ANALISIS FRAMING PROGRAM DAKWAH “MENEK BLIMBING” DI JTV : EPISODE KEPEMIMPINAN MEMBANGUN KESEIMBANGAN.

(1)

ANALISIS FRAMING PROGRAM DAKWAH “MENEK BLIMBING” DI JTV (EPISODE KEPEMIMPINAN MEMBANGUN KESEIMBANGAN)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Achmad Hanafi

B71213032

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Achmad Hanafi, B71213032, 2016. Analisis Framing Program Dakwah “Menek

Blimbing” di JTV (Episode Kepemimpinan Membangun Keseimbangan). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Analisis Framing, Program Dakwah, Menek Blimbing JTV

Televisi merupakan sarana yang efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan Islami melalui program dakwah yang ditayangkan, termasuk program dakwah Menek Blimbing di JTV. Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana JTV membingkai realitas pada program dakwah Menek Blimbing. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pisau analisis framing model Robert N. Entman. Dengan fokus pada proses seleksi isu dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari pada isu yang lain. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa isi dari tayangan tersebut memfokuskan pada isu kepemimpinan yang terjadi saat ini yang lebih mengutamakan dirinya sendiri, golongan maupun partai politiknya sendiri, serta tidak bisa mempertanggungjawabkan kepemimpinannya kepada rakyat. Faktor penyebab masalahnya adalah masing-masing pemimpin umat Islam saling menonjolkan kemampuannya, tidak mau bersatu padu membicarakan pemimpin umat Islam yang kelak akan menjadi pemimpin. Nilai moral yang disajikan berlandaskan pada moral agama dan masyarakat dengan memberikan gambaran-gambaran terkait kepemimpinan yang terjadi pada masa kepemimpinan Rasulullah dan para sahabat. Penyelesaian dan jalan yang ditawarkan yaitu pemimpin yang selalu mengutamakan rasa keadilan serta memiliki sifat rendah hati dan yang terpenting selalu mempertanggungjawabkan kepemimpinannya tidak hanya kepada rakyat tetapi juga kepada Allah. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini hanya meneliti sebagian kecil dari program dakwah di JTV, oleh karena itu disarankan kepada calon peneliti lainnya untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh program dakwah Menek Blimbing secara kualitatif agar dapat menjadi masukan bagi peningkatan kualitas media tersebut.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN SKRIPSI ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...……… 1

B. Rumusan Masalah ..………. 8

C. Tujuan Penelitian …...….………. 8

D. Manfaat Penelitian ………...……… 8

E. Definisi Operasional …...……….……… 9

F. Sistematika Pembahasan ………...……….. 11

BAB II - KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Televisi ... 12

B. Dakwah ... 18

C. Dakwah Melalui Televisi ... 37

D. Program Dakwah Televisi ... 39

E. Kajian Penelitian Yang Relevan ... 44

BAB III - METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 50

B. Unit Analisis ... 51

C. Jenis dan Sumber Data ... 52

D. Tahapan Penelitian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Analisis Framing ... 56

G. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV - PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 64

B. Penyajian Data ... 68

C. Analisis Data ... 81


(8)

BAB V - PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ………... 93


(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain serta saling terkait dengan orang lain di lingkungannya. Komunikasi merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi adalah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima.1 Perkembangan media komunikasi modern saat

ini telah memungkinan orang diseluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan.

Komunikasi massa adalah proses penciptaan makna bersama antara media massa dan khalayak.2 Perkembangan media massa di era globalisasi

ini membuat pola pikir masyarakat semakin berkembang. Seiring dengan berjalannya waktu, media massa berkembang pesat dan berpacu pada teknologi yang semakin canggih. Kecanggihan teknologi sangat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan akan informasi. Media massa pada dasarnya melakukan konstruksi terhadap realitas yang ada. Upaya media massa ialah melakukan perekayasaan sehingga terbentuk realitas yang baru dari realita yang ada dan nyata.

1 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 5.


(10)

2

Televisi merupakan gabungan dari media audio dan visual. Sifat politisnya sangat besar karena bisa menampilkan informasi, hiburan, dan pendidikan, atau gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata. Media audio visual muncul karena perkembangan teknologi. Kehadirannya setelah beberapa penemuan seperti telepon, telegraf, fotografi serta rekaman suara.

Media televisi ada setelah radio dan media cetak. Dalam penemuan televisi terdapat banyak pihak penemu maupun inovator yang terlibat baik perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu penonton televisi dapat menikmati acara televisi sambil duduk santai menyaksikan berbagai informasi.

Penyampaian isi pesan program televisi seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi dengan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Pesan-pesan yang disampaikan langsung mempengaruhi otak, emosi, perasaan dan sikap pemirsa.3

Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Fungsi non hiburan dan non


(11)

3

informasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi keperluan kedua pihak yakni komunikator dan komunikan.4

Tingkat persaingan stasiun televisi swasta ini cukup tinggi dalam merebut perhatian penonton televisi. Stasiun televisi swasta kini, diantaranya Trans TV, ANTV, Global TV, Indosiar, RCTI, MNC TV, Metro TV, SCTV, Kompas TV, Trans 7, TV One, NET TV, RTV, iNews TV. Selain itu juga banyak stasiun televisi lokal di wilayah Surabaya dan sekitarnya seperti JTV, SBO, TV9, Surabaya TV, Bios TV, Arek TV. Persaingan antar media massa ini tidak terlepas dari fungsinya yaitu informasi, pendidikan dan hiburan. Dengan banyak memperhatikan sinyalemen mengenai masa depan dalam menghadapi komunikasi global, maka pemanfaatan media massa harus mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya kemajuan era digital saat ini dan yang akan datang.

Era milenium yang ditandai pergantian tahun 1999 ke tahun 2000 menjadi puncak bagi dunia pertelevisian. Tema tayangan televisi lebih beragam, mulai dari berita, kisah inspiratif, dan pengetahuan tentang agama sampai kehidupan masyarakat Indonesia. Melalui tayangan-tayangan televisi religi, pesan dakwah dapat dengan mudah tersampaikan kepada masyarakat. Pesan dakwah ialah isi yang disampaikan oleh da’i atau komunikator atau subjek kepada mad’u atau komunikan atau objek.

Pesan utama dakwah adalah risalah Allah yang mencakup tiga hal; Pertama, Menyempurnakan hubungan manusia dengan Tuhannya, hablun

4 Elvinaro Ardianto,dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 142.


(12)

4

min Allah, atau mu’amalah ma’a al-Khaliq. Kedua, Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia, hablun min al-nas, atau mu’amalah ma’a al-nas. Ketiga, Mengadakan keseimbangan antara keduanya dan dan mengaktifkannya agar sejalan dan berjalin untuk kepentingan semesta.5

Seiring berkembangnya program acara dakwah televisi, muncul fenomena karakter dakwah melalui program acara yang ditampilkan dengan berupa gambar-gambar bergerak atau video kemudian dikombinasikan dengan voice over berupa narasi yang menarik dari pengisi suara.

Dakwah secara etimologi yang berarti seruan, ajakan atau panggilan yang bertujuan untuk mengajak seseorang baik dalam melakukan sesuatu kegiatan atau dalam merubah pola serta kebiasaan hidup. Menurut Syekh Muhammad Al-Khadir Husaini, dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk, serta menyuruh kepada kebaikan dan melarang pada kemunkaran agar mendapat kebahagian dunia dan akhirat (Amar Ma’ruf Nahi Munkar).

Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 125 dibawah ini:                                  


(13)

5

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.6

Jika ditinjau dari pengertiannya, komunikasi dakwah merupakan upaya komunikator atau da’i dalam menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an dan Hadits kepada umat (khalayak) agar umat dapat mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari serta menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dan pandangan hidupnya.7

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan da’i untuk penunjang aktifitas berdakwah dalam menyampaikan materi dakwah, salah satunya yakni media audio visual atau televisi. Berdakwah kini tidak selalu diatas mimbar, pelaku dakwah atau da’i sering menggunakan media untuk menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u dalam kegiatan berdakwahnya. Salah satu media dakwah yang banyak digunakan yaitu televisi, dikarenakan media televisi sangat efektif menjangkau mad’u lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan lebih mendalam.

JTV adalah stasiun televisi regional yang dimiliki oleh Jawa Pos Group berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi pemirsanya, salah satunya dalam menyajikan program acara yang sesuai dengan fungsi dari media massa.

6 A. Hasan, Tafsir Al-Furqan, (Persatuan Pustaka Tamaam, 1406 H), h. 526.


(14)

6

Program acara merupakan sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.8

Program acara kini semakin banyak yang menggambarkan tentang dakwah seperti ceramah agama, talk show tentang agama, bahkan kilasan informasi berita yang bernuansa Islami. Maka dari itu, televisi bisa menjadi media untuk berdakwah, menyebarkan ajaran agama Islam ke berbagai pelosok tanah air. Oleh karena itu, stasiun televisi harus mampu mengemas dengan baik isi siaran dakwah yang akan ditayangkan sesuai dengan sasaran yang dituju, seperti dewasa, remaja bahkan anak-anak.

Program dakwah “Menek Blimbing” merupakan salah satu program dakwah di JTV yang ditayangkan setiap hari senin-rabu pada jam 17.00-18.00 WIB secara tidak langsung (Tapping) yang bertujuan untuk mengkaji serta mencari arti lebih dalam dari berbagai sudut pandang mengenal Islam dan dapat memberi solusi terhadap permasalahan yang tengah dihadapi oleh masyarakat. Program acara dakwah ini juga sebagai salah satu contoh dari pengembangan metode dakwah yaitu dakwah bil lisan yang dikembangkan melalui publikasi penyiaran dengan menggunakan media televisi, agar kegiatan dakwah bisa diterima oleh masyarakat secara komperhensif.9

8 Naratama, Menjadi Sutradara Televisi: Dengan Single dan Muti Camera, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 63.


(15)

7

Dalam setiap pemberitaan tentu ada proses konstruksi terhadap realita yang ada. Untuk mengetahui proses konstruksi tersebut maka dilakukan dengan menggunakan analisis framing karena merupakan metode yang paling sesuai dalam perspektif komunikasi dan analisis ini juga dipakai untuk menganalisa atau membedah cara-cara atau ideologi media, khususnya JTV saat mengkonstruksi fakta. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model analisis framing yaitu Robert N. Entman. Model analisis Robert N. Entman merupakan model analisis yang mengamati dan mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti dan lebih diingat serta menghasilkan perspektif khalayak.

Framing digunakan media televisi untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan pemilik media televisi. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.10

Melihat latar belakang di atas, bahwasannya televisi merupakan sarana yang efektif dalam menyampaikan pesan Islami melalui program yang ditayangkan, maka dari itu penulis tertarik mengangkat sebuah judul skripsi : Analisis Framing Program Dakwah “Menek Blimbing” di JTV (Episode Kepemimpinan Membangun Keseimbangan)


(16)

8 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana JTV membingkai pemberitaan pada program dakwah “Menek Blimbing” dengan menggunakan model analisis Robert N. Entman ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana JTV membingkai pemberitaan pada program dakwah “Menek Blimbing” dengan menggunakan model analisis Robert N. Entman.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan yang diharapkan bisa tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan yang luas terhadap perkembangan khazanah keilmuan, khususnya dalam hal menganalisa program dakwah “Menek Blimbing” di JTV menggunakan analisis framing model Robert N. Entman.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman terhadap disiplin ilmu komunikasi dan ilmu penyiaran, sehingga dapat bermanfaat bagi para pengelola stasiun televisi yang menjadikan televisi sebagai media dakwah.


(17)

9 E. Definisi Operasional

1. Analisis Framing

Analisis Framing menurut Eriyanto dalam bukunya, sebagai analisis yang memusatkan perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai berita.11 Secara sederhana analisis framing digunakan

sebagai gambaran analisis untuk mengetahui bagaimana suatu realitas berupa peristiwa, aktor, maupun kelompok dibingkai oleh sebuah media. Pembingkaian itu diperoleh melalui proses konstruksi.

Konsep framing oleh Robert N. Entman menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing memberi tekanan lebih pada teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang dianggap penting atau ditonjolkan oleh pembuat teks. Robert N. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu.

2. Program Dakwah

Kata program berasal dari bahasa inggris programe atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran indonesia tidak mengunakan kata program untuk acara tetapi mengunakan istilah siaran yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Dengan demikian pengertian

11 Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang, 2012), h. xxi.


(18)

10

program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audience. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran, baik itu televisi atau radio.12

Adapun pengertian dakwah adalah segala aktivitas, baik lisan maupun tulisan serta perbuatan yang mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar yang sesuai dengan syari’at Islam demi tercapainya kesuksesan dunia dan akhirat.

Dari kedua pengertian di atas (pengertian program dan dakwah), dapat disimpulkan bahwa pengertian program dakwah adalah suatu rancangan yang sudah disusun secara terperinci, detail, dan sistematis dalam perencanaan aktivitas dakwah yang siap dilaksanakan.

3. Menek Blimbing

Menek Blimbing merupakan salah satu program dakwah di JTV yang ditayangkan setiap hari Senin-Rabu pada jam 17.00-18.00 WIB secara tidak langsung (Tapping) yang bertujuan untuk mengkaji serta mencari arti lebih dalam dari berbagai sudut pandang mengenal Islam dan dapat memberi solusi terhadap permasalahan yang tengah dihadapi oleh mad’u. Program acara dakwah ini juga sebagai salah satu contoh dari pengembangan metode dakwah yaitu dakwah bil lisan yang


(19)

11

dikembangkan melalui publikasi penyiaran dengan menggunakan media televisi, agar kegiatan dakwah bisa diterima oleh masyarakat secara komperhensif.

F. Sistematika Pembahasan

Agar dalam pembahasan skripsi ini tertata dengan rapi, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN ; Pada bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN ; Pada bab ini berisikan Kajian Pustaka tentang Televisi, Dakwah, Dakwah Melalui Televisi, Program Dakwah Televisi, Kajian Penelitian Yang Relevan.

BAB III : METODE PENELITIAN ; Pada bab ini berisikan tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, Unit Analisis, Jenis dan Sumber Data, Tahapan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Framing, Teknik Analisis Data.

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ; Pada bab ini berisikan tentang Deskripsi Obyek Penelitian, Penyajian Data, Analisis Data, Hasil Temuan dan Analisis Data.

BAB V : PENUTUP ; Pada bab ini berisikan tentang penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran tentang bagaimana analisis framing pada program dakwah “Menek Blimbing” di JTV (Episode Kepemimpinan Membangun Keseimbangan) dan saran terhadap beberapa pihak.


(20)

12

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Televisi

1. Pengertian Televisi

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata televisi merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa Yunani dan visio (penglihatan) dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.1

Penyiaran televisi biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF (Very High Frequency) dan UHF (Ultra High Frequency) dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 MegaHertz. Kini gelombang televisi juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi keliling dibanyak negara. Hingga tahun 2000, siaran televisi dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital.2

Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur)

1 (https://id.wikipedia.org/wiki/Televisi) diakses 21 Desember 2016 Pukul 10.00 WIB 2 Ibid.,


(21)

13

yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain. Kemudian, televisi berperan selama kurang lebih tiga puluh tahun. Terlepas dari itu, kini media televisi kini dapat dibahas secara mendalam baik dari segi pesan maupun penggunaanya.3

Menurut Raymond B. Williams, radio dan televisi merupakan sistem yang dirancang terutama untuk kepentingan transmisi dan penerimaan yang merupakan proses abstrak, yang batasan sisinya sangat teratas atau bahkan sama sekali tidak ada.4

Sebagai media informasi televisi memiliki kekuatan yang ampuh untuk menyampaikan pesan karena media ini dapat menghadirkan pengalaman yang seolah-olah di alami sendiri dengan jangkauan yang luas dalam waktu yang bersamaan, di mana penyampaian isi pesan seolah-olah berlangsung saat itu pula live antara komunikator dan komunikan.5

Sehingga televisi dikatakan sebagai media yang dapat menampilkan pesan secara audio dan visual dan gerak sehingga khalayak lebih mudah memahami pesan apa yang akan disampaikan. Dalam media massa televisi, penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan sehingga informasi atau pesan yang disampaikan oleh televisi tersebut akan mudah di

3 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi (Jakarta : PT. Rineka

Cipta, 1996), hh. 5-6.

4 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, h. 7.


(22)

14

mengerti oleh khalayak karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

Revolusi informasi dan komunikasi telah melahirkan peradaban baru, sehingga mempermudah manusia untuk saling berhubungan serta meningkatkan mobilitas sosial di samping itu kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mampu mengatasi jarak dan waktu.6

Media massa merupakan sebuah bisnis, sosial, budaya, sekaligus merupakan sebuah politik. Dengan demikian, media televisi merupakan media audio visual yang disebut juga sebagai media pandang dengar, atau sambil didengar langsung pula dapat dilihat. Oleh karena itu penanganan produksi siaran televisi jauh lebih rumit, kompleks, dan biaya produksinya jauh lebih besar dibandingkan dengan media radio siaran, karena media televisi bersifat realistis, yaitu menggambarkan apa yang nyata.

2. Komunikasi Massa dan Media Televisi

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui atau menggunakan media massa. Kalau kita mengadakan kegiatan dengan menggunakan media massa, maka pelaksanaannya lebih sukar dibandingkan dengan komunikasi tatap muka. Di sini komunikator harus dapat menyajikan


(23)

15

pesan bagi publiknya yang beraneka ragam dengan jumlah yang besar. Selain itu feedback yang terjadi adalah feedback yang tertunda.7

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.8

Yang dimaksud dengan komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern. Dan media massa ini adalah surat kabar, film, radio, dan televisi. Selain media massa modern, ada media massa tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng, juru pantun dan lain sebagainya.9

Komunikasi massa media televisi adalah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan melalui sebuah sarana yaitu televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa media televisi, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang sangat besar. Karena media televisi bersifat Transitory hanya meneruskan, maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media telivisi,

7 A.W.Widjaja, Komunikasi : Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara,

2002), h. 24.

8 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi

di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 71.

9 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986), h.


(24)

16

hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas dalam bentuk gambar bergerak (audio-visual).10

3. Keberadaan dan Efektifitas Televisi

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.11

Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibandingkan media cetak maupun radio, ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuannya dalam menarik perhatian massa menunjukan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis.

Daya tarik media televisi sedemikian besar sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi berubah total. Media televisi menjadi panutan baru (news religious) bagi kehidupan manusia dan pada akhirnya media televisi menjadi alat/sasaran untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan, bahkan melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya manusia yang sudah ada sejak lama.

10 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1984), h. 20.


(25)

17

Selain itu, keberadaan produk teknologi berupa televisi telah menjadi semacam produsen kebudayaan. Di layar tersebut, selain informasi dan hiburan juga terdapat tempat pencitraan pengemasan sesuatu.

4. Kelebihan dan Kekurangan Televisi

Televisi tak luput dari kekurangan dan kelebihan sebagai media audio dan visual, televisi mempunyai nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan itu sangat cepat dengan kekuatan media televisi yaitu menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan melalui satelit. Televisi juga memberikan informasi atau berita yang disampaikan secara singkat, jelas dan sistematis. Terlebih daya rangsang seseorang terhadap media televisi sangat tinggi karena televisi mampu memadukan suara dan gambar yang banyak.

Sifat televisi yang Transitory maka menjadikan isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsa, televisi juga terikat oleh waktu tontonan, berbeda dengan media cetak yang dapat dibaca kapanpun dan dimana saja. Kekurangan televisi juga tidak bisa melakukan kontrol sosial dan pengawasan secara sosial, langsung dan vulgar seperti halnya media cetak.12


(26)

18

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah dari segi terminologi mengandung arti yang

berbeda. Banyak ahli ilmu dakwah memberikan pengertian atau

definisi dan memiliki pendapat yang berbeda, menurut Hamzah

Ya’kub dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah

kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah danRasul-Nya.13

Merurut M. Arifin dakwah merupakan suatu kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara individu maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamatan terhadap ajaran agama, messsage yang disampaikan kepadanya tanpa ada unsur paksaan.14

Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata bahasa, dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti panggilan, ajakan, atau seruan. Dalam

Ilmu tata bahasa arab, kata dakwah berbentuk sebagai “isim

mashdar”. Kata ini berasal dari fi’il “da‟a-yad‟u” artinya memanggil mengajak atau menyeru.15Arti kata dakwahseperti ini sering dijumpai

atau dipergunakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti :

                         

13 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), h. 19. 14 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah edisi Revisi (Jakarta : Kencana, 2009), h.15.


(27)

19

Artinya : dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS. Al-Baqarah : 23)

Dakwah merupakan proses peningkaan iman dalam arti manusia sesuai syariat Islam dan menunjukkan perubahan kegiatan ke arah yang positif dengan meningkatkan iman dan berbuat baik, ukuran baik dan buruk adalah syariat Islam yang ada pada Al-Qur’an dan Hadits.

Dakwah bertujuan untuk mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang di ridhai Allah SWT agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.16

2. Unsur-Unsur Dakwah

a. Subjek Dakwah

Setiap muslim berkewajiban melaksanakan dakwah dengan cara masing-masing tanpa kecuali. Dengan melalui profesinya seseorang dapat melaksanakan dakwah, begitupun dengan keterampilan dan kegiatan sehari-hari. Dakwah tidak semata-mata harus berdiri di mimbar dengan serentetan dalil yang diluncurkan, tapi dakwah adalah ajakan kepada orang lain untuk berlaku lebih baik sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan as-sunnah.

Dakwah dengan sikap dan tingkah lakupun sering tidak kalah efektifnya ketimbang dakwah dengan lisan. Manusia sering


(28)

20

menjadi tidak berminat jika sering dinasehati, sebaliknya manusia sering perhatian terhadap sesuatu karena ia sering melihatnya. Seorang muslim mesti sadar bahwa dirinya adalah subjek dakwah, ia adalah pelaku yang tidak boleh absen. Tidak ada kekecualian seseorang untuk lepas dari kedudukannya sebagai subjek dakwah.17

Sebagai subjek dakwah ia harus terlebih dahulu mengadakan introspeksi terus menerus terhadap perilaku dirinya agar apa yang akan dilakukan bisa diikuti dan diteladani orang lain. Disamping itu juga secara terus menerus mengupayakan dirinya untuk selalu mengkaji tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam dan lingkungannya dimana dia hidup. Subjek yang tidak mau introspeksi terhadap dirinya ia akan mendapat celaaan dari orang lain.18

b. Objek Dakwah

Objek dakwah amatlah luas, ia adalah masyarakat yang beraneka ragam latar belakang dan kedudukanya. Berkait didalamnya manusia yang merupakan anggota masyarakat yang masing-masing mempunyai kelainan individu. Tak ada manusia yang masing-masing mempunyai kemauan, keinginan, pikiran dan pandangan yang berbeda-beda. Secara individual ada orang yang keras kemauanya, yang susah diajak kompromi seakan-akan dialah orang yang paling benar kalau sudah berpegang pada prinsipnya.

17 Ibid,. 18 Ibid,.


(29)

21

Ada pula orang yang lemah kemauanya ia gampang di belok-belokan hingga sering tidak jelas pendiriannya.

Secara psikologis manusia sebagai objek dakwah dibedakan dalam berbagai persifatan. Berupa sifat-sifat kepribadian, intelegensi, pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, serta peranan. Sementara secara pendekatan sosiologis manusia sebagai objek dakwah antara yang satu dengan yang lain mempunyai perbedaan yang diakibatkan karena adanya, nilai-nilai yang dianut berupa kepercayaan, agama dan lainya, adat dan tradisi yaitu kebiasaan yang turun-temurun, pengetahuan, ketrampilan bahasa serta milik kebendaan.19

c. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah hanyalah Al-Qur’an dan as-sunnah, Al-Qur’an merupakan sumber utamanya yang harus disampaikan melalui dakwah dengan bahasa yang dimengerti oleh masyarakat, komunikan atau audien. Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang mutlak kebenaranya dan dijaga sendiri oleh Allah akan keutuhan, keaslian dan keakuratannya. Sebagai pedoman hidup dalam Al-Qur’an terkandung secara lengkap petunjuk, pedoman, hukum, sejarah serta prinsip-prinsip baik yang menyangkut masalah keyakinan, perdebatan, pergaulan, akhlak, politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya.


(30)

22

Secara umum pokok isi ajaran Al-Qur’an meliputi aqidah, ibadah, muamalah, ahklak, sejarah, dasar-dasar ilmu dan teknologi, serta berupa anjuran-anjuran ataupun ancaman.20

d. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. Filosofi dakwah juga disebut usaha perubahan ke arah yang baik. Semua upaya tersebut memiliki kaitan dengan metode pengembangan dakwah. Sekaligus sebagai pengembangan metode dakwah untuk mewujudkan kegiatan antisipatif, kreatif, dinamis, relevan.21

Dari berbagai pendekatan dakwah baik dakwah bil-lisan (dakwah lisan), dakwah bil-qalam (melalui media cetak), dakwah bil-hal (melalui keteladanan).

e. Media Dakwah

Kata media berasal dari bahasa latin median yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara etimologi yang berarti alat perantara. Wilbur Schramn mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat

20 Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah (Surabaya :Al-Ikhlas, 1994), hh.

45-47.


(31)

23

fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya.22

Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah

(ajaran Islam) kepada mad‟u. Dengan banyaknya media yang ada,

maka da‟i harus memilih media yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media adalah sebagai berikut :

1) Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk

keseluruhan masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik (kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-beda.

2) Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.

3) Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.

4) Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.

5) Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara

objektif, artinya pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da‟i.

6) Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat

perhatian.


(32)

24

7) Efektifitas dan efisiensi harus diperhatikan.

Pada dasarnya, komunikasi dakwah dapat menggunakan berbagai media yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk dapat menerima dakwah. Berdasarkan banyaknya komunikan yang menjadi sasaran dakwah, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu media massa dan media nonmassa.23

1) Media Massa

Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi dakwah.24

Keuntungan dakwah dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan, artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif amat banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi media massa sangat efektif dalam mengubah sikap, perilaku, pendapat komunikan dalam jumlah yang banyak.25

23 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 105. 24 Ibid.,


(33)

25

2) Media Nonmassa

Media nonmassa biasanya digunakan dalam komunikasi untuk orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu seperti surat, telepon, SMS, telegram, faks, papan

pengumuman, CD, e-mail, dan lain-lain. Semua itu

dikategorikan karena tidak mengandung nilai

keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal.26

Disadari atau tidak, media dalam penggunaan komunikasi terutama media massa telah meningkatkan intensitas, kecepatan dan jangkauan komunikasi yang dilakukan manusia dalam berbagai hal. Termasuk dalam hal ini tak ketinggalan adalah dalam komunikasi dakwah massa. Media yang terbaik untuk mempopulerkan, mengajarkan, memantapkan, atau mengingatkan sesuatu dalam dakwah, secara terperinci, Hamzah Ya’qub membagi media dakwah itu menjadi lima:27

1) Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

26 Ibid., h. 106.


(34)

26

Di dalam Al-Qur’an ditemui isyarat tentang media dakwah melalui lisan yang terdapat dalam Q.S. Al-A’raf ayat 158 :

                                          

Artinya : Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

2) Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat, e-mail, sms), spanduk dan lain-lain. Secara langsung memang tidak ditemui dalam Al-Qur’an anjuran menggunakan media tulisan sebagai alat dakwah, tetapi secara tersirat dapat dipahami dari satu surat yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Qalam. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa Allah SWT bersumpah dengan huruf nun, sebagai isyarat terpenting tentang peran huruf, pena dan tulisan dalam pelaksaan dakwah Islamiyah. Hal ini dapat lebih dipahami dengan menelaah surat Al Qalam ayat 1.       


(35)

27

3) Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.

4) Audio visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya. Bisa berbentuk televisi, slide, ohp, internet, dan sebagainya.

5) Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang

mencerminkan ajaran Islam yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad‟u.

Sedangkan jika dilihat dari segi penyampaian pesan dakwah, dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

1) The spoken words (Berbentuk ucapan)

Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang mengeluarkan bunyi. Karena hanya dapat ditampak oleh telinga dan biasa disebut dengan the audial media dan dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti telepon, radio dan lain-lain.28

2) The printed writing (Berbentuk tulisan)

Yang termasuk di dalamnya adalah barang-barang tercetak, gambar-gambar tercetak, lukisan-lukisan, buku, surat kabar, majalah, brosur, pamflet, dan sebagainya.29

28 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 107. 29 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 121


(36)

28

3) The audio visual (Berbentuk gambar hidup)

Yaitu merupakan penggabungan dari kedua golongan di atas, yang termasuk dalam kategori ini adalah film, video, DVD, CD, dan sebagainya.30

Disamping penggolongan wasilah di atas, wasilah dakwah dari segi sifatnya juga dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1) Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan di depan umum terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti ludruk, wayang, drama, lenong dan sebagainya.

2) Media modern, yang diistilahkan juga dengan media elektronika yaitu media yang dilahirkan dari teknologi. Yang termasuk media modern ini antara lain televisi, radio, internet dan sebagainya.31

Secara umum, media-media benda yang dapat digunakan sebagai media dakwah dikelompokkan menjadi empat :

30 Ibid.,


(37)

29

1) Media Visual

Media visual adalah bahan-bahan atau alat yang dapat dioperasikan untuk kepentingan dakwah melalui indra penglihatan. Yang termasuk dalam media ini diantaranya yaitu:

a) Film Slide

Film slide ini berupa rekaman gambar pada film positif yang telah diprogram sedemikian rupa sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Pengoperasian film slide melalui proyektor yang

kemudian gambarnya diproyeksikan pada screen.

Kelebihan dari film slide ini adalah mampu memberikan

gambaran yang cukup jelas kepada mad‟u tentang

informasi yang disampaikan seorang juru dakwah. Disamping itu juga dapat dipakai berulang-ulang sejauh programnya sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah bahwa untuk membuat program melalui film slide diperlukan dalam bidang fotografi dan grafis. Selain itu juga diperlukan ruangan khusus dengan menggunakan aliran listrik.32


(38)

30

b) Overhead Proyektor (OHP)

OHP adalah perangkat keras yang dapat memproyeksikan program kedalam screen dari program yang telah disiapkan melalui plastik transparan. Perangkat ini tepat sekali untuk menyampaikan materi dakwah kepada kalangan terbatas baik sifat maupun tempatnya. Kelebihan menggunakan media ini adalah program dapat disusun sesuai dengan selera da‟i dan apalagi jika diwarnai dengan seni grafis yang menarik. Sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan ruangan khusus yang beraliran listrik juga menuntut kreatifitas da‟i dalam mengungkapkan informasi melalui seni grafis yang menarik.33

c) Gambar dan Foto

Gambar dan foto merupakan dua materi visual yang sering dijumpai dimana-mana, keduanya sering dijadikan media iklan yang cukup menarik seperti surat kabar, majalah dan sebagainya. Dalam perkembangannya gambar dan foto dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Dalam hal ini, gambar dan foto yang memuat informasi atau pesan yang sesuai dengan materi dakwah. Seorang da‟i yang inovatif tentu akan mampu memanfaatkan


(39)

31

gambar dan foto untuk kepentingan dakwah dengan efektif dan efisien.

Kelebihan dari media ini adalah kesesuaiannya antara dakwah dengan perkembangan situasi melalui pemberitaan surat kabar, atau majalah serta keaslian situasi melalui pengambilan foto langsung. Biaya tidak terlalu mahal dan dapat dilakukan kapan saja dengan tidak

bergantung kepada berkumpulnya komunikan.

Kelemahannya, seorang da‟i tidak dapat memonitor

langsung keberhasilan dakwah, selian itu juga menuntut da‟i untuk kreatif dan inovatif.34

2) Media Audio

Media audio adalah alat yang dioperasikan sebagai sarana penunjang kegiatan dakwah yang ditangkap melalui indera pendengaran.35

a) Radio

Dalam melaksanakan dakwah, penggunaan radio sangatlah efektif dan efisien. Jika dakwah dilakukan melalui siaran radio dia akan mudah dan praktis, dengan demikian dakwah akan mampu menjangkau jarak komunikan yang jauh dan tersebar. Disamping itu radio mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah

34 Ibid., hh. 117-118 35 Ibid., h. 120.


(40)

32

disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya yakni musik, kata-kata dan efek suara.36 b) Tape Recorder

Tape recorder adalah media elektronik yang berfungsi merekam suara kedalam pita kaset dan dari kaset yang telah berisi rekaman suara dapat di playback dalam bentuk suara. Dakwah dengan tape recorder ini relatif mengahabiskan biaya yang murah dan dapat disiarkan ulang kapan saja sesuai kebutuhan. Disamping itu da‟i juga dapat merekam program dakwahnya disuatu tempat dan hasil rekamannya dapat disebarkan pada kesempatan lain dan seterusnya.37

3) Media Audio Visual

Media audio visual adalah media penyampaian informasi yang dapat menampilkan unsur gambar dan suara secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan dan informasi.38

a) Televisi

Di beberapa daerah terutama di Indonesia masyarakat banyak menghabiskan waktunya untuk melihat televisi. Kalau dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini

36 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 152. 37 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hh. 119-120. 38 Ibid., h. 120.


(41)

33

dengan efektif, maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan lebih mendalam.39

Program-program siaran dakwah yang dilakukan hendaknya mengenai sasaran objek dakwah dalam berbagai bidang sehingga sasaran dakwah dapat meningkatkan pengetahuan dan aktifitas beragama melalui program-program siaran yang disiarkan melalui televisi.40

b) Film

Jika film digunakan sebagai media dakwah maka harus diisi misi dakwah adalah naskahnya, diikuti skenario, shooting dan acting. Memang membutuhkan keseriusan dan waktu yang lama membuat film sebagai media dakwah. Karena disamping prosedur dan prosesnya lama dan harus professional juga memerlukan biaya yang cukup besar. Namun dengan media film ini dapat menjangkau berbagai kalangan.41

Disamping itu, secara psikologis penyuguhan secara hidup dan tampak yang dapat berlanjut dengan animation

39 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 154. 40 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 121. 41 Ibid., 121.


(42)

34

memiliki kecenderungan yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton.42

c) Internet

Dengan media internet dakwah dapat memainkan peranannya dalam menyebarkan informasi tentang Islam keseluruh penjuru, dengan keluasan akses yang dimilikinya yaitu tanpa adanya batasan wilayah, cultural dan lainnya. Menyikapi fenomena ini, Nurcholis Madjid mengatakan : Pemanfaatan internet memegang peranan amat penting, maka umat Islam tidak perlu menghindari internet, sebab bila internet tidak dimanfaatkan dengan baik, maka umat Islam sendiri yang akan rugi. Karena selain bermanfaat untuk dakwah, internet juga menyediakan informasi dan

data yang kesemuanya memudahkan umat untuk bekerja.43

Begitu besarnya potensi dan efisiennya yang dimiliki oleh jaringan internet dalam membentuk jaringan dan pemanfaatan dakwah, maka dakwah dapat dilakukan dengan membuat jaringan-jaringan informasi tentang Islam atau sering disebut dengan cybermuslim atau cyberdakwah.

Masing-masing cyber tersebut menyajikan dan

42 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 153. 43 Ibid., h. 156.


(43)

35

menawarkan informasi Islam dengan berbagai fasilitas dan metode yang beragam variasinya.44

4) Media Cetak

Media cetak adalah untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak. Media ini sudah lama dikenal

dan mudah dijumpai dimana-mana.45

a) Buku

Para ulama salaf telah mempergunakan media buku sebagai media dakwah yang efektif. Bahkan buku-buku dapat bertahan lama dan menjangkau masyarakat secara luas menembus ruang dan waktu. Para da‟i atau ulama penulis cukup banyak yang telah mengabadikan namanya dengan menulis dan mengarang buku sebagai kegiatan dakwahnya. Seperti halnya Imam Al-Ghazali menulis Ihya‟ „Ulumuddin, Imam Nawawi menulis Riyadh Ash-Shalihin, dan lain-lain.46

b) Surat kabar

Surat kabar beredar dimana-mana, karena di samping harganya yang murah beritanya juga sangat up to date dan memuat berbagai jenis berita. Surat kabar cepat sekali

44 Ibid.,

45 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 122. 46 Ibid., h. 123.


(44)

36

peredarannya karena jika terlambat beritanya akan out of date. Dakwah melalui surat kabar cukup tepat dan cepat beredar melalui berbagai penjuru. Karena itu dakwah melalui surat kabar sangat efektif dan efisien yaitu dengan cara da‟i menulis rubrik di surat kabar tersebut misalnya berkaitan dengan rubrik agama.47

c) Majalah

Majalah mempunyai fungsi yaitu menyebarkan informasi atau misi yang dibawa oleh penerbitnya. Majalah biasanya mempunyai ciri tertentu, ada yang khusus wanita, remaja, pendidikan, keagamaan, teknologi, kesehatan, olahraga, dan sebagainya. Sekalipun majalah mempunyai ciri tersendiri tetapi majalah masih dapat difungsikan sebagai media dakwah yaitu dengan jalan menyelipkan misi dakwah ke dalam isinya, bagi majalah bertema umum. Jika majalah tersebut majalah keagamaan maka dapat dimanfaatkan sebagai majalah dakwah. Jika berdakwah

melalui majalah maka seorang da‟i dapat

memanfaatkannya dengan cara menulis rubrik atau kolom

yang berhubungan dengan dakwah Islam.48

47 Ibid., h. 124. 48 Ibid.,


(45)

37

C. Dakwah Melalui Televisi

1. Dakwah Melalui Televisi

Di tinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa arab da‟wah. dakwah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal,‟ain dan wawu. Dari ketiga huruf ini, terbentuk beberapa kata dengan beragam makna. Makna- makna tersebut adalah memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong,

menyebabkan, mendatangakan, mendoakan, menangis dan meratapi.49

Pengertian secara etimologis dari bahasa arab dalam bentuk masdar. Kata dakwah berasal dari kata da‟a, yad‟u, da‟watan yang berarti seruan, penggilan, undangan atau doa.50 Sedangkan pengertian

dakwah menurut istilah adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Ditinjau dari segi komunikasi, dakwah

adalah merupakan proses penyampaian pesan-pesan (massage) berupa

ajaran Islam yang disampaikan secara persuasif (hikmah) dengan harapan agar komunikasi dapat bersikap dan berbuat amal sholeh sesuai dengan ajara Islam tersebut.51

Dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah segala aktivitas baik lisan maupun tulisan serta perbuatan yang mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar yang sesuai dengan syariat Islam demi tercapainya kesuksesan dunia dan akhirat.

49 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah edisi Revisi, h. 6.

50 Enjang AS,. Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung : Widya Padjadjaran,2009), h. 3. 51 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta : Gaya Media Pertama, 1997), h. 38.


(46)

38

2. Televisi Sebagai Media Dakwah

Media massa khususnya televisi mempunyai fungsi yang sangat relevan dalam upaya mengendalikan moral masyarakat karena media bisa menjangkau jumlah khalayak audience yang relatif tak terbatas dan dengan waktu yang cepat. Akan tetapi, media massa sendiri memerlukan kontrol dalam hal etika menurut pandangan agama.52

Oleh sebab itu televisi harus bersikap inovatif artinya mendorong masyarakat untuk berfikir lebih maju, memperbaiki kesalahan dan menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi kehidupan. Karena televisi mampu memberikan informasi yang benar dari suatu keadaan/kebiasaan yang diangggap salah dengan memberikan solusi. Televisi sebagai pengganda sumber daya pengetahuan dan dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk bertindak nyata.53

Televisi sebagai media dakwah berarti menjadi alat bantu dalam berdakwah. Karena media televisi dapat menjangkau khalayak banyak, maka dakwah lewat media sangatlah tepat.54 Televisi menghadirkan

banyak acara sehingga dakwah bisa dilaksanakan tidak harus melalui atau menggunakan metode ceramah langsung, akan tetapi agar pemirsa terhipnotis maka perlulah tayangan yang bergensi, seperti acara debat atau diskusi dengan narasumber yang terkenal, lagu-lagu Islami,

52 Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, h, 195.

53 Zulkarnaen Nasution, Komunikasi Pembangunan, (Jakarta : Raja Grafindo Utama, 1996), h. 87. 54 Ibid,.


(47)

39

komedi yang didalamnya mengandung pesan dakwah, sinetron-sinetron Islami atau film-film Islami. Acara-acara televisi jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan metode ceramah, karena masyarakat dewasa ini sangat kurang perhatian terhadap rutinitas-rutinitas keagamaan.55

Jadi sangatlah tepat bila cara untuk memotivasi dan mempengaruhi khalayak agar kembali ke jalan Allah adalah lewat program-program yang ditayangkan di televisi.

D. Program Dakwah Televisi

1. Pengertian Program Dakwah

Kata program berasal dari bahasa inggris programe atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak mengunakan kata program untuk acara tetapi dengan istilah siaran yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Dengan demikian pengertian program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audience. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran baik itu radio atau televisi.56

Adapun pengertian dakwah adalah segala aktivitas baik lisan maupun tulisan serta perbuatan yang mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar yang

55 Ibid,.


(48)

40

sesuai dengan syariat Islam demi tercapainya kesuksesan dunia dan akhirat.

Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian program dakwah adalah suatu rancangan yang sudah disusun secara terperinci, detail, dan sistematis dalam perencanaan dakwah yang siap dilaksanakan.

2. Karakteristik Program Dakwah di Televisi

Dalam menyusun program dakwah, haruslah direncanakan dan disusun secara matang karena bila suatu program disusun dengan tidak ada pertimbangan yang matang maka akan terjadi kegagalan dalam pencapaian tujuan dalam kegiatan berdakwah. Dengan demikian dalam penyusunan program dakwah ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a. Program dakwah disusun berdasarkan kenyataan atas

kebutuhan kenyataan yang ada (terbukti secara empiris). Jadi, penyusunan program disesuaikan dengan kebutuhan objek dakwah yang akan dihadapi.

b. Menggunakan pemikiran, imajinasi dan kemampuan

memprediksi hal-hal yang mungkin saja terjadi di masa yang akan datang.

c. Memberikan gambaran keadaan pada masa yang akan datang serta tindakan-tindakan alternatif yang bisa digunakan apabila terdapat hal-hal yang bisa menghambat dakwah. Pada tahap ini


(49)

41

seorang produser mempunyai rencana cadangan apabila banyak terdapat hal-hal yang bisa menghambat prosesnya.57

3. Jenis-Jenis Program Televisi

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audience dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku.

Terdapat pembagian program berdasarkan sifatnya yang faktual dan fiktif. Program faktual antara lain meliputi: program berita, dokumenter, atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi.

Jenis program televisi dibagi menjadi 2 yaitu : a. Program Informasi

Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuanya untuk memberikan tambahan pengetahuan berupa informasi kepada khalayak. Daya tarik ini adalah informasi dan informasi itulah yang dijual kepada audience. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).58

57 Kustadi Suhandang, Manajemen Pers Dakwah, (Bandung : MARJA, 2007), h. 51. 58 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 218.


(50)

42

1) Berita Keras (Hard News)

Berita keras adalah segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak secepatnya. Dalam hal ini berita keras dapat dibagi kedalam beberapa bentuk berita yaitu:59

a) Straigh News

Straigh news berati berita langsung, maksudnya suatu berita yang singkat atau tidak detail dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang mencakup 5W+1H dalam suatu peristiwa yang diberitakan.

b) Feature

Feature adalah berita ringan namun menarik. Pengertian menarik disini adalah informasi yang unik, lucu, aneh, menimbulkan kekaguman, dan sebagainya. Pada dasarnya berita-berita semacam ini dapat dikatakan sebagai soft news karena tidak terlalu terikat waktu atau penayangan.

c) Infotainment

Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat dan karena sebagian besar dari


(51)

43

mereka bekerja pada industri hiburan, seperti pemain film/sinetron, penyanyi dan sebagainya.60

2) Berita Lunak (Soft News)

Berita lunak adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (In-Depth) namun tidak bersifat harus segera ditayangan. Berita yang masuk dalam kategori berita lunak adalah:

a) Current affair

Dari namanya, pengertian current affair adalah urusan saat ini. Current affair adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam.61

b) Magazine

Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam atau dengan kata lain magazine adalah feature dengan durasi yang lebih panjang.

c) Dokumenter

Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik.

60 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 219. 61 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 221.


(52)

44

d) Talk Show

Program talk show atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipadu oleh seorang pembawa acara.62

e) Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang

bertujuan untuk menghibur audience dalam bentuk

musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk kategori hiburan adalah drama, permainan, dan pertunjukan.63

E. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Dan menegaskan bahwa penelitian kali ini tidak pernah dibahas dalam penelitian sebelumnya.

1. Samrotul Jannah, 2016, PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN

MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA TERHADAP PROGRAM DAKWAH DI TV9 DAN JTV.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif

dengan jenis Induktif dan menggunakan model teori Used and

Gratifications.

62 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 222 63 Ibid,.


(53)

45

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah : Bagaimana persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya terhadap program dakwah Yuk Kita Sholawatan di TV9 dan Padange Ati di JTV dan Bagaimana komparasi antara program dakwah “Yuk Kita Sholawatan (YKS)” di TV9 dan “Padange Ati (PA) di JTV” dari hasil persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya.

Persamaan dari penelitian berjudul Persepsi Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya Terhadap Program Dakwah di TV9 Dan JTV dengan penelitian berjudul Analisis Framing Program Dakwah “Menek Blimbing” di JTV (Episode Kepemimpinan Membangun Keseimbangan) adalah sama-sama menjadikan program dakwah di JTV sebagai objek atau media dalam penelitian.

Yang membedakan dari kedua penelitian ini adalah penelitian dari Samrotul Jannah membahas tentang bagaimana persepsi santri PPM Al-Jihad Surabaya terhadap program dakwah Padange Ati di JTV berbeda dengan penelitian dari Achmad Hanafi membahas bagaimana JTV membingkai pemberitaan pada program dakwah Menek Blimbing.

2. Mariyatul Qibtiyah , 2015, DAKWAH DALAM TAYANGAN

“ILIR-ILIR ATINE CEKNE ADEM (JTV)” MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DESA BANJAR KEMUNING KEC.SEDATI SIDOARJO.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Tujuan dalam penelitian ini


(54)

46

adalah bagaimana persepsi masyarakat banjar kemuning kecamatan sedati sidoarjo terhadap dakwah dalam tayangan “Ilir-Ilir atine cekne adem” serta faktor-faktor yang mempengaruhi.

Persamaan dari penelitian yang berjudul Dakwah Dalam Tayangan “Ilir-Ilir Atine Cekne Adem (JTV)” Menurut Persepsi Masyarakat Desa Banjar Kemuning Kec.Sedati Sidoarjo dengan penelitian berjudul Analisis Framing Program Dakwah “Menek Blimbing” di JTV (Episode Kepemimpinan Membangun Keseimbangan) adalah sama-sama menjadikan program dakwah di JTV sebagai objek atau media dalam penelitian.

Yang membedakan dari kedua penelitian ini adalah penelitian dari Mariyatul Qibtiyah membahas tentang bagaimana persepsi masyarakat banjar kemuning kecamatan sedati sidoarjo terhadap dakwah dalam tayangan “Ilir-Ilir atine cekne adem (JTV)” serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbeda dengan penelitian dari Achmad Hanafi membahas bagaimana JTV membingkai pemberitaan pada program dakwah Menek Blimbing.


(55)

47

Tabel 2.1

Kajian Penelitian yang Relevan

No. Peneliti, Tahun Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Samrotul

Jannah, 2016

Persepsi Santri

Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya Terhadap

Program Dakwah di TV9 dan JTV.

Sama-sama menjadikan program dakwah di JTV sebagai

objek atau

media dalam

penelitian. Samrotul Jannah membahas tentang bagaimana persepsi santri PPM Al-Jihad Surabaya

terhadap program dakwah

Padange Ati di JTV, Achmad Hanafi

membahas bagaimana JTV membingkai pemberitaan pada program dakwah Menek


(56)

48

Blimbing.

2. Mariyatul

Qibtiyah , 2015

Dakwah Dalam Tayangan “Ilir-Ilir Atine Cekne

Adem (JTV)”

Menurut Persepsi Masyarakat Desa Banjar Kemuning Kec.Sedati

Sidoarjo.

Sama-sama menjadikan program dakwah di JTV sebagai

objek atau

media dalam

penelitian. Mariyatul Qibtiyah membahas tentang bagaimana persepsi masyarakat banjar kemuning kecamatan sedati sidoarjo terhadap

dakwah dalam tayangan “Ilir-Ilir atine cekne

adem (JTV)”

serta

faktor-faktor yang

mempengaruhi, Achmad Hanafi membahas bagaimana JTV


(57)

49

membingkai pemberitaan pada program dakwah Menek Blimbing.


(58)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah. Dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikanpemecahanya.1

Penelitian juga merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam terhadap munculnya fenomena tertentu. Dengan didukung oleh penguasaan teori dan konseptualisasi yang kuat atas fenomenatersebut.

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data ataupun informasi untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha menurunkan pemecahan yang ada sekarang berdasarkan data-data dipenyajian data, menganalisis dan menginterpretasikan, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis dan

1 Wardi Bachtiar,


(59)

51

membuat prediksi.2 Pendekatan inilah yang di gunakan peneliti pada

skripsi ini.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yang menggunakan analisis framing model Robert N.Entman. Terdapat jenis-jenis penelitian dalam metode penelitian kualitatif. Jenis penelitian dalam kualitatif sangat penting untuk dirumuskan terlebih dahulu agar tujuan penelitian dengan metode kualitatifdapat terdefinisi dengan baik.

Spesifikasi dalam penelitian ini adalah deskriptif dan aplikatif yang cirinya bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk memecahkan masalah berdasarkan data-data yang ada, yakni menyajikan, menganalisis, menginterpretasikan data dengan penerapan.

B. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah episode Kepemimpinan Membangun Keseimbangan. Episode ini tayang pada program acara dakwah Menek Blimbing di JTV.Program ini merupakan sebuah program yang mengkaji serta mencari arti lebih dalam dari berbagai sudut pandang mengenal Islam dan dapat memberi solusi terhadap permasalahan yang tengah dihadapi oleh masyarakat, yang ditayangkan secara tidak langsung (Tapping) dan dikemas dalam bentuk berita dokumenter.

Episode tersebut mulai tayang di televisi pada tanggal 9 Mei 2016 dan di unggah di youtube pada 13 Mei 2016 dan kemudian peneliti unduh

2 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 1984) h.


(60)

52

melalui internet. Penelitian yang peneliti lakukan ini hanya difokuskan pada analisis konten yang ada pada tayangan “Menek Blimbing” secara lisan verbal.

C. Jenis dan Sumber Data

Ada banyak jenis dan sumber data yang digunakan untuk mendapatkan data, akan tetapi tidak semua teknik ini dapat digunakan karena dalam hal ini harus disesuaikan dengan site yang menjadi penelitian. Adapun jenis

dan sumber data dalam penelitian ini adalah : 1. Sumber Data Primer

Data primer merupakan jenis data yang didapatkan untuk kepentingan penelitian, ini adalah data deskriptif, yang merupakan data utama tayangan program dakwah Menek Blimbing berupa video hasil unduhan (download) program dakwah Menek Blimbing JTV episode

Kepemimpinan Membangun Keseimbangan yang kemudian dijadikan teks tertulis.

2. Sumber Data Sekunder

Merupakan data tambahan atau data pelengkap yang sifatnya untuk melengkapi data yang sudah ada, buku-buku referensi, majalah, internet ataupun situs-situs lainya yang mendukung dalam penelitian ini.


(61)

53

D. Tahapan Penelitian

1. Mencari dan Menemukan Tema

Dalam hal ini peneliti melakukan pemahaman dan memfokuskan topik tentang program acara dakwah teraktual, ketika menonton tayangkan di televisi swasta lokal ada program acara Menek Blimbing yang mana episodenya membahas tentang “Kepemimpinan Membangun Keseimbangan” yang kemudian menjadi sorotan dan menjadi banyak dibicarakan dikalangan cendekiawan di Indonesia. Setelah menonton tayangan tersebut peneliti pun langsung mencari informasi dengan menonton tayangan tersebut. Setelah menonton peneliti terinspirasi untuk mengangkat tayangan ini sebagai judul penelitian yang akan diteliti. Kemudian mengajukan judul skripsi kepada kaprodi, setelah disetujui peneliti melanjutkan proposal yang telah dikonsultasikan dan disahkan oleh dosen pembimbing, proposal siap diujikan dan dilanjut ke tahapberikutnya yaitu skripsi.

2. Menentukan Metode Penelitian

Mengingat tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah menganalisis program dakwah “Menek Blimbing” di JTV kemudian mencari isi konten yang ada pada tayangan tersebut, maka peneliti memutuskan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teori analisis framingnon kancah model Robert N.Entman.


(62)

54

3. Tahap Penggalian Data

Pada tahap penggalian data ini perlu dipersiapkan adalah alat/instrument penelitian. Karena penelitian ini tidak dilakukan di lapangan. Maka instrumen yang dibutuhkan relatif sedikit. Instrumen -instrumen yang dibutuhkan antara lain:

a. Manusia, yaitu peneliti sendiri sebagai instrumen yang utama dalam penelitian ini.

b. Video sudah di unduh dari situs Youtube tayangan program acara dakwah Menek Blimbing episode Kepemimpinan Membangun Keseimbangan.

c. Buku-buku referensi. d. Laptop/Komputer. e. Dan lain sebagainya.

Disini yang terpenting adalah agar penulis sejauh mungkin menyiapkan segala alat dan perlengkapan penelitian yang diperlukan sebelum dilakukan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Setiap penelitian pasti dapat ditemui dengan apa yang dinamakan teknik pengumpulan data, karena teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk sampai pada hasil penelitian. Data yang dikumpulkan yang kemudian akan diteliti kembali dengan cermat validitasnya, agar tidak


(63)

55

terjadi kekeliruan pada hasil penelitian. Terkait dengan itu dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari:

1. Observasi

Pengamatan observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk mengamati data teks. Dalam hal ini berbentuk dialog, gambar, musik, dalam video tayangan tersebut. Dari observasi dapat diperoleh data yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang memecahkannya. Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang tayangan program dakwah “Menek Blimbing” 2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu, bentuk lain dari dokumen adalah surat-surat pribadi,catatan harian, berita, koran artikel majalah, brosur, foto-foto, film dan VCD.3

Dokumen dapat digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan dan dokumen juga merupakan keperluan peneliti, karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai berikut:


(64)

56

a. Dokumen digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.

b. Sebagai bukti untuk suatu pengujian.

c. Dokumen berguna sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, dan berada pada konteks.

d. Dokumen harus dicari dan ditemukan.

e. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.4

Dalam mendapatkan dokumentasi yang berupa tayangan program dakwah “Menek Blimbing” peneliti mencoba mendownload rekaman dari youtobe kemudian memindahkan dokumen dalam bentuk VCD, sehingga peneliti bisa melanjutkan penelitian yang akan peneliti teliti setelah mendapatkan dokumen utama.

F. Analisis Framing

Menurut Eriyanto dalam bukunya Analisis framing adalah analisis yang memusatkan perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai berita.5 Analisis framing melihat bagaimana media

mengkonstruksi realitas, bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Analisis framing sebagai salah satu alternatif model analisis yang

4 Lexy J. Moleong,

Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja RosdaKarya, 2010), hh.

216-217.

5 Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT LkiS


(65)

57

dapat mengungkap rahasia dibalik sebuah perbedaan bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta.

Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media.6

Elemen-elemen tersebut bukan hanya bagian dari teknis jurnalistik, melainkan menandakan bagaimana peristiwa mampu dimaknai dan ditampilkan. Inilah sesungguhnya sebuah realitas, bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan, dan mereproduksi suatu peristiwa kepada pembaca maupun penontonnya. Melalui analisis framing akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, siapa diuntungkan dan siapa yang dirugikan serta siapa yang menindas dan siapa yang ditindas.

Kesimpulan-kesimpulan seperti ini sangat memungkinkan diperoleh karena analisis framing merupakan suatu seni kreatifitas yang memiliki kebebasan dalam menafsirkan realitas dengan menggunakan teori dan metodologi tertentu. Ada dua esensi utama dari analisis framing, yaitu bagaimana peristiwa dimaknai, dimana berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput serta bagaimana fakta ditulis.


(66)

58

Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.7 Aspek ini

berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan.

Model-Model Analisis Framing 1. Murray Edelman

Framing menurut Murray adalah apa yang diketahui tentang realitas atau tentang dunia tergantung pada bagaimana membingkai dan mengkonstruksi realitas, realitas yang sama bisa jadi akan menghasilkan realitas yang berbeda ketika realitas tersebut dibingkai atau dikonstruksi dengan cara yang berbeda.8

2. Robert N. Entman

Konsep framing oleh Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari pada isu yang lain.9

7 Rachmat Kriyantono,

Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2006), h. 256.

8Ibid,. h. 185-186. 9Ibid,. h. 220.


(1)

90

teguh, Mempunyai keyakinan, Berhati ikhlas, Memiliki kondisi fisik yang baik, serta Mampu berkomunikasi.


(2)

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penelitian yang berjudul Analisis Framing Program Dakwah “Menek Blimbing” di JTV, Episode Kepemimpinan Membangun Keseimbangan. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang menggunakan analisis framing model Robert N. Entman dengan menyeleksi isu serta menonjolkan aspek tertentu.

Adapun hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang terjadi saat ini yang lebih mengutamakan dirinya sendiri, golongan maupun partai politiknya sendiri, serta tidak bisa mempertanggungjawabkan kepemimpinannya kepada rakyat. Faktor penyebab masalahnya adalah masing-masing pemimpin umat Islam saling menonjolkan kemampuannya, tidak mau bersatu padu membicarakan pemimpin umat Islam yang kelak akan menjadi pemimpin. Nilai moral yang disajikan berlandaskan pada moral agama dan masyarakat dengan memberikan gambaran-gambaran terkait kepemimpinan yang terjadi pada masa kepemimpinan Rasulullah dan para sahabat. Penyelesaian dan jalan yang ditawarkan yaitu pemimpin yang selalu mengutamakan rasa keadilan serta memiliki sifat rendah hati dan yang terpenting selalu mempertanggungjawabkan kepemimpinannya tidak hanya kepada rakyat tetapi juga kepada Allah.


(3)

92

B. Saran

Saran-saran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan serta pertimbangan oleh pihak –pihak terkait, khususnya peneliti.

1. Bagi para pembaca, harus lebih baik serta memperdalam hasil dari penelitian ini, dikarenakan peneliti menyadari bahwasannya hasil dari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.

2. Bagi Institusi khususnya Fakultas Dakwah dan Komunikasi diharapkan mampu mengembangkan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan komunikasi ini dengan hal-hal baru, aktual dan ilmiah.

3. Bagi mahasisiwa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, diharapkan mampu menngembangkan serta menggunakan ilmu pengetahuannya agar bermanfaat bagi bangsa dan negara. Serta dapat menyajikan produk positif yang layak dikonsumsi sebagai materi.


(4)

93

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

A. Hasan. Tafsir Al-Furqan. Persatuan Pustaka Tamaam. 1406 H.

Abda, Slamet Muhaimin. Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya :Al-Ikhlas, 1994.

Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah edisi Revisi. Jakarta : Kencana, 2009.

Amin, Samsul Munir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta: Amzah, 2008.

Asy’ari, dkk. Pengantar Study Islam, Cetakan IV.

Bachtiar, Wardi. Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta : Logos, 1997.

Badjuri, Adi. Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Baran, Stanley J. Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya, Jakarta: Erlangga, 2012.

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2007.

Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986.


(5)

94

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1984.

Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004.

Enjang AS. Aliyudin. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung : Widya Padjadjaran, 2009.

Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang, 2012.

Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana, 2006.

Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja RosdaKarya, 2010.

Morissan, Manajemen Media Penyiaran, Jakarta : Kencana, 2013.

Mufid, Muhammad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta : Kencana, 2009.

Muhyidin, Asep. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung : Pusaka Setia, 2002.

Naratama, Menjadi Sutradara Televisi: Dengan Single dan Muti Camera. Jakarta: Grasindo, 2004.


(6)

95

Nasution, Zulkarnaen. Komunikasi Pembangunan, Jakarta : Raja Grafindo Utama, 1996.

Prihananto, Komunikasi Dakwah, Surabaya : Dakwah Digital Press, 2009.

Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 1984.

Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Set, Sony. Menjadi Perancang Program TV Profesional, Yogykarta : Andi Offet, 2008.

Suhandang, Kustadi. Manajemen Pers Dakwah. Bandung : MARJA, 2007.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya : Al-Ikhlas, 1983.

Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta : Gaya Media Pertama, 1997.

Widjaja, A.W. Komunikasi : Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara, 2002.

INTERNET

https://id.wikipedia.org/wiki/Televisi diakses pada 21 Desember 2016 Pukul 10.00 WIB