Hubungan antara penggunaan obat antihipertensi dan penyakit parkinson di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN PENYAKIT PARKINSON DI RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Florentina Kassandra NIM : 138114138
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(2)
ii
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN PENYAKIT PARKINSON DI RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Florentina Kassandra NIM : 138114138
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(3)
(4)
(5)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah,maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari,
mendapat dan setiap orang yang mengetok,
baginya pintu dibukakan
”
( Mat 7 : 7-8 )
Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, kupersembahkan
karya ini untuk :
Orang Tua dan Keluarga
Sahabat dan Teman-teman
Farmasi Angkatan 2013
Serta almamaterku tercinta
(6)
(7)
(8)
viii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Penggunaan Obat
Antihipertensi Dan Penyakit Parkinson Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada peneliti. 2. Dr.dr.Rizaldy Taslim Pinzon, Mkes, SpS, selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkann penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Dan Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas semua saran, dan dukungan yang membangun.
4. Kepala Rumah Sakit Bethesda dan Poli Saraf rawat jalan yang memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian dan pengambilan data. 5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
6. Pasien Poli Saraf rawat jalan di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta yang telah bersedia terlibat dalam penelitian sebagai responden.
7. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama proses perkuliahan.
8. Bapak Apolonaris Biong, Mama Yosepa Sepina, Abangku Doroteus Martyan, Adekku Pertiwi Putri Erawati dan seluruh keluarga tercinta, sumber semangat, yang selalu berdoa, memberikan kasih sayang dan cinta, dukungan,
(9)
ix
perhatian, kesabaran dalam membimbing penulis dari awal hingga berakhirnya penulisan ini.
9. Teman-teman seperjuangan skripsi Lia, Ocha, Santi, Reni, Tiara, Atika, Kris, Rendra dan Cahyo yang selalu berjuang bersama dan saling memberikan semangat.
10. Sahabat-sahabat Dea Puput Arisanti, Agnes Scherine Karlinda, Herlince Apu, Herawati Claudia, Marihot Tua Sitohang, Wendy Felix, Ryan Wilson, Chrisna Rotua Simorangkir, Xavier Sakti, Kenny Kowira, atas semua hiburan dan selalu mengingatkan penulis selama ini.
11. Bapak Ibu dan teman-teman dari kos Cinta atas segala doa, dukungan, semangat, dan nasehat kepada penulis.
12. Teman-teman FSM D 2013, FKK C 2013 dan semua angkatan 2013 yang telah bersama-sama berproses dan berbagi suka duka di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu farmasi.
Yogyakarta, 14 Januari 2017
Penulis
(10)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
PRAKATA ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
PENDAHULUAN ... 1
METODE PENELITIAN ... 3
Desain dan subjek penelitian ... 3
Instrumen Penelitian ... 3
Analisis statistik ... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4
KESIMPULAN ... 12
SARAN ... 12
(11)
xi
LAMPIRAN ... 15 BIOGRAFI PENULIS ... 48
(12)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin penelitian ... 15
Lampiran 2. Ethical Clearance ... 16
Lampiran 3. Informed Consent ... 17
Lampiran 4. Form Wawancara ...20
Lampiran 5. Definisi Operasional ...22
Lampiran 6. Perhitungan Sampel Penelitian ... 23
Lampiran 7. Surat Keterangan Clinical Epidemiology & Biostatistics Units (CE & BU) ...24
Lampiran 8. Tabel Uji Analisis SPSS ...25
(13)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Analisis Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Kejadian Parkinson ... 5 Tabel II. Analisis Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Kejadian Parkinson ... 7 Tabel III. Analisis Hubungan Antara Penggunaan Antihipertensi Terhadap Kejadian Parkinson ... 9 Tabel IV. Analisis Hubungan Antara Penggunaan Antihipertensi Amlodipine dan Nifedipine Terhadap Kejadian Parkinson ...11 Tabel V. Analisis Multivariat ...11
(14)
xiv
Abstrak
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit neurodegeneratif yang disebabkan oleh kurangnya produksi dopamin didalam tubuh yang disebabkan karena substansia nigra mati atau mengalami perubahan fungsi. Kalsium yang berlebih didalam sel dapat menyebabkan beberapa fungsi sel terganggu, salah satunya pelepasan neurotransmiter yaitu adenosin, norepinefrin, dopamin dan glutamat. Hal ini menyebabkan banyaknya kalsium didalam sel dapat menyebabkan pelepasan dopamin terganggu. Proses pelepasan dopamin ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit Parkinson. Tujuan. Mengukur risiko penggunaan obat antihipertensi calcium channel blockers (CCBs) terhadap terjadinya penyakit Parkinson. Metode. Desain penelitian ini adalah matched case-control dengan rasio 1:2 antara jenis kelamin dan usia (± 5 tahun). Data dianalisis bivariat dengan uji Chi-Square atau Fisher dilanjutkan dengan uji multivariat yaitu uji regresi logistik (p<0,05). Hasil. Data 177 responden penelitian terdiri dari 90 laki-laki (50,8%) dan 87 perempuan (49,2%). Sebanyak 59 orang responden memiliki riwayat parkinson dimana 35 orang diantaranya memiliki riwayat hipertensi dan sebanyak 21 orang memiliki riwayat penggunaan antihipertensi golongan CCB. Analisis bivariat menunjukkan hasil OR = 0,590 : 95%CI : 0,307-1,136 : p = 0,113 untuk hipertensi dan OR = 1,160 : 95%CI : 0,493-2,729 : p = 0,733 untuk penggunaan antihipertensi golongan CCB serta beberapa variabel yang signifikan terhadap kejadian parkinson, yaitu responden yang memiliki keluarga dengan riwayat parkinson OR = 3,810 : 95%CI : 1,311-11,066 : p = 0,009, riwayat DM OR = 0,187 : 95%CI : 0,063-0,558 : p = 0,001 dan mengkonsumsi alkohol OR = 13,245 : 95%CI : 1,556-112,773 : p = 0,006. Analisis multivariat menunjukan riwayat keluarga dengan parkinson (p = 0,031), riwayat DM (p = 0,006) dan mengkonsumsi alkohol (p = 0,019) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian penyakit parkinson. Kesimpulan : Tidak ada efek perlindungan antihipertensi golongan CCB terhadap kejadian penyakit parkinson.
(15)
xv
Abstract
Parkinson's disease is a neurodegenerative disease that is caused by a lack of dopamine production in the body caused by the substantia nigra died or undergo changes in function. Excess calcium inside the cell can cause multiple cell functions compromised, one of which is the release of neurotransmitters namely adenosine, norepinephrine, dopamine and glutamate. This causes the surge of calcium inside the cell that can disturb the release of dopamine. The process of
dopamine release is highly influential on the occurrence of Parkinson’s disease.
Aim : To know whether the use of calcium channel blockers (CCBs)
antihypertensive medications is associated with the occurrence of Parkinson's disease in nerve poly of Bethesda Hospital in Yogyakarta. Method : This study’s design was a case-control with the matching process (1: 2) between the sex and age (± 5 years). Data were analyzed by bivariate with Chi-square or Fisher test continued by multivariate namely logistic regression test (p <0.05). Results : Data of 177 survey respondents consisted of 90 males (50.8%) and 87 women (49.2%). A total of 59 respondents have a history of Parkinson's in which 35 of them have a history of hypertension and at least 21 people have a history of antihypertensive use of CCB class. Bivariate analysis shows results of OR = 0,590 : 95%CI : 0.307-1.136 : p = 0.113 for hypertension and OR = 1.160 : 95%CI : 0.493-2.729 : p = 0.733 for antihypertensive use of CCB class as well as some significant variables on the incidence of Parkinson's, namely the respondents who have a family history of Parkinson OR = 3,810 : 95%CI : 1.311-11.066 : p = 0.009, DM history OR = 0.187 : 95%CI : 0.063-0.558 : p = 0.001 and consuming alcohol OR = 13.245 : 95%CI : 1.556-112.773 : p = 0,006. Multivariate analysis shows that a family with history of Parkinson (p = 0.031), history of DM (p = 0.006) and consuming alcohol (p = 0.019) have a significant relation to the incidence of Parkinson's disease. Conclusion : There is no protective effect with antihypertensive use of CCB the incidence of Parkinson's disease.
(16)
1
PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit degeneratif pada sistem
saraf yang ditandai dengan adanya tremor (muncul pada saat istirahat), rigiditas (kekakuan), akinesia atau bradikinesia (gerakan yang lambat), postural instability
(ketidakseimbangan postural) (Ginsberg, 2005). Gejala penyakit Parkinson sekitar 5–10 persen pada awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, akan tetapi rata–rata menyerang penderita dengan usia 65 tahun (Pinzon & Adnyana, 2015). Berdasarkan data dari WHO, insidensi penyakit Parkinson di Asia menunjukkan 1,5 sampai 8,7 kasus per tahun di Cina dan Taiwan, sedangkan di Singapura, Wakayama dan Jepang, terdapat 6,7 sampai 8,3 kasus per tahun, dengan kisaran umur 60 sampai 69 tahun dan jarang di temukan pada umur <50 tahun (Muangpaisan, 2009).
Di Amerika Serikat, ada sekitar 60.000 penderita Parkinson setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, diperkirakan 10 orang dari setiap tahunnya mengalami penyakit Parkinson. Penderita Parkinson sampai saat ini sekitar 200.000-400.000 (Pinzon & Adnyana, 2015). Statistika menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, laki-laki lebih banyak terkena dibandingkan wanita (3:2) dengan alasan yang belum diketahui (Dipiro, 2008). Penyakit Parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang di Indonesia dari total jumlah penduduk sebesar 238.452.952. Total kasus kematian akibat penyakit Parkinson di Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002 (Noviani, 2010). Penelitian oleh Laksono et al (2013) juga menyebutkan, di RSUD Serang tahun 2007 sampai 2010, didapatkan 51 kasus penyakit Parkinson.
Dalam perawatan penyakit Parkinson salah satu aspek penting yang harus di perhatikan adalah obat-obatan yang dapat mempengaruhi penyakit Parkinson. Salah satu obatnya adalah antihipertensi yaitu metildopa dan calcium channel blocker pernah di laporkan menyebabkan drug-induced Parkinsonisme (Pinzon & Adnyana, 2015). Studi prospektif menunjukkan peningkatan risiko Parkinson
Disease pada pasien hipertensi. Beberapa mekanisme spekulatif termasuk
(17)
2
menyebabkan lesi serebrovaskular iskemik, peningkatan stres oksidatif, dan modulasi sistem renin-angiotensin pusat (RAS) yang mengarah ke Parkinson Disease. Tidak diketahui secara jelas apakah dengan menurunkan tekanan darah memiliki peran dalam mengurangi risiko Parkinson Disease. Efek yang diamati dari penurunan risiko Parkinson Disease pada pengguna Calcium channel blocker
diasumsikan terutama oleh adanya tindakan pelindung saraf bukan karena penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Gudala, 2015).
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang paling sering muncul di Indonesia. Seseorang dikatakan hipertensi apabila setelah dilakukan pengukuran
beberapa kali, hasil pengukuran tetap tinggi yaitu nilai sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg (Prasetyaningrum, 2014). Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak di Indonesia bersama dengan provinsi lain seperti Jawa Timur, Bangka Belitung, Sulawesi Tengah dan Jawa Tengah (Dinkes Sleman, 2012).
Penelitian case-control oleh Savica et al (2012) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna terhadap penggunaan obat antihipertensi dengan terjadinya resiko penyakit Parkinson (OR 1,00; 95% CI, 0,65-1,54). Penelitian kohort oleh Simon et al (2010) menyatakan bahwa tidak adanya efek perlindungan (penurunan risiko) terhadap penyakit Parkinson pada orang yang menggunakan obat antihipertensi calcium channel blockers (RR=1,18,95% CI; 0,73,-1,92). Penelitian kohort oleh Lee et al (2014) menunjukkan bahwa terjadi penurunan penyakit Parkinson dengan penggunaan obat antihipertensi calcium channel blockers (HR, 0,75; 95% CI, 0,59-0,96). Penelitian kohort oleh Pasternak
et al (2012) juga mengatakan bahwa pengunaan dihydropyridine calcium channel blockers berisiko lebih rendah terhadap penyakit Parkinson.
(18)
3
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah case-control yang dilakukan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Dalam penelitian ini dilakukan analisis hubungan antara hipertensi dan penggunaan obat antihipertensi calcium chanel blocker terhadap timbulnya penyakit Parkinson. Pengambilan data dilakukan pada 2 kelompok responden yaitu satu kelompok kasus dan satu kelompok kontrol. Kelompok kasus adalah kelompok responden yang terdiagnosa penyakit Parkinson oleh dokter dan kelompok kontrol adalah responden yang tidak terdiagnosa penyakit Parkinson oleh dokter. Data diperoleh dari wawancara, mengamati rekam medis dan data diolah dan dianalisis dengan metode statistika.
Pemilihan responden penelitian dengan teknik consecutive sampling dimana responden penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi pada kelompok kasus dalam penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosa penyakit Parkinson oleh dokter, bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent serta bersedia untuk diwawancarai dan kriteria inklusi pada kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah pasien yang tidak terdiagnosa penyakit Parkinson oleh dokter, bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent serta bersedia untuk diwawancarai. Responden penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, menandatangani informed consent dan bersedia untuk diwawancarai dalam penelitian ini adalah 177 orang. Kelompok kasus berjumlah 59 orang dan kelompok kontrol berjumlah 118 orang ( 1:2 ).
Instrumen yang digunakan adalah panduan wawancara yang mengacu pada penelitian Association of Blood Pressure and Hypertension With the Risk of Parkinson Disease: The National FINRISK Study yang telah di modifikasi. Pengambilan data dilakukan dengan dua langkah yaitu mewawancarai pasien yang terdaftar dalam data poli syaraf dan melihat rekam medis pasien untuk mengkonfirmasi terkait pengobatan (antihipertensi) yang di terima oleh pasien. Panduan wawancara diisi oleh responden dan dipandu oleh pewawancara. Hasil wawancara serta konfirmasi RM pasien tersebut digunakan untuk melihat apakah variabel – variabel yang ditanyakan dalam form wawancara terdapat hubungan
(19)
4
atau tidak terhadap kejadian penyakit parkinson. Data yang telah diperoleh dikumpulkan dalam worksheet Excel®. Data tersebut diolah dengan uji hipotesis Chi-Square (X2) atau Fisher dan data diolah dengan analisis multivariat regresi logistik ketika hasil dari analisis bivariat di atas mempunyai nilai p < 0,05.
Penelitian telah mendapat izin dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta dengan nomor 252/C.16/FK/2016, sedangkan keaslian penelitian juga telah disetujui oleh Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini jumlah responden yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 177 orang, yang terdiri dari 90 laki-laki (50,8%) dan 87 perempuan (49,2%). Dikelompokkan berdasarkan kelompok kasus (parkinson) dan kelompok kontrol (tidak parkinson) dengan proses matching antara jenis kelamin dan usia (± 5 tahun). Responden yang ikut dalam penelitian ini berstatus sedang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Berdasarkan Tabel I sebanyak 87,7% responden penelitian berusia >60 tahun, 67,2% memiliki riwayat hipertensi, 20,9% memiliki riwayat DM, 9,0% memiliki keluarga dengan riwayat parkinson, 28,8% memiliki riwayat cedera kepala, 38,4% memiliki riwayat kolesterol, 4,0% mengkonsumsi alkohol, 26% mengkonsumsi kopi, 75,7% mengkonsumsi teh, 4,6% merokok dan 55,9% yang rutin berolahraga. Pada karateristik usia didapatkan nilai p sebesar 0,429 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara usia terhadap kejadian penyakit parkinson. Karakteristik responden dengan jenis kelamin didapatkan nilai p sebesar 1,000 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara jenis kelamin terhadap kejadian penyakit pakinson.
(20)
5
Tabel I. Analisis Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Kejadian Parkinson
Responden yang memiliki keluarga dengan riwayat Parkinson didapatkan nilai p sebesar 0,009 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keluarga dengan riwayat parkinson terhadap kejadian parkinson. Karakteristik
n (%) Total
(%) p OR (95%CI)
Parkinson Tidak Parkinson Usia
- ≤60 tahun
- >60 tahun
6 (3,4) 53 (29,9)
17 (9,6) 101 (57,1)
23 (13,0) 154 (87,7)
0,429 -
Jenis kelamin - Laki-Laki - Perempuan 30 (16,9) 29 (16,4) 60 (33,9) 58 (32,8) 90 (50,8) 87 (49,2)
1,000 -
Keluarga dengan Riwayat Parkinson
- Ya
- Tida
10 (5,6) 49 (27,7)
6 (3,4) 112 (63,3)
16 (9,0) 161 (91,0)
0,009 3,810 (1,311-11,066)
Diabetes Melitus (DM) - Ya
- Tidak 4 (2,3)
55 (31,1)
33 (18,6) 85 (48,0)
37 (20,9) 140 (79,1)
0,001 0,187 (0,063-0,558)
Kolestrol - Ya - Tidak 24 (13,6) 35 (19,8) 44 (24,9) 74 (41,8)
68 (38,4) 109 (61,6)
0,662 -
Konsumsi Alkohol - Ya
- Tidak
6 (3,4) 53 (29,9)
1 (0,6) 117 (66,1)
7 (4,0) 170 (96,0)
0,006* 13,245 (1,556-112,773)
Konsumsi Kopi
- Tidak
- 2 cangkir
- 3-4 cangkir
40 (22,6) 17 (9,6) 2 (1,1)
91 (51,4) 26 (14,7) 1 (0,6)
131 (74,0) 43 (24,3) 3 (1,7)
0,196 -
Konsumsi Teh
- Tidak
- 1-2 cangkir
- ≥3 cangkir
11 (6,2) 42 (23,7) 6 (3,4)
32 (18,1) 73 (41,2) 13 (7,3)
43 (24,3) 115 (65,0) 19 (10,7)
0,424 -
Merokok
- Tidak
- 1-9 Batang
- 10-19 Batang
- ≥ 20 Batang
55 (31,1) 2 (1,1) 2 (1,1) 0
114 (64,4) 2 (1,1) 1 (0,6) 1 (0,6)
169 (95,5) 4 (2,3) 3 (1,7) 1 (0,6)
0,479 -
Rutin Berolahraga
- Tidak
- 1-2 kali
- 3-4 kali
- ≥5 kali
30 (16,9) 5 (2,8) 6 (3,4) 18 (10,2)
48 (27,2) 18 (10,2) 8 (4,5) 44 (24,9)
78 (44,1) 23 (13,0) 14 (7,9) 62 (35,0)
(21)
6
Responden yang memiliki keluarga dengan riwayat Parkinson memiliki risiko 3,810 (95%CI=1,311-11,066, p=0,009) kali terkena parkinson dibandingkan dengan yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat parkinson. Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan yang menjelaskan bahwa adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun (Dipiro,2008).
Responden dengan riwayat DM didpatkan nilai p sebesar 0,001yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat DM terhadap kejadian parkinson. Responden dengan riwayat DM memiliki risiko 0,187 (95%CI=0,063-0,558, p=0,001) kali terkena parkinson dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat DM. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lu et al (2014) yang mengatakan bahwa terjadi penurunan penyakit parkinson pada penderita DM (OR 0,75; 95% CI 0,58–0,98).
Responden yang mengkonsumsi alkohol didapatkan nilai p sebesar 0,006 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi alkhol terhadap kejadian parkinson. Responden yang mengkonsumsi alkohol memiliki risiko 13,245 (95%CI=1,556-112,773, p=0.006) kali terkena parkinson dibandingkan dengan responden yang tidak mengkonsumsi alkohol. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh SB Sipetic et al (2012) yang mengatakan bahwa risiko penyakit parkinson meningkat secara signifikan dengan meningkatnya jumlah konsumsi alkohol (OR = 4,78; 95% CI = 2,67-8,55).
Responden yang memiliki riwayat kolesterol didapatkan nilai p sebesar 0,662 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara riwayat kolesterol terhadap kejadian parkinson. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Simon et al (2007) yang mengatakan bahwa tidak adanya hubungan antara riwayat kolesterol terhadap kejadian parkinson.
Responden yang mengkonsumsi kopi didapatkan nilai p sebesar 0,196 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara konsumsi kopi terhadap kejadian parkinson. Responden yang mengkonsumsi teh didapatkan nilai p sebesar 0,424 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak
(22)
7
bermakna antara konsumsi teh terhadap kejadian parkinson. Responden yang merokok didapatkan nilai p sebesar 0,479 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara merokok terhadap kejadian parkinson. Menurut Checkoway (2002), hasil tersebut dapat terjadi karena untuk data asupan kafein dan merokok didapat tergantung pada jawaban pasien. Hal tersebut dapat menunjukkan hasil yang bias pada penelitian ini.
Responden yang rutin berolahraga didapatkan nilai p sebesar 0,333 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara rutin berolahraga terhadap kejadian parkinson. Menurut Xu et al (2010) hasil tersebut dapat terjadi karena data didapat dari jawaban responden, dimana jawaban tersebut bergantung pada ingatan responden. Hal ini yang dapat menyebabkan hasil yang bias pada penelitian ini.
Tabel II. Analisis Hubungan karakteristik responden Terhadap Kejadian Parkinson
Karakteristik
n (%)
Total
(%) p
Parkinson Non Parkinson Hipertensi - Ya - Tidak 35 (19,8) 24 (13,6) 84 (47,5) 34 (19,2) 119 (67,2) 58 (32,8)
0,113 Cidera kepala - Ya - Tidak 22 (12,4) 37 (20,9) 29 (16,4) 89 (50,3)
51 (28,8) 126 (71,2)
0,078
Menurut penelitian oleh Gudala (2015) hipertensi yang tidak diobati akan berkembang menjadi kronis yang dapat menyebabkan lesi serebrovaskular iskemik, peningkatan stres oksidatif, dan modulasi sistem renin-angiotensin pusat (RAS) yang mengarah ke Parkinson Disease. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel II responden yang menderita hipertensi antara kelompok parkinson dan tidak parkinson lebih banyak di bandingkan yang tidak menderita hipertensi. Kejadian tersebut bisa disebabkan karena faktor usia responden. Menurut syahrini (2012) hipertensi paling banyak terjadi pada usia 55-64 tahun.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap riwayat hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
(23)
8
yang dilakukan oleh Simon et al (2007) yang mengatakan bahwa penyakit parkinson tidak signifikan berhubungan dengan riwayat hipertensi.
Menurut penelitian oleh Kenborg (2015) cedera kepala dapat memicu kaskade fisiologis yang melibatkan beberapa proses dalam perkembangan penyakit parkinson seperti peradangan saraf dan aktivasi mikroglia, akumulasi α -synuclein, gangguan fungsi mitokondria dan peningkatan produksi radikal bebas. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel II responden yang mengalami cedera kepala antara kelompok parkinson dan kelompok tidak parkinson lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami cedera kepala.
Hasil uji statistik bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap riwayat cedera kepala. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kenborg (2015) yang mengatakan bahwa hasil penelitian mereka tidak menemukan bukti hubungan antara cedera kepala dengan penyakit parkinson, kecuali pada masa remaja.
Menurut Satyanegara (2010), tingginya kadar kalsium pada intrasel yaitu di atas 10,4 mol/L dapat memacu serangkaian reaksi yang secara potensial mempunyai efek serius terhadap fungsi dan integrasi sel, pelepasan neurotransmiter, lipolisis dan proteolisis. Pelepasan Neurotransmiter ini seperti adenosin, norepinefrin, dopamin dan glutamat yang selanjutnya akan menginduksi suatu reaksi yang menghasilkan radikal bebas melalui autooksidasi, reaksi hiposantin dan lipolysis. Hal ini menyebabkan dengan banyaknya kalsium didalam sel dapat menyebabkan pelepasan dopamin terganggu, dimana proses pelepasan atau produksi dopamin ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya peyakit Parkinson. Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gudala (2015) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara kalsium dan neuron dopaminergik dimana neuron dopaminergik disubstansia nigra memiliki pintu saluran kalsium 1,3 L-type yang digunakan untuk memacu jantung bekerja. Menurut Gudala (2015), dengan menghalangi masuknya kalsium dapat mencegah atau menghentikan perkembangan Parkinson Disease. Efek penurunan risisko penyakit parkinson oleh pengguna CCB diasumsikan terutama oleh perlindungan
(24)
9
saraf bukan karena penurunan tekanan darah pada pasien dengan riwayat hipertensi.
Tabel III. Analisis Hubungan Antara Penggunaan Antihipertensi Terhadap Kejadian Parkinson
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel III responden penelitian yang menggunakan CCB (72 orang; 63,2%) dan yang menggunakan Non-CCB (42 orang; 36,8%). Jumlah responden yang menggunakan CCB pada kelompok yang menderita parkinson (21 orang; 18,4%) dan yang menggunakan Non-CCB (11 orang; 9,6%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara kelompok yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap riwayat penggunaan CCB maupun Non-CCB. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ton et al (2007) yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat penggunaan CCB maupun Non-CCB terhadap risiko penyakit parkinson.
Responden yang menggunakan antihipertensi golongan CCB dibagi menjadi CCB tunggal (72 orang; 63,2%) dan CCB dengan kombinasi (5 orang; 6,5%). Jumlah responden yang menggunakan CCB tunggal pada kelompok yang menderita parkinson (21 orang; 27,3%) dan responden yang menggunakan CCB dengan kombinasi (3 orang; 3,9%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
Karakteristik
n (%)
p Parkinson Tidak Parkinson
Antihipertensi
- Non-CCB
- CCB
11 (9,6) 21 (18,4)
31 (27,2)
51 (44,7) 0,733
Antihipertensi - CCB
- CCB +
Kombinasi
21 (27,3) 3 (3,9)
51 (66,2)
2 (2,6) 0,172*
Lama Penggunaan CCB - <2,5 tahun
- ≥ 2,5 tahun
9 (12,5) 12 (16,7) 25 (34,7) 26 (36,1) 0,634 Dosis CCB
- 5 mg
- 10 mg
11 (15,3) 10 (13,9) 34 (47,2) 17 (23,6) 0,255 Dosis Amlodipin
- 5 mg
- 10 mg
11 (16,4) 7 (10,4)
34 (50,7)
(25)
10
terdapat hubungan yang tidak bermakna antara kelompok yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap riwayat penggunaan CCB maupun CCB dengan kombinasi.
Responden yang menggunakan antihipertensi golongan CCB dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan lama penggunaannya yaitu < 2,5 tahun (34 orang;
47,2%) dan ≥ 2,5 tahun (38 orang; 52,8%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara kelompok yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap riwayat penggunaan CCB < 2,5 tahun maupun ≥ 2,5 tahun. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Ton et al (2007) yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara durasi penggunaan CCB terhapat kejadian parkinson.
Menurut Gudala (2015), terjadi penurunan risiko kejadian parkinson pada riwayat penggunaan amlodipine dan felodipine. Penelitian Lee et al (2014) mengatakan bahwa terdapat efek menguntungkan dari penggunaan antihipertensi golongan CCB kelas dihydropyridine yang diperkirakan berasal dari target kerjanya yaitu bekerja pada saluran Ca (V) 1,3 L-type dan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi didalam otak dari pada yang bertindak di perifer. Ada pengaruh pada pemberian tingkatan dosis amlodipin terhadap kejadian parkinson, namun hal serupa tidak ditemukan pada felodipine dan nifedipine. Amlodipine mempunyai mekanisme kerja yaitu tidak melintasi sawar darah-otak dengan mudah seperti felodipine, sehingga amlodipine memiliki beberapa efek perlindungan lainya dari pada efek antagonis pada saluran kalsium dalam sistem saraf pusat (Lee et al, 2014).
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel III responden yang menggunakan antihipertensi golongan CCB memiliki dosis 5 mg (45 orang; 62,5%) dan 10 mg (27 orang; 37,5%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap dosis CCB yang digunakan.
Responden yang menggunakan antihipertensi golongan CCB (amlodipine) memiliki dosis 5 mg (45 orang; 67,1%) dan 10 mg (22 orang; 32,9%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok
(26)
11
yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap dosis CCB (amlodipin) yang digunakan.
Tabel IV. Analisis Hubungan Antara Penggunaan Antihipertensi Tunggal, Amlodipine dan Nifedipine Terhadap Kejadian Parkinson
Pada penelitian ini antihipertensi golongan CCB yang digunakan terdiri dari amlodipine (67 orang; 93,1%) dan nifedipine (5 orang; 6,9%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok yang menderita parkinson dan kelompok yang tidak menderita parkinson terhadap penggunaan amlodipine maupun nifedipine.
Hasil diatas dapat terjadi diduga karena adanya paparan dari beberapa faktor risiko parkinson seperti riwayat hipertensi, riwayat DM, riwayat kolesterol serta pola hidup dimana peneliti tidak dapat memastikan faktor mana yang lebih mempengaruhi kejadian parkinson. Hal ini yang dapat membuat hasil penelitian menjadi bias.
Tabel V. Hasil Analisis Multivariat Antara Riwayat Keluarga dengan Parkinson, Riwayat DM dan Riwayat Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Parkinson
Karekteristik p OR (95%CI)
Riwayat keluarga dengan Parkinson 0,031 3,450 (1,118-10,644)
Riwayat DM 0,006 0,194 (0,060-0,623)
Riwayat Konsumsi Alkohol 0,019 15,744 (1,579-157,004) Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa riwayat keluarga dengan parkinson, riwayat DM dan mengkonsumsi alkohol memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian penyakit parkinson.
Keterbatasan dari penelitian ini adalah peneliti tidak mampu mengendalikan kualitas pencatatan, pengukuran dan keakuratan data terhadap jawaban pasien. Peneliti kesulitan dalam membaca beberapa koding dalam rekam medis serta peneliti tidak menanyakan secara spesifik untuk data konsumsi kopi (hitam atau sachetan), konsumsi teh (hijau atau herbal), konusumsi alkohol (beer atau wine), cidera kepala (hasil CT scan), kolesterol dan DM (hasil laboratorium) dan
Antihipertensi
n (%)
Total
(%) p
Parkinson Non Parkinson
- Amlodipin
- Nifedipin
18 (25,0) 3 (4,2)
49 (68,1)
(27)
12
aktivitas fisik (hitung pengeluaran energi responden) sehingga hal ini yang dapat membuat hasil penilitian menjadi bias.
Keunggulan dari penelitian ini adalah mengunakan elektronik rekam medis untuk mengkomfirmasi kembali jawaban responden terkait data penggunaan obat antihipertensi dan beberapa penyakit penyerta. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya hasil yang bias pada penelitian.
KESIMPULAN
Penggunaan CCB tidak berhubungan bermakna dengan kejadian penyakit parkinson.
SARAN
Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait riwayat penggunaan antihipertensi CCB terhadap kejadian parkinson dengan menggunakan desain penelitian kohort dimana waktu yang dibutuhkan lebih lama dan sampel yang digunakan lebih banyak. Peneliti menguasai atau mengetahui cara membaca koding dalam rekam medis sehingga terjadinya hasil bias dapat diminimalkan serta peneliti dapat lebih spesifik melakukan wawancara pada responden terkait beberapa pola hidup sehingga dapat menghasilkan hasil yang lebih baik pada penelitian selanjutnya.
(28)
13
DAFTAR PUSTAKA
Checkoway H., Powers K., Weller T. S., Franklin G. M., Longstreth, W. T.,
Swanson P. D., 2002. “Parkinson’s Disease Risks Associated with Cigarette Smoking, Alcohol Consumption, and Caffeine Intake”, American Journal of Epidemiology, vol. 155, No. 8.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012, http://dinkes.slemankab.go.id, diakses tanggal 10 april 2016
Dipiro, J.T., et al., 2008. Pharmacotherpy handbook, 7th edition, Mc Graw hill, US. p.360
Ginsberg, L., 2005. Neurologi, 8th edition, Penerbit Erlangga, Jakarta, P. 100 Gudala, K., Kanukula, R., & Bansal, D., 2015. Reduced Risk of Parkinson’s
Disease in Users of Calcium Channel Blockers: A Meta-Analysis.
International Journal of Chronic Diseases, 2015 (March 2014), 697404. Kenborg, L., Rugbjerg, K., Lee, P.-C., Ravnskjær, L., Christensen, J., Ritz, B., &
Lassen, C. F., 2015. Head injury and risk for Parkinson disease: Results from a Danish case-control study. Neurology, 84(11), 1098–1103.
Laksono S.P., Qomariyah, Endang, P., 2013. Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2011 Vol,3, No,2 , 268
Lee, Y. C., Lin, C. H., Wu, R. M., Lin, J. W., Chang, C. H., & Lai, M. S., 2014.
Antihypertensive agents and risk of Parkinson’s disease: a nationwide cohort
study. PLoS One, 9(6), e98961.
Lu L, Fu Dl, Li Hq, Liu Aj, Li Jh, et al., 2014. Diabetes and Risk of Parkinson's Disease: An Updated Meta-Analysis of Case-Control Studies. PLOS ONE 9(1): e85781.
Muangpaisan, W., Hori, H., & Brayne, C., 2009. Systematic review of the
prevalence and incidence of Parkinson’s disease in Asia. Journal of Epidemiology / Japan Epidemiological Association, 19(6), 281–93.
Noviani, E., 2010. “Hubungan Antara Merokok Dengan Penyakit Parkinson di RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto”. Mandala of Health. 4, (2), 81-86
Pinzon R, Adnyana K, 2015, Penyakit Parkinson, Betha Grafika, Yogyakarta, hal.1-24
Prasetyaningrum Y, 2014, Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti, Fmedia (Imprint AgroMedia Pustaka), Jakarta
S. Kang, G. Cooper, S. F. Dunne et al., 2012. “CaV1.3-selective L-type calcium
channel antagonists as potential new therapeutics for Parkinson’s disease,”
Nature Communications, vol. 3, p. 1146.
Satyanegara, dkk, 2010, Ilmu Bedah Saraf, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Savica, R., Grossardt, B. R., Ahlskog, J. E., & Rocca, W. A., 2012. Metabolic
(29)
14
Movement Disorders : Official Journal of the Movement Disorder Society,
27(8), 974–9.
SB, Sipetic., HD, Vlajinac., JM, Maksimovic., JM, Marinkovic., ED, Dzoljic., IS, Ratkov., VS, Kostic., 2012. Cigarette smoking, Coffee intake and alcohol
consumption preceding Parkinson’s disease : a case-control study.
Simon, K. C., Chen, H., Michael, S., & Ascherio, A., 2007. Hypertension, hypercholesterolemia, diabetes, and risk of Parkinson disease. Neurology,69
(17), 1688–1695.
Simon, K. C., Gao, X., Chen, H., Schwarzschild, M. A., & Ascherio, A., 2010. Calcium channel blocker use and risk of Parkinson’s disease.Movement
Disorders : Official Journal of the Movement Disorder Society, 25(12), 1818– 1822. http://doi.org/10.1002/mds.23191
Syahrini, E. N., Susanto, H. S. dan Udiyono, A., 2012, Faktor-faktor risiko hipertensi primer di puskesmas Tlogosari Kulon kota Semarang, 2(1): hal 315-325.
Ton, T. G. N., Heckbert, S. R., Longstreth, W. T., Rossing, M. A., Kukull, W. A., Franklin, G. M., Checkoway, H., 2007. Calcium channel blockers and
beta-blockers in relation to Parkinson’s disease. Parkinsonism & Related Disorders, 13(3), 165–9.
Xu, Q., Park, Y., Huang, X., Hollenbeck, A., Blair, A., Schatzkin, A., & Chen, H., 2010. Physical activities and future risk of Parkinson disease. Neurology,75
(30)
15
LAMPIRAN
(31)
16
(32)
17
Lampiran 3. Informed Consent
LEMBAR INFORMASI SUBJEK
Judul Penelitian : Hubungan Antara Penggunaan Obat Antihipertensi dan Penyakit Parkinson Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Jenis Penelitian : Studi (Observasional) Non-Experimental, Retrospektif Nama Peneliti : Florentina Kassandra
Nama dan Alamat Penelitian : RS.Bethesda, Jl. Jend. Sudirman No. 70, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Lokasi (Tempat) Penelitian : Poli Saraf
1. Pendahuluan
Penyakit hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah Anda berada diatas atau melebihi batas normal. Beberapa studi melaporkan bahwa hipertensi yang tidak diobati akan berkembang menjadi kronis yang dapat menyebabkan lesi serebrovaskular iskemik, peningkatan stres oksidatif dan modulasi sistem renin-angiotensin pusat (RAS) yang mengarah kepenyakit parkinson.
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit yang terjadi karena adanya gangguan atau perubahan fungsi pada sistem saraf yang juga dapat dikatakan suatu penyakit yang terjadi karena kehilangan fungsi dopaminergik (salah satu bahan kimia yang penting di dalam otak yang berfungsi sebagai penghantar sistem gerak tubuh).
calcium channel blockers merupakan salah satu obat antihipertensi yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Obat calcium channel blockers terbagi atas dua kelas. Kelas pertama adalah dihydropyridine yaitu amlodipin, felodipin, isradipin, isradipin SR, lekarnidipin, nicardipin SR, nifedipin LA, Nisoldipin dan untuk kelas kedua adalah non-dihydropyridine yaitu diltiazem SR, verapamil SR. Beberapa Studi melaporkan bahwa penggunaan golongan obat ini dalam terapi hipertensi, terdapat hubungan terhadap kejadian penyakit parkinson.
Sebelum menyetujui untuk berpartisipasi dalam studi observasional ini, Anda harus membaca dan memahami terlebih dahulu formulir ini. Formulir ini menggambarkan tujuan, prosedur, manfaat dan risiko dalam penelitian ini. Silahkan minta peneliti maupun asisten peneliti untuk menjelaskan bagian formulir yang tidak Anda pahami. Luangkan waktu Anda dan jika perlu, diskusikan partisipasi Anda dengan teman atau kerabat Anda.
2. Tujuan Studi Observasional
Studi observasional ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang ada atau tidaknya hubungan antara penggunaan obat antihipertensi (CCB) terhadap kejadian penyakit parkinson.
Jika Anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda diminta untuk menandatangani dan menuliskan tanggal pada lembar
(33)
18
komfirmasi persetujuan untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini. Jika Anda memutuskan untuk tidak berpartisipasi maka hal ini tidak akan mempengaruhi perawatan medis Anda di masa depan.
3. Prosedur Studi
Penelitian ini merupakan studi (observasional) non-experimental dan bersifat retrospektif. Studi observasioanl adalah penelitian untuk pengumpulan data dan informasi yang relevan tentang penggunaan suatu obat dalam penggunaan sehari-hari. Pada penelitian ini pengumpulan data akan diambil berdasarkan hasil wawancara serta rekam medis milik Anda yang tertulis dalam RS.Bethesda ini.
Jika Anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka Anda akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang tertera pada lembar panduan pertanyaan wawancara. Panduan Pertanyaan wawancara ini dimaksud untuk dapat melihat apakah penggunaan obat antihipertensi tersebut memiliki hubungan atau tidak pada Anda. Semua data akan dikumpulkan sedemikian rupa sehingga nama atau inisial Anda tidak akan disebutkan. Dengan menandatangani lembar komfirmasi persetujuan, Anda setuju untuk tidak membatasi penggunaan data atau hasil yang diperoleh dari penelitian ini, asalkan hanya untuk tujuan ilmiah. Anda memiliki hak atas kerahasian mengenai data yang telah Anda beri dan privasi informasi medis Anda. Semua informasi pribadi yang disediakan akan sangat dirahasiakan.
4. Risiko Yang Terjadi Dalam Studi
Sebagai subjek dalam studi ini, Anda tidak akan terkena risiko apa-apa karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan experimental apapun pada Anda.
5. Manfaat Studi Bagi Subjek
Dengan berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda dapat menyumbangkan informasi baru yang dapat membantu mencari informasi tentang ada atau tidaknya hubungan antara penggunaan antihipertensi (CCB) terhadap terjadinya penyakit parkinson.
(34)
(35)
20
(36)
(37)
22
Lampiran 5. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Cara Pengukuran
Skala Pengukuran
Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf yang dinyatakan oleh data diagnosis dokter di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Kategorik Parkinson dan tidak Parkinson Pemberian Obat Antihipertensi (calcium channel blocker)
Lamanya penggunaan amlodipin diperoleh dari rekam medis pasien.
Nominal
Riwayat Pemakaian : <2,5 tahun
≥ 2,5 tahun ( Ton et al, 2008)
Hipertensi
Hipertensi adalah suatu
keadaan yang
menggambarkan
tekanan darah diatas normal yang diperoleh dari data wawancara yang dikomfirmasi ulang melalui data rekam medis
Kategorik Hipertensi dan tidak Hipertensi
Usia
Usia responden
didapatkan dari hasil wawancara atau dari data yang tertera dalam rekam medis pasien
Ordinal ≤ 60 tahun dan > 60 tahun
Jenis Kelamin Dilihat dari data rekam
medis pasien Nominal
Laki laki dan perempuan
(38)
23
Lampiran 6. Perhitungan Sampel Penelitian
Penjabaran Perhitungan Sampel
Penjabaran perhitungan sample menggunakan Software Power and Sample Size Calculations:
1. Kesalahan tipe 1 ( ditetapkan sebesar 5% 0,05
2. Kesalahan tipe 2 ( ditetapkan sebesar 20% sehingga power 100 – 20% = 80% 0,8
3. Proporsi kontrol ( ) 21,2% (Ton et al,2007)
4. m 2 (peneliti menetapkan m = 2 karena jumlah kasus masih jarang terjadi atau masih sedikit sehingga apabila didapatkan jumlah kasus 1 jumlah kontrol dari kasus tersebut adalah 2)
5. OR 2,5 (karena belum banyaknya penelitian mengenai kasus ini maka peneliti mengasumsikan nilai OR = 2,5)
(39)
24
Lampiran 7. Surat Keterangan Clinical Epidemiology & Biostatistics
(40)
25
Lampiran 8. Tabel Uji Analisis SPSS
(41)
26 Jenis Kelamin
Parkinson
Total
Tidak Ya
Jenis Kelamin
perempuan Count
58 29 87
% within Jenis
Kelamin 66,7% 33,3% 100,0%
% within
Parkinson 49,2% 49,2% 49,2%
% of Total
32,8% 16,4% 49,2%
laki-laki Count
60 30 90
% within Jenis
Kelamin 66,7% 33,3% 100,0%
% within
Parkinson 50,8% 50,8% 50,8%
% of Total 33,9% 16,9% 50,8%
Total Count
118 59 177
% within Jenis
Kelamin 66,7% 33,3% 100,0%
% within
Parkinson 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total
66,7% 33,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson
Chi-Square .000a 1 1,000
Continuity
Correctionb 0,000 1 1,000
Likelihood
Ratio 0,000 1 1,000
Fisher's
Exact Test 1,000 ,563
Linear-by-Linear
Association 0,000 1 1,000
N of Valid
Cases 177
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 29.00. b. Computed only for a 2x2 table
(42)
27 Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Jenis Kelamin (Laki-laki /
Perempuan) 1,000 ,535 1,868
For cohort Parkinson = Tidak
1,000 ,812 1,232
For cohort Parkinson = Ya
1,000 ,659 1,517
N of Valid Cases
177
Keluarga Dengan Riwayat Parkinson Crosstab
Parkinson
Total
Tidak Ya
Keluarga Dengan Riwayat Parkinson
Tidak Count
112 49 161
% within Keluarga Dengan Riwayat
Parkinson 69,6% 30,4% 100,0%
% within
Parkinson 94,9% 83,1% 91,0%
% of Total
63,3% 27,7% 91,0%
Ya Count
6 10 16
% within Keluarga Dengan Riwayat
Parkinson 37,5% 62,5% 100,0%
% within
Parkinson 5,1% 16,9% 9,0%
% of Total
(43)
28
Total Count
118 59 177
% within Keluarga Dengan Riwayat
Parkinson 66,7% 33,3% 100,0%
% within
Parkinson 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total
66,7% 33,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson
Chi-Square 6.734a 1 ,009
Continuity
Correctionb 5,368 1 ,021
Likelihood Ratio
6,286 1 ,012
Fisher's Exact Test
,013 ,012
Linear-by-Linear Association
6,696 1 ,010
N of Valid Cases
177
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Keluarga Dengan Riwayat Parkinson
(Tidak / Ya) 3,810 1,311 11,066
For cohort Parkinson = Tidak
1,855 ,977 3,521
For cohort Parkinson = Ya
,487 ,312 ,760
N of Valid Cases
(44)
29 Riwayat DM
Crosstab
Parkinson
Total
Tidak Ya
DM
Tidak Count
85 55 140
% within
DM 60,7% 39,3% 100,0%
% within
Parkinson 72,0% 93,2% 79,1%
% of Total
48,0% 31,1% 79,1%
Ya Count
33 4 37
% within
DM 89,2% 10,8% 100,0%
% within
Parkinson 28,0% 6,8% 20,9%
% of Total
18,6% 2,3% 20,9%
Total Count
118 59 177
% within
DM 66,7% 33,3% 100,0%
% within
Parkinson 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total
66,7% 33,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson
Chi-Square 10.678a 1 ,001
Continuity
Correctionb 9,435 1 ,002
Likelihood Ratio
12,375 1 ,000
Fisher's Exact Test
,001 ,001
Linear-by-Linear
Association 10,618 1 ,001
N of Valid Cases
177
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.33. b. Computed only for a 2x2 table
(45)
30 Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for DM
(Tidak / Ya) ,187 ,063 ,558
For cohort Parkinson
= Tidak ,681 ,572 ,810
For cohort Parkinson
= Ya 3,634 1,408 9,379
N of Valid Cases
177
Cedera Kepala
Crosstab
Parkinson
Total
Tidak Ya
Cidera Kepala
Tidak Count
89 37 126
% within
Cidera Kepala 70,6% 29,4% 100,0%
% within
Parkinson 75,4% 62,7% 71,2%
% of Total 50,3% 20,9% 71,2%
Ya Count
29 22 51
% within
Cidera Kepala 56,9% 43,1% 100,0%
% within
Parkinson 24,6% 37,3% 28,8%
% of Total
16,4% 12,4% 28,8%
Total Count 118 59 177
% within
Cidera Kepala 66,7% 33,3% 100,0%
% within
Parkinson 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total
(46)
31 Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson
Chi-Square
3.099a 1 ,078
Continuity
Correctionb 2,510 1 ,113
Likelihood Ratio 3,031 1 ,082
Fisher's Exact Test ,112 ,058
Linear-by-Linear
Association 3,081 1 ,079
N of Valid Cases 177
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Cidera Kepala (Tidak / Ya)
1,825 ,930 3,580
For cohort Parkinson =
Tidak 1,242 ,954 1,618
For cohort Parkinson = Ya
,681 ,449 1,031
N of Valid Cases
177
Riwayat Kolesterol
Crosstab
Parkinson
Total
Tidak Ya
Kolestrol Tidak Count 74 35 109
% within Kolestrol
67,9% 32,1% 100,0%
% within Parkinson
62,7% 59,3% 61,6%
% of Total 41,8% 19,8% 61,6%
Ya Count 44 24 68
% within Kolestrol
64,7% 35,3% 100,0%
% within Parkinson
37,3% 40,7% 38,4%
% of Total
24,9% 13,6% 38,4%
Total Count 118 59 177
% within Kolestrol
(47)
32 % within Parkinson
100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 66,7% 33,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square
.191a 1 ,662
Continuity
Correctionb ,075 1 ,785
Likelihood Ratio
,190 1 ,663
Fisher's Exact Test
,743 ,391
Linear-by-Linear
Association ,190 1 ,663
N of Valid Cases 177
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.67. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Kolestrol
(Tidak / Ya) 1,153 ,608 2,186
For cohort Parkinson =
Tidak 1,049 ,844 1,305
For cohort Parkinson =
Ya ,910 ,597 1,387
N of Valid Cases 177
Konsumsi Alkohol
Crosstab
Parkinson
Total
Tidak Ya
Konsumsi Alkohol
Tidak Count
117 53 170
% within
Konsumsi
Alkohol 68,8% 31,2% 100,0%
% within
Parkinson 99,2% 89,8% 96,0%
% of Total 66,1% 29,9% 96,0%
Ya Count
1 6 7
% within
Konsumsi
Alkohol 14,3% 85,7% 100,0%
% within
(48)
33
% of Total ,6% 3,4% 4,0%
Total Count
118 59 177
% within
Konsumsi
Alkohol 66,7% 33,3% 100,0%
% within
Parkinson 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total
66,7% 33,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson
Chi-Square
8.999a 1 ,003
Continuity Correctionb
6,712 1 ,010
Likelihood Ratio 8,613 1 ,003
Fisher's Exact Test
,006 ,006
Linear-by-Linear
Association 8,948 1 ,003
N of Valid Cases 177
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.33. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Konsumsi Alkohol
(Tidak / Ya) 13,245 1,556 112,773
For cohort Parkinson = Tidak 4,818 ,783 29,656
For cohort Parkinson = Ya ,364 ,250 ,530
(49)
34 Konsumsi Kopi
Crosstab
Parkinson
Total
Tidak Ya
Konsumsi Kopi
Tidak Count
91 40 131
% within
Konsumsi Kopi 69,5% 30,5% 100,0%
% within
Parkinson 77,1% 67,8% 74,0%
% of Total
51,4% 22,6% 74,0%
Ya Count 26 17 43
% within
Konsumsi Kopi 60,5% 39,5% 100,0%
% within
Parkinson 22,0% 28,8% 24,3%
% of Total 14,7% 9,6% 24,3%
2 Count 1 2 3
% within
Konsumsi Kopi 33,3% 66,7% 100,0%
% within
Parkinson ,8% 3,4% 1,7%
% of Total ,6% 1,1% 1,7%
Total Count 118 59 177
% within
Konsumsi Kopi 66,7% 33,3% 100,0%
% within
Parkinson 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total
(50)
35 Konsumsi Teh
Crosstab
Parkinson
Total
Tidak Ya
Konsumsi Teh
Tidak Count
32 11 43
% within
Konsumsi Teh 74,4% 25,6% 100,0%
% within
Parkinson 27,1% 18,6% 24,3%
% of Total
18,1% 6,2% 24,3%
Ya Count 73 42 115
% within
Konsumsi Teh 63,5% 36,5% 100,0%
% within
Parkinson 61,9% 71,2% 65,0%
% of Total 41,2% 23,7% 65,0%
2 Count 13 6 19
% within
Konsumsi Teh 68,4% 31,6% 100,0%
% within
Parkinson 11,0% 10,2% 10,7%
% of Total 7,3% 3,4% 10,7%
Total Count 118 59 177
% within
Konsumsi Teh 66,7% 33,3% 100,0%
% within
Parkinson 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total
66,7% 33,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.715a 2 ,424
Likelihood Ratio 1,762 2 ,414
Linear-by-Linear Association ,686 1 ,408
N of Valid Cases
177
(51)
36 Merokok
(52)
37 Rutin Berolahraga
(53)
38 Antihipertensi
(54)
39 CCB + Kombinasi
(55)
40 Lama Penggunaan CCB
(56)
41 Dosis CCB
DOSIS CCB * Status Hipertensi Crosstabulation
Status Hipertensi Total
Tidak Parkinson Parkinson
DOSIS CCB
10 mg
Count 17 10 27
Expected Count 19,1 7,9 27,0
% within DOSIS CCB 63,0% 37,0% 100,0%
% within Status Hipertensi 33,3% 47,6% 37,5%
% of Total 23,6% 13,9% 37,5%
5 mg
Count 34 11 45
Expected Count 31,9 13,1 45,0
% within DOSIS CCB 75,6% 24,4% 100,0%
% within Status Hipertensi 66,7% 52,4% 62,5%
% of Total 47,2% 15,3% 62,5%
Total
Count 51 21 72
Expected Count 51,0 21,0 72,0
% within DOSIS CCB 70,8% 29,2% 100,0%
% within Status Hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 70,8% 29,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 1,295a 1 ,255 ,292 ,192
Continuity Correctionb ,757 1 ,384
Likelihood Ratio 1,276 1 ,259 ,292 ,192
Fisher's Exact Test ,292 ,192
Linear-by-Linear Association 1,277c 1 ,258 ,292 ,192 ,111
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,88. b. Computed only for a 2x2 table
(57)
42
c. The standardized statistic is -1,130.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for DOSIS CCB (10 mg / 5 mg)
,550 ,195 1,549
For cohort Status Hipertensi = Tidak Parkinson
,833 ,597 1,163
For cohort Status Hipertensi = Parkinson
1,515 ,744 3,085
N of Valid Cases 72
Dosis Amlodipin
Dosis Amlodipine * Status Hipertensi Crosstabulation
Status Hipertensi Total
Tidak Parkinson
Parkinson
Dosis Amlodipin e
10 mg
Count 15 7 22
Expected Count 16,1 5,9 22,0
% within Dosis Amlodipine 68,2% 31,8% 100,0%
% within Status Hipertensi 30,6% 38,9% 32,8%
% of Total 22,4% 10,4% 32,8%
5 mg
Count 34 11 45
Expected Count 32,9 12,1 45,0
% within Dosis Amlodipine 75,6% 24,4% 100,0%
% within Status Hipertensi 69,4% 61,1% 67,2%
% of Total 50,7% 16,4% 67,2%
Total
Count 49 18 67
Expected Count 49,0 18,0 67,0
% within Dosis Amlodipine 73,1% 26,9% 100,0%
% within Status Hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
(58)
43
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square ,409a 1 ,523 ,566 ,360
Continuity Correctionb ,120 1 ,729
Likelihood Ratio ,402 1 ,526 ,566 ,360
Fisher's Exact Test ,566 ,360
Linear-by-Linear Association
,403c 1 ,526 ,566 ,360 ,185
N of Valid Cases 67
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,91. b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -,635.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Dosis
Amlodipine (10 mg / 5 mg)
,693 ,225 2,137
For cohort Status Hipertensi = Tidak Parkinson
,902 ,649 1,256
For cohort Status Hipertensi = Parkinson
1,302 ,586 2,893
(59)
44 Amlodipine dan Nifedipine
amlodipin * Status Hipertensi Crosstabulation
Status Hipertensi Total
Tidak Parkinson Parkinson
amlodipin
nifedipine
Count 2 3 5
Expected Count 3,5 1,5 5,0
% within amlodipin 40,0% 60,0% 100,0%
% within Status Hipertensi 3,9% 14,3% 6,9%
% of Total 2,8% 4,2% 6,9%
amlodipine
Count 49 18 67
Expected Count 47,5 19,5 67,0
% within amlodipin 73,1% 26,9% 100,0%
% within Status Hipertensi 96,1% 85,7% 93,1%
% of Total 68,1% 25,0% 93,1%
Total
Count 51 21 72
Expected Count 51,0 21,0 72,0
% within amlodipin 70,8% 29,2% 100,0%
% within Status Hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 70,8% 29,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 2,473a 1 ,116 ,144 ,144
Continuity Correctionb 1,129 1 ,288
Likelihood Ratio 2,217 1 ,137 ,312 ,144
Fisher's Exact Test ,144 ,144
Linear-by-Linear Association
2,438c 1 ,118 ,144 ,144 ,121
N of Valid Cases 72
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,46. b. Computed only for a 2x2 table
(60)
45
c. The standardized statistic is -1,561.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for amlodipin (nifedipine / amlodipine)
,245 ,038 1,587
For cohort Status Hipertensi = Tidak Parkinson
,547 ,185 1,616
For cohort Status Hipertensi = Parkinson
2,233 ,986 5,058
N of Valid Cases 72
Uji Multivariat
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper
Step 1a
Riw_Parkin
son 1,238 ,575 4,639 1 ,031 3,450 1,118 10,644 DM -1,639 ,595 7,582 1 ,006 ,194 ,060 ,623
Cidera_Kep
ala ,411 ,382 1,160 1 ,281 1,509 ,714 3,188
Alkohol 2,756 1,173 5,518 1 ,019 15,744 1,579 157,004
Hipertensi -,371 ,374 ,983 1 ,321 ,690 ,331 1,437
(61)
46
Lampiran 9. Instrumen Penelitian
INSTRUMEN PENELITIAN
NO VARIABEL JAWABAN KETERANGAN
1 Nomor rekam medic 02035859
2 Nama ( Inisial ) R
3 Jenis kelamin : Laki – Laki Perempuan
(1) (0) (0)
4 Usia 55 Tahun
5 Antihipertensi : Nifedipine Amlodipine
(0) (1) (1)
6 Antihipertensi : Non – CCB CCB
(0) (1) (1)
7 Dosis CCB : 5 mg
10 mg
(1) (0) (0)
8 Dosis Amlodipin : 5 mg
10 mg
(1) (0) (0)
9 Merokok : Tidak 1-9 Batang 10-19 Batang
≥ 20 Batang
(0) (0) (1)
(2) (3) 10 Riwayat Cedera Kepala:
Ya Tidak
(1) (0) (0)
11 Riwayat Keluarga dengan Parkinson :
Ya Tidak
(1) (0) (0)
12 Riwayat DM : Ya
Tidak
(1) (1) (0)
(62)
47 13 Riwayat Hipertensi :
Ya Tidak
(1) (1) (0)
14 Riwayat Kolesterol : Ya
Tidak
(1) (0) (0)
15 Riwayat Parkinson : Ya
Tidak
(1) (0) (0)
16 Riwayat Pemakaian CCB : <2,5 tahun
≥ 2,5 tahun
(1) (1) (0)
17 Mengkonsumsi Alkohol : Ya
Tidak
(1) (0) (0)
18 Mengkonsumsi Kopi : Tidak
2 Cangkir 3-4 Cangkir 5-6 Cangkir
≥ 7 Cangkir
(0) (0) (1)
(2) (3) (4) 19 Mengkonsumsi Teh :
Tidak 1-2 Cangkir
≥ 3 Cangkir
(0) (1) (1)
(2) 20 Rutin Berolahraga :
Tidak 1-2 3-4
≥5
(0) (3) (1)
(2) (3)
(63)
48
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Hubungan Antara
Penggunaan Obat Antihipertensi dan Penyakit Parkinson di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta ”
bernama lengkap Florentina Kassandra, lahir di Sintang, 20 Juni 1995, merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Apolonaris Biong dan Yosepa Sepina. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Kanisius Pontianak (1999-2000), TK Panca setya 1 Sintang (2000-2001) pendidikan Sekolah Dasar di SD Panca Setya 1 Sintang (2001-2007), pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Panca Setya 1 Sintang (2007-2010), pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Taruna Bumi Khatulistiwa Kubu Raya (2010-2013). Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013. Penulis terlibat dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan, antara lain menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (2015), anggota divisi Pubdekdok pada acara Pharmacy Performance Road to School (2014), anggota divisi P3K Pharmacy 3on3 (2014), anggota divisi DDU Cara Belajar Ibu Aktif (2016), dan menjadi pubdekdok Komisi Pemilihan Umum Gubernur BEMF dan Ketua DPMF Farmasi (2014). Selain itu, Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Anatomi Fisiologi Manusia (2016).
(1)
43
Chi-Square Tests Value Df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square ,409a 1 ,523 ,566 ,360 Continuity Correctionb ,120 1 ,729
Likelihood Ratio ,402 1 ,526 ,566 ,360
Fisher's Exact Test ,566 ,360
Linear-by-Linear Association
,403c 1 ,526 ,566 ,360 ,185
N of Valid Cases 67
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,91. b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -,635.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Dosis Amlodipine (10 mg / 5 mg)
,693 ,225 2,137
For cohort Status Hipertensi = Tidak Parkinson
,902 ,649 1,256
For cohort Status Hipertensi = Parkinson
1,302 ,586 2,893
(2)
44
Amlodipine dan Nifedipine
amlodipin * Status Hipertensi Crosstabulation
Status Hipertensi Total
Tidak Parkinson Parkinson
amlodipin
nifedipine
Count 2 3 5
Expected Count 3,5 1,5 5,0
% within amlodipin 40,0% 60,0% 100,0%
% within Status Hipertensi 3,9% 14,3% 6,9%
% of Total 2,8% 4,2% 6,9%
amlodipine
Count 49 18 67
Expected Count 47,5 19,5 67,0
% within amlodipin 73,1% 26,9% 100,0%
% within Status Hipertensi 96,1% 85,7% 93,1%
% of Total 68,1% 25,0% 93,1%
Total
Count 51 21 72
Expected Count 51,0 21,0 72,0
% within amlodipin 70,8% 29,2% 100,0%
% within Status Hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 70,8% 29,2% 100,0%
Chi-Square Tests Value Df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 2,473a 1 ,116 ,144 ,144 Continuity Correctionb 1,129 1 ,288
Likelihood Ratio 2,217 1 ,137 ,312 ,144
Fisher's Exact Test ,144 ,144
Linear-by-Linear Association
2,438c 1 ,118 ,144 ,144 ,121
N of Valid Cases 72
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,46. b. Computed only for a 2x2 table
(3)
45
c. The standardized statistic is -1,561. Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for amlodipin (nifedipine / amlodipine)
,245 ,038 1,587
For cohort Status Hipertensi = Tidak Parkinson
,547 ,185 1,616
For cohort Status Hipertensi = Parkinson
2,233 ,986 5,058
N of Valid Cases 72
Uji Multivariat
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper
Step 1a
Riw_Parkin
son 1,238 ,575 4,639 1 ,031 3,450 1,118 10,644
DM -1,639 ,595 7,582 1 ,006 ,194 ,060 ,623
Cidera_Kep
ala ,411 ,382 1,160 1 ,281 1,509 ,714 3,188
Alkohol 2,756 1,173 5,518 1 ,019 15,744 1,579 157,004
Hipertensi -,371 ,374 ,983 1 ,321 ,690 ,331 1,437
(4)
46
Lampiran 9. Instrumen Penelitian
INSTRUMEN PENELITIAN
NO
VARIABEL
JAWABAN
KETERANGAN
1
Nomor rekam medic
02035859
2
Nama ( Inisial )
R
3
Jenis kelamin :
Laki
–
Laki
Perempuan
(1) (0)
(0)
4
Usia
55 Tahun
5
Antihipertensi :
Nifedipine
Amlodipine
(0) (1)
(1)
6
Antihipertensi :
Non
–
CCB
CCB
(0) (1)
(1)
7
Dosis CCB :
5 mg
10 mg
(1) (0)
(0)
8
Dosis Amlodipin :
5 mg
10 mg
(1) (0)
(0)
9
Merokok :
Tidak
1-9 Batang
10-19 Batang
≥ 20 Batang
(0) (0)
(1)
(2)
(3)
10
Riwayat Cedera Kepala:
Ya
Tidak
(1) (0)
(0)
11
Riwayat
Keluarga
dengan
Parkinson :
Ya
Tidak
(1) (0)
(0)
12
Riwayat DM :
Ya
Tidak
(1) (1)
(0)
(5)
47
13
Riwayat Hipertensi :
Ya
Tidak
(1) (1)
(0)
14
Riwayat Kolesterol :
Ya
Tidak
(1) (0)
(0)
15
Riwayat Parkinson :
Ya
Tidak
(1) (0)
(0)
16
Riwayat Pemakaian CCB :
<2,5 tahun
≥ 2,5
tahun
(1) (1)
(0)
17
Mengkonsumsi Alkohol :
Ya
Tidak
(1) (0)
(0)
18
Mengkonsumsi Kopi :
Tidak
2 Cangkir
3-4 Cangkir
5-6 Cangkir
≥ 7 Cangkir
(0) (0)
(1)
(2)
(3)
(4)
19
Mengkonsumsi Teh :
Tidak
1-2 Cangkir
≥ 3 Cangkir
(0) (1)
(1)
(2)
20
Rutin Berolahraga :
Tidak
1-2
3-4
≥5
(0) (3)
(1)
(2)
(3)
(6)