Survei penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di wilayah Kabupaten Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI
DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:
Ristya Ferinda
NIM: 131134105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI
DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:
Ristya Ferinda
NIM: 131134105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

ii
i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN


Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya dalam
hidupku.
2. Orang tuaku, Bapak Hartiyo dan Ibu Indar Ristiningsih yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan yang tak terhingga besar dan
waktunya.
3. Tunanganku, Arif Yuono yang selalu memberikan doa, semangat, dan kasih
sayang untuk berbagai hal yang kulakukan khususnya dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
4. Bapak Suhartono dan Ibu Nurjanah yang selalu memberikan doa dan kasih
sayang. Serta kakakku tersayang Aniza Sudarmini yang selalu memberikan
doa, menghiburku, dan membantuku untuk berbagai hal.
5. Dosen pembimbingku, Ibu Erlita dan Ibu Laura yang selalu membantu dan
membimbingku dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Saudaraku semuanya yang selalu memberikan doa dan kasih sayang untuk
berbagai hal
7. Sahabat-sahabatku seperjuangan skripsi, Lela, Rosita, dan Yovita, yang selalu
memberiku semangat dan membantuku untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Sahabat-sahabatku,


yang

selalu

mendengarkan

keluh

kesahku

dan

menyemangatiku.
9. Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan
berbagai pengalaman dan kenangan.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


MOTTO

”Doa adalah lagu hati yang membimbing ke arah singgahsana Tuhan meskipun
ditingkah oleh suara ribuan orang yang sedang meratap”
(Kahlil Gibran)

“Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta”
(Albert Einstein)

“Sejumlah godaan akan datang kepada mereka yang tekun dan rajin, tapi seluruh
godaan akan menyerang mereka yang bermalas-malasan”
(Charles H. Spurgeon)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 07 Maret 2017
Peneliti

Ristya Ferinda

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

: Ristya Ferinda

Nomor Mahasiswa


: 131134105

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI
WILAYAH KABUPATEN SLEMAN”
Dengan demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola
dalam

bentuk

pangkalan

data

mendistribusikan

secara


terbatas

dan

mempublikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa meminta ijin dari saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 07 Maret 2017
Yang menyatakan

Ristya Ferinda

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI
DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN
Ristya Ferinda
Universitas Sanata Dharma
2017
Dinas pendidikan telah menunjuk beberapa sekolah untuk
menyelenggarakan pendidikan inklusi. Konsep pendidikan inklusi merupakan
konsep pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan
dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk
memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Sekolah dasar inklusi adalah
sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama dengan mengakomodir
dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
setiap anak dan bermitra dengan masyarakat untuk memerangi sikap diskriminatif.
Tujuan penelitian ini mengetahui besar presentase sekolah dasar inklusi di
Wilayah Kabupaten Sleman yang sesuai dengan prinsip sekolah inklusi dan
mendeskripsikan penerapan setiap prinsip sekolah dasar inklusi yang
diselenggarakan oleh sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantatif non eksperimental dengan
metode survei cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka, yang telah dilakukan validasi

kepada dua orang validator sebelum dibagikan kepada responden. Ada 32 sekolah
dasar inklusi di Kabupaten Sleman yang ditunjuk Dinas Pendidikan Kabupaten
Sleman untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi.
Kuesioner yang dibagikan kepada responden berjumlah 54 dan kuesioner
yang kembali berjumlah 47 kuesioner. Dari hasil olah data, peneliti mendapatkan
hasil bahwa hanya 22% penyelenggara sekolah dasar inklusi yang memenuhi
prinsip-prinsip sekolah inklusi dan penerapan penyelenggaraan sekolah dasar
inklusi di wilayah Kabupaten Sleman telah mencakup 8 prinsip, yaitu penerimaan
peserta didik baru (PPDB); identifikasi; kurikulum fleksibel; merancang bahan
ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak; penataan kelas yang ramah
anak; asesmen; pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif;
penilaian dan evaluasi pembelajaran.
Kata kunci: sekolah dasar inklusi dan prinsip-prinsip sekolah inklusi

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
SURVEI OF THE IMPLEMENTATION OF INCLUSION PRIMARY

SCHOOL IN SLEMAN REGENCY
Ristya Ferinda
Sanata Dharma University
2017
Education Authorities has appointed several schools to implement
inclusion education. Concept of inclusion education is an education concept that
represent all aspects relating to openness in accepting children with special needs
to acquire their basic rights as citizens. Inclusion primary school is a school that
accommodate every child in the same class by accommodating and responds to
diversity through the curriculum that appropriate to each children’s needs and
partnering with the society to fight against discriminatory attitudes. The purpose
of this research knowing a large percentage of inclusion primary school in
Sleman regency in accordance with the principles of inclusion school and
describe the application of any principle of inclusion school of implementation by
inclusion primary school in Sleman regency.
This research was a quantitative non experimental research with cross
sectional survey method. Instrument that used in this research was questionnaire
with open question which has been validated to two validators before being given
to the respondents. There are 32 inclusion primary schools in Sleman District that
had been appointed by the Education Authorities of Sleman District to implement
inclusive education.
Questionnaire that given to the respondents were 54 respondents and
there were 47 respondents which bring back the questionnaire. From the data
processing, researcher got the result that approach 22% of the schools that
implement inclusion education have comply inclusion school’s principles. The
implementation of inclusion primary school in Sleman District included 8
principles, there were the new student’s admission; identifications; flexible
curriculum; designing child-friendly teaching materials and learning activities;
child-friendly classroom arrangement; assessment; procurement and utilization of
adaptive media learning; assessment and evaluation of learning.
Keywords: inclusion primary school and inclusion school’s principles

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik yang berjudul
“Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten
Sleman”. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penyusunan skripsi
ini, sehingga skripsi ini dapat berhasil dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing I
yang telah memberikan kritik, saran, arahan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga,
dan bantuan kepada penulis dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan
hingga akhir penyusunan skripsi selesai.
5. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan kritik, saran, arahan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga, dan

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bantuan kepada penulis dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan
hingga akhir penyusunan skripsi selesai.
6. Validator instrumen kuesioner yang telah memberikan kritik dan saran pada
instrumen penelitian ini.
7. Kepala Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman yang telah memberikan
ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan lancar.
8. Guru Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman yang sudah membantu dan
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Kedua orang tuaku, Bapak Hartiyo dan Ibu Indar Ristiningsih yang selalu
memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang.
10. Tunanganku, Arif Yuono yang selalu memberiku doa, semangat, bantuan, dan
kasih sayang.
11. Lela Mustikasari, Rosita Cahayani, Yovita Ratri yang bersama-sama berjuang
dan saling membantu dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih banyak kekurangan.
Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber belajar bagi
peneliti lain yang memiliki tujuan memperkembangkan pendidikan inklusi.

Peneliti

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................. 6
C. TUJUAN PENELITIAN ................................................................... 6
D. MANFAAT PENELITIAN ............................................................... 7
E. DEFINISI OPERASIONAL .............................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 9
A. KAJIAN TEORI ................................................................................ 9
1. Pendidikan Inklusi ........................................................................ 9
a. Pengertian Pendidikan Inklusi ............................................... 9
b. Tujuan Pendidikan Inklusi ..................................................... 10
c. Karakteristik Pendidikan Inklusi ........................................... 12
d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi ........................................... 12
2. Sekolah Dasar Inklusi ................................................................... 13
3. Anak Berkebutuhan Khusus .......................................................... 14
a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ................................. 14
b. Jenis-jenis Anak Bekebutuhan Khusus ................................... 15
4. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi ................................ 23
a. Penerimaan Peserta Didik Baru yang
Mengakomodasi Semua Anak ............................................... 23
b. Identifikasi ............................................................................. 23
c. Adaptasi Kurikulum ............................................................... 25
d. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran
Yang Ramah Anak ................................................................. 26
e. Penataan Kelas Ramah Anak ................................................. 26
f. Asesmen ................................................................................ 27
g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran
Adaptif ................................................................................ 29

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran .................................... 29
HASIL PENELITIAN RELEVAN ................................................... 30
KERANGKA BERPIKIR ................................................................. 34
HIPOTESIS ....................................................................................... 36
METODE PENELITIAN .................................................................. 37
JENIS PENELITIAN ........................................................................ 37
SETTING PENELITIAN .................................................................. 38
1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 38
2. Subjek Penelitian .......................................................................... 39
3. Objek Penelitian ............................................................................. 39
C. POPULASI DAN SAMPEL .............................................................. 40
1. Populasi ......................................................................................... 40
2. Sampel .......................................................................................... 40
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ................................................. 41
E. INSTRUMEN PENELITIAN ........................................................... 43
F. TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN ............................................. 45
1. Uji Validitas Instrumen ................................................................. 45
2. Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................. 54
G. TEKNIK ANALISIS DATA ............................................................. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 59
A. DESKRIPSI PENELITIAN ............................................................... 59
B. TINGKAT PENGEMBALIAN KUESIONER ................................. 61
C. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 61
D. PEMBAHASAN ................................................................................ 71
1. Kesesuaian Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi
di Wilayah Kabupaten Sleman ..................................................... 71
2. Penerapan Prinsip Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi
di Wilayah Kabupaten Sleman ..................................................... 74
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ...................... 82
A. KESIMPULAN ................................................................................. 82
B. KETERBATASAN PENELITIAN ................................................... 83
C. SARAN .............................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85
LAMPIRAN ....................................................................................................... 87
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 194
B.
C.
D.
BAB III
A.
B.

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Gambar 2.1 Bagan Literature Map ..................................................................... 33

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar 9 sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman sebagai sampel
penelitian ........................................................................................... 41
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian tentang penyelenggaraan sekolah inklusi
di Wilayah Kabupaten Sleman ........................................................... 43
Tabel 3.3 Skala Likert ........................................................................................ 47
Tabel 3.4 Contoh Coding Data ........................................................................... 57
Tabel 4.1 Hasil jawaban prinsip pertama dengan jawaban terbanyak ................ 62
Tabel 4.2 Hasil jawaban prinsip kedua dengan jawaban terbanyak ................... 63
Tabel 4.3 Hasil jawaban prinsip ketiga dengan jawaban terbanyak ................... 63
Tabel 4.4 Hasil jawaban prinsip keempat dengan jawaban terbanyak ............... 64
Tabel 4.5 Hasil jawaban prinsip kelima dengan jawaban terbanyak .................. 64
Tabel 4.6 Hasil jawaban prinsip keenam dengan jawaban terbanyak ................ 65
Tabel 4.7 Hasil jawaban prinsip ketujuh dengan jawaban terbanyak ................. 67
Tabel 4.8 Hasil jawaban prinsip kedelapan dengan jawaban terbanyak ............ 67
Tabel 4.9 Prinsip-prinsip Sekolah Inklusi yang Terlaksana
di Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman ................... 68

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rekomendasi Penelitian dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Sleman ............................................................ 88
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Sleman ........................................................................ 89
Lampiran 3 Daftar Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi di Kabupaten
Sleman ........................................................................................... 90
Lampiran 4 Validasi Dosen Ahli A .................................................................. 93
Lampiran 5 Validasi Dosen Ahli B .................................................................. 109
Lampiran 6 Bentuk Kuesioner .......................................................................... 125
Lampiran 7 Contoh Instrumen Kuesioner yang Diisi Responden ..................... 148
Lampiran 8 Hasil Olah Data Jawaban Responden ............................................ 170

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat
pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng sehingga itu harus
dilindungi, dihormati, dan dipertahankan (Kustawan, 2013: 1). Ada berbagai
macam hak asasi yang dimiliki manusia, yakni hak asasi pribadi yang
berkaitan dengan kehidupan pribadi manusia, hak asasi politik yang berkaitan
dengan kehidupan politik, hak asasi hukum yang berkaitan dengan hukum
juga pemerintahan, hak asasi ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan
perekonomian, hak asasi peradilan yang berkaitan dengan perlakuan yang
sama terhadap tata cara pengadilan, dan hak asasi sosial budaya yang
berkaitan dengan kehidupan dalam bermasyarakat. Salah satu contoh hak
asasi sosial budaya adalah mendapatkan pendidikan yang layak.
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam membangun peradaban
bangsa. Pendidikan adalah satu-satunya aset untuk membangun sumber daya
manusia yang berkualitas (Shoimin, 2014:20). Pendidikan dapat diperoleh
melalui 3 jalur, yaitu pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolahsekolah pada umumnya; pendidikan nonformal yang terdapat di luar
1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

pendidikan formal bisa sebagai tambahan belajar, sekolah pada usia dini,
kursus, dan sebagainya yang dapat diselenggarakan secara terstruktur dan
berjenjang; dan pendidikan informal merupakan pendidikan dalam keluarga
dan lingkungan. Jalur pendidikan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman, serta meningkatkan
akademik maupun nonakademik yang dimiliki karena pendidikan formal,
nonformal, dan informal ini dapat saling melengkapi untuk mengembangkan
potensi diri. Potensi diri dapat dikembangkan melalui meningkatkan
akademik juga nonakademik, sehingga sumber daya manusia semakin
berkualitas dan dapat membangun peradaban bangsa yang semakin maju.
UNESCO (dalam Kustawan, 2013: 3) The International Commission on
Education for the Twenty-first Century, mengingatkan bahwa kebijakan
pendidikan harus dirancang agar dapat merespon keberagaman kebutuhan
peserta didik dan harus menghindari atau tidak menyebabkan munculnya
ekslusivisme/pemisahkan dan diskriminasi. Sementara Salamanca Statement
dan framework for Action (dalam Kustawan, 2013 : 17), menjelaskan bahwa
sekolah regular yang berorientasi inklusif adalah cara yang paling efektif
untuk mengatasi diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah,
membangun masyarakat inklusif dan mencapai cita-cita pendidikan untuk
semua.
Pendidikan hendaknya mampu memberikan wadah dan juga fasilitas
belajar yang layak untuk semua peserta didik tanpa membeda-bedakan
kebutuhan, penampilan fisik, suku, ras, agama, ekonomi, dan lainnya. Bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

pihak sekolah harus bisa menghilangkan sikap diskriminasi yang sering
menjadi kekhawatiran bagi orangtua yang akan menyekolahkan anaknya.
Semua orangtua menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anaknya,
pendidikan yang mampu merespon keberagaman kebutuhan peserta didik.
Sekolah hendaknya tidak membedakan siswa yang tidak memiliki kebutuhan
khusus dan siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Setiap sekolah wajib
menerima semua peserta didik tanpa prasyarat tertentu dan menerima dengan
keterbukaan.
Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan khusus merupakan
penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau
peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan
secara inklusi atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan
dasar dan menengah. Konsep pendidikan inklusi merupakan konsep
pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan
dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk
memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Pendidikan inklusi
didefinisikan sebagai konsep yang menampung semua anak yang
berkebutuhan khusus maupun anak yang memiliki kesulitan membaca dan
menulis (Ilahi, 2013: 23).
Di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi akan terjadi perubahan praktis yang
memberi kesempatan kepada semua anak dengan latar belakang dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

kemampuan yang berbeda untuk belajar bersama (Kustawan, 2013: 61).
Sekolah Dasar Inklusi juga terselenggara di Kabupaten Sleman dengan
jumlah sebanyak 32 sekolah. Sekolah yang ditunjuk dianggap mampu untuk
menyelanggarakan sekolah inklusi. Sekolah tersebut tersebar di beberapa
kecamatan di Kabupaten Sleman, yakni di Kecamatan Seyegan, Mlati,
Tempel, Turi, Pakem, Cangkringan, Ngemplak, Ngaglik, Moyudan, Godean,
Gamping, Depok, Kalasan, dan Prambanan.
Sekolah

yang

menyelenggarakan

pendidikan

inklusi

memberi

tanggungjawab kepada semua pihak sekolah untuk bertanggungjawab juga
mengupayakan bantuan dalam berbagai hal dalam kegiatan sekolah dan
hubungannya dengan masyarakat, dengan tujuan untuk memberikan
pendidikan yang layak bagi peserta didik. SD/MI harus mampu
mengakomodasi semua peserta didik tanpa membedakan dari sudut pandang
apapun. Pihak sekolah diharapkan mampu merancang model, fasilitas,
kurikulum, tenaga pendidik, administrami, dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan sekolah dengan baik agar menjadikan sekolah yang ramah
anak, terbuka, dan tidak mendiskriminasi.
Kepala SD/MI harus memahami atau menguasai filosofi dan konsep
pendidikan inklusi yang diyakininya dan harus berani menjamin dan
bertanggungjawab tugas mulianya atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan
yang dapat mengakomodasi semua anak ketika dalam pelaksanaannya ada
tantangan atau permasalahan (Kustawan, 2013: 60). Berdasarkan data yang
didapatkan dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sleman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusi berjumlah 32 sekolah yang
tersebar di beberapa kecamatan. Jumlah sekolah dasar ini sudah cukup
memadai untuk menampung siswa yang mengalami kebutuhan khusus di
wilayah Kabupaten Sleman. Berdasarkan penelitian terdahulu dari Supardjo
(2016)

bertujuan

mendeskripsikan

pengelolaan

pembelajaran

anak

berkebutuhan khusus dalam sistem inklusi di sekolah dasar penyelenggaraan
pendidikan

inklusi

dari

perencanaan

pembelajaran,

pelaksanaan

pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran di SD Negeri III Giriwono
Wonogiri dan penelitian terdahulu dari Ery Wati (2014) yang menyatakan di
SD Negeri 32 Kota Banda Aceh ditemukan adanya kesalahan-kesalahan
terkait aspek pemahaman, kebijakan internal sekolah, kurikulum, serta tenaga
kependidikan dan pembelajarannya mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian yang relevan di Wilayah Kabupaten Sleman. Peneliti terdorong
untuk melanjutkan penelitian tersebut dengan menambahkan prinsip-prinsip
penyelenggaraan pendidikan inklusi pada penelitian ini untuk mengetahui
kondisi penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten
Sleman. Berakar dari latar belakang yang disebutkan di atas, peneliti ingin
meneliti dengan judul “Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di
Wilayah Kabupaten Sleman”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka rumusan
masalah yang diperoleh sebagai berikut :
1. Berapa jumlah persentase sekolah dasar inklusi di Wilayah
Kabupaten Sleman yang sesuai dengan prinsip sekolah inklusi?
2. Bagaimana penerapan

setiap prinsip sekolah inklusi

yang

diselenggarakan oleh sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten
Sleman?

C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui jumlah persentase sekolah dasar inklusi di Wilayah
Kabupaten Sleman yang sesuai dengan prinsip sekolah inklusi.
2. Mendeskripsikan penerapan setiap prinsip sekolah inklusi yang
diselenggarakan oleh sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten
Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai
berikut :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dan referensi tentang kondisi penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di
Wilayah Kabupaten Sleman.
2. Manfaat praktis
a.

Bagi Peneliti
Peneliti memperoleh pengalaman langsung untuk menggali
kesesuaian prinsip-prinsip sekolah inklusi dengan penyelenggaraan
sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman.

b.

Bagi Guru
Guru mendapatkan informasi kondisi penyelenggaraan sekolah
dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman.

c.

Bagi Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah mendapatkan data tentang kondisi penyelenggaraan sekolah
dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

E. Definisi Operasional
1. Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang melayani anak berkebutuhan
khusus di kelas reguler bersama-sama teman seusianya untuk memperoleh
hak dasar mereka sebagai warga negara.
2. Sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan selama enam tahun yang
menampung semua siswa di kelas yang sama dengan mengakomodir dan
merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
setiap anak untuk memerangi sikap diskriminatif.
3. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan pendidikan
yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing
individu karena dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau
yang menyandang ketunaan, dan juga anak potensial dan berbakat.
4. Prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi adalah penyelenggaraan sekolah
inklusi yang menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari
segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem
pembelajaran untuk memberi kesempatan kepada semua anak dengan
latar belakang dan kemampuan yang berbeda untuk belajar bersama. Ada
8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi yang digunakan peneliti,
sebagai berikut: penerimaan peserta didik baru (PPDB), identifikasi,
kurikulum fleksibel, merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran
yang ramah anak, penataan kelas yang ramah anak, asesmen, pengadaan
dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, penilaian dan evaluasi
pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka
berpikir, dan hipotesis.
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Inklusi
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Konsep pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang
merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keterbukaan
dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar
mereka sebagai warga negara (Ilahi, 2013: 24). Pernyataan tersebut
didukung oleh Staub dan Peck (dalam Ilahi, 2013: 27) yang menyatakan
bahwa pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat
ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Sedangkan O’Neil
(dalam Ilahi, 2013: 27) menambahkan, pendidikan inklusi sebagai sistem
layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan
dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas regular bersama-sama teman
seusianya.
Rosilawati (2013: 9) memaparkan bahwa pendidikan inklusi adalah
pendidikan yang memberikan layanan kepada setiap anak tanpa terkecuali.
Tiarni (2013: 4) berpendapat pendidikan inklusi dimaksudkan sebagai
sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan
9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

khusus belajar dengan anak sebayanya di sekolah regular yang terdekat
dengan tempat tinggalnya.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang melayani
anak berkebutuhan khusus di kelas regular bersama-sama teman seusianya
untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara.
b. Tujuan Pendidikan Inklusi
Menurut Ilahi (2013: 39), tujuan pendidikan inklusi, yaitu :
1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan
sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.
2) Mewujudkan penyelenggaraan

pendidikan

yang menghargai

keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
Sembodo (2008: 7) menyebutkan beberapa manfaat pendidikan dibuat
agar anak-anak istimewa belajar bersama-sama anak-anak lain diantaranya
adalah :
1) Meningkatkan interaksi sosial
2) Lebih banyak tingkah laku normal yang dapat dicontoh oleh
mereka
3) Meningkatkan perkembangan bahasa
4) Menjadikan mereka lebih mandiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

5) Perkembangan dan nilai guna pendidikan bergantung pada program
dan intervensi yang dijalankan oleh guru
Rosilawati (2013: 10) menyatakan bahwa manfaat dan sisi positif lain
yang diperoleh dari adanya pendidikan inklusi diantaranya :
1) Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan
analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua
anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa
mereka tidak sekolah.
2) Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial
dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
3) Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan
monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan pendidikan inklusi adalah
1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan
sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.
2) Mewujudkan penyelenggaraan

pendidikan

yang menghargai

keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
3) Meningkatkan interaksi sosial
4) Menjadikan mereka lebih mandiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

5) Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial
dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
c. Karakteristik Pendidikan Inklusi
Direktorat Pendidikan Luar Biasa (dalam Ilahi, 2013: 44) menyatakan
bahwa pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna, antara lain:
1) Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-cara
merespon karagaman individu.
2) Mempedulikan cara-cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan
anak dalam belajar.
3) Anak kecil yang hadir (di sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan
hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya.
4) Diperuntukkan utamanya bagi anak-anak yang tergolong marginal,
ekslusif, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam
belajar.
d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi
Ilahi (2013: 48) menjelaskan bahwa prinsip dasar pendidikan inklusi
sebagai sebuah paradigma pendidikan yang menekankan pada keterbukaan
dan penghargaan terhadap anak berkebutuhan khusus. Salamanca
Statement dan Framework for Action (dalam Ilahi, 2013: 49) menyatakan
prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan
khusus adalah semua anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk
bersekolah tanpa memandang perbedaan latar belakang kehidupannya.
Kedua pernyataan tersebut didukung oleh Florian (dalam Ilahi, 2013: 50)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

yang menyatakan bahwa pendidikan inklusi lahir atas dasar prinsip bahwa
layanan sekolah seharusnya diperuntukkan untuk semua siswa tanpa
menghiraukan perbedaan yang ada, baik siswa dengan kondisi kebutuhan
khusus, perbedaan sosial, emosional, kultural, maupun bahasa.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa prinsip pendidikan inklusi adalah sebuah paradigma
pendidikan yang menekankan pada keterbukaan dimana semua anak
mendapatkan

kesempatan

yang

sama

untuk

bersekolah

tanpa

menghiraukan perbedaan yang ada.

2. Sekolah Dasar Inklusi
Stainback dan Stainback (dalam Ilahi, 2013: 83) mengemukakan bahwa
sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang
sama. Pernyataan tersebut didukung oleh perjanjian Salamanca Statement dan
Framework for Action (dalam Kustawan, 2013: 17) bahwa sekolah regular
dengan orientasi inklusi merupakan cara yang paling efektif untuk memerangi
sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang terbuka, membangun suatu
masyarakat inklusi dan mencapai pendidikan yang efektif kepada mayoritas
anak dan meningkatkan efisiensi sehingga menekan biaya untuk keseluruhan
sistem pendidikan. Menurut Rosilawati (2013: 18), sekolah inklusi merupakan
tempat bagi setiap anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat
mengakomodir dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan setiap anak dan bermitra dengan masyarakat. Bafadal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

(2006: 03) menyatakan bahwa sekolah dasar merupakan satuan pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan selama enam tahun
yang menampung semua siswa di kelas yang sama dengan mengakomodir dan
merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
setiap anak dan bermitra dengan masyarakat untuk memerangi sikap
diskriminatif.

3. Anak Berkebutuhan Khusus
a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Mulyono (dalam Ilahi, 2013: 137) menjelaskan bahwa anak
berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong
cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak potensial dan
berbakat. Sunanto (dalam Ilahi, 2013: 137) mendukung pernyataan
tersebut dengan menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus bukan
berarti hendak menggantikan anak penyandang cacat atau anak luar biasa,
melainkan memiliki pandangan yang lebih luas dan positif bagi anak
dengan keberagaman yang berbeda.
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan
khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan
pendidikan yang lebih intens. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan
sebagai anak yang membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

segala hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing individu (Ilahi,
2013: 138).
Sunan & Rizzo (dalam Subini, 2014: 13) memaparkan, anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki perbedaan dalam
beberapa dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah sebagai anak yang
membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan segala hambatan
belajar dan kebutuhan masing-masing individu karena dimaknai dengan
anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga
anak potensial dan berbakat.
b. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Tiarni (2013: 24), dalam panduan penganganan ABK bagi
pendaming orang tua, keluarga, dan masyarakat, jenis-jenis ABK ada 12
macam, antara lain:
1) Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan
daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian
(lowvision).
2) Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan
pendengaran, baik sebagian maupun menyeluruh, dan biasanya
memiliki hambatan dalam berbahasa dan bicara.
3) Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki inteligensi
yang signifikan berada dibawah rata-rata anak seusianya dan sertai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam
masa perkembangan.
4) Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak
akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk,
dan fungsi tubuh atau anggota gerak.
5) Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta
berperilaku menyimpang.
6) Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH)
atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak
yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan
sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah
rentang atensi atau perhatian, hiperativitas, dan impulsivitas, yang
menyebabkan kesulitan berperilaku, berpikir, dan mengendalikan
emosi.
7) Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum
disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga
area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi
dan interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repititif dan
stereotipi.
8) Anak dengan gangguan gada adalah anak yang memiliki dua atau
lebih

gangguan

sehingga

diperlukan

pendampingan,

pendidikan khusus, dan alat bantu pelajar yang khusus.

layanan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

9) Anak lambat belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki
potensi intelektual sedikit di bawah rata-rata tetapi belum termasuk
gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang dan
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non
akademik.
10) Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning
disabilities

adalah

anak

yang

mengalami

hambatan

atau

penyimpangan pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa
ketidakmampuan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis,
mengeja dan berhitung.
11) Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang
mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa
wicara, suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang
disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, dan lingkungan, baik reseptif
maupun ekspresif.
12) Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak
yang memiliki skor inteligensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang
unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik seni,
olah raga, dan kepemimpinan.
Permendiknas No 70 Tahun 2009 tentang Pendidik Inklusi Bagi
Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa,
bahwa peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, atau
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

1) Tunanetra (hambatan indra penglihatan) tunanetra adalah individu
yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan
low vision.
2) Tunarungu (hambatan pendengaran) adalah individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.
Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah:
a) Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB)
b) Gangguan pendengaran ringan (41-55dB)
c) Gangguan pendengaran sedang (56-70dB)
d) Gangguan pendengaran berat (71-90dB)
e) Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB)
3) Tunawicara (hambatan bicara) adalah seseorang yang mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal,
sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain.
4) Tunagrahita (hambatan intelektual) adalah individu yang memiliki
itelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai
dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam
masa perkembangan.
5) Tunadaksa (kelainan motorik dan mobilitas) adalah individu yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

muskular dan struktur tulang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
6) Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Public Law (dalam Hidayat,
2013:13)

mengemukakan

pengertian

tunalaras

dengan

istilah

gangguan emosi, yaitu gangguan emosi adalah suatu kondisi yang
menunjukan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu
kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi
prestasi belajar :
a) Ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor
kecerdasan, pengindraan, atau kesehatan
b) Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan teman
dan guru
c) Berperilaku yang tidak pantas dalam keadaan normal
d) Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus menerus
e) Cenderung menunjukan gejala-gejala fisik seperti takut pada
masalah-masalah sekolah.
Karakteristik yang dikemukakan oleh Hallahan dan Kauffman (dalam
Hidayat, 2013: 32-33) berdasarkan dimensi tingkah laku:
a) Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku memperlihatkan
ciri-ciri : suka berkelahi, memukul, menyerang, tidak mau bekerja
sama, cemburu dan mudah terpengaruh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

b) Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan ciri-ciri
khawatir, cemas, ketakutan, sedih, dan kurang percaya diri.
c) Anak yang kurang dewasa, dengan ciri-ciri yaitu pelamun, kaku,
pasif, dan pembosan.
d) Anak yang agresif bersosialisasi, dengan ciri-ciri, yaitu mempunyai
kelompotan jahat, mencuru bersama kelompoknya, dan bolos
sekolah.
7) Kesulitan belajar (learning disability) adalah suatu gangguan dalam
satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman
atau

atau

penggunaan

bahasa,

lisan

maupun

tertulis,

yang

termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurnauntuk
mendengarkan, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja, maupun
melakukan perhitungan matematika. Jenis-jenis kesulitan belajar
diantaranya dyscalculia, dysgraphia, dyslexia, dan dyspraxia.
8) Lambat belajar (slow learner) adalah mereka yang memiliki prestasi
belajar rendah, di bawah rata-rata anak pada umumnya pada salah satu
atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak
keterbelakang mental.
Anak lambat belajar atau slow learner adalah mereka yang memiliki
prestasi belajar rendah atau sedikit dibawah rata-rata dari anak pada
umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik. Jika dilakukan
pengetesan pada IQ mereka menunjukkan skor antara 70-90. Wiley

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

(dalam Triani, 2013:3) menyebutkan karakteristik anak yang
mengalami slow learner:
a) Inteligensi
Dari segi inteligensi anak-nak lambat belajar atau slow learner
berada pada kisaran di bawah rata-rata yaitu 70-90 berdasarkan
skala WISC
b) Bahasa
Anak-anak lambat belajar atau slow learner mengalami masalah
dalam berkomunikasi.
c) Emosi
Dalam hal emosi, anak-anak lambat belajar atau slow learner
memiliki emosi yang kurang stabil. Mereka cepat marah dan
sensitif.
d) Sosial
Anak-anak lambat belajar atau slow learner dalam bersosialisasi
biasanya kurang baik. Mereka sering memeilih jadi pemain pasif
atau penonton saat bermain atau bahkan menarik diri.
e) Moral
Anak-anak lambat belajar atau slow learner tahu aturan yang
berlaku tetapi mereka tidak paham untuk apa peraturan tersebut
dibuat. (Triani. 2013: 10-12)
f) Autis (autism child) adalah keadaan anak yang mengalami
gangguan autisme.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

Menurut Tiarni (2013: 26-28), anak berkebutuhan khusus yang biasa
masuk di sekolah inklusi antara lain anak yang:
1) Berkesulitan belajar
Adalah anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih
kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis yang dapat memengaruhi
kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan
karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak,
disleksia, dan afasia perkembangan.
2) Lamban belajar
Jika anak yang berkesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas
rata-rata maka sebaliknya dengan anak-anak lamban belajar. Mereka
memiliki IQ di bawah lancar. Ingatannya sangat pendek sekali.
3) ADHD
Attention Deficits and hiperactivity disorder, adalah gangguan yang
berupa kekurangannya perhatian dan hiperaktivitas (aktivitas yang
berlebihan).
4) Spectrum Autisma
Spectrum Autisma atau autisme adalah kelainan perkembangan sistem
saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus adalah tunanetra, tunarungu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

tunawicara, tunagrahita, GPPH, kesulitan belajar khusus, Slow learner,
spectrum autis, gifted, tunalaras, tunadaksa.

4.

Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Sekolah Inklusi
a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang Mengakomodasikan Semua
Anak
Kustawan (2013: 90-91) menyatakan bahwa penerimaan peserta
didik baru di SD/MI pada setiap tahun pelajaran perlu mempertimbangkan
sumber daya yang dimiliki sekolah. Dalam pelaksanaan penerimaan
peserta didik baru, sekolah membentuk Panitia Penerimaan Peserta Didik
Baru yang dilengkapi dengan pendidik (guru pendidik khusus dan/ atau
konselor) yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan
keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus. Bagi
sekolah yang memiliki psikolog atau bekerjasama dengan psikolog, maka
psikolog tersebut dapat ikut serta dalam kepanitiaan PPDB. SD/MI
Penyelenggara pendidikan inklusi menerima peserta didik berkebutuhan
khusus dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah
dan mengalokasikan kursi/quota untuk peser