ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG SYARI’AH SURABAYA.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN
WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN
RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA
(PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG SYARI’AH SURABAYA
SKRIPSI
Oleh
EVA NUR AINI
NIM. C02211018

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Surabaya
2015

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN WANPRESTASI
DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SYARI’AH
SURABAYA


SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strara Satu
Ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh
EVA NUR AINI
NIM. C02211018

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
2015

i

MOTTO


    
‛ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan‛
(Al-Insyirah: 5)

vi

PERSEMBAHAN
Dengan rasa bersyukur skripsi ini ku persembahkan untuk:
Allah SWT
Kupanjatkan puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan nikmat dan
ridhoNya kepadaku untuk mengerjakan skripsi ini. Syukurku kepadaMu telah
mengabulkan do’aku ini, Alhamdulillah.
Ayahku tercinta, H. Achmad Zaini dan Ibuku tercinta, Hj. Djam’ah Chusniyah yang
selalu mendoakanku agar menjadi anak yang berakhlak dan berilmu, memberikan
nasihat, motivasi untuk semangatku, hingga akhirnya Eva bisa menyelesaikan
kuliah. Hanya Ayah dan Ibu lah semangat besarku untuk segera
menyelesaikan kuliah.
Terima kasih
Seluruh staf pengajar Fakultas Syari’ah UIN Sunan Ampel Surabaya dan seluruh staf

BTN Kantor Cabang Syariah Surabaya
Yang bersedia berbagi ilmu, pengalaman dan nasehat.
Semoga Allah memberikan balasan atas semua jasanya, Amin.
Saudara-saudaraku
Mas Moch. Muchlis, Adek Ni’matus Syarifah, dan Adek Syariah Chusnah,
Kalian adalah saudara-saudaraku yang telah menghiburku, memberikan nasehat
untukku agar segera menyelesaikan kuliah. Terima kasih selama ini kalian
memberikan warna ketika aku mulai kehilangan semangat.
Semoga kebaikan kalian dibalas olehNya. Amin
Sahabat-sahabatku
Intan Sukmasakti SP, Fina Mas’udah, dan Citra Nisaul F. dan teman-teman
Muamalah A 2011 kalian sudah menemaniku selama 3,5 tahun, memberikan support,
menghibur ketika aku mulai patah semangat, terima kasih juga atas pengalaman baik
dan buruk yang telah berikan.
Teman-teman KKN Par 06 Madiun (Ian, Bahrudin, Zila, Zumaroh, Fani, Anis, Erlik,
Fitri, Ilung, Ayun, Tia, Claudia, Aji, Fahmi, Toni, Sandra, Dwi, Zuhro, Syarif, Abdil,
Dendi, Shofi) walau cuma sebentar, kalian seru sekali. Teman-teman kos 3B Ayu,
Bela, Esti, Lala, Infa, dan mbak Tami, makasih semangatnya, kalian adalah keluarga
baruku
Seseorang yang Spesial

Ikhwan Hidayatullah, kamu sudah memberikan semangat yang besar, terima kasih
dukungan dan doanya. Semoga Allah membalas kebaikanmu, Amin.

vii

ABSTRAK
Skripsi dengan judul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Penyelesaian
Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya‛ adalah hasil
penelitian lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan:
bagaimana proses penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian KPR pada PT. BTN
(Persero) Tbk. KCS Surabaya? Bagaimana analisis hukum Islam terhadap perjanjian
KPR pada PT. BTN (Persero) Tbk. KCS Surabaya?
Metode penelitian ini yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan deskriptif analisis, yaitu analisis yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan. Tujuan dari metode ini
adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.

Hasil penelitian mengetahui bahwa pelaksanaan penyelesaian wanprestasi
dalam perjanjian KPR Platinum iB yang menggunakan akad mura>bah}ah di BTN
Syari’ah Surabaya telah menerapkan cara yang sesuai dengan pedoman yang ada
dalam fatwa DSN bahwa sistem pembayaran dalam akad mura>bah}ah pada Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) pada umumnya dilakukan secara cicilan dalam kurun
waktu yang telah disepakati antara LKS dengan nasabah. Namun apabila nasabah
melakukan tindakan wanprestasi, maka BTN Syari’ah Surabaya menggunakan
rescheduling untuk nasabah yang masih beri’tikad baik yang sesuai dengan fatwa
DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005. Namun pada rescheduling yang dilakukan oleh BTN
Syari’ah Surabaya memberikan denda terhadap nasabah tersebut. Denda yang
dimaksud yaitu biaya tambahan untuk nasabah, karena bank menggunakannya untuk
biaya administrasi. Tetapi jika nasabah tidak mempunyai i’tikad baik untuk
mengangsur sisa utang yang dimiliki nasabah, maka bank melakukan tindakan
eksekusi terhadap nasabah tersebut. Dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh
BTN Syari’ah Surabaya.
Sejalan dengan hasil penelitian diatas, maka disarankan dalam setiap
aktivitasnya bank harus lebih memberikan pengertian atau pemahaman terhadap
setiap calon nasabah yang mengajukan pembiayaan tentang hak dan kewajiban
kedua pihak terkait pembiayaan yang diajukan. Melakukan tindakan rescheduling
terhadap nasabah wanprestasi harus sesuai dengan ketentuan fatwa Dewan Syariah

Nasional yang tidak memberikan biaya tambahan, tetapi jika tambahan tersebut
berupa denda yang menyangkut tentang pengurusan administrasi ulang, itu akibat
dari kelalaian nasabah dalam mengangsur.

v

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ...............................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN..................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN.................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xiv
DAFTAR TRANSLITERASI ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah…………………………………………... 6
C. Rumusan Masalah……………………………………..…………………….. 8
D. Kajian Pustaka………………………………………..……………………... 8
E. Tujuan Penelitian………………………………...………………………… 10
F. Kegunaan Hasil Penelitian………………………………..………………... 11

xi

G. Definisi Operasional………………………………..………………………. 11
H. Metode Penelitian…………………………………...……………………… 12
I. Sistematika Pembahasan…………………………………..……………….. 18
BAB II AKAD MURA>BAH}AH DALAM HUKUM ISLAM
A. Pengertian Akad Mura>bah}ah……………………………………..………… 20
B. Landasan Hukum Akad Mura>bah}ah………………………………………... 23
C. Rukun dan Syarat…………………………………………………………... 25

D. Jenis Mura>bah}ah……………………………………………………..……... 26
E. Manfaat Mura>bah}ah………………………………………………..………. 27
F. Berakhirnya Akad Mura>bah}ah……………………………………………... 27
G. Pendapat Ulama Tentang Akad Mura>bah}ah…………………………..…… 29
H. Akibat Wanprestasi……………………………………………………….... 31
I. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang
Penjadwalan Kembali Tagihan Mura>bah}ah................................................... 32
BAB III PROSES PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN
KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk.
KANTOR CABANG SYARIAH SURABAYA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat BTN Syariah………………………………………..… 34
2. Profil BTN Syariah……………………………………..……………… 37
3. Visi dan Misi………………………………………..………………….. 38
4. Struktur Organisasi………………………………..………………….... 40
5. Etika Bank BTN Syariah………………………………..……………... 41
6. Produk dan Aplikasi Akad………………………………………..……. 42
7. Produk Pembiayaan…………………………………………..……….... 44
8. Kendala, Tantangan dan Tanggapan Masyarakat…………………….... 47


xii

B. Aplikasi Perjanjian KPR Platinum iB PT. BTN (Persero) Tbk. KCS Surabaya
1. Proses Penyaluran Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Platinum
iB BTN Syariah………………………………………………………… 48
2. Aplikasi Pengajuan KPR Platinum iB Syariah………………………… 50
C. Proses Penyelesaian Wanprestasi KPR pada PT>. BTN KCS Surabaya…… 52
D. Kasus yang Terjadi pada Nasabah Wanprestasi…………………………… 56
BAB

IV

ANALISIS

HUKUM

ISLAM

TENTANG


PENYELESAIAN

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH
(KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk.
KANTOR CABANG SYARIAH SURABAYA
A. Aplikasi Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian KPR Pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya………………..………… 59
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian
KPR pada PT>. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya…… 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………..... 67
B. Saran………………………………………………………………………... 68
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
LAMPIRAN

xiii

DAFTAR BAGAN


Bagan

Halaman

1.1 Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Syariah Surabaya……………………………………………………………… 41
1.2 Proses Pembiayaan KPR Platinum iB PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Syariah Surabaya……………………………………………. 51

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kesejahteraan masyarakat di Indonesia berkaitan erat dengan kebutuhan
pokok atau kebutuhan primer. Kebutuhan pokok tersebut merupakan kebutuhan
yang sangat mendasar, antara lain kebutuhan akan pangan, sandang dan papan.
Melihat perkembangan populasi penduduk Indonesia saat ini yang semakin
bertambah, maka kebutuhan masyarakatpun semakin tinggi, salah satunya adalah
kebutuhan akan papan atau rumah.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer. Dengan terpenuhinya
kebutuhan akan rumah maka dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat serta akan terciptanya suasana kerukunan hidup keluarga dan
masyarakat.

Untuk

memenuhi kebutuhan akan perumahan,

Pemerintah

menyediakan dan menyelenggarakan program yang ditujukan untuk tercapainya
tujuan tersebut melalui program kredit rumah bagi masyarakat.
Program kredit rumah ini dilaksanakan oleh Bank yang mempunyai fungsi
atau kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Sesuai dengan isi pasal 1 angka 2
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-undnag No.
7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang berbunyi: ‚Bank adalah badan usaha

1

2

dan menyalurkan kepada masyarkat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak‛.1
Sejarah perkembangan industri perbankan syari’ah di Indonesia diawali dari
aspirasi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk memiliki sebuah
alternatif sistem perbankan yang Islami. Perkembangan dunia perbankan terus
mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Berdasarkan UU perbankan no. 7
tahun 1992 dan PP RI no. 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi
hasil yang kemudian dijabarkan dalam Surat Edaran BI No.25/4/BPPP tanggal 29
Februari 1993, dunia perbankan terus tumbuh dan berkembang dengan catatan
prestasi yang menggembirakan.
Bank berdasarkan prinsip syari’ah, seperti halnya bank konvensional adalah
berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu
mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut
kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Bedanya hanyalah bahwa bank syari’ah melakukan kegiatan usahanya tidak
berdasarkan bunga atau bebas bunga (interest free), tetapi berdasarkan prinsip
pembagian keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing principle atau PLS

principle).2

1

Sultan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya, (Jakarta,
Kecana Prenada Media Grup Cetakan Pertama, 2014), 32.
2
Ibid., 35.

3

Pada syari’ah juga ada produk dana seperti tabungan atau deposito seperti

wa>diah} dan mudha>ra>bah}, sedangkan produk kredit terdapat produk pembiayaan
(finance) seperti mura>>bah}ah, termasuk untuk pembiayaan rumah (KPR) dan
pembangunan property.
Berbicara masalah KPR tidak bisa dari kiprah dan peran PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Bank milik pemerintah ini memang sudah
puluhan tahun memfokuskan layanan jasa dan produknya kepada masyarakat
dalam pemberian KPR, juga membuka layanan yang sama pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Syari’ah dengan produk unggulannya KPR
Syari’ah. Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk. Syari’ah untuk pembiayaan masyarakat yang ingin
mendapatkan rumah cukup pesat.
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya merupakan salah
satu bank syari’ah Indonesia yang menjalankan konsep mura>>bah}ah yaitu jual beli
barang dengan tambahan keuntungan yang disepakati.3 Mura>>bah}ah adalah produk
pembiayaan yang paling banyak digunakan oleh perbankan syari’ah di dalam
kegiatan usaha. Landasan syari’ah pada akad mura>>bah}ah yaitu berlandaskan alqur’an dan al-hadis.4 Menurut pengetahuan Ashraf Usmani sebagaimana yang
dikutip Sutan Remy Sjahdeini, pengurus dan pejabat bank syari’ah dan unit usaha
Indonesia, diperkirakan lebih dari 80% produk investasi dan pembiayaan dari
3
4

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta. Gema Insani 2001), 101.
Ibid., 102.

4

bank syari’ah dan unit usaha syari’ah di Indonesia berupa transaksi mura>>bah}ah.5
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya memberikan pelayanan
pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Produk KPR yang ditawarkan oleh
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya ini diantaranya KPR
BTN Platinum iB dan KPR BTN Indent iB. 6 Pada penelitian ini berfokus pada
produk KPR BTN Platinum iB. Maksud produk KPR BTN Platinum iB disini
adalah pembelian rumah dengan akad berdasarkan prinsip mura>>bah}ah.7

Mura>>bah}ah merupakan produk pembiayaan perbankan syari’ah yang dilakukan
dengan mengambil bentuk transaksi jual beli. Namun mura>>bah}ah bukan transaksi
jual beli biasa antara satu pembeli dan satu penjual saja sebagaimana yang kita
kenal dalam dunia bisnis perdagangan di luar perbankan syari’ah. Pada perjanjian

mura>>bah}ah, bank membiayai pembelian barang atau aset yang dibutuhkan oleh
nasabahnya dengan membeli terlebih dahulu barang itu dari pemasok barang dan
setelah kepemilikan barang itu secara yuridis berada ditangan bank, kemudian
bank tersebut menjualnya kepada nasabah dengan menggunakan suatu mark-up

margin atau keuntungan dimana nasabah harus diberitahu oleh bank berapa harga
beli bank dari pemasok dan menyepakati berapa besar mark-up/margin
(keuntungan) yang ditambahkan keatas harga beli bank tersebut.8

5

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah; Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya, (Jakarta:
Kencana, cet. I, 2014), 190-191.
6
http://btn.co.id/syariah di akses 18 Oktober 2014
7
Ibid.
8
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah, 191.

5

Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya ditemui
adanya permasalahan mengenai wanprestasi. Terjadinya wanprestasi senantiasa
diawali dengan hubungan kontraktual. Kontrak dibuat sebagai instrument yang
secara khusus mengatur hubungan hukum antara kepentingan yang bersifat privat
atau perdata khususnya dalam pembuatan kontrak.9 Keabsahan kontrak
merupakan hal yang esensial dalam hukum kontrak. Pelaksanaan isi kontrak yakni
hak dan kewajiban hanya dapat dituntut oleh pihak yang satu kepada pihak yang
lain demikian pula sebaliknya, apabila kontrak yang dibuat itu sah menurut
hukum. Kontrak yang sah tidak boleh diubah atau dibatalkan secara sepihak.10
Wanprestasi disini merupakan suatu peristiwa atau keadaan, dimana debitur tidak
memenuhi kewajiban prestasi perikatannya dengan baik, dan debitur mempunyai
unsur salah. Maksud unsur salah adalah adanya unsur salah pada debitur yang
tidak dipenuhi kewajiban itu sebagaimana mestinya.

11

Menurut hukum perdata,

analisa kredit dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya wanprestasi
atau ingkar janji, sedangkan menurut dunia perbankan hal ini disebut kredit macet
yaitu suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit
bank tepat pada waktunya.
Ketika marketing PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya
menyetujui KPR yang diajukan oleh nasabah, sehingga proses KPR itu berjalan
9

Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan Yang Lahir dari Hubungan
Kontraktual, (Jakarta, Prestasi Pustaka 2011), 49.

10

Ibid., 51.
J. Satrio: Wanprestasi menurut KUHPerdata, Doktrin, dan Yurisprudensi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti 2012), 3.

11

6

sampai beberapa kali pembayaran, terkadang ada nasabah di tengah pembayaran
mengalami wanprestasi. Biasanya, kendala yang dihadapi oleh nasabah tersebut
karena permasalahan yang tidak terduga. Dengan adanya kasus yang dialami
diatas, PT. BTN (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya melakukan

restrak atau reschedulling terhadap nasabah yang tidak mengangsur sesuai dengan
penetapan waktu yang telah ditentukan. Permasalahan ini sesuai dengan
penetapan Fatwa DSN-MUI No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan
Kembali Tagihan Murabahah dan sesuai dengan Kompilasi Hukum Ekonomi
Syari’ah pasal 126. Oleh sebab itu penulis ingin melakukan penelitian skripsi
dengan judul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Wanprestasi dalam
Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya‛

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang menjadi
masalah dalam penelitian ini, antara lain:
a.

Aplikasi produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Platinum IB atau

mura>ba}hah di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Syari’ah Surabaya

7

b.

Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya

c.

Faktor-faktor terjadinya wanprestasi pada perjanjian Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor
Cabang Syari’ah Surabaya

d.

Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah di
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah
Surabaya

2.

Batasan Masalah
Batasan masalah diperlukan agar fokus pada permasalahan tertentu.
Batasan masalah dalam penelitian ini sebagaimana berikut:

1.

Aplikasi produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Platinum IB atau

mura>ba}hah di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Syari’ah Surabaya
2.

Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian KPR pada PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya

C. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas permasalahan yang ingin dibahas atau dikaji dalam
penelitian ini adalah:

8

1. Bagaimana proses penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian KPR pada PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap perjanjian KPR pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang penelitian yang sudah
pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas
bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.
Beberapa penelitian yang telah ada berkaitan dengan judul yang peneliti
teliti antara lain adalah karya:
1.

Widya Nur Istanti yang berjudul ‚Prosedur Pelaksanaan Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCP Universitas
Sebelas Maret Surakarta‛. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
prosedur pelaksanaan perjanjian kredit pemilikan rumah serta kendalakendala dan cara penyelesaian masalah yang dihadapi. Perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu sampel yang diteliti, penlitian
sekarang membahas mengenai penyelesaian wanprestasi.12

Widya Nur Istanti, ‚Prosedur Pelaksanaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk. KCP‛, (Skripsi-- Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011), 84.
12

9

2.

Fahmi Fahdian Aziz, penelitian ini mengenai ‚Efektivitas Pengawasan Bank
Tabungan Negara (BTN) Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) Dalam Rangka Mencegah Terjadinya Kredit
Bermasalah‛. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
terletak pada pembahasan mengenai perjanjian KPR dan mencegah
terjadinya kredit bermasalah. Perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian sekarang yaitu sampel yang diteliti.13

3.

Sugiawati, penelitian ini mengenai ‚Analisis Kredit Kepemilikan Rumah
(KPR) dengan akad pembiayaan mura>ba}hah di BNI Syari’ah cabang
Medan.‛ Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
terletak pada pembahasan mengenai perjanjian KPR dan menggunakan data
deskriptif. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu
pada penelitian sekarang membahas mengenai wanprestasi sedangkan pada
penelitian terdahulu hanya membahas mengenai perjanjian.14

4.

Detty Kristiana Widayat, penelitian ini mengenai ‚Pelaksanaan Akad

Murabahah dalam pembiayaan pembelian rumah (PPR) di Bank Danamon
Syari’ah Kantor cabang Solo‛. Persamaan penelitian terdahulu dan
penelitian sekarang yaitu terletak pada pembahasan mengenai pembiayaan
Fahmi Fahdian Aziz, ‛ Efektivitas Pengawasan Bank Tabungan Negara (BTN) Terhadap
Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Dalam Rangka Mencegah Terjadinya Kredit
Bermasalah‛, (Skripsi-- Universitas Brawijaya Malang, 2006), 114.
14
Sugiawati, ‚Analisis Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dengan akad pembiayaan mura>ba}hah di
BNI Syariah cabang Medan‛, (Skripsi—Universitas Sumatra Utara, 2009), 57.
13

10

kredit rumah. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian
sekarang yaitu terletak pada penyelesaian wanprestasi. 15

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan perjanjian Kredit pemilikan
Rumah (KPR) di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Syari’ah Surabaya.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Syari’ah Surabaya melakukan penyelesaian jika nasabah
melakukan wanprestasi.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan pembahasan permasalah dan penulisan ini, diharapkan
berguna dan memiliki nilai guna sebagai berikut:
1. Secara teoritis
a. Diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

15

Detty Kristiana Widayat, ‚Pelaksanaan Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Pembelian
Rumah(PPR) Di Bank Danamon Syariah Kantor Cabang Solo‛, (Skripsi—Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2008), 78.

11

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pemahaman
studi hukum Islam mahasiswa fakultas syari’ah dan hukum pada
umumnya dan mahasiswa prodi Muamalah pada khususnya.
2. Secara praktis
a. Dapat memberikan informasi tambahan maupun pembanding bagi
peneliti berikutnya untuk membuat karya tulis yang lebih sempurna.
b. Dapat menjadi bahan pertimbangan mengenai penyelesaian wanprestasi
dalam perjanjian kredit pemilikan rumah (KPR) di PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya.

G. Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Penyelesaian
Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya‛
Beberapa istilah yang perlu mendapatkan penjelasan dari judul tersebut adalah:
1. Hukum Islam

: Aturan yang menyangkut pendapat para
ulama’ tentang aturan dan larangan yang sesuai
dengan aturan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional.

2. Penyelesaian Wanprestasi

:

Langkah-langkah

yang

ditempuh

untuk

menghadapi permasalahan wanprestasi dalam

12

kredit pemilikan rumah (KPR) pada PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya
3. Perjanjian KPR

: Suatu persetujuan dengan dua orang untuk
saling mengikatkan diri dalam pembiayaan
kredit pemilikan rumah (KPR) pada PT. Bank
Tabungan

Negara

(Persero)

Tbk.

KCS

Surabaya. Pembiayaan ini menggunakan akad

mura>bah}ah.

H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
yakni penelitian yang dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya16 terhadap
penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian KPR pada PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini memuat segala sesuatu yang berkaitan
dengan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan. Jenis penelitian ini
adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yakni

16

Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 28.

13

penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data dengan menyajikan data, menganalisis, dan
menginterprestasikannya.
3. Data yang dikumpulkan
Data yang diperlukan dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam
rumusan masalah yakni data tentang proses perjanjian kredit pemilikan
rumah (KPR) dan hukum Islam yang mendasari perjanjian kredit pemilikan
rumah (KPR).
Dalam pengumpulan data yang penulis pakai adalah penelitian
lapangan yaitu penelitian yang datanya diambil atau dikumpulkan dari
lapangan dimana kasus itu berada, termasuk dokumen-dokumen yang
memuat akad.
4. Sumber Data
Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini agar
mendapat data yang konkrit serta ada kaitannya dengan masalah di atas
meliputi:
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah subjek penelitian yang dijadikan sebagai
sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau
pengambilan data secara langsung.17 Dalam hal ini sumber data primer
17

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, Cetakan VIII, 2007), 91.

14

dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan langsung dari PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya,
yang terdiri dari 1 manajer, 4 karyawan, dan 1 nasabah BTN Kantor
Cabang Syari’ah Surabaya.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber
yang sudah ada.18 Sumber data sekunder meliputi literatur atau bahan
pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain:
1) Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktik
2) Neni Sri Imayanti, Perbankan Syari’ah dalam Perspektif Hukum

Ekonomi
3) Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan yang

Lahir dari Hubungan Kontraktual
4) J.

Satrio,

Wanprestasi

menurut

KUHPerdata,

Doktrin,

dan

Yurisprudensi.
5) Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah Produk-produk dan Aspek

Hukumnya.
6) Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional.
7) Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer.
8) Ismail, Perbankan Syari’ah.
18

Hendry, ‚Metode Pengumpulan Data‛, dalam http://teorionline.wordpress.com/service/metodepengumpulan-data di akses 18Oktober 2014.

15

9) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang
ada di BTN Kantor Cabang Syari’ah Surabaya.
5. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara
langsung dari lapangan yang berkaitan dengan permasalahan diatas. Dalam
pengumpulan data tersebut penulis menggunakan metode yaitu:
a. Interview (Wawancara)
Wawancara merupakan suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
pada para responden.19 Teknik ini digunakan untuk menggali data atau
informasi dari manajer, karyawan, dan nasabah PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk. KCS Surabaya.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengambilan data yang dilakukan dengan jalan
mempelajari dokumen-dokumen dan berkas-berkas pada instansi dan pihakpihak yang digunakan sebagai tahap penelitian sehingga data itu diperoleh
sebagai masukan yang berhubungan dengan pokok pembahasan.
6. Teknik pengolahan data
Setelah seluruh data terkumpul perlu adanya pengolahan data dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:

19

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Citra, 2004) 39.

16

a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data-data yang diperoleh dengan
memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang meliputi
kesesuaian dan keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian, kejelasan
serta relevansinya dengan permasalahan.20 Teknik ini digunakan penulis
untuk memeriksa kelengkapan data-data yang sudah penulis dapatkan, dan
akan digunakan sebagai sumber-sumber studi dokumentasi.
b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi
sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan
rumusan masalah, serta mengelompokkan data yang diperoleh. 21 Dengan
teknik ini, diharapkan penulis dapat memperoleh gambarang tentang
perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk. KCS Surabaya.
c. Analyzing, yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil

editing dan organizing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber
penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya, sehingga
diperoleh kesimpulan.22
7.

Teknik analisis data
Hasil dari pengumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian
dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang mengahsilkan data

20

Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara. 1997). 153
Ibid., 154.
22
Ibid., 196.
21

17

deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan. 23
a. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan
serta menjelaskan data yang terkumpul. Tujuan dari metode ini adalah
untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara
sistemaris, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.

24

metode ini digunakan untuk

mengetahui gambaran tentang perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya.
b. Pola Pikir Deduksi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pikir deduksi yang
berarti menggunakan pola pikir yang berpijak pada teori-teori yang
berkaitan dengan permasalahan, kemudian dikemukakan berdasarkan
fakta-fakta yang bersifat khusus.

25

Pola pikir ini berpijak pada teori-teori

akad muraba>h}ah dan hukum Islam kemudian dikaitkan dengan fakta di
lapangan tentang aplikasi konversi akad pada nasabah yang tidak
prospektif di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. KCS Surabaya.

23

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya:
Airlangga University Press, 2001), 143.
24
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), 63.
25
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 1975), 16.

18

I.

Sistematika Pembahasan
Agar penulisan dalam penelitian ini tidak keluar dari jalur yang telah
ditentukan dan lebih mudah untuk dipahami serta lebih sistematis dalam
penyusunannya, maka penulis mmbagi lima bab dalam penulisan pada penelitian
ini yang sistematikanya sebagai berikut:
Bab pertama, berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunakan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, membahas tentang dasar teori akad mura>bah}ah dalam hukum
Islam yang berisi tentang pengertian akad mura>bah}ah, dasar hukum akad

mura>bah}ah, rukun dan syarat akad mura>bah}ah, dan berakhirnya akad
mura>bah}ah.
Bab ketiga, merupakan proses penyelesaian wanprestasi di PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya yang berisi
tentang gambaran umum tentang PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Syari’ah Surabaya, aplikasi perjanjian Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah
Surabaya, proses penyelesaian wanprestasi pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah
Surabaya.

19

Bab keempat, berisi analisis aplikasi penyelesaian wanprestasi dalam
perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah Surabaya.
Bab kelima, berisi kesimpulan dan saran yang menyangkut penelitian yang
diteliti oleh penulis.

BAB II
AKAD MURA>BAH}AH DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Akad Mura>bah}ah
Kata akad yang berarti mengikat, menyambung atau menghubungkan (arrabt).1 Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan
(ar-rabt) maksudnya adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan
mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya tersambung dan
menjadi seperti seutas tali yang satu.2
Menurut segi etimologi, akad antara lain berarti ikatan antara dua perkara,
baik ikatan secara nyata, maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun
dari dua segi. Pengertian akad dalam arti khusus adalah perikatan yang
ditetapkan dengan ijab-kabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak
pada objeknya.3
Sedangkan secara bahasa, mura>bah}ah berasal dari kata ribh yang bermakna
tumbuh dan berkembang dalam perniagaan. Dalam istilah Syari’ah, konsep

mura>bah}ah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda menurut
1

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syari’ah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat,
(Jakarta: Rajawali Press, 2010), 68.
2
Gemala Dewi, Wirdiyaningsih, Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2005), 51.
3
Neni Sri Imaniyati, Perbankan Syari’ah dalam Perspektif Hukum Ekonomi, (Bandung: Mandar
Maju, 2013), 75.

20

21

pendapat ulama’. Diantaranya mura>bah}ah merupakan salah satu bentuk jual beli
yang mengharuskan penjual memberikan informasi kepada pembeli tentang
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok) dan
tambahan profit yang diinginkan dalam jual beli.4
Pendapat lain dikemukakan oleh al-Kasani sebagaimana yang dikutip
Ismail Nawawi menyatakan bahwa mura>bah}ah mencerminkan transaksi jual
beli, dimana harga jual merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk mendatangkan objek transaksi atau harga pokok pembelian
dengan tambahan keuntungan tertentu yang diinginkan penjual (margin), harga
beli dan jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli. Artinya
pembeli diberitahu berapa harga belinya kepada supplier dan tambahan
keuntungan yang diinginkan.5

Mura>bah}ah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di mana penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual
kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai
jumlah tertentu. Dalam akad mura>bah}ah, penjual menjual barangnya dengan
meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual barang disebut dengan
margin keuntungan.6

4

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,
2012), 91.
5
Ibid.
6
Muhammad Syafi,i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Cet. I,
2001), 102.

22

Menurut Maulana Taqi Usmani sebagaimana yang dikutip Sutan Remy
Sjahdeini, mura>bah}ah pada mulanya bukan merupakan suatu cara atau moda
pembiayaan (mode financing). Pada mulanya mura>bah}ah sekadar suatu sale on

cost-plus basis. Namun setelah adanya konsep pembayaran tertunda, maka
mura>bah}ah telah digunakan sebagai suatu moda atau cara pembiayaan dalam hal
nasabah bermaksud untuk membeli suatu komoditas dengan cara menyicil
pembayaran harganya. Oleh karena itu, menurut Maulana Taqi Usmani,

mura>bah}ah jangan diterima sebagai suatu moda pembiayaan Islam yang ideal
atau sebagai instrument universal untuk keperluan semua jenis pembiayaan.
Menurut Maulana Taqi Usmani sebagaimana yang dikutip Sutan Remy
Sjahdeini, mura>bah}ah hendaknya hanya diterima sebagai langkah peralihan
menuju suatu sistem pembiayaan yang ideal dalam bentuk musyara>kah} atau

mudha>ra>bah. Mura>bah}ah hendaknya hanya digunakan hanya digunakan terbatas
kepada hal-hal di mana musya>ra}kah} atau mudha>}rabah tidak dapat digunakan
sebagai cara bagi bank untuk memberikan fasilitas pembiayaan kepada
nasabahnya.7
Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah
memberikan definisi tentang mura>bah}ah dalam penjelasan Pasal 19 ayat (1)
huruf d. Menurut penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf d tersebut, yang dimaksud
dengan akad mura>bah}ah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan
7

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya, (Jakarta:
Kencana 2014), 192.

23

menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan
harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.8
Menurut fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000
pembiayaan

mura>bah}ah

adalah

fasilitas

bank

syari’ah

bagi

yang

memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
laba.9
Dari beberapa pengertian tersebut di atas maka akad mura>bah}ah dapat
dipahami sebagai ikatan antara dua atau lebih untuk melakukan transaksi jual
beli atas barang tersebut, dimana penjual menyebutkan harga pembelian kepada
pembeli dengan keuntungan yang disepakati.

B. Landasan Hukum Akad Mura>bah}ah
a. Al Qur’an
     

‚Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba …‛ (Q.S AlBaqarah: 275)10

8

Ibid., 193.
DSN MUI, Mura>bah}ah, fatwa DSN MUI. No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mura>bah}ah, 1.
10
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Saudi Arabia: Lembaga
Percetakan Al-Quran Jabal), 47.

9

24

Dalam ayat diatas, menerangkan bahwa diharamkan jual beli yang masih
ada unsur riba akan tetapi jual beli mura>bah}ah merupakan salah satu bentuk jual
beli yang tidak mengandung unsur ribawi dan disahkan untuk dioprasionalkan
dalam praktik pembiayaan syari’ah.
           
            

‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu‛ (Q.S An-Nisa: 29)11
Berdasarkan ayat diatas yakni Islam melarang melakukan jual beli untuk
hal-hal yang sifatnya batil, dan jual beli mura>bah}ah harus dilakukan dengan suka
sama-suka tanpa ada paksaan.
b. Hadis

ِ
ِ
ِ
ِ ‫اعةَ بْ ِن َرافِ ٍع َر ِضي اهُ َعْنهُ أَن‬
‫ب‬
َ َ‫َع ْن ِرف‬
َ ِ‫الن‬
ُ َ‫صلى اهُ َعلَْيه َو َسل َم ُسئ َل أَي الْ َك ْسب أَطْي‬
َ
‫ َع َ ُل الل ُ ِل بِيَ ِ ِ َوُ ل بََْي ٍع َ َْ ُلْوٍر‬: ‫؟ قَ َال‬
12

Dituturkan dari Rifa’ah ibn Rafi’ r.a. bahwa Nabi Saw. pernah ditanya,
‚Pekerjaan apakah yang paling baik?‛ Beliau bersabda, ‚Pekerjaan
seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.‛ (HR.
Al-Bazzar. Hadis ini sahih menurut Al-Hakim)
Dalam hadist diatas, menyarankan kepada kita untuk melakukan jual beli

dengan kesepakatan antara dua pihak, yakni bank dan nasabah.
11
12

Ibid., 83.
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulu>ghul Mara>m, (Bandung: Mizan, 2010), 316.

25

C. Rukun dan Syarat Akad Mura>bah}ah
Agar suatu jual beli dapat terlaksana dengan baik (sesuai dengan aturan
Islam), jika memenuhi rukun dan syarat jual beli sebagai berikut:13
a.

A>qidai>n (orang yang berakad terdiri dari penjual ( ba’i) dan pembeli
(mushtari’)

b.

Ma’qu>d ‘alai>h, benda-benda yang diakadkan

c.

Maudhu> ‘al-aqad ialah tujuan atau maksud pokok mengadakan akad

d.

Shi>ghat al-‘aqad ialah ijab dan qabul, ijab ialah permulaan penjelasan yang
keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya
dalam mengadakan akad, sedangkan kabul ialah perkataan yang keluar
dari pihak berakad pula, yang diucapkan setelah adanya ijab.
Berikut yarat Akad Mura>bah}ah:14
1. Penjual dan Pembeli
a. Berakal.
b. Dengan kehendak sendiri.
c. Keadaan tidak Mubadzir (pemboros).
d. Baligh
2. Uang dan Benda yang dibeli (obyek yang diperjualbelikan).
a. Suci.
b. Ada manfaat.

13
14

Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 67.
Rifqi Muhammad, Jual Beli Mura>bah}ah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), 21.

26

c. Keadaan barang tersebut dapat diserahkan.
d. Keadaan barang tersebut kepunyaan penjual atau kepunyaan yang
diwakilkan.
e. Barang tersebut diketahui antara si penjual dan pembeli dengan
terang dzat, bentuk, kadar (ukuran) dan sifat-sifatnya sehingga
tidak terjadi keadaan yang mengecewakan.

D. Jenis Mura>bah}ah15
a. Mura>bah}ah Berdasarkan Pesanan (Mura>bah}ah to the purchase order)

Mura>bah}ah ini dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat. Mengikat
bahwa apabila telah memesan barang harus dibeli sedangkan tidak mengikat
bahwa walaupun telah memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat
maka pembeli dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.
b. Mura>bah}ah Tanpa Pesanan

Mura>bah}ah ini termasuk jenis mura>bah}ah yang bersifat tidak mengikat.
Mura>bah}ah ini dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak sehingga
penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual.

15

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah (Yogyakara: UPP AMP YKPN, 2005), 70.

27

E. Manfaat Mura>bah}ah16
Sesuai dengan bisnis (tija>ra}hi), transaksi mura>bah}ah memiliki beberapa
manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi. Mura>bah}ah memberi
banyak manfaat kepada bank syari’ah. Salah satunya adalah adanya keuntungan
yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada
nasabah. Selain itu, sistem mura>bah}ah juga sangat sederhana. Hal tersebut
memudahkan penanganan administrasinya di bank syari’ah.
Di antara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai
berikut:
a.

Default atau kelalaian nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

b.

Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual beli tersebut.

c.

Penolakan nasabah. Barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah
karena berbagai sebab.

F. Berakhirnya Akad Mura>bah}ah
Menurut ketentuan Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah pada pasal 75,
hapusnya perjanjian dilaksanakan dengan kesepakatan para pihak, dan akad
penghapusan dipandang sah jika dilakukan seperti pelaksanaan perjanjian, yaitu
16

Muhammad Syafi’I Antonio, Perbankan Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), 106.

28

di sepakati oleh para pihak serta dilakukan dalam majelis. Syarat penghapusan
akad adalah bahwa benda yang dijual harus sudah menjadi milik pembeli,
penghapusan akad hanya berlaku pada barang yang tidak rusak, serta penurunan
harga tidak mempengaruhi keabsahan penghapusan.17
Pembatalan akad kadang terjadi secara total, dalam arti mengabaikan apa
yang sudah disepakati, seperti dalam khiya>r, dan kadang-kadang dengan
menetapkan batas waktu ke depan, seperti dalam ijarah (sewa-menyewa) dan

qardh (pinjaman), dan inilah arti fasakh dalam pengertian yang umum.18
Mengenai berakhirnya suatu akad, para ulama fiqh menyatakan bahwa
suatu akad dapat berakhir apabila:
1.

Berakhirnya masa berlaku akad itu, apabila akad iu memiliki tenggang
waktu.

2.

Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu sifatnya tidak
mengikat.

3.

Dalam akad yang bersifat mengikat, suatu akad bisa dianggap berakhir
jika;
a. Jual beli itu fa>sad, seperti terdapatnya unsur-unsur tipuan salah satu
rukunnya atau syarat-syaratnya tidak terpenuhi
b. Berlakunya syarat, khiya}>}r aib, atau khiya>r rukyah
c. Akad tersebut tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak

17
18

Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah Pasal 75, (Bandung: Fokus Media, 2010), 29.
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2013), 166.

29

d. Tercapainya tujuan akad itu secara sempurna
4. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. Dalam hubungan ini para
ulama’ fiqh menyatakan bahwa tidak semua akad otomatis berakhir
dengan wafatnya seseorang atau salah satu pihak yang melangsungkan
akad, di antaranya akad sewa-menyewa, ar-rahn, al-kafa>lah, as-syirkah, al-

waka>lah, dan al-muzara>’ah. Akad juga akan berakhir tergantung pada
persetujuan lain, apabila tidak mendapat persetujuan dari pemilik modal.
Suatu akad berahir apabila tercapai tujuannya. Dalam akad jual beli
misalnya, akad dipandang telah berakhir apabila barang telah berpindah milik
kepada pembeli dan harganya telah menjadi milik penjual.

G. Pendapat Ulama’ Tentang Akad Mura>bah}ah
Ada perbedaan di kalangan para ulama’ dalam memandang sah atau
tidaknya dalam akad mura>bah}ah, hal ini disebabkan karena dalam al-qur’an
bagaimanapun juga, tidak pernah secara langsung membicarakan tentang akad

mura>bah}ah, meski disana terdapat tentang acuan jual-beli, laba-rugi- dan
perdagangan. Demikian pula tampaknya tidak ada hadis yang memiliki rujukan
langsung kepada akad mura>bah}ah.
Para Ulama generasi awal, semisal Malik dan Syafi’i yang secara khusus
mengatakan bahwa jual beli mura>bah}ah adalah halal, tidak memperkuat
pendapat mereka dengan suatu hadis pun. Al-kaff, seorang kritikus mura>bah}ah

30

kontemporer, menyimpulkan bahwa mura>bah}ah adalah salah satu jenis jual-beli
yang tidak di kenal pada jaman Nabi atau para sahabatnya. Menurutnya, para
tokoh ulama mulai menyatakan pendapat mereka mengenai mura>bah}ah pada
seperempat pertama abad kedua Hijriyah, atau bahkan akhir lagi. Mengingat
tidak adanya rujukan lagi di dalam al-qur’an maupun hadis shahis yang diterima
umum, para fuqaha harus membenarkan mura>bah}ah dengan dasar yang lain.
Malik membenarkan keabsahannya dengan merujuk pada praktik penduduk
Madinah.19
Ada kesepakatan disini (Madinah) tentang keabsahan sesorang yang
membelikan pakaian di kota, dan kemudian ia membawanya ke kota lain untuk
menjualnya lagi dengan suatu keuntungan yang di sepakati.
Adapun Syafi’i, tanpa menyandarkan pada suatu teks syari’ah berkata:
‚Jika seseorang menunjukkan suaru barang kepaa seseorang dan berkata,
‚belikan barang (seperi) ini untukku dan aku akan member keuntungan sekian,‛
lalu orang itu membelinya, maka jual beli ini adalah sah.‛
Fiqih Mazhab Hanafi, Marghinani, membenarkan keabsahan mura>bah}ah
berdasarkan bahwa syarat-syarat yang penting bagi keabsahan suatu jual-beli
dalam mura>bah}ah dan juga karena orang memerlukannya. Fiqih dari Mazhab

19

Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syari'ah, (Jakarta: Paramadina, 1996), 119.

31

Syafi’i, Nawawi cukup mengatakan: Mura>bah}ah adalah boleh tanpa penolakan
sedikitpun. 20

H. Akibat Wanprestasi
Wanprestasi adalah suatu peristiwa, di mana debitur tidak memenuhi
kewajiban perikatannya dengan baik dan mempunyai unsur salah atas tidak
dipenuhinya kewajiban perikatan itu.21 Kewajiban debitur selalu dikaitkan
dengan perikatan dan karenanya disebut kewajiban perikatan.
Wanprestasi berkaitan tidak terpenuhinya kewajiban perikatan atau
dengan perkataan lain berkaitan dengan masalah pembayaran perikatan.
Membayar dalam hukum merupakan suatu istilah teknis, suatu istilah dengan
arti terten