analisa bata terbuang

-\d

f

v./

il,

c'i-t't/"
"'/
'+r

r^i

*

C

trr

i!r


rs$r
Jl, Letjen Jamin Ginting
No. 285 - 287 Pd, Bulan Medan
Telp, 061 - 8218605, 8218589
Fax,061 - 8218605
Email : [email protected],id
Homepage : http://www.prestasi.ac.id

t*e

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi
ISSN:2301-797X

DAFTARISI
PENGAMAN DATA STEGAIYOGRAFI DENGAh{ KOMBINASI LEAST
SIGNIFICANT BIT DAN ALGORITMA RC4
Nirwan Sinuhaji, S.T., M.T
Halaman 1 s.d.9 (Buku 1)


ANALISA JI]MLATI BATU BATA TERBUAI\IG
PADA PEMBANGUNA}{ RUMAH
Partahi IL Lumbangaol
Halaman 10 s.d. 19 (Buku 1)

PERANCAI\IGAN SMART TELEVISION MEMAI\FAATKAN SENSOR PASSIVE
INFRA RED BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51
Saut Matedius Situmorang
Halaman 20 s.d.28 (Buku 1)

PENGARUH JENIS SEBARAI\I SERAT PADA KOMPOSIT SERAT TEBU DAN
RESIN POLIESTER TERIIADAP SIFAT MEKA}IIS
Charles Manurung, ST.,

MT.') Dr. Richard Napitupulu,
t)

ST., MT.2)

Halaman 29 s.d.37 @uku


KONTRIBUSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA TERIIADAP PENDAPATAI\I
USAHATANI WORTEL DI DESA RAYA, KECAMATAN BERASTAGI,
KABUPATEN KARO
Donny Ivan Samuel Simatupan& SPn M.Agb.
Halaman 38 s.d.4l (Buku l)

LARUTAN HASIL FERMENTASI LIMBAII KUBIS SEBAGAI PENGAWET ALAMI
IKAN SEGAR

Ir. Lestina Tiarma lda

Siagian, M.Si.

Halaman 42s.d.48 (Buku 1)

ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI TERIIADAP PENERAPAN
PEMANGKASA}I PADA TANAMAI\ KAKAO DI KECAMATAI\ STBOLANGIT
KABUPATEN DELI SERDAI{G
Helena Tatcher Pakpahan, SP, M.Si

Halaman 49 s.d. 57 (Buku

l)

Volume: 4 No.l

- Mei 2015

ISSN:2301-797I(
Volume: 4No.l - Mei2015

ANALISA JUMLAI{ BATU BATA TERBUAI\TG
PADA PEMBAIIGT]NAI{ RUMAH
Partahi II. Lumbangaol
Dosen Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen

([email protected])

ABSTRACT
Research on waste level of brick material used for wall construction was conducted

through field observations on one housing construction project in the city of Medan. Waste
level in this report is defined as the difference between material bought / delivered to the point
of application and the theoretical amount of material needed for 1 square meter of brick wall
constructed. Data collection is carried out by observing a worker who lay brick material on
certain part of wall area. 8 (eight) observations have been conducted during the research period.
Percentage of wasted brick material found during this investigation varies from 9 to 24 % .

Keywords

:

building wosle, construction waste

PEIIDAHULUAN
Industri konstruksi beserta industri
bahan bangunan yang mendukungnya
merupakan pengguna dominan sumbersumber alam. Produksi bahan bangunan
membutuhkan sangat banyak energt dan
karenanya juga meng-hasilkan banyak gas


rumah gas kaca. Adanya

kesadaran

lingkungan dan gerakan "green construction"
(Kibert 1994) merupakan salah satu reaksi

terhadap besarnya pengaruh industri ini
terhadap tercapainya "pembangunan yang
berkelanjutan" (Sustainable Development)
(Spence & Mulligan 1995, Ofori 1998 ).
Material bahan bangunan merupakan
komponen yang pentng dalam menentukan
ksarnya biaya suatu proyek. Lebih dari
separuh biaya proyek diserap oleh material
lang digunaka. Pada t hap pelaksanaan
konstmksi di lapangan sering terjadi sisa
m.aterial yang cukup besar.

Besarnya persentase


limbah

rnenentukan berapa efisien penggunaan bahan
bangunan dalam proyek konshuksi. Dapat
dikatakan semakin kecil persentase limbah ini
:raka akan semakin sustainable kegiatanyang

-engha-silkannya.

Di Indonesia keberadaan limbah
i"''nstruksi ini baru diakui setelah UU No. 18
rhun 2008 tentang '?engelolaan Sampah"
::enggolongkannya sebagai'sampah spesifik'
herupa'puing bongkaran bangunan'.
Sebelumnya limbah konstruksi ini
.i-:nggap merupakan limbah lain-lain bersifat
Ithjelah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi

minor. Walaupun telah diakui sebagai

'sampah spesifik', penanganan limbah

konstruksi ini secara khusus belum diatur
dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 UU
No. 18 tahun 2008.
Dari segi biaya konstruksi, semakin
besar persentase material yang berakhir
menjadi limbah akan memperbesar biaya
konstruksi. Dalam pelaksanaan konstruksi,
perkiraan biaya konstruksi akan memasukkan
level persentase tertentu biaya untuk menutupi

kehilangan material ini. Biasanya setelah
semua biaya konstruksi dihitung, akan
ditambahkan persentase tertentudari biaya
untuk menutupi biaya-biaya yang mungkin
keluar namun diluar perhitungan. Mengingat
material batu bata memiliki harga yang relatif
kecil disbanding material lain seperti kayu,

ataupun besi, maka sering terjadi persentase
batu bata yang berakhir menjadi limbah luput

dari

perhatian kontraktor

/

pelaksana

konstruksi.

PERUMUSAIT MASALAH
Banyaknya material yang dibutuhkan
untuk membangun dinding bata secara teoritis
dapat dihitung dengan membagi luas dinding
batayang direncanakan dengan luas satu unit
batu-bata ditambah luasan spesi (mortar) yang
dibutuhkan untuk merekatkan pasangan bata

tersebut.

10

ISSN:2301-797X
- Mei2015

Volume: 4No.1
Penelitian ini akan membandingkan
jumlah batu bata teoritis tersebut dengan
jumlah bata yang dibeli / didatangkan oleh

konstruksi tidak digunakan sesuai tujuan
semula. Hal ini disebut sebagai limbah. Bagi

kontraktor untuk pekerjaan pasangan dinding

keuntungan.

bata tersebut.


Limbah konstruksi dapat timbul akibat
berbagai macam kegiatan yang berlangsung
pada suatu proyek. Material dapat hilang

Rasio antara material yang tidak
terpasang dengan material yang dibutuhkan
secara teoritis dianggap sebagai persentase
material batu bata yang berakhir menjadi
limbah.

Faktor-faktor penyebab timbulnya
limbah ini akan diamati dan dibandingkan
dengan studi literatur yang telah ada
sebelumnya (Nagapan et al20l2, Skoyles dan
Skoyles 1987, Wulandari 2001).

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi
pada pekerjaan dinding bata proyek

konstruksi bangunan perumahan

(bukan

gedung).

Penelitian bertujuan mengetahui
persentase material batu bata yang menjadi
limbah pada pekerjaan pemasangan dinding
proyek bangunan rumah bukan gedung.
STUDI PUSTAKA
Latar belakang penelitian

ini adalah

penelitian sebelumnya terkait limbah
konstruksi oleh Lumbangaol (2013) yang
membahas kontribusi industri konstruksi
dalam aliran sampah perkotaan. Selain itu
perhatian pada bidang limbah konstruksi di
lndonesia masih sangat terbatas. Material
yang dibeli dan didatangkan ke lokasi proyek
konstruksi tidak semua terpakai menjadi
bagian dari bangunan.

Material yang digunakan

dalam

konstruksi dapat digolongkan dalam dua
bagian besar yaitu:

a. Consumable materiol,

merupakan

material yang pada akhimya akan menjadi

bagian dan struktur

b.

fisik

bangunan,
misalnya: semen, pasir, kerikil, batu bata,
besi tulangan, baja, dan lain-lain.
Non-consumable material, merupakan

material penunjang dalam

proses

konstruksi dan bukan merupakan bagian
fisik dad bangunan setelah bangunan

tersebut selesai, misalnya:

bekisting,

dan dinding

perancah,
penahan

sementara.

kontraktor,

hal ini akan mengurangi

akibat diletakkan begitu saja

di

tanah atau

dapat rusak karena cara penyimpanannya yang
kurang baik, sehingga material tersebut tidak
dapat digunakan lagi.

Proye konstruksi juga

menimbulkan dampak

lingkungan. Hal

ini

dapat

tidak baik

bagi

berkaitan dengan
penggun&rn material yang tidak ramah
lingkungan. Ofori (1992) mengkategorikan
dampak-dampak tersebut sebagai

:

(a) Kemunduran sumber daya alam seperti
kehabisan sumber daya hutan yang
diakibatkan oleh penggunaan kayu ;
kerusakan tanah karenan pengambilan
pasir, lempung dan kandungan lainnya
seperti batu kapur ; penggun:um energi
untuk produksi dan mengangkut bahanbahan serta untuk melancarkan kegiatan
di suatu proyek konstmrksi.

fisik

seperti Dam yang
menyebabkan pengalihan aliran air alami,
hilangnya beberapa jenis tumbuhan
disekitar lokasi, rusaknya keseimbangan
ekologi yang membahayakan kesehatan ;
pembangunan gedung di area perumahan

(b) Gangguan

menyebabkan kebisingan ; konstruksi
jalan raya mengurangi kestabilan daerah
berbukit-bukit yang rapuh ; secara umum,
pembangunan mengarah ke rusaknya
daerah pertanian, hilangnya kemungkinan

penghutanan kembali, erosi tanah,
berkurangnya daerah resapan ak,
gangguan ekosistem dan perubahan iklim.

(c) Polusi bahan kimia disebabkan

oleh

partikel-partikel yang dilepaskan ke udara

akibat produksi dan

pengangkutan

material-material seperti semen ; polutan
yang terbentuk selama proses konstruksi

;

serat-serat yang terlepas
yang
menggunakan asbes ; tumpahan bahan
kimia dan pembuangan bahan sisa yang

bangunan

selama proses pengerjaan

sembarangan.

Besarnya kuantitas sisa material yang

terjadi sangat berkaitan erat

dengan

manajemen material. Kehilangan banyak
terjadi karena bahan yang dikirim ke lokasi

Majalah llmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi

IEMS JEMS LIMBAH KONSTRUKSI

dan

Skoyles
Skoyles (1987)
menggolongkan limbah konstruksi dalam 4
t1

ISSN:2301-797X
Volume: 4No.1 - Mei2015
kategori, yaitu Limbah Alami (natural waste),

-

Penyimpanan

di gudang dan penyimpanan

Limbah Langsung (direct waste), Limbah

sementara di sekitar bangunan ; Diakibatkan

Tidak Langsung (indirect woste), dan Limbah

oleh penyimpanan yang burulq termasuk

Konsekuensi (cons equential

perpindahan dan proses penurunan material

w

aste).

Limbah Alami (natural waste) terkait
dengan pembentukan limbah yang kadangkala
tidak dapat dihindarkan, seperti pemotongan
kayu untuk penyambungan ataupun cat yang
menempel pada kalengnya. Ada suatu
tingkatan dimana suatu limbatr tidak dapat
dikurangi jika biaya pencegahannya lebih
besar dari harga material yang dihemat. Oleh
karena itu ada suatu level dimana suatu
limbah harus terjadi dalam batas toleransi.

Batasan yang disebutkan inilah yang
dinamakan limbah alami. Permasalahannya

adalah tingkat alami dari limbah yang timbul
tergantung pada keefektifan biaya yang

di

sekitar lokasi dan peletakannya pada

tempat tujuan.

- Limbah akibat

proses perubahan bentuk

material ; Yang termasuk dalam kategori ini
adalah akibat pemotongan menjadi bentuk

yang tidak ekonomis, seperti proses
pemotongan

kuyo, penyerutan dan

sebagainya.

- Limbah selama proses perbaikan ;
Diakibatkan tercecernya bahan yang
digunakan, tumpah ataupun dibuang selama
proses perbaikan berlangsung.

- Limbah akibat proses pemotongan ;

dapat kita ambil contoh kasus kantong semen
yang diletakkan di tempat tertutup. Jumlah
semen yang terbuang masih dapat ditoleransi

Diakibatkan pemotongan material menjadi
ukuran standar, sambungan maupun bentukbentuk yang tidak beraturan.
Limbah sisa ; Bahan-bahan dalam kaleng
seperti mortar untuk pekerjaan pasangan
batu bata, bahan plester dan cat yang
tumpah, serta bahan-bahan dalam kaleng

dibandingkan dengan meletakkannya di

setelah

digunakan dalam pendekatan

untuk

mengontrolnya.

Untuk menggambarkan limbah alami

jika

tempat terbuka dengan resiko kerusakan

semen yang tersedia

dan

selanjutnya

-

yang tidak ditutup kembali

-

berhubungan dengan harga yang paling efektif

yang masih dapat terkontrol. Contoh ini
menggambarkan maksud dari tingkat limbah
yang masih dapat ditoleransi jika ada control
material di lokasi proyek. Sehin$g4 biaya
untuk menghindari kemungkinan timbulnya
limbah lebih sedikitjika dibandingkan dengan
biaya untuk memperbaiki akibat yang terjadi
karena timbulnya limbah.
Limbah Langsung (direct waste) dapat
terjadi pada setiap tahap proses pembangunan.

digunakan.
Penggunaan bahan yang

tidak ekonomis ;
Meliputi bahan yang ditinggalkan begitu
saja saat tidak digunakan, ataupun bahan
yang tidak digunakan seoptimum mungkin.

-

Manajemen yang kurang baik

; Kerugian

dapat terjadi akibat keputusan yang kurang

-

tepat dan tidak berhubungan dengan yang
lainnya akibat pengorganisasian yang buruk.
Limbah akibat pengguruum yang salah ; Hal
ini timbul akibat digunakannya tipe atau
kualitas material yang salah.

saat

- Limbah akibat spesifikasi material yang
salah ; Hal ini berkaitan dengan adanya

penyimpanan, pemindahan material, maupun

kesalahan, khususnya pada rencana kerja

Biasanya limbah

ini

terjadi pada

pada saat pengerjaan. Hal ini dapat juga
te{adi sebelum material mencapai lokasi
kerja atau sesudah sesuatu pekerjaan selesai.
Jika pengecekan pada lokasi tidak berjalan
dengan baik, kerusakan ataupun penurunan
standar material dapat terjadi. Hal ini
mengakibatkan tambahan biaya untuk

membeli material pengganti. Beberapa
kategori limbah langsung adalah akibat
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Limbah akibat adanya kegiatan pengiriman ;

-

Semua kehilangan pada saat terjadinya
pengiriman ke lokasi, penurunan barang dan
pada saat penempatan ke gudang.

Majalah tlmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi

dan spesifikasi.

- Timbulnya limbah akibat

kurangnya
pelatihan ; Biasanya dilakukan oleh orang
baru, buiuh yang tidak terlatih, serta buruh
pada proses operasi yang baru.

Limbah tidak langsung (indirect woste)

unfuk seorang kontraktor berkaitan dengan
masalah pembelian bahan. Material tidak
hilang secara fisik. Uang yang digunakan
untuk membeli material akan terbuang jika
digunakan untuk satu kepentingan dimana ada
material yang ternyata lebih murah. Kerugian

diakibatkan oleh adanya perbedaan harga
antara material yang digunakan dengan

t2

Volume:

material yang mungkin dapat digunakan.
Penyebab timbulnya limbah tidak langsung

-

:

Adanya penggantian material (substitution

waste\; Terkadang penggantian suatu
material merupakan hal yang disengaja.
Biasanya hal ini akibat menghindari limbah
langsung terkait kerusakan material ataupun

untuk menghindarkan keterlambatan waktu
pengerjaan karena umur material murah
yang pendek. Oleh sebab itu, biaya akan
lebih efektif jika menggunakan material
yang tersedia di pasaran daripada mencari
material lain yang lebih murah tetapi

tingginya

mengakibatkan
ongkos
pengangkutan, keterlambatan pekerjaan dan

-

kesulitan lain dengan biaya lebih besar
daripada selisih harga material itu sendiri.
Limbah produksi Qtroduction waste); Ada
beberapa material yang digunakan oleh
kontraktor yang tidak diperhitungkan dalam
pembayaran. Hal ini dikarenakan pada saat
pengukuran tidak diperhitungkan biaya
untuk ukuran lahan yang digali, tidak
ratanya permukaan yang perlu diplester dan

sebagainya. Metode pengukuran yan9

ISSN:2301-797)(
Mei2015

4No.l -

Limbah Konsekuensi (consequential
waste) ; Dalam limbah langsung (direct
waste) telah disebutkan bahwa salah satu
penyebabnya adalah karena adanya kerusakan

yang disebabkan oleh

kesalahan

penyimpanan. Kerusakan ini harus diperbaiki
atau perlu diadakan penempatan kembali

dengan yang lebih baik dan tentu saja
membutuhkan biaya. Oleh sebab itu, limbah
jenis ini disebut juga limbah konsekuensi
(consequential waste). Salah satu contoh dari
penyebab timbulnya limbah ini adalah karena
adanya keterlambatan kerja yang disebabkan
oleh tidak cukupnya material tersedia
sehingga produktivitas kerja menjadi rendah.
Akibatnya terjadi braya ekstra karena
keterlambatan tersebut.

Limbah tidak hanya dilihat

sebagai

kehilangan material s4ia atau sebagai jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

mengangkut material, tetapi juga sebagai
kehilangan sumber daya yang digunakan

dalam berproduksi, biaya pengiriman material

baru ke lokasi dan keuangan. Limbah
langsung yarrg ditimbulkan oleh sub-

digunakan kurang peka terhadap prakteknya

kontraktor dapat

antara ukuran bucket dan penggalian yang
dibutuhkan akan menuju kearah kelebihan
material.

'consequential waste' bagi kontraktor utama.
Hal ini timbul karena adanya keterlambatan
pengiriman ataupun akibat adanya material
yang ditinggalkan begitu saja di sekitar lokasi
pekerjaan yang membuat lokasi menjadi

di lapangan, dalam hal ketidak sesuaian
- Limbah yang terbentuk selama

proses

konstruksi (operational woste) ; Hal ini
lebih mengacu kepada material yang
digunakan untuk operasi pelaksanaan tetapi
tidak disebutkan berapa jumlah yang
dibutuhkan di dalam dokumen kontrak.
Material-material ini biasanya merupakan
bagian dari pekerjaan sementara serta
material yang tidak disebutkan seperti
bedeng tempat tinggal sementara pekerja.

- Akibat

adanya kelalaian (negligence waste)
; Disebabkan karena adanya kesalahan pada

lokasi (site errors), contohnya

adalah

penggunaan material yang tidak diperlukan.
Bahkan kadang-kadang terjadi penggunaan
material yang melebihi spesifikasinya

seperti kelebihan dalam memperhitungkan
tinggi pondasi yang diperlukan. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya penyesuaian
dengan ukuran yang diperlukan sehingga

mengakibatkan

semakin berbahaya.

FAKTOR PE}IYEBAB

TIMBULNYA

LIMBAH

Faktor penyebab terjadinya limbah
ataupun sisa material dapat dilihat dalam
Tabel 1 dibawah. Diantara beberapa faktor
tersebut yang merupakan penyebab utama
terjadinya limbah terkait dengan faktor desain
dimana 'perubahan desain' dan 'kesalahan

dalam dokumen kontrak'

merupakan
penyebab yang dapat mengakibatkan besamya
persentase material yang menjadi limbah.

Tabel 1. Faktor Penyebab Timbulan Limbah
Konstruksi
Io. iumber
I
Desain

Penvebab

perlu pembongkaran pada pekerjaan yang
sudah jadi, oleh karenanya material akan

- Kesalahan dalam dokumen kontrak.
- Ketidak lengkapan dokumen kontrak.
- Perubahan desain.
- Memilih spesifikasi produk.
- Memilih produk yang berkualitas rendah.

terbuang.

-

Kurang memperhatikan ukuran

dar

produk yang digunakan.
-

Majalah llmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi

Desainer tidak meneenal densan bail

t3

ISSN:2301-797){

Volume: 4No.1 - Mei2015
jenis-jenis produk lain.
Pendatailan gambar yang rumit.
Informasi gambar yang kurang.
Kurang berkoordinasi dengan kontrakto

& kurang

berpengalaman tentanl

konstruksi.
2

Penga
daan

-

Kesalahan pemesanarl kelebihau
kekurangan, dsb.

tidak dapat dilakukan dalam
jumlah kecil.
- Pembelian material yang tidak sezuai
- Pesanan

dengan spesifikasi
- Pemasok mengirim barang

tidak sesuai
dengan spesifikasi, Kemasan kurang

baik, menyebabkan terjadi

kerusakan

dalam perialanan.
J

Material yang tidak dikemas

Penanganan

dengan

Kerusakan material akibat transportasi
ke/di lokasi orovek
-

Kesalahan yang diakibatkan tenagl

keda- Peralatan tidak berfungsi dengan baik.
- Cuaca yang buruk.
- Kecelakaan pekeda di lapangan.
- Penggunaan material
salah
sehingga perlu diganti.
- Metode untuk menempatkan pondasi.
- Jumlah material yang dibutuhkan tidak
diketahui karena perencanaan yang tidak
sempuma-

yang

- Informasi tipe dan ukuran material yang
akan digunakan terlambat disampaikan
kepada kontraktor.
- Kecerobohan mencampur, mengolah

dan

kesalahan dalam

penggunaan

material sehingga perlu diganti.
- Pengukuran
lapangan tidak akurat
sehinssa teriadi kelebihan volume.

di

5

Residual

Sisa pemotongan material tidak dapat
dipakai lagi.

Kesalahan

pada saat

memotong

material.

a

Kesalahan pesanao barang, karena tidak
menguasai spesiflkasi.
Kemasan.
Sisa material katena nroses oemakaian.
L-ain-

lain

- Kehilangan akibat pencurian
- Buruknya pengontrolan material di
proyek dan perencanarm manajemen
terhadap sisa material

-i,i-Jer : Bossinkdan Brorwer
PE

\-E

Dari
penelitian tersebut dapat dilihat banyaknya
material bata yang terbuang berkisar antara
5% hngga lebih dari 55%o dan bervariasi
sesuai dengan jenis bangunan yang diteliti.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
penyebab utarna adanya limbah, antara lain :
kesalahan dalam dokumen kontralq perubahan
desain, kesalahan pemesanan, kecelakaan,
lrurangnya kontrol lokasi proyek, kurangnya

manajemen limbah, kerusakan

selama

Material yang terkirim dalam keadaan

menyebabkan kerusakan.

Pelaksana
an

Tam (2010), Wulandari (2001).

pengangkutan dan pemotongan bahan.

baik.
tidak padat / kurang.
Membuang atau melempar material.
Penanganan material yang tidak hati-hati
pada saat pembongkaran untuk
dimasukkan ke dalam gudang.
Penyimpanan material yang tidak benar

4

al Q0l0), Gavilan dan Bernold
(1994), Nagapan et al (2012a),Nagapan et al
(2012b), Poon e, al (2001), Shen el al (2002),

Dovia et

LITIAN SEBELUMI{YA

Penelitian sebelumnya berkaitan dengan
sumber dan banyaknya material yang
rerhrang menjadi limbah dapat dilihat dalam

Hrjaleh trmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi

METODOLOGI PU\MLITIAN
Pengamatan pemakaian bata untuk
keseluruhan proyek pembangunan rumah
tinggal memerlukan waktu yang panjang. Dari
sejak proyek pertama kali dikerjakan hingga
selesainya seluruh pekerjaan. Hal ini tidak
mungkin dilakukan karena batasan waktu
penelitian yang hanya sekitar 12 minggu.
Oleh karenany4 maka penelitian ini dibatasi
pada proses pembuatan dinding dan
banyaknya limbah yang timbul terkait proses
pembuatan dinding bata.

Penelitian dilakukan dengan mengamati
langsung kegiatan proses pembuatan dinding
yang menggunakan batu bata konvensional
berukuran standar. Berapa jumlah bata yang
dibawa ke titik lokasi pemasangan batadicatat
dan selanjutnya dibagi dengan luas dinding
yang dikerjakan (didapat dengan mengukur

langsung

di

lapangan). Kegiatan ini

menghasilkan jumlah bata yang dihabiskan

untuk 1 m2 dinding yang diamati. Nilai ini
dibandingkan dengan jumlah teoritis bata
yang dibutuhkan oleh dinding seluas yang
dikerjakan selama pengamatan langsung.

Jumlah teoritis batu bata yang
mZ dinding dihitung

dibutuhkan setiap
sebagai berikut

:

Ukuran batu bata yang digunakan : p =

18cm,l=9cm,t=5cm

Jarak spesi antar bata sebesar 2 cm.

Maka luas pennukaan dinding yang
dihasilkan pasangan 1 batu bata meqiadi
(0, 1 8+0,02) x (0,05+0,02) m2

:

0,014 m2

Dengan demikian setiap meter persegi

dinding bata membutuhkan sebanyak I :
0,014 = 71,43 keping batu bata. Jika

dibulatkan menjadi

72 keping bata.
t4

ISSN:2301-797)(
- Mei2015

Volume: 4No.1
Perhitungan teoritis ini mengasumsikan tidak
ada batu bata yang terbuang menjadi limbah.

bersama dengan semen). Pasir yang datang ke

Dengan kata

lahan kosong tanpa alas.

lain efisiensi

pemakaian

mendekati 100%.

Penulis mengambil lokasi pengamatan
lapangan pada proyek pembangunan rumah
tinggal yang berlokasi di daerah Helvetia
Medan, yakni Jalan Beringin I no. 30. Pada
saat pengamatan pembangunan rumah sudah
mencapai konstuksi bangunan lantai dua
dimana sebahagian dinding pada lantai satu
sudah terpasang. Pengamatan hanya sempat
dilakukan untuk pekerjaan dinding lantai2.

PENGAMATAI\I
Proses pembangunan yang akan
diuraikan hanya dipusatkan pada proses
pembuatan dinding. Secara garis besar, proses
pembuatan dinding dapat digambarkan dalam
diagram alir berikut ini :

lokasi biasanya diletakkan secara terbuka di

Air yang dipakai berasal dari air tanah
(sumur dangkal) yang dilengkapi pompa

listrik. Sumur dibuat khusus

Proses akhir dari pembuatan dinding
adalah pengecatan. Cat yang digunakan
tergantung letak dinding yang akan dicat. Cat
untuk dinding yang terlindung (dinding
dalam) berbeda dari cat untuk dinding luar
y ang terpapar cahay a

dinding
Bahan-bahan

yang digunakan pada

proses pembuatan dan penyelesaian dinding
terdiri dari: bata merah, semen, pasir, air, cat.
Berdasarkan wawancara dengan pihak

kontraktor, kebutuhan bata merah yang
digunakan dalam pembuatan dinding untuk
satu meter persegi pekerjaan bata adalah 85
buah. Bata tersebut diangkut dari toko
material ke lokasi dengan menggunakan truk.
Setelah sampai di lokasi, bata dipindahkan

secara manual

dan ditempatkan secara

terbuka.
Semen yang digunakan pada umumnya
menggunakan semen type I. Semen yang tiba
di lokasi langsung dimasukkan ke dalam
tempat penyimpanan tersendiri (semacam

gudang) yang sudah diberi alas. Hal ini
dilakukan agar semen tidak mudah mengeras
dan tidak merubah mutu.

Pasir digunakan sebagai agregat halus
dalam campuran semen untuk merekatkan
bata, sebagai campuran plester serta sebagai
bahan untuk pembentuk kolom (digunakan

Majalah trmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi

matahai dan afu hujan.

PENGADUKAN SPESI
Untuk merekatkan bafir bata dibutuhkan
suatu campuran yang terdiri dari semen pasir
dan air. Komposisi campuran dapat bervariasi
sesuai dengan peruntukan ruangan, misalnya
saja untuk kamar mandi dan WC dibutuhkan
campuran yang rapat air agar air tidak
merembes ke ruangan sebelahnya. Variasi
campuran semen berbanding pasir biasanya
berkisar antara

Gambar 2. Bagan alir proses pembuatan

untuk

kepentingan proyek pembangunan ini.

l:2 ,l:3 ,l:4 ,l:5

.

PEMASANGAN BATA
Pemasangan dinding yang diamati dan
diambil datarrya menggunakan pasangan 1/z
batu yang diperkuat kolom praktis sejarak 3
meter bila panjang dinding melebihi 3 meter.
Bata yang digunakan adalah bata yang
tersedia di pasaran dengan ukuran panjang 18
- 19 cm dan lebar 9 cm serta ketebalan
berkisar antara 4 sampai 5 cm. Sebelum
dipasang, batu bata disiram air terlebih
dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
penyerapan air campuran semen yang
digunakan sebagai perekat.
Dinding dipasang sesuai ketebalan dan

ketinggian rancangan. Setiap pemasangan
dinding baru, maka tingginya tidak boleh
lebih dari I meter dan baru boleh dilanjutkan
setelah bata dan spesi telah betul-betul terekat

dengan keras. Jarak antara satu bata dengan
-3 cm.

bata lainnya berkisar antara 2

PLESTER KASAR
Setelah dinding selesai dipasang maka
pekerjaan selanjutnya adalah melapisi dinding
tersebut dengan campuran semen, pasir dan

air. Komposisi ini sama halnya dengan
komposisi spesi yaitu tergantung peruntukkan
nrangannya. Ketebalan plesteran biasanya 1,5

t5

ISSN:2301-797X

Volume:4No.1- Mei2015
cm dengan demikian ketebalan dinding yang
akan terbentuk menjadi 12 cm.

Plesteran dilaksanakan

dengan

menggunakan alat hampar dari kayu dan
disebar ke pinggir-pinggir dengan memakai
alat perata adukan sampai permukaan rata dan

lurus. Ketika udara kering dan

panas,

plesteran harus drjaga agar tidak terjadi
penguapan terlalu banyak dan tidak rata.
PLESTER HALUS

Untuk

memperhalus

permukaan

dinding, maka dinding perlu dilapisi dengan
campuran semen dan air (aci). Sebelum

dinding diaci, plesteran harus

dibasahi
secukupnya. Plester halus dapat dilaksanakan

setelah dinding dan plester kasar berumur
kurang lebih 7 hari. Permukaan dinding yang
dihasilkan pada pekerjaan plesteran dan acian
harus rata permukaannya, tidak melengkung

dipergunakan cat yang lebih tahan terhadap
hujan (lebih
memperhatikan faktor cuaca).

panas matahari dan

air

PENANGANAN BA}IAN BUANGAN
Limbah yang mungkin timbul selama
proses pengerjaan dinding adalah akibat
proses penyimpanan bahan, pengadukan,
pemasangan bata serta pengecatan.

LIMBAH
BAI{AN

PROSES

PENTNMPANAN

Limbah dari proses penyimpanan bahan
terkait dengan penyimpanan yang kurang baik
antara lain sebagai berikut :
- Peyimpanan pasir ; biasanya disimpan di

lahan terbuka tanpa diberi alas.
Penyimpanan seperti ini dapat

menyebabkan kehilangan jika pada saat
pembangunan sering turun hujan, sehingga

butir-butir pasir akan turut terbawa air

atau bergelombang.

hujan.

- Penyimpanan semen

PLAMUR

Setelah plester halus,

pekerjaan

selanjut-nya adalah plamur. Pekerjaan ini
bertujuan memperhalus permukaan dinding
agar pada saat pengecatan diperoleh hasil
yang merata. Sebelum pengecatan dilakukan,
mula-mula dilakukan pembersihan perrnukaan

tembok terhadap pengkristalan atau
pengapurm yang biasanya ditemukan pada
tembok baru. Pembersihan dilakukan dengan
amplas, kemudian dengan lap hingga benarbenar bersih. Setelah itu, dinding diberi
lapisan plamur. Setelah kering,
dinding diampelas ulang dengan ampelas
halus.

PENGECATAN
Proses terakhir dari pembuatan dinding

adalah pengecatan. Pengecatan

dapat

dilakukan dengan menggunakan alat bantu
seperti kuas dan roll.
Setelah proses plamur selesai, dapat
dilakukan pengecatan untuk lapisan pertama.
Selanjutnya, jika ada bagian-bagian yang
masih kurang bail maka bagian tersebut
diplamur lagi dan diampelas halus setelah
kering. Kemudian dilakukan pengecatan akhir
hingga 2 atau 3 kali untuk mencapai warna
dinding yang dikehendaki.
Cat yang digunakan untuk dinding

bagian dalam biasanya berbeda

dengan

dinding bagian luar, dimana untuk bagian luar

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi

-

;

pendistribusian

semen dari penyimpanannya yang tidak
menggunakan cara first in first out bisa
menyebabkan semen yang lebih dulu
diterima tetapi tidak segera digunakan
mengeras dan tidak dapat digunakan
kembali.
Penyimpanan batu bata ; Batu bata yang
diletakkan sembarangan (tumpukan tidak
rapi) akan meningkatkan jumlah material
yang rusak menjadi limbah.

LIMBAH PROSES PLESTER
Pada saat melapisi dinding dengan
plester, akan ada sebagian adukan yang
tumpah. Adukan ini akan dikumpulkan dan
akan digunakan kembali sebagai bahan
urugan.

LIMBAH PROSES PEMASANGAN BATA
Selama masa pemasangan bata, material

ini dipindahkan dari tempat penyimpanannya
dengan menggunakan kereta dorong untuk
menuju lokasi pemasangan. Pada saat proses
pengangkutan bata ke dalam kereta dan pada
saat penurunan di lokasi, ada kemungkinan
terjadi kerusakan bata akibat perilaku pekerja
yang memindahkan secara sembarangan.
Selain pada saat pemindahan tersebut,
pemasangan juga menghasilkan limbah
berupa sisa-sisa pemotongan material yang
dilakukan pada pertemuan dua dinding
(sudut). Sisa limbah yang timbul dalam proses

l6

ISSN:2301:797X
Volume: 4No.1 - Mei2015

biasanya dapat digunakan untuk
membentuk dinding pada bagian sudut yang
memerlukan potongan % bata.

ini

Pemakaian per
80
m2 (dihituns)
Selisih dengan
kebutuhan teoritir 8

LIMBAH PROSES PENGECATAN
Limbah proses pengecatan tergantung
pada keahlian tukang dan penggunaan alat
pada proses tersebut. Selain itu kandungan
bahan pembentuk cat juga turut
mempengaruhi apakah cat yaog digunakan
termasuk ke dalam kategori bahan berbahaya

T2keolrlrelrn2

arau tidak.

DATA DAI\i NALISA
Batu bata yang digunakan untuk seluruh
dinding adatah batu bata lokal yang umum di
pasaran, terbuat dari tanah liat dengan ukuran:
p: 18-19 cm; l: 9 cm; t:4-5 cm
Dinding dipasang didirikan dengan

/

ketebalan dan ketinggian sesuai gambar
rencana serta diperkuat dengan kolom praktis

Persentase

limbah (%)

l0

83

79

83

81

95

86

80

1I

7

11

9

23

t4

8

l3

9

l3

ll

24

l6

l0

Selama pengamatan terlihat sumber
terjadinya limbah terkait hal-hal berikut:
- Penangananbatubata

-

Pelaksanaan pemasangan batu bata

Residual

Penanganan batu bata merupakan
kategori penghasil terbanyak. Faktor
penyebab adalah pemindahan batu bata dari
lokasi penumpukan penyimpanan ke titik
lokasi kerja pada ketinggian dimana pekerja

/

harus bekerja diatas scaffolding (perancah).

Batu bata harus dipindahkan sedikit
sedikit ke atas perancah. Lokasi kerja

demi
yang

sempit mengakibatkan batu bata tedatuh dan

apabila diperlukan. Masing-masing batu bata
dipasang dengan jarak sekitar 2 3 cm yang

pecah.

Ciberi adukan pengikat (campuran semen,
pasir dan air). Pemasangan dinding dibagi
menjadi beberapa tahap, dimana ketinggian

merupakan kategori berikutnya dalam
menghasilkan volume limbah. Faktor

-

naksimal pada setiap tahap adalah 1 meter.
Contoh perhitungan kebutuhan batu bata tiap
1 m2 : Ukuran batu bata p: 18 cm; l= 9 cm;
5 cm. Jarak spesi antar bata sebesar 2 cm.
\{aka luas permukaan dinding yang
dihasilkan pasangan
bata menjadi
r0.18+0,02) x (0,05+0,02) n2 = 0,014 m2
Dengan demikian setiap meter persegi

r

1

dinding bata membutuhkan sebanyak 1 :
0.014 = 71,43 keping batu bata. Jika

dibulatkan menjadi 72 keping bata.
Jumlah kebutuhan teoritis diatas didapat

tidak ada limbah yang
lihasilkan. Efisiensi pemakaian bahan

dengan asumsi

mendekati 100 o/o.
Pengamatan pekerjaan pemasangan bata

lang dilakukan pada proyek

pembangunan

rumah ini menghasilkan data sebagai berikut:

Tabel2. Hasil Pengamatqn Pemakaian Batu

Bota:
Luas dinding

lang dikerjakan
Jrrmlah batu bata

lang dibawa ke
dnt lokasi kerja

Pelaksanaan pemasangan

bata

penyebab adalah ku.ang terlatihnya pekerja
memasang dan memperlakukan material
selama pekerjaan. Akibatnya, batu bata sering

terjatuh dan rusak. Selain

itu,

beberapa

pekerja tidak terlihat berusaha memungut batu

bata yang tedatuh untuk digunakan kembali.
Batu bata yang terjatuh lama kelamaan rusak
dengan sendirinya walau sebenarnya batu bata
tersebut tidak pecah ketika baru saja terjatuh.
Residual adalah kategori terakhir yang
dapat diamati. Residual terkait dengan sisa
potongan material yang mau tidak mau harus
terjadi pada lokasi pertemuan dua bidang
dinding. Meskipun sisa potongan ini masih
dapat dipergunakan, usaha untuk

menggunakan potongan ini terkadang
membutuhkan biaya yang lebih mahal
ketimbang membiarkannya menjadi limbah
sisa material. Hal ini terkait dengan waktu

yang diperlukan untuk menyimpannya dengan
baik hingga tiba saatnya digunakan kembali
pada tempat yang sesuai.

Faktor-faktor lain sebagaimana disebut
dalam Tabel I diatas luput dari pengamatan
karena metode pengamatan yang dilakukan
hanya pada segmen-segmen pekerjaan dinding
dan bukannya keseluruhan pekerjaan dinding

bangunan. Setiap segmen
menghabiskan waktu sekitar

Itajalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi

batu

hanya

I hingga 4 jam.
\7

ISSN:2301-797X
- Mei2015

Volume: 4No.1
Pekerjaan bongkar akibat perubahan mBupun
kesalahan pemasangan tidak dapat teramati
dengan metode ini. Selain itu, terjadinya
limbah akibat kesalahan penyimpanan juga
luput dari pengamatan.
Secara umum, metode pengamatan yang

dilakukan tidak memungkinkan unhrk
mengamati sumber-sumber limbah

KESIMPULAN
Banyaknya limbah konstruksi yang

timbul dalam

pekerjaan

konstruksi

berpengaruh pada keuntungan proyek. Selain

itu, Iimbah konstruksi juga menjadi isu
lingkungan yang terkait dengan

sebagaimana dalam Tabel I diatas - terkait
dengan kategori pertama (Desain), kedua
(Pengadaan), dan terakhir keenam (Lain-lain).

'sustainabilitas' industri konstruksi. Semakin
rendah persentase limbah yang dihasilkan
maka industi konstnrksi menjadi semakin
'sustainable'. Hal ini dikarenakan produksi
material bahan bangunan seperti batu bata

ANALISA
Berdasarkan data dalam Tabel 2
diatas dapat dilaporkan bahwa persentase

menghasilkan gas rumah kaca. Semakin
efisien penggunaan batu bata maka akan
semakin sedikit produksi gas rumah kacayang

limbah teoritis berkisar antara 9Yo hingga

terbentuk sia-sia.
Persentase limbah bata yang terjadi

. Hal ini

24o/o

sesuai dengan pengamatanpengamatan sebelumnya sebagaimana
dilaporkan dalam Devie et al Q010), Gavilan
dan Bernold (1994), Nagapan et al (2012a),
Nagapan et al (2012b), Poon et al (2001),
Shen er al (2002), Tam (2010), Wulandari
(2001) yang mengindikasikan limbah bara
berkisar antara

5o/o

hingga

5

5Yo.

Selisih perhitungan antara teoritis dan
pelaksanaan disebabkan karena

-

:

Tidak mungkin menggunakan jumlah batu
bata yang tepat seperti kebutuhan, karena
pada sudut bangunan hanya dibutuhkan %
batu bata saja, sehingga ada sebahagian batu

bata yang terbuang meskipun ada

membutuhkan proses pembakaran yang akan

dalam proyek

yang merupakan faktor dominan

tidak

dikurangi maka biaya yang timbul akan
lebih besar dari nilai batu bata yang
terselematkan.

- Membandingkan dengan

penelitian
sebelumnya dimana limbah yang timbul
dapat mencapai level 55Yo, maka persentase
limbah pada proyek ini relative terkendali,

ini

hal
terjadi sedikit banyak karena
pengamatan yang dilakukan terbatas pada
segmen-segmen pekerjaan dinding yang
tidak mencerminkan keseluruhan pemakaian
bata dalam proyek dan tidak meliputi
adanya kemungkinan perubahan ftmcangan

adalah

(design error).

Penelitian ini menemukan persentase
material batu bata yang mer{adi limbah
berkisar antara 9% hngga 24o/o. Hal ini relatif
rendah dibandingkan temuan dalam studi
pustaka yang dapat mencapai lebih dari 55%.
Faktor penyebab timbulnya limbah dalam
penelitian ini hanya bersumber dari :
- Penaganan : pemindahan batu bata ke titik

lokasi perancah pemasangan dinding

:

-

Pelaksanaan

-

kurang terlatih
Residual : sisa potongan

semuanya dalam keadaan baik.

- Dalam pencegahan limbah, terdapat level
persentase limbah yang apabila ingin

rumah

'perubahan rancangan' (design changes) dan
'kesalahan rancangan/dokumen kontrak'

sebahagian lagi yang bisa terpakai.

- Batu bata yang dibawa ke lokasi

pembangunan

dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya

kesalahan pekerja yang

Faktor-faktor lain sebagaimana dapat
tidak
memungkinkan untuk diamati karena metode
pengamatan hanya dilakukan pada segmensegmen pekerjaan dinding yang tidak

dilihat dalam Tabel I diatas

menyeluruh.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk
meliput semua tahap pembangunan dari awal

hingga akhir pekerjaan. Selain itu juga
disarankan untuk melakukan survey tentang

faktor penyebab timbulnya limbah

sesuai

dengan pengalaman para pekerja konshuksi di
daerah ini. Informasi yang dihasilkan akan
sangant bermanfaat unfuk meningkatkan

(design changes) pembangunan ataupun

efisiensi penggunaan material pada indushi

kesalahan rancangan pembangunan (design
error) yang menurut studi pustaka
merupakan sumber dominan limbah batu
bata dalam proyek konstruksi.

konstruksi.

Itajalah Imieh Politeknik Mandiri Bine prestasi

l8

ISSN:23A1-797)(
- Mei2015

Volume: 4No.1
DAFTAR PASTAKA
Bossink, B.A.G., dan Brouwers,H.J.H. (1996)
'Construction waste: quantification

and source evaluation', Jottrnal of

Construction Engineering ond
Management, vol.l22, no. 1, pp.55-60
Devia,Y.P., Unas,S.E., Safrianto,R.W., dan

Nariswari,W. (2010)'Identifikasi Sisa
Material Konstruksi Dalam Upaya
Memenuhi Bangunan Berkelaqiutan',
Jurnal Rekayasa Sipil, vol.4, no.3,
pp.t95-203
Gavilan,R.M. dan Bernold,L.E. (1994)
'Source Evaluation of Solid Waste in

Building Construction', Journal of

Construction Engineering ond
Monogemenr,vol. I 20,pp .536-5 52
(1994) Sustainable
Kibert

C.J. (ed)

Construction - Proceedings of the
First International Conference of CIB
TG 16, Gainesville : Center for
Construction and Environment.
Lumbangaol,P. (2013)'Pengelolaan Limbah
Konskuksi di Jakarta', Jurnal
P olipropes i,vol.VII,no.2,pp.5 6-67
Nagapan,S., Rahman,A.L, dan Asmi,A.
(2012a) 'Factors Contributing to
Physical and Non Physical Waste
Generation in Construction Industry'
International Journol oJ Advances in

Applied Sciences

(UAAS),

vol.1,no.1,pp1-10

Nagapan,S., Rahman,A.I.,

Asmi,A.,

Memon,A.H., dan Zin,R.M. (2012b) '
Identifring Causes of Construction
Waste
Case of Central Region of
Peninsula Malaysia' International

Developing Countries. South Africa.
I l-13 November 2002.Pp.125-132
Skoyles,E.R., dan Skoyles,J.R. (1987) Woste
Prevention on Site, London: Mitchell
Spence,R., dan Mulligan,H. (1995)
'Sustainable Development and the
Construction Industry, Hobitat
Internat ional, vol. I 9,no.3, pp.27 9 -292
Tam,W.Y.V. (2010) 'Rate of Reusable and
Recyclable Waste in Construction',
Second International Conference on
Sustainable Construction Materials
and Technologies. 28-30 hme 2010.
Universita Politecnica delle Marche,
Ancona, Italy. Special Technical
Proceedings, ed.: P.Claise, E.Ganjian,
F.Canpolat, dan T.Naik.
Tchobanoglous,G., Theisen,H., dan Vigil,S.A.

(1993) Integrated Solid
It[anagement,

Waste

McGraw-Hill

International Editions, Singapore

UU no. 18 tahun 2008 tentang

Pengelolaan

Sampah

Wilson,E.J., McDougall, F.R., dan
Willmore,J. (2001) 'Euro-trash:
searching Europe for a more

sustainable approach to waste
management'
Resources
Conservation & Recycling. vol.3l,
pp.327-346

Wulandari,R. (2001)'Minimisasi Limbah

'

Konstruksi pada Proyek Rumah
Tinggal', unplubished final project
report, Civil Engineering Department,
Faculty of Engineering, University of
Indonesia.

-

Journal

of

Integrated Engineering,

vol.4,no.2,pp.22-28
Ofori,G. (1998) 'Sustainable Construction

principles and
attainment

a

:

framework for

- comment', Construction
and Econontics,

Management

vol.16,pp.141-145
Poon,C.S., Yu,T.W., dan Ng,L.H. (200L) A
Guide for Monaging and Minimizing

Building and Demolition Waste. T}lre

Hong Kong Polytechnic University.
Shen,L.Y., Tam,W.Y.V., Tam,C.M., dan Sam

Ho (2002) 'Material wastage in
construction activities - a Hong Kong
survey', CIB W107

:

Creoting a

Sustainoble Construction Industry in

Majalah llmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi

L9

LEMBAGA PENELITIAN DAN PET{GABDIAN MASYARAKAT
JURI{AL ILMIAH POLITEKNIK MBP

W

Jl. Le{iend. D-jarnin Ginting 285 -287, Telp. (061) 8218605-8218589 Medan 20I55
Fax. (061) 8218605 * 8218589" E-mail : [email protected]

SUR,A.T

Ncmor

.

KETERANGAN

129 /LPPM/.IiP/SK.T,A/I/20 15

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat cq. Penanggung Jawab
Ma.jalah Ilmiah Politeknik MBP, dengan

ini menerangkan bahwa artikel ilmiah:

: Analisa Jumlah Batu Bata Terbuang
: Partahi II. Lumtlangaol

Judul
Penulis

pada Pernbangunan Rumah

benar telah diterbitkan pada:

Nama

Jurnal : Majalah Ilmiah Politeknik N{BP

: 2307-797X
Vo.,Nornor : 4 / 1 Mei 2015

{SSN

Demikian surat keterangan ini diperbuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Medan, 12 Juni 2015
Ketua LPPM
Penanggung Jawatr Majalah Ilmiah

Politeknik MBP

rdaus Purba, ST, SE, M.Si
MDN: A1 08127301

'Iembusan:

-

Yang bersangliutan

Arsip