KAJIAN JENIS TANAH DAN NAUNGAN TERHADAP HASIL DAN ANALISIS USAHA TANI SAMBILOTO (Andrographis Paniculata Ness) | . | MAGISTRA 422 791 1 SM

KAJIAN JENIS TANAH DAN NAUNGAN TERHADAP HASIL DAN
ANALISIS USAHA TANI SAMBILOTO
(Andrographis Paniculata Ness)
Sudarmi, Nugraheni Retnaningsih, Agustina Intan Niken Tari*
Abstrak : Tujuan penelitian: mengkaji pengaruh jenis tanah terhadap hasil dan analisis usahatani
sambiloto, mengkaji pengaruh naungan terhadap hasil dan analisis usahatani sambiloto, mengkaji interaksi
jenis tanah dan naungan terhadap hasil dan analisis usahatani sambiloto. Metode penelitian, eksperimen
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap disusun secara faktorial, perlakuan terdiri dua faktor
yaitu jenis tanah (T) dan tingkat naungan (N), dengan 3 ulangan. Jenis tanah ada 3 macam yaitu: 1) Gromosol,
sebagai pembanding (T1); 2) Latosol (T2); 3) Regosol (T3). Naungan terdiri 4 level: 1) tanpa naungan, sebagai
pembanding (N1); 2) Naungan 30% (N2); 3) Naungan 50% (N3) dan 4) Naungan 70% (N4). Data dianalisis
dengan metode analisis ragam, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji jarak berganda
Duncan Multiple Range Test ± = 0,05%. Hasil penelitian, jenis tanah berbengaruh sangat nyata terhadap
hasil yaitu berupa berat simplisia hasil tertinggi pada jenis tanah Gromosol (T1) 19,473 gr/batang. Naungan

berpengaruh sangat nyata terhadap hasil/ berat simplisia, hasil terbaik pada (N1) 19,904 gr/batang. Ada
interaksi jenis tanah dan naungan, hasil terbaik berat simplisia pada perlakuan tanah Gromosol naungan
30% atau T1N2 yaitu 23,300 gr/batang. Hasil Analisis Usahatani bahwa perlakuan interaksi tanah gromosol
dengan naungan 30% (T1N2) memberikan keuntungan tertinggi yaitu Rp 20.225.000/ ha/musim tanam dan

nilai R-C ratio tertinggi juga perlakuan tanah gromosol naungan 30% (T1N2) yaitu nilai RC-ratio 3,615 (RCratio >1) berarti usahatani sambiloto menguntungkan.

Kata kunci : jenis tanah, naungan, hasil, analisis uasahatani, sambiloto.

PENDAHULUAN
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata
Ness) sudah umum digunakan dalam pengobatan
tradisional di Cina, India dan Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Sejak dulu, orang Jawa menyebutnya
sebagai obat segala obat karena dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit. Sampai saat ini sambiloto
merupakan salah satu tanaman obat yang banyak
digunakan dalam industri jamu tradisional.
Berdasarkan data Badan POM (2002), simplisia
sambiloto termasuk dalam 50 jenis simplisia utama
yang dibutuhkan oleh industri jamu.

Dengan berkembangnya industri jamu
tradisional, penyediaan bahan baku secara kontinyu
menjadi masalah pokok, karena sambiloto dipanen
dari habitat asli sehingga kualitas fisik tidak seragam
serta tidak ada jaminan kontinyuitas penyediaannya

untuk bahan baku obat (Sudarmi dan Nikentari, 2011)
Pemanenan dari dari habitat asli secara terus menerus
tanpa diimbangi budidaya dapat mengakibatkan
kelangkaan dan mengancam keberadaan plasma
nutfah sambiloto (Hanan, 1991; Anonim, 2001;
Muliawati, 2002; Winarto, 2003; Syukur dan
Hernani, 2001). Sampai saat ini tanaman sambiloto

*Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Univet Bantara Sukoharjo

Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511

1

Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....

belum dibudidayakan (tumbuh liar di bawah tegakan
agro forestree seperti hutan jati, mahoni dll), sehingga
pengambilan bahan baku simplisia sambiloto sebagian

besar dipenuhi dari pemanenan tanaman liar yang
lokasinya tersebar. Kondisi demikian menyebabkan
lokasi pemungutan sambiloto berpindah-pindah dan
mempengaruhi mutunya. Produktivitas simplisia
sambiloto dipengaruhi oleh tingkat naungan, baik
secara kuantitas maupun kualitas (Pitono et al, 1996).
Penelitian budidaya sambiloto yang telah dilakukan
pada umumnya belum mengacu kepada kualitas
simplisianya. Untuk merekomendasikan Standar
Prosedur Operasional (SPO) budidaya dalam upaya
menuju Good Agricultural Practices (GAP) untuk
menghasilkan simplisia terstandar diperlukan
dukungan penelitian untuk penentuan lahan yang
sesuai diantaranya tingkat naungan, jenis tanah,
pemupukan dan lain-lain. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian budidaya sambiloto dengan faktor tumbuh
yang dapat meningkatkan produksi dan mutunya.

Kandungan kimia sambiloto yang sudah
diketahui yaitu : andrographolid, laktone, flavonoid,

asam kersik, aldehid, mineral, alkane (Anonim, 2007
a ; Anonim, 2003 ; Yusron dan Januwati, 2004).
Berbagai klaim khasiat sambiloto antara lain : untuk
meningkatkan imunitas terhadap infeksi kuman, anti
diare, anti demam, anti bakteri, gangguan lever, anti
diabet, anti peritrik, anti hepatoksik, anti malaria, anti
inflamasi (Yusron dan Januawati, 2004 ; Muliawati
dan Suharto, 2006 ; Heyne, 1987 ; Dalimartha, 2003).
Menurut Winarto (2003) ekstrak sambiloto dapat
merusak sel trophocyt dan trophoblast, berperanan
dalam kondensasi cytoplasma dari sel tumor dan
menghancurkan inti sel kanker.
Ironisnya Indonesia sebagai Negara penghasil
sambiloto, tetapi sampai sekarang sambiloto baru
dikenal secara terbatas dikalangan orang-orang yang
biasa mengkonsumsi jamu.
Permasalahan

Sambiloto merupakan tanaman yang
mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga dapat

tumbuh baik pada daerah dataran rendah sampai
daerah pegunungan (Sudarmi, 2008). Demikian pula
sambiloto dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah
seperti gromosol, litosol, latosol, andosol, podsol dan
lain-lain, tetapi sampai saat ini belum bisa dipastikan
daerah penghasil sambiloto karena keberadaanya
masih menyebar. Sampai saat ini petani belum tertarik
untuk membudidayakan sambiloto, dianggap tidak

Permasalahan pokok yang dihadapi dan perlu
mendapat upaya penyelesaian yaitu :
1.

sambiloto belum dibudidayakan, apakah
budidaya sambiloto dapat dilakukan di lahan
marginal dan ternaungi supaya tidak mengganggu
pemanfaatan lahan tanaman pangan.
2.

budidaya sambiloto dengan memanfaatkan lahan

marginal yang ternaungi sehingga tidak mengganggu
tumbuh yang optimal sehingga dapat meningkatkan
produksi dan
menguntungkan.

2

secara

analisis

usahatani

Menjaga kuantitas guna memenuhi kebutuhan
bahan baku obat tradisional dan fitofarmaka serta
kualitas simplisia karena masih bercampur

menguntungkan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian

lahan tanaman pangan, dengan pemberian faktor


Supaya tidak punah, perlu dilestarikan untuk
menjaga plasma nutfah, karena sampai saat ini

dengan tumbuhan lain.
3.

Perlu dikaji analisis usahatani sambiloto agar
petani yakin bahwa budidaya sambiloto
menguntungkan.

Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511

Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....

Maka rumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah jenis tanah berpengaruh pada hasil sambiloto?
2. Apakah naungan berpengaruh terhadap hasil sambiloto?
3. Apakah ada interaksi pengaruh jenis tanah dan naungan terhadap hasil sambiloto?

4. Apakah budidaya sambiloto menguntungkan ditinjau secara analisis usahatani?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian adalah :
1.

Mengkaji pengaruh jenis tanah terhadap hasil sambiloto.

2.
3.

Mengkaji pengaruh naungan terhadap hasil sambiloto.
Mengkaji interaksi pengaruh jenis tanah dan naungan terhadap hasil sambiloto.

4.

Mengkaji analisis usahatani sambiloto.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1 Sebagai bahan informasi yang berminat memperdalam tanaman obat sambiloto.

2 Dapat memberikan sumbangan bagi kebijakan dan program kerja dalam pengembangan agroindustri obat
3

khususnya sambiloto.
Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan sambiloto.

METODE PENELITIAN
Gambaran penelitian tertera pada Gambar 1.
Jenis Tanah

Naungan : 0-30-50-70 %
0% : sebagai pembanding
Budidaya Sambiloto

-Gromosol : sbg pembanding
-Latosol
-Regosol

Uji pendahuluan
kandungan unsur hara


Produksi berat segar

Produksi berat kering

Produksi simplisia

Analisis Usahatani

Gambar 1. Alur penelitian: kajian jenis tanah dan naungan pada hasil dan kandungan
andrographolid sambiloto ( Andrographis paniculata Ness ).
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511

3

Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2013

s/d November 2013 di Kebun dan di Laboratorium
Univet Bantara Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo
dengan ketinggian tempat ± 86 m dari permukaan laut.
Bahan dan Alat yang Digunakan
Bahan meliputi : Pupuk kandang kotoran sapi,
yang dipesan dari peternak di Sukoharjo; Tanah
(Gromosol, Latosol dan Regosol) ; Polybag/pot ;
Benih sambiloto, dipesan dari petani di Kec.
Wuryantoro, Kab. Wonogiri; Pupuk majemuk NPK,
merk Phonska (15,15,15); Sekam; pestisida; Paranet
untuk naungan dan lain-lain. Alat meliputi :
Timbangan Elektrik Denver Instrument APX-203;
Oven ; Flux meter merk DX-100 Digital Lux Meter,

Faktor kedua adalah jenis tanah, terdiri dari 3 level
yaitu :
T1 = Tanah Gromosol (diambil dari wilayah
Kabupaten Sukoharjo).

T2 = Tanah Latosol (diambil dari wilayah
Jumantono Kabupaten Karanganyar).

T3 = Tanah Regosol (diambil dari wilayah
Kabupaten Wonogiri).
Jadi ada 12 kombinasi perlakuan, tiap perlakuan
dibuat 10 tanaman, sehingga seluruhnya diperlukan
12 x 3 x 5 = 360 tanaman.
Analisa Data
1.

Tekemura elektrik Work LTD; Sprayer, selang plastik;
Gergaji, sabit; meteran gulung; cangkul, tampah,
ember; peralatan tulis dan lain-lain.
Rancangan Percobaan
Percobaan lapangan yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh jenis tanah dan naungan
terhadap hasil dan kandungan andrographolid
sambiloto merupakan percobaan 3x4 faktorial,
disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap
(RAKL) dengan 3 ulangan
Faktor pertama adalah tingkat naungan, terdiri dari
4 level yaitu : N1 = tanpa naungan (0%)
N2 = dinaungi 30 %
N3 = dinaungi 50 %
N4 = NPK dinaungi 70 %

Data dianalisis menggunakan metode analisis
ragam, apabila perlakukan menunjukkan
pengaruh nyata terhadap perubah (variabel yang
diamati) maka dilanjutkan dengan uji
perbandingan rata-rata menggunakan uji jarak
berganda Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada jenjang murad a = 0,05 (Christensen,1996).

2.

Analisis Usahatani : untuk mengukur prinsipprinsip ekonomi dalam usahatani yaitu : Biaya ,
Penerimaan , Keuntungan dan RC – ratio.

a.

Biaya
Biaya total dari usha tani sambiloto dihitung
dengan menggunakan rumus sbb:
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC

= Biaya total dari usahatani sambiloto
(Rp).

TFC

= Total biaya tetap dari usahatani
sambiloto ( Rp).

TVC = Total biaya variabel dari usahatani
sambiloto ( Rp ).

4

Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511

Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....

b.

Penerimaan
Nilai penerimaan total atau pendapatan kotor dari usahatani sambiloto dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
TR = TPP x p
TPP = Total produk sambiloto ( kg ).
P

c.

= Harga produk per unit dari ushatani sambiloto ( Rp / kg ).

Keuntungan Usahatani
Keuntungan usahatani sambiloto dihitung dengan menggunakan rumus sbb :

 = TR – TC
Keterangan :

d.



= Keuntungan usahtani sambiloto (Rp)

TR

= Penerimaan total dari usahatani sambiloto (Rp).

TC

= Biaya total dari usahatani sambiloto (Rp).

RC- Ratio : Analisis imbangan biaya dan penerimaan.
Analisis ini dapat dipakai untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi dan menunjukkan daya saing dari
produk yang dihasilkan pada usahatani.
Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
RC-ratio =

TR
TC

Keterangan :
RC – ratio : Return and Cost Ratio
TR

: Total Revenue

TC

: Total Cost

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.

Berat Simplisia
Hasil tanaman sambiloto yaitu berupa simplisia, analisis ragam berat simplisia menunjukkan tingkat
naungan (N) dan jenis tanah (T) berpegaruh sangat nyata dan ada interaksi kedua perlakuan. Rerata berat
simplisia perlakuan N dan T disajikanTtabel 3.

Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511

5

Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....

Tabel 1. Rerata berat simplisia sambiloto perlakuan tingkat naungan (N) dan jenis tanah (T)
Perlakuan

Berat simplisia (gram)/batang

Perlakuan

Berat simplisia (gram)/batang

N1
N2
N3
N4

19,904 b
19,487 b
14,600 ab
8,970 a

T1
T2
T3

19,473 c
12,596 a
15,151 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada DMRT 5 %.
Dari Tabel 3, rerata berat simplisia tertinggi diperoleh pada perlakuan N1 yaitu 19,904 gram berbeda
tidak nyata dengan N2 (19,487 gram) dan jenis tanah T1(gromosol) yaitu 19,473 gram, sedang rerata berat
simplisia terendah pada N4 (8,970 gram). Hal ini berarti pemberian naungan sampai batas tertentu (30%), tidak

berpengaruh pada fotosintesis tanaman sambiloto, sehingga tidak berpengaruh terhadap berat simplisia sambiloto.
Produk bahan kering tanaman pada prinsipnya adalah hasil berat segar yang dihilangkan kadar airnya dengan
cara dioven pada suhu 60-70oC sehingga didapatkan berat konstan dan akhirnya yang tersisa adalah bahan
organik yang hidup dalam biomassa (Harjadi, 1991). Jenis tanah Gromosol memberi hasil terbaik dimungkinkan
dari hasil analisis tanah, jenis tanah gromosol paling baik kandungan N (Nitrogen) dan P (Pospor)nya sehingga
dapat membantu penyediaan unsur hara tanaman, maka berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman
sambiloto yang pada akhirnya dapat meningkatkan berat simplisianya. Menurut Sarief (1985), hasil tanaman
terutama dipengaruhi tersedianya unsur hara N dan P yang berperanan dalam pertumbuhan tanaman. Hasil
tanaman hampir seluruhnya ditentukan oleh pengambilan air dan unsur hara bagi tanaman yang diolah melalui
proses biosintesis (Sitompul dan Guritno, 1995).
Tabel 2. Rerata berat simplisia sambiloto pada interaksi jenis tanah dan tingkat naungan

Perlakuan

N1

N2

N3

N4

T1
T2
T3

21,589 d
15,789 bc
22,333 d

23,300 d
17,661 bc
17,500 bc

22,622 d
9,217 ab
11,961 abc

10,383 abc
7,717 ab
8,811 ab

Keterangan : Angka-angka yg diikuti huruf sama menunjukkan berbeda tidak nyata DMRT 5 %.
Berdasar tabel 2. Interaksi jenis tanah dan naungan, hasil tertinggi berat simplisia pada perlakuan tanah
Gromosol dan naungan 30% atau T1N2 sebesar 23,300 gr/batang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanah
Gromosol naungan 50% atau T1N3 (22,622 gr/batang). Hal ini berarti naungan sampai 50% tidak mempengaruhi

berat simplisia sambiloto. Hal ini berarti sambiloto dapat berproduksi baik pada lahan ternaungi sehingga
tanaman sambiloto dapat dibudidayakan pada lahan ternaungi (untuk memanfaatkan lahan di bawah tegakan
hutan jati, mahoni dll).

6

Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511

Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....

2.

Analisis Usahatani
Dalam budidaya sambiloto, hasil yang mempunyai nilai ekonomi adalah simplisianya. Oleh karena
itu dalam perhitungan usahatani sambiloto berdasar dari jumlah simplisia yang dihasilkan permusim tanam
per hektar lahan. Beberapa alat analisis yang digunakan untuk mengukur penerapan prinsip-prinsip ekonomi
dalam uasahatani antara lain : Biaya , Penerimaan , Keuntungan dan RC – ratio. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Analisis pendapatan dan keuntungan usahatani sambiloto musim tanam 2013
Perlakuan

Produksi (kg)/ha

Biaya total (Rp)

Pendapatan (Rp)

Keuntungan (Rp)

T1N1

3.454,24

7.735.000

25.906.800

18.171.800

T1N2

3.728,00

7.735.000

27.960.000

20.225.000

T1N3

3.619,52

7.735.000

27.146.400

19.411.400

T1N4

1.661,28

7.735.000

12.459.600

4.724.600

T2N1

2.526,24

7.735.000

18.946.800

11.211.800

T2N2

2.825,76

7.735.000

21.193.200

13.458.200

T2N3

1.474,72

7.735.000

11.060.400

3.325.400

T2N4

1.234,72

7.735.000

9.260.400

1.525.400

T3N1

3.573,28

7.735.000

26.799.600

19.064.600

T3N2

2.800,00

7.735.000

21.000.000

13.265.000

T3N3

1.913,76

7.735.000

14.353.200

6.618.200

T3N4

1.409,76

7.735.000

10.573.200

2.838.200

Sumber : analisis data primer.
Keterangan - harga simplisia Rp 7000; / kg.
- jarak tanam 25 x 25 cm, maka ada 160.000 tanaman / ha.

Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511

7

Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....

Tabel 4. Analisis RC – ratio usahatani sambiloto musim tanam 2013
Perlakuan

TR: Total Revenue (Rp)

TC :Total cost (Rp)

RC –ratio = TR/TC

T1N1

25.906.800

7.735.000

3,349

T1N2

27.960.000

7.735.000

3,615

T1N3

27.146.400

7.735.000

3,509

T1N4

12.459.600

7.735.000

1,611

T2N1

18.946.800

7.735.000

2,449

T2N2

21.193.200

7.735.000

2,739

T2N3

11.060.400

7.735.000

1,456

T2N4

9.260.400

7.735.000

1,197

T3N1

26.799.600

7.735.000

3,465

T3N2

21.000.000

7.735.000

2,715

T3N3

14.353.200

7.735.000

1,856

T3N4

10.573.200

7.735.000

1,367

Sumber : analisis data primer
Dari Tabel 3, diketahui bahwa dalam analisis
usahatani sambiloto pada berbagai perlakuan, ternyata
yang paling menguntungkan adalah perlakuan
interaksi jenis tanah gromosol dan naungan 30%
(T 1 N 2 ) yaitu diperoleh keuntungan sebesar Rp

2.

hasil sambiloto yang berupa berat simplisia, hasil
tertinggi pada jenis tanah gromosol (T1) sebesar
19,473 gr/batang.
3.

20.225.000/ ha/ musim tanam. Dari Tabel 4, nilai RCratio tertinggi adalah perlakuan interaksi jenis tanah

usahatani sambiloto mampu berdaya saing dan
menguntungkan.

KESIMPULAN
1.

Naungan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil
yaitu berupa berat simplisia. Hasil terbaik berat
simplisia pada perlakuan tanpa naungan N1

Ada interaksi perlakuan jenis tanah dan naungan
terhadap hasil yang berupa berat simplisia yaitu
pada perlakuan jenis tanah gromosol dan naungan
30% atau T1N2 (23,30 gr/batang ).

gromosol dan naungan 30% yaitu nilai RC-ratio 3,615
ini berarti harga RC-ratio > 1 artinya produk

Jenis tanah berpengaruh sangat nyata terhadap

4.

Hasil analisis usahatani, perlakuan interaksi tanah
gromosol naungan 30% memberikan keuntungan
tertinggi yaitu Rp 20.225.000/ ha/ musim tanam
dan nilai R-C ratio tertinggi adalah perlakuan
jenis tanah gromosol naungan 30% (T1N2) yaitu

nilai RC-ratio 3,615 ini berarti harga RC-ratio
>1 berarti produk usahatani sambiloto mampu
berdaya saing dan menguntungkan.

(19,904 gr/batang) dikuti naungan 30% N 2
(19,487gr/batang).

8

Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511

Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Koordinator Perguruan
Tinggi Swasta Wilayah VI Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Sesuai dengan
Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian No.
015/K6/KL/SP/2013, tanggal 16 Mei 2013 yang telah
mendanai kegiatan penelitian ini.

Hanan. (1996). Beberapa Catatan Penting Tentang
Sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia.
Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat
Tradisional 3(1) : 9-16.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia.
Badan Peneliian dan Pengembangan Kehutanan.
Jakarta.
Harjadi,S. S. (1991). Pengantar Agronomi. PT.

SARAN
1.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut analisis
usahatani sambiloto diberbagai daerah.

2.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
peningkatan kadar senyawa aktifnya dan
aplikasinya dalam pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2001). Andrographis paniculata Ness.
htttp://www.Scirius.com. [ 15 Mei 2006].
______. (2002). Pemakaian Simplisia Tahun 2002.
Badan POM. Jakarta.
______. (2003). Andrographis paniculata Ness. htttp:/
/www.hartwick.edu. [ 25 Mei 2007].
______. (2007). Sambiloto ( Andrographis paniculata
Ness ). www.pd persi.co.id
[10Juli 2007].
Christensen, R. (1996). Analysis of variance, Design
and Regression : Applied Statistical Methods.
Chapman and Hall. London.
Dalimartha, S. (2003). Tumbuhan Obat. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511

Gramedia. Jakarta.
Muliawati, E. S. (2002). Kajian Tingkat Serapan Hara,
Pertumbuhan dan Produksi Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness.) pada
Beberapa Komposisi Media Tanam dan Tingkat
Penyiraman. Prosiding Simposium Nasional
II,Tumbuhan Obat dan Aromatik.251-255
________, E.S. dan Suharto. (2006). Kajian
Pemanfaatan GA3 Pada
Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness) di Beberapa
Jenis Tanah. Pross. Seminar Nasional Tumbuhan
Obat Indonesia XXIX. 230-235.
Sarief, ES. (1985). Konservasi Tanah dan Air. Pustaka
Buana. Bandung.
Sitompul,S.M. dan Guritno. (1995). Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Sudarmi. (2008). Pengaruh berbagai asal benih
terhadap viabilitas sambiloto (Andrographis
paniculata Ness). Majalah Eksakta. ISSN: 0852155. XXXIV No.4/17/2008. 39-48.

9

Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....

______. dan Nikentari, I. (2011). Kajian Dosis Pupuk
NPK dan Macam Media terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Sambiloto (Andrographis paniculata
Ness). Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat. 7 Desember
2011. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo. 30-37.
Sudiatsa (2000). Budidaya dan Pengelolaan Pasca
Panen Tanaman Obat-Langkah Awal
Standarisasi Bahan Obat Tradisional. Balai
Penelitian Tanaman Obat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kesehatan Republik

Syukur C. dan Hernani. (2001). Budidaya Tanaman
Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Winarto, (2003). Sambiloto Budidaya Dan
Pemanfaatan untuk Obat. Penebar Swadaya
Jakarta.
Yusron, M. dan Januwati, M. (2004). Pengaruh
Kondisi Argoekologi terhadap Produksi dan
Mutu Simplisia Sambiloto (Andrographis
paniculata Ness.) Prosiding Seminar Nasional
Tumbuhan Obat Indonesia. XXVI. Kelompok
Kerja Nasional Tanaman Obat Indonesia. 211231.

Indonesia.

10

Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511