PRAKTIK AKAD MUKHABARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK : KAJIAN TENTANG REALITAS HUKUM ISLAM.

PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO
KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK
(Kajian Tentang Realitas Hukum Islam)
Skripsi

Oleh:
Ainun Ro’fatul Irohah
C02211011

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
2015

i

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan untuk menjawab
bagaimana realitas sosial tentang persepsi hasil dari masing-masing pelaku akad
mukha>barah dan komitmen pelaku akad dalam pembagian hasil di Desa Bolo

Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik.
Data penelitian dihimpun melalui wawancara dengan para pihak yang
berakad, yaitu para pemilik lahan dan para petani penggarap serta studi pustaka
dengan menelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.Data
tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode Analisis Kualitatif, yaitu
dengan menganalisis data berdasarkan kualitas data yang digunakan untuk
memecahkan permasalahan di dalam penelitian ini yang kemudian dituangkan
kedalam bentuk deskriptif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa persepsi pelaku akad mukha>barah
di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik yaitu para petani
penggarap tidak konsisten dengan apa yang sudah disepakati diawal akad, hal
tersebut bisa merusak akad yang telah disepakati, sehingga dapat merusak hukum
Islam. Para petani penggarap telah mengemukakan bahwa ia tidak mau rugi dan
tidak mau memberikan hasil panen tersebut kepada pemilik lahan maka hal ini
tidak sah, karena salah satu pihak yang berakad akan merasa terhianati dan hal
itu termasuk curang. Akad kerjasama seperti itu melanggar akad mukha>barah,
dan jelas dilarang dalam hukum Islam. dan akad ini menjadi sah apabila apa yang
sudah disepakati diawal akad itu bisa terealisasai dengan baik. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh kedua pelaku akad, bahwa hasil adalah apa yang keluar

dari bumi atau lahan tersebut, kemudian dibagi diantara keduanya yaitu antara
petani penggarap dengan pemilik lahan dengan dikurangi biaya-biaya operasional
selama masa pengolahan lahan.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka untuk model kerjasama seperti
ini para pelaku akad seharusnya dengan model sewa, artinya petani penggarap
menyewa lahan kepada pemilik lahan. Dengan biaya sewa dan dalam jangka
berapa lama lahan tersebut akan di sewa untuk di garap. Maka hal ini akan
memudahkan kedua para pelaku akad dalam mengerjakan lahan tersebut serta
untuk menghindari percekcokan diantara keduanya. Dan jika model sewa itu
tidak bisa berlaku, karena sudah menjadi adat atau kebiasaan masyarakat yang
ada di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik, seharusnya
membikin jelas dalam kesepakatan dari hasil panen yang mau dibagi, supaya
tidak terjadi persepsi hasil dari pelaku akad.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN ........................................................................................ iv
MOTTO .................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR TRANSLITERASI .................................................................. xiv
BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A.

Latar Belakang .............................................................................. 1

B.

Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah .................................. 5


C.

Rumusan Masalah ......................................................................... 6

D.

Kajian Pustaka .............................................................................. 7

E.

Tujuan Penelitian .......................................................................... 9

F.

Kegunaan Hasil Penelitian.......................................................... 10

G.

Definisi Operasional ................................................................... 10


H.

Metode Penelitian ....................................................................... 11

I.

Sistematika Penelitian ................................................................ 19

BAB II : NORMA MUKHA>BARAH MENURUT
HUKUM ISLAM................................................................... 21
A.

Tinjauan Bagi Hasil Dalam Hukum Islam.................................. 21
1. Pengertian Bagi hasil ............................................................ 21
2. Prinsip Bagi Hasil ................................................................. 25

B.

Macam-macam Bagi Hasil Pertanian ......................................... 25
1. Mukha>barah ............................................................................ 25


ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

a. Pengerrtian Mukha>barah ................................................... 25
b. Perbedaan Muza>ra’ah, Mukha>barah dan Musa>qah ........... 27
c. Hukum Mukha>barah .......................................................... 28
d. Rukun-rukun Mukha>barah ................................................. 34
e. Syarat-syarat Mukha>barah ................................................ 35
f. Hukum Mukha>barah yang Tidak Sah ................................ 42
g. Berakhirnya Akad Mukha>barah......................................... 43
h. Hikmah Mukha>barah ......................................................... 45
BAB III : PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA
BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH
KABUPATEN GRESIK ........................................................ 46
A.

Gambaran Umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten
Gresik

1. Demografi .............................................................................. 46
a. Pendidikan .................................................................. 48
b. Keadaan Ekonomi ...................................................... 49
c. Kondisi Sosial Keagamaan......................................... 50

B.

Pelaksanaan Mukha>barah di Desa Bolo Kecamatan
Ujungpangkah Kabupaten Gresik ............................................... 50
1. Kasus Ibu Siti Mualifah Sebagai Pemilik Lahan dengan
Ibu Bukha Sebagai Petani Penggarap ................................... 51
2. Kasus Ibu Mufa’ah Sebagai Pemilik Lahan dengan
Ibu Kholifah Sebagai Petani Penggarap ............................... 56
3. Kasus Ibu Mualifah Sebagai Pemilik Lahan dengan
Bapak Pulan Sebagai Petani Penggarap ................................ 60

BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD

MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN
UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK .................. 65

A.

Analisis Hukum Islam Tentang Pelaksanaan Mukha>barah
dan kasus-kasus yang ada di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Kabupaten Gresik ........................................................................ 65
1. Analisis kasus antara Ibu Siti Mualifah sebagai pemilik
lahan dengan Ibu Bukha sebagai petani penggarap .............. 65
2. Analisis kasus antara Ibu Mufa’ah sebagai pemilik lahan
dengan Ibu Kholifah sebagai petani penggarap .................... 70
3. Analisis kasus antara Ibu Mualifah sebagai pemilik lahan
dengan Bapak Pulan sebagai petani penggarap ..................... 74
BAB V : PENUTUP ............................................................................... 78
A.

Kesimpulan ................................................................................. 78


B.

Saran ........................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 80

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PRAKTIK AKAD MUKHABA>RAH DI DESA BOLO KECAMATAN
UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK
(Kajian Tentang Realitas Hukum Islam)

A.

Latar Belakang Masalah
Aktifitas berusaha dan bekerja sangat dipengaruhi oleh kondisi suatu

daerah dimana masyarakat hidup, kenyataan bahwa mayoritas masyarakat
Indonesia hidup dan bermukim di daerah pedesaan dan menggantungkan
hidup mereka disektor pertanian dan perkebunan. Tak terkecuali di Desa
Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik yang wilayahnya
terletak antara lautan dan persawahan, akan tetapi di Desa ini bercocok
tanam adalah sebagai mata pencaharian penduduk baik sebagai petani di
lahan sendiri maupun sebagai petani penggarap di lahan milik orang lain.
Praktik Muamalah pada pengolahan tanah pada umumnya dilakukan
dengan akad mukha>barah, disini muza>ra’ah disebut juga dengan

mukha>barah (dari asal kata, :al-kha>bar,” yang artinya adalah, tanah yang
gembur) dan al-muhaqqalah. Sedangkan orang irak menyebutnya al-Qa>rah.
Sementara itu, ulama’ Shafi’iyyah menjelaskan pengertian mukha>barah
seperti berikut, mengerjakan suatu lahan dengan upah sebagian dari
hasilnya, sementara benihnya dari pihak pekerja. Sedangkan muza>ra’ah
sama dengan mukh>abarah, hanya saja benihnya dari pemilik lahan.
Kesimpulannya adalah bahwa muza>ra’ah adalah akad pemanfaatan dan

1


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

penggarapan lahan pertanian antara pemilik lahan dengan pihak yang
menggarap, sedangkan hasilnya dibagi di antara mereka berdua dengan
prosentase bagian sesuai yang mereka berdua sepakati. 1
Para ulama’ berbeda pendapat antara lain:2
1.

Ulama Malikiyah:

Artinya: “Perkongsian adalah bercocok tanam”

2.

Ulama Hanabilah:

‫ا‬

3.

‫د‬

Artinya: “menyerahkan tanah kepada orang yang akan berocok tanam
atau mengelolanya, sedangkan tanaman (hasilnya) tersebut
dibagi di antara keduanya”.
Ulama Syafi’iyah membedakan antara muza>ra’ah dan mukha>barah

Artinya: “Mukha>barah adalah mengelola tanah di atas sesuatu yang
dihasilkannya dan benihmya berasal dari pengelola. Adapun
muza>ra’ah, sama seperti mukha>barah, hanya saja benihnya
berasal dari pemilik tanah.”
Hal ini ada beberapa fenomena atau kasus-kasus yang terjadi di Desa
tersebut yaitu pada kasus yang dialami oleh Ibu mufa’ah sebagai pemilik
lahan dan Ibu Kholifah sebagai pengelola. Yaitu pada masa panen padi si
1

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid III,(Bandung: Al-Ma’arif, 1988), 29.
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka setia, 2001), 205-206.

2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

pengelola tidak mau memberi sedikitpun hasil panen tersebut dikarenakan
terjadi gagal panen atau rugi, artinya biaya yang dikeluarkan dari benih,
penyiraman, alat yang digunakan untuk menggarap sawah tersebut tidak
balik modal. Hal yang semacam ini pemilik lahan masih bisa memaklumi,
hanya saja jika terjadi hasil panen tersebut sedikit akan tetapi tidak sampai
merugi si pengelolah tetap bersih kukuh untuk tidak memberi sedikitpun
hasil panen tersebut, dan menimbulkan percekcokan antara keduanya.
Karena disini pemilik lahan merasa di hianati, sebab pada awal akad
sepakat bahwa jika untung dan rugi akan ditanggung bersama, akan tetapi
pada kenyataannya tidak sama dan tidak sesuai dengan yang di harapkan.3
Dan kasus lain yang dialami oleh Ibu Mualifah dengan Bapak Pulan,
ini terjadi karena si pengelola atau Bapak Pulan selalu menyimpulkan dan
beranggapan bahwa pemilik lahan atau Ibu Mualifah sudah tidak
membutuhkan hasil panen tersebut, dikarenakan kebutuhannya sudah
tercukupi meskipun tidak mendapatkan dari hasil panen atau padi tersebut
meskipun hasilnya sangat memuaskan atau merugi. Dan apabila jika merugi
maka si pengelola minta ganti rugi kepada pemilik lahan dengan meminta
uang atau meminta untuk dibelikan pupuk. Hal ini yang membuat
percekcokan lagi antara pengelola dengan pemilik lahan, karena pengelola
juga memaksa akan hal yang terjadi diatas. Dan kasus ini juga sama dengan

3

Mufa’ah, Wawancara, Gresik, 20 Desember 2014

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

kasus yang diatas, yakni pemilik lahan merasa dihianati dengan
kesepakatan yang telah dibuat awal perjanjian atau akad tersebut.4
Perjanjian yang dilakukan diatas adalah perjanjian setiap kali panen,
dan itu terjadi setahun sekali. Terjadinya akad tersebut kebanyakan
pengelola yang meminta secara langsung kepada pemilik tanah dikarenakan
sulitnya pekerjaan bagi pengelola dan banyaknya lahan bagi pemilik lahan,
karena disini pengelola merasa lebih mampu untuk mengerjakannya dan
mempunyai keahlian lebih dalam bidang pertanian tersebut. Akan tetapi
ada juga yang pemilik lahan yang meminta kepada petani penggarap untuk
mengerjakannya dikarenakan banyaknya lahan yang menganggur dan
pemilik lahan tidak mempunyai keahlian dalam menggarap lahan tersebut.
Pembagian pertanian disepakati paron atau setengah hasil dari lahan
tersebut yang menggarap dan setengah dari lahan tersebut pemilik lahan,
artinya disini apabila rugi akan ditanggung bersama. Semua itu dilakukan
pada awal terjadinya akad. Akan tetapi banyak kasus yang terjadi
penggarap

lalai

dalam

pembagian

tersebut

dikarenakan

sulitnya

perekonomian dan lupa bahwa lahan tersebut milik orang yang mempunyai
lahan tersebut, dikarenakan jangka penggarapan yang terlalu lama. Awal
panen atau awal dikerjakan pembagian panen tersebut masih dalam keadaan
seperti yang disepakati diawal, akan tetapi lama-lama lupa dengan semua
akad yang disepakti tersebut. 5

4
5

Mualifah, Wawancara, Gresik, 21 November 2014
Arif, Wawancara, Gresik, 28 September 2014

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Dari macam-macam variasi mukha>barah di atas maka penelitian ini
penting dilakukan sehingga penulis perlu mengangkat permasalahan yang
timbul tersebut sebagai subyek peneletian karena dari awal penulisan sudah
timbul masalah. Sehingga daripada itu, maka penulis tertarik dan mencoba
untuk menganalisis praktik akad mukha>barah melalui suatu penelitian
dengan judul: “ Praktik Akad Mukha>barah di Desa Bolo Kecamatan
Ujungpangkah Kabupaten Gresik (Kajian Realitas Tentang Hukum Islam)”.

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah
1.

Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang diuraikan diatas dapat di
identifikasi sebagai berikut:
a.

Persepsi masing-masing pelaku akad tentang mukha>barah di Desa
Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik

b.

Persepsi masing-masing pelaku akad tentang hasil mukha>barah di
Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik

c.

Saksi-saksi di dalam akad mukha>barah di Desa Bolo Kecamatan
Ujungpangkah Kabupaten Gresik

d.

Waktu perjanjian dalam akad mukha>barah di Desa Bolo
Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik

e.

Komitmen pelaku dalam pembagian hasil akad mukha>barah di
Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

2.

Batasan Masalah
Dari beberapa masalah tercantum diatas masih bersifat umum,
sehinggah diperlukan batasan-batasan masalah dalam pembahasannya
supaya lebih terarah pada ruang lingkup dan permasalahannya yakni
sebagai berikut:
a.

Realitas sosial tentang persepsi hasil dari masing-masing pelaku
akad mukha>barah dan komitmen pelaku akad dalam pembagian
hasil di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik.

b.

Analisis hukum Islam tentang realitas sosial tentang persepsi hasil
dari masing-masing pelaku akad mukha>barah dan komitmen
pelaku akad dalam pembagian hasil di Desa Bolo Kecamatan
Ujungpangkah Kabupaten Gresik

C.

Rumusan Masalah
Dari identifikasi dan batasan masalah di atas, di dapatkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana realitas sosial tentang persepsi hasil dari masing-masing
pelaku akad mukha>barah dan komitmen pelaku dalam pembagian hasil
di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

2.

Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap realitas sosial tentang
persepsi para pelaku akad mukha>barah dan komitmen bagi hasil di
Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik?

D.

Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang dilakukan ini tidak merupakan pengulangan
atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.6 Pada penelitian
ini pada dasarnya hanya untuk mendapatkan gambaran hubungan topik
yang diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya sehingga diharapkan tidak ada pengulangan materi atau
duplikasi secara mutlak.Setelah ditelusuri kajian pustaka penulis pernah
menentukan dan membaca beberapa skripsi antara lain:
1.

Pada tahun 2004 Muh. Sunoto menulis skripsi tentang “Aplikasi

muza>ra’ah di Desa Drajat Baureno Bojonegoro (Analisis Hukum
Islam).
Dalam skripsi ini penulis lebih menitik beratkan praktik muza>ra’ah
yang ada di Desa Drajat Baureno Bojonegoro dengan menggunakan
metode komparasi

antara madzhab

Hanabilah dan madzhab

Shafi’iyah. Yaitu dalam madzhab hanabilah praktek yang dilakukan di
6

Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel, Petunjuk Penulisan Skripsi, (Surabaya: Fakultas Syariah,
2014), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Desa Drajat Baureno Bojonegoro tersebut boleh dilakukan, akan
tetapi menurut madzhab Syafi’iyah tidak diperbolehkan. Jadi apa
yang di praktekkan Desa Drajat tersebut tidak menyalahi aturan
karena berpegang pada satu madzhab yaitu madzhab Hanabilah.7
2.

Pada tahun 2006 Uut Nur laili menulis skripsi tentang “Tinjauan
hukum Islam terhadap praktik pertanian (muza>ra’ah) di Desa
Sumberejo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
Dari skripsi tersebut membicarakan tentang tinjauan hukum secara
global (keseluruhan) bukan hanya dari pendapat satu atau dua tokoh
saja akan tetapi secara keseluruhan.Yaitu dalam pandangan hukum
Islam praktik muza>ra’ah yang terjadi di Desa Sumberejo Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang tidak sepenuhnya akad muza>ra’ah yang
berlaku akan tetapi lebih mengacu pada akad ijarah, hanya saja
pembayaranya dilakukan setelah panen sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati bersama.8

3.

Pada tahun 2014 Indana Ubailush Shobiyahmenulis skripsi tentang
“Tinjauan hukum Islam terhadap praktik muza>ra’ah jagung di Desa
Banjar Poh Sumobito Jombang”.
Dari skripsi tersebut membicarakan proses dan mekanisme praktik
kerjasama pertanian jagung di Desa Banjar Poh dengan hasil banyak

7

Muh Sunoto, “Aplikasi Muzara’ah di Desa Drajat Baureno Bojonegoro Analisis Hukum Islam”
(Skripsi__ IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2004), IV.
8
Uut Nur Laili, “Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik pertanian (muzara’ah) di Desa
Sumberejo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang” (Skripsi__ IAIN Sunan Ampel Surabaya,
2006), 60.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

dirugikan adalah pengelola dan dianalisa menurut tinjauan hukum
Islam. Kesimupulan dalam skripsi diatas yaitu hendaknya si pemilik
lahan dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan rukun dan
syarat muza>ra’ah.9
Adapun penelitian yang penulis tulis adalah lebih menekankan
tentang “Praktik mukha>barah di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik (kajian
tentang realitas hukum Islam). Maka setidaknya dapat diketahui bahwa
judul skripsi yang dikaji penulis memiliki pokok permasalahan yang
berbeda dari segi obyek, masalah dan tempat penelitianpun juga berbeda.

E.

Tujuan Penelitian
Penulis meneliti dan membahas permasalahan ini dengan tujuan
antara lain:
1.

Untuk mengetahui dan mendeskripsikan

realitas sosial tentang

persepsi hasil dari masing-masing pelaku mukha>barah dan komitmen
pelaku dalam pembagian hasil di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah
Kabupaten Gresik
2.

Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kajian hukum Islam realitas
sosial tentang persepsi hasil dari masing-masing pelaku mukha>barah

9

Indana Ubailush Shobiyah, “Tinjauan Hukum Islam terhadap prakek muzara’ah jagung di Desa
Banjarpoh Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang”,(Skripsi__ IAIN Sunan Ampel Surabaya,
2013), IV.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

dan komitmen pelaku dalam pembagian hasil di Desa Bolo Kecamatan
Ujungpangkah Kabupaten Gresik.

F.

Kegunaan Hasil Penelitian
1.

Kegunaan Teoritis:
a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang hukum Islam
khususnya dibidang fiqih mumalah dan dapat digunakan sebagai
acuan pihak-pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
b. Teori-teori yang ditemukan bisa digunakan untuk penelitian
berikutnya.

2.

Kegunaan Praktis:
Dapat

dijadikan

bahan

pertimbangan

untuk

kegiatan

bermuamalah yang sesuai dengan nilai-nilai Islam bagi subyek
penelitian.

G.

Definisi Oprasional
Untuk mengetahui fenomena yang ada di masyarakat bahwa praktik

mukha>barah itu pengelola dan pemilik lahan sering tidak mengikuti sesuai
dengan hukum Islam, maka hal yang demikianlah yang akan saya teliti dan
untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang pengertian dalam
judul skripsi ini, maka penulis tegaskan beberapa istilah-istilah sebagai
berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Hukum Islam

: Adalah
berkenaan

peraturan-peraturan
dengan

dan

ketentuan

masalah-masalah

yang

muamalah,

berdasarkan dalil-dalil al-Qur’an, al-hadits dan hukum

syara’ yang meliputi ijtiha>d para mujtahi>d dan pendapat
ulama’,10 dalam hal ini ketentuan hukum Islam yang
berkenaan dengan akad mukha>barah.

Mukha>barah : Akad kerjasama dalam bidang pertanian antara Ibu Siti
Mualifah, Ibu Mufa’ah, dan Ibu Mualifah sebagai
pemilik lahan pertanian dan Ibu bukha, Ibu Kholifah dan
Bapak Pulan sebagai petani penggarap yang mana biaya
pengerjaan dan benihnya ditanggung orang yang
mengerjakan (petani penggarap).
Bagi Hasil Padi : Bagian yang dilakukan oleh si pengelola dan pemilik
lahan ketika sudah terjadi masa panen, yang mana
pembagian tersebut dibagi sesuai kesepakatan awal,
yaitu menggunakan sepertiga, setengah, dan seperempat.
Akan tetapi semua terjadi jika panen mencapai
maksimal. Jadi, jika panen mengalami kerugian maka si
pemilik lahan tidak akan mendapatkan hasil panen
tersebut.

10

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabaya: IAIN SA
Press, 2012), 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

H.

Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode untuk memperoleh data yang
dibutuhkan secara terarah dan sistematika, penyusun menggunakan metode
penelitian sebagai berikut:
1.

Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif didefinisikan oleh Bogdan dan Taylor
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang
dapat diamatai. Sedangkan menurut Kirk dan Miller merumuskan
penelitian kualitatif sebagai suatu tradisi dalam ilmu-ilmu sosial yang
mendasar atau fundamental bergantung pada pengamatan langsung
atas manusia di lingkungan hidup mereka yang nyata.11
Dari definisi diatas, penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai
penelitian yang bertujuan untuk memahami kejadian atau fenomena
yang dialami oleh subjek penelitian secara utuh dengan cara deskripsi
dengan memanfaatkan metode ilmiah.

2.

Pendekatan penelitian dengan induktif
Pola berfikir induktif ini adalah cara berfikir dalam rangka
menarik kesimpulan dari sesuatu yang bersifat khusus kepada yang
sifatnya umum. Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian
dan evaluasi atas fenomena yang ada, yaitu untuk menggambarkan

11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009),

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

persoalan-persoalan tentang pelaksanaan akad mukha>barah di Desa
Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik yang dikaji dengan
realitas hukum Islam, kemudian dianalisis dan dicocokkan dengan
teori hukum Islam yang ada untuk menjawab permasalahan yang
terjadi.
3.

Lokasi dan obyek pengelolaan tanah
Lokasi yang dipakai adalah di Desa Bolo Kecamatan
Ujungpangkah Kabupaten Gresik.

4.

Data yang dikumpulkan
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)12
yakni data yang diperoleh langsung dari masyarakat tentang

mukha>barah

yang

dilaksanakan

di

Desa

Bolo

Kecamatan

Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Adapun data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah:
Realitas sosial tentang akad mukha>barah yang selama ini telah
dilakukan di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik.
Diantaranya yaitu:
1) Data tentang persepsi masing-masing kedua belah pihak tentang

mukha>barah.
2) Data tentang persepsi masing-masing kedua belah pihak tentang
hasil.
3) Data tentang komitmen pelaku dalam bembagian hasil.
12

Masruhan, Metoodologi Penelitian Hukum, (Surabaya : Hilal Pustaka, 2013), 91.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

4) Data lain tentang berbagai ketentuan yang terkait dalam al-

Qur’an, hadist, para Ulama’ empat madzhab dan buku-buku fiqih
yang terkait dalam pembahasan ini.
5.

Sumber Data
a. Sumber primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung dilapangan termasuk laboratorium.13
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh bersumber dari:
1) Pihak pengelola lahan (orang-orang yang menggarap lahan) di
Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik.
2) Pihak yang mempunyai lahan di Desa Bolo Kecamatan Ujung
Pangkah Kabupaten Gresik.
b. Sumber sekunderadalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari
sumber-sumber dari bahan bacaan.

14

Sumber sekunder merupakan

bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis yang terdiri dari
buku, majalah, arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi,

15

diantaranya yaitu:
1) Abdullah, Ruf’ah dan Sahrani Sohari. Fikih Muamalah. Bogor :
Ghalia Indonesia 2011.
2) Antonio, Muhammad Syafi’. Bank Syari’ah dari Teori ke
Praktek. Jakarta: Gema Insani Press. 2001.

S. Nasution, Metode Research; Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 143.
Ibid,. 143
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…, 157.

13

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

3) Anwar, Moh. Fiqih Islam : Mua>’malah, Muna>kah}at, Fara>id dan
Jina>yah, (Hukum Perdata dan Pidana Islam) Beserta KaidahKaidah Hukumnya. Bandung: al-Ma’arif. 1988.
4) Az-Zuhail,Wahbah. Fiqih Islam wa Adillatuhu. jilid 6. Cet I,
terjemahan Abdul Hayyie al- Kattani, et al. Jakarta: Gema
Insani. 2011.
5) Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009

6) Efendi, Satria. Ushul Fiqih. Jakarta: Kencana. 2009.
7) Fadal, Kurdi. Kaidah-kaidah fikih. Jakarta: CV. Artha Rivera.
2008.
8) Ghazaly, Abdul Rahman dkk. FiqihMuamalat. Jakarta: kencana
Prenada Media Group. 2010.
9) Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam: Fiqh
Muamalat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet 2. 2004.
10) Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi

Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
11) Khallaf, Abdul wahaf, Ilmu Ushul Fiqh. Karbain: darul Qolam.
1978.
12) Lubis K, Suhrawardi dan Pasaribu Chairuman. Hukum
Perjanjian Dalam Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 1994.
13) Masruhan. Metodologi Penelitian Hukum.Surabaya: Hilal
Pustaka. 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

14) Mas’ud, Ibnu. Fiqih Madzhab Syafi’i (Edisi Lengkap) Buku 2:
Muamalat, Munakahat, Jinayat. Bandung: Pustaka Setia. 2007.
15) Moleong. Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
16) Nasution, S. Metode Research; Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), 143.
17) Qaradlawi,Yusuf. al-H}alal wa al-H}aram fi al-Isla>m, cet ke-13.
Beirut : al-Maktab al-Isla>m: 1980. 270.
18) Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah Jilid III. Bandung: Al-Ma’arif.
1988.
19) Saifudin, Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2010.
20) Seratno. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: UUP AMP YKPM. 1995.
21) Syafei, Rahmat.Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia.
2001.
22) Syariffudin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqih. Bogor: Kencana.
2003.
23) Dan lain-lain.
6.

Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh penulis
secara komprehensif, dalam pengumpulan data penulis menggunakan
beberapa teknik sebagaimana berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

a. Observasi atau Pengamatan
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.

16

Dengan observasi ini, peneliti ingin melihat,

mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian atau
fenomena dan budaya yang terjadi sebagaimana sebenarnya yang
terjadi di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik.
b. Interview (wawancara)
Yaitu suatu metode yang dipergunakan untuk mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden,
dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut.
17

Dalam melaksanakannya, penulis mengadakan interview

berencana

dan

interview

tak

berencana

(wawancara

tak

berstruktur) kepada pihak yang dipandang berkompeten untuk
diwawancarai adalah masyarakat setempat, pihak penggarap
maupun pihak yang mempunyai lahan di Desa Bolo Kecamatan
Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Orang yang diwawancarai baik
penggarap maupun yang mempunyai lahan tersebut masingmasing 5 orang.
c. Dokumen

16
17

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 70.
Azwar Saifudin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 91.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.

18

Pada penelitian ini dokumen yang ingin dikumpulkan oleh peneliti
adalah dokumen yang berbentuk gambar yaitu foto dari aktifitas
pelaku akad mukha>barah di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah
Kabupaten Gresik.
7.

Teknik Pengolahan Data
Setelah seluruh data terkumpul akan dilkukan analisa dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Editing yaitu pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan. Dengan kata lain pemeriksaan kembali data-data
yang diperoleh terutama dari segi kesempurnaannya, kelengkapan,
kejelasan makna, keserasian dan keselarasan setara satu dengan
yang lain. 19
b. Organizing yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa
sehingga menghasilkan bahan untuk menyusun skripsi ini dengan
baik.
c. Analizing yaitu tahapan terakhir dengan menganalisis lebih lanjut
untuk memperoleh kesimpulan atas rumusan masalah yang ada. 20

8.

Teknik Analisis Data

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), 73.
19
Masruhan, Metodologi Penelitian…, 253.
20
Seratno, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UUP AMP YKPM,
1995), 127.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian
yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.21 Dan yang akan
dianalisis dengan cara berfikir induktif. Pola berfikir induktif ini
adalah cara berfikir dalam rangka menarik kesimpulan dari sesuatu
yang bersifat khusus kepada yang sifatnya umum. Proses penalaran ini
mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena yang ada,
yaitu untuk menggambarkan persoalan-persoalan tentang pelaksanaan
akad mukha>barah di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten
Gresik yang dikaji dengan realitas hukum Islam, kemudian dianalisis
dan dicocokkan dengan teori hukum Islam yang ada untuk menjawab
permasalahan yang terjadi.

I.

Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terbagi kedalam lima
bab, tiap bab terdiri dari beberapa sub-sub bab yang saling berhubungan
satu dengan yang lain. Adapun sistematika penyusunannya yaitu pada bab
pertama adalah pendahuluan. Bab pendahuluan ini berisi latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

21

Ibid., 295.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Bab kedua adalah norma mukha>barah menurut hukum Islam. Pada bab
landasan teori ini yaitu akan dibahas tentang mukha>barah yang akan dibagi
menjadi beberapa sub bab. Sub bab yang pertama yaitu pengertian

mukha>barah, perbedaan muza>ra’ah,

mukha>barah dan musa>qah, hukum

mukha>barah, rukun-rukun mukha>barah, syarat-syarat mukha>barah, bentukbentuk muka>barah, akibat akad mukha>barah, hukum mukha>barah yang
tidak sah, berakhirnya akad mukha>barah, dan hikmah mukha>barah.
Bab ketiga adalah praktik mukha>barah di desa Bolo Kec.
Ujungpangkah Kab.Gresik. Bab ini memuat dua sub bab. Pada sub bab
pertama tentang gambaran umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah
Kabupaten

Gresik.

Kemudian

sub

bab

kedua

yaitu

pelaksanaan

mukha>barah di Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik.
Bab keempat adalah analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan

mukha>barah di desa Bolo Kec. Ujungpangkah Kab. Gresik. Bab ini memuat
data-data yang diperoleh dalam penelitian sehingga didapat hasilnya, yang
kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil yang didapat guna
mendapatkan kesimpulan.
Bab kelima adalah penutup. Bab terakhir ini merupakan penutup yang
memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan dari pembahasan skripsi atau
penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan masalah. Saran
diperuntukkan pihak yang terkait dan yang tidak atau belum terlibat dalam
akad mukha>barah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
NORMA MUKHA>BARAH MENURUT HUKUM ISLAM

A.

Tinjauan Bagi Hasil dalam Hukum Islam
1. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil sebagaimana telah disebutkan adalah suatu istilah
yang sering digunakan oleh orang-orang dalam melakukan usaha
bersama untuk mencari keuntungan yang akan diperoleh berdasarkan
kesepakatan antara kedua belah pihak yang mengikatkan dirinya dalam
suatu perjanjian.
Menurut istilah bagi hasil adalah transaksi pengelolaan hasil
bumi dengan sebagian dari hasil yang keluar dari tanah (bumi)
tersebut. Yang dimaksudkan disini adalah pemberian hasil untuk orang
yang mengelola atau menanami tanah dari yang dihasilkannya seperti
setengah, sepertiga atau lebih dari itu atau lebih rendah sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak (petani penggarap dan pemilik tanah). 1
Jadi bagi hasil tanah pertanian adalah kerjasama antara pemilik tanah
dan petani penggarap dalam mengelola tanah pertanian dan hanya
dibagi antara keduanya.
Sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Umar ra :

Sayyid Sabiq, “Fikih Sunnah”, (Bandung: Al-Ma’arif, 1988), 158-159.

1

21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a berkata : sesungguhnya
Rasulullah SAW pernah memberi pekerjaan kepada penduduk
Khaibar dengan upah separuh daripada hasil yang dikerjakan
seperti buah-buahan atau tanaman”.
Dalam fiqh Islam juga membahas secara khusus tentang cara
kerjasama dalam mengelola lahan dan perdagangan yang berkaitan
dengan modal dan tenaga antara pemilik tanah dengan pengelola atau
antara pemilik modal (harta) dengan pihak yang mempunyai keahlian
mengembangkan atau memperdagangkannya.
Sedangkan Undang-undang Nomor 2 tahun 1960 tentang
perjanjian bagi hasil (tanah pertanian) disebutkan dalam pasal 1 poin c
bahwa:
“perjanjian bagi hasil ialah perjanjian dengan nama apapun juga
yang diadakan antara pemilik pada suatu pihak dan seseorang atau
badan hukum pada pihak lain – yang dalam undang-undang ini
disebut “penggarap” – berdasarkan perjanjian mana penggarap
diperkenankan oleh pemilik tersebut untuk menyelenggarakan
usaha pertanian di atas tanah pemilik, denagn pembagian hasilnya
antara kedua belah pihak”.
Sedangkan yang dimaksud dengan hasil sesuai dengan ketentuan
pasal 1 Undang-undang tersebut adalah: “hasil usaha pertanian yang
diselenggarakan oleh penggarap dalam perjanjian bagi hasil, setelah
dikurangi biaya untuk bibit, pupuk, ternak serta biaya untuk menanam
dan panen”.
Pembagian hasil ini kepada pihak penggarap menurut kebiasaan
yang berkembang di tengah-tenagh masyarakat bervariasi, ada yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

setengah, sepertiga atau lebih rendah dari itu, bahkan terkadang
cenderung sangat merugikan kepada pihak penggarap, sehingga terkadang
pihak penggarap selalu mempunyai ketergantungan kepada pemilik
tanah.2
Antonio juga menjelaskan tentang bagi hasil, bahwa:
Bagi hasil adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.3
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa yang di maksud
dengan sistem bagi hasil

merupakan sistem dimana dilakukannya

perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di
dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas
keuntungan yang akan didapat antara kedua belah pihak atau lebih.
Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan
sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan
(Ab-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Dalam hal bermu’amalah. Islam juga mengenal adat istiadat (‘Urf)
dapat juga dijadikan sumber hukum Islam,4 bila memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. ‘Urf tidak berlawanan dengan nas yang ditegaskan

Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 1994), 61.
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 90.
4
Abdul wahaf Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Karbain: darul Qolam,1978), 90.
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

2. ‘Urf telah menjadi adat yang terus menerus berlaku dan berkembang
dalam masyarakat
3. ‘Urf telah menjadi ‘Urf yang umum karena hukum yang umum tidak
dapat ditetapkan dengan ‘Urf yang khusus.
Menggunakan ‘Urf masyarakat sebagai dasar hukum dalam bidang
mu’amalah dimaksudkan untuk memelihara kemaslahatan masyarakat
dan menghindari mereka dari kesempitan. Hal ini sesuai dengan kaidah
fiqhiyah:

Artinya: “adat/ tradisi (masyarakat) dapat dijadikan alasan untuk
menetapkan hukum”5
Sesuatu perbuatan atau perkataan yang menjadi adat kebiasaan
disuatu tempat yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang
lama dan tidak bertentangan dengan hukum Islam dapat ditetapkan
sebagai hukum.
Dalam kaidah fiqh dikemukakan yakni:
Hukum asal dalam transaksi adalah keridhoan kedua belah pihak
yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan. Maksud
keridhoan tersebut yakni keridhoan dalam transaksi adalah merupakan
prinsip. Oleh karena itu, transaksi barulah sah apabila didasarkan kepada
keridhoan kedua belah pihak.

Kurdi fadal, kaidah-kaidah fikih, (Jakarta: CV. Artha Rivera, 2008), 68.

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

2. Prinsip Bagi Hasil
Prinsip bagi hasil secara murni ada empat macam yaitu: al-

musyarakah, al-mudharabah, al-muza>ra’ah atau al-mukha>barah dan almusa>qah.6
Prinsip al-musya>rakah dan al-mud>rabah sering dipakai atau
digunakan dalam bentuk akad bagi hasil yang ada kaitannya dengan
masalah perbankan bebas bunga. Sedangkan al-mukha>barah dan al-

musa>qah sering digunakan pada hal-hal yang berkaitan dengan pertanian.

B.

Macam-macam Bagi Hasil Tanah Pertanian
Dalam fiqh Islam kerjasama bagi hasil terbagi menjadi beberapa
macam, diantaranya terjadi pada bagi hasil dibidang pengolahan lahan
pertanian. Bagi hasil dibidang pengolahan lahan pertanian dalam Islam
dikenal dengan istilah “Muza>ra’ah atau Mukha>barah dan Musa>qah”.
Istilah-istilah bagi hasil dalam pengelolaan lahan petani tersebut diatas
diantaranya adalah:

1. Mukha>barah
a. Pengertian Mukha>barah

Mukha>barah

ialah

menyuruh

orang

lain

untuk

mengusahakan tanah, ladang atau sawahnya untuk ditanami,
6

Ibid., 90.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

sedangkan benihnya berasal dari petani penggarap, dengan
perjanjian bahwa seperdua atau sepertiga dan hasilnya akan dibagi
antara pemilik lahan dan petani penggarap.
Hal

semacam

ini

diperbolehkan

oleh

agama

dan

dinamakan juga menyewakan tanah. Hak mukha>barah ini dapat
pula dipergunakan untuk membuka tanah kosong atau hutan
belukar yang menjadi milik seseorang. Banyaknya tanah yang
dipakai bergantung pada perjanjian kedua belah pihak.
Dalam hadist Rasulullah SAW dinyatakan:

Artinya: “Dari Thaus bahwa ia suka bermukha>barah. Berkata
Umar kepadanya: ya Abdurrahman, kalau engkau
tinggalkan mukha>barah ini, mereka akan mengatakan
bahwa Nabi SAW telah melarang mukha>barah, Thaus
berkata: telah menceritakan kepadaku orang yang
sungguh-sungguh mengetahui akan hal itu, yaitu Ibnu
Abbas bahwa Nabi SAW tidak melarang mukha>barah,
hanya saja beliau berkata: bila seseorang memberi
manfaat kepada saudaranya, itu lebih baik baginya
daripada mengambil manfaat dari saudaranya dengan
upah tertentu” (H.R. Muslim)7
Jadi dapat disimpulkan mukha>barah

ialah mengerjakan

tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang dengan imbalan

Ibnu Mas’ud, Fiqih Madzhab Syafi’i (Edisi Lengkap) Buku 2: Muamalat, Munakahat, Jinayat,
(Bandung: Pustaka Setia, 2007), 134-135

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

sebagian

hasilnya

(seperdua,

sepertiga

atau

seperempat).

Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung orang yang
mengerjakan.
b. PerbedaanMuza>ra’ah, Mukha>barah,dan Musa>qah

a. Muza>ra’ah
Bentuk kerjasama antara pemilik tanah dan petani
penggarap dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya
menurut kesepakatan bersama, sedangkan benih tanaman
berasal dari pemilik tanah.

b. Mukha>barah
Bentuk kerjasama antara pemilik tanah dan petani
penggarap dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi antara
keduanya menurut kesepakatan bersama, sedangkan biaya dan
benihnya dari penggarap tanah.8

c. Musa>qah
Bentukkerja sama antara pemilik kebun dan petani
penggarap dengan tujuan agar kebun itu dipelihara dan dirawat
sehingga memberikan hasil yang maksimal. Kemudian hasil
tersebut dibagi diantara mereka berdua sesuai dengan
kesepakatan sebelumnya. Kerja sama dalam bentuk musa>qat ini
berbeda dengan mengupah tukang kebun untuk merawat

Abdul Rahman Ghazali dkk, FiqihMuamalat, (Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2010),
391.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

tanaman, karena hasil yang diterimanya adalah upah yang telah
pasti ukurannya dan bukan dari hasilnya yang belum tentu.9
Perbedaan tersebut dapat disimpulkan yaitu:
a. Muza>ra’ah : benih dari pemilik lahan
b. Mukha>barah : benih dari penggarap
c. Musa>qat

: perawatan tanaman atau pepohonan

Dari penjelasan singkat diatas, dapat diketahui letak
perbedaan antara muza>ra’ah dan mukha>barah adalah dari asal
benih, sedangkan musa>qah adalah kerja sama dalam pemeliharaan
dan perawatan pepohonan dalam sebidang kebun.
c. Hukum Mukha>barah
Dalam membahas hukum mukha>barah terjadi perbedaan
pendapat para ulama. Imam Abu Hanifah (80-150 H/699-767 M)
dan Zufar ibn Huzail (728-774 M), pakar fiqh Hanafi berpendapat
bahwa akad mukha>barah tidak boleh. Menurut mereka, akad

mukha>barah dengan bagi hasil, seperti seperempat dan seperdua,
hukumnya batal.
Alasan Imam Abu Hanifah dan Zufair ibn Huzail adalah
sebuah hadist berikut:

Artinya: “Rasulullah SAW: yang melarang melakukan almukha>barah”. (HR. Muslim dari Jabir ibn Abdillah)10

Amir Syariffudin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Bogor: Kencana, 2003), 243.

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Menurut mereka, obyek akad dalamal- mukha>barah belum
ada dan tidak jelas kadarnya, karena yang dijadikan imbalan untuk
petani adalah hasil pertanian yang belum ada (al-ma’dum) dan
tidak jelas (al-jahalah) ukurannya, sehingga keuntungan yang akan
dibagi, sejak semula tidak jelas.11 Boleh saja pertanian itu tidak
menghasilkan, sehingga petani tidak mendapatkan apa-apa dari
hasil kerjanya. Obyek akad yang bersifat al-ma’du>m dan al-jaha>lah
inilah yang membuat akad ini tidak sah. Adapun perbuatan
Rasulullah SAW dengan penduduk Khaibar dalam hadist yang
diriwiyatkan al-Jama>’ah (mayoritas pakar hadist), menurut
mereka, bukan merupakan akad al-mukha>barah, adalah berbentuk

al-kha>raj al-muqa>samah, yaitu ketentuan pajak yang harus
dibayarkan petani kepada Rasulullah setiap kali panen dalam
prosentase tertentu. Ulama Syafi’iyah juga berpendapat bahwa
akad al-mukha>barah tidak sah, kecuali apabila al-mukha>barah
mengikut pada akad al-musa>qah (kerjasama pemilik kebun dengan
petani dalam mengelola pepohonan yang ada di kebun itu, yang
hasilnya nanti dibagi menurut kesepakatan bersama).
Ulama Malikiyah, Hanabilah, Abu Yusuf (113-182 H/ 731798 M), Muhammad ibn al-Hasan asy-Syaibani (748-804 M),
keduanya sahabat Abu Hanifah, dan Ulama azh-Zhahiriyah
M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam: Fiqh Muamalat, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet 2, 272.
11
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 276.
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

berpendapat bahwa akadal-mukha>barah hukumnya boleh, karena
akadnya cukup jelas, yaitu menjelaskan petani sebagai serikat
dalam penggarapan sawah.
Menurut mereka, dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa:

Artinya: “Rasulullah SAW. Melakukan akad muza>ra’ah dengan
penduduk Khaibar, yang hasilnya dibagi antara Rasul
dengan para pekerja”. (HR al-Bukhari, Muslim, Abu
Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, at-Tirmizi, dan Imam
Ahmad ibn Hanbal dari Abdullah ibn Umar)12
Menurut mereka, akad ini bertujuan untuk

saling

membantu antara petani dengan pemilik tanah pertanian. Hal ini
bertujuan untuk saling tolong menolong sesama manusia dan
sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 2:

   

      

Dokumen yang terkait

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PELAKSANAAN AKAD PENGELOLAAN LAHAN TAMBAK Tinjauan hukum islam terhadap praktik pelaksanaan akad pengelolaan lahan tambak udang vannamei (Studi Kasus Di Dusun Wedung Desa Sedayu Lawas Kecamatan Brondong Kabupaten

0 1 16

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PELAKSANAAN AKAD PENGELOLAAN LAHAN TAMBAK Tinjauan hukum islam terhadap praktik pelaksanaan akad pengelolaan lahan tambak udang vannamei (Studi Kasus Di Dusun Wedung Desa Sedayu Lawas Kecamatan Brondong Kabupaten

0 5 14

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI.

0 0 11

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH ANTARA Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Pembiayaan Murabahah Antara Nasabah Pasar Dengan Bmt Surya Dana Makmur Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.

0 0 10

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH ANTARA Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Pembiayaan Murabahah Antara Nasabah Pasar Dengan Bmt Surya Dana Makmur Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.

0 1 18

TINJAUAAN HUKUM ISLAM TENTANG PEMBAYARAN UPAH DI AWAL AKAD (Studi di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)

1 63 77

Komunikasi interpersonal orangtua dalam membangun minat belajar anak di desa Bolo Ujungpangkah Gresik.

0 1 133

Praktik akad utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo: studi analisis hukum Islam.

0 0 99

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS RUMAH TANGGA DI DESA BOLO UJUNGPANGKAH GRESIK.

0 0 149

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SELAMATAN DI BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH : STUDI KASUS DI DESA BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG.

0 4 95