Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Majelis Jemaat GKI Palsigunung Depok Terhadap Pemberdayaan Kelompok Bakal Jemaat T1 712005042 BAB II

II. LANDASAN TEORI
2.1. Hakikat Kepemimpinan
2.1.1. Definisi kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Sebagai
konsekuensinya para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektifperspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Stogdil
menyimpulkan bahwa terdapat hampir sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan
jumlah orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep tersebut. 2
Beberapa definisi kepemimpinan yang dapat dianggap cukup mewakili adalah sebagai
berikut3:
1. Kepemimpinan adalah “perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas
suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.
2. Kepemimpinan adalah “pengaruh antarpribadi, yang dalam suatu situasi tertentu, serta
diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian suatu atau beberapa tujuan
tertentu.
3. Kepemimpinan adalah “proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
4. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap
usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang
diinginkan untuk mencapai sasaran.
Dari pengertian kepemimpinan di atas, maka dapat disimpulkan,kepemimpinan adalah
kemampuan untukmempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai

tujuan tertentu padasituasi tertentu.
2.1.2. Kepemimpinan yang memberdayakan
Pemberdayaan Manusia adalah dimana seorang pemimpin membangun bawahannya,
memberi mereka sumber-sumber daya, wewenang, serta tanggung jawab, lalu melepaskan
mereka untuk mencapainya. Kepemimpinan yang memberdayakan adalah kepemimpinan yang
meningkatkan kualitas hidup pengikut dengan memberi kepercayaan kepada warga,
mengembangkan prakarsa, meningkatkan keahlian (kompetensi), menggerakkan potensi, dan

2
3

R.M. Stogdill, Handbook of leadership: A survey of the literature, (New York: Free Press, 1974), hlm.25-27
Gary Yukl,KepemimpinanDalamOrganisasi, (Jakarta: Prenhallindo), hlm. 2-4

6

mengorganisasikan sumberdaya yang ada sehingga jemaat atau pengikut dapat berkembang dari
keadaan kurang atau tidak berdaya menjadi punya daya dengan tujuan agar jemaat/pengikut
tersebut dapat mencapai/memperoleh kehidupan yang lebih baik.4
“Model kepemimpinan yang memberdayakan akan menjauhkan diri dari kekuasaan atas

dasar posisi dimana semua orang diberikan peran kepemimpinan agar dapat berkontribusi
sepenuhnya”. Hanya orang-orang yang diberdayakanlah yang dapat mencapai potensinya.
Seorang pemimpin yang lemah khawatir bahwa jika pemimpin membantu para bawahannya,
maka posisinya akan dapat digantikan. Namun sesungguhnya, satu-satunya cara untuk
menjadikan diri seseorang tidak tergantikan adalah justru menjadikan diri dapat digantikan.
Dengan kata lain, jika pemimpin terus memberdayakan dan membantu orang lain berkembang
agar mampu mengambil alih tugas pemimpin maka pemimpin akan menjadi sedemikian
berharga bagi organisasi sehingga tidak tergantikan. Itulah paradoks Hukum Pemberdayaan5
Dari uraian di atas menggambarkan bahwa kepemimpinan perlu untuk mengembangkan
orang lain, menjadikan orang lain pemimpin-pemimpin baru yang dapat memimpin orang lain.
Jika seorang pemimpin dapat melahirkan pemimpin yang sama dengannya atau bahkan lebih
besar darinya maka pemimpin memiliki posisi yang tidak dapat tergantikan karena pemimpin
telah membantu orang lain mencapai sukses. Kunci dalam memberdayakan orang lain adalah
keyakinan yang besar terhadap orang lain.
2.1.3. Visi dan pemberdayaan
Secara sederhana, visi dapat diterjemahkan sebagai masa depan yang realisits, dapat
dipercaya, dan menarik bagi organisasi. Menurut Nanus, visi merupakan pernyataan tujuan,
sebuah masa depan yang lebih baik, lebih berhasil, atau lebih diinginkan dibandingkan dengan
kondisi sekarang. Visi seorang pemimpin pada dasarnya akan dapat menumbuhkan motivasi dan
menginspirasi setiap tindakan bawahan dalam melaksanakan tugas yang diberikan pemimpinnya.

Secara lebih luas visi seorang pemimpin dapat membantu membentuk masa depan organisasi
yang dipimpinnya.6
Pemimpin yang tidak mampu merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi yang jelas akan
mengalami kendala dalam pendistribusian (break down) visi dan misi tersebut kepada semua
orang yang menjadi

bawahannya.

Hambatan bawahan dalam menerima perintah dan

4

Gary Yukl,KepemimpinanDalamOrganisasi, hlm. 2-4
Maxwel,.hlm. 229
6
Burt Nanus, Kepemimpinan Visioner, (Jakarta: Penhalindo, 2001) hlm. 9
5

7


melaksanakan tugas biasanya disebabkan karena minimnya informasi dan ketidakjelasan tujuan
yang diberikan oleh pemimpinnya. Pemimpin yang memiliki visi masa depan yang kuat
(visioner) dalam menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya, akan lebih mudah dibandingkan dengan pemimpin lainnya.
2.2. Kepemimpinan Yang Memberdayakan Dalam Alkitab
Penulis sengaja mengangkat kepemimpinan Musadan Yesus sebagai contoh kepemimpinan
yang memberdayakan, bukan berarti tidak ada pemimpin lain yang dapat diteladani, seperti
Daud, Nehemia, Yosua, Salomo, Paulus dll.Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan
kepemimpinan Musa dan kepemimpinan Yesus.
Musa berusaha mengatasi konflik yang muncul (Kel. 18:13-16). Ia mencoba menjadi
pemimpin yang baik, namun secara de facto, dirinyalah yang menjadikan Israel tidak bergerak
secepat yang diinginkan. Dirinya pula yang membuatnya lelah dan tidak dapat berfungsi
optimum. Ia tidak membuat suatu budaya kerja yang mendorong gerak yang kuat dan
pemberdayaan pengikutnya. Ia menjadi pusat dinamika komunitasnya. Akibatnya, kekuatan dari
komunitasnya ditentukan oleh kekuatannya sendiri, sedangkan potensi-potensi orang lain yang
Tuhan letakkan di sekitarnya, terbengkalai.9
Mertuanya, Yitro, dengan bijaksana memberikan nasihat kepada Musa (Kel. 18:9-12), serta
memberikannya beberapa bimbingan yang sangat berharga mengenai konsep kepemimpinan
yang memberdayakan.Musa diperhadapkan untuk mencari orang yang dapat diberi pekerjaan
yang menjadikan mereka pemimpin sekalipun mereka bukanlah seorang pemimpin.Beberapa

prinsip yang relevan pada masa kini.
1. Mengerti panggilan kita.
Yitro menasihati Musa dengan berkata:"Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku
akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah
bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.
Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusankeputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang
harus dilakukan" (Kel. 18:9). Musa perlu melepaskan perkara-perkara yang dapat dilakukan
orang lain, sehingga dia dapat lebih fokus pada hal-hal tertentu. Demikian juga dengan setiap

9

ibid

8

pemimpin. Apa kelebihan seorang pemimpin? kita dipanggil dan memiliki kualifikasi untuk
melakukan apa? Bagaimana pemimpin dapat mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan lainnya?10
2. Pilihlah pemimpin-pemimpin yang berkualitas untuk membantu kita.
Dengan lembut Yitro menasihati Musa: "Kamu bukanlah satu-satunya orang yang dapat
melakukan hal ini. Kamu hanya perlu menemukan beberapa pemimpin yang dapat kamu

percayai untuk berbagi beban ini. Tidak ada alasan yang mengharuskan kamu menanggung
semuanya." Dia menambahkan nasihatnya, "Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu
orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci
kepada pengejaran suap" (Kel. 18:21a). Perhatikanlah bahwa fokusnya terletak pada karakter.
Orang-orang boleh saja mencari pengetahuan dan pengalaman. Mereka dapat mempelajari
keahlian dan mengembangkan karunia mereka, tetapi kita perlu memulainya dengan dasar
karakter yang saleh. Saat pemimpin memiliki hal ini, maka kita akan lebih mudah memberikan
delegasi.
3. Berikan pemimpin-pemimpin tanggung jawab dan otoritas.
Yitro sangatlah praktis. Dia mengerti bahwa cakupan kendali seorang pemimpin berkisar
10 orang. Dia menetapkan tingkatan organisasi yang sederhana dengan tanggung jawab yang
berbeda-beda. Dia memberikan garis besar: "Tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi
pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin
sepuluh orang" (Kel. 18:21b-22a). Ini bukanlah sesuatu yang sulit, bukan juga birokrasi.
Berbagai tingkatan manajemen tidak dibuat untuk menghalangi pengambilan keputusan, tetapi
untuk memudahkannya. Kuncinya adalah memberikan pengikut otoritas.
4. Lakukanlah hal-hal yang tidak bisa diatasi orang lain saja.
Musa sekalipun menyerahkan tugas melalui pendelegasian tetapi tidak menyerahkan
tanggung jawab utamanya. Musa mendelegasian dalam memutuskan persoalan yang diributkan
oleh orang Israel, tetapi tetap memegang keputusan yang bersifat strategis, penting dalam

pengembaraan menuju tanah perjanjian.Yitro menganjurkan agar Musa mengelola masalahmasalah yang tidak bisa diatasi oleh orang lain(Kel. 18:22b). “Jangan pernah melakukan
pekerjaan penting yang dapat dilakukan orang lain atau akan dilakukan orang lain, jika ada

10

E.G. Singgih.Kepemimpinan Musa di dalam Perjanjian Lama, Jurnal, INTIM (Makassar: STT Intim Edisi
No. 7 - Semester Ganjil 2004), hlm. 22

9

banyak hal-hal penting yang perlu dilakukan yang tidak bisa atau tidak akan dilakukan orang
lain."11
Yitro menjanjikan dua keuntungan: Musa bisa bertahan (strategi ini dapat dijalankan),
dan umatnya akan berada dalam kedamaian (konflik yang ada akan semakin sedikit).Jika kita
ingin memiliki kepemimpinan yang kuat, maka sudah seharusnya setiap pemimpin
memberdayakan orang-orang yang dipimpinnya. Jangan pernah takut melihat potensi dan
mengembangkan potensi orang-orang yang kita pimpin, sekalipun orang yang kita pimpin
memiliki potensi yang lebih besar daripada yang kita miliki.
Sudah seharusnya kebesaran seorang pemimpin diukur dari berapa banyak pemimpin
yang dihasilkannya, bukan sekadar berapa banyak pengikutnya. Seperti Tuhan Yesus yang telah

"menolak" 5.000 orang yang mengikuti-Nya dan lebih memprioritaskan waktu-Nya untuk
memimpin 12 orang murid. Dengan memberdayakan ke-12 murid-Nya secara maksimal, maka
lahirlah dua belas rasul yang menggoncangkan dunia.

Sebagai seorang pemimpin yang

melayani, Tuhan memberikan karakteristik-Nya dalam melayani orang lain atau orang yang kita
pimpin, yang tertuang di Lukas 22:27: "Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan,
atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu
sebagai pelayan." Dari ayat tersebut kita dapatkan beberapa prinsip bagaimana seseorang
pemimpin yang melayani dapat memberdayakan orang yang dipimpin.
Pertama, menghargai orang yang kita pimpin. Dikatakan bahwa orang yang duduk
makan "lebih besar" daripada yang melayani. Sering kali pemimpin tidak bisa memberdayakan
karena dia merasa bahwa posisinya lebih tinggi sehingga lebih menuntut untuk dihargai daripada
menghargai. Syarat pertama untuk pemimpin dapat memberdayakan orang di bawahnya adalah
menghargainya: menghargai potensi orang yang dipimpin, menghargai bahwa dia adalah calon
pemimpin masa depan, menghargai bahwa dia adalah orang yang dipercayakan Tuhan untuk kita
pimpin untuk memaksimalkan potensinya.
Kedua, sikap melayani seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri. Untuk
memberdayakan orang lain, maka kita harus berfokus untuk melayani orang tersebut. Kita

melayaninya dengan cara mengenalnya setiap potensi yang dia miliki sebaik mungkin, kemudian
berikan dia mimpi, dorongan, dan kesempatan untuk maju dan berkembang. Layani sampai dia

11

www.ppsbobby.wordpress.com. Jumat, 13/09/2012 Pkl. 17.00. Wib

10

mencapai potensinya yang maksimal, hingga dia mengalami kepuasan karena pelayanan yang
kita berikan.12
Dalam dunia modern, apalagi di dalam dunia pelayanan gerejawi atau organisasi Kristen
hal serupa terjadi. Para pemimpin lalai untuk memberdayakan banyak orang. Jadi bagaimana
cara memberdayakan?Pertama, kesediaan memberdayakan merupakan suatu sikap spiritual.
Orang yang bersedia memberdayakan orang lain menyatakan di depan orang banyak bahwa ia
mempercayakan semua proses pelayanannya kepada Tuhan dan orang-orang yang Ia letakkan di
sekitarnya. Ia tidak menjadikan dirinya pusat segalanya.
2.2.1. Tidak memerintah tetapi melayani
Pemimpin Kristen adalah pemimpin yang melayani. Ini artinya bahwa seorang pemimpin
Kristen bukan menerapkan kekuasaannya berdasarkan ego, tetapi berdasarkan tanggung jawab.

Seorang pemimpin yang berdasarkan ego akan memuaskan egonya dalam setiap tujuan,
sedangkan pemimpin yang dimotivasi oleh tanggung jawab, akan membuat dia mengurbankan
egonya bagi suatu tujuan. Kepemimpinan membutuhkan kemauan keras, bukan kemauan yang
egois atau keras kepala, melainkan kemauan yang tetap untuk melakukan apa yang perlu
dilakukan. Esensi kepemimpinan Kristen tidak terletak pada jabatan, gelar, atau pangkat, tetapi
pada "kain dan basi" (pelayan) sebagaimana teladan Yesus saat Ia membasuh kaki murid-muridNya.
Model kepemimpinan melayani adalah model yang absah dan alkitabiah, baik dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Robert K Greenleaf, mengatakan bahwa
kepemimpinan yang baik dalam pespektif kristiani adalah “Kepemimpinan yang melayani”yang
artinya adalah orang yang mula-mula menjadi pelayan.13
2.2.2. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi
pemberdayaan.Pendelegasian ialah tindakan mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas),
kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan secara
individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian dilakukan dengan cara membagi tugas,
kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta pertanggung-jawaban, yang ditetapkan

12

Robert K Greenleaf, Servant Leadership: A Jurney into the nature of legitimate power and greatness, (New

York: Paulist Press, 1977) hlm 16-17
13
Robert K Greenleaf, Servant Leadership: A Jurney into the nature of legitimate power and greatness, hlm 7

11

dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas formil dalam organisasi.Pendelegasian sangat penting
bagi hidup dan kerja setiap organisasi.
2.3. Tugas Majelis Jemaat Dan Panggilannya
Majelis jemaat merupakan pelayan gereja yang bertugas untuk memperlengkapi seluruh
warga gereja untuk membangun gereja dan mendewasakan iman warga gereja (band Ef 4:11-16).
Olehkarena itu, syarat utama untuk melaksanakan jabatan Majelis Jemaat adalah mengutamakan
kualitas rohani yang baik dan dapat diteladani, serta mampu bekerja sama dengan para Penatua
dan Pendeta15.Adapun tugas majelis Jemaat adalah sebagi berikut:
a. Mengepalai jemaat
Seorang Penatua bersama rekan sepelayanannya di dalam wadah Majelis jemaat bertugas
memimpin jemaat Tuhan (I Tes. 5: 12; I Tim. 5: 17). Mereka juga harus mengatur rumah Allah
(Titus 1: 7). Sebagai kepala jemaat. Pejabat gerejawi harus dapat mendorong warga gereja
melaksanakan tri-tugas panggilannya, yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani baik secara pribadi
maupun bersama-sama.16
b. Melayani jemaat secara Pastoral.
Dalam Kis. 20: 28, Paulus menasehati para Penatua jemaat Efesus, maksud Paulus tidak
lain adalah agar setiap pelayan Tuhan memelihara dan menggembalakan jemaat. Sebagaimana
layaknya gembala yang sejati mencari domba yang sesat, terluka dan sakit. Pemeliharaan
pastoral memberi dampak lain di dalam tugas seorang majelis jemaat yaitu harus menasihati
berdasarkan ajaran yang sehat, ajaran yang sesuai dengan kesaksian Alkitab (Titus 1: 9). Hal
menasihati dilakukan secara umum untuk menyatakan kepemimpinan rohani kepada jemaat,
khususnya bagaimana jemaat harus bertindak dalam hidup sehari-hari.
c. Menjaga kemurnian ajaran.
Paulus berulang kali mengingatkan jemaat-jemaat akan bahaya ajaran sesat yang siap
mengancam kehidupan beriman gereja dan warganya (Kis.20: 29; Tit. 1: 9,10). Oleh sebab itu,
seorang majelis jemaat dituntut untuk memahami kebenaran firman Tuhan serta pegangan ajaran
gerejanya yang berpadanan dengan firman Tuhan itu sendiri.17Berkaitan dengan hal itu,

15

J.L. Ch. Abineno., Jemaat. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), hal. 8-9
J.H. Wirakotan, et.al. Kepemimpinan dan Pembinaan Warga Gereja (Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1998),
hlm.223-225.
17
J.L.Ch. Abineno, Penatua, Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Guunug Mulia, 2011), hlm. 28-46
16

12

makakepribadian dan kerohanian pemimpin Kristen adalah syarat yang akan menentukan
keberhasilan kepemimpinan ditengah pelayanan.
Paulus berulang kali mengingatkan jemaat-jemaat akan bahaya ajaran sesat yang siap
mengancam kehidupan beriman gereja dan warganya (Kis.20: 29; Tit. 1: 9,10). Oleh sebab itu,
seorang majelis jemaat dituntut untuk memahami kebenaran firman Tuhan serta pegangan ajaran
gerejanya yang berpadanan dengan firman Tuhan itu sendiri.17Berkaitan dengan hal itu,
makakepribadian dan kerohanian pemimpin Kristen adalah syarat yang akan menentukan
keberhasilan kepemimpinan ditengah pelayanan.

17

J.L.Ch. Abineno, Penatua, Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Guunug Mulia, 2011), hlm. 28-46

13

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kriteria Pendeta Ideal Menurut Jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan Jemaat GKJ Yeremia Depok T2 752014033 BAB II

5 28 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sikap GKI TP Klasis Balim Yalimo kepada Jemaat Beithel Polimo Kurima tentang Pemberdayaan Masyarakat di Era Otonomi Khusus T1 752013032 BAB II

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Warta Jemaat GKAI Betlehem menggunakan SMS Gateway T1 622006001 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Majelis Jemaat GKI Palsigunung Depok Terhadap Pemberdayaan Kelompok Bakal Jemaat T1 712005042 BAB I

0 1 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Majelis Jemaat GKI Palsigunung Depok Terhadap Pemberdayaan Kelompok Bakal Jemaat T1 712005042 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Majelis Jemaat GKI Palsigunung Depok Terhadap Pemberdayaan Kelompok Bakal Jemaat T1 712005042 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Majelis Jemaat GKI Palsigunung Depok Terhadap Pemberdayaan Kelompok Bakal Jemaat

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Gereja terhadap Pemberdayaan Ekonomi Jemaat di Jemaat GMIT Betania Oetaman Desa Linamnutu

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Gereja terhadap Pemberdayaan Ekonomi Jemaat di Jemaat GMIT Betania Oetaman Desa Linamnutu T2 752011037 BAB II

0 6 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Gereja terhadap Pemberdayaan Ekonomi Jemaat di Jemaat GMIT Betania Oetaman Desa Linamnutu

0 0 3