IMPLEMENTASI KONSELING KELOMPOK DALAM MENUMBUHKAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH 2 SUMBERREJO - BOJONEGORO.

(1)

IMPLEMENTASI KONSELING KELOMPOK DALAM

MENUMBUHKAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA DI SMK

MUHAMMADIYAH 2 SUMBERREJO

±

BOJONEGORO

SKRIPSI

Oleh :

SITI NUR FAIZIYAH

D33211061

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Siti Nur Faiziyah, D33211061(2015), Implementasi Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya Diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro. Skripsi Program Studi Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Implementasi Konseling Kelompok, Sikap Percaya diri

Bimbingan dan konseling mempunyai beberapa layanan salah satunya adalah layanan konseling kelompok, dan tujuan dari konseling kelompok itu berfokus pada usaha membantu klien dalam melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan dan penyesuaian sehari-hari; misalnya modifikasi tingkah laku, pengembangan keterampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan karier.

Demikian juga di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo, siswa yang mengalami kurang percaya diri menjadi perhatian khusus untuk guru BK di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo. Karena hal yang tampak kecil apabila tidak segera di selesaikan akan dapat menimbulkan permasalahan yang berkepanjangan pada siswa.

Berdasarkan judul yang penulis teliti yaitu Implementasi Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya Diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro mempunyai 3 rumusan masalah: (1) Bagaimana Konseling Kelompok di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro?, (2) Bagaimana kondisi sikap percaya diri siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro?, (3) Apakah Implementasi Konseling Kelompok dapat menumbuhkan sikap percaya diri siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro?.

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasakan hasil penelitian ini adalah terdapat siswa yang kurang percaya diri, menarik diri dari pergaulan dan setelah di laksanakan konseling kelompok siswa tersebut mengalami perubahan sikap yang dulunya pendiam, suka menyendiri dan jarang komunikasi dengan teman sekelasnya sekarang mulai bisa berinteraksi dengan teman-temannya dan memiliki rasa kepercayaan kepada diri sendiri.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBA HAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 01

A. Latar Belakang Masalah ... 01

B. Rumusan Masalah ... 06

C. Tujuan Penelitian ... 07

D. Manfaat Penelitian ... 07

E. Kajian Pustaka ... 08

F. Definisi Konseptual ... 11

G. Sistematika pembahasan ... 12

BAB II KAJIAN TEORI... 14

A. Pembahasan Tentang Konseling Kelompok ... 14

1. Pengertian Konseling Kelompok ... 14

2. Tujuan Konseling Kelompok ... 17

3. Struktur Dalam Konseling Kelompok ... 19


(7)

B. Tinjauan Tentang Sikap Percaya diri ... 27

1. Pengertian Sikap Percaya diri ... 27

2. Ciri-ciri Orang memiliki Sikap Percaya diri ... 32

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap percaya diri ... 34

C. Implementasi Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya diri siswa ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 39

B. Informan Penelitian ... 40

C. Kehadiran Peneliti ... 41

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

E. Sumber Data ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Teknik Analisa Data ... 46

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49

I. Tahapan Penelitian ... 51

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 53

A. Gambaran Umum obyek penelitian ... 53

B. Penyajian data... 63

1. Konseling Kelompok di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ...63

2. Kondisi Sikap percaya diri siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ... 65 3. Pelaksanaan Konseling Kelompok Dalam Menumbuhkan


(8)

Sumberrejo ... 68

4. Hasil Konseling Kelompok dalam menumbuhkan Sikap percaya diri siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ...79

C. AnalisisData ... 84

1. Analisis Data Tentang Pelaksanaan Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ...84

2. Analisis Data Tentang Kondisi Sikap Percaya diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ...85

3. Analisis Data Tentang Pelaksanaan Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ... 86

4. Analisis Data Tentang Hasil Pelaksanaan Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ... 88

BAB V PENUTUP... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... ... 91 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL Tabel 01

Keadaan Pendidik SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo …….…...56

Tabel 02

Keadaan Peserta Didik SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ……...…... 57

Tabel 03

Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo... 58

Tabel 04

Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Muhammadiyah 2

Sumberrejo ………...61

Tabel 05

Lembar Observasi Sebelum Konseling Kelompok ... 81

Tabel 06


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap orang yang dilahirkan memiliki potensi yang unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai manusia terkadang dalam menjalani hidup sering tidak terpikirkan bahwa mereka terlahir dalam kepribadian dan potensi yang besar melebihi apa yang mereka pikirkan. Diantara potensi yang ada dalam diri setiap orang adalah potensi kepercayaan diri.

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Percaya diri merupakan aspek yang sangat penting karena mampu menjadi stimulus yang mendorong orang untuk mampu bertindak tanpa ragu. Namun kenyataannya tidak semua orang dapat tampil dengan sikap yang penuh dengan kepercayaan diri sehingga membutuhkan cara dalam menumbuhkan rasa percaya diri.1

1 Fazrah Suleman, Kegunaan Teknik Cinema Therapy dalam Meningkatkan Rasa Percaya diri Remaja,

Karya Tulis Ilmiah, Kaffah727.blogspot.com./2012/12/kegunaan-teknik-cinema-therapy-dalam.html?m=1 (diakses pada tngl 20 November 2014 pukul 07:30)


(11)

2

Sedangkan bimbingan konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya disekolah. Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis, psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pendidikan. Latar belakang psikologis berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dalam perkembangannya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya.2

Pentingnya bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan, setidaknya didasarkan tiga alasan, yaitu pertama, pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian individu (siswa). Hal ini berimplikasi bahwa dalam proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang luas dari sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan pribadi melalui bimbingan konseling. Kedua, pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis, karenannya selalu terjadi perubahan dan penyesuaian dalam berbagai komponennya. Dalam menghadapi

2 Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar kehidupan, (Bandung: PT


(12)

3

perkembangan ini, para siswa memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Ketiga, pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang luas tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Sebagai pendidik, guru seyogyanya dapat menggunakan berbagai pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya. Pendekatan pribadi dapat diwujudkan melalui layanan bimbingan dan konseling.3

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling untuk setiap bidang bimbingannya, salah satunya adalah layanan konseling kelompok. layanan konseling kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan (konseling) kepada klien (siswa) melalui kegiatan kelompok. dalam kelompok tersebut harus diwujudkan aktivitas bimbingan yang membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan dan pemecahan masalah individu (siswa) yang ada dalam kelompok tersebut. masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul didalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, balajar, dan karier). setiap anggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. masalah-masalah tersebut ³GLOD\DQL´Pelalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok,

3 Tohirin, Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


(13)

4

masalah demi masalah satu persatu, tanpa terkecuali, sehingga semua masalah dibicarakan.4

Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.

Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa klien-klien (siswa) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memililiki suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan memberikan dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Dalam hal ini, individu-individu tersebut didorong untuk melakukan tindakan yang selaras dengan kemampuannya semaksimal mungkin melalui perilaku perwujudan diri.

4 Mukhlishah, Administrasi dan Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah, (Jakarta: CV.


(14)

5

Konseling kelompok adalah suatu proses antar pibadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, kataris, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima dan saling mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling memperdulikan diantara para peserta konseling kelompok. Klien-klien alam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian dalam penanganannya. Klien dalam konseling kelompok dapat menggunakan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.5

Corey dan Yalom membagi tahapan konseling kelompok menjadi enam bagian yaitu: (1) Prakonseling, (2) Tahap Permulaan, (3) Tahap Transisi, (4) Tahap Kerja, (5) Tahap Akhir dan (6) Pasca Konseling.

SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo adalah salah satu sekolah yang cukup kondusif jika dinilai dari segi sarana dan prasarananya, selama ini guru BK di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo telah memfasilitasi mereka dengan

5 Ahmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika


(15)

6

layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan mereka, salah satunya layanan konseling kelompok bagi siswa yang bermasalah.

Pada awal observasi dan wawancara di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ada 3 Jurusan yaitu AK (Akuntasi), APK (Administrasi PerKantoran) dan ANKES (Analisis Kesehatan), ditemukan di kelas X APK ada beberapa anak yang kurang memiliki sikap percaya diri, sikap yang di tunjukkan siswa berupa menarik diri dari pergaulan, pendiam, tidak berani mengungkapkan pendapat, takut, sensitif, pesimis dan sebagainya.

Berkenaan dengan sikap tersebut maka guru BK di sekolah sangatlah berperan dalam menumbuhkan sikap percaya diri untuk menemukan kembali konsep dirinya sehingga dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel program studi Bimbingan Konseling tertarik meneliti lebih lanjut tentang:

³,03/(0(17$6, .216(/,1* KELOMPOK DALAM

MENUMBUHKAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH 2 SUMBERREJO ± %2-21(*252´

B. Rumusan Masalah

Agar tidak terjadi perluasan dalam penelitian, maka rumusan masalah yang penulis angkat adalah sebagai berikut:


(16)

7

1. Bagaimana Konseling Kelompok di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro ?

2. Bagaimana Kondisi Sikap Percaya Diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro ?

3. Apakah Implementasi Konseling Kelompok dapat menumbuhkan sikap pecaya diri siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan Implementasi Konseling Kelompok di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro

2. Untuk mendeskripsikan kondisi sikap percaya diri siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro

3. Untuk mendeskripsikan Implementasi Konseling Kelompok dapat menumbuhkan sikap pecaya diri siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

a. Bagi Fakultas

Bagi Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam Konsentrasi Bimbingan Konseling, skripsi ini dapat dijadikan bahan acuan bagi


(17)

8

mahasiswa jurusan Kependidikan Islam konsentrasi bimbingan dan konseling angkatan berikutnya dalam melakukan penelitian tentang permasalahan siswa di lingkungan sekolah.

b. Bagi siswa

Penelitian ini dapat membantu mengatasi masalah siswa yang kurang percaya diri di lingkungan sekolah agar lebih mudah berinteraksi dalam bergaul di lingkungan sekolah.

c. Bagi guru bimbingan dan konseling

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membantu menyelesaikan masalah siswa dalam menumbuhkan sikap percaya diri di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro agar tercipta suasana kelas yang menyenangkan.

d. Untuk penulis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu yang berharga dalam kehidupan penulis. Dan dapat dijadikan acuan ketika nanti terjun langsung di lembaga pendidikan.

2) Sebagai tugas akhir skripsi.

E. Kajian Pustaka

Untuk melengkapi referensi dan pengembangan penelitian ini, peneliti mempelajari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang lain, yang terkait dengan focus penelitian ini, serta menjadi bahan pertimbangan dan


(18)

9

perbandingan dalam penelitian. Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian penulis adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Kependidikan Islam. Oleh Sahid Suryanto Nim. D03208033 (2012) GHQJDQMXGXOVNULSVL³%,0%,1*$1 KONSELING KELOMPOK DALAM MEMBENTUK PERILAKU ASERTIF BAGI SISWA TERISOLASI´. (Studi kasus pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Surabaya). Pada skripsi ini penulis menggambarkan bentuk kasus siswa terisolasi yang ada di SMP Negeri 3 Surabaya. Serta pembentukan perilaku asertif anak terisoalasi melalui bimbingan kelompok, dengan berbagai ciri-ciri, faktor-faktor, langkah-langkah dan tahapan pembentukan. Dari hasil analisa tersebut dapat kita ketahui bahwa konseling kelompok dalam membentuk perilaku asertif anak terisolasi berhasil dilakukan di SMP Negeri 3 Surabaya, dengan program ini siswa terisolasi menjadi lebih tanggung jawab, berani, aktif, mampu berinteraksi dan kepercayaan diri meningkat, mereka menjadi mudah dalam berteman dan lebih aktif didalam kelas, mereka mulai bertanya ataupun mengungkapkan pendapat dalam suatu forum serta mempertahankannya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Kependidikan Islam. Oleh Nurlia Izawati Nim. D03208054 (2013) dengan judul skripsi ³IMPLEMENTASI TERAPI REALITAS DALAM UPAYA


(19)

10

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA KORBAN %8//<,1*´ 6WXGL .DVXV VLVZD ; GL 603 1 6XUDED\D. Permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini adalah pelaksanaan bimbingan konseling dengan Terapi Realitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pelaksanaan Terapi Realitas dalam upaya meningkatkan rasa percaya diri siswa korban bullying. Berdasarkan dari hasil penelitian ini adalah terdapat siswa yang menjadi korban bullying teman-temannya dan setelah dilaksanakan terapi realitas siswa tersebut mengalami perubahan kearah positif, siswa mulai terbuka dalam bergaul dengan teman-temannya, tidak lagi mudah tersinggung. Serta dapat berfikir positif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jadi dapat disimpulkan degan terapi realitas siswa yang menjadi korban bullying merasa terbantu. Yaitu siswa menjadi bersemangat dalam belajar dan berteman dan juga dapat membantu perkembangan psikologisnya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Psikologi. Oleh Syamrotul Isnaini Nim. B07109093 (2013) dengan judul skripsi ³KEPERCAYAA1 ',5, 3$'$ 6,6:$ 781$'$.6$´ 6WXGL 0XOWLkasus di SMP Inklusi dan SLTPLB-D). Penelitian ni bertujuan untuk memahami kepercayaan diri pada siswa Tunadaksa di SMP Inklusi dan Siswa Tunadaksa di SLTPLB-D. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Studi Multikasus, dalam penelitian ini juga tedapat dua fokus


(20)

11

penelitian yaitu untuk memahami faktor kepercayaan diri di SMP Inklusi dan SLTPLB-D. Hasil penelitian menunjukkan dapat diketahui bahwa subyek siswa Tunadaksa di sekolah inklusi yang meiliki rasa percaya diri yang kurang bagus dan siswa Tunadaksa di SLTPLB-D yang memiliki rasa percaya diri yang bagus. Subyek mampu melakukan interaksi sosial yang baik dengan lingkungan sekolahnya.

F. Definisi Konseptual

Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul, serta memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan penegasan dalam judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah Implementasi Konseling Kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro. Adapun rincian definisinya adalah: 1. Implementasi Konseling Kelompok

Implementasi di dalam kamus ilmiah popular karangan W.J.S. Purwadarminta adalah perihal (perbuatan usaha dan sebagainya) melaksanakan (rancangan dan sebagainya).6 Konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic).

6


(21)

12

2. Sikap percaya diri

Menurut Thantaway dalam kamus istilah Bimbingan dan Konseling, Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.7

3. SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro

SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro, merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Swasta yang ada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. SMK Muhammadiyah ini beralamat di Komplek Masjid At-taqwa Sumberrejo Kab. Bojonegoro.

G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami secara utuh dan berkesinambungan, maka perlu adanya penyusunan sistematika pembahasan, yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

dalam bab ini terdiri dari pendahuluan yang berisi gambaran secara keseluruhan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, kajian pustaka dan sistematika pembahasan.

7 Haryanto, Pengertian Kepercayaan Diri, Artikel, belajar psikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/


(22)

13

BAB II KAJIAN TEORI

merupakan kajian pustaka sebagai landasan teori dalam penelitian dan penulisan skripsi. Pada bab ini berisi pembahasan yang berkaitan dengan Konseling kelompok meliputi : pengertian, tujuan, struktur, tahapan konseling kelompok serta pengertian sikap percaya diri, ciri-ciri sikap percaya diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap percaya diri.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari metode penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, informan penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, teknik pemeriksaan keabsahan data

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian yang meliputi gambaran umum obyek penelitian, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan konseling kelompok, analisis pelaksanaan dan hasil pelaksanaan konseling kelompok.

BAB V PENUTUP


(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PEMBAHASAN TENTANG KONSELING KELOMPOK 1. PENGERTIAN KONSELING KELOMPOK

Konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang yang ditandai adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok.8

Konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic).

Konseling kelompok menurut Gazda adalah:

³*URXSFRXQVHOLQJLVDG\QDPLFLQWHUSHUVRQDOprocess focusing on conscious

thought and behaviorand involving the therapy functions of permissiveneness,

8

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Hal: 49


(24)

15

orientation to reality, catharsis and mutual trust, caring, understanding, acceptance, and support. The therapy functions are created and nurtured in

VPDOOJURXSWKURXJKWKHVKDULQJRISHUVRQDOFRQFHUQVZLWKRQH¶VSHHUDQGWKH

counselor.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka konseling kelompok secara prinsipil adalah sebagai berikut.

1) Konseling kelompok merupkan hubungan (antara) konselor dengan beberapa klien;

2) Konseling kelompok berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang disadari. 3) Dalam konseling kelompok terdapat faktor-faktor yang merupakan aspek

terapi bagi klien.

4) Konseling kelompok bermaksud memberikan dorongan dan pemahaman kepada klien, untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.9

Satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus, ialah sifat isi pembicaraan dalam konseling kelompok. Konseling kelompok menghendaki agar para klien (para peserta) dapat mengungkapkan dan mengemukakan keadaan diri masing-masing sepenuh-penuhnya dan seterbuka mungkin. Dalam hal ini, asas kerahasiaan menjadi menonjol. Masing-masing klien perlu mempercayai konselor dan rekan-rekan mereka sesama anggota kelompok, bahwa kerahasiaan segenap apa yang mereka kemukakan terjamin sepenuhnya.


(25)

16

Mayer dan Smith pada tahun 1997 melalui penelitiannya membuktikan bahwa kurangnya kepercayaan para anggota tentang terjaminnya kerahasiaan itu akan mengurangi sikap keterbukaan para anggota. Selanjutnya, Davis sendiri mengungkapkan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa pernyataan konselor yang meyakinkan dihadapan segenap anggota kelompok bahwa ia benar-benar akan menjaga kerahasiaan seluruh anggota kelompok secara signifikan mempengaruhi kehendak dan sikap para anggota itu mengemukakan apa yang ingin dikemukakan di dalam kelompok itu. Lebih jauh konselor juga harus membina semua anggota kelompok agar mereka menyadari pentingnya menjaga rahasia itu, dan agar mereka saling menjaga rahasia temannya, sehingga dengan demikian mereka saling mempercayai. Sikap konselor dan para anggota serta suasana yang sepenuhnya sejalan dengan asas kerahasiaan itu merupakan salah satu aturan yang khas harus diikuti oleh seluruh kelompok, dan hal itu merupakan ciri khusus pula dari konseling kelompok.

Hasen, Warner & Smith menegaskan lebih lanjut bahwa layanan konseling kelompok merupakan cara yang amat baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu-individu dalam pengembangan kemampuan pribadi mereka. Dalam kaitan itu semua konseling kelompok


(26)

17

berorientasi pada pengembangan individu, pencegahan dan pengentasan masalah.10

2. TUJUAN KONSELING KELOMPOK

Konseling kelompok berfokus pada usaha membantu klien dalam melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan dan penyesuaian sehari-hari; misalnya modifikasi tingkah laku, pengembangan keterampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan karier. Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk terapeutik yang berhubungan dengan pemberian bantuan berupa pengalaman penyesuaian dan perkembangan individu.11

Sementara itu Wiener juga mengatakan bahwa tujuan dari konseling adalah sebagai media terapeutik bagi klien, karena dapat meningkatkan pemahaman diri dan berguna untuk perubahan tingkah laku secara individual. George dan Cristiani juga menjelaskan bahwa konseling kelompok dimanfaatkan sebagai proses belajar dan upaya membantu klien dalam pemecahan masalahnya.

Selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok, maka penulis merasa perlu menguraikan kelebihan dan kekurangan pada konseling kelompok pada bagian ini sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca

10 Priyatno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999) Hal: 313,315

11


(27)

18

untuk mengetahui lebih jauh mengenai konseling dalam format kelompok ada berapa kelebihan dan kekurangan yang dapat diperoleh klien melalui konseling kelompok seperti yang dikemukakan Hough berikut ini:

1. Konseling kelompok menerapkan pendekatan yang menjalin hubungan perasaan sebagai sebuah kelompok dalam masyarakat yang sudah saling terasing dan tidak memiliki aturan yang jelas.

2. Kelompok juga saling memberikan dukungan dalam menghadapi masalah yang dihadapi setiap orang.

3. Kelompok dapat memberikan kesempatan untuk belajar antara satu sama lain. 4. Kelompok dapat menjadi motivator bagi masing-masing klien. Mereka yang

merasa telah menjadi anggota kelompok akan berusaha menyesuaikan perilakunya dengan harapan kelompok.

5. Kelompok dapat menjadi tempat yang baik untuk menguji dan mencoba perilaku yang baru.

6. Kelompok menanamkan perasaan tenteram kepada anggotanya karena mereka bebas dapat berbicara dengan orang yang tidak akan menertawakan atau merendahkan mereka masing-masing memiliki masalah.

7. Anggota-anggota kelompok yang ada dapat saling membantu dengan menjadi

buddy (pasangan yang selalu dapat memberikan pertolongan dan bersedian membantu) dan juga dapat menjadi mentor kepada anggota kelompok yang lain.


(28)

19

Sebaik apapun format konseling yang digunakan, tetap saja akan kita lihat kekurangan atau keterbatasan pada praktiknya. Berikut ini adalah keterbatasan yang terdapat dalam konseling kelompok:

1. Klien perlu menjalani konseling individual terlebih dahulu sebelum mengikuti konseling kelompok. Karena apabila tidak dilakukan, ia akan mengalami kesulitan untuk langsung bergabung dengan anggota kelompok. 2. Konselor harus memberikan perhatian secara adil pada semua anggota

kelompok. Dan hal ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan.

3. .HORPSRNGDSDWEXEDUVHNHWLNDNDUHQDPDVDODKGDODP³SURVHVNHORPSRN´

4. Klien yang sulit mempercayai orang lain akan berpengaruh negatif pada situasi konseling secara keseluruhan.12

3. STRUKTUR DALAM KONSELING KELOMPOK

Konseling kelompok memiliki struktur yang sama dengan terapi kelompok pada umumnya. Struktur kelompok yang dimaksud menyangkut orang yang terlibat dalam kelompok, jumlah orang yang menjadi partisipan, banyak waktu yang diperlukan bagi suatu terapi kelompok dan sifat kelompok.

1. Jumlah anggota kelompok

Konseling kelompok umumnya beranggota berkisar antara 4 sampai 12 orang. Berdasarkan hasil berbagai penelitian, jumlah anggota kelompok yang kurang dari 4 orang tidak efektif karena dinamika kelompok kurang hidup.

12 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: KENCANA Prenanda


(29)

20

Sebaliknya jika jumlah klien melebihi 12 orang adalah terlalu besar untuk konseling karena terlalu berat dalam mengelola kelompok.

Untuk menetapakan jumlah klien yang dapat berpartisipasi dalam konseling kelompok dapat ditetapkan berdasarkan kemampuan konselor dan pertimbangan efektivitas proses kelompok. Jika jumlah klien dipandang besar dan membutuhkan pengelolaaan yang lebih, konselor dapat dibantu oleh pendamping konselor (co-therapist).

2. Homogenitas kelompok

Apakah kelompok dibuat homogen atau heterogen? Tidak ada ketentuan yang pasti soal homogenitas keanggotaan suatu konseling kelompok. Sebagian konseling kelompok dibuat homogen dari segi jenis kelamin, jenis masalah dan gangguan, kelompok usia, dan sebagainya. Pada saat lain homogenitas ini tidak diperhitungkan secara khusus, artinya suatu konseling kelompok, misalnya dari segi usia diikuti oleh remaja maupun orang dewasa, tanpa ada penyaringan terlebih dahulu kelompok usianya. Penentuan homogenitas keangotaan ini disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan konselor dalam mengelola konseling kelompok.

3. Sifat kelompok

Sifat kelompok dapat terbuka dan tertutup. Terbuka jika pada suatu saat dapat menerima anggota baru dan dikatakan tertutup jika keanggotaannya tidak memungkinkan adanya anggota baru. Pertimbangan penggunaan keanggotaan terbuka dan tertutup bergantung kepada keperluan.


(30)

21

Kelompok terbuka maupun tertutup terdapat keuntungan dan kerugiannya. Sifat kelompok adalah terbuka maka setiap saat kelompok dapat menerima anggota baru sampai batas yang dianggap cukup. Namun demikian adanya anggota baru dalam kelompok akan menyulitkan pembentukan kohesivitas anggota kelompok.

Konseling kelompok yang menerapkan anggota tetap dapat lebih mudah membentuk dan memelihara kohesivitasnya. Tetapi jika terdapat anggota kelompok yang keluar, dengan sistem keanggotaan yang keluar dengan sistem keanggotaan demikian tidak dapat ditambahkan lagi dan harus menjalankan konseling beberapa pun jumlah anggotanya.

4. Waktu pelaksanaan

Lama waktu penyelenggaraan konseling kelompok sangat bergantung kepada kompleksitas permasalah yang dihadapi kelompok. Secara umum konseling kelompok yang bersifat jangka pendek (sort-term group counseling) membutuhkan waktu pertemuan antara 8 sampai 20 pertemuan, dengan frekuensi pertemuan antara satu sampai tiga kali dalam seminggunya, dan durasinya antara 60 sampai 90 menit setiap pertemuan.

Durasi pertemuan konseling kelompok pada prinsipnya sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi anggota kelompok. Menurut Yalom durasi konseling yang terlalu lama yaitu diatas dua jam menjadi tidak kondusif, karena beberapa alasan, yaitu: (1) anggota telah mencapai tingkat kelelahan dan (2) pembicaraan cenderung diulang-ulang. Oleh karena itu, aspek durasi pertemuan harus


(31)

22

menjadi perhitungan bagi konselor. Konseling tidak dapat diselesaikan dengan memperpanjang durasi pertemuan, tetapi pada proses pembelajaran selama proses konseling.

Dalam kaitannya dengan waktu yang digunakan, konseling kelompok tidak bisa diselenggarakan dalam interval waktu yang pendek. Konseling kelompok umumnya diselenggarakan satu hingga dua kali dalam seminggu. Penyelenggaraan dengan interval yang lebih sering akan mengurangi penyerapan dan informasi dan umpan balik yang didapatkan selama proses konseling. Jika terlalu jarang, misalnya satu dalam dua minggu, banyak informasi dan umpan balik yang dapat dilupakan.13

4. TAHAPAN KONSELING KELOMPOK

Corey dan Yalom yang membagi tahapan tersebut menjadi enam bagian yaitu: prakonseling, tahap permulaan, tahap transisi, tahap kerja, tahap akhir dan pascakonseling. Berikut adalah uraiannya.

1. Prakonseling

Tahap prakonseling dianggap sebagai tahap persiapan pembentukan kelompok. Adapun hal-hal mendasar yang dibahas pada tahap ini adalah para klien yang telah diseleksi akan dimasukkan dalam keanggotaan yang sama menurut pertimbangan homogenitas. Setelah itu, konselor akan menawarkan program yang dapat dijalankan untuk mencapai tujuan. Penting sekali bahwa pada tahap inilah konselor menanamkan harapan pada anggota kelompok agar


(32)

23

bahu membahu mewujudkan tujuan bersama sehingga proses konseling akan berjalan efektif. Konselor juga perlu menekankan bahwa pada konseling kelompok hal yang paling utama adalah keterlibatan klien untuk ikut berpartisipasi dalam keanggotaannya dan tidak sekedar hadir dalam pertemuan kelompok. Selain itu, konselor juga perlu memerhatikan kesamaan masalah sehingga semua masalah anggota dapat difokuskan kepada inti permasalahan yang sebenarnya.14

2. Tahap Permulaan

Tahap ini ditandai dengan dibentuknya struktur kelompok. Adapun manfaat dari dibentuknya struktur kelompok ini adalah agar anggota kelompok dapat memahami aturan yang ada dalam kelompok. Aturan-aturan ini akan menuntut anggota kelompok untuk bertanggung jawab pada tujuan dan proses kelompok. Konselor dapat kembali menegaskan tujuan yang harus dicapai dalam konseling. Hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan klien pada makna kehadirannya terlibat dalam kelompok.

Selain itu, klien diarahkan untuk memperkenalkan diri mereka masing-masing yang dipimpin oleh ketua kelompok (konselor). Pada saat inilah klien menjelaskan tentang dirinya dan tujuan yang ingin dicapainya dalam proses konseling. Biasanya klien hanya akan menceritakan hal-hal umum yang ada pada dirinya dan belum mengungkapkan masalahnya.

14


(33)

24

Black menguraikan secara sistematis langkah yang dijalani pada tahap permulaan adalah perkenalan, pengungkapan tujuan yang ingin dicapai, penjelasan aturan dan penggalian ide dan perasaan. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini adalah anggota kelompok dapat saling percaya satu sama lain serta menjaga hubungan yang berpusat pada kelompok melalui saling memberi umpan balik, memberi dukungan, saling toleransi terhadap perbedaan dan saling memberi penguatan positif.15

3. Tahap Transisi

Tahap ini disebut Prayitno sebagai tahap peralihan. Hal umum yang sering kali muncul pada tahap ini adalah terjadinya suasana keseimbangan dalam diri masing-masing anggota kelompok. Konselor diharapkan dapat membuka permasalahan masing-masing anggota sehingga masalah tersebut dapat bersama-sama dirumuskan dan diketahui penyebabnya. Walaupun anggota kelompok mulai terbuka satu sama lain, tetapi dapat pula terjadi kecemasan, resistensi, konflik dan keengganan anggota kelompok membuka diri. Oleh karena itu, konselor selaku pimpinan kelompok harus dapat mengontrol dan menggarahkan anggotanya untuk merasa nyaman dan menjadikan anggota kelompok sebagai keluarganya sendiri.

4. Tahap Kerja

Prayitno menyebut tahap ini sebagai tahap kegiatan. Tahap ini dilakukan setelah permasalahan anggota kelompok diketahui penyebabnya sehingga

15


(34)

25

konselor dapat melakukan langkah selanjutnya yaitu menyusun rencana tindakan. Pada tahap ini anggota kelompok diharapkan telah dapat membuka dirinya lebih jauh dan menghilangkan defesifnya, adanya perilaku modelling

yang diperoleh dari mempelajari tingkah laku baru serta belajar untuk bertanggung jawab pada tindakan dan tingkah lakunya. Akan tetapi, pada tahap ini juga dapat saja terjadi konfirmasi antar anggota dan transferensi. Dan peran konselor dalam hal ini adalah berupaya menjaga keterlibatan dan kebersamaan anggota kelompok secara aktif.

Kegiatan kelompok pada tahap ini dipengaruhi pada tahapan sebelumnya. Jadi apabila pada tahap sebelumnya berlangsung dengan efektif maka tahap ini juga dapat dilalui dengan baik, begitupun sebaliknya. Apabila tahap ini berjalan dengan baik, biasanya anggota kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa mengharapkan campur tangan pemimpin kelompok lebih jauh.16

5. Tahap Akhir

Tahapan ini adalah tahapan dimana anggota kelompok mulai mencoba perilaku baru yang telah mereka pelajari dan dapatkan dari kelompok. Umpan balik adalah hal penting yang sebaiknya dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok. Hal ini dilakukan untuk menilai dan memperbaiki perilaku kelompok apabila belum sesuai. Oleh karena itu, tahap akhir ini dianggap sebagai tahap melatih diri klien untuk melakukan perubahan.


(35)

26

Sehubungan dengan pengakhiran kegiatan, Prayitno mengatakan bahwa kegiatan kelompok harus ditujukan pada pencapaian tujuan yang ingin dicapai dalam kelompok. Kegiatan kelompok ini biasanya diperoleh dari pengalaman sesama anggota. Apabila pada tahap ini terdapat anggota yang memiliki masalah belum dapat terselesaikan pada tahap ini masalah tersebut harus diselesaikan.

Konselor dapat memastikan waktu yang tepat untuk mengakhiri proses konseling. Apabila anggota kelompok merasakan bahwa tujuan telah tercapai dan telah terjadi perubahan perilaku maka proses konseling dapat segera diakhiri.

6. Pasca-Konseling

Jika proses konseling telah berakhir, sebaiknya konselor menetapkan adanya evaluasi sebagai bentuk tindak lanjut dari konseling kelompok. Evaluasi bahkan sangat diperlukan apabila terdapat hambatan dan kendala yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan dan perubahan perilaku anggota kelompok setelah proses konseling terakhir.

Konselor dapat menyusun rencana baru atau melakukan perbaikan pada rencana yang telah dibuat sebelumnya. Atau dapat melakukan perbaikan terhadap cara pelaksanaanya. Apapun hasil dari proses konseling kelompok yang telah dilakukan seyogianya dapat memberikan peningkatan pada seluruh


(36)

27

anggota kelompok. Karena inilah inti dari konseling kelompok yaitu mencapai tujuan bersama.17

B. TINJAUAN TENTANG SIKAP PERCAYA DIRI 1. Pengertian Sikap Percaya diri

Kepercayaan diri menurut Thursan Hakim adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya.18

Percaya diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri.

Sedangkan kepercayaan diri menurut Thursan Hakim Rasa percaya diri tidak

17 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling,Ibid Hal: 216 18 Thursan Hakim, Pengembangan Diri, (Yogyakarta: Liberty, 1999) hal. 56


(37)

28

muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri.19

Menurut Dan Sullivan dan Catherine Nomura Setiap perkembangan mengharuskan kita melangkah jauh melampaui pencapaian kita sebelumnya. Ketika kita melakukan hal ini, rasa percaya diri bahwa kita mampu menghadapi tantangan-tantangan baru menjadi meningkat. Rasa percaya diri memberi kita kemampuan untuk mengatasi rasa takut untuk terus berusaha dan terus memikirkan masa depan kita yang lebih besar.20

Sedangkan menurut Yusuf Al-Uqshari rasa percaya diri adalah persenyawaan antara proses olah pikir dan rasa kepuasan jiwa, Artinya kita sudah benar-benar merasa puas dengan diri kita. Alhasil, seorang individu yang punya rasa percaya diri akan senantiasa measa bahwa ia adalah individu yang positif dan berpotensi bisa andil sekaligus bisa bekerja sama dengan orang lain dalam berbagai segmen kehidupan. Disamping itu ia mampu memanfaatkan rasa percaya diri yang dimilikinya untuk menyukseskan setiap aktifitas yang dilakukannya dengan baik.21

Percaya diri adalah salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan

19

Holikul Anwar, Percaya Diri (PD).Apaitu Percaya diri? Artikel. Gaya Hidup.

http://holikulanwar.blogspot.com/2012/05/percaya-diri-pd-apa-itu-percaya-diri.html (diakses 10 Maret 2015 pukul 08:25)

20 Dan Sullivan dan Ctherine Nomura, The Laws Of Lifetime Growth : Jadikan Masa Depan Anda Lebih Besar Daripada Masa Lalu Anda , (PT Gelora Aksara Pratama, 2009) Hal:73


(38)

29

mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berfikir positif dan dapat menerimanya. Kepercayaan diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumentasi rasional yang hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun rasa percaya diri diperlukan sesuatu hal yang sama yaitu : Emosi, perasaan dan imajinasi. Emosi, perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya emosi, perasaan dan imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa percaya diri.

Thantaway dalam kamus bimbingan dan konseling mengatakan percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang member keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif serta kurang percaya pada kemampuannya sehingga ia sering menutup diri.

Surya mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan bahwasanya akan berhasil dan mempunyai kemauan yang keras didalam berusaha serta menyadari dan mencari nilai lebih atas potensi yang dimilikinya tanpa harus mendengarkan suara-suara sumbang yang dapat melemahkan dirinya sehingga nantinya dapat membuat perencanaan dengan matang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hakim bahwa kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kebutuhan yang


(39)

30

dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.

Kepercayaan diri merupakan kemauan untuk mencoba sesuatu yang paling menakutkan bagi individu, dan individu tersebut yakin akan mampu mengelola apapun yang timbul sesuai yang diharapkan. Kepercayaan diri itu sendiri adalah kepercayaan yang berasal dari orang lain yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian individu tersebut. Seseorang yang mendapat kepercayaan dari orang lain merasa dirinya dihargai, dihormati, dan merasa dirinya bertingkah laku secara bertanggung jawab.

Sejalan dengan itu Angelis mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan akan diri sendiri, berarti tidak meragukan kemampuan dan mengetahui apa yang akan dilakukan, berani memulai sesuatu, selalu membayangkan bahwa dirinya mampu mencapai hasil yang memadai serta kemampuan untuk mengambil keputusan melalui permasalahan yang dikonsultasikan. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya.

Kepercayaan diri merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktek, sikap dan kepercayaan diri ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan


(40)

31

menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuan untuk mencapai keberhasilan.

Kepercayaan diri bersifat internal, sangat relatif, dan dinamis, dan banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, terencana, efektif, dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan. Dengan memiliki kepercayaan diri, seseorang merasa dirinya berharga dan mempunyai kemampuan menjalani kehidupan, mempertimbangkan berbagai pilihan dan mampu membuat keputusan sendiri. Selanjutnya ditegaskan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik atau setidaknya memiliki kemampuan untuk belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut. Orang yang percaya diri mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri.22

22 E-jurnal, Self : Pengertian Kepercayaan Diri. Artikel http://www.e-jurnal.com./2014/03/pengertian-kepercaayan-diri.html (diakses 10 Maret 2015 pukul 09:00)


(41)

32

Menurut Gael Lindenfield sebuah definisi yang sangat luas yang disetujui kebanyakan orang adalah: orang yang pecaya diri ialah orang yang merasa puas dengan dirinya.23

2. Ciri-ciri Orang Memiliki Sikap Percaya Diri

Ciri-Ciri Kepercayaan Diri ada beberapa macam. Menurut Hakim orang yang percaya diri mampu menjalankan tugas-tugas dengan baik dan bertanggung jawab serta mempunyai rencana terhadap masa depannya, kreatif, toleransi, dalam pekerjaannya dan biasanya orang tersebut mempunyai keyakinan pada diri sendiri.

Selanjutnya Hakim mengatakan bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu 2. Mempunyai potensi dan kemampuan memadai

3. Mandiri, yaitu orang yang memandang segala sesuatu sendiri tanpa menunggu perintah orang lain

4. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi 5. Memiliki keahlian atau keterampilan

6. Memiliki kemampuan bersosialisasi


(42)

33

7. Optimis, yaitu orang yang memandang segala sesuatu dari segi yang mengandung harapan baik dan bereaksi positif dalam menghadapi masalah 8. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan memikul bagian terhadap urusan

dirisendiri sehingga dapat memikul kepercayaan dengan baik

9. Tidak mementingkan diri sendiri yaitu merupakan suatu tindakan untuk memikirkan orang lain bukan untuk memusatkan perhatian terhadap kepentingan sendiri

10.Tidak memerlukan dukungan orang lain yaitu seseorang yang memiliki pribadi yang matang ialah orang yang dapat menguasai lingkungan secara aktif dan mandiri tanpa menuntut banyak dari orang lain.24

Ciri-ciri orang percaya diri menurut Lauster mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri sebagai berikut: tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, tidak perlu dukungan orang lain, selalu optimis, mampu bekerja sama, bertanggungjawab atas pekerjaanya. Rogers mengemukakan macam-macam orang yang memiliki rasa percaya diri adalah selalu terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Frandson memberikan ciri-ciri individu yang percaya diri sebagai individu dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab atas perbuatannya, memiliki rasa menghargai,

24 E-jurnal, Self: Ciri-ciri Kepercayaan diri. Artikel http://www.e-jurnal.com/2014/03/ciri-ciri-kepercayaan-diri.html (diakses 10 Maret 2015 pukul 07:37)


(43)

34

tabah dalam menghadapi tantangan dari segala bidang dan tidak merasa rendah diri di lingkungan teman-temannya.25

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Percaya Diri

Faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang menurut Hakim sebagai berikut:

a) Lingkungan keluarga

Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.

b) Pendidikan Formal

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga dirumah. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya.

c) Pendidikan non formal

Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih

25 E-jurnal, Self: Ciri-ciri orang percaya diri, Artikel www.e-jurnal.com/2014/03ciri-ciri-orang-percaya-diri.html (diakses 16 Maret 2015 pukul 14:35)


(44)

35

mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui pendidikan non formal. Secara formal dapat digambarkan bahwa rasa percaya diri merupakan gabungan dari pandangan positif diri sendiri dan rasa aman.

Menurut Loekmono rasa percaya diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan seluruh kepribadian seseorang secara keseluruhan. Kepercayaan diri juga membutuhkan hubungan dengan orang lain di sekitar lingkunganya dan semuanya itu mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri. Dalam hal ini dapat dikatakan kepercayaan diri muncul dari individu sendiri karena adanya rasa aman, penerimaan akan keadaan diri dan adanya hubungan dengan orang lain serta lingkungan yang mampu memberikan penilaian dan dukungan, sehingga mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri. Dukungan yang ada serta penerimaan dari keluarga dapat pula mempengaruhi rasa percaya diri dalam hal ini adalah remaja sebagai anggota keluarga. Orangtua mampu memberikan nasehat, pengarahan, informasi kepada remaja dalam kaitannya dengan rasa percaya diri.26

26 Bambang Rustanto, Kepercayaan Diri, Artikel Psikologi

http://bambangrustanto.blogspot.com/2013/08/konsep-kepercayaan-diri.html (diakses 10 Maret 2015 pukul 08:00)


(45)

36

Menurut Rini kepercayaan diri tidak diperoleh secara instan, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tuan yang menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai dihadapan orang tuannya. Lain halnya dengan orang tua yang kurang memberikan perhatian pada anak atau suka mengkritik dan sering memarahi anak. Namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, karena orang tua tersebut tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai anak ataupun seolah-olah menunjukkan ketidakpercayaan orang tua pada kemampuan dan kemandirian anak. Terkadang sikap orang tua yang terlalu overprotective terhadap anak, juga dapat berdampak meningkatkan ketergantungan dan menghambat kepercayaan diri pada anak sehingga anak tidak dapat belajar mengatasi masalah dan tantangannya sendiri karena segala sesuatu disediakan/dibantu orang tua.

Menurut psikolog Dena Khairani orangtua dan masyarakat seringkali meletakkan standar dan harapan yang kurang realistik terhadap seorang anak ataupun individu. Sikap suka membanding-bandingkan anak, menjunjung


(46)

37

kelemahan anak, ataupun membicarakan kelebihan anak lain di depan anak sendiri, dengan tanpa sadar telah menjatuhkan harga diri anak-anak tersebut. Situasi ini pada akhirnya mendorong anak tumbuh menjadi individu yang tidak bisa menerima kenyataan dirinya karena di masa lalu dan bahkan hingga kini.

Oleh Sebab itu Menurut pendapat Angelis bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri berani mencoba dan melakukan hal-hal baru dalam situasi apapun. Tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain, karena ia merasa cukup aman dan tenang serta mempunyai ukuran sendiri mengenai kegagalan atau kesuksesan.27

C. Implementasi Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya diri Siswa

Sikap percaya diri tidak begitu saja melekat pada anak. Kemampuan percaya diri bukan bawaan dari lahir atau turunan anak. Terbentuknya kemampuan percaya diri adalah suatu proses belajar bagaimana merespon berbagai rangsangan dari luar dirinya melalui interaksi dengan lingkungannya khususnya dilingkungan sekolah.28

Untuk membantu siswa dalam menumbuhkan sikap percaya diri, maka yang seharusnya dilakukan guru BK yaitu mengobservasi siswa dengan mencari informasi dari berbagai sumber dan selanjutnya untuk mengatasi rasa

27 E-jurnal, Self: Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri,

http://www.e-jurnal.com/2014/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_10.html (diakses 10 Maret 2015 pukul 07:37) 28 Hendra Surya, Percaya Diri Itu Penting, (Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2007) Hal 02


(47)

38

kurang percaya diri tersebut adalah dengan layanan konseling kelompok, dikarenakan disamping bersifat efisien juga secara tidak langsung siswa tersebut akan belajar untuk bersosialisasi dalam lingkup yang mungkin bisa dikatakan kecil. 29

Dalam pelaksanaannya konseling kelompok ada enam tahapan yaitu: 1. Prakonseling

2. Tahap permulaan

3. Tahap transisi

4. Tahap kerja

5. Tahap akhir

6. Pascakonseling.

29 Chitysonya, Artikel Meningkatkan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok,

http://chitysonya.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html diakses 04 Mei 2015


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.30

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.31

Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan jenis penelitian ini memakai pendekatan kualitatif karena melalui metode tersebut lebih tepat untuk mengidentifikasi konseling kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri siswa. Data yang dikumpulkan disini berupa kata-kata, gambar perilaku, kemudian hasil penelitian tersebut penulis ungkapkan dalam bentuk kalimat.

30 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hal: 09 31 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), hal: 11


(49)

40

B. INFORMAN PENELITIAN

Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi, oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan eahami data, nformasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.32

Dalam hal ini ada beberapa informan antara lain:

a. Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab langsung terhadap program yang dilaksanankan Guru BK terkait dengan bimbingan konseling kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri siswa.

b. Guru BK SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo adalah orang yang secara langsung menangani permasalahan yang dialami siswa. Khususnya dalam menumbuhkan sikap percaya diri siswa melalui konseling kelompok.

c. Wali kelas adalah orang yang secara langsung mengetahui kondisi siswa dan bertanggung jawab dikelas. Mengetahui kondisi anak yang kurang percaya diri dan perubahannya setelah mengikuti konseling kelompok. d. Siswa adalah individu yang diduga mengalami problem. Informasi yang

diperoleh dari siswa ini antara lain adalah hubungan sosialnya baik dengan teman, guru maupun orang-orang yang behubungan secara langsung serta mengikuti proses konseling kelompok.

32 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial lainnya, (Jakarta: Kencana 2010) Hal: 108


(50)

41

e. Teman-teman sekelasnya, anak yang selalu berhubungan sebagai teman sebaya.

C. KEHADIRAN PENELITI

Peneliti sebagai instrument penelitian dimaksudkan sebagai pewawancara dan pengamat. Sebagai pewawancara peneliti akan mewawancarai kepala sekolah, Guru BK, Wali Kelas dan siswa, peneliti mengamati proses kegiatan pembelajaran, keadaan sarana dan prasarana di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo. Jadi selama penelitian ini dilakukan peneliti bertindak sebagai observer, pengumpul data, penganalisis data, dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, kedudukan peneliti adalah sebagai pelaksana, pengumpul data, penganalisis, dan akhirnya pelapor hasil penelitian.

D. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Dalam penelitian skripsi ini penulis memilih tempat Penelitian di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro, merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Swasta yang ada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. SMK Muhammadiyah ini beralamat di Komplek Masjid At-taqwa Sumberrejo Kab. Bojonogoro sebagai obyek penelitian. Adapun yang akan menjadi subyek penelitian adalah sebagian siswa yang kurang memiliki percaya diri. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan.


(51)

42

E. SUMBER DATA

Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik33. Data primer dalam penelitian ini meliputi :

1. Data siswa yang diduga kurang memiki rasa percaya diri kelas X APK di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

2. Dokumen-dokumen konseling kelompok siswa kelas X APK di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

3. Absensi siswa dalam mengikuti konseling kelompok yang dilakukan oleh guru BK SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

Data diperoleh dari wawancara terbuka dan mendalam yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan.

Sumber data skunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti untuk melengkapi atau menunjang data yang pertama. Yang termasuk sebagai sumber data sekunder yaitu data-data pendukung yang diperoleh dari SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo misalnya, hasil penelitian, literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Sedang data sekunder merupakan data suplemen meliputi:


(52)

43

1. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

2. Struktur Organisasi SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo. 3. Visi dan Misi SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

5. Sarana dan Prasarana SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

Sumber data dalam penelitian ini adalah ucapan dan tindakan melalui wawancara dan pengamatan langsung pada obyek, informan kunci (key

informan) dan selebihnya dari dokumen-dokumen yang relevan dengan focus

masalah yang diteliti.

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dianggap lebih mengetahui kegiatan belajar mengajar siswa didalam kelas, informan kunci tersebut adalah Kepala Sekolah, Wali Kelas, Guru pelajaran, Guru BK dan Siswa.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data penelitian, peneliti disini menggunakan beberapa pengumpulan data diantaranya, yaitu:


(53)

44

Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.34

Dengan demikian, peneliti mendapatkan data dengan pengamatan langsung dalam kegiatan keseharian, kemudian mencatatnya sesuai dengan fakta yang terjadi dan ikut berperan aktif dalam kegiatan keseharian yang sedang diamati. Dengan cara ini peneliti akan mendapatkan data akurat yang sangat diperlukan dalam penelitian. Disamping itu peneliti mengadakan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang di selidiki.

Bagi penulis sebagai observer bertugas melihat, mengungkapkan serta membaca dalam momen-momen tertentu dengan memisahkan antara yang diperlukan dan tidak diperlukan. Disini observer mengamati dan mencatat hasil dari setiap observasi yang dilakukan antara lain Implementasi Konseling Kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

Observasi yang digunakan disini ada 2 macam yaitu: 1. Observasi langsung

Yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Jadi teknik observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung, Kondisi anak yang kurang memiliki sikap

34 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal.


(54)

45

percaya diri. Perilaku anak yang kurang memiliki sikap percaya diri, proses pelaksanaan Konseling Kelompok dan hasil dari konseling kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri siswa yang berjalan di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

2. Observasi tidak langsung

Yaitu observasi yang diakukan dengan menggunakan bantuan alternative, seperti dokumen siswa dan data-data pribadi siswa absen, data konseling siswa dan lain-lain.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.35

Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi berkenaan konseling kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri siwa melalui tanggapan, pendapat, perasaan, harapan-harapan, dengan cara bertanya langsung kepada responden. Langkah yang diambil adalah mewawancarai siswa yang diberikan konseling untuk memberikan kebebasan penuh dalam mengungkapkan pikiran mereka. Disamping itu data juga diperoleh dari para guru kelas, guru BK, teman, wali kelas yang terlibat langsung dalam persoalan siswa tersebut.


(55)

46

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan dari manusia (non

human resources). Nasution PHQ\HEXWNDQ EDKZD ´ ada pula sumber non

manusia, (non human resources), diantaranya dokumen, foto dan bahan

VWDWLVWLN´6HFDUDKDUILDKGDSDWGLDUWLNDQVHEDJDLFDWDWDQNHMDGLDQ \DQJVXGah

lampau atau tersimpan.

Dokumen merupakan catatan, fenomena, peristiwa, yang sudah berlalu yang dikumpulkan dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang.36

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah bedirinya sekolah, visi-misi, dan motto, jumlah guru, jumlah siswa, dan sebagainya.

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & biklen adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain37.

Analisis data dalam penelitian kualitatif tidak dinantikan sampai semua data terkumpul, tetapi dilakukan secara berangsur selesai mendapatkan sekumpulan data dari wawancara atau observasi atau dokumen. Dalam

36 Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta: CV.Dwiputra Pustaka Jaya, 2012) hal. 267 37 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008) hal:


(56)

47

menafsirkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut, tidak bersifat menggeneralisasikan atau mencari jawaban terbanyak. Jawaban dari informan yang diperoleh dari wawancara dicek dengan pengamatan, dicek lagi dengan data dokumenter(ini yang disebut trianggulasi), kalau perlu diulangi lagi dengan wawancara, observasi dan dokumen lain, sehingga ditemukan kenyataan yang sesungguhnya. Walaupun sudah hal sesungguhnya dari informan pertama tetapi masih harus dicek dengan dengan informan kedua (dengan prosedur yang sama dengan pada informan yang pertama). Inilah makna dari member check atau mencek data (yang sudah sesuai kenyataan) dari seorang informan dan informan lain. Demikian proses pengumpulan dan analisis data dilakukan secara terus-menerus melalui proses cek dan re-cek, analisis dan re-analisis, sehingga ditemukan kenyataan-kenyataan yang sesungguhnya secara menyeluruh.38

Dalam penelitian ini peneliti memberikan gambaran secara menyeluruh tentang Implementasi Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya Diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

Adapun gambaran hasil penelitian tersebut ditelaah, dikaji, dan disimpulkan sesuai dengan tujuan dan manfaat penelitian. Dalam memperoleh kecermatan, ketelitian dan kebenaran.

38 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(57)

48

Dalam penelitian kualitatif ini teknik analisis data digunakan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Editing data)

Dalam reduksi data ini peneliti memilih data-data yang telah diperoleh selama melaksanakan penelitian. Hal ini dilakukan dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan finalnya dapat diverifikasi. b. Penyajian data (display data)

Dari data yang belum banyak dan belum jelas fokusnya, perlu dan harus diusahakan membuat berbagai macam grafik. Dengan demikian penulis sebagai peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data, disini peneliti menggunakan tabel ataupun grafik dalam menuliskan data-data.

Langkah ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentu naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.

c. Kesimpulan atau Verifikasi

Tujuan dari awal penelitian adalah berusaha mencari kesimpulan dan permasalahan yang diteliti. Mulai dari mencari tema, pola, hubungan, persamaan, hipotesis dan sebagainya. Dalam pembuatan proses analisis data


(58)

49

ini dilanjutkan dengan mencari hubungan antara yang dilakukan (What), bagaimana melakukan (How), Mengapa dilakukan seperti itu (Why) dan bagaimana hasilnya (How is the effect).39

Teknik analisis data tersebut dimulai ketika menetapkan masalah sampai data terkumpulkan. Seluruhnya dilakukan bersamaan antara pengumpulan data dan analisis data. Jadi analislis adalah kegiatan kontinu dari awal sampai akhir.

H. TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible

akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.

Dalam upaya mendapatkan kepercayaan penelitian kualitatif dilakukan teknik untuk mendapatkan kepercayaan dari kriteria kredibilitas,reliabilitas, dan objektifitas40.

Guna menjamin tingkat kepercayaan dalam pengecekan data maka peneliti memilih teknik-teknik pengujian data dengan: pengujian melalui

39 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Ibid Hal: 290 40 Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif, Ibid hal. 319


(59)

50

teknik triangulasi sumber, pemeriksaan melui teman sejawat dan pengujian melalui member check.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. hal itu dapat dicapai dengan jalan:

(1) Membandingkan data hasil pengamatan data hasil wawancara

(2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

(3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

(4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkait.

2. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama


(60)

51

mereka peneliti dapat mereview persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.41

3. Pengecekan anggota (Member Check)

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh pemberi data. Apabila para pemberi data sudah menyepakati data yang diberikan berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredible.

I. TAHAPAN PENELITIAN

Tahap-tahap penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan proses pelaksanaan penelitian. Menurut Moeloeng tahap penelitian tersebut meliputi anatara lain tahap pra penelitian, tahap penelitian, tahap pasca penelitian.

a. Pra-penelitian

Pra-penelitian (perencanaan) yaitu tahap sebelum berada di lapangan, pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain: mencari permasalahan penelitian melalui bahan-bahan tertulis, kegiatan ilmiah, non ilmiah dan pengamatan atau yang kemudian merumuskan permasalahan yang bersifat tentatife dalam bentuk konsep awal. Berdiskusi dengan orang-orang tertentu yang dianggap memiliki pengetahuan tentang prmasalahan yang ada, menyusun sebuah konsep ide


(61)

52

pokok penelitian, berkonsultasi dengan pembimbing untuk mendapatkan persetujuan, menyusun proposal penelitian yang lengkap, perbaikan hasil konsultasi, serta menyiapkan surat izin penelitian dan menyiapkan instrumen pengumpulan data.

b. Penelitian

Penelitian adalah tahap yang sesungguhnya, selama berada dilapangan. Pada tahap ini dilakukan kegiatan antara lain menyipakan bahan-bahan yang diperlukan, seperti surat izin penelitian, perlengkapan alat tulis dan alat perekam lainnya, berkonsultasi dengan pihak berwenang dan berkepentingan dengan latar penelitian untuk mendapatkan rekomendasi penelitian, mengumpulkan data atau informasi dengan focus penelitian, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, menganalisis data, pembuatan draft awal konsep penelitian.

c. Penulisan laporan

Yakni tahap sesudah kembali dari lapangan, pada tahap ini dilakukan kegiatan lain, menyusun konsep laporan penelitian, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, perampungan laporann penelitian, perbaikan hasil konsultasi, pengurusan kelengkapan persyaratan ujian akhir dan melakukan revisi sepenuhnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan penelitian ini adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni mulai pada tahap pra penelitian, tahap penelitian, tahap pasca penelitian.


(62)

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMK MUHAMMADIYAH 2 SUMBERREJO

NPSN /NSS : 20504435 / 324050509008

Jenjang Pendidikan : SMK Status Sekolah : Swasta

b. Lokasi Sekolah

Alamat : Jln. Komplek Masjid Al Taqwa Sumberrejo

RT/RW : 004/005

Nama Dusun : -

Desa/Kelurahan : Sumberrejo

Kode Pos : 62191

Kecamatan : Sumberrejo

Kabupaten/Kota : Bojonegoro

Propinsi : Jawa Timur

Lintang/Bujur : -7.177500/112.000200

c. Data Pelengkap Sekolah

SK pendirian sekolah : No SK : 3168/43.B/1999


(63)

54

Status Kepemilikan : Yayasan

SK Izin Operasional : 800/403/412.40/2013 Tgl SK Izin Operasional: 29 Januari 2013 SK Akreditasi : Mk. 002306 Tgl SK Akreditasi : 17 Desember 2007 No Rekening BOS : 001101000970305

Nama Bank : BRI

Cabang / KCP Unit : BOJONEGORO

Rekening Atas Nama : SMK MUHAMMADIYAH 2 SUMBERREJO

MBS : Tidak

Luas Tanah Milik : 1703 m2

d. Kontak Sekolah

Nomor Telepon : 0353333317

Nomor Fax : 0353333317

Email : [email protected]

Website : http://smkmadasumberrejo.wordpress.com

e. Data Periodik

Daya Listrik : 3000

Akses Internet : Speedy

Akreditasi : A

Waktu Penyelenggaraan: Pagi Sumber Listrik : PLN


(64)

55

f. Visi dan Misi SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo

™ VISI

Berilmu, Berakhlaq Mulia dan Terampil. ™ MISI

1. Senantiasa mengupayakan mutu dan profesionalisme pendidikan.

2. Mempersiapkan calon tenaga kerja yang terampi guna memenuhi kebutuhan di era globalisasi industri.

3. Mempersiapkan SDM yang mempunyai etos kerja yang dilandasi nilai-nilai akhlaqul karimah dan berkompetensi standart Nasional maupun Internasional.

g. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan Siswa a) Keadaan Pendidik

Pendidik atau yang disebut juga dengan guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar mengajar, berhasil tidaknya sebuah kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari peranan guru dan sarana sebagai penunjang, Oleh karenanya gurulah yang menentukan corak dan warna dari lembaga pendidikan tersebut.

Tenaga pengajar atau yang disebut dengan guru di SMK Muhamadiyah 2 Sumberrejo semuanya berjumlah 28 guru menurut jenis kelamin ada 11 guru laki-laki dan 17 guru perempuan.42


(1)

89

konseling keompok, yang didalamnya melatih anak berkomunikasi,

mengutarakan masalah,saling menaggapi, saling memberi saran, serta

bertanggung jawab denga diri sendiri dan orang lain, sehingga kepercayaan diri,

tanggung jawab dan keberaniannya akan meningkat.

Sedangkan ketidakberhasilan program ini karena kurang adanya beberapa

faktor seperti yang peneliti jelaskan diatas, yaitu kurangnya dukungan dari orang

tua dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling kelompok di SMK

Muhammadiyah 2 Sumberrejo. Karena program ini sangat membutuhkan waktu

yang banyak, sedangkan waktu yang diberikan ketika jam sekolah sangat

terbatas, sehingga harus menambah jam diluar pelajaran sekolah. Hal ini yang

membuat orang tua tidak bisa mendukung.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tentang implementasi konseling kelompok

untuk menumbuhkan sikap percaya diri siswa di SMK Muhammadiyah 2

Sumberrejo, dilanjutkan dengan pemaparan dan analisis data, maka dapat

disimpulkan:

1.

Pelaksanaan konseling kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri

siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo biasanya dilakukan pada

waktu jam pelajaran BK dikelas atau pada jam istirahat sekolah, dalam

satu kali pertemuan biasanya membutuhkan waktu antara 45-60 menit,

sedangkan tempat pelaksanaannya di ruang perpustakaan. Pelaksanaan

layanan konseling kelompok meliputi enam tahapan yaitu: Prakonseling,

tahap permulaan, tahap transisi, tahap kerja/ kegiatan, tahap akhir, dan

Pasca konseling.

2.

Kondisi siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo sebelum

dilaksanakan konseling kelompok sikap mereka meliputi kurang percaya

diri, kurang berinteraksi dengan teman sekelasnya, pendiam, suka

menyendiri. Dari semua penjelasan diatas maka konseling kelompok bisa

dijadikan layanan untuk menumbuhkan sikap percaya diri siswa dengan

proses dinamika kelompok. dikarenakan disamping bersifat efisien


(3)

91

konseling kelompok juga secara tidak langsung siswa tersebut akan

belajar untuk bersosialisasi dalam lingkup yang mungkin bisa dikatakan

kecil.

3.

Hasil pelaksanaan konseling kelompok dalam menumbuhkan sikap

percaya diri siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo 83% berhasil

dan siswa sudah berani menyampaikan ide atau pendapat, menatap mata

lawan bicara, mampu memmulai percakapan, menyelesaikan tugas,

menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi dan ikut andil

dalam kegiatan kelompok atau diskusi. Hal ini karena ada kesinambungan

antara tujuan program layanan konseling kelompok dalam menumbuhkan

sikap percaya diri siswa pada komponen komunikasi dan interaksi sosial.

Anak yang kurang memiliki percaya diri ini akan mengakibatkan

kurangnya kemampuan dalam bergaul dengan teman khususnya dalam

interaksi kelas. Hal ini akan berangsur hilang dengan adanya konseling

kelompok, yang didalamnya melatih anak berkomunikasi, mengutarakan

masalah,saling menaggapi, saling memberi saran, serta bertanggung

jawab denga diri sendiri dan orang lain, sehingga kepercayaan diri,

tanggung jawab dan keberaniannya akan meningkat.

B.

SARAN

1.

Bagi Guru Bimbingan Konseling

¾

Guru bimbingan dan konseling di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo

hendaknya memprogramkan konseling kelompok dalam


(4)

92

menumbuhkan sikap percaya diri dalam kegiatan sekolah, jadi bukan

hanya inisiatif Guru BK saja, sehingga dalam pelaksanaan nantinya

akan lebih efektif.

¾

Guru BK hendaknya menambah teori-teori baru dalam melakukan

bimbingan konseling, agar lebih bervariatif dan siswa tidak bosan.

Karena selama ini siswa sangat antusias dalam mengkuti program

bimbingan dan konseling.

2.

Bagi SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo

¾

Personil Guru Bimbingan konseling sebaiknya ditambah melihat

jumlah murid yang sangat banyak dan 1 guru BK tidak akan mampu

menjangkau semua siswa, sehingga konseling tidak akan maksimal

dan guru BK akan keberatan dalam menghadapi permasalahan siswa.

3.

Bagi peneliti selanjutnya

¾

Penelitian ini hanya sebatas menjelaskan kualitatif dalam artian hanya

memberikan gambaran umum pelaksanaan bimbingan konseling dalam

menumbuhkan sikap percaya diri siswa. Maka, untuk selanjutnya perlu

diteliti secara mendalam, dalam artian perlu diukur tingkat efektif dan

efisiennya dari konseling kelompok dalam menumbuhkan sikap

percaya diri.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Uqshari, Yusuf 2005.

Percaya Diri Pasti.

Jakarta: Gema Insani Press.

Anwar, Holikul.

Percaya Diri (PD).Apaitu Percaya diri?

Artikel. Gaya Hidup.

http://holikulanwar.blogspot.com/2012/05/percaya-diri-pd-apa-itu-percaya-diri.html

(diakses 10 Maret 2015 pukul 08:25)

AM, Mukhlishah. 2012.

Administrasi dan Manajemen Bimbingan dan Konseling

di sekolah

. Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya.

Bungin, Burhan. 2010.

Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi. Kebijakan

Publik, dan Ilmu sosial lainnya

. Jakarta: Kencana.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2009.

Metodologi Penelitian.

Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Dan Sullivan dan Ctherine Nomura. 2009.

The Laws Of Lifetime Growth :

Jadikan Masa Depan Anda Lebih Besar Daripada Masa Lalu Anda.

PT

Gelora Aksara Pratama.

E-jurnal,

Self:

Ciri-ciri

Kepercayaan

diri.

Artikel

http://

www.e-jurnal.com/2014/03/ciri-ciri-kepercayaan-diri.html

(diakses 10 Maret 2015

pukul 07:37)

E-jurnal,

Self:

Ciri-ciri

orang

percaya

diri,

Artikel

www.e-jurnal.com/2014/03ciri-ciri-orang-percaya-diri.html

(diakses 16 Maret

2015 pukul 14:35)

E-jurnal,

Self: Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri

,

http://www.e-jurnal.com/2014/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_10.html

(diakses

10 Maret 2015 pukul 07:37)

E-jurnal,

Self : Pengertian Kepercayaan Diri

. Artikel http://

www.e-jurnal.com./2014/03/pengertian-kepercaayan-diri.html

(diakses 10 Maret

2015 pukul 09:00)

Hakim, Thursan. 1999.

Pengembangan Diri

.Yogyakarta: Liberty.

Haryanto.

Pengertian

Kepercayaan

Diri

,

Artikel,

belajar

psikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/ (diakses pada 11 November

2014 pukul 07:30)

Herdiansyah, Haris. 2010.

Metodologi Penelitian Kualitatif

. Jakarta: Salemba

Humanika.


(6)

Lubis, Namora Lumongga. 2011.

Memahami Dasar-Dasar Konseling.

Jakarta:

KENCANA Prenanda Media Group.

Moeloeng, Lexy J. 2008.

Metode Penelitian Kualitatif

. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya.

Moeloeng, Lexy J. 2011.

Metode Penelitian Kualitatif

. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Nawawi Uha, Ismail. 2012.

Metoda Penelitian Kualitatif,

Jakarta: CV.Dwiputra

Pustaka Jaya.

Nurihsan, Ahmad Juntika. 2006.

Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar

kehidupan.

Bandung: PT Refika Aditama.

Nurihsan, Ahmad Juntika. 2005.

Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling

.

Bandung: PT Refika Aditama.

Priyatno dan Erman Anti. 1999.

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Rustanto, Bambang.

Kepercayaan Diri

,

Artikel Psikologi

http://bambang-rustanto.blogspot.com/2013/08/konsep-kepercayaan-diri.html (diakses 10

Maret 2015 pukul 08:00).

Tohirin. 2013.

Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah

. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Sukardi, Dewa Ketut. 2000.

Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah

, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya. Cetakan Ketiga

Suleman, Fazrah .

Kegunaan Teknik Cinema Therapy dalam Meningkatkan Rasa

Percaya

diri

Remaja

,

Karya

Tulis

Ilmiah,

Kaffah727.blogspot.com./2012/12/kegunaan-teknik-cinema-therapy-dalam.html?m=1 (diakses pada tngl 20 November 2014 pukul 07:30)

Surya, Hendra. 2007.

Percaya Diri Itu Penting

. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

W.J.S Poerwadarminta. 1976.

Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai

Pustaka.


Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN Implementasi Layanan Bimbingan Konseling dalam Membentuk Karakter Peduli Sosial dan Percaya Diri Siswa di MIM PK Kartasura.

0 3 4

IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DALAM Implementasi Layanan Bimbingan Konseling dalam Membentuk Karakter Peduli Sosial dan Percaya Diri Siswa di MIM PK Kartasura.

0 2 14

IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DALAM Implementasi Layanan Bimbingan Konseling dalam Membentuk Karakter Peduli Sosial dan Percaya Diri Siswa di MIM PK Kartasura.

0 2 15

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA ISLAMI DI SMK MUHAMMADIYAH Peran Kepala Sekolah Dalam Menumbuhkan Budaya Islami Di Smk Muhammadiyah Gubug Grobogan.

0 3 19

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA ISLAMI DI SMK MUHAMMADIYAH Peran Kepala Sekolah Dalam Menumbuhkan Budaya Islami Di Smk Muhammadiyah Gubug Grobogan.

0 2 12

“Pengaruh Kegiatan Praktik Kerja Industri dan Sikap Percaya Diri Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kompetensi Keahlian Elektronika Industri di SMK Muhammadiyah Prambanan”.

1 11 149

EFEKTIVITAS RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) DENGAN TRAINING SUPER STUDENT UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI (SELF CONFIDENCE) SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NIHA’I DI MA ISLAMIYAH ATTANWIR TALUN SUMBERREJO BOJONEGORO.

0 1 134

UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI KONSELING KELOMPOK BAGI SISWA XII IPS 6 SMA 2 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 0 11

INTERAKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR DI SMK NEGERI SUMBERREJO BOJONEGORO

0 0 8

Deskripsi Kemampuan Koneksi Matematis Dan Sikap Percaya Diri Siswa SMK Negeri 3 Purwokerto - repository perpustakaan

0 0 15