tetap. Kedua, temuan kepatuhan, an-
tara lain BNBP dan hibah.
Karena selisih IP merupakan
temuan SPI, tim sangat concern
untuk menyelesaikannya. Tim terus
bekerja keras, karena obsesi tim dan
keinginan bersama warga MA adalah
selisih IP menjadi zero dan mencapai
WT P Andil Se m ua Piha k
Wawancara dengan Sutisna (Kepala Biro Keuangan MA)
Apa saja yang telah dilakukan Biro Keuangan MA dan tim dalam meraih WTP?
Perlu saya sampaikan di sini, sejak saat saya dilantik sebagai Kepala Biro Keuangan pada 30 April 2011,
Sekretaris MA menekankan bahwa target utama yang
harus diraih adalah mencapai opini WTP atas laporan
keuangan MA, karena pelaksanaan reformasi birokrasi
erat kaitannya dengan pengelolaan keuangan negara
yang transparan dan akuntabel.
Obsesi untuk mencapai opini WTP adalah harapan
seluruh jajaran MA dan hal ini sejalan juga dengan misi
MA untuk menciptakan badan peradilan yang agung.
Memang jalan dalam meraih WTP tidaklah mudah.
Tetapi dengan arahan dari Sekretaris MA, kami bersama tim melakukan banyak hal untuk mewujudkan WTP
tersebut. Di sini dapat saya sebutkan beberapa hal
yang kami lakukan.
Pertama, merancang strategi untuk meraih WTP
18 |
- No. 2 Edisi September 2013
itu. Dalam hal ini, salah satu hal yang sangat penting
adalah komitmen dari seluruh jajaran MA, khususnya
pimpinan MA, para eselon I di bawah koordinasi Sekretaris MA, serta semua tingkat banding dan tingkat
pertama di seluruh Indonesia untuk menyatukan tekad,
semangat dan kerja tim dalam meraih WTP.
Sekretaris selalu menekankan kepada kami di
jajaran Biro Keuangan untuk menciptakan iklim kerja yang harmonis dan kondusif, serta komunikasi dan
koordinasi yang efektif di semua lini, tidak hanya di tingkat biro, tapi juga di tingkat jajaran sekretariat eselon I.
Selain itu juga perlu koordinasi dan komunikasi yang
efektif serta sinergi lintas lembaga, antara lain dengan
Kementerian Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
Kedua, menciptakan sistem untuk mencapai predikat WTP, antara lain sistem komunikasi data nasional
(Komdanas). Sistem ini merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan MA. Tanpa
sistem yang berbasis teknologi, sangat mustahil untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan MA, karena
penyusunan laporan keuangan memerlukan kecepatan
dan ketepatan. Dengan Komdanas, penyusunan laporan keuangan menjadi lebih cepat dan tepat, mulai dari
tingkat pertama, tingkat banding dan korwil, sampai ke
MA, dihimpun oleh Biro Keuangan dari sistem akuntansinya (SAKPA) dan oleh Biro Perlengkapan dari sistem
informasi manajemen akuntansi barang milik negara
(SIMAK BMN).
LAPORAN U TAM A
WTP. Potensi yang ada digerakkan
semua. Veriikasi dan validasi dilakukan terus dengan dibantu DJKN ke
daerah-daerah yang memiliki selisih
IP yang besar. Pada 12 April 2013
selisih IP zero. Satu persatu masalah
yang mengganjal untuk meraih WTP
terselesaikan.
Selisih IP MA “terjun payung”
dari Rp. 806,8 miliar ke Rp. 73,5 miliar, dan “lompat indah” menjadi zero
dalam waktu yang singkat. Langkah
menuju WTP semakin jelas.
Tetapi masih ada beberapa lang-
Ketiga, menyusun pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan MA dan badan peradilan di bawahnya.
Dengan pedoman tersebut dibangun keseragaman
dalam hal penyusunan pelaporan keuangan, mulai dari
tingkat pertama, tingkat banding sampai tingkat MA.
Tentu pedoman yang kita keluarkan mengacu kepada
regulasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Keempat, mengefektifkan nota kesepahaman antara MA dan BPKP dalam hal pendampingan, antara
lain pendampingan dalam penyusunan laporan keuangan menuju opini WTP. BPKP melakukan pendampingan
dalam hal penyusunan laporan keuangan, mulai dari
tingkat pusat sampai ke tingkat daerah.
Yang tidak kalah penting adalah koordinasi dengan aparat pengawas internal, dalam hal ini Badan
Pengawasan MA. Setiap kegiatan yang terkait dengan
penyusun laporan keuangan, baik kegiatan supervisi
dan validasi, kegiatan rekonsiliasi laporan keuangan
dengan seluruh jajaran unit kerja eselon I dan seluruh
korwil, maupun kegiatan rapat koordinasi akuntansi dan
SIMAK BMN, selalu melibatkan Badan Pengawasan
MA. Badan Pengawasan, sebagai aparat pengawas
internal, memiliki kewajiban untuk melakukan review
terhadap laporan keuangan MA sebelum laporan MA
diserahkan kepada Kementerian Keuangan, khususnya
laporan keuangan semester I unaudited dan tahunan.
Demikian langkah-langkah yang telah kami lakukan
untuk meraih WTP. Dengan dorongan dari Sekretaris
MA,