Prosiding Semnas STKIP 2014

(1)

(2)

(3)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

i

KATA PENGANTAR

Dengan Senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT, atas karunia-Nya Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ini akhirnya dapat diselesaikan. Seminar Nasional Pendidikan Matematika merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung tiap tahun. Kegiatan ini merupakan sebuah wadah bagi pendidik, peneliti dan pemerhati pendidikan matematika untuk mendifusikan kajian ilmiah serta untuk meningkatkan kerjasama diantara peserta.

Persoalan budaya dan karakter bangsa belakangan ini menjadi sorotan masyarakat. Keprihatinan terkait berbagai aspek kehidupan diungkap dan dibahas di media massa, Selain itu, para pemuka masyarakat, ahli, pengamat pendidikan, dan pengamat sosial mengangkat persoalan budaya dan karakter bangsa pada berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, perilaku kekerasan dan perusakan, kejahatan seksual, pola hidup yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat. Berbagai alternatif penyelesaian telah diajukan seperti peraturan, undang-undang, dan penegakan hukum yang lebih kuat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi atau mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa seperti itu adalah pendidikan. Oleh karena itu, Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2014 mengambil tema ―Implementasi Kurikulum 2013 Melalui Inovasi Pembelajaran Matematika Untuk Menunjang Optimalnya Hardskill dan Softskill Siswa‖ yang diselenggarakan di Kampus STKIP Siliwangi pada tanggal 27 Nopember 2014.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi atas penyelenggaraan Seminar Nasional Pendidikan Matematika ini sehingga berhasil dengan baik, khususnya kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Bapak Ketua STKIP Siliwangi beserta jajarannya, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika, Steering Committee serta semua panitia yang telah membantu demi terselenggaranya kegiatan seminar ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kesalahan, dan kekhilafan dalam penyelenggaraan seminar ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mohon keikhlasan Bapak, Ibu Saudara/I peserta seminar untuk memaafkan kami.


(4)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

ii

SAMBUTAN KETUA PANITIA

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

STKIP SILIWANGI BANDUNG Assalamu’alaikum wr wb,

Salam sejahtera bagi kita semua.

Bapak, Ibu, dan Saudara/I peserta seminar yang berbahagia.

Dengan senantiasa mengharapkan Rahmat dan Ridho Allah SWT karena telah mempertemukan kita pada acara Seminar Nasional Pendidikan Matematika di STKIP Siliwangi Bandung dalam keadaan sehat wal‘afiat semoga seminar ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi kita semua, Amiin.

Seminar Nasional Pendidikan Matematika dengan tema, ―Implementasi Kurikulum 2013 Melalui Inovasi Pembelajaran Matematika Untuk Menunjang Optimalnya Hardskill dan Softskill Siswa‖,

bertujuan untuk : 1) memberikan pemahaman kepada kita tentang arti pentingnya Kurikulum 2013 dan bagaimana mengintegrasikan dalam pembelajaran matematika untuk menunjang optimalnya hardskill dan softskill siswa; 2) mempublikasikan hasil-hasil penelitian atau kajian dalam lingkup matematika dan pendidikan matematika, dan 3) membangun kesinambungan antara lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian dalam mengembangkan dan mengaplikasikan karakter dalam pembelajaran matematika menuju masyarakat Indonesia yang bernafaskan Iman, Ilmu, dan Ikhsan. Kegiatan seminar ini diharapkan menjadi kegiatan tahunan Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi.

Panitia seminar mengundang dua narasumber sebagai pembicara utama, kedua orang tersebut adalah Bapak Prof. Wono Setia Budhi, Ph.D., dan Ibu Prof. Dr. Hj. Utari Sumarmo. Kedua narasumber tersebut akan menyampaikan makalahnya dalam setiap sesi yang berbeda, selain makalah dari kedua pembicara utama, panitia menerima 60 makalah dari pemakalah berbagai propinsi untuk dipresentasikan dalam sesi paralel. Seminar ini juga dihadiri oleh peserta pendengar yang terdiri dari Mahasiswa, Dosen, Guru dan Praktisi dunia pendidikan.

Seminar ini terselenggara berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ketua STKIP Siliwangi beserta Jajarannya, Bapak Ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi, Bapak/Ibu Pengurus Organisasi Profesi Indo-MS yang telah membantu menjadikan seminar ini sebagai agenda resmi kegiatan seminar yang ada di Indo-MS sehingga seminar ini dapat menjadi fasilitator bagi para anggota Indo-MS dalam mempublikasikan karya-karya ilmiah baik hasil penelitian maupun kajian teori pada bidang matematika. Selain itu, kami atas nama panitia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi terselenggaranya kegiatan seminar ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kesalahan, dan kehilafan dalam penyelenggaraan seminar ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mohon keikhlasan Bapak, Ibu Saudara/I peserta seminar untuk memaafkan kami.

Akhirnya, kami berharap seminar ini dapat memberikan manfaat bagi kita yang hadir disini khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr wb.

Bandung, 27 Nopember 2014 Ketua Panitia


(5)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i KATA SAMBUTAN ... ii DAFTAR ISI ... iii PEMBICARA UTAMA

PENDIDIKAN TERBALIK DI MATEMATIKA

Oleh : Wono Setya Budhi ... 1 MENGEMBANGKAN HARD SKILL DAN SOFT SKILL MATEMATIKA SISWA SEKOLAH

MENENGAH MELALUI BERAGAM PEMBELAJARAN BERNUANSA PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

Oleh : Prof. Dr. Hj. Utari Sumarmo ... 3

PENDIDIKAN MATEMATIKA

EKSPLORASI SOFT SKILL NASIONALISME SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA HEURISTIK DENGAN PENDEKATAN SILANG BUDAYA

Oleh : Heris Hendriana ... 17 PENGARUH PENERAPAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA SMP

Oleh : Asep Ikin Sugandi ... 23

MENGEMBANGKAN RETENSI KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Oleh : Wahyu Hidayat ... 32 STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KELANCARAN BERPROSEDUR DAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA SMP

Oleh : M. Afrilianto, Tina Rosyana ... 45 ANALISIS KEMAMPUAN MEMAHAMI MATERI ALJABAR SEKOLAH DAN DISPOSISI

MATEMATIS GURU SEKOLAH DASAR

Oleh : Didi Suhaedi, Tia Purniati ... 54 INTEGRASI MATEMATIKA DAN ISLAM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh: Samsul Maarif ... 58

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP

Oleh: Julita ... 68

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEAs UNTUK MENGEMBANGKAN RETENSI KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA SMA

Oleh: Hamidah ... 74 IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI MODEL KOOPERATIF PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA MATEMATIKA IV UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA

Oleh: Nelly Fitriani ... 81 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS


(6)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

iv

PENINGKATAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI MATEMATIS MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Oleh: R. Bambang Aryan Soekisno, Yaya S. Kusumah, Jozua Sabandar, Darhim ... 92 ANALISIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MODEL

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SE-JAKARTA SELATAN

Oleh: Huri Suhendri, Sudiyah Anawati, Nurhayati ... 101

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE KUMON DENGAN METODE KUANTUM

Oleh: Jaka Wijaya Kusumah ... 107 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP DI

KOTA BANDUNG DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATIONS PADA SISWA SMP DI KOTA BANDUNG

Oleh: Siti Chotimah ... 113 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN CONNECTING, REFLECTING, ORGANIZING, AND

EXTENDING (CORE) DALAM PENCAPAIAN DAN PENINGKATAN SELF-REGULATED

LEARNING (SRL) SISWA

Oleh: Yumiati ... 120 ANALISIS KORELASI MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA SISWA SMPN 3 LURAGUNG, KUNINGAN-JAWA BARAT

Oleh: Risqi Rahman, Krisna Satrio Perbowo... 128 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA DENGAN

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATIONS PADA SISWA SMP DI KOTA BANDUNG

Oleh: Siti Chotimah... 133 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP SWASTA DI

KOTA CIMAHI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN IMPROVE

Oleh: Risma Amelia... 140 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

Oleh: Adi Nurjaman ... 149 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PEMBERIAN TUGAS MIND MAP (PETA

PIKIRAN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Oleh: Devi Nurul Yuspriyati ... 157 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

Oleh: Eka Senjayawati ... 164 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK DAN DISPOSISI

MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN ANALOGI

Oleh: Adi Nurjaman ... 171 PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN

KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP

Oleh: Indah Puspita Sari ... 179 PENERAPAN MEDIA KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

Oleh: Eva Dwi Minarti ... 184 IMPLEMENTASI LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES

MATEMATIKA SEKOLAH TERHADAP CALON PENDIDIK


(7)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

v

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

Oleh: Indah Puspita Sari ... 199 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATTIK SISWA SMA MELALUI

GAME ADOBE FLASH CS 4

Oleh: Martin Bernard ... 205 MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF E –LEARNING BERBASIS WEB UNTUK

MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MAHASISWA S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATA KULIAH GEOMETRI ANALITIK RUANG

Oleh: Abi Suwito, Ervin Oktavianingtyas ... 214 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF

Oleh: Gida Kadarisma... 217 TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF MATEMATIKA SISWA MTs ASY SYIFA KELAS IX

BERDASARKAN TEORI PIAGET

Oleh: Harry Dwi Putra... 224 APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DAN MENGENAL SOFTWARE AUTOGRAPH

Oleh: Ida Nuraida ... 231 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRIDALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Oleh: Anik Yuliani ... 241 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE

SISWA MTs DI KOTA CIMAHI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh: Ratni Purwasih ... 247 STRATEGI STUDENT CENTERED LEARNING TIPE COLLABORATIVE LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA SERTA KORELASINYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PADA PERKULIAHAN

STATISTIKA

Oleh: Sri Tirto Madawistama ... 257 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MELALUI

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

Oleh: In In Supianti ... 265 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA

Oleh: Ida Nuraida ... 276 MODEL PEMBELAJARAN SAVI YANG BERORIENTASI PADA PAKEM

Oleh: Mega Nur Prabawati ... 285

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS KURIKULUM 2013 TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA SMP

Oleh: Ika Wahyu Anita ... 295 PENERAPAN STRATEGI KNOWLEGDE SHARING DALAM MENINGKATKAN

SELF-DEVELOPMENT SISWA DI SMA


(8)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

vi

SESI MAHASISWA

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Oleh : Indri Herdiman ... 309 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh : Nurismayanti ... 316

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI JARING-JARING KUBUS DAN BALOK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

Oleh : Maman Suryatman ... 323 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK

Oleh : Wawan Setiawan ... 331

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA MATERI PROGRAM LINEAR SISWA MADRASAH ALIYAH

Oleh : Ricky Ekaristy Purwadi ... 339 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI

MATEMATIK SISWA SMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING

Oleh : Suharsono ... 345

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING)

Oleh : Mila Miliatiningsih ... 352

KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Oleh : Maryam... .

358 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Oleh : Wilda Rahayu ... 362 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI

PENDEKATAN MATEMATIK REALISTIC INDONESIA (PMRI)

Oleh : Irman ... 369

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KONEKSI SERTA DISPOSISI MATEMATIK SISWA MADRASAH TSANAWIYAH MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Oleh : Nurjaman ... 376 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIK SISWA

PADA MATERI INTEGRAL MELALUI PEMBELAJARAN LANGSUNG-TAK LANGSUNG

Oleh : Sidik Tamsil ... 383

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP


(9)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

vii

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI BENTUK ALJABAR DENGAN MENGGUNAKAN ICT PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1

Oleh : Agus Dedi ... 399

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIK SERTA MINAT MEMBACA SISWA SMP MELALUI STRATEGI SQ3R

Oleh : Cicih Aesih …... 412 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK

Oleh : Aris Rohmana ... 418

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DENGAN SETTING MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

Oleh : Muhammad Abul Anwar Hakim ... 426 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI

STRATEGI THINK TALK WRITE

Oleh : Desi Rahmawati ... 432

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN RELASIONAL MATEMATIK SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Oleh : Sunardi ... 440 PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC-OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENALARAN MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA

Oleh : Iis Roisyatul Umah ... 447 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Oleh : Dwi Candra Kusuma ... 452

PEMBELAJARANMANAJEMEN DIRI DENGAN SELF REINFORCEMENT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN BILANGAN BULAT

SISWA SMP

Oleh : Harti Wijayanti ... 459

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA PAPAN TAKUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT SISWA SMP

Oleh : Eko Suharyanto ... 466 PERANAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK

Oleh : Yana Cahya Kirana ... 473

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN BERFIKIR KREATIF SERTA DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIC

OLeh : Irfan Zaini Husen ... 478

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL


(10)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

viii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP KPK DAN FPB SISWA KELAS IV SDN LANUMA HUSEIN S.1 BANDUNG


(11)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

i

PEMBICARA

UTAMA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014

Program Studi Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) Siliwangi


(12)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315


(13)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 1

PENDIDIKAN TERBALIK DI MATEMATIKA

Wono Setya Budhi

Jurusan Matematika, Institut Teknologi Bandung wono@math.itb.ac.id

ABSTRAK

Pada abad dua puluh dan sebelumnya, informasi pembelajaran hanya dimiliki oleh guru atau dosen saja. Informasi tambahan mengenai materi sangat sulit diketemukan, baik dalam bentuk cetakan maupun media yang lain. Siswa maupun mahasiswa belajar dari keterangan dosen atau guru, dan memperdalam pemahaman hanya dengan membaca catatan kuliah. Khusus untuk matematika, biasanya hanya rumus saja yang ditulis di papan tulis, jarang yang disertai penjelasan bahasa percakapan ( bahasa Indonesia). Sehingga banyak orang beranggapan bahwa matematika itu hanya berkaitan dengan rumus, angka dan bentuk saja.

Lebih dari itu, pembelajaran dengan cara di atas, saat datang pada saat interaksi berlangsung, siswa ataupun mahasiswa tidak mepersiapkan sesuatu tentang topik yang akan dibahas. Dengan waktu yang relatif singkat, pembelajar harus mampu memahami materi yang diberikan secara lisan. Pembelajaran seperti ini hanya dapat diikuti oleh siswa yang kemampuannya harus lebih dari rata-rata. Sebaliknya guru yang harus mempersiapkan pertemuan tersebut dan siswa sangat pasif untuk melakukan interaksi.

Saat sekarang keadaan sudah berubah sama sekali. Materi dalam bentuk cetakan sudah tersedia di mana-mana. Demikian pula dengan materi dalam media yang lain, misalkan dalam bentuk pdf, html, video, bahkan dapat diperoleh secara bebas tanpa dipungut biaya. Apakah cara yang sudah berabad-abad tersebut harus dilakukan terus-menerus tanpa ada perubahan. Bisakah kita memanfaatkan waktu pertemuan siswa-guru, mahasiswa-dosen dapat digunakan untuk melakukan interaksi dengan kualitas lebih baik? Pada seminar ini akan dibahas dan diusulkan suatu model pembelajaran yang memanfaatkan keadaan terakhir ini. Pembelajaran seperti ini akan saya sebut sebagai pembelajaran terbalik.

Hal kedua yang akan dibahas dalam seminar ini adalah contoh-contoh pembelajaran matematika untuk mengisi model pembelajaran di atas, mulai dari tingkat sekolah lanjutan pertama, atas dan perhuruan tinggi. Demikian pula akan diuraikan ketrampilan yang harus dimiliki dengan menggunakan pembelajaran matematika. Khususnya dengan ketrampilan penyelesaian masalah. Tentu menggunakan rumus yang ada merupakan salah satu keterampilan yang akan dikembangkan, tetapi ini bukan satu-satunya ketrampilan yang diperlukan menjadi seorang yang berguna.


(14)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315


(15)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 3

MENGEMBANGKAN

HARD SKILL

DAN

SOF T SKILL

MATEMATIKA

SISWA SEKOLAH MENENGAH MELALUI BERAGAM PEMBELAJARAN

BERNUANSA PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

Utari Sumarmo, STKIP Siliwangi, 2014

A.

Pendahuluan

Penelitian merupakan komponen yang paling krusial dalam Tridarma Perguruan Tinggi

yang harus dilakukan dosen. Dalam rangka memberi kesempatan kepada dosen PTN

dan PTS, Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI menawarkan

sejumlah skim penelitian kepada dosen PTN dan PTS untuk bersaing memperoleh dana

penelitian yang memadai agar dosen dapat melaksanakan penelitian yang bermutu.

Dalam rangka memenuhi RENSTRA STKIP Siliwangi Bandung dalam bidang

penelitian yaitu melaksanakan penelitian dan menghasilkan karya ilmiah (artikel) yang

bermutu dan layak dimuat dalam jurnal nasional dan atau internasional, kami Tim

peneliti STKIP Siliwangi Bandung turut berpartisipasi dalam memperoleh dana

Penelitian Hibah Pascasarjana tahun 2013/2014.

Kurikulum Matematika Sekolah Menengah (KTSP, 2006, Kurikulum Matematika,

2013) mengamanatkan bahwa pengembangan kemampuan matematika yang merupakan

hard skill

matematika dan keterampilan sosial dan aspek afektif lainnya sebagai

komponen

soft skill matematika seyogyanya dilaksanakan secara bersamaan dan

seimbang. Amanat tersebut, mendorong peneliti untuk melakukan stusi pengembangan

hard skill

dan soft skill matematika melalui beragam pendekatan pembelajaran inovatif

yang bernuansa pendidikan nilai dan karakter.

Beberapa hal yang mendukung perlunta penelitian ini dilaksanakan diantaranya adalah:

a) Beberapa jenis

hard skill

dan

soft skill

matematika memang sesuai dengan tujuan

Pendidikan Nasional dan tujuan Pembelajaran matematika, dan sesuai dengan Visi

bidang studi matematika; b) Pendapat sejumlah pakar tentang pentingnya beragam

hard

skill dan soft skill matematik (Aswandi, 2010, Baron dan Strenberg, (Editor, ), Berman,

2011, Costa,. (Ed.), 2001. Cotton, 1991, Glazer, 2000, Ghozi, 2010, Hassoubah, 2004,

Meissner, 2006, Munandar, 1977, Sauri, 2010, Schafersman, 1991, Sriraman, 2004,

Starko, 1995, Sumarmo, 2012, Supriadi, 2000, Williams, 2002); c) Beberapa studi

melaporkan keunggulan pembelajaran inovatif dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional dalam mengembangkan beragam hard skill

matematika pada siswa SMA

(Mulyana, 2008, Permana, 2010, Sugandi, 2010, Sumarmo, Hidayat, Zulkarnaen,

Hamidah, Sariningsih, 2012, Sumaryati, 2012) dan juga pada siswa SMP (Hendriana,

2009, Herman, 2006, Ratnaningsih, 2007, Rohaeti, 2007, Qohar, 2010).

Berdasarkan rasional pentingnya pengembangan

hard skill

dan

soft skill

matematika,

dan temuan sejumlah studi di atas, tim peneliti mengusulkan penelitian dan memperoleh

dana penelitian Hibah Pascasarjana dari DIKTI tahun 2013/2014. Selanjutnya atas

dukungan pimpinan program studi S2 Pendidikan matematika dan pimpinan STKIP

Siliwangi Bandung, serta kesiapan dosen dan mahasiswa S2 Pendidikan MAtematika,

tim peneliti berhasil melaksanakan Hibah PAscasarjana dan mengantar 6 orang anggota

peneliti mahasiswa menyelesaikan tesisnya dan lulus program magister pendidikan

matematika tepat wakyu dan dengan mutu yang baik.


(16)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

4 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

B.

Latar Belakang Masalah

C.

Disain dan Prosedur Penelitian

Penelitian Hibah Pascasarjana ini merupakan eksperimen dengan disain pretes-postes

kelompok kontrol (4 penelitian) dan postes kelompok kontrol (2 penelitian).

Masing-masing penelitian bertujuan mengembangkan

hard skill

dan

soft skill

matematik

tertentu pada subyek sejumlah siswa SM dan menerapkan pembelajaran matematika

inovatif tertentu. Secara umum penelitian dilaksanakan dengan tahapan seperti

tercantum pada Diagram 1


(17)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 5

D.

Hasil Penelitian dan Luaran

Penelitian Hibah Pascasarjana ini melibatkan 6 orang mahasiswa S2 Pendidikan

Matematika STKIP Siliwangi. Kegiatan penelitian tahun pertama dilakukan pada

tahun 2013/2014 dan menghasilkan luaran berikut.

1.

Enam buah tesis magister pendidikan matematika pada program Pascasarjana

STKIP Siliwangi Bandung tahun 2014, dengan nama mahasiswa dan judul seperti

tercantum pada Tabel 1.


(18)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

6 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

2.

Enam perangkat pembelajaran matematika dan instrument berkenaan dengan

hard

skill dan soft skill matematika sesuai dengan tema tesis anggota peneliti mahasiswa

yang bersangkutan, seperti tercantum pada Tabel 2.

3.

Beberapa contoh instrument penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1)

Contoh butir Pemecahan Masalah Matematik siswa SMP (Rahmat, 2014)

Diketahui bentuk atap sebuah rumah terdiri atas sepasang trapesium sama kaki dan

sepasang segitiga sama kaki, panjang sisi sejajar atap yang berbentuk trapesium adalah

5 m dan 3 m dan panjang alas atap yang berbentuk segitiga adalah 7 m. Kedua jenis

bangun atap mempunyai tinggi sama yaitu 4 m.

a.

Buatlah sketsa atap rumah di atas.

b.

Atap akan ditutup dengan genting berbentuk persegi panjang berukuran 30 cm x

45 cm. Tentukan banyak genteng minimum yang harus disediakan untuk menutup

seluruh atap.

c.

Andaikan harga 1buah genteng Rp. 1.500,00, hitunglah biaya untuk membeli


(19)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 7

2)

Contoh Butir Tes Berpikir Kritis Matematik siswa SMA (Jayadipura, 2014)

3)

Contoh Butir Tes Berpikir Kreatif Matematik siswa SMA (Budiyono, 2014)

Dalam sebuah kotak terdapat 12 bola merah dan 8 bola putih yang identik. Diambil 2

buah bola secara acak sekaligus.

a)

Manakan yang mempunyai peluang lebih besar dari peristiwa bola yang diambil:

b)

Keduanya berwarna merah, keduanya berwarna putih, atau satu bola merah dan

satu bola putih. Bagaimana cara menghitungnya? Konsep apa yang digunakan?

c)

Tuliskan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kombinasi k unsure n

unsure dari informasi di atas.

4)

Contoh Butir Tes Berpikir Kritis Matematik siswa SMA (Sudiyasa, 2014)

Dalam suatu cerdas cermat matematika, suatu tim terdiri dari 3 siswa. Pada satu SMA

terdapat 4 siswa unggulan dari kelas satu, 3 siswa unggulan dari kelas dua, dan 2 siswa

unggulan dari kelas 3. Guru Pembina siswa di SMA tersebut akan menyiapkan 2 tim

yang siswanya dipilih secara acak.

a)

Tukiskan asumsi yang mendasari pemilihan tiap anggota tim. Mengapa demikian?

b)

Siswa perempuan atau siswa laki-laki yang mempunyai peluang besar untuk

menjadi salah satu anggota tim? Mengapa?

c)

Tim A terdiri dari 2 siswa kelas satu, san seorang siswa dari kelas 3. Tim B semua

anggotanya dari kelas 2.

Tim mana yang berpeluang lebih besar untuk dibentuk? Jelaskan.

5)

Contoh Butir Tes Penalaran Analogi Matematik Sisw SMP (Rosliawati, 2014)


(20)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

8 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

6)

Contoh Butir Soal Koneksi Matematik Siswa SMP (Rahmat, 2014)

Misalkan diberikan satu persegi dengan panjang sisinya a cm, persegi panjang serupa

diletakan tepat disebelah kanan persegi pertama dengan satu sisinya berimpit. Proses

tersebut dilanjutkan dengan persegi ketiga dan seterusnya sampai persegi ke-n.

a)

Ilustrasikan situasi di atas dalam bentuk gambar.

b)

Susun model matematika untuk menentukan keliling dan luas hubungan geometri

yang terjadi dari 2 persegi, 3 persegi, 4 persegi, dan n-persegi.

c)

Tuliskan konsep yang termuat dalam masalah di atas disertai dengan penjelasan

singkat.

7)

Contoh Butir Soal Penalaran Proporsional Siswa SMP (Rosliawati, 2014)

Bu Ani membuat beberapa kue berbentuk lingkaran. Kue jenis pertama berdiameter

1,5 cm dan dijual dengan harga Rp 500,00 per buah. Kue jenis kedua berdiameter 3

cm dan dijual dengan harga Rp1.500,00 per buah. Kue jenis ketiga berdiameter 4,5 cm

dan dijual dengan harga Rp 2.500,00. Bu Ani membuat kue sampai yang berdiameter

7,5 cm.

a)

Tuliskan pasangan diameter kue dan harganya mulai dari yang terkecil sampai

yang terbesar. Tuliskan pula konsep matematikanya masalah di atas.

b)

Tentukan harga kue yang berdiameter 7,5 cm dan jelaskan cara menghitungnya.

c)

Tentukan ukuran dan harga kue sebelum kue berukuran 7,5 cm.

8)

Contoh Butir Soal Komunikasi Matematik Siswa SMP (Haerudin, 2014)

Sebuah taman berbentuk lingkaran berjari-jari 12,5 m. Di sekeliling taman terdapat

kolam dengan lebar 1,5 m. Di Tepi luar kolam dipasang pancuran masing-masing

berjarak 5 m,

a)

Buatlah sketsa gambar situasi di atas.

b)

Susun kalimat matematika untuk menghitung banyaknya pancuran yang dipasang

dan selesaikan.


(21)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 9

10)

Contoh Butir Skala Kemandirian Belajar (Budiyanto, 2014)


(22)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

10 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

4.

Beberapa artikel berkenaan dengan

hard skill

dan

soft skill

matematika yang

merupakan bagian dari tesis peneliti mahasiswa seperti pada Tabel 3

Tabel 3


(23)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 11

Tabel 4

Temuan

Hard-skill

dan

Soft-skill

Matematik Siswa

Pada Tiap Sub-Penelitian


(24)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315


(25)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315


(26)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

14 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Kesimpulan:

Pada empat studi,

hard skills

matematik siswa pada pos-tes dan N-Gain masing-masing

pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kemampuan koneksi dan berpikir

kreatif matematik siswa pada kelas eksperimen tergolong cukup dan kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan berpikir logis matematik siswa pada kedua kelas

pembelajaran masih tergolong kurang. Pada dua studi, kemampuan berpikir kritisdan

kreatif matematik siswa pada kelas eksperimen tergolong sedang dan pada kelas kontrol

tergolong kurang. Pada ke enam studi, tidak terdapat perbedaan soft skills matematik siswa

antara kela eksperimen dengan kelas kontrol dan semuanya tergolong cukup baik. Pada

tiap studi terdapat asosiasi menengah antara kedua

hard skills

dan antara

hard skills

dan

soft skills masing-masing. Selain itu pada empat studi ditemukan siswa menunjukkan

persepsi yang tergolong cukup baik terhadap pembelajaran inovatif yang mereka terima.

DAFTAR PUSTAKA

Aswandi, (2010). ―Membangun Bangsa melalui Pendidikan Berbasis Karakter‖,

Pendidikan Karakter, Jurnal Publikasi Ilmiah Pendidikan Umum dan Nilai. Vol. 2.

No. 2. Juli 2010.

Baron, J. B. dan Sternberg, R. J. (1978)

Teaching Thinking Skill. New York: W.H.

Freeman and Company

Berman, S. (2001) ―Thinking in context: Teaching for Open

-mindeness and Critical

Understan

ding‖ dalam A. L. Costa,. (Ed.) (2001).

Developing Minds. A Resource

Book for Teaching Thinking. 3 rd Edition. Association for Supervision and

Curriculum Development. Virginia USA

Budiyanto, A. M. (2014).

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Kreatif

Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Thesis at Post Graduate Study, Siliwangi School of Teascher Training

and Education, Bandung. In progess.

Costa, A. L. ―Habits of Mind‖ dalam A. L. Costa (Ed.) (2001).

Developing Minds. A

Resource Book for Teaching Thinking. 3 rd Edition. Association for Supervision

and Curriculum Development. Virginia USA

Costa A. L. dan Garmston R. J. ―Five Human Passion: The Origin of Effective Thinking‖

dalam A. L. Costa,. (Ed.) (2001). Developing Minds. A Resource Book for Teaching

Thingking. 3 rd Edition. Association for Supervision and Curriculum Development.

Virginia USA

Cotton, K. (1991).

Teaching Thinking Skills. [Online] Tersedia

http://www.nwrel.Org/Sc

Pd/Sirs/6/Cu11.html. [30 April 2006]

Glazer, E. (2000).

Technology Enhanced Learning Environments that are Conducive to

Critical Thinking in Mathematics: Implications for Research about Critical

Thinking on the World Wide Web.

[On

Line].

Tersedia:

http://www.lonestar.texas.net/~mseifert/crit2.html. [24 April 2006]

Ghozi, A. (2010).

Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa dan Implementasinya dalam

Pembelajaran. Makalah disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Dasar

Guru Bahasa Perancis tanggal 24 Oktober s.d 6 November 2010

Haerudin (2014). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik serta

Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui pendekatan Somatis, Auditori, Visual, Intelektual. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung.

Hassoubah, Z. I. (2004).

Developing Creative & Critical ThinkingSkills.

Cara berpikir


(27)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 15

Hendriana H. (2013)

Membangun Kepercayaan Diri Siswa melalui Pembelajaran

matematika Humanis. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan

Pendidikan Matematika, di STKIP Siliwangi Bandung. Tanggal 31 Agustus 2013

Herman, T. (2006).

Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Penalaran, dan

Komunikasi Matematik Siswa SLTP melalui Pembelajar an Berbasis Masala.

Disertai pada sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak

dipublikasi.

Jayadipura, Y. (2014). Mengembangkan Kemampuan BerpikirKritis dan Kreatif Matematis

serta Kemendirian Belajar Siswa SMA melalui Pembelajaran Konstektual. Program

Pascasarjana STKIP Bandung.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayan. (2013). Kurikulum Sekolah Menengah tahun

2013.

Meissener, H. (2006).

Creativity and Mathematics Education [Online]. Tersedia:

www.math.ecnu.cn/earcome3/sym1/sym104.pdf [2 Februari 2007]

Mulyana, T. (2008).

Pembelajaran Analitik Sintetik untuk MeningkatkanKemampuan

Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas.

Desertasi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Munandar, U. (1977).

Creativity and Education.

Disertasi Doktor.

Fakultas Psikologi UI:

tidak diterbitkan

NCTM. (1989).

Curriculum and Evalution Standarsfor school Mathematics.

Reston,

Virginia, NCTM. INC.

NCTM [National Council of Teacher of Mathematics] (2000). Principles and standards for

school Mathematics. Reston, Virginis: NCTM.

Permana, Y. (2010). Kemampuan pemahaman dan Komunikasi serta Disposisi Matematik

Eksperimen terhadap Siswa SMA melalui Model-Eliciting Activities. Disertasi pada

sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian

Belajar Siswa SMP melalui Reciprocal Teaching. Disertasion at the Post Graduate

Program of Indonesia University of Education. Unpulished.

Rachmat, U. S. (2014)

Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah

Matematik serta Kepercayaan Diri Siswa SMP melalui Pembelajaran Kontekstual berbantuan Mathematical Manupulative. Tesis pada Universitas Pendidikan

Indonesia, tidak dipublikasikan

Ratnaningsih, N. (2007).

Pengaruh pembelajaran Konstektual terhadap kemampuan

Berpikir Kritis dan kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi

pada sekolah Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan

Rohaeti, E. E. (2008).

Pembelajaran dengan Pendekatan Eksplorasi untuk

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa sekolah menengah Pertama. Disertai Sekolah pasca Sarjana UPI Bandung : tidak

diterbitkan

Rosliawati, Iis, S.E. (2014) Mengembangan kemampuam Penalaran dan Komunikasi serta

Disposisi Matematik Siswa SMP melalui pembelajaran Berbasih masalah. Program

Pasca Sarjana STKIP Siliwang Bandung.

Sauri, S. (2010). Membangun Karakter Bangsa melalui pembinaan Profesianilisme Guru

berbasis Pendidikan Nilai. Jurnal Pendidikan Karakter Vol. 2, No. 2

Schafersman, S. D. (1991) An Intoduction to Critical Thinking. [Online]. Tersedia:

File://C:\ Documents and Setting\Home\My Documentsa\An Introduction to

Critical Thinking. [20 September 2005].

Starko, A. J. (1995).

Creativity in the Classroom (School of Courious Delight). USA.


(28)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

16 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Sugandi, A. I. (2010) Mengembangkan Kemauan berfikir tingkat tinggi Siswa SMA

melalui pembelajaran bebasis masalah dengan setting belajar Kooperatif JIGSAW.

Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2012).

Bahan ajar Perkuliahan Proses berpikir Matematik. Program

Magister Pendidikan Matematika STKIP Bandung. Publikasi terbatas

Sumarmo, U. Hidayat, W., Zulkarnaen, R., Hamidah, Sariningsih, R. (2012,b) Kemampuan

dan disposisi Berpikir Logis, Kritis, Kreatif dan Kreatif Matematis; Eksperiman

terhadap Siswa SMA Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Strategi

Think-Talk-Write

‖. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 17 No.1, 17

-33 April

Sumaryati, E. (2012).

Pendekatan Induktif-Deduktif disertai strategi

Think-pair-Square-Share untuk meningkatkan kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

Tidak dipublikasikan

Sriraman, B. (2004) ―The Characteristic of mathematical Creativity‖.

The Mathematics

Educator Journal. Vol. 14. No. 1 . 19-34

Supriadi, D. (2000). Perkembangan Kreativitas dan peranan faktor -faktor.

William, G. (2002). ―Identifying Task the Promote Creative Thinking in Mathematics: A

Tool‖.

Mathematical Education Research Group of Australia Conference. Auklan


(29)

MATEMATIKA

PENDIDIKAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014

Program Studi Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) Siliwangi


(30)

(31)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 17

EKSPLORASI SOFT SKILL NASIONALISME SISWA

MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA HEURISTIK

DENGAN PENDEKATAN SILANG BUDAYA

Heris Hendriana

STKIP Siliwangi herishen@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan soft skills nasionalisme siswa melalui pembelajaran matematika heuristic dengan pendekatan silang budaya. Subjek penelitian terdiri dari 81 siswa di salah satu SMP di kota Cimahi, dimana 40 orang siswa memperoleh pembelajaran matematika heuristic dengan pendekatan silang budaya, sedangkan 41 siswa lainnya memperoleh pembelajaran biasa. Sebelum dan sesudah pembelajaran siswa diberi skala sikap untuk mengukur nasinalismenya dan skala sikap untuk melihat persepsi siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan sikap nasionalisme siswa yang yang mendapat pembelajaran matematika heuristic lebih baik daripada yang mendapat pembelajaran biasa, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran matematika heuristic dengan pendekatan silang budaya pada umumnya positif.

Kata Kunci: Heuristik, Pendekatan Silang Budaya, Soft Skill Nasionalisme

1.

Pendahuluan

Perkembangan pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi memerlukan penguasaan ilmu yang dapat melatih berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif. Untuk itu diperlukan suatu perubahan paradigma dalam dunia pendidikan diantaranya orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid, metode yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori, pendekatan yang semula lebih bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual.Purwanto (1990:51) menyatakan bahwa supaya pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berpikir dengan baik, maka guru perlu memberikan:

a. Pengetahuan siap yakni pengetahuan yang sewaktu-waktu siap untuk dipergunakan.

b. Pengertian yang berisi, yang mengandung arti (tidak verbalistis) dan benar-benar dimengerti oleh anak-anak.

c. Latihan kecakapan membentuk skema, yang memungkinkan siswa berpikir secara teratur dan skematis.

d. Soal-soal yang mendorong siswa untuk berpikir.

Pembelajaran heuristic merupakan suatu pembelajaran yang sengaja dirancang untuk untuk melakukanproses pencarian solusi suatu permasalahan secara selektif, dan memanduproses pencarian tersebut sehingga solusi yang didapatkan adalah yang paling efektif dan efisien. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model dari masalah tersebut, menyelesaikannnya serta menafsirkan solusinya. Namun demikian, agar siswa merasa masalah yang dihadapinya tidak datang secara tiba-tiba maka hendaknya masalah tersebut disajikan dengan menggunakan pendekatan kebudayaan di lingkungan siswa itu sendiri. Pendekatan ini akan membuat siswa merasa bahwa masalah itu bagian dari dirinya yang membuatnya terdorong mencari cara menguasai dan memecahkan masalah tersebut secara kreatif.


(32)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

18 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

Pendekatan silang budaya merupakan pembelajaran yang mengintegraikan sistem tingkah laku yang tergantung pada sistem makna dan sistem nilai kebudayaan suatu bangsa. Pendekatan ini menekankan pertumbuhan, perubahan, perkembangan dan kesinambungan yang menunjukkan kebudayaan sebagai sarana komunikasi yang dinamis dan bersinergi dengan kebutuhan masyarakat informatif. Jika dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendekatan ini diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi sains tentang pola-pola berpikir seseorang yang diperlukan dalam pertukaran kebutuhan informasi dunia yang masih mencitrakan ciri pluralistik kebudayaan masyarakat penggunanya.

2.

Pembelajaran Heuristik dengan Pendekatan Silang Budaya

Heuristik arti harfiahnya menurut Yusuf (2002) adalah membantu untuk menemukan. Dalam dunia pendidikan, metode heuristic artinya satu sistem dalam pendidikan di mana siswa dilatih untuk menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.Teknik pencarian heuristik (heuristic searching)merupakan suatu strategi untuk melakukanproses pencarian ruang keadaan (state space)suatu problema secara selektif, yang memandu proses pencarian yang kita lakukan di sepanjangjalur yang memiliki kemungkinan sukses paling besar, dan mengesampingkan usaha yangbodoh dan memboroskan waktu.Heuristik juga merupakan sebuah teknik yang mengembangkan efisiensi dalam proses pencarian,namun dengan kemungkinan mengorbankankelengkapan (completeness).

Untuk dapat menerapkanheuristik tersebutdengan baik dalam suatu domain tertentu,diperlukan suatu fungsi heuristic.Fungsi heuristik inidigunakanuntukmengevaluasi keadaan-keadaan problema individual dan menentukan seberapa jauh hal tersebutdapat digunakan untuk mendapatkan solusiyang diinginkan. Ada beberapa jenis Heuristic Sea rching diantaranya:

a. Generate and Test. Heuristik jenis bangkitkan dan uji (generate and test)merupakan pendekatan yang paling sederhanadari semua pendekatan yang akan dibicarakan. Metode

generate and test ini kurang efisienuntuk masalah yang besar atau kompleks.

b. Hill Climbing. Heuristik Hill climbing (mendaki bukit) merupakan salahsatu variasi metode buat dan uji (generate and test) dimana umpan balik yang berasal dariprosedur uji digunakan untuk memutuskan arahgerak dalam ruang pencarian (search).Dalam prosedur buat dan uji yang murni, responfungsi uji hanyalah ya atau tidak.Dalam prosedur Hill Climbing, fungsi ujidikombinasikan dengan fungsi heuristic yangmenyediakan pengukuran kedekatan suatukeadaan yang diberikan dengan tujuan (goal).

c. Best First Search. Pencarian terbaik pertama (Best First Search) merupakan suatu cara yang menggabungkan keuntungan atau kelebihan dari pencarian Breadth-First Search dan Depth-First Search.

Dalam dunia pendidikan, heuristic merupakan suatu strategi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Kemampuan penyelesaian masalah tergolong kemampuan tingkat tinggi. Gagne (Ruseffendi, 1988: 169) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan tahap belajar yang paling tinggi dan lebih kompleks. Pemecahan masalah tidak sekedar mengaplikasikan suatu algoritma namun memuat pemahaman dan aktivitas intelektual yang bukan berupa kegiatan rutin.

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada berbagai masalah dan harus menyelesaikannya. Demikian menurut TIM MKPBM (2001:85) Tugas utama guru adalah membantu siswa menyelesaikan berbagai masalah dengan spectrum yang luas yakni membantu mereka untuk dapat memahami makna kata-kata atau istilah-istilah yang muncul dalam suatu masalah sehingga kemampuannnya dalam memahami konteks masalah bisa terus berkembang . Dengan pendidikan heuristik yang menggunakan pendekatan silang budaya, siswa merasa bahwa masalah yang dihadapinya tidak merupakan bagian yang terpisah dari dirinya. Penggunaan


(33)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 19 konteks yang berkaitan dengan budaya yang sudah dikenal siswanya, akan membuat siswa tidak merasa masalah itu sebagai sesuatu yang datang tiba-tiba.

Dengan mengacu pada pandangan konstrukstivisme, jika siswa merasa bahwa masalah itu bagian dari dirinya maka ia akan terdorong untuk mencari cara tersendiri untuk memahami dan memecahkan masalah tersebut. Pencarian itu merupakan inti pembelajaran konstrukstivis. Hal ini sejalan dengan teori perkembangan kognitif dari Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif siswa ditentukan oleh manipulasi dan interaksi anak dengan lingkungannnya. Pengetahuannya datang dari tindakannya. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan diskusi membantu memperjelas pemikiran, yang pada akhirnya membuat pemikiran menjadi lebih logis.

Salah satu hal yang bisa dieksplor dalam diri siswa adalah pengetahuan budaya dari negaranya serta negara lainyang dikenal dengan pendekatan silang budaya. Melalui pendekatan ini siswa dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan budaya negaranya dan budaya Negara lain yang mendorongnya untuk menggali berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yang efektif dan efisien dalam memecahkan masalahnya, sehingga menjadi sarana untuk mengkomunikasikan sains dan teknologi dalam memecahkan masalahnya. Penggunaan teknologi dan komunikasi ini menjadi penting baginya untuk lebih mengembangkan daya pikirnya secara lebih optimal.

Pendekatan silang budaya menurut Wurianto (2002) merupakan suatu cara pemahaman budaya sebagai keseluruhan respons kelompok manusia terhadap lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan setelah melalui rentangan proses interaksi sosial. Pokok-pokok yang terpenting adalah kebutuhan dan tujuan mempelajari budaya, lingkungan target budaya, dan interaksi sosial yang diinginkan. Dasar pemahaman yang digunakan adalah masing-masing sub etnitas budaya itu mewarisi pikiran, perasaan, makna, tanda budaya dan simbol-simbol.

Pendekatan silang budaya merupakan pencitraan budaya suatu bangsa untuk membangun citra diri yang didasarkan pada yang dimilikinya dibandingkan dengan berdasar kesejatidirian. Dengan demikian upaya membangun citra diri ini lebih diandalkan pada pemilikan (to have). Apabila sikap demikian menjadi suatu mentalitas dalam kehidupan trend setters suatu bangsa , maka selanjutnya dapat digambarkan dampaknya secara sosial. Mempelajari kebudayaanbangsa lain dengan pendekatan silang budaya berarti menjadikan kebudayaan sebagai sistem realittas (system of reality) dan sistem makna (system of meaning). Oleh karena itu bagi bangsa lain pendekatan ini berarti menggali kebudayaan suatu bangsa dengan menggunakan pola-pola empatik. Pola ini digunakan untuk pemahaman kemajemukan suatu bangsa baik secara genetis maupun kultural. Konsep pendekatan silang budaya sebagai pencitraan budaya merupakan suatu konsep yang menurut Ki Hajar dewantara disebut ‗tri-kon‘ yaitu konsentrisitas, kontinuitas dan konvergensi. Konsentrisitas menekankan pada suatu inti atau sentrum yaitu dengan melihat dari mana perkembangan suatu budaya mulai digerakkan. Kontinuitas menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu yang menunjukkan bagaimana suatu kebudayaan dipelajari orang asing. Konvergensi menunjukkan gerak kebudayaan dalam ruang dimana kebudayaan tersebut bersama dengan kebudayaan lain menuju kebudayaan yang bernilai informative dan global. Lebih lanjut melalui pendekatan silang budaya maka menuntut rasa kearifan suatu bangsa dalam mempelajari kebudayaan bangsa lain yang dilandasi oleh masalah mengenai:

a. Hakikat dan sifat hidup manusia suatu bangsa b. Hakikat karya manusia suatu bangsa

c. Hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu d. Hakikat hubungan manusia dengan alamnya

Sehingga melalui pendekatan heuristic dengan pendekatan silang budaya ini diperkirakan terjadi peningkatan soft skill (kemampuan untuk menjadi manusia yang baik) yang berlandaskan rasa nasionalisme siswa. Selain itu juga melalui pendekatan ini diharapkan siswa akan lebih tertarik


(34)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

20 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

belajar matematika sehingga membuat persepsinya terhadap pembelajaran yang dilakukan menjadi positif.

3. Metode Penelitian

Di dalam penelitian kuasi eksperimen ini terdapat dua kelas yang mendapat perlakuan yang berbeda. Kelas yang satu terdiri dari dari 40 orang siswa merupakan kelas yang memperoleh pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya, sedangkan kelas yang satunya lagi yang terdiri dari 41 orang siswa memperoleh pembelajaran biasa. Sebelum dan sesudah pembelajaran kepada seluruh siswa diberikan skala sikap untuk melihat tingkat nasionalismenya dan peningkatannya. Pada akhir pembelajaran siswa di kelas yang memperoleh pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya juga memperoleh angket untuk melihat persepsi mereka terhadap pembelajaran yang dilakukan. Sehingga pada akhirnya dapat dideskripsikan bagaimana perningkatan soft skills nasionalisme siswa dan persepsi siswa terhadap pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya, yang diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengembangan soft skills siswa untuk kemudian dikembangkan dengan hard skills-nya secara bersamaan dan seimbang.

4.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Setelah kedua kelompok siswa memperoleh pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya serta pembelajaran biasa, soft skill nasionalisme siswa dapat dideskrpsikan sebagai berikut:

Tabel 1. Deskripsi Soft Skill dan Persepsi pada kedua kelompok Siswa

Variabel Dat Stat

Pembelajaran Heuristik dengan Pendekatan Silang Budaya

Pembelajaran Biasa

N Pretes % Poste

s % G N

Prete s %

Poste

s % G

Soft skills

nasionalisme � 40

32,91 11,8 87,63 84,4 0,97

41 32,77 11,08 66,77 63,1 0,63

s 3,12 - 3,17 - - 3,09 - 2,91 - -

Persepsi �

40 - - 97,89 78,8 - -

s - - 5,96 - -

Dari Tabel 1 di atas bahwa rata-rata pretest kelas yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan silang budaya dengan kelas yang menggunakan pembelajaran biasa tidak terlalu jauh berbeda yaitu 32,91 dan 32,77. Dengan menggunakan SPSS diperoleh sig = 0, 476 lebih besar dari α= 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan siang budaya dengan yang menggunakan pembelajaran biasa. Berarti sebelum pembelajaran dialkukan soft skill nasionalisme mereka sama. Dari hasil post test soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic silang budaya meningkat lebih tinggi dari yang menggunakan pembelajaran biasa yaitu 87,63 dan 66, 7 atau rata-rata gainnya 0,97 dan 0,63. Dengan menggunakan SPSS diperoleh sig= 0,000 dan sig=0,03 untuk gainnya, keduanya ebih kecil α= 0,05 artinya pencapaian dan peningkatan soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa.

Berdasarkan wawancara penulis dengan siswa, siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya selain bisa lebih memahami materi matematika yang diajarkan mereka juga bisa lebih mengetahui keaneka ragaman budaya baik dari negaranya sendiri maupun negara orang lain, dan mereka bangga bahwa kebudayaan Indonesia tidak kalah beragam dan menariknya dibandingkan dengan Negara lain, dan itu yang membuat mereka bangga sebagai bangsa Indonesia dan lebih mencintai Negara ini. Hal ini berarti bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya menjadi pembelajaran bermakna bagi siswa. Dengan menggunakan materi budaya berdasarkan teori


(35)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 21 Ausubel (Trianto, 2007:25) bisa membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi dengan menggunakan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Ausubel (Ruseffendi, 1991: 172) menyatakan bahwa belajar bermakna ialah belajar yang untuk memahami apa yang sudah diperolehnya itu dikaitkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya itu lebih mengerti.

Dengan membuat siswa lebih memahami materi karena diantarkan dengan materi budaya maka hal ini sejalan dengan Teori gestalt bahwa dalam menyajikan suatu konsep, pembelajaran hendaknya lebih mengutamakan pengertian. Teori Gestalt yang sering pula disebut dengan field theory atau

insight full learning (Purwanto, 1990:101) menyatakan bahwa belajar bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antara stimulus respons yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Belajar terjadi jika ada pengertian. Pengertian atau insight

muncul apabila seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain kemudian dipahami sangkut pautnya dan dimengerti maknanya. Selanjutnya teori ini juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses rentetan penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Manusia belajar memahami dunia sekitarnya dengan jalan mengatur dan menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang banyak dan berserakan menjadi suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya.

Keberagaman kebudayaan beserta keunikannya yang menyiratkan kekhasan masing-masing budaya merupakan potensi bagi pengembangan pembelajaran di sekolah. Pendekatan multikultural (Rohidi, 2002) didesain dengan menekankan pentingnya pluralisme sosial, keberagaman budaya, etnik dan kontekstualisme. Berdasarkan pendekatan ini pembelajaran dipandang sebagai intervensi sosial dan budaya, sehingga pada saat mengajar guru tidak hanya mempertentangkan tetapi secara konsisten menyadari bias sosial budayanya. Melalui pendekatan ini pula penggunaan pendidikan disarankan tanggap budaya, yang secara lebih tegas dapat menunjukkan perbedaan etnik dan sosio budaya di kelas, masyarakat, nasional dan internasional.

Dari tabel 1 dengan rata-rata 97,89 atau perolehan 78,8% juga terlihat bahwa persepsi siswa terhadap pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya pada umumny positif karena membuat pembelajaran berlndaskan konstruktivisme dimana:

1) Guru memulainya dengan memperbaiki sikap negatif yang mungkin mereka miliki terhadap pluralisme sosial, keagamaan dan etnis.

2) Guru dan siswa melakukan analisa situasi agar akrab dengan masyarakat. 3) Guru dan siswa memilih materi yang relevan dan sekaligus menarik

4) Guru dan siswa bersama-sama menyelidiki persoalan yang berkaitan dengan materi yang dipilih. Dalam hal ini disarankan mengidentifikasi persoalan sosial yang berkaitan dengan agama , suku, kehidupan ekonomi, kemampuan, mental serta fisik. Dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru dan siswa bisa juga berselancar di dunia maya untuk studi komparatif terhadap persoalan dan solusi yang bisa dikemukakan di dunia internasional.

5.

Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan dan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa:

1. Pencapaian dan peningkatan soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa.

2. Persepsi siswa pada pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya, pada umumnya positif.


(36)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

22 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 5.2. Rekomendasi

Untuk itu direkomendasikan:

1) Dalam pembelajaran matermatika hendaknya selalu diawali dengan masalah yang kontekstual dengan kehidupan siswa diantaranya dengan mengenalkan beragam kebudayaan Negara kita dengan Negara lain, sehingga selain membuat siswa lebih memamahmi materi matematika juga menambah wawasannya tentang budaya tersebut.

2) Selalu ditekankan kepada siswa bahwa pelajaran matematika adalah ratu dan pelayan ilmu sehingga bisa luwes memasukkan berbagai pluralisme budaya dan perkembangan informasi terkini sehingga pembelajaran bisa mengikuti perkembangan zaman. Sehingga siswa bisa menyadari bahwa banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan matematika, dan dengan mengintegrasikan materi budaya membuat pelajaran matematika lebih menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Banks, J.A (1993). ‖Multicultural Education: Historical Development, Dimentions and Practice‖. In Review of Research Education, vol. 19, edited by L. Darling-Hammond. Washington, DC: American Educational Research Assosiaciation.

Banks, J.A. (1994). Multiethnic Education: Theory and Practice, 3rd ed. Boston: Allyn and Boston.Bennett,C. & Spalding,E. 1992. ―Teaching the Social Studies: Multiple Approaches for Multiple Perspectives‖. In Theory and Reseach in Social Education. XX:3(263-292) Ernest, P. (1991). The Philosophy of Mathematics Education. Hamisphere: The Parmer

Press.

Hendra (2007). Komunikasi. [Online]. Tersedia:

http://indonesia.siutao.com/tetesan/komunikasi.php. (12 Desember 2008)

Purwanto, N (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. [4]

Rohidi, T.R (2002). Pendidikan Seni Multikultural. [Online]. Tersedia: http://www.suaramerdeka.com/harian/0209/23/kha2.htm (19 Februari 2009)

Ruseffendi, E.T (1988). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Tim MKPBM (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI: JICA.Tim (2003).

Komunikasi. [Online]. Tersedia: http://www.kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d- (11Desember 2008).

Tim Bochalas (2008). Membangun Komunikasi yang Efektif. [Online]. Tersedia: http://bocahalas.lingkungan.org/?p=19

Trianto (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wurianto, A.B(2002). Pendekatan Silang Budaya sebagai Pencitraaan Budaya Indonesia melalui Pengajaran BIPA. [Online]. Tersedia: www.ialf.edu/kipbipa/papers/ArifBudiWurianto.doc - (13 Februari 2009)

Yusup, P.M (2002). Teori dan Penemuan Ilmiah dalam Lingkungan Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kelembagaan Informasi termasuk Perpustakaan. Jakarta:Kompas

Zainudin, R.B. (2008). Pembelajaran Berbasis Multikultur sebagai Gerakan Pembaharuan dalam

Pendidikan. [Online].Tersedia:


(37)

Volume 2, Tahun 2014. ISSN 2338-8315

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 23

PENGARUH PENERAPAN KONTEKSTUAL TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT

TINGGI SISWA SMP

Asep Ikin Sugandi

STKIP Siliwangi asepikinsugandi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Artikel ini melaporkan hasil temuan suatu kuasi eksperimen dengan disain tes akhir kelompok kontrol untuk menelaah pengaruh pembelajaran Kontekstual dengan, level sekolah, dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa. Studi ini melibatkan 282 siswa dari tiga SMP level rendah, menengah, dan tinggi di kota Cimahi. Instrumen penelitian terdiri dari satu set tes yaitu satu set soal kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. Penelitian menemukan bahwa pembelajaran Kontekstual memberikan pengaruh terbesar dibandingkan dengan pengaruh pembelajaran konvensional, level sekolah, dan kemampuan awal matematika siswa terhadap pencapaian kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. Ditemukan pula bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran dengan level sekolah dan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan level kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi, Pembelajaran Konstektual

1. Pendahuluan

Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi (KBMTT) merupakan hal yang penting dalam pendidikan matematika, perlu dilatihkan pada siswa dari mulai jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Siswa perlu dibekali keterampilan seperti itu supaya siswa mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi secara kritis dan kreatif. Pentingnya Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi (KBMTT) dilatihkan kepada siswa, didukung oleh tujuan pendidikan matematika yang mempunyai dua arah pengembangan yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang (Sumarmo, 2002, 2004, 2005).

Tujuan pertama untuk kebutuhan masa kini, pembelajaran matematika mengarah pada pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematik dan ilmu pengetahuan lainnya. Tujuan kedua untuk kebutuhan masa yang akan datang atau mengarah ke masa depan, mempunyai arti lebih luas yaitu pembelajaran matematika memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis, dan cermat serta berpikir objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk menghadapi masa depan yang selalu berubah.

Kemudian ditegaskan pula oleh Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 1) bahwa peserta didik dari mulai sekolah dasar perlu dibekali dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama. Secara rinci dikemukakan bahwa pembelajaran matematika selain menekankan penguasaan konsep, tujuan lainnya adalah:

1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan; kegiatan eksplorasi; eksperimen; menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.


(1)

494 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

lebih efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika yaitu adanya internalisasi pada diri siswa tentang pemahaman pembelajaran yang diajarkan secara mudah serta adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh, menjadikan belajar lebih bermakna dan mampu mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari hal ini sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013. Pembelajaran yang dimaksud adalah Pembelajaran Kontekstualatau Contextua l Teaching and Learning (CTL).

1.1.2. Analisis Masalah

Bagaimana kemampuan pemahaman konsep KPK dan FPB siswa kelas IV SDN Husein sebelum dan setelah tindakan melalui penerapan model pembelajaran Contextua l Tea ching and Lea rning

(CTL).

1.1.3.

Alternatif Pemecahan Masalah

Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep KPK dan FPB siswa kelas IV SDN Husein sebagai alternatif pemecahannya maka penulis menerapkan model pembelajaran Contextua l Tea ching and Lea rning. Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Apakah model pembelajaran CTL dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep KPK dan FPB siswa kelas IV SDN Husein Bandung ?

b. Bagaimana penerapan model pembelajaran CTL dalam meningkatkan pemahaman konsep KPK dan FPB siswa kelas IV SDN Husein Bandung ?

c. Bagaimana hasil pembelajaran dengan menggunakan model CTL dalam meningkatkan pemahaman KPK dan FPB siswa kelas IV SDN Husein Bandung ?

1.3.

Tujuan Perbaikan

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti melakukan perbaikan dengan tujuan sebagai berikut :

a. Meningkatkan pemahaman siswa dalam menguasai konsep KPK dan FPB

b. Meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran CTL

c. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CTL

1.4.

Manfaat Perbaikan

a. Manfaatbagi guru :

1) Menambah wawasan dan pengetahuan ilmu dan teknologi 2) Meningkatkan kualitas pembelajaran

3) Meningkatkan keprofesionalan guru

4) Sebagai kredit poin dalam kenaikan golongan b. Manfaat bagi siswa :

1) Siswa lebih menyenangi pelajaran matematika

2) Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi

3) Berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, mengembangkan pola fikirnya dan untuk mempelajari ilmu-ilmu lainnya


(2)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 495

c. Manfaat bagi sekolah

Meningkatkanprestasisekolahterutamadalammatapelajaranmatematika memberi masukan kepada sekolah agar siswanya dapa tmengembangkan kemampuan intelektualnya sesuai dengan perkembangan intelektual anak

2.

Kajian Pustaka

2.1.

Konsep Pendekatan Kontekstual

Model pebelajaran pada dasarnya dangat beragam dan salah satunya adalaha model pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kontekstual menekankan keterlibatan siswa secara maksimal yaitu menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari

Menurut Hull dan Sounders (Komalasari, 2010:6) mengatakan bahwa:

Dalam pembelajaran CTL (Contexstual Taching Learning), peserta didik menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Peserta didik menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pemebelajaran kontekstual menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium, tempat kerja maupun bank. Pembelajaran kontekstual menurut guru mendesain lingkungan belajar merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Sementara Johnson (Sadirman, 2011:222) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah bahwa peserta didik menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.

Sedangkan, menurut Depdiknas (Kesuma, 2010:58) Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membantu hubungan anatara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kontekstual tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konekstual adalah model pembelajaran yang mengaitkan materi dengan dunia nyata siswa sekaligus mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan ( applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).

2.2.

Metode Demonstrasi

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, metode artinya cara yang telah diatur dan terpikir baik-baikuntuk mencapai suatu maksud. (Poerwodarminto,2005:767) Slameto(2010:82) mengemukakan, metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain ( 2010:46), metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari beberapa pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang telah diatur dan terpikir dengan baik untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

3.

Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan masalah teridentifikasi peneliti melakukan berbagai rencana perbaikan demi meningkatkan proses pembelajaran kearah yang lebih berkualitas, yaitu :


(3)

496 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

3.1.Rencana Perbaikan Mata pelajaran matematika 3.1.1. Siklus 1

Langkah – langkah perbaikannya adalah : a) Menjelaskan materi KPK dan FPB

b) Siswa diberi kesempatan mengamati ilustrasi tentang benda bergerak agar dapat memperoleh gambaran kongkret tentang KPK melalui bermain

c) Siswa menjawab pertanyaan di buku dan meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku

d) Setelah selesai pengamatan, guru mengundi masing-masing kelompok untuk melaporkan hasil pengamatan tentang konsep KPK

e) Guru memberi kesempatan bagi kelompok yang lain untuk menanggapi hasil pengamatan f) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok setiap kelompok beranggotakan 4 orang

g) Salah satu kelompok melakukan demonstrasi melompat dengan permainan lompat kelinci h) Siswa lain mengamati kelompok lain

i) Siswa menuliskan hasil kegiatannya di buku tematik

j) Siswa mengerjakan soal yang ada pada buku dan saling bertukar jawaban dengan kelompok lainnya

k) Guru mengadakan penilain pada saat siswa berdiskusi dan mengumpukan hasil kegiatannya.

3.1.2. Siklus 2

Langkah – langkah perbaikannya adalah : a) Menjelaskan materi KPK dan FPB

b) Siswa diberi kesempatan mengamati ilustrasi tentang benda bergerak agar dapat memperoleh gambaran kongkret tentang KPK melalui bermain

c) Siswa menjawab pertanyaan dibuku dan meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku

d) Setelah selesai pengamatan, guru mengundi masing-masing kelompok untuk melaporkan hasil pengamatan tentang konsep KPK

e) Guru memberi kesempatan bagi kelompok yang lain untuk menanggapi hasil pengamatan f) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok setiap kelompok beranggotakan 4 orang

g) Salah satu kelompok melakukan demonstrasi melompat dengan permainan lompat kelinci h) Siswa lain mengamati kelompok lain

i) Siswa menuliskan hasil kegiatannya di buku tematik

j) Siswa mengerjakan soal yang ada pada buku dan saling bertukar jawaban dengan kelompok lainnya

k) Guru mengadakan penilain pada saat siswa berdiskusi dan mengumpukan hasil kegiatannya.

3.2.Prosedur Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika dibantu teman sejawat yang berperan sebagai observer selama proses pembelajaran berlangsung.

3.2.1. Siklus 1

a) Melakukan Tanya jawab tentang materi sebelumnya b) Menjelaskan materi pembelajaran

c) Melakukan demonstrasi lompat kelinci d) Membimbing dan memantau

e) Berdiskusi

f) Menimpulkan materi g) Penialain

h) Penugasan

Berdasarkan hasil evaluasi bahwa pada siklus 1 hasilnya belum memuaskan dan belum sesuai dengan yang diharapkan.


(4)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 497 3.2.2. Siklus II

a) Melakukan tanya jawab dan mengaitkan materi dengan kehidupan b) Menyampaikan materi dengan ber bagai contoh

c) Membagi siswa kedalam kelompok d) Melakukan demonstrasi lompat kelinci

e) Guru menjelaskan apa yang sedang dilakukan siswa f) Guru menyimpulan kegiatan

g) Penilaian hasil pembelajaran

Dengan melakuakn demonsrasi yang sederhana dan dengan fasilitas seadanaya, melibatkan siswa dalam pembelajaran, mengaitkan materi dengan kehidupan nyata, akhirnya perbaikan pembelajaran menunjukan hasil yang memuaskan.

4.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam menerapkan pembelajaran pada setiap siklusnya dilakukan sesuai dengan kemajuan

atau perubahan dengan kemajuan atau perubahan yang telah dicapai pada siklus

sebelumnya.

4.1.

Siklus I

4.1.1.

Tujuan Perbaikan

Siswa dapat meningkatkan pemahaman terhadap penguasaan konsep KPK dan FPB dengan menggunakan model pembelajaran Contectual Teaching and leraning (CTL), berikut ini di gambarkan dalam bentuk tabel hasil dari pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CTL metode demonstrasi.

Tabel 1

Hasil pengolahan data matematika siklus I dan siklus II

No Nama Nilai

Pra Perbaikan Siklus I Siklus II

1 Desti Nurhalizah 55 60 75

2 Dika Maulana 50 50 75

3 Ikhsan Ramdoni 40 45 65

4 Irfan Hermawan 10 10 60

5 Jaka Erlangga 50 55 80

6 Mira Wulan 50 55 75

7 Muchammad Gias 50 55 80

8 M. Agnhy K 70 70 90

9 Rendi Pradita 10 10 60

10 Reni Sakinah 70 70 80

11 Rifa Asussya‘adah 80 80 90

12 Rinrin 25 30 70

13 M. Rizki Frdaus 40 45 70

14 Rosa Pebrian 25 30 70

15 Sonia Gantira 25 30 70

16 Syaila Novtasari 65 70 90

17 Yogi Saputra 45 50 75

18 Asti Sintia 60 75 90

19 Zaki muhamad 70 80 90

20 Zahra Ayu Dita 40 50 70

21 Ali Andira 20 30 70

22 Agustian R 45 50 75

Jumlah 995 1030 1670

Rata-Rata 45,7 49 75

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika tentang konsep pemahaman KPK dan FPB dengan menggunakan model pembelajaran CTL metode demonstrasi dapat meningkat, pada Pra Siklus atau jika menggunkan pembelajaran yang konvensional tingkat


(5)

498 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi

keberhasilan siswa rata-rata 45,7, kemudian pada pembelajaran selanjutnya pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran CTL meningkat menjadi nilai rata-rata yang diperoleh adalah 49, walaupun ada peningkatan tetapi belum menunjukan tingkat keberhasilan yang diharapkan sehingga masuk pada tahap siklus ke II dan menunjukan tingkat keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan yaitu nilai rata-rata yang dperoleh mencapai 75.

4.1.2.

Keberhasilan

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat proses pembelajaran matematika terlihat keinginan siswa untuk memperoleh penguasaan mata pelajaran matematika dan siswa menunjukan sikap yang baik.

Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan proses pembelajaran dalam situasi dan kondisi yang kondusif sehingga siswa aktif terlibat langsung dalam proses pembelajaran selain itu model pembelajaran CTL dipandang bahwa siswa tidak hanya menjadi objek pembelajaran melainkan menjadi subjek pembelajaran yang terlibat secara langsung dalam bentuk partisipatif.

4.2.

Siklus II

4.2.1.

Tujuan Perbaikan

Dilakukannya pembelajaran pada siklus II untuk lebih meningkatkan hasil beljar siswa, sebab pada siklus I belum menunjukan peningkatan sesuai dengan yang diharapkan, dan pada siklus II menunjukan tingkat keberhasilan siswa sesuai dengan yang diharapkan.

4.2.2.

Keberhasilan

Setelah melakukan pembelajaran siklus II terlihat adanya peningkatan karena pembelajaran ini dilakkukan secara berkelompok dengan metode demonstrasi, sehingga siswa tampak begitu antusias dalam pembelajaran, demontrasi yang dilakukan adalah lompat kelinci.

Grafik 1. perolehan nilai matematika

Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa perolehan nila rata-rata siswa terhadap pelajaran matematika dengan model pembelajaran CTL mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.

Pra perbaikan memperoleh nilai rata-rata 45,7, siklus I 49, dan siklus II 75.

Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat secara umum perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan sudah menunjukan peningkatan, terbukti dari hasil evaluasidari siklus ke siklus yang terus meningkat.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nilai Pra Perbaikan Siklus I


(6)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 499

Model pembelajaran CTL dengan metode demontrasi sangat membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran, pemahaman siswa semakin meningkat, siswa akan lebih memahami materi pelajaran dengan model CTL hal ini disebabkan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran.

Dengan model CTL penulis dapat melihat kekurangan dan kelebihan model CTL selama proses pembelajaran berlangsung.

Dengan menggunakan CTL dan dibantu oleh alat peraga serta media terbukti pembelajaran matematika dipandang sangat menyenangkan bagi anak usia SD, hal ini sejalan dengan pendapat Hull dan Sounders (Komalasari, 2010:6) mengatakan bahwa;

Dalam pembelajaran CTL (Contexstual Taching Learning), peserta didik menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Peserta didik menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pemebelajaran kontekstual menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium, tempat kerja maupun bank. Pembelajaran kontekstual menurut guru mendesain lingkungan belajar merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.

5.

Kesimpulan dan Saran

Penerapan model pembelajaran CTL dengan Metode Demonstrasi telah terbukti dapat :

a. Meningkatkan daya serap hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat pada peningkatan nilai rata-rata dari siklus ke siklus

b. Meningkatkan motivasi dan perhatian siswa

c. Memiliki pngaruh yang signifikan pada peningkatan proses dan hasil belajar siswa d. Membuat suasana kelas menjadi aktif.

Hendaknya guru harus lebih kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran yang sifatnya lebih konkret

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2010. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas Kurikulum 2013

National Council of Teachers of Mathematics (2000). Principles and Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Sagala, S. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Schoenfeld, A.H. (1992). Learning to Think Mathematically: Problem Solving, Metacognition and Sense of Mathematics., Dalam Handbook of Reasearch on Mathematics Teaching and Learning (pp. 334- 370). D. A. Grouws (Ed). New York: Macmillan.

Sumarmo, U. 1987. Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMP Dikaitkan dengan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi pada Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan

Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstua lKonsepdan Aplikasi. Bandung: PT RefikaAditama.

Sugiyono (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer Bandung: JICA Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka