2014 enike semnas bali

193

194

DAFTAR ISI

halaman
IbPE kerajinan cindramata alat musik di kabupaten Jembrana - Bali
I Made Tamba, I Wayan Wana Pariartha, I Nengah Susrama

1-7

Peningkatan nilai ekonomi rebung bambu tabah (Gigantochloa
nigrociliata Buse-Kurz) melalui sentuhan IPTEK Pande Ketut
Diah Kencana, dkk.

8-11

Inkubator multi fungsi sebagai wirausaha baru masyarakat sekitar cagar
alam pegunungan arfak
Hotlan Manik, Lukas Yowel Sonbait, Dariani Matualage


12-17

Ipteks for entrepreneurship (IbK) University of Papua
Achmad Rochani, dkk.

18-23

Penerapan program iptek bagi wilayah (IBW) kawasan Pulau
Menjangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng tahun 2013 I
Made Madiarsa, dkk.

24-31

Pemberdayaan kelompok tani ternak babi di Desa Talikuran
Nansi M. Santa, Anie Makalew, Franky N.S. Oroh

32-38

Mengembangkan budaya wirausaha bagi mahasiswa informatika di

Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia (STIKI) Malang
Eva Handriyantini, dkk.

39-44

Entrepreneurship mentoring program for students and alumni of University
of Sumatera Utara
Arwina Sufika, Diana Chalil, Oding Affandi

45-51

Pengukuran suhu basal tubuh (SBT) sebagai metode kontrasepsi mandiri
dan penilaian ovulasi pada wanita usia subur di Desa Sungai Rambutan
Bina Melvia Girsang

52-59

Penguatan manajemen bisnis untuk meningkatkan produktivitas pengusaha
mikro
Evi Maria, Rr. Widanarni Pudjiastuti, Kadarusman


60-68

Mesin pemecah bambu bagi kelompok pengerajin anyaman bambu di Desa
Sulahan

69-74

I Made Sudana, I Nyoman Gunung, I Made Widiantara

195

Penerapan teknologi komputer dan internet untuk penyebarluasan buku

75-81

bicara digital perpustakaan pertuni Jawa Tengah
Idhawati Hestiningsih,dkk.

Budidaya lele organik kelompok tani tambak yang berdampak lumpur

lapindo di Desa Candi Sidoarjo
Meliza Silvi, Supriyati, Emma Yulianti , Rr.Iramani

82-88

Aplikasi teknologi pupuk organik dan teknik pemangkasan untuk

89-95

meningkatkan produksi jagung hibrida di Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar
Netty, Nurliani Karman, Annas Boceng
Kampung unggulan tas gadukan morokrembangan Surabaya

96-102

Ni luh Putu Hariastuti, Suparjo Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Pembuatan pakan ikan dan mesin pellet untuk kelompok petani tambak lele
dan ikan nila Desa Penatar Sewu Kabupaten Sidoarjo

Prantasi Harmi Tjahjanti, Andriana Eko Prihatiningrum, Wiwik
Sulistiyowati

103-111

Pelatihan pembuatan bolu kukus dari campuran terigu dan waluh di Desa

112-115

Taro, Kabupaten Gianyar
Putu Ari Sandhi Wipradnyadewi

Implementasi tri dharma perguruan tinggi secara terpadu melalui elaborasi
konsep perampian Pura Kehen Bangli-Bali Sang Putu Kaler Surata, dkk.

116-121

IbM kelurahan penggaron lor melalui pemberdayaan PKK dalam
pembuatan jajanan sehat dengan pewarna alami
Suparmi, Ophi Indria Desanti, Budhy Cahyono


122-130

Pemberdayaan masyarakat cireundeu dalam upaya mewujudkan desa
wisata ketahanan pangan (dewitapa) Marleen S. Herudiyanto,dkk.

131-137

Oil palm seedlings production quality polytechnic state Lampung
Bambang Utoyo, dkk.

138-145

Penerapan IPTEKS bagi kelompok agribisnis kambing di Kelurahan

146-152

Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat
Artise H.S. Salendu, dkk.


196

Kota Kotamobagu

Pemberdayaan ekonomi masyarakat Kecamatan Pulau Gebe Kabupaten

153-160

Halmahera Tengah Provinsi maluku utara
Sofyan Samad
Pelatihan kemampuan guru-guru Sekolah Dasar Kecamatan Klungkung
dalam mengembangan dan melaksanakan asesmen otentik I Nengah
Astawa, Ida Bagus Nyoman Mantra

161-170

Budidaya padi berbasis organic dengan sistem ratun : upaya peningkatan
produksi dan efisiensi usahatani padi sawah yang beririgasi setengah teknis
I Made Diarta, Anak Agung Dwi Widyani


171-176

IbM kelompok pengasap ikan di lamongan

177-184

Mochamad Arief Sofijanto, Wahyu Sulistyowati, Arif Winarno

Penerapan IPTEKS bagi kelompok tani ternak itik di Desa Talikuran

185-192

Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa
Femi H. Elly, dkk.
Pemanfaatan limbah peternakan sapi potong sebagai penghasil biogas
dan pupuk organik untuk meningkatkan pendapatan petani peternak
Enike Dwi Kusumawati, Waluyo Edi Susanto, Dyah Lestari Yulianti

193-201


IbW Desa Warnasari dan Desa Tukadaya Kecamatan Melaya Kabupaten
Jembrana Propinsi Bali
I Made Legawa, dkk

202-206

Kerajinan keset dari kain perca di Desa Cerme Kabupaten Gresik
Kautsar Riza Salman Bayu Sarjono Mochammad Farid

207-212

Manajemen sampah berbasis pengelolaan sampah mandiri di masyarakat
Ida Bagus Suryatmaja, dkk.

213-219

Pengembangan produk bakso anti aging Wahyu
Sulistyowati

220-228


Strategi pengembangan desa wisata (studi kasus Desa Wonorejo sebagai
penyangga TN. Baluran)
Ach. Muhib Zainuri, Tundung Subali Patma, Adi Sutanto

229-237

Urgensi keselamatan dan kesehatan kerja (K 3) pada sektor usaha kecil
menengah berbahan besi di Bali
Ni Gst.Ag. Gde Eka Martiningsih, dkk.

238-244

Penerapan sistem “SRI” guna efisiensi penggunaan saprodi di subak

245-250

197

Wongaya Betan Desa Mengesta Tabanan

I Wayan Guwet Hadiwijaya, Farida Hanum, Ni Nyoman Suryani

IbM kelompok tani hortikultura untuk penyediaan pupuk organik
mikroorganisme lokal
Ratnawati, Arfan, Lisa Indriani B

251-259

Pemberdayaan ibu-ibu petani tambak yang terdampak lumpur
lapindo melalui usaha bandeng badjuri Supriyati, Meliza, Riski dan
Titis

260-268

Penerapan alat pengering anyaman bambu berbahan bakar
sampah I Gede Nyoman Suta Waisnawa

269-275

IbM Rancang bangun mesin pengolah limbah kulit singkong di TKM Flour
Mill Sampang – Madura
Titiek Indhira A, dkk.

276-283

IbM Kelompok tani tanaman herbal di Kabupaten Gowa
St.Hamsina,Yudit Patiku, Syatrawati

284-287

Rancang bangun disk mill (mesin pelembut) garam dalam konteks
pemberdayaan garam rakyat
Intan Baroroh, Bagiyo Suwasono, Ali Munazid

288-297

IPTEKS bagi pemandu wisata Desa Batur

298-304

I Gde Putu Agus Pramerta, Nyoman Deni Wahyudi
Penerapan sistem Akuntansi berbasis komputer bagi usaha mikro
kecil menengah (UMKM) untuk meningkatkan kinerja keuangan unit
usaha I Gede Cahyadi Putra, Ni Wayan Rustiarini

305-313

IbM kelompok tani kelapa dalam untuk memproduksi minyak kelapa tahan
simpan di Desa Labuan Kungguma
Asrawaty, Sitti Sabariyah D., If’all

314-318

Pengembangan soft skill sumber daya manusia untuk
meningkatkan pelayanan di LPD desa adat Pecatu Luh Kadek Budi
Martini

319-327

Optimalisasi usaha backyard hatchery ikan Kerapu hibrida di Bali
Cening Kardi, I Made Kawan, dan Bagus Putu Udiyana

328-332

198

Estimasi pemanfaatan sumberdaya penyu belimbing (Dermochelys
coriacea ) di Pantai Jamursba Medi dan Wermon oleh masyarakat di Pesisir
Utara Papua
Ferawati Runtuboi1, Luky Adrianto, Mukhlis Kamal

333-336

IbM Kelompok tani tagamang bajawek di Kabupaten Padang Pariaman

337-342

Sumbar
I Ketut Budaraga dan Gusriati

Pengembangan usaha dodol nenas rumput laut di Kabupaten Pinrang
Alima Bachtiar Abdullahi dan Arham Rusli

343-349

Ipteks (Ibk) Bagi Kewirahusaan di Universitas Mahasaraswati Denpasar
I Wayan Sujana, Nengah Landra, I Nengah Susrama, I ketut Setia Sapta

350-362

Peningkatan Kapasitas Produksi dan Pemanfaatan Energi Alternatif

363-369

Kelompok UKM Pengusaha
Sugiono1, Margianto2 , Warsito3

Kue

Basah

Meningkatkan Pendapatan Keluarga Petani Melalui Pemberdayaan Sekeha
Manyi
Dian Tariningsih, I Made Suryana, Made Emmy Andayani Citra, Tjok Istri

370-374

Sri
Harwathy

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN SAPI POTONG
SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS DAN PUPUK ORGANIK
UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI
PETERNAK
Enike Dwi Kusumawati, Waluyo Edi Susanto, Dyah Lestari Yulianti, S.Pt., MP
Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan Malang Email: enikedwikusumawati@ymail.com

ABSTRACT
The topic of this technology research was “Using of Beef Cattle Waste as Biogas and
Fertilizer to Increase Farmer’s Benefit on Tempursari and Banjarejo Village, Donomulyo,
Malang”. The aim of this research was to increase Farmer’s Benefit from saving money and profit
of fertelizer purchasing. Methode used was observation, interview, explanation, and biogas
installation processing demonstration. The biomass is fed into a concrete, air -tight digester and
fermented. The byproducts are biogas and fertilizer pellets. The gas can be used to power the plant.
This research shown that application this technology makes farmer’s benefit increase. Physic
parameters was achieved and economic analysis shown that adoption this technology gives saving

199

about Rp 180.000,00/month, meanwhile profit of fertelizer purchasing was Rp 200.000,00/month. In
conclusion, biogas technology was feasible and proper solution to solve the problem.
Key words : Beef Cattle Waste, Biogas, Fertilizer

PENDAHULUAN
Donomulyo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur terletak
disebelah selatan kota Malang ± 70 km dari kota Malang, Kecamatan Donomulyo dengan daerah
geografis pegunungan, lembah dan perbukitan dan diakhiri oleh pantai (di sebelah selatan). Sebagian
besar penduduknya adalah petani musiman (petani padi, tebu, jagung, kelapa, ketela pohon, kedelai),
peternak dan sebagian diataranya menjadi pegawai negeri, pedagang dan nelayan.
Desa Banjarejo dan Tempursari merupakan salah satu dari sepuluh desa yang terdapat di
Kecamatan Donomulyo. Desa Banjarejo berpenduduk 6.305 jiwa. Struktur mata pencaharian
penduduknya adalah bidang pertanian yang mendominasi yaitu sebesar 97,25% yang meliputi pula
bidang peternakan sebesar 894 orang atau hampir mencapai 30,25%. Sebagian besar ternak yang
dipelihara adalah ternak sapi potong. Populasi ternak sapi potong yang ada di seluruh wilayah
Kecamatan Donomulyo adalah 4.450 ekor dan hampir 50% terdapat di Desa Banjarejo. Desa
Tempursari merupakan salah satu desa dengan luas lahan terkecil diantara 10 desa tersebut yaitu 816
Ha, (250,9 ha lahan sawah dan 565,10 lahan kering), berpenduduk 4.929 jiwa. Struktur mata
pencaharian penduduknya adalah bidang pertanian yang mendominasi yaitu sebesar 79,47% yang
meliputi pula bidang peternakan sebesar 9,29%. Populasi ternak sapi potong yang ada di desa
Tempursari sebanyak 230 ekor, sedangkan sapi perah sebanyak 37 ekor. Produk yang dihasilkan dari
usaha pertanian dan subsektor pertanian seperti peternakan memegang peranan yang sangat penting
bagi masyarakat di Desa Banjarejo dan Tempursari. Bahan bakar yang digunakan sebagian besar
rumah tangga di desa tersebut 90% adalah kayu bakar dan 10% adalah minyak tanah.
Tingkat pendidikan penduduk di bawah SLTA masih mencapai 85,94% dan tingkat kemiskinan
masih cukup tinggi yaitu mencapai 23,87% dengan banyaknya penduduk yang menganggur
sebanyak 74 jiwa (Anonymous, 2008).
Uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa masyarakat desa Banjarejo dan Tempursari
perlu ditingkatkan pendapatannya, diantaranya melalu pemanfaatan limbah sapi potong untuk biogas
dan pupuk organik. Pada tahun 2009 desa Banjarejo dijadikan sebagai tempat untuk percontohan
program penerapan Iptek pemanfaatan limbah peternakan sapi potong sebagai penghasil Biogas
(Susanto, Dyah dan Enike, 2009). Enam bulan setelah kegiatan penerapan Ipteks tersebut selesai,
monitoring tetap dilakukan oleh Tim, dan ditemukan permasalahan baru, yaitu kelompok peternak
ternyata tidak mampu untuk menerapkan ipteks tersebut di masing-masing keluarga karena biaya
pembuatan biodigester fixed dome sangat mahal sehingga belum ada peternak lain yang menerapkan
teknologi biodigester tersebut. Selain itu masyarakat juga belum memanfaatkan pupuk organik
residu biogas secara maksimal. Sehingga perlu adanya penerapan Ipteks pemanfaatan limbah sapi
potong dengan menggunakan biodigester dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.

200

Pengembangan biogas tersebut bertujuan untuk memanfaatkan limbah dan biomassa
lainnya dalam rangka mencari sumber energi lain di luar kayu bakar dan minyak tanah (Suriawiria,
2005). Program tersebut tidak berkembang meluas di masyarakat, hal ini disebabkan karena
masyarakat pada waktu itu masih mampu membeli minyak tanah dan gas, adanya kebijakan subsidi
dari pemerintah, disamping itu sumber energi lain seperti kayu bakar masih banyak tersedia di
lapangan.
Hasil monitoring, wawancara serta analisis dengan masyarakat di sekitar lokasi penerapan
Ipteks (2009) diperoleh informasi bahwa banyak sekali peternak yang berminat untuk menerapkan
digester untuk pengelolaan limbah sapi. Tipe Digester yang diharapkan oleh peternak adalah yang
terjangkau pembuatannya dan mudah diadopsi.
Pengembangan biogas mulai mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat
setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak
(BBM). Kenaikan harga BBM sampai 100 % , bahkan untuk minyak tanah sampai 125 % per 1
Oktober 2005. Pada tahun ini pengembangan biogas semakin penting disebabkan karena minyak
tanah menjadi langka dan mahal (Rp. 6.000/ltr), BBM dan LPG mahal (Rp. 92.000/12 kg), pupuk
langka dan mahal. Mahalnya BBM dapat memicu kerusakan lingkungan (kebun, hutan, atmosfir),
sedangkan kelangkaan pupuk dapat menyebabkan menurunnya kesuburan lahan. Oleh karena itu
pengembangan biogas merupakan salah satu alternatif pemecahan dalam rangka mencari sumber
energi alternatif sekaligus sebagai upaya konservasi.

SUMBER INSPIRASI
Prinsip pembuatan instalasi biogas adalah menampung limbah organik baik berupa kotoran
ternak, limbah tanaman maupun limbah industri pertanian, kemudian memproses limbah tersebut
dan mengambil gasnya untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi serta menampung sisa hasil
pemrosesan yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik. Dengan mengembangan biogas, akan
diperoleh manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat
dirasakan adalah mendapatkan sumber energi alternatif berupa gas bio yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar untuk memasak, penerangan dan sebagai bahan bakar mesin disel. Selain itu, manfaat
lain yang secara lansung dapat dinikmati dari pengembangan biogas adalah, menyediakan pupuk
organik siap pakai. Oleh karena produk utama dari pengembangan biogas ini adalah gas bio dan
pupuk organik, maka secara tidak langsung akan berpengaruh positif terhadap lingkungan,
diantaranya membantu program pelestarian hutan, tanah dan air, mengurangi polusi udara,
meningkatkan sanitasi lingkungan dan mendukung kebijakan pemerintah dalam menurunkan subsidi
BBM. Disamping itu pengembangan biogas secara tidak langsung mendukung program
internasional yaitu mengurangi dampak negatif dari efek gas rumah kaca.
Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas karbon dioksida
(CO2) memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global.
Pengurangan gas metan secara lokal dengan mengembangkan biogas dapat berperan positif dalam
upaya penyelesaian permasalahan global efek rumah kaca, sehingga upaya ini dapat diusulkan

201

sebagai bagian dari program Internasional Mekanisme Pembangunan Bersih ( Clean Development
Mechanism). Pemanfaatan gas bio dalam mengurangi efek rumah kaca melalui tiga cara, pertama

gas bio memberikan substitusi dari bahan bakar fosil untuk memasak dan penerangan. Kedua melalui
proses fermentasi, methan dirubah menjadi CO2, sehingga mengurangi jumlah methan yang ada di
udara. Ketiga penerapan biogas akan berdampak pada lestarinya hutan, karena penebangan dapat
dikurangi. Dengan lestarinya hutan, maka CO2 yang ada di udara akan diserap oleh hutan dan
diproses melalui fotosintesis menghasilkan oksigen yang berperan melawan efek rumah kaca
(Anonymous, 1998).
Untuk dapat membangun satu unit biogas, diperlukan 3 tabung yaitu, tabung penampung
bahan baku atau inlet, tabung pemroses/pencerna atau digester dan tabung penampung sisa hasil
pemrosesan atau outlet. Dari ketiga tabung tersebut yang paling utama adalah digester, hal ini
disebabkan karena tabung ini merupakan tempat terjadinya proses fermentasi bakteri anaerob yang
kedap udara. Terdapat 2 model digester, yaitu model fixed dome atau kubah dan model floating
(mengapung). Ketiga tabung tersebut dihubungkan dan ditempatkan pada posisi tertentu sehingga
menjadi satu rangkaian atau satu unit instalasi biogas.
Pembuatan instalasi biogas berdasarkan bahan pembuatnya dapat dibedakan menjadi 4,
yaitu instalasi model bata (fixed dome), plastik, drum plastik dan bis beton. Pilihan model instalasi
biogas yang akan dibangun dapat disesuai berdasarkan kondisi lokasi, anggaran dan adanya muatan
pemberdayaan masyarakat. Instalasi model bata, mempunyai kelebihan, tahan sampai 20 tahun
bahkan lebih, namun mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan biaya tinggi (Rp. 17 juta/unit/9m3),
pembuatannya lama (+ 15 hari) dan memerlukan keahlian tertentu, sehingga sulit diadopsi petani.
Disamping itu, instalasi ini bila diterapkan pada lahan yang labil, dapat retak, sehingga menambah
biaya lagi untuk menopang agar tidak mudah goyah. Instalasi model drum plastik mempunyai
kelebihan yaitu lebih praktis, dapat diproduksi oleh pabrik, mudah diangkut, dapat dipindahkan,
pemasangannya singkat 1 – 2 hari dan sesuai diterapkan disemua lokasi baik pada lahan labih
maupun stabil. Instalasi model drum kapasitas digesternya terbatas yaitu 4,6 m 3, sehingga apabila
ingin dibuat yang lebih besar, dapat dimodifikasi dengan menggabungkan beberapa digester menjadi
satu kesatuan digester, sehingga kapasitasnya besar (Muryanto, Agus, Muntoha dan Widagdo,
2011).
Dengan penjelasan kelebihan dan kelemahan tersebut, maka digester model drum plastik
sesuai dikembangkan untuk skala rumah tangga petani. Hal ini sangat berkaitan dengan kapasitas
digesternya sekitar 5 m3, yang membutuhkan bahan baku kotoran ternak dari 3 – 4 ekor sapi.
Disamping itu, instalasi model ini dapat dikembangkan dengan jumlah banyak karena dapat
diproduksi

secara

pabrikan.

Berdasarkan

penjelasan

tersebut,

maka

dilakukan

penelitian/pengkajian instalasi biogas model drum plastik. Pengaturan dan pemanfaatan limbah
ternak secara terpadu diperlukan alur yang efisien dan mudah untuk diaksanakan. Untuk mencapai
hal itu diperlukan pengaturan dan peralatan yang memadai sehingga setiap unit pengolahan limbah
akan memberikan kontribusi yang berarti. Selain itu perlu dipikirkan pula bahwa upaya yang diambil
dalam pengolahan limbah harus aman bagi lingkungan itu sendiri, meningkatkan kesejahteraan

202

petani, meningkatkan pendapatan petani peternak, menciptakan lapangan usaha baru yang dapat
berkesinambungan.
Beberapa dampak jangka panjang kegiatan yang diharapkan muncul adalah: (1)
peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga kemampuan mereka dalampembiayaan pendidikan
anak-anaknya juga meningkat, (2) Limbah kotoran ternak akan dapat dimanfaatkan secara baik
sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, (3) tumbuhnya ekonomi pedesaan karena
adanya peningkatan daya beli, (4) Teknologi biodigester drum plastik akan dikembangkan ke
wilayah lain karena masyarakat dari wilayah desa lain juga sangat mengharapkan dapat mengadopsi
dengan mudah teknologi tersebut sesuai dengan ekonomi mereka, (5) Berkembangnya usaha pupuk
organik di kelompok peternak sapi potong, (6) kelestarian lingkungan juga semakin terjaga dan
diharapkan meningkat dengan adanya penggunaan pupuk organik dan terolahnya limbah kotoran
ternak sehingga tidak mencemari lingkungan.

METODE
Alih pengetahuan dan teknologi dengan khalayak sasaran masyarakat peternak melalui
beberapa cara meliputi: pelatihan pembuatan biodigester

drum plastik, diskusi dan ceramah,

pelatihan pembuatan pupuk organik, pelatihan manajemen produksi dan pemasaran pupuk
organik.
Langkah-langkah solusi atas permasalahan mitra
1)
2)
3)
4)

Pelatihan pembuatan biodigester drum plastik.
Diskusi dan ceramah tentang penyelesaian permasalahan mitra.
Pelatihan pembuatan pupuk organik.
Pelatihan manajemen produksi dan pemasaran pupuk organik

KARYA UTAMA
Program IbM ini menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi guna
meningkatkan pendapatan petani peternak melalui produk bernilai ekonomis yang dihasilkan
dari pengolahan limbah tersebut yaitu pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai
penghasil biogas dan pupuk organik untuk meningkatkan pendapatan petani peternak di Desa
Banjarejo dan Tempursari Kecamatan Donomulyo kabupaten Malang dengan pemakaian
biodigester drum plastik. Upaya penghematan biaya pengeluaran dengan cara memanfaatkan
sumber energi alternatif berupa biogas, selain itu residu yang dihasilkan dari operasional
instalasi biogas dapat diolah untuk dijadikan pupuk organik yang memiliki nilai ekonomis.
ULASAN KARYA UTAMA
Mitra kegiatan IbM ini adalah 2 kelompok peternak sapi dari Desa Tempursari yaitu Kelompok
Ternak Sapi Sidomakmur dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 25 anggota sedangkan dari
Desa Banjarejo yaitu Kelompok Ternak Sapi Mujimulyo dengan jumlah anggota kelompok
sebanyak 40 orang. Pendidikan anggota Kelompok Ternak Sapi Sidomakmur yaitu SMA sebanyak
4 orang, SMP sebanyak 11 orang, SD sebanyak 10 orang. Sedangkan pendidikan Kelompok Ternak
Sapi Mujimulyo yaitu SMA sebanyak 7 orang, SMP sebanyak 17 orang, SD sebanyak 16.
Saat ini desa Banjarejo telah memiliki 1 unit percontohan biodigester fixed dome. Peternak juga
telah menikmati hasil gas yang telah dikeluarkan oleh digester tersebut sebagai pengganti minyak
203

tanah dan LPG sehingga dapat membantu meringankan biaya hidup peternak dan mengurangi
pencemaran lingkungan. Hal ini mendorong peternak-peternak lain untuk mengadopsi teknologi
tersebut. Permasalahan yang dihadapi masyarakat desa Banjarejo dan Tempursari saat ini antara lain:
1) Masyarakat kesulitan mengadopsi biodigester fixed dome, masyarakat belum mampu
karena biaya pembuatannnya yang terlalu tinggi. Sehingga perlu adanya teknologi
biodigester dengan biaya yang lebih terjangkau.
2) Peternak yang hanya memilihi 1 ekor sapi juga kesulitan untuk mengadopsi biodigester dan
rancang bangunnya.
3) Masyarakat di desa Tempursari dan Banjarejo tingkat kemiskinan masih tinggi yaitu
mencapai 23,87% dan banyaknya penduduk yang menganggur sebanyak 74 jiwa. Sehingga
diperlukan lapangan usaha baru agar dapat membantu meningkatkan pendapatan
masyarakat dan mengurangi pengangguran.
4) Peternak di desa Banjarejo dan Tempursari yang juga sebagai petani tidak mampu untuk
membeli pupuk kimia karena selain langka juga harga yang tinggi.
Lokasi
Lokasi kegiatan IbM yaitu di desa Banjarejo dan desa Tempursari Kecamatan
Donomulyo Kabupaten Malang. Jarak Lokasi kegiatan dengan kampus Universitas Kanjuruhan
Malang kurang lebih 70 km dengan perjalanan sekitar 2 jam. Fasilitas jalan menuju lokasi sudah
beraspal dengan kualitas bagus sehingga memudahkan pemantauan. Sarana transportasi
menggunakan mobil dan sepeda motor. Sarana komunikasi menggunakan telepon dan internet
juga sudah lancer.
Berdasarkan rancangan evaluasi kegiatan, tahapan kegiatan penelitian penerapan Ipteks
beserta pencapaian indikator keberhasilan diuraikan sebagai berikut ;
1.

Penyuluhan
Penyuluhan tentang “Pemanfaatan Limbah Peternakan Sapi Sebagai Penghasil Biogas dan
Pupuk Organik untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Peternak di Desa Banjarejo dan Desa
Tempursari Kecamatan Donomulyo” dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei 2012 dan dihadiri
oleh 56 petani peternak Desa Banjarejo dan Tempursari Kecamatan Donomulyo Kabupaten
Malang. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi : Pre Test, Penyampaian Materi, dan Post Test.
Berdasarkan kegiatan Pre Test dan Post Test diperoleh 80% peningkatan pengetahuan petani
peternak tentang pemanfaatan limbah peternakan sapi potong sebagai penghasil biogas dan
pupuk organik.

2.

Pembuatan Instalasi Biogas dan Residu Biogas
Pembuatan Instalasi Biogas dimulai pada hari Senin, 4 Juni 2012 dan berakhir pada hari Rabu,
28 Juli 2012. Digester ini disesuaikan dengan skala kepemilikan ternak sapi potong yang
dimiliki oleh petani peternak yaitu 1-3 ekor. Indikator ketercapaian yang diharapkan pada
penelitian ini adalah pemahaman khalayak sasaran terhadap proses pembuatan instalasi biogas
dan residu biogas dengan cara pengamatan secara langsung di lokasi yang dijadikan
percontohan. Lokasi yang dijadikan kegiatan percontohan ( pilot project) adalah lahan milik
204

Bapak Sumardi Desa Banjarejo Rt 11 Rw 3 dan Bapak Mujiono Desa Tempursari RT 10 RW
3.
3.

Pemeliharaan Instalasi Biogas dan Residu Biogas
Untuk menghasilkan biogas, maka digester harus mendapatkan suplai material input berupa
limbah sapi potong. Imbangan antara senyawa karbon dan nitrogen mempengaruhi keberhasilan
produksi biogas. Imbangan C:N yang cukup untuk produksi biogas adalah 20:30 ( Anonymous,
2007). Satu ekor sapi menghasilkan limbah sebanyak 30 kg/hari atau 2,07 m3/hari (Anonymous,
2009). Jumlah ternak yang dimiliki oleh sampel peternak adalah 3 (empat) ekor dengan
spesifikasi biogas yang memiliki volume 11 m3, maka suplai berupa material limbah organik
sapi potong sesuai. pH dipertahankan pada kisaran 6,5-8 dan suhu 35-40 °C karena pada kondisi
tersebut pencernaan anaerob oleh bakteri pengurai dapat bekerja secara optimal untuk
merombak bahan organik yang terkandung pada limbah sapi potong menjadi biogas.

4.

Evaluasi Berdasarkan Parameter Fisik Prosesing Biogas dan Pupuk Organik
Jika

beberapa

parameter

untuk

memelihara

instalasi

biogas

dipelihara

dengan

berkesinambungan maka biogas dapat diproduksi secara kontinyu pula. Penelitian penerapan
Ipteks yang dilaksanakan di Desa Tempursari dan Banjarejo Kecamatan Donomulyo ini telah
berhasil menghasilkan biogas sebagai sumber energi alternatif bagi peternak. Instalasi biogas
dapat dikerjakan dengan baik selama dua minggu.

Biogas dapat dihasilkan setelah proses

fermentasi pada digester selama 17 hari. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan
bahwa biogas akan diproduksi setelah proses fermentasi bahan organik pada digester selama
15-40 hari. Biogas yang diproduksi disalurkan ke kompor, digunakan sebagai sumber energi
alternatif pengganti elpiji atau minyak tanah.
5.

Demplot Pembuatan pupuk organik
Residu biogas akan dapat digunakan setelah dipisahkan dari ruang residu yang terdapat
pada instalasi biogas. Residu biogas tersebut dipindahkan ke instalasi khusus residu biogas
kemudian dihamparkan di lantai datar untuk dikeringkan di bawah sinar matahari selama kurang
lebih dua minggu. Jika beberapa parameter fisik meliputi ; suhu stabil, tidak mengeluarkan bau
busuk, bentuk fisik menyerupai tanah yang berwarna kehitaman, tidak larut dalam air, serta
stuktur remah/tidak menggumpal maka residu biogas tersebut dapat dikemas dan siap untuk
dipasarkan. Berdasarkan hasil pengamatan fisik di lapang, residu limbah biogas setelah dianginanginkan selama satu minggu mencapai kondisi fisik seperti yang diharapkan untuk layak
dijadikan sebagai pupuk organik siap jual.
Selain itu juga dilakukan demplot pembuatan pupuk organik dengan menggunakan kotoran
sapi yang dicampur dengan stardec sebagai dekomposernya, abu, serbuk gergaji dan kapur.
Demplot ini dilaksanakan pada hari Senin 6 Agustus 2012 di Desa Tempursari dengan
mengundang kelompok Desa Tempursari dan Banjarejo. Peserta sangat antusias mengikuti
proses demplot pembuatan pupuk organik tersebut.

6.

Evaluasi Ekonomi Berdasarkan Analisa Keuangan
1 (satu) m3 biogas memiliki kesetaraan dengan elpiji 0,46 kg, minyak tanah 0,62 liter, bensin
0,80 liter, dan kayu bakar 3,5 kg. Pada kondisi normal 2 (dua) ekor sapi perah menghasilkan
205

4,14 m3 biogas/hari yang setara dengan 1,90 kg elpiji atau 2,56 liter minyak tanah . Rata-rata
pemakaian minyak tanah per kepala keluarga adalah 2 liter/hari. Harga minyak tanah di lokasi
penelitian adalah Rp 6.000,00/liter (Anonymous, 2009). Berdasarkan asumsi tersebut maka
petani peternak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar konvensional atau
dapat dikatakan melakukan penghematan sebesar Rp 6.000,00/hari atau Rp 180.000,00/bulan.
Selain itu pupuk organik yang merupakan produk sampingan dari prosesing biogas dan pupuk
organik dapat dipasarkan pada masyarakat sekitar dengan harga Rp 4000,00/kg. Jika dalam satu
bulan diproduksi 50 kg pupuk organik, maka akan diperoleh pendapatan sebesar Rp
200.000,00/bulan dari penjualan pupuk organik tersebut.
Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program IbM sangat menentukan keberhasilan dan
keberlanjutan program. Beberapa cara untuk mendorong mitra agar memberikan partisipasi
aktif dalam pelaksanaan program IbM yaitu: a. Perlibatan mahasiswa sebagai motivator
Peran mahasiswa sebagai motivator khalayak sasaran progran I bM sangat penting.
Partisipasi khalayak sasaran yang tinggi ini tetap berlangsung meskipun tanpa kehadiran
mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa peran mahasiswa selain sebagai motivator juga
memunculkan citra bahwa kegiatan ini penting sehingga apresiasi khalayak sasaran
terhadap program tetap tinggi walaupun tanpa kehadiran mahasiswa.
b.

Pembuatan digester drum plastik
Pembuatan digester drum plastik yang diterapkan pada kedua mitra binaan dengan
menggunakan lahan salah satu peternak dari masing-masing mitra binaan. Pelaksanaan
pembuatan digester dengan melibatkan aktivitas dari mitra sehingga secara langsung mitra
dapat mengadopsi dengan mudah aplikasi di lapang.

c.

Pembuatan pupuk organik
Pembuatan pupuk organik yang diterapkan pada kedua mitra binaan dengan menggunakan
lahan salah satu mitra binaan. Pelaksanaan pembuatan pupuk organik dengan melibatkan
aktivitas dari mitra sehingga secara langsung mitra dapat mengadopsi dengan mudah
aplikasi di lapang.

d.

Kunjungan Lapang
Kunjungan lapang ke lokasi digester biogas dan lokasi pembuatan pupuk organik yang
sudah jadi dan menghasilkan sangat besar pengaruhnya bagi keyakinan khalayak sasaran
atas program yang dilaksanakan. Dalam kegiatan ini kedua mitra akan dipertemukan agar
saling berdiskusi.

e.

Lomba pembuatan pupuk organik terbaik
Untuk lebih meningkatkan partisipasi aktif khalayak sasaran program dan sekaligus
memandirikan khalayak sasaran akan dilaksanakan lomba pembuatan pupuk organik
terbaik. Dalam pelaksanaannya setelah diberikan petunjuk teknis pembuatan pupuk
organik, tiap kelompok mitra akan dibagi dalam beberapa grup untuk membuat pupuk
organik. Kemudian hasilnya akan dilombakan dan yang diberi hadiah adalah yang terbaik
1 sampai 3. Mengingat dalam program IbM ini ada 2 mitra maka lomba hanya

206

diselenggarakan antar grup dalam intern kelompok mitra. Hadiah diberikan dalam bentuk
sarana produksi misalnya sprayer untuk aplikasi pupuk organik cair yang dihasilkan dalam
kegiatan ini. Penilaian lomba sekaligus difungsikan sebagai evaluasi atas keberhasilan
program.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami sampaikan banyak terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional dan
Kopertis Wilayah VII atas segala kemudahan dan bantuan dana Hibah Penelitian yang diberikan
serta Rektor Universitas Kanjuruhan Malang beserta jajarannya atas segala kemudahan dalam proses
penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pelaksanaan Iptek bagi Masyarakat ini telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Masyarakat juga mengikuti semua program dengan antusias.
Saran
Perlu adanya pendampingan manajemen produksi maupun pemasaran pupuk organik serta
pengemasannya sehingga layak jual dan bisa diproduksi untuk dipasarkan lebih baik. Selain itu
masyarakat juga memerlukan pendampingan dalam hal pengelolaan keuangan.

207

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. ( 2008). Kecamatan Donomulyo Dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Malang.
Djuarnani, T. (2005). Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Madden, J.M. and Dornbush, J.N. (1971). Measurement of runoff and runoff carried waste from
commercial feedlots. Proc. Intern. Symp. Livestock Waste. Am. Soc. Agric. Eng., St.
Joseps, Mich.
McCalla, T.M. and Viets, F.G. (1969). Chemical and microbial studies of waste from beef cattle
feedlots. Seminar Manage. Beef Cattle Feedlot Waste, Lincoln, Neb. (mimeo) Simamora, S. (2004).
Meningkatkan kualitas kompos. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Susanto, Dyah dan Enike. ( 2009). Laporan program penerapan Iptek pemanfaatan limbah
peternakan sapi potong sebagai penghasil Biogas. Universitas Kanjuruhan Malang.
Witzel, S.A. et al., 1966. Physical, chemical and bacteriological properties of farm waste (bovine
animals). Proc. Natl. Symp. Anim. Waste Manage., Mich. State Univ., East Lansing.

201