Peran Organisasi Mitra dalam Pengembangan PAUD widyamitra 01

WIDYAMITRA PAUD

Pada tahun 2016 merupakan titik
awal mencapai tujuan ke 4 dari
pembangunan berkelanjutan dunia
(Sustainable Development Goals).
Yang
harus
dicatat
disini,
bagaimana
mencapai
tujuan
tersebut dalam rangka menuju
pendidikan sepanjang hajat, yang
inklusif, adil, dan bermutu. Hal
tersebut dikemukakan Direktur
Pembinaan
PAUD,
R.
Ella

Yulaelawati R., M.A. Ph.D pada
saat tatap muka dengan Bunda
PAUD Kota dan Kecamatan
Bandung. (Bandung, 11/03/2016).
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

“Jadi kalau tahun 2000 sampai
dengan 2015 adalah tujuan
pembangunan
Millennium
Development
Goals
dengan
pendidikan
untuk
semua
(Education For All). Itu sudah
berakhir”, ujarnya.
Pada kesempatan tersebut Ella
Yulaelawati mengingatkan, 15

tahun kedepan sampai tahun 2030
kita harus mencapai tujuan global
pendidikan berkelanjutan. Tujuan
yang pertama tidak ada kemiskinan
(no poverty). Tujuan kedua tidak
1

WIDYAMITRA PAUD
ada kelaparan (no hunger). Tujuan
ketiga kesehatan dan kesejahteran
(health and wellbeing). Dan tujuan
keempat
pendidikan
yang
berkualitas (quality of education).
“Sekali lagi kalau dulu Education
For All kita banyak-banyak akses
mengorbankan mutu. Sekarang
tidak boleh lagi, semuanya harus
bermutu, harus adil, harus tidak

boleh berhenti belajar. Makanya life
long eduation for all
belajar
sepanjang hayat untuk semua.
“Tolabul ilmi minal mahdi ilal lahdi”
belajar dari buain sampai keliang
lahat.
Disitulah tanggungjawab
bunda-bunda
PAUD
dalam
memberikan
penyadaran
ke
masyarakat, bahwa PAUD itu
penting bagi perkembangan anak

Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

dari buaian, sejak didalam janin”,

jelas Ella Yulaelawati.
Selanjutnya
Ella
Yulaelawati
mengingatkan, pada tahun 2030
kita memastikan seluruh anak lakilaki dan perempuan memperoleh
akses perkembangan, perawatan,
dan pendidikan pra-sekolah dasar
yang bermutu, untuk mencapai
kesiapan memasuki pendidikan
dasar. Mohon diingat kesiapan
memasuki pendidikan dasar bukan
berarti membaca.
Jadi agenda pendidikan tahun
2030 mempunyai visi kemanusian
dalam membangunan pendidikan
berkelanjutan
dan
berkualitas
untuk memenuhi hak asasi

manusia,
keadilan,
dan
perlindungan dalam menjunjung

2

WIDYAMITRA PAUD
harkat dan bermartabat yang
dilandasi
dengan
keragaman
budaya,
tanggungjawab,
dan
akuntabilatas
bersama
dalam
mewujudkan
perdamain

dan
pembangunan
berkelanjutan,
imbuhnya.
Oleh karena itu, menurut Ella
Yulaelawati,
sangat
penting
menyiapkan anak usia dini agar
mereka berbudaya, bermartabat
serta
dapat
menciptakan
perdamain. Jadi bukan hanya
keterampilan teknis saja seperti
membaca.
Ketuntasan Gerakan 1 Desa 1
PAUD

Bahkan di DKI atau mungkin di

Bandung juga bukan hanya
kelurahan, bisa saja 1 RW 1 PAUD.
Tapi perlu juga dilihat perizinan dan
kelembagaannya perlu diupgrade
atau direfresh.
Capaian APK PAUD usia 3-6 tahun
menunjukkan persentase cukup
baik yaitu 70.10 persen. Walaupun
masih ada yang di bawah di ratarata APK nasional.
Selain itu
capaian target 1 minimal desa 1
PAUD, ada yang jauh melebihi
target, Ada yang melebihi target.
Data menunjukkan, masih ada 47
persen di bawah target, dan 18
persen sangat jauh dibawah target.
Ini harus yang kita perbaiki, jelas
Ella Yulaelawati. (adrianto).

Pada

kesempataan
tersebut
Direktur
Pembinaan
PAUD
menyampaikan, capaian satu desa
minimal
satu
PAUD
sebesar
72,29%.
Dari
74.053 desa di
Indonesia sudah
terdapat
58.174
desa yang memiliki
PAUD. Kalau di
kelurahan hampir
semua ada PAUD,

karena kelurahan
ada di kota-kota.
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

3

WIDYAMITRA PAUD

“Jumlah Pos PAUD di Kota
Bandung sebanyak 606 lembaga,
yang tersebar di 30 kecamatan.
Kemudian jumlah pendidik PAUD
sebanyak 3.221 orang, dan jumlah
peserta didik sebanyak 23.028
anak, untuk data tahun 2015”. Hal
tersebut disampaikan Bunda PAUD
Kota Bandung, Atalia Praratya
pada pertemuan dengan Direktur
Pembinaan PAUD. (11/03/2016).
Pertemuan yang dilaksanakan di

Kota Bandung tersebut dihadiri
Kasubdit, Kasi, kasubbag Tata
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

Usaha, dan staf dilingkungan Dit.
Pembinaan PAUD. Selain itu juga
dihadiri pengurus HIMPAUDI,
IGTKI, dan Kabid PNFI Jawa Barat
dan jajarannya, serta 30 orang
bunda PAUD kecamatan Kota
Bandung.
Menurut Atalia, kita semua sangat
menyadari bagaimana pentingnya
anak-anak untuk diberikan pondasi
yang baik, sehingga mereka
mampu menghadapi tantangan
zaman.
4

WIDYAMITRA PAUD

“Banyak
sekali
tantantangan
didalam perjalanan kami membina
lembaga PAUD di kota Bandung.
Diantaranya masih rendahnya
kesadaran
orangtua
tentang
pentingnya pendidikan pada anak

PAUD
di
Kota
Bandung.
Diantaranya terbatasnya jumlah
PTK
yang
berkompetensi.
Kemudian juga masih terbatasnya
sumber dana dan daya dalam
peningkatan akses layanan dan

usia
dini.
Kemudian
masih
rendahnya APK PAUD, dan
terbatasnya
lembaga
layanan
PAUD
terutama
di
dearah
tertinggal dan terpencil. Kita masih
banyak
tempat-tempat
yang
Kumad (kumuh dan padad)”,
ujarnya.

kualitas PAUD. Serta belum ada
aturan atau mensyaratkan anak
usia 3-6 tahun wajib mengikuti
PAUD.

Selain itu, menurut Atalia banyak
permasalahan
pengembangan
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

“Sebagai upaya peningkatan akses
layanan PAUD, pemerintah kota
Bandung mendorong 1 RW
minimal 1 PAUD, dan ini sudah
tercatat dalam RPJMD. Jadi harus,
mau tidak mau harus dilaksanakan.
5

WIDYAMITRA PAUD
Saya
mohon
bantuan
dari
bunda
PAUD
kecamatan dan
juga
seluruh
teman-teman
yang
peduli
terhadap anakanak. Mari kita
bekerja bersamasama
dengan
cinta kita, supaya
dapat terlaksana
dengan
maksimal”, pintanya.
Bunda PAUD kota Bandung
mengingatkan, istri dari camat
adalah bunda PAUD kecamatan,
dan ini akan berhenti dengan
sendirinya ketika suami tidak
menjabat lagi. Olehnya karena
waktu yang tidak lama, kita harus
maksimal dalam mendukung anakanak kita sehat, cerdas, dan ceria
agar dapat menjadi harapan
bangsa. Untuk itu kita terus berlari
bersama untuk menyongsong
Bandung yang lebih baik dan juara,
yang dimulai dari peradaban
mengedapankan anak-anak kita.

telah memilih kota Bandung
dijadikan
tempat
melakukan
pembinaan
penguatan
kelembagaan PAUD di daerah
Cibeunying Kidul.
“Saya kira ini luar biasa, apa yang
telah
dilaksanakan
Direktorat
Pembinaan PAUD. Karena telah
membuat 5 titik PAUD di kota
bandung menjadi lebih cantik.
Mudah-mudahan selanjutnya bisa
hadir kembali untuk menambah
cantik lagi di tempat-tempat
(PAUD) lainnya di Kota Bandung”,
ujar Atalia. (Adrianto)

Pada kesempatan tersebut, Atalia
mengucapkan terimakasih ibu Ella
(Direktur Pembinaan PAUD) yang
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

6

WIDYAMITRA PAUD

Pada tanggal 10 s.d 12 Februari
2016 di Bandung-Jawa Barat,
Direktorat
Pembinaan
PAUD
melaksanakan
kegiatan
“Peningkatan Kapasitas Pegawai”,
yang diikuti seluruh Kasubdit, Kasi,
fungsional umum, dan staf.
Direktur Pembinaan PAUD, R. Ella
Yulaelawati R., M.A. Ph.D dalam
arahannya
menyampaikan,
kegiatan ini adalah peningkatan
kapasitas bukan kegiatan out bond.
Setiap pegawai harus memahami
apa yang dimaksud dengan
kapasitas.
“Peningkatan
kapasitas
perlu
dilakukan setahun sekali, sebagai
upaya penyegaran bagi pegawai
untuk mengetahui perkembangan
yang ada. Serta meningkatkan rasa
kebersamaan antara pegawai dan
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

pejabat
dilingkungan
Dit.
Pembinaan PAUD”, tegasnya.
Selanjutnya
Ella
Yulaelawati
memberi contoh, di Singapura yang
dimaksud dengan kemampuan
tradisional adalah kegiatan main
atau kursus piano, musik dan balet.
Kemampuan
baru
atau
moderennya adalah sekolah atau
kursus teknologi komputer, yang
bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
Singapura sadar tidak punya
sumber daya alam. Sedangkan
Indonesia
kemampuan
tradisionalnya adalah bola sodok
dan
permainan
sejenisnya.
Perbandingan ini mengindikasikan
ketertinggalan kita.

7

WIDYAMITRA PAUD
Menurut Ella Yulaelawati, banyak
sekali upaya dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia baik
dalam bentuk pelatihan, diklatdiklat, atau kursus. Kita harus
menyerap berbagai informasi. Kita
harus bergerak dalam menyerap
berbagai informasi terkini.
“Kata Bapak Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, jadi pimpinan itu
bukan hanya memiliki kapasitas,
tapi pemimpin sekarang harus
punya follower atau pengikut.
Setiap pimpinan harus punya SK,
tapi kalau tidak punya pengikut,
untuk
apa
jadi
pemimpin.
facebook, twitter, dan media sosial
lainnya
semuanya
memiliki
pengikut”, ungkapnya
Selain itu Pak menteri selalu
mengatakan tentang ekosistem
pendidikan. Dalam misi dan visi
Kemendikbud
2015-2019
disebutkan, terbentuknya insan
serta ekosistem pendidikan dan
kebudayaan yang berkarakter
dilandasi semangat gotong royong.
Sedangkan Direktorat Pembinaan
PAUD misi dan visinya adalah,
terbentuknya insan cerdas ceria.
Jadi
insan
sebagai
obyek
merupkan diri kita sendiri, yang ada
disini sebagai ekosistem.
Jadi
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

maksudnya Pak menteri, tidak
mungkin ada PAUD cerdas ceria
kalau kitanya sendiri ekosistemnya
tidak cerdas ceria, cemberut saja,
atau diam saja tidak bergerak, jelas
Ella Yulaelawati.
Direktur
Pembinaan
PAUD
selanjutnya mengingatkan, bahwa
kita harus punya karakter. Kalau
kalian letoy PAUDnya jadi letoy.
Kalau kita kuat PAUD juga kuat.
Amanah yang diemban oleh
teman-teman di ruangan ini, lebih
besar dari amanah yang diemban
teman-teman yang ada di luar. Kita
ini adalah ekosistem, yang kalau
teman-teman bisa melaksanakan
lebih baik, akan bisa merubah
Indonesia yang lebih baik.
Menurut Ella Yulaelawati, ada 3
(tiga)
ciri
ekosistem
yang
berkarakter meliputi;
1. Penguatan pelaku pendidikan
dan kebudayaan;
2. Peningkatan Mutu dan akses;
dan
3. Efektivitas.
Sedangkan persyaratan untuk
menajemen dalam ekosistem;
1. Harus ada kesejajaran dalam
sistem;
2. Berpikir diluar kotak;
8

WIDYAMITRA PAUD
3.
4.
5.
6.

Kreatif;
Memberdayakan staf;
Mengawal kompetensi inti; dan
Mengelola.

6. Memberikan solusi secara
fokus;
7. Sedikit arahan; dan 8. Mandiri
total.

Adapun persyaratan staf masa kini
menurut Ella Yulaelawati meliputi;
1. Feleksibel (siap menerima
perubahan);
2. Kecepatan waktu (bergerak
cepat);
3. Menerima ambigu dan
ketidaktentaun;
4. Mengkinikan (Komitmen
belajar sepanjang hayat);
5. Memberi (dari pada
menerima);
6. Melayani (dari pada
memerintah);
7. Mengelola diri (menyelesaikan
bukan menunjuk diri); dan
8. Tidak mengambil tugas orang
lain (membuat/menyelesaikan
tugas).

Kunci dari semua hal tersebut
adalah “Setiap pegawai harus
bergerak dan memiliki inisiatif
dalam
menyelesaikan
permasalahan, sebagai suatu
ekosistem” ujar Ella Yulaelawati
mengakhiri pengarahannya.

Sedangkan tugas staf masa kini
menurut Ella Yulaelawati meliputi;
1. Berbagi informasi;
2. Dialog;
3. Menyelesaikan
persoalan
secara mandiri;
4. Menyelesaikan
persoalan
dalam kelompok;
5. Menyelesaikan
persoalan
antara kelompok;
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

9

WIDYAMITRA PAUD

KEGIATAN PENINGKATAN KAPASITAS

PEGAWAI
Ada yang berbeda dengan
kegiatan yang sebelumnya
pernah dilakukan. Tahun
ini kegiatan bukan lagi
dalam bentuk out bond,
tapi
dalam
bentuk
“Peningkatan Kapasitas
Pegawai”.
Jika
sebelumnya,
kegiatan
lebih banyak dengan berbentuk
permainan misalnya, arum jeram,
flying fox, find ball, atau permainan
yang sejenisnya. Kali ini kegiatan
lebih
banyak
diisi
dengan
pembentukan karakter staf terkait
dengan pengembangan program
PAUD.
Salah satu kegiatan yang dilakukan
adalah merias PAUD. Para
pegawai mulai dari pejabat
struktural dan staf, saling bahu
membahu dan bekerja sama dalam
melakukan
pembenahan
dan
penataan satuan PAUD. Penataan
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

dalam rias PAUD, mulai dari
lingkungan
bermain, maupun
ruang belajar, serta sarana dan
prasarana.
Kegiatan ini bertujuan untuk lebih
mendekatkan diri pegawai Dit.
Pembinaan PAUD dengan kondisi
nyata di satuan PAUD. Selain itu
untuk
melihat
lebih
dekat
permasalahan penyelenggaraan
program PAUD. Sasaran kegiatan
ini sebanyak 5 satuan PAUD,
dengan kriteria lembaga tersebut
membutuhkan pembenahan dan
penataan baik lingkungan bermain,
10

WIDYAMITRA PAUD
ruang belajar, serta sarana dan
prasarana.
Adapun
sasaran
program rias PAUD
meliputi:
1.
PAUD
Tunas
Bangsa
di
Kelurahan Pasirlayung,
Kecamatan Cibeunying
Kidul.
2.
Taman
Penitipan Anak (TPA)
Muslim
bunda,
di
Kompleks Bumi Asri II,
Jl. Bungursari Raya; 3.
Pos
PAUD
Setia
Mandiri, di Kelurahan Padasuka,
Kec. Cibeunying Kidul; 4. PAUD
cempaka, di Kelurahan Sukapada,
Kec. Cibeunying Kidul; dan 5.
Taman Kanak-Kanak (TK) Hikmat I
di Jalan Padasuka No. 19
Bandung.
Kegiatan
tersebut,
sangat
diapresiasi bunda PAUD kota
Bandung Atalia Praratya. Beliau
mengucapkan terimaksih kepada
Dit. Pembinaan PAUD yang telah
membuat 5 titik PAUD di kota
bandung menjadi lebih cantik.
Mudah-mudahan selanjutnya bisa
hadir kembali lagi untuk menambah
cantik lagi di tempat-tempat
(PAUD) lainnya di Kota Bandung.
Kegiatan yang lainnya adalah
pertemuan dengan bunda PAUD
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

kota Bandung dan kecamatan.
Kegiatan
dimaksudkan
untuk

menyamakan
persepsi
dan
langkah serta strategi dalam
pengembangan PAUD berkualitas.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh
pengurus HIMPAUDI, IGTKI, dan
Kabid PNFI Jawa Barat.
Selain itu, aktifitas lainnya adalah
penguatan motivasi berprestasi
yang dibawakan oleh praktisi
pendidikan Dewi huges. Kegiatan
ini bertujuan untuk meningkatkan
karakter berprestasi dan berinovasi
dalam bekerja bagi pegawai Dit.
Pembinaan PAUD. Serta kegiatan
seni
dalam
bentuk
lomba
keterampilan membuat manikmanik, yang bertujuan untuk
meningkat kompetensi pegawai di
bidang keterampilan. (Adrianto)
11

WIDYAMITRA PAUD

Pendidikan
merupakan
tanggungjawab bersama antara
keluarga,
masyarakat,
dan
pemerintah. Orangtua tidak boleh
beranggapan
pendidikan
tanggungjawab sekolah semata.
Pendidikan merupakan usaha
untuk membina kepribadian agar
sesuai dengan norma-norma atau
aturan di dalam masyarakat.
Menurut Fery Farhati, pendidikan
mempunyai hubungan cukup luas

Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

baik
keluarga,
sekolah,
lingkungan, dan komonitasnya.
Dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan telah menciptakan
ekosistem pendidikan. Ekosistem
yang paling kecil adalah rumah.
Bagi anak, rumah adalah sekolah
pertama, dan orangtua adalah
pendidik pertama dan utama dalam
kehidupan anak.
Hal tersebut disampaikan Fery
Farhati ketika menjadi pembicara
pada seminar “Peran Orangtua
Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Anak Usia Dini”,
yang dilaksanakan oleh Yayasan
Citra Pendidikan Indonesia. Sabtu
(19/03/2015).
Namun masalahnya, pendidikan
parenting tidak ada sekolahnya.
Diilustarsikan ibu seorang dokter
gigi misalnya, pasti saya jamin
berusaha agar gigi anaknya tidak
bolong.
Ibu seorang dokter
misalnya, dia dengan
sepenuh
hati
menjaga kesehatan
anak dengan ilmu
yang dimiliki. Tapi
menjadi
orangtua
tidak
ada
sekolahnya. Untuk itu
orangtua
harus
punya pengetahuan
tentang
mendidik
12

WIDYAMITRA PAUD
anak, ujar istri Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Anis Baswedan.
Menurut Fery Farhati, orangtua
harus dimiliki nilai-nilai positif yang
kelak
akan
berefek
pada
perkembangan anak. Nilai-nilai
tersebut sebagai berikut:

2. Cinta
Pupuk yang paling efektif
dalam kehidupan keluarga
adalah cinta. Melalui cinta,
maka
apa
yang
ingin
disampaikan orangtua kepada
anak akan lebih mudah
diserap anak-anak.

1. Semangat Belajar
Anak
dilahirkan
sebagai
pembelajar. Berbagai macam
bentuk usaha belajar, dari
mulai explorasi, jalan kesana
kesini. Kalau anak sebagai
pembelajar,
namun
orangtuanya tidak pembelajar
maka akan tertinggal. Karena
itu orangtua harus memiliki
semangat Belajar.

3. Visioner
Seorang anak dari lingkungan
yang perkenomian kurang
menguntungkan bisa sukses,
bila orangtuanya memiliki visi
yang jauh terhadap anakanaknya. Ada sebuah kisah,
dimana ayahnya tidak bisa
bekerja sehingga penghasilan
sepenuhnya dari ibu. Tapi
sianak selalu diajak untuk

Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

13

WIDYAMITRA PAUD
bermimpi
oleh
ayahnya
dengan memberikan kisahkisah
dan
menunjukkan
gambar-gambar tentang luar
negeri. Ini loh nak yang
namanya menara visa, Ini loh
nak yang namanya London, Ini
loh nak yang namanya Berlin.
Penghasilanya juga kurang
mampu, yang dari pagi sampai
subuh sore bekerja berjualan
nasi, karena si ayah meninggal
sehingga
anak-anaknya
harusnya ikut sama si ibu, tapi
visi tentang masa depan telah
ditanamkan oleh si ayah, dan
si anak bermimpi untuk sampai
ke luar negeri.
Kemudian si ibu, karena kerja
kerasnya dari subuh sampai

pagi hingga sore. Namun tidak
lupa setiap hari mengajarkan
visi kedepan. Sekarang 1
keluarga
anaknya
telah
bekerja di PBB dan sekolah di
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

luar negeri. Jadi nilai visioner
penting dimiliki oleh orangtua.
4. Religius
Ini tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Kepercayaan tentang ada yang
lebih tinggi dari kita. Itu bisa
menjaga kita dari hal-hal yang
negatif. Apapun kita diajarkan
hal-hal negatif akan kembali
yang jauh lebih tinggi dari kita.
Sikap religius harus dimiliki
oleh setiap orangtua. Dimana
mereka mempunyai kebiasankebiasan keseharian yang
secara rutin yang dikerjakan,
misalnya setelah shalat.
5. Integritas yang ditunjukkan
dalam “kehadiran”.
Nilai kehadiran ini sangat
penting. Semua permasalahan
yang dihadapi saat ini
baik
narkoba,
pornografi, kenakalan
remaja,
dan
suka
kebut-kebutan,
biasanya terjadi karena
ketidakhadiran
orangtua.
Sehingga
anak
mencari
pelampiasan di luar rumah,
karena orangtua tidak ada.
Pertanyaannya,
adalah
bagaimana menanamkan nilainilai dalam kehidupan keluarga.
14

WIDYAMITRA PAUD

Menurut Fery Farhati,
bahwa setiap orangtua
ingin menjadi orangtua
yang
baik.
Setiap
orangtua mengharapkan
dapat mendidik anakanaknya menjadi orang
hebat, cerdas, sukses,
bahagia, dan bermasa
depan cerah. Namun hal
tersebut kadang tidak
dibarengi
usaha
orangtua, ingin anaknya cerdas
tapi orangtuanya tidak hadir kan
tidak mungkin. Ingin anaknya pintar
tapi orangtuanya asal-asalan.
Sebagai contoh dalam 24 jam
sehari. Anak-anak bangun jam
05.00. Jam 07.00 sampai jam
14.00 anak di sekolah, jam 15.00
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

les sampai jam 17.00. Jam 18.00
sudah dirumah sampai jam 21.00.
Jam 21.00 anak tidur dan bangun
jam 05.00. Waktu anak dan waktu
orangtua yang bersamaan dari 24
jam itu sedikit sekali. Sisanya
mereka bergerak sendiri-sendiri.
Nah disaat waktu bersamaan kita
lihat kebiasaan ibu-ibu dirumah
mengomel.
Ibu-ibu
ketika
15

WIDYAMITRA PAUD
ditunjukkan dengan fakta in,
mereka terkejut “oh iya yah waktu
saya sangat sedikit dengan anakanak”.
“Kapan
saya
bisa
menumbuhkan rasa cinta kepada
anak”, “kapan saya bisa hidup
tenang dengan anak-anak”.

Kita bisa melihat sekarang, di suatu
keluarga ada 4 layar dan 4 pilihan,
yang satu nonton tv, yang satu
main game, yang satu chatting, dan
yang satu mengutak-atik laptop,
dimana
mereka
bisa
berkominakasi.

Ditambah lagu dengan kemajuan
teknologi dan informasi sudah
semakin berkembang. Kita dapat
dengan
mudah
dan
cepat
mengakses informasi kapan dan
dimanapun.
Penggunaan
gadged/smartphone saat sekarang
ini telah menyentuh semua
kalangan hingga ke anak-anak
sekalipun. Namun seringkali kita
sebagai penikmat dari kemajuan
teknologi,
kebablasan
dalam
menggunakannya.
Sebagai
contoh, ketika dirumah berkumpul
dengan keluarga namun tidak
setikit atau hampir semuanya
hanya
fokus
kepada
gadged/smartphone masing.

Orangtua Harus Berubah

Kalau dulu Presiden pertama RI
Soekarno pernah mengatakan
“berikan aku 10 pemuda, niscaya
akan kuguncangkan dunia”. Kalau
sekarang
sering
dipelesetkan
menjadi “berikan saya 10 gigabyete
akan kutundukan dunia.
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

Fery
Farhati
lebih
lanjut
mengungkapkan, masih banyak
orangtua mendidik sebagaimana
orangtua mereka mendidik di masa
kecil. Praktek-praktek pengasuhan
masih menggunakan cara-cara
yang tidak tepat dan bermasalah.
Masih ada yang mencubit, masih
ada yang meremehkan, masih
mengganggap anak kecil saja,
tidak pernah ada penghargaan
kepada anak.
Akibatnya 93 persen anak pernah
mengalami tindak kekerasan baik
di rumah maupun di sekolah (Save
the Children, Survey di 10
Propinsi). Serta mayoritas (82
persen)
remaja
beranggapan
bahwa orangtua otoriter, 50 persen
mengaku pernah mendapatkan
hukuman fisik, dan 39 persen
mengatakan orangtua pemarah
(Survey FEKMI, 2003), ujar Fery
Farhati.
16

WIDYAMITRA PAUD
Untuk itu menurut Fery Farhati,
orangtua harus berubah, orangtua
harus mempunyai ilmu mendidik
anak. Orangtua harus memiliki 4 K
yang
meliputi
komonikasi,
kreatifitas,
koloberasi,
dan
kooperasi (kerjasama). Dengan
menanamkan 4 hal ini dalam
keluarga bukan mengejar dengan
prestasi-prestasi yang terukur
dengan nilai. Jadi kegagalan dalam
pengasuhan anak terjadi, karena
orangtua belum tahu bagaimana
mendidik dan mengasuh dengan
baik dan benar. Bukan karena
orangtua tidak sayang pada anakanak, tegas Fery Farhati.
Lebih
lanjut
Fery
Farhati
mengatakan, setiap langkah yang
dilakukan oleh orangtua harus
berpijak
pada
kesempatan
pertumbuhan dan perkembangan
anak. Anak umur 3 tahun tidak bisa
diharapkan bisa membereskan
kamarnya. Jadi Penting bagi ibu
untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan anak. Karena:
1. Agar
orangtua
dapat
membantu dan menciptakan
kondisi yang baik sesuai
kebutuhan di setiap tahapan;
2. Agar orangtua tahu apa yang
bisa diharapkan dari anak
sesuai dengan tahapannya;
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

3. Agar orangtua tahu apa yang
harus dilakukan bila ada
perkembangan yang tidak
tercapai.

Peran orangtua
Peran orangtua sebenarnya bukan
hal-hal yang sangat saintifik.
Menurut Fery Farhati peran
orangtua
sebenarnya
sangat
sederhana, yaitu hanya dengan
membahagiakan anak dengan
memberi stimulasi dan rangsangan
yang positif, rasa cinta, rasa aman,
kasih sayang, belaian, sentuhan
dengan menggunakan 5 indera.
Peran orangtua yang lain dalam
tumbuh kembang anak adalah
memberi gizi untuk fisik mereka.
Gizi itu tidak mahal, mulai dari
memberi ASI ekslusive selama 6
bulan dan menyusui selama 2
tahun. Selanjutnya kebiasan cuci
tangan, membiasakan perilaku
hidup sehat dan imunisasi lengkap.
Serta memberi kesempatan pada
anak untuk mengalami dan
mencoba berbagai hal, dengan
tidak mengekang dengan aturan
yang mengunci eksplorasi.

17

WIDYAMITRA PAUD
Penerapan Disiplin Pada Anak
Dalam mendidik dan mengasuh
anak
seringkali
berhadapan
dengan perilaku anak yang tidak
sesuai dengan harapan. Karena itu
sering timbul dalam pertanyaan
bagaimana “mendisiplinkan” anak.
Namun
sayangnya
banyak
orangtua
gagal
membedakan
disiplin dengan hukuman.
Kata disiplin berasal dari bahasa
Latin, discipulus, yang berarti
“pembelajar”.
Jadi
disiplin
sebenarnya
difokuskan
pada
pengajaran. Anak adalah seorang
murid bagi orangtuanya. Agar ini
dapat terjadi maka sebagai
orangtua kita selayaknya menjadi
pemimpin yang berharga untuk
dipatuhi dan diteladani oleh anakanak kita.
Lalu
bagaimana
orangtua
menerapkan
disiplin
tanpa
hukuman terhadap anak. Menurut
Fery Farhati disiplin adalah
mengajarkan yang sesungguhnya
yang
fokusnya
visioner.
Sedangkan
hukuman
adalah
menghentikan prilaku yang tidak
diinginkan
dengan
fokusnya
keterampilan sesaat.
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

Mari kita coba lihat kebelakang
ketika kita masih kecil. Bagaimana
yang diterapkan oleh orangtua kita.
Apakah kita bisa melakukan apa
saja dengan bebas atau dengan
batasan. Jadi kalau kita melihat
kebelakang banyak sekali praktekpraktek yang kadang kita tidak bisa
menolak. Dan disini kita bisa
mengajarkan orangtua apakah dia
otoriter, ataukah demokratis, kita
mengharapkan
mereka
untuk
menjadi orangtua yang demokratis.
Menurut Fery Farhati, kunci disiplin
itu tidak harus langsung kepada
anak, tapi dengan memberikan
kebiasan-kebiasan dan memenuhi
5 Kebutuhan anak, sebagai berikut:
1. Keteraturan.
Keteraturan itu membawa
sense of control, kalau dari hari
ke hari jadwal jelas, anak
dalam menghadapi besok dia
lebih tenang. kalau dari hari ke
hari jadwad tidak jelas, anak
selalu menebak-nebak besok
apa ... besok apa. sense of
control
itu
datang
dari
keteraturan (order) rutinitas
yang jelas, lingkungan fisik
yang teratur, konsistensi, dan
kepastian. Tempat belajar yah
tempat belajar. Tempat nonton
TV yah khusus. Jadi tidak ada
belajar di tempat nonton TV
18

WIDYAMITRA PAUD
2. Rasa aman.
Rasa aman akan menanamkan
rasa Secure pada anak.
Secure lebih dalam dari
sekedar rasa percaya. Jadi
adanya ‘otoritas’ yang bisa
dipercaya, dihargai dan dapat
mencari solusi. Kalau orangtua
bisa diandalkan, anak bisa
eksplorasi dengan tenang
karena
orangtuanya
bisa
diandalkan,
bisa
mencari
solusi. Itu kebutuhan kedua.
3. Batasan
Kebebasan
untuk
bereksplorasi yang diiringi
dengan
ekspektasi,
dan
struktur yang jelas. Sering kali
saya melihat anak yang dijaga
terus
dengan
berbagai
larangan, tapi janji tidak boleh
kesana, tidak boleh kesini.
Kalau anak sudah diberi
struktur yang jelas. Misalnya
nak kita akan ke taman, tapi
tidak boleh jauh-jauh dari
mama. Ibu duduk saja ditaman,
anaknya eksplorasi sendiri.
Tapi kalau orangtuanya tidak
memberikan ekspektasi dan
struktur yang jelas maka kita
akan sibuk sendiri menjaga
sianak

Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

4. Keterlibatan
Keterlibat menciptakan sebuah
momen
untuk
anak-anak.
Pengalaman
dalam
pengambilan keputusan dan
penyelesaian
masalah.
Keterlibatan ini penting, untuk
itu orangtua harus memikirkan
bagaimana si anak akan
mengalami
sukses-sukses
kecil. Ikut di dapur boleh tapi
jangan disuruh menggoreng
tapi misalnya ikut potongpotong sedikit. Anak akan
merasa sukses dan berhasil
yang
kemudian
akan
menimbulkan rasa percaya diri.
5. Gembira
Jadilah orangtua yang penuh
kasih sayang. Sikap penuh
kasih sayang orangtua dalam
menghadapi
anak
dapat
membuatnya
patuh tanpa
harus diliputi amarah. Cara
yang cerdas dalam ‘menyuruh’
anak akan jauh lebih berhasil
dibandingkan mengandalkan
kekerasan lisan maupun fisik.
Komonikasi Positif
Banyak
sekali
cara-cara
berkomonikasi dengan anak. Katakata positif dapat menciptakan
hubungan positif. Sedangkan kata19

WIDYAMITRA PAUD
kata negatif dapat menciptakan
energi negatif yang menyebabkan
anak merasa tidak disukai.
Ini fakta yang sering dilakukan oleh
orangtua;
1. Menyalahkan dan menuduh;
2. Meremehkan;
3. Mengancam;
4. Perintah dan titah;
5, Ceramah;
6. Mengomel;
7. Menumbuhkan rasa bersalah;
8. Memberi label dan mengejek;
9. Membandingkan. Dan
10. Menyindir.
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam komunikasi yang efektif
adalah, menjadi pendengar yang
baik dan aktif, libatkan diri dalam
kegiatan anak dan dunianya,
berikan teguran yang sesuai dan
masuk akal, berikan pujian untuk
setiap
keberhasilan,
berikan
kepercayaan pada anak, jadilah
orangtua yang menyenangkan bagi
anak, Jangan malu mengakui
kesalahan, penggunaan kalimat
positif , dan penggunaan pesan
“saya” bukan pesan “kamu”. Ini
semua perlu didiskusikan bersama
tidak hanya sekadar memberikan
materi.

Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

Konsep Diri
Orangtua perlu memiliki konsep diri
yang positif sebelum kemudian
anaknya memiliki konsep diri yang
positif juga. Konsep diri ini
terbentuk karena adanya;
1. Konsep diri adalah gambaran
anak mengenai dirinya.;
2. Tumbuh dari penerimaan dan
kasih sayang orangtua;
3. Konsep diri yang positif dapat
membentuk rasa percaya diri;
dan
4. Orangtua pun harus memiliki
konsep diri yang positif tentang
dirinya dalam menjalankan
perannya.
Anak yang merasa dihargai
keberadaannya
cenderung
memiliki rasa percaya diri. Untuk itu
orangtua perlu membiasakan dan
memberikan pujian, sapaan, salam
pada anak. Sapaan mempunyai
efek yang luar biasa kepada
perkembangan anak. Untuk itu
anak perlu diberi kesempatan
merasakan keberhasilan dalam
melakukan pekerjaan. Perasaan
bahwa dirinya bisa melakukan
sesuatu
dan
berhasil
akan
menumbuhkan
rasa
percaya
diri.(adrianto)

20

WIDYAMITRA PAUD

PAUD
SEBAGAI GERBANG
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
“Dunia telah berkomitmen untuk
mencapai minimal 1 tahun pra SD
sampai tahun 2030. Jadi dunia
sudah berhitung dalam Sustainable
Development
Goals
atau
pembangunan yang berkelanjutan,
dan kita salah satunya yang ikut
dalam merativikasi. Pada tahun
2030 diharapkan 100 persen anak
usia dini mendapat layanan PAUD.
Tidak peduli apakah di kota atau di
desa, tidak peduli apakah kaya
atau
miskin,
laki-perempuan,
karena ini merupakan prasyarat
dan pembeda peringkat dalam
kehidupan sehari-hari. Ungkap
Dirjen PAUD dan Dikmas Harris
Iskandar pada saat membuka
seminar Peran Orangtua dalam
Meningkatkan
Kualitas
Pembelajaran Anak Usia Dini.
Sabtu (19/03/2015).
Lebih lanjut Harris mengatakan
bahwa, berdasarkan hasil riset
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

bank dunia yang disampaikan pada
seminar bank dunia di akhir tahun
2015
mengenai
indeks
ketimbangan
ekonomi
yang
semakin melebar. PAUD dapat
dijadikan sebagai gerbang menuju
pemerataan ekonomi, dan keadilan
sosial yang kita cita-citakan.
Pemicunya semua itu adalah faktor
sosial ekonomi, sanitasi, air bersih,
termasuk PAUD. Harris Iskandar
mengilustrasikan, bahwa Dewi
yang lahir di jakarta dan Putri yang
lahir di Papua, itu nasibnya
berbeda meskipun kita satu negara
Indonesia. Dewi yang lahir di
jakarta
probabiltasnya
untuk
mendapatkan akses terhadap
sosial ekonomi, sanitasi, air bersih,
termasuk PAUD berkualitas itu 94
persen. Tetapi Putri probabiltasnya
hanya 2 persen. Nah dengan
keadan seperti itu, Putri tentu saja
kehidupannya tidak semulus Dewi.
21

WIDYAMITRA PAUD
Selanjutnya harris menjelaskan,
dengan kondisi tersebut Dewi akan
mendapat penghasilan yang lebih
baik,
sedangkan
putri
penghasilannya di bawah standar.
Sehingga pertumbuhan Putri juga
kurang maksimum, perkembangan
otaknya
juga
tidak
optimal,
sehingga performance akademik
juga dibawa standar. Ketika lulus
juga bekerja paling banter di sektor
informal. Ini sangat tidak aman,
begitu PKL didatangi oleh satpol
PP
hancur
semuah
usaha
bisnisnya.
“Begitu salah satu keluarganya
sakit, dan hanya sebuah inseden
kecil, itu bisa menurunkan status
ekonomi seluruh anggota keluarga.
Semua hartanya terkuras karena
hanya
untuk
membayar
puskesmas atau rumah sakit. Maka
dia yang tadinya tidak miskin
menjadi miskin. Begitulah kira-kira
permasalahan yang kita hadapi
dan PAUD merupakan salah satu
gerbang pembuka” urai harris
iskandar.
Selanjutnya
beliau
mengemukakan, kalau mau lihat
bukti PAUD membawa ke gerbang
kesejahteraan. Di Cina tahun 1990
tingkat kemiskinan itu 37 persen,
tahun 2015 menurun menjadi 9,7
persen. Itu diklaim berkat PAUD.
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

“Kalau orangtua gundah, kesal
keadaan
sekarang
dengan
berbagai karakter tidak terpuji yang
ditunjukkan tokoh, dan para pablik
pigur. Maka tumbuhkanlah energi
positif ke pola pengasuhan yang
benar. Kalau kita menginginkan
anak tidak korupsi maka ajarkan
mereka tentang kejujuran dan
tentang tanggungjawab. Kalau kita
menginginkan anak kita yang cinta
tanah air, yang peduli terhadap
sesama maka ajarkanlah dari
sekarang kerjasama. Kalau kita
lihat di kantor staf bekerja hanya
asal-asalan maka bimbinglah anak,
sehingga
menumbuhkan etos
kerja, tanggungjawab, dan disiplin
yang baik. Bukan hanya sekadar
memanjakan dengan berbagai
materi tetapi kita menumbuhkan
disiplin yang baik”, pesan Dirjen
PAUDNI. (adrianto)

22

WIDYAMITRA PAUD

PERAN ORGANISASI MITRA
DALAM PENGEMBANGAN
PAUD
Grafik perkembangan program
pendidikan anak usia dari tahun ke
tahun mengalami perkembangan
yang
signifikan
dan
menggembirakan.
Hal
ini
disampaikan Dirjen PAUD dan
Dikmas Harris Iskandar, pada
seminar “Peran Orangtua Dalam
Meningkatkan
Kualitas
Pembelajaran Anak Usia Dini”.
Sabtu (19/03/2015).
“15 tahun yang lalu bila mendengar
kata-kata PAUD sangat asing.
Tetapi apa faktanya sekarang ini,
PAUD ada dimana-dimana, sangat
menjamur.
Pencapain
APK
sekarang sudah 70,1 persen, ini hal
yang luar biasa. Selamat bagi kita
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

semua, karena kalau diukur dari
kemampuan pemerintah sangat
sedikit. Justru peran dari organisasi
mitra ini, diantaranya IGTK,
HIMPAUDI, bunda PAUD yang luar
biasa mengkampanyekan program
pendidikan anak usia dini”, ujar
Harris Iskandar.
Harris
Iskandar
lebih
lanjut
mengatakan, peran organisasi
mitra dalam mengembangkan
program PAUD sangat besar.
Karena dengan mitralah PAUD
bisa berkembang seperti sekarang
ini.
Pemerintah
tidak
bisa
melakukan sendiri, untuk itu peran
serta seluruh komponen bangsa
sangat diperlukan. Program 1 desa
23

WIDYAMITRA PAUD
1 PAUD belum tuntas, masih
terdapat sekitar 20.000 desa yang
belum memiliki PAUD.
Diharapakkan organisasi mitra
dapat berkiprah lebih luas, jadi
bukalah satuan PAUD di berbagai
tempat yang belum ada PAUD. Kita
harus mengajak seluruh daerah
untuk menuntaskan ini, dan kedua
tentu saja kualitasnya, bukan
hanya sekadar ekspansi tetapi
berkualitas. Dan kualitas intinya
terletak pada kompetensi para guru
PAUD, tegas Direktur Pembinaan
PAUD.
Salah satu permasalahan dalam
pengembangan program PAUD
adalah masalah kualitas. Menurut
Harris Iskandar, karena kecepatan
dan penetrasi pengembangan
PAUD yang luar biasa, sampaisampai
kita
tidak
sanggup
menyediakan guru-guru PAUD,
tetapi ini rupanya sudah berdiri
dimana-mana.
Walhasil dengan secara sukarela
itu, guru-gurunya sebagian besar
masih
belum
berkompeten.
Disinilah tampil peran mitra yang
menularkan
pendidikan
atau
ilmunya kepada guru-guru PAUD.
Mitra dapat berbagi bagaimana
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

peran guru dan orangtua dalam
peningkatan pendidikan anak usia
dini yang lebih bagus, pinta Harris
Iskandar.
“Pemerintah tentu tidak tinggal
diam,
apa
yang
dilakukan
organisasi
mitra
dalam
pengembangan program PAUD.
Pemerintah sangat mengapresiasi
apa yang dilakukan organisasi
mitra. Tidak banyak yang dilakukan
pemerintah. Tahun ini kami hanya
memberi bantuan 2,8 Trilyun untuk
bantuan
opersional
PAUD.
Program ini bertujuan untuk
membantu biaya opersional PAUD,
agar kami tidak terus menerus
menguji
keihlasan
para
penyelenggara PAUD. Saya tahu
guru-guru PAUD itu ada gajinya
yang cuma Rp. 150.000. ada yang
Rp. 200.000,- Bahkan ketika
datang ke kegiatan seminar, guru
PAUD meminta kepada suaminya
untuk biaya transportasi. Untuk itu,
dari
dana
BOP
silahkan
menggunakan biaya transportasi
ke tempat seminar peningkatan
mutu sehingga guru PAUD lebih
berkompeten”,
jelas
Harris
Iskandar. (adrianto)

24

WIDYAMITRA PAUD

ICW
LUNCURKAN LAGU
PENUMBUHAN BUDI PEKERTI DAN ANTI KORUPSI

Peluncuran lagu penumbuhan budi
pekerti dan anti korupsi oleh ICW
didukung Direktorat Pembinaan
PAUD,
Direktorat
Jenderal
Pendidikan PAUD dan Dikmas,
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan yang diselenggarakan
di gedung FX Jl. Jend. Sudirman
Senayan Jakarta pada hari Sabtu
tanggal 12 Maret 2016 Pukul 14.00
Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

– 17.00 WIB, tampak dalam
gambar Bapak Haris Iskandar
Direktur
Jenderal
Pendidikan
PAUD dan
Dikmas sedang
menjelaskan
pentingnya
menanamkan Budi pekerti dan
kejujuran sejak usia dini didepan
perwakilan
dari
Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan
Psikolog,
moderator
acara.
25

WIDYAMITRA PAUD

Sebelum acara talkshow didahului
dengan menyanyi bersama, lomba
menggambar
oleh
anak-anak
PAUD dan yang diakhiri dengan
mendengarkan dongeng mengenai
motivasi belajar agar menjadi anak
yang pintar dengan prestasi yang
baik.

Suasana anak saat mengikuti
acara
menggambar
dan
mendengarkan dari kakak-kakak
pendongeng
yang diikuti oleh
sekitar kurang lebih 70 anak-anak
PAUD, semangatnya antuasias
sekali karena didampingi oleh
panitia penyelenggara dari ICW
para orang tua.
(Agus Wahyu)

Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

26

WIDYAMITRA PAUD

Widyamitra PAUD, Vol. 1, Tahun 2016

27