Identifikasi Bahan Pewarna pada Jajan Sirat yang dijual di Pasar Umum Negara, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.

(1)

IDENTIFIKASI BAHAN PEWARNA PADA JAJANSIRATYANG DIJUAL DI PASAR UMUM NEGARA, KECAMATAN NEGARA, KABUPATEN

JEMBRANA, PROVINSI BALI

SKRIPSI

OLEH :

I KOMANG ARI ANDIKA NIM. 1111105027

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(2)

ii

IDENTIFIKASI BAHAN PEWARNA PADA JAJANSIRATYANG DIJUAL DI PASAR UMUM NEGARA, KECAMATAN NEGARA, KABUPATEN

JEMBRANA, PROVINSI BALI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana

Oleh :

I KOMANG ARI ANDIKA NIM. 1111105027

BUKIT JIMBARAN 2016


(3)

I Komang Ari Andika .1111105027. Identifikasi Bahan Pewarna Pada Jajan Sirat yang Dijual Di Pasar Umum Negara, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Dibawah Bimbingan Ir. Putu Timur Ina, MS. sebagai pembimbing I dan Dr. Ir. Nengah Kencana Putra, MS. sebagai pembimbing II.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan dosis pewarna dalam jajan sirat yang dijual di Pasar Umum Negara, Jembrana, Bali. Sebelum pengambilan sampel dilakukan survey dan wawancara terhadap pedagang dan konsumen tentang pengetahuan mereka terhadap pewarna. Sampel jajan sirat diambil di Pasar Umum Negara, kecamatan Negara, Jembrana, Bali. Sampel ekstrak dengan metode benang wol dan dilanjutkan dengan analisis kualitatif menggunakan uji kromatografi kertas dan analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Analisis kromatografi kertas menunjukkan sampel yang dianalisis mengandung bahan pewarna sintetis yang dilarang (scarlet GN, orange G dan sudan I) dan pewarna sintetis yang diijinkan (tartrazin, sunset yellow, karmoisin, amaranth, dan eritrosin). Analisis spektrofotometri menunjukkan bahwa sebagian besar bahan pewarna yang digunakan melebihi dosis yang sudah ditetapkan. Persentase sampel yang mengandung pewarna yang melebihi dosis yaitu sebesar 77,78% dari total sampel dan persentase sampel yang mengandung pewarna yang sesuai dengan aturan yaitu sebesar 22,22%.


(4)

iv

I Komang Ari Andika. 1111105027. Identitying Coloring Additives used in Jajan Sirat Production Sold at Pasar Umum Negara, District of Negara, Regency of Jembrana, Province of Bali. Under the guidance of Ir. Putu Timur Ina, MS. as a guidance I and Dr. Ir. Nengah Kencana Putra, MS. as a guidance II.

ABSTRACT

This study aims to identify types and doses of coloring aditives used in the making of jajan Sirat which are sold in Pasar Umum Negara, Jembrana, Bali. Before samples were taken, surveys and interviews were conducted to traders and consumers regarding their understanding on coloring additives. The samples are in the forms of jajan Sirat taken from some traders at Negara public market, District of Negara, Jembrana, Bali. Then, samples were prepared by using woolen thread absorption technique. Qualitative analytical procedure were conducted using chromatographic paper analysis, while quantitative analysis were conducted using spectrophotometer UV-VIS. Paper chromatography analysis determines that the analyzed samples restricted synthetic coloring substances (scarlet GN, orange G and sudan I) and allowed substances (tartrazine, sunset yellow, karmoisin, amaranth, and eritrosin). Spectrophotometric analysis showed that most of the coloring substances exceed the prescribed dosage. The amount of samples containing overdosed coloring substances is 77.78% of the total sample and the percentage of samples containing coloring substances under permitted dosage is 22.22%.

Key words: Jajan Sirat, Synthetic coloring additives, chromatography, spectrophotometric


(5)

RINGKASAN

Makanan dan jajanan khas Bali erat kaitannya dengan kegiatan keagamaan umat Hindu yaitu sebagai pelengkap sesajen. Salah satu jenis jajanan yang digunakan untuk upacara Agama Hindu adalah Jajansirat.Jajansiratadalah jajan khas Bali yang dibuat dari tepung beras, bentuknya bundar dan pipih seperti terdiri dari jalinan benang-benang yang kusut. Warna jajansiratsangat bervariasi tergantung pada keinginan produsen.

Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang sudah dilakukan bahwa pewarna yang ditambahkan pada jajan sirat memberikan warna yang cenderung menyolok. Dikhawatirkan dalam pembuatan makanan atau jajanan yang dijual di pasar-pasar di Provinsi Bali menggunakan bahan pewarna sintetis yang melebihi dosis yang diijinkan atau menggunakan pewarna yang dilarang digunakan untuk makanan. Penggunaan bahan pewarna sintetis yang melebihi dosis akan sangat berbahaya terhadap kesehatan karena pewarna sintetis dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan contohnya makanan yang menggunakan pewarna Quinoline Yellow (E104) dapat meningkatkan resiko hiperaktivitas dan serangan asma bagi pengkonsumsinya. Selain itu, zat warna Red No. 3 juga terbukti dapat merangsang terjadinya kanker payudara secarain vitro.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jajansirat yang dibeli dari Pedagang di Pasar Umum Negara, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Jajan sirat tersebut memiliki warna yang cerah dibandingkan dengan jajan


(6)

vi

pada jajan sirat di Pasar Umum Negara diduga banyak dijual jajan sirat yang mengandung pewarna sintetis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis dan dosis bahan pewarna yang digunakan pada jajan sirat yang dijual di Pasar Umum Negara.

Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dari menentukan populasi yaitu jajan sirat warna merah dan kuning yang dijual di Pasar Umum Negara, dilanjutkan dengan pengambilan sampel dengan metode Purposive sampling sehingga diperoleh 6 pedagang sebagai tempat pengambilan sampel. Sampel kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang dihasilkan dilakukan analisis data untuk menentukan jenis dan dosis pewarna yang digunakan.

Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa semua sampel menggunakan zat pewarna sintetis. Hasil ini menunjukkan pula bahwa pewarna sintetis yang terdapat pada sebagian besar sampel yang dijual di lokasi sampling merupakan pewarna yang diijinkan penggunaannya untuk makanan yaitu sunset yellow, tartrazine,karmoisin,amaranthdaneritrosin. Namun masih terdapat sampel yang menggunakan pewarna sintetis yang dilarang yaituorange G,sudan I dan scarlet GN. Dilihat dari persentase sampel yang menggunakan pewarna sintetis, pewarna sunset yellowdan Amaranthadalah pewarna yang paling banyak digunakan yaitu masing-masing sebanyak 3 sampel (25,00%) dari total sampel yang diuji. Pewarna lain masing-masing teridentifikasi pada 1 sampel (8,30%) dari total sampel yang diuji. Hasil uji kuantitatif menunjukkan bahwa semua sampel menggunakan bahan pewarna sintetis dengan dosis yang melebihi batas maksimal kecuali sampel dengan kode K3 dan M4 masih pada batas dosis yang diijinkan penggunaannya


(7)

yaitu 21,57 ppm dan 99,58 ppm. Hasil ini juga menunjukkan bahwa persentase sampel yang menggunakan pewarna yang melebihi dosis lebih besar dibandingkan persentase sampel yang menggunakan pewarna yang sesuai dengan dosis. Berdasarkan data yang diperoleh persentase sampel yang mengandung pewarna yang melebihi dosis sebesar 77,78% (tartazin, sunset yellow,karmoisin, amaranth dan eritrosin) dan persentase sampel yang mengandung pewarna yang sesuai dengan dosis yang ditetapkan yaitu 22,22% (sunset yellow dan amaranth) dari total sampel yang mengandung pewarna yang diijinkan.


(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

I Komang Ari Andika dilahirkan di Tarusan, Kalimantan Tengah, pada tanggal 16 Juni 1993. Penulis merupakan putra ketiga dari Ayah bernama I Putu Ardana dan Ibu bernama Rusmiance. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan formal di SDN 1 Tarusan, Barito Selatan, Kalimantan Tengah tahun 2005. Tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMPN 3 Negara. Tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan di SMKN 2 Negara.

Sejak tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana melalui jalur PMDK I. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan di tingkat jurusan hingga fakultas.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Sri Krishna atas segala rahmat, berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul“Identifikasi Bahan Pewarna Pada JajanSirat yang Dijual Di Pasar Umum Negara, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali”, diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Putu Timur Ina, MS. sebagai pembimbing I dan bapak Dr. Ir. Nengah Kencana Putra, MS. sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan saran serta motivasi pada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Dewa Gede Mayun Permana, M.S. selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.

3. Bapak/Ibu Dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana atas fasilitas dan dukungan selama menempuh kuliah hingga penyusunan skripsi.

4. Bapak Yoga, Bapak Surya, dan staff laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana yang telah membimbing penulis selama penelitian.


(11)

5. Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa, Guru Kerohanian yang tidak henti-hentinya membimbing dan mengarahkan penulis sampai skripsi ini selesai.

6. Keluarga besar ISKCON-INDONESIA dan teman-teman Brahmacari di Sri Sri Krishna Balarama Ashram yang selalu menyemangati penulis selama melakukan penelitian.

7. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu, Kakak dan adik-adik, terima kasih atas segala motivasi, kesabaran, doa tanpa henti, dukungan baik moril dan materil yang diberikan selama kuliah hingga penyusunan skripsi.

8. Kakak kelas dan teman-teman semua yang telah membantu selama penulis melakukan penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, terima kasih atas dukungannya.

Penulis menyadari bahwa penyajian penulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik yang bersifat membangun ke arah peningkatan kualitas sangat penulis harapkan demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat sebagai media keilmuan serta informasi bagi semua pembaca.

Jimbaran, Maret 2016


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSYARATAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT... iv

RINGKASAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Jajanan ... 5

2.2 JajanSirat... 6

2.3 Bahan Pewarna ... 7

2.4 Jenis-jenis Bahan Pewarna ... 8

2.5 Dampak Pewarna Terhadap Kesehatan ... 13

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 19

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 19

3.3 Tahap Pelaksanaan Penelitian... 20

3.3.1. Penentuan Populasi ... 20


(13)

3.3.3. Analisis Laboratorium ... 21

3.4 Analisis Data... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Survey dan Wawancara ... 26

4.2 Uji Kualitatif ... 27

4.3 Uji Kuantitatif ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Perbedaan antaraLakesdanDyes(Tjahjadi, 1986) ... 11

2. Peraturan Menkes RI No. 722/Menkes/IX/1988 Tentang Bahan Pewarna Sintetis yang Diijinkan Penggunaannya (Anon., 1988) ... 12

3. Peraturan Menkes RI No. 239/Menkes/Per/V/85 Tentang Beberapa Zat Warna yang Dinyatakan Berbahaya (Ihsanur, 2010)... 13

4. Hasil Analisis Kualitatif jajansirat... 27

5. Persentase sampel jajansiratyang mengandung pewarna sintetis ... 28


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Diagram alir pelaksanaan penelitian ... 24 2. Diagram alir uji kromatografi kertas (Anon, 1992) ... 25 3. Diagram alir uji spektrofotometri (Anon, 1992)... 25


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Data analisis kromatografi kertas ... 34

2. Daftar Nilai Rf sampel dan standar... 37

3. Data analisis Spektrofotometri UV-VIS ... 38

4. Foto-foto penelitian... 41

5. Kuisioner wawancara ... 43


(17)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Selama ini kuliner merupakan salah satu senjata efektif untuk meningkatkan brand dan promosi bagi suatu daerah. Setiap daerah pasti memiliki makanan khas yang dapat membuat daerahnya berbeda dengan daerah lain, seperti Pendap dari Bengkulu, Kerak Telor dari Jakarta, Serabi Kadang dari Bandung, Catemak Jagung dari Nusa Tenggara Timur, Lapa-lapa dari Sulawesi Tenggara, Papeda dari Papua Timur, Bagea dari Papua Tengah dan kuliner daerah lainnya yang menyatu dengan simbol daerah asalnya. Begitu pula di Provinsi Bali juga mempunyai makanan dan jajanan khas seperti lawar, rengginang, sirat, klepon, lak-lak dan lain-lain (Ungguliana, 2012).

Makanan dan jajanan khas Bali erat kaitannya dengan kegiatan keagamaan umat Hindu yaitu sebagai pelengkap sesajen. Pada setiap upacara keagamaan, umat Hindu di Bali selalu membuat sesajen yang berisi makanan, jajanan, bunga, dupa dan air. Hal ini dikarenakan dalam kitab suci Hindu yaitu Veda Bhagawadgita terdapat sabda dari Tuhan Sri Krishna pada sloka 9.26 yang berbunyi: “Kalau seseorang mempersembahkan daun, bunga, buah atau air dengan cinta bhakti, aku akan menerimanya” dan pada sloka 3.13 yang berbunyi: “Para penyembahku dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan


(18)

2

tersebutlah yang menjadi alasan umat Hindu selalu mempersembahkan makanan tidak hanya pada saat upacara tetapi setiap hari.

Salah satu jenis jajanan yang digunakan untuk upacara Agama Hindu adalah Jajan sirat. Jajan sirat adalah jajan khas Bali yang dibuat dari tepung beras, bentuknya bundar dan pipih seperti terdiri dari jalinan benang-benang yang kusut. Warna jajan sirat sangat bervariasi tergantung pada keinginan produsen, seperti jajan sirat berwarna merah, merah muda, coklat, dan kuning. Jajan sirat secara khusus dibuat untuk keperluan upacara keagamaan ataupun upacara adat di daerah Bali dan banyak dijual di pasar-pasar tradisional yang ada di Bali.

Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang sudah dilakukan bahwa pewarna yang ditambahkan pada jajan sirat memberikan warna yang cenderung menyolok. Dikhawatirkan dalam pembuatan makanan atau jajanan yang dijual di pasar-pasar di Provinsi Bali menggunakan bahan pewarna sintetis yang melebihi dosis yang diijinkan atau menggunakan pewarna yang dilarang digunakan untuk makanan. Penggunaan bahan pewarna sintetis yang melebihi dosis akan sangat berbahaya terhadap kesehatan karena pewarna sintetis dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan contohnya makanan yang menggunakan pewarna Quinoline Yellow (E104) dapat meningkatkan resiko hiperaktivitas dan serangan asma bagi pengkonsumsinya (Suparyanto, 2014) dan zat warna azo (Amaranth, AlluraRed, dan New Coccine) terbukti bersifat genotoksik terhadap mencit (Tsuda S. et al. 2001). Selain itu, zat warna Red No. 3 juga terbukti dapat merangsang terjadinya kanker payudara secara in vitro (Dees C. et al. 1997).


(19)

3

Disamping itu, perlu dilakukannya identifikasi bahan pewarna pada jajan sirat dikarenakan ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan terhadap produk-produk lain yang sejenis seperti penelitian yang dilakukan oleh Amaliatusshaleha (2012) tentang identifikasi pewarna sintetis pada krupuk rengginang. Lain halnya dengan Cahyani (2015) yang meneliti pewarna pada beberapa jajan tradisional Bali (jajan begina, jajan matahari dan bolu kukus) dan menemukan bahwa 87,50% pedagang di Denpasar menggunakan bahan pewarna sintetis.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jajan sirat yang dibeli dari Pedagang di Pasar Umum Negara, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Jajan sirat tersebut memiliki warna yang cerah dibandingkan dengan jajan sirat yang ada di pasar-pasar lain. Disamping itu, di Pasar Umum Negara merupakan pasar induk, dimana jajanan yang tidak bisa ditemukan di pasar lain bisa ditemukan di pasar Umum Negara. Berdasarkan tingkat kecerahan warna pada jajan sirat di Pasar Umum Negara diduga banyak dijual jajan sirat yang mengandung pewarna sintetis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis dan dosis bahan pewarna yang digunakan pada jajan sirat yang dijual di Pasar Umum Negara.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah jajan sirat yang dijual di Pasar Umum Negara, kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali menggunakan bahan pewarna sintetis ?


(20)

4

1.3. Hipotesis

1. Jajan sirat yang dijual di Pasar Umum Negara, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana , Provinsi Bali mengandung pewarna sintetis.

2. Pembuatan jajan sirat menggunakan jenis pewarna sintetis dan dosis tertentu.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah jajan sirat yang dijual di Pasar Umum Negara, kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana , Provinsi Bali mengandung pewarna sintetis.

2. Untuk mengetahui bahan pewarna sintetis jenis apa yang digunakan dan berapa dosis bahan pewarna sintetis yang terdapat pada jajan sirat tersebut.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sebagai data penggunaan bahan tambahan makanan khususnya bahan pewarna makanan yang digunakan dalam jajan sirat.

2. Bagi kalangan produsen diharapkan dapat memikirkan kembali penggunaan pewarna yang tepat baik jenis maupun dosisnya pada produk olahannya khususnya jajan sirat. 3. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti bahwa di masyarakat belum


(21)

I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Makanan Jajanan

Makanan jajanan adalah produk olahan dalam bentuk yang siap untuk dikonsumsi, seperti rengginang, sirat, roti, kue-kue dan lain-lain. Makanan tersebut disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa, dari golongan ekonomi atas sampai masyarakat yang kurang mampu, sehingga jenis makanan jajanan tersebut menjamur dimana-mana dari pusat keramaian kota, pasar-pasar, warung-warung sekolah bahkan sampai ke pelosok-pelosok kampung. Makanan jajanan dapat pula digunakan sebagai penyumbang zat gizi dari makanan yang dikonsumsi seseorang (Sukarni, 1986). Menurut hasil penelitian Subarani (1985) dalam Sukarni (1986) yang dilakukan di Bogor, makanan jajanan dapat memberikan sumbangan energi sebanyak 10 % dari total kebutuhan energi seseorang. Jika dilihat dari hasil penelitian tersebut, maka makanan jajanan dapat digunakan untuk membantu menanggulangi masalah gizi.

Di daerah Bali cukup banyak ada jenis-jenis makanan tradisional. Berdasarkan hasil survei yang dilaporkan oleh Suter, et al., (1999) di Bali diketahui ada 174 jenis camilan atau jajanan. Dari 174 jenis jajanan yang diketahui sampai saat ini baru hanya 15 jenis jajanan yang dikaji tentang bahan baku, cara pengolahan, manfaat dan kandungan zat gizinya, sedangkan masalah keamanannya masih sangat terbatas. Jenis camilan atau jajanan yang sudah dikaji adalah laklak, jaja uli, iwel, jaja sabun, sirat, cerorot, layah sampi, kaliadrem, jaja reta, tape, bendu, sengait,


(22)

6

karbohidrat berkisar antara 25,78 – 54,25 g, protein 1,16 – 11,99 g, dan lemak 0,44 – 22,05 g untuk setiap 100 g makanan.

1.2. Jajan Sirat

Jajan sirat adalah jajan khas daerah Bali yang dibuat dengan bahan baku utamanya dari tepung beras, dan gula merah, bentuknya bundar dan pipih dengan jalinan serat-serat seperti jalinan benang kusut. Jajan sirat umumnya menggunakan gula jawa (gula merah) sehingga menghasilkan warna coklat serta rasa yang khas jajanan tradisional. Dewasa ini, warna jajan sirat sangat bervariasi tergantung pada keinginan produsen. Jajan sirat berwarna merah, merah muda, dan kuning menggunakan pewarna buatan serta menggunakan gula pasir sebagai pemanis. (Suter, et al. 2013). Di samping itu, jajan sirat memiliki nilai gizi yang cukup tinggi dibandingkan dengan jajanan yang lain. Jajan sirat dapat menyumbang energi sebesar 349,91 kkal, karbohidrat sebesar 48,94 g, protein sebesar 3,10 g, lemak sebesar 15,75 g (Suter, et al. 1999).

Jajan sirat dibuat dari tepung beras, tepung kanji, air, gula pasir, minyak kelapa, dan pewarna. Jajan sirat dibuat dengan cara membuat adonan dari tepung beras dan air. Tepung beras sebanyak 500 g di tambah 2 gelas air bersih, dimasukkan ke dalam Waskom lalu diaduk dan diuleni sampai rata selama kurang lebih 30 menit. Adonan tersebut kembali ditambah 1 gelas air bersih, ditambah 25 g kanji, 250 g gula merah, selanjutnya diuleni kembali selama lebih kurang 30 menit. Adonan yang terdapat di dalam Waskom kemudian diambil dengan memasukkan kelima jari tangan kanan ke dalam adonan lalu tangan diangkat dan tunggu sampai tetesan sebesar jarum


(23)

7

(diameter ± 1 mm), kemudian diteteskan (disiratkan) berputar-putar membentuk lingkaran pada wajan yang telah berisi minyak panas (digoreng). Pengambilan dengan tangan tersebut dilakukan sebanyak 3-4 kali tergantung tebal jajan yang akan dibuat, sehingga setelah jajan matang tampak ada lapisan-lapisan anyaman benang yang membentuk jajan sirat tersebut. Setelah adonan tersebut matang, jajan sirat diangkat dari wajan/kuali, kemudian didinginkan diatas nyiru dengan alas daun pisang atau kertas. Setelah dingin jajan sirat siap digunakan untuk sesajen ataupun dikonsumsi. Untuk 500 g bahan tepung beras biasanya diperoleh 15020 lembar jajan sirat, tergantung pada ketebalan jajan sirat yang diinginkan (Suter, et al.1999).

1.3. Bahan Pewarna

Bahan pewarna adalah bahan yang digunakan untuk memberikan warna pada makanan sehingga tampak lebih menarik (Sukarni, 1986). Menurut Tjahjadi (1986) penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan dengan tujuan :

1. Memperbaiki penampakan makanan yang memudar akibat pengolahan atau penyimpanan.

2. Meningkatkan warna makanan, untuk memperoleh warna cerah dari aslinya. 3. Melindungi flavor dan vitamin yang peka terhadap cahaya.

4. Memperoleh penampakan yang lebih menarik dari bahan aslinya. 5. Sebagai indikator visual untuk kualitas.


(24)

8

sudut estetika bahan pewarna ini amat penting. Pertama karena keberhasilan dalam pemasaran suatu produk sangat ditentukan oleh penampakannya, sehubungan dengan kenyataan bahwa konsumen pada umumnya menilai kualitas dari warna produk tersebut. Kedua, produk yang memiliki warna yang menarik akan memiliki peluang yang lebih besar untuk dibeli konsumen (Tjahjadi, 1986).

1.4. Jenis-jenis Pewarna Makanan

Menurut Enie (1986) bahan pewarna makanan dibedakan menjadi 3 golongan yaitu: bahan pewarna alami, bahan pewarna identik dengan bahan pewarna alami dan bahan pewarna sintetis.

1. Bahan Pewarna Alami

Bahan pewarna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan atau dari sumber mineral (Meggos, 1964 dalam Enie, 1986). Daftar Food and Drugs Administration (FDA) menyebutkan pewarna alami tergolong dalam Uncertifed Color Additives” karena dianggap aman sehingga tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi. Menurut Tjahjadi (1986) pewarna alami yang banyak digunakan meliputi antosianin pada buah naga, betaxantin pada umbi-umbian, karotenoid pada jeruk, kurkumin pada kunyit dan khlorofil pada daun-daunan.

.

2. Bahan Pewarna Identik Alami

Yang dimaksud dengan pewarna identik alami adalah pigmen-pigmen yang dibuat secara sintetis yang struktur kimianya identik dengan pewarna alami (Tjahjadi, 1986). Pewarna ini masih satu golongan dengan zat pewarna alami, hanya zat


(25)

9

pewarna ini dihasilkan dengan sintetis kimiawi, bukan hasil isolasi atau ekstraksi dari bahan alami. Yang tergolong jenis ini adalah karotenoid murni antara lain : canthaxathin (merah), apo-karoten (merah-oranye) dan beta-karoten (orange-kuning), semua pewarna ini memiliki batas-batas konsentrasi maksimum penggunaan, terkecuali beta-karoten yang boleh digunakan dalam jumlah yang tidak terbatas (Enie, 1986).

3. Bahan Pewarna Sintetis

Menurut Tjahjadi (1986) ada dua macam pewarna sintetis yaitu Dyes dan Lakes.

1. Dyes

Dyes adalah zat warna yang larut air dan diperjualbelikan dalam bentuk serbuk, granula, cairan, campuran warna, pasta dan dispersi. Dyes tidak dapat larut hampir dalam semua jenis pelarut-pelarut organik. Jika akan dipakai dalam makanan yang tidak mengandung air, zat warna ini dapat dilarutkan dulu dalam gliserin atau propilen glikol. Zat warna ini stabil untuk berbagai macam penggunaan dalam makanan. Dalam bentuk kering tidak terlihat adanya kerusakan. Akan tetapi ketidakstabilan zat warna ini terjadi jika dalam makanan tersebut terkandung bahan-bahan pereduksi atau makanan tersebut berprotein dan diproses dalam retort pada suhu tinggi. Juga jika zat warna tersebut kontak dengan metal


(26)

10

pereduksi) dalam batas tertentu dapat dicegah perubahan warnanya dengan menambahkan EDTA.

Dyes pada umumnya dapat digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti dan kue-kue, manisan, produk-produk susu, kulit sosis, dan lain-lain. Tiap jenis penggunaan memerlukan dyes dalam bentuk tertentu, misalnya bentuk serbuk atau granula untuk mewarnai minuman ringan, pasta atau dispersi untuk roti, kue dan manisan dan cairan untuk produk-produk susu.

2. Lakes

Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui proses pengendapan dan absorbsi dyes pada bahan dasar (substrat) yang tidak larut dalam air, yaitu alumina. Lakes tidak larut dalam air, alkohol dan minyak. Pemakaiannya dapat dengan mendispersikan zat warna tersebut dalam serbuk makanan dan pewarnaan akan terjadi. Umumnya kadar dyes dalam lakes berkisar antara 10 sampai 40%. Makin tinggi kadar dyes akan menghasilkan warna yang lebih tua. Umumnya lakes digunakan dalam produk-produk makanan yang mengandung minyak dan dalam produk yang kadar airnya rendah sehingga tidak cukup untuk melarutkan dyes. Lakes ini umumnya mempunyai stabilitas yang lebih baik dari pada dyes terhadap pengaruh cahaya, kimia dan panas. Akan tetapi harga lakes umumnya lebih mahal daripada harga dyes. Perbedaan antara lakes dan dyes bisa dilihat pada Tabel 1.


(27)

11

Tabel 1. Perbedaan antara lakes dan dyes (Tjahjadi, 1986)

No Sifat-sifat Lakes Dyes

1 Kelarutan Tidak larut dalam kebanyakan

pelarut

Larut dalam air, propylene glycol, gliserin

2 Metode pewarnaan Dengan dispersi Dengan pelarutan 3 Kandungan Dyes Umumnya 10-40% Warna primer (90-93%)

4 Pemakaian 0,1-0,3% 0,01-0,03%

5 Ukuran Partikel Rata-rata 5 mikron 12-200 mesh 6 Stabilitas :cahaya

Panas

Lebih baik Lebih baik

Baik Baik 7 Kekuatan pewarnaan Tidak proporsional

dengan kadar dyes

Proporsional dengan kadar dyes

8 Warna Bervariasi dengan

kadar dyes

Konstan

Beberapa contoh bahan pewarna sintetis yang diijinkan untuk bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan beberapa contoh bahan pewarna sintetis yang dilarang penggunaannya di dalam makanan atau minuman dapat dilihat pada Tabel 3.


(28)

12

Tabel 2. Peraturan Menkes RI No. 722/Menkes/IX/1988 Tentang Bahan Pewarna Sintetis yang Diijinkan Penggunaannya (Anon., 1988).

No Bahan Tambahan Warna Jenis Bahan Makanan Batas Maks 1 Brilliant Blue

FCF

Biru 1. Es krim dan

Sejenisnya 2. Makanan lain

100 ppm 100 ppm 2 Chocolate Brown

HT

Coklat 1. Minuman ringan

dan makanan cair 2. Makanan lain

70 ppm 300 ppm 3 Erytrosine Merah 1. Es krim dan

sejenisnya

2. Buah pir

kalengan

100 ppm 200 ppm 4 Fast Green FCF Hijau 1. Es krim dan

sejenisnya 2. Makanan lain

100 ppm 100 ppm 5 Indigotine Biru

Kemerahan

1. Es krim dan sejenisnya

2. Makanan lain

100 ppm 100 ppm 6 Carmoisine Merah 1. Es krim dan

sejenisnya 2. Makanan lain

100 ppm 100 ppm 7 Sunset Yellow

FCF

Orange 1. Es krim dan sejenisnya

2. Makanan lain

100 ppm 100 ppm


(29)

13

Tabel 3. Peraturan Menkes RI No. 239/Menkes/Per/V/85 Tentang Beberapa Zat Warna yang Dinyatakan Berbahaya (Ihsanur, 2010).

No Bahan Tambahan Makanan Warna Nomer Indek

1 Crysoidine (C.I. Food Yellow 8) Kuning 14270

2 Citrus Red No. 2 Merah 12156

3 Chocolate Brown HB Coklat -

4 Burn Umber Coklat gelap 77491

5 Fast Red E Merah 16045

6 Metanil Yellow Kuning kecoklatan 13065

7 Ponceau 3 R Merah 16155

8 Rhodamine B Merah 45170

9 Auramine (CI Basic Yellow 2) Kuning 41000

10 Alkanet Merah Tua 75520

11 Indanthrene Blue R 5 Biru 69800

12 Violet 6 B Ungu 42640

13 Oil Orange SS (CI Solvent Orange 2

Orange 12100

14 Oil Orange XO (CI Solvent Orange 7)

Orange 12170

15 Orange G (CI Food Orange 4) Orange 16230 16 Orange GGN (CI Food Orange 2) Orange 15980 17 Orange RN (Food Orange 1) Orange 15970

1.5. Dampak Pewarna Terhadap Kesehatan

Makanan olahan seperti kue, permen, minuman suplemen, dan es krim cenderung mengandung kadar pewarna tambahan (aditif) yang tinggi. Pewarna tambahan, baik alami maupun buatan, digunakan dalam industri makanan karena berbagai alasan, diantaranya untuk:

1. Mengimbangi pemudaran warna karena paparan cahaya, udara, perubahan suhu dan kelembaban.


(30)

14

5. Membuat makanan lebih menarik sehingga mengundang selera.

Beberapa studi ilmiah telah mengaitkan bahaya pewarna buatan dengan peningkatan risiko hiperaktivitas pada anak-anak. Hiperaktivitas adalah suatu kondisi di mana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dan mengontrol perilaku mereka

.

Berikut adalah beberapa jenis pewarna buatan yang populer dan bahaya efek samping yang dapat ditimbulkan :

1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)

Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang, tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti asma, influenza, kulit lebam dan shock. Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin (Salma, 2010).

2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)

Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, mengkonsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan influenza, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah. Beberapa penelitian ilmiah menyebutkan, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia.


(31)

15

Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi sunset yellow (Salma, 2010).

3. Karmoisin

Karmoisin atau dikenal juga dengan azorubine merupakan pewarna azo. Senyawa ini memiliki berat molekul 502,44 g/mol dengan nama kimia disodium 4-hydroxy-3-(4-sulphonato-1-naphthylazo) naphthalene-1-sulphonate. Karmoisin bersifat larut air dan sedikit larut pada etanol. Senyawa ini biasanya berbentuk bubuk garam disodium dengan warna merah hingga maroon. Karmoisin umum digunakan pada makanan yang mengalami proses pemanasan setelah difermentasi.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan efek negatif dari karmoisin. Studi yang dilakukan menyimpulkan bahwa pewarna makanan seperti tartrazine dan karmoisin dapat memberikan pengaruh negatif dan mengubah beberapa penanda biokimia pada organ-organ penting seperti hati dan ginjal, baik pada dosis tinggi ataupun rendah. Lebih jauh lagi, tartrazine dan karmoisin juga memberikan efek yang lebih beresiko pada dosis yang lebih tinggi karena dapat menginduksi stress oksidatif melalui pembentukan radikal bebas (Fransiska, 2014).


(32)

16

Eritrosin biasanya digunakan dalam manisan seperti gula-gula dan es loli, dan bahkan lebih banyak digunakan dalam menghias kue gel.

Sebagai hasil dari upaya yang dimulai pada tahun 1970-an, pada tahun 1990 FDA-AS telah menerapkan larangan parsial pada eritrosin, mengutip penelitian bahwa dosis tinggi telah ditemukan menyebabkan kanker pada tikus. Pada bulan Juni 2008, Pusat Ilmu Pengetahuan untuk Kepentingan Umum (CSPI) mengajukan petisi kepada FDA untuk larangan lengkap tentang eritrosin di Amerika Serikat. Serangkaian uji toksikologi dikombinasikan dengan studi tinjauan dan laporan lain menyimpulkan bahwa eritrosinnonmutagenik (Ansari, 2014).

5. Amaranth

Amaranth adalah pewarna merah tua yang pernah digunakan sebagai pewarna pangan dan kosmetik warna, tapi sejak tahun 1976 itu telah dilarang di Amerika Serikat oleh Food and Drug Administration (FDA) karena diduga merupakan karsinogen. Amaranth larut dalam air dan terurai pada suhu 120 ° C tanpa meleleh. Larutan pewarna ini memiliki penyerapan maksimum sekitar 520 nm. Amaranth adalah pewarna anionik. Hal ini dapat diterapkan untuk serat alami dan sintetis, kulit, kertas, dan fenol-formaldehida resin. Seperti semua pewarna sintetis, Amaranth selama pertengahan abad ke-20, terbuat dari tar batubara dan lebih cenderung dibuat dari produk sintetis modern sampingan minyak bumi. Penggunaan Amaranth masih dibolehkan di beberapa negara, terutama di Inggris yang mana paling sering digunakan untuk memberikan warna Ceri Glace (Salma, 2010).


(33)

17

6. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)

Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration (FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi (Salma, 2010).

7. Orange G

Orange G adalah pewarna sintetis jinggsa yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Orange G sudah dilarang di banyak Negara seperti Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia. Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumi Orange G dan pada dosis tertentu orange G dapat bersifat karsinogenik (penyebab kanker) (Salma, 2010).

8. Sudan I

Sudan I adalah pewarna kuning yang banyak digunakan untuk kain dan campuran cat. Zat ini juga larut dalam alkohol 95%, tetapi lebih mudah larut dalam


(34)

18

coklat. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pewarna ini ditemukan pada beberapa produk es krim, permen dan minuman dan beresiko dapat menyebabkan kanker pada tikus (Salma, 2010).

9. Scarlet GN

Scarlet GN adalah pewarna merah tua yang biasa digunakan pada produk tekstil namun sering digunakan pada makanan dan minuman. Pewarna ini diketahui terkait dengan munculnya tumor ginjal dan tumor pada kelenjar adrenal. Scarlet GN juga diketahui mengandung sedikit senyawa karsinogen. Sebuah studi yang dilakukan di University of California menunjukkan bahwa scarlet GN dapat menyebabkan melemahnya system imun tubuh. Dari studi yang dilakukan itu, dosis scarlet GN yang dikonsumsi akan menentukan tingkat pelemahan sistem kekebalan tubuh. Gejala lainnya yang mungkin dapat muncul secara bersamaan (komplikasi) yang disebabkan oleh scarlet GN yang berbahaya adalah reaksi alergi, serangan asma, migraine, pandangan kabur, dan kecemasan (Salma, 2010).


(1)

Tabel 3. Peraturan Menkes RI No. 239/Menkes/Per/V/85 Tentang Beberapa Zat Warna yang Dinyatakan Berbahaya (Ihsanur, 2010).

No Bahan Tambahan Makanan Warna Nomer Indek

1 Crysoidine (C.I. Food Yellow 8) Kuning 14270

2 Citrus Red No. 2 Merah 12156

3 Chocolate Brown HB Coklat -

4 Burn Umber Coklat gelap 77491

5 Fast Red E Merah 16045

6 Metanil Yellow Kuning kecoklatan 13065

7 Ponceau 3 R Merah 16155

8 Rhodamine B Merah 45170

9 Auramine (CI Basic Yellow 2) Kuning 41000

10 Alkanet Merah Tua 75520

11 Indanthrene Blue R 5 Biru 69800

12 Violet 6 B Ungu 42640

13 Oil Orange SS (CI Solvent Orange 2

Orange 12100

14 Oil Orange XO (CI Solvent Orange 7)

Orange 12170

15 Orange G (CI Food Orange 4) Orange 16230 16 Orange GGN (CI Food Orange 2) Orange 15980 17 Orange RN (Food Orange 1) Orange 15970

1.5. Dampak Pewarna Terhadap Kesehatan

Makanan olahan seperti kue, permen, minuman suplemen, dan es krim cenderung mengandung kadar pewarna tambahan (aditif) yang tinggi. Pewarna tambahan, baik alami maupun buatan, digunakan dalam industri makanan karena berbagai alasan, diantaranya untuk:

1. Mengimbangi pemudaran warna karena paparan cahaya, udara, perubahan suhu dan kelembaban.

2. Memperbaiki variasi warna.

3. Menguatkan warna yang terjadi secara alami. 4. Mewarnai bahan makanan yang tak berwarna.


(2)

5. Membuat makanan lebih menarik sehingga mengundang selera.

Beberapa studi ilmiah telah mengaitkan bahaya pewarna buatan dengan peningkatan risiko hiperaktivitas pada anak-anak. Hiperaktivitas adalah suatu kondisi di mana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dan mengontrol perilaku mereka

.

Berikut adalah beberapa jenis pewarna buatan yang populer dan bahaya efek samping yang dapat ditimbulkan :

1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)

Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang, tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti asma, influenza, kulit lebam dan shock. Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin (Salma, 2010).

2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)

Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, mengkonsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan influenza, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah. Beberapa penelitian ilmiah menyebutkan, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia.


(3)

Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi sunset yellow (Salma, 2010).

3. Karmoisin

Karmoisin atau dikenal juga dengan azorubine merupakan pewarna azo. Senyawa ini memiliki berat molekul 502,44 g/mol dengan nama kimia disodium 4-hydroxy-3-(4-sulphonato-1-naphthylazo) naphthalene-1-sulphonate. Karmoisin bersifat larut air dan sedikit larut pada etanol. Senyawa ini biasanya berbentuk bubuk garam disodium dengan warna merah hingga maroon. Karmoisin umum digunakan pada makanan yang mengalami proses pemanasan setelah difermentasi.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan efek negatif dari karmoisin. Studi yang dilakukan menyimpulkan bahwa pewarna makanan seperti tartrazine dan karmoisin dapat memberikan pengaruh negatif dan mengubah beberapa penanda biokimia pada organ-organ penting seperti hati dan ginjal, baik pada dosis tinggi ataupun rendah. Lebih jauh lagi, tartrazine dan karmoisin juga memberikan efek yang lebih beresiko pada dosis yang lebih tinggi karena dapat menginduksi stress oksidatif melalui pembentukan radikal bebas (Fransiska, 2014).

4. Eritrosin

Eritrosin digunakan sebagai pewarna makanan, juga digunakan sebagai tinta cetak, sebagai penanda biologis, zat penyingkap plak gigi dan media radiopak.


(4)

Eritrosin biasanya digunakan dalam manisan seperti gula-gula dan es loli, dan bahkan lebih banyak digunakan dalam menghias kue gel.

Sebagai hasil dari upaya yang dimulai pada tahun 1970-an, pada tahun 1990

FDA-AS telah menerapkan larangan parsial pada eritrosin, mengutip penelitian

bahwa dosis tinggi telah ditemukan menyebabkan kanker pada tikus. Pada bulan Juni 2008, Pusat Ilmu Pengetahuan untuk Kepentingan Umum (CSPI) mengajukan petisi kepada FDA untuk larangan lengkap tentang eritrosin di Amerika Serikat. Serangkaian uji toksikologi dikombinasikan dengan studi tinjauan dan laporan lain

menyimpulkan bahwa eritrosinnonmutagenik (Ansari, 2014).

5. Amaranth

Amaranth adalah pewarna merah tua yang pernah digunakan sebagai pewarna pangan dan kosmetik warna, tapi sejak tahun 1976 itu telah dilarang di Amerika Serikat oleh Food and Drug Administration (FDA) karena diduga merupakan karsinogen. Amaranth larut dalam air dan terurai pada suhu 120 ° C tanpa meleleh. Larutan pewarna ini memiliki penyerapan maksimum sekitar 520 nm. Amaranth adalah pewarna anionik. Hal ini dapat diterapkan untuk serat alami dan sintetis, kulit, kertas, dan fenol-formaldehida resin. Seperti semua pewarna sintetis, Amaranth selama pertengahan abad ke-20, terbuat dari tar batubara dan lebih cenderung dibuat dari produk sintetis modern sampingan minyak bumi. Penggunaan Amaranth masih dibolehkan di beberapa negara, terutama di Inggris yang mana paling sering digunakan untuk memberikan warna Ceri Glace (Salma, 2010).


(5)

6. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)

Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration (FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi (Salma, 2010).

7. Orange G

Orange G adalah pewarna sintetis jinggsa yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Orange G sudah dilarang di banyak Negara seperti Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia. Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumi Orange G dan pada dosis tertentu orange G dapat bersifat karsinogenik (penyebab kanker) (Salma, 2010).

8. Sudan I

Sudan I adalah pewarna kuning yang banyak digunakan untuk kain dan campuran cat. Zat ini juga larut dalam alkohol 95%, tetapi lebih mudah larut dalam campuran air dan alkohol. Zat ini juga larut dalam gliserol dan glikol. Sudan I agak mudah luntur dengan adanya cahaya dan tidak tahan terhadap HCl 30%, bila ditambahkan alkali, akan berwarna ungu. kontak dengan Cu akan menjadikan warna


(6)

coklat. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pewarna ini ditemukan pada beberapa produk es krim, permen dan minuman dan beresiko dapat menyebabkan kanker pada tikus (Salma, 2010).

9. Scarlet GN

Scarlet GN adalah pewarna merah tua yang biasa digunakan pada produk tekstil namun sering digunakan pada makanan dan minuman. Pewarna ini diketahui terkait dengan munculnya tumor ginjal dan tumor pada kelenjar adrenal. Scarlet GN juga diketahui mengandung sedikit senyawa karsinogen. Sebuah studi yang dilakukan di University of California menunjukkan bahwa scarlet GN dapat menyebabkan melemahnya system imun tubuh. Dari studi yang dilakukan itu, dosis scarlet GN yang dikonsumsi akan menentukan tingkat pelemahan sistem kekebalan tubuh. Gejala lainnya yang mungkin dapat muncul secara bersamaan (komplikasi) yang disebabkan oleh scarlet GN yang berbahaya adalah reaksi alergi, serangan asma, migraine, pandangan kabur, dan kecemasan (Salma, 2010).