PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MEDIA POSTER DALAM PEMBELAJARAN IPS.

(1)

PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS

TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN RANAH KOGNITIF PESERTA DIDIK

(Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan Geografi

oleh Rego Pradana NIM 1302541

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS

TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN RANAH

KOGNITIF PESERTA DIDIK

(Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)

Oleh Rego Pradana

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Geografi

© Rego Pradana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

REGO PRADANA

PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS

TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN RANAH KOGNITIF PESERTA DIDIK

(Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT NIP. 19640603 198903 1 001

Pembimbing

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya,M.Si NIP.19610323 198603 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Geografi

Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS NIP. 19600121 198503 2 001


(4)

Perbedaan Keberhasilan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap

Peningkatan Ranah Kognitif Peserta Didik

(Studi Quasi Eksperimen Di Kelas X Sma Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)

Oleh: Rego Pradana

Pembimbing:

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si.

ABSTRAK

Rendahnya hasil belajar masih menjadi masalah dalam dunia pendidikan, terutama pada ranah kognitif. Salah satu SMA Negeri di Indramayu pada mata pelajaran Geografi ditemukan permasalahan, yaitu masih rendahnya hasil belajar peserta didik terutama pada ranah kognitif. Di kelas X dari empat kelas, semua kelas tersebut masih memperoleh nilai ujian tenngah semester dibawah KKM. Oleh karena itu diperlukan suatu perlakuan agar hasil belajar bisa mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan keberhasilan dari model pembelajaran problem based learning dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design dengan desain penelitian nonequivalent Pretest-Posttest

Control Group Design. Perolehan data dilakukan dengan tes ranah kognitif (pretest dan posttest), serta lembar observasi untuk melihat keterlaksaan pembelajaran. Teknik analisis

data menggunakan statistik uji normalitas, homogenitas dan uji T dengan bantuan SPSS Statistic 21. Selain itu penelitian ini menganalisis peningkatan ranah kognitif peserta didik, serta menganalisis keberhasilan model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata nilai pretest pada model pembelajaran problem based learning sebesar 38,3 sedangkan posttest sebesar 66,9. Pada model pembelajaran sains teknologi masyarakat diperoleh nilai pretest sebesar 38,2 dan posttest sebesar 64,0. Dari hasil tersebut terlihat bahawa kedua model dapat meningkatkan ranah kognitif peserta didik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat sama-sama berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik di SMAN 1 Kroya. Akan tetapi Model pembelajaran problem based

learning lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik dibandingkan dengan

model sains teknologi masyarakat.

Kata kunci: Model pembelajaran problem based learning, Model pembelajaran sains


(5)

The Differences Success Learning Model Problem Based Learning with Learning Models of Science Technology Society to Improvement Students Cognitive (A Quasi Experiment Study in Tenth Grade Students in the State Senior High

School 1 of Kroya Indramayu in Atmosphere Subject)

By: Rego Pradana

Supervisors:

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si.

ABSTRACT

The low of result study still be a problem in education world, especially in cognitive aspect. The state of Senior High School in Indramayu at geographic lesson is found the problem that is the low of result study of students especially in cognitive aspect. In tenth grade from four classes, all of the classes still get score of mid semester under the minimum score criteria. Because of that, it need an action in order to the result study can be improve. This research aims to see differences from learning model problem based learning with learning models of science technology society. The method that is used in this research is quasi experimental design with research design nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. To get the data is done with cognitive test (pretest and posttest), and also observation sheets to see learning activity. Technique of analyzing the data use statistic test normalize, homogeny and test T with helping of SPSS Statistic 21. Besides that, this research analyzes enhance cognitive students, and analyze successful of learning model problem based learning and learning model science technology society. The result of research shows that the average score of pretest in Problem based learning model is 38.3 meanwhile in posttest is 66.9. In science technology society model get pretest is 38.2 and posttest is 64.0. From the result it seen that both of model can improve cognitive aspect of students. The conclusion from this research is learning model problem based learning and learning model science technology society are successful to improve students cognitive in State Senior High School 1 of Kroya. Meanwhile Learning model of problem based learning is more successful to improve students cognitive better than Science technology society model.

Keywords: Learning model of problem based learning, Learning model of science technology society, Improvement cognitive.


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Perbedaan Keberhasilan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Peningkatan Ranah Kognitif Peserta Didik (Studi Quasi Eksperimen Di Kelas X Sma Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2015 Yang membuat pernyataan,

Rego Pradana NIM. 1302541


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, serta shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat nikmat dan karunia itu penulis dapat menyelesaikan tesis. Tesis ini merupakan sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Gografi.

Tesis yang berjudul “Perbedaan Keberhasilan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap

Peningkatan Ranah Kognitif Peserta Didik (Studi Quasi Eksperimen Di Kelas X Sma Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)” ini membahas tentang keberhasilan penggunaan model pembelajaran disekolah. Diharapkan pada pengembangan penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi.

Tesis ini telah dibuat secara maksimal, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khusunya bagi peneliti selanjutnya dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bandung, Oktober 2015


(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penyusunan tesis ini, penulis tak lepas dari bantuan, dorongan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga melalui tulisan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si selaku Dosen Pembimbing.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Pendidikan Geografi, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

4. Bapak Kepala Sekolah berserta para pendidik dan staff di SMA Negeri 1 Kroya. 5. Seluruh peserta didik kelas X-1, X-2, dan X-3 di SMA Negeri 1 Kroya.

6. Seluruh teman-teman angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Geografi, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

7. Keluarga tercinta atas dorongan moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

8. Titha Sulastri S, S.Pd atas motivasi yang diberikan serta sudah menjadi tempat sharing selama penulis menyelesaikan tesis ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dorongannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Bandung, Oktober 2015


(9)

Perbedaan Keberhasilan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Peningkatan

Ranah Kognitif Peserta Didik

(Studi Quasi Eksperimen Di Kelas X Sma Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)

Oleh: Rego Pradana

Pembimbing:

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. ABSTRAK

Rendahnya hasil belajar masih menjadi masalah dalam dunia pendidikan, terutama pada ranah kognitif. Salah satu SMA Negeri di Indramayu pada mata pelajaran Geografi ditemukan permasalahan, yaitu masih rendahnya hasil belajar peserta didik terutama pada ranah kognitif. Di kelas X dari empat kelas, semua kelas tersebut masih memperoleh nilai ujian tenngah semester dibawah KKM. Oleh karena itu diperlukan suatu perlakuan agar hasil belajar bisa mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan keberhasilan dari model pembelajaran

problem based learning dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design dengan desain penelitian nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Perolehan data dilakukan dengan tes ranah kognitif (pretest dan posttest), serta lembar observasi untuk melihat keterlaksaan pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan statistik uji normalitas, homogenitas dan uji T dengan bantuan SPSS Statistic 21. Selain itu penelitian ini menganalisis peningkatan ranah kognitif peserta didik, serta menganalisis keberhasilan model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata nilai pretest pada model pembelajaran problem based learning sebesar 38,3 sedangkan posttest sebesar 66,9. Pada model pembelajaran sains teknologi masyarakat diperoleh nilai pretest sebesar 38,2 dan posttest sebesar 64,0. Dari hasil tersebut terlihat bahawa kedua model dapat meningkatkan ranah kognitif peserta didik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran problem

based learning dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat sama-sama

berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik di SMAN 1 Kroya. Akan tetapi Model pembelajaran problem based learning lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik dibandingkan dengan model sains teknologi masyarakat.

Kata kunci: Model pembelajaran problem based learning, Model pembelajaran sains


(10)

The Differences Success Learning Model Problem Based Learning with Learning Models of Science Technology Society to Improvement Students

Cognitive

(A Quasi Experiment Study in Tenth Grade Students in the State Senior High School 1 of Kroya Indramayu in Atmosphere Subject)

By: Rego Pradana

Supervisors:

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. ABSTRACT

The low of result study still be a problem in education world, especially in cognitive aspect. The state of Senior High School in Indramayu at geographic lesson is found the problem that is the low of result study of students especially in cognitive aspect. In tenth grade from four classes, all of the classes still get score of mid semester under the minimum score criteria. Because of that, it need an action in order to the result study can be improve. This research aims to see differences from learning model problem based learning with learning models of science technology societ y. The method that is used in this research is quasi experimental design with research design nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. To get the data is done with cognitive test (pretest and posttest), and also observation sheets to see learning activity. Technique of analyzing the data use statistic test normalize, homogeny and test T with helping of SPSS Statistic 21. Besides that, this research analyzes enhance cognitive students, and analyze successful of learning model problem based learning and learning model science technology society. The result of research shows that the average score of pretest in Problem based learning model is 38.3 meanwhile in posttest is 66.9. In science technology society model get pretest is 38.2 and posttest is 64.0. From the result it seen that both of model can improve cognitive aspect of students. The conclusion from this research is learning model problem based learning and learning model science technology society are successful to improve students cognitive in State Senior High School 1 of Kroya. Meanwhile Learning model of problem based learning is more successful to improve students cognitive better than Science technology society model.

Keywords: Learning model of problem based learning, Learning model of science technology society, Improvement cognitive.


(11)

DAFTAR ISI

Isi Halaman

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPA TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK INDONESIA... iv

ABSTRAK INGGRIS ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8

A.Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 8

B.Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ... 15

C.Model Pembelajaran Diskusi Kelas ... 20

D.Ranah Kognitif ... 24

E. Penelitian Yang Relevan ... 32

F. Kerangka Berpikir ... 33

G.Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A.Desain Penelitian ... 36

B.Populasi dan Sampel ... 37

C.Definisi Operasional ... 37

D.Instrumen Penelitian ... 38

E. Prosedur Penelitian ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data... 40

G.Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A.Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

B.Deskripsi Kelas ... 58


(12)

D.Analisis Data ... 70

E. Deskripsi Hasil Matched Subject ... 90

F. Pembahasan ... 93

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 99

A.Simpulan ... 99

B.Rekomendasi ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning. ... 16

2.2 Langkah-langkah Guna Penyelenggaraan Diskusi ... 22

3.1 Data Nilai Ujian Tengah Semester Sekolah Semester 2 (Genap) Kelas X Tahun Pembelajaran 2014 -2015... 37

3.2 Interpretasi Ketercapaian Sintaks ... 41

3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 42

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Pretest... 42

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Posttest ... 43

3.6 Interpretasi Reliabilitas ... 45

3.7 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes Pretest ... 45

3.8 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes Posttest... 45

3.9 Klasifikasi Tingkat Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 45

3.10 Hasil Analaisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Pretest... 46

3.11 Hasil Analaisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Posttest ... 47

3.12 Klasifikasi Daya Pembeda ... 48

3.13 Daya Pembeda Butir Soal Pretest ... 48

3.14 Daya Pembeda Butir Soal Posttest... 49

3.15 Interpretasi Nilai Rata-Rata Aspek Kognitif ... 51

3.16 Kriteria Peningkatan Penguasaan Konsep Berdasarkan Nilai Gain ... 52

4.1 Batas Wilayah SMA Negeri 1 Kroya ... 54

4.2 Data Jumlah Guru dan Staff ... 57

4.3 Peserta Didik SMA Negeri 1 Kroya tahun 2014/2015 ... 57


(14)

4.5 Data Hasil Tes Kelompok Eksperimen Kelas X3 ... 64

4.6 Data Hasil Tes Kelompok Kontrol Kelas X2 ... 65

4.7 Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest ... 66

4.8 Rata-Rata Nilai Gain ... 68

4.9 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 69

4.10 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ... 69

4.11 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konvensional ... 70

4.12 Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Eksperimen 1 ... 71

4.13 Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Eksperimen 2 ... 71

4.14 Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Kontrol ... 71

4.15 Hasil Uji Homogenitas ... 72

4.16 Hasil Uji Perbedaan nilai pretest dan nilai posttest Kelas Eksperimen 1 Kelas X1 ... 73

4.17 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 1 ... 73

4.18 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject nilai Pretest dan Nilai Posttest Kelas Eksperimen 1 Kelas X1 ... 74

4.19 Perbedaan Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 1 ... 75

4.20 Hasil Uji Perbedaan Nilai Pretest dan Nilai Posttest pada Kelas Eksperimen 2 Kelas X3 ... 76

4.21 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 2 ... 76

4.22 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject nilai Pretest dan Nilai Posttest Kelas Eksperimen 2 Kelas X3 ... 77

4.23 Perbedaan Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 78

4.24 Hasil Uji Perbedaan pada Kelas Kontrol Kelas X2 ... 79

4.25 Perbedaan Rata-Rata Nilai pretest dan posttest Kelas Kontrol... 79 4.26 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject nilai Pretest dan Nilai Posttest


(15)

Kelas Kontrol Kelas X2... 80

4.27 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 81

4.28 Perbedaan Hasil Uji Perbedaan Keberhasilan Model PBL dengan Model STM ... 82

4.29 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 82

4.30 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject Keberhasilan Model PBL dengan Model STM ... 83

4.31 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dengan Kelas Eksperimen 2 ... 83

4.32 Hasil Uji Perbedaan Keberhasilan Model STM dengan Model Konvensional ... 85

4.33 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject Keberhasilan Model STM dengan Model Konvensional ... 85

4.34 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Kontrol ... 86

4.35 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain kelas eksperimen 2 degan kelas kontrol ... 86

4.36 Hasil Uji Perbedaan Keberhasilan Model PBL dengan Model Konvensional ... 88

4.37 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Kontrol ... 88

4.38 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject Keberhasilan Model PBL dengan Model Konvensional... 89

4.39 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain kelas eksperimen 2 degan kelas kontrol... 89

4.40 Matched Subject Nilai Pretest ... 91

4.41 Matched Subject Nilai Posttest ... 91


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ... 18 3.1 Pretest-Posttest Control Group Design ... 36 4.1 Peta Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Kroya ... 55 4.2 Perbandingan rata-rata nilai pretest dan posttest kelas eksperimen 1, kelas

eksperimen 2, dan kelas kontrol ... 67 4.3 Perbandingan Nilai Rata-Rata Gain pada Kelas Eksperimen 1, Kelas

Eksperimen 2 dan Kelas Kontrol ... 68 4.4 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 1 ... 74 4.5 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen 1 ... 75 4.6 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 2 ... 77 4.7 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen 2 ... 78 4.8 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 80 4.9 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Nilai Posttest

pada Kelas Kontrol ... 71 4.10 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan kelas

Eksperimen 2 ... 82 4.11 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1

dan kelas Eksperimen 2 ... 84 4.12 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 2 dan Kelas Kontrol . 85 4.13 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 2

dan Kelas Kontrol ... 87 4.14 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan kelas Kontrol .. 88 4.15 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1


(17)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ... 33 4.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Kroya... 56


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Instrumen Penelitian ... 106

B. Hasil Uji Coba Instrumen Test ... 220

C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 237


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam tersebut harus dikelola dengan baik, sehingga sumber daya alam tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meninggkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam UU no.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan adalah disarankannya Kurikulum 2013. Berdasarkan Permendikbud Tahun 2014 no.103 kurikulum 2013 ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia. Sehingga kegiatan pembelajaran harus disesuaikan untuk mencapai tujuan tersebut. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus kegiatan pembelajaran yang berbasis aktivitas dan karakteristik. Dengan kegiatan pembelajaran itu peserta didik akan lebih aktif dan lebih bermakna.

Keberhasilan dari kegiatan proses pembelajaran dapat diukur dari pencapaian kompetensi yang ditetapkan sejak awal dalam kegiatan pembelajaran. Pencapaian kompetensi tersebut dilihat dari hasil yang diperoleh dari segi proses dan hasil pembelajaran. Menurut Amir (2013, hlm. 3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(20)

2

Penilaian hasil belajar merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil belajar tersebut dapat dijadikan acuan oleh pendidik untuk memantau proses pembelajaran, kemajuan belajar, kemampuan peserta didik terutama pada ranah kognitif. Sehingga setelah pendidik mengetahui hasil belajar peserta didik, pendidik bisa melakukan perubahan kegiatan pembelajaran jika masih terdapat peserta didik yang belum mencapai hasil yang diharapkan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di salah satu SMA di Indramayu, kegiatan pembelajaran di kelas masih menggunakan model konvensional. Peserta didik tidak mengalami aktivitas yang dapat merangsang menjadi lebih aktif dan kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Selain hal tersebut diperoleh data nilai ujian tengah semester.

Tabel 1.1 Nilai Ujian Tengah Semester Genap Mata Pelajaran Geografi Kelas X

No Kelas Data Statistika UTS Kelas X

Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata

1 X1 73.33 36.67 53.87

2 X2 76.67 56.67 66.27

3 X3 76.67 36.67 52.63

4 X4 76.67 23.33 41.51

Jumlah Rata-Rata 53.57

Sumber: Data Kurikulum SMAN 1 Kroya, 2015.

Tabel 1.1 merupakan gambaran hasil belajar peserta didik mata pelajaran geografi pada ranah kognitif. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sebesar 70, maka rata-rata peserta didik belum terjadi peningkatan. Persentase nilai peserta didik yang di bawah dan di atas KKM pada kelas X sebagai berikut.

Tabel 1.2 Nilai UTS Genap Mata Pelajaran Geografi Berdasarkan KKM Kelas Jumlah

Peserta Didik

Nilai Peserta Didik yang di Bawah KKM (%)

Nilai Peserta Didik yang di Atas KKM (%)

X1 37 97 3

X2 34 68 32

X3 33 94 6


(21)

3

Sumber: Data Kurikulum SMAN 1 Kroya, 2015.

Berdasarkan tabel 1.2 diperoleh informasi bahwa peserta didik yang dibawah KKM masih sangat banyak, terdapat persentase sebesar 97% artinya pada kelas tersebut hamper semua peserta didik belum mencapai nilai KKM. Secara keseluruhan hasil belajar pada ranah kognitif peserta didik masih rendah. Karena itu perlu adanya usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Terdapat model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses kegiatan pembelajaran supaya peserta didik dapat belajar bermakna dan lebih aktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelaaran. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat, model pembelajaran problem based learning dan sebagainya. Model-model tersebut memiliki persamaan yaitu dalam proses kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga peserta didik dapat berkontibusi di masyarakat.

Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik terentu. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat menurut Poedjiadi (2010, hlm. 126) bahwa kekhasan dari model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pendahuluan dikemukakan isu-isu atau masalah di manyarakat yang dapat digali dari peserta didik. Model sains teknologi masyarakat memiliki keunggulan dan kelemahan.

Menurut Poedjiadi (2010, hlm. 137) keunggulan diantaranya peserta didik dapat memilki kreativitas yang lebih tinggi, kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan lebih besar, lebih mudah mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari untuk kebutuhan masyarakat dan memiliki kecenderungan untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan menyelesaikan masalah di lingkunganya. Selain memiliki keunggulan sains teknologi masyarakat memiliki kelemahan yaitu model pembelajaran sains teknologi masyarakat apabila dirancang dengan baik, memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan model-model lain. Bagi guru tidak mudah untuk mencari isu atau masalah pada tahap pendahuluan terkait dengan topik yang akan dibahas atau dikaji, karena hal ini memerlukan adanya wawasan luas dari guru dan melatih tanggap terhadap masalah lingkungan


(22)

4

Sedangkan untuk model pembelajaran problem based learning Amir (2013, hlm. 23) menyatakan bahwa model pembelajaran ini fokusnya adalah bagaimana pembelajar mengidentifikasi isu pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah. Setelah memecahkan masalah tersebut siswa dapat memahami konsep yang sedang diberikan dalam proses pembelajaran. Salah satu manfaat dari model pembelajaran problem based learning menurut Sumarmi (2012, hlm. 159) adalah mengembangkan kemampuan berpikir para siswa sehingga tidak hanya berpikir ketika pengetahuan bertambah, namun disini proses berpikir merupakan serentetan keterampilan seperti mengumpulkan informasi/data, membaca data, dan lain-lain yang penerapannya membutuhkan latihan dan pembiasaan.

Model pembelajaran problem based learning menurut Amir (2013, hlm. 32) memilki keunggulan yaitu punya keaslian seperti dunia kerja, dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya, membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif, meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran, serta satuan acara perkuliahan yang seharusnya menjadi sasaran mata kuliah tetap dapat terliputi dengan baik. Akan tetapi model pembelajaran ini juga memilki kelemahan yaitu seperti apa profil umum pemelajar, sejauh mana karakteristik masalah yang ingin dibuat, sejauh mana tingkat konstektualnya, serta sumber-sumber pembelajaran, sejauh mana mendukungnya.

Kedua model tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, tetapi kita perlu mengetahui tingkat keberhasilan masing-masing model tersebut. Sehingga kita dapat menentukan model mana yang paling tepat digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran terutama untuk menjawab permasalah lingkungan saat ini. Permasalahan yang sedang menjadi pembicaraan saat ini mengenai pemanasan global. Jika ditinjau dalam pembelajaran geografi, materi yang mengkaji mengenai pemanasan global yaitu materi atmosfer. Di dalam materi tersebut peserta didik akan mengnalisis mengenai atmosfer, peristiwa yang terjadi di atmosfer, dan pemanasan global.

Untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menguasai isi bahan pelajaran mengenai materi atmosfer maka penilaian yang dilakukan dalam


(23)

5

kegiatan pembelajaran adalah penilaian pada ranah kognitif. Menurut Sudjana (2014, hlm. 22) ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Sehingga peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul perbedaan keberhasilan model problem based learning dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat terhadap peningkatan kognitif peserta didik.

B.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka dirumuskanlah masalah diantaranya:

1. Adakah peningkatan ranah kognitif peserta didik setelah menggunakan model problem based learning?

2. Adakah peningkatan ranah kognitif peserta didik setelah menggunakan model sains teknologi masyarakat?

3. Adakah peningkatan ranah kognitif peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran diskusi kelas?

4. Adakah perbedaan keberhasilan model pembelajaran model problem based

learning dengan sains teknologi masyarakat terhadap peningkatan ranah

kognitif peserta didik?

5. Adakah perbedaan keberhasilan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dengan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan ranah kognitif peserta didik?

6. Adakah perbedaan keberhasilan model problem based learning dengan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan ranah kognitif peserta didik?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis peningkatan ranah kognitif peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning.


(24)

6

2. Menganalisis peningkatan ranah kognitif peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat.

3. Menganalisis peningkatan ranah kognitif peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran diskusi kelas.

4. Menganalisis perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem based

learning dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat terhadap

peningkatan ranah kognitif peserta didik.

5. Menganalisis perbedaan keberhasilan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan ranah kognitif peserta didik.

6. Menganalisis perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem based

learning dengan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan

ranah kognitif peserta didik.

D.Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang bermanfaat diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat menambah ilmu tentang pentingnya meningkatkan ranah kognitif peserta didik.

2. Secara praktis memberikan informasi tentang proses keberhasilan masing-masing model pembelajaran sains teknologi masyarakat, model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran konvensional.

3. Secara aksi sosial memberikan pencerahan kepada guru geografi tentang pentingnya memakai variasi model pembelajaran dalam rangka peningkatan ranah kognitif peserta didik.

E. Struktur Organisasi

Sturktur organisasi dari penelitian ini merujuk kepada pedoman penulisan karya ilmiah UPI 2014 dengan sistem penulisan American

Psychological Assosiation (APA). Adapun struktur organisasi tesis ini adalah


(25)

7

1. Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

2. Bab II Kajian Teori terdiri dari teori model pembelajaran problem based

learning, model pembelajaran sains teknologi masyarakat, dan model

pembelajaran konvensional, ranah kognitif, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.

3. Bab III Metodologi Penelitian terdiri dari metode dan desain penelitian, populasi dan sample, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari deskripsi hasil penelitian, deskripsi kelas, data hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan.

5. Bab V Simpulan dan Rekomendasi menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian.


(26)

Rego Pradana, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, yaitu tentang perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem based learning dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat terhadap peningkatan ranah kognitif peserta didik SMA, maka penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen.

Sanjaya (2013, hlm. 87) mengatakan bahwa desain eksperimen adalah rancangan yang sistematis yang disusun terlebih dahulu yang dapat digunakan oleh peneliti sebagai pedoman dalam melaksanakan eksperimen itu sendiri.sehingga data yang diperoleh benar-benar meyakinkan untuk dapat dijadikan bahan untuk merumuskan suatu generalisasi.

Desain eksperimen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain quasi experimental design. Bentuk desain eksperimen yang diambil yaitu nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design, desain eksperimen dapat dilihat seperti gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Pretest-Posttest Control Group Design

Pretest Perlakuan Posttest

R O1 X O2

R O3 O4

Sumber: Sugiyono (2009, hlm. 116)

Keterangan: R = responden

O = tes awal sebelum treatment (Pretest)

O = tes akhir setelah treatment (Posttest)

O = tes awal pada kelas kontrol (Pretest)

O = tes akhir pada kelas kontrol (Posttest)

X = perlakuan (treatment)

Kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga kelas, yang terdiri dari dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.


(27)

37

Perlakuan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat, untuk kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Kroya di Kabupaten Indramayu.

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah peserta didik kelas X SMAN 1 Kroya di Kabupaten Indramayu tahun pembelajaran 2014/2015.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang ditentukan sebagai objek yang mewakili dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah tiga kelas, yaitu kelas X dengan jumlah peserta didik 104 orang. Berikut adalah skor nilai yang dijadikan dasar sebagai penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian, dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data Nilai Ujian Tengah Semester Sekolah Semester 2 (Genap) Kelas X Tahun Pembelajaran 2014 -2015

No Kelas Jumlah Peserta Didik Nilai Rata – rata Kelas

1 X-1 37 53.87 Eksperimen

2 X-2 34 66.27 Kontrol

3 X-3 33 52.63 Eksperimen

4 X-4 31 41.51

Sumber: Data Guru Geografi Kelas X SMA N 1 Kroya

Dari data tersebut diperoleh nilai rata-rata setiap kelas, kemudian diidentifikasi homogenitas dari dua kelas yang memiki karakteristik nilai yang sama, yaitu X-1, X-2, dan X-3 dengan rata-rata nilai masing-masing 52.63 – 66.27.

C.Definisi Operasional

1. Model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran kelompok yang berawal dari suatu masalah, sehingga peserta didik dapat


(28)

38

Rego Pradana, 2015

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ini memiliki lima tahapan pembelajaran.

2. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat adalah model pembelajaran yang diawali dengan isu-isu yang beredar di masyarakat. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat yang digunakan adalah model pembelajaran ini memiliki enam tahapan pembelajaran.

3. Model konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, karena guru dalam kegiatan pembelajaran lebih aktif dibandingkan dengan peserta didik.

4. Ranah Kognitif meliputi enam aspek diantaranya pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam penelitian ini yang dilihat hanya sampai ranah kognitif aspek analisis. Hal tersebut disesuaikan dengan karakter peserta didik di Indramayu.

D.Instrumen Penelitian

Riduwan (2010, hlm. 80) mengemukakan bahwa instrumen penelitian menjelaskan semua alat pengambilan data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrumen (validitas dan reabilitas). Kalau instrumen tidak valid dan tidak reliable, maka data hasil penelitian juga kurang baik dan tidak ada gunanya. Karena itu instrumen penelitian sebelum digunakan untuk mengambil data terlebih dahulu harus diuji cobakan terhadap sebagian anggota dari populasi penelitian. Adapun instrumen yang akan digunakan:

1. Lembar Observasi

Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan pencatatan secara sistematis Arikunto (2009, hlm. 30). Observasi dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan selama penenlitian, keterlaksanaan tersebut akan disesuaikan dengan tahapan-tahapan pembelajaran melalui RPP. Lembar observasi dalam penelitian ini menggunakan ceklist. Selengkapnya lembar observasi dapat dilihat pada lampiran A.


(29)

39

2. Soal Tes Ranah Kognitif

Tes dalam penelitian ini berbentuk tertulis, yang disusun berdasarkan

kompetensi dasar materi pembelajaran geografi semester genap. Tes ranah kognitif yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda, dengan pilihan ganda lima opsi (A, B, C, D dan E). Tes ranah kognitif dilaksanakan dikelas ekseperimen dan kelas kontrol.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, data yang relevan. Alat dokumentasi yang digunakan yaitu camera digital.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap tersebut, dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi kajian tentang kesulitan belajar dan menganalisis dokumen hasil belajar peserta didik.

b. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. c. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

d. Melakukan validasi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan soal pretest sebelum melakukan perlakuan (menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat, model pembelajaran

problem based learning) dan kelas kontrol model pembelajaran

konvensional.

b. Melakukan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran problem

based learning pada kelas eksperimen.

c. Melakukan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada kelas eksperimen.


(30)

40

Rego Pradana, 2015

d. Melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

e. Melakukan pengamatan tentang model pembelajaran problem based

learning, keterlaksanaan model pembelajaran sains teknologi masyarakat,dan model pembelajaran konvensional.

f. Setelah diberikan perlakuan peserta didik diberikan soal posttest.

3. Tahap pengolahan dan analisis data

Pada tahapan selanjutnya yaitu melakukan pengolahan dan analisis data. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kognitif peserta didik dengan menggunakan model sains teknologi masyarakat, model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran konvensional dilakukan perhitungan gain yang dinormalisasi untuk melihat peningkatan ranah kognitif peserta didik, selain itu dilakukan t-test untuk menguji perbedaan keberhasilan dari setiap model pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan ranah kognitif.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian diperoleh dari sejak sebelum penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang terdapat pada sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Informasi tersebut berupa hasil belajar pada ranah kognitif peserta didik serta proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Teknik pengumpulan data terakhir diperoleh dari hasil jawaban peserta didik terhadap tes ranah kognitif baik sebelum kegiatan pembelajaran maupun sesudah kegiatan pembelajaran. selain hasil tes, diperoleh juga data hasil observasi terhadap keterlaksanaan setiap model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Selama kegiatan penelitian diperoleh dokumentasi, untuk merekam kegiatan pembelajaran.

G.Analisis Data

Riduwan (2010, hlm. 110) mengemukakan bahwa untuk menentukan teknik analisis data dalam penelitian pendekatan kuantitatif, maka teknik


(31)

41

analisis data ini berkenaan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan.

1. Data Observasi

Hasil yang diperoleh dari berdasarkan observasi kemudian dihitung persentase keterlakanaan model pembelajaran, yaitu menggunakan rumus:

% � �� =� � � � � ℎ � × %

Kemudian diinterpretasikan ke dalam kategori ketercapaian pembelajaran pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Interpretasi Ketercapaian Sintaks Persentase (%) Keterangan

80 – 100 Baik sekali

66 – 79 Baik

56 – 65 Cukup

40 – 55 Kurang

30 – 39 Gagal

Sumber: Arikunto (2009, hlm. 245)

2. Tes

Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis (Arikunto, 2009, hlm. 89).

a) Validitas Butir soal

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2009, hlm.90). Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas konstruksi (construct validity). Validitas dalam kesesuaian soal dengan indikator dilakukan penelaahan (judgement) oleh dosen penelaah instrumen tes terhadap butir-butir soal yang sebelumnya dipertimbangkan oleh dosen pembimbing. Sedangkan untuk mengetahui validitas empiris digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson Product Moment, yaitu :

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy        

Keterangan:


(32)

42

Rego Pradana, 2015

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan. X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah peserta didik.

Nilai koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan tabel nilai r product moment (Arikunto, 2009, hlm. 110).

Jika harga rhitung > rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid. Selain

itu juga digunakan interpretasi berdasarkan kategori sesuai tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai rxy Kriteria

1,00 Sempurna

0,80-0,99 Sangat Tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

Sumber: Arikunto (2009, hlm. 75)

Validitas instrument yang diukur yaitu validitas instrument tes kognitif peserta didik baik pretest maupun posttest. Validitas ini telah diujikan kepada peserta didik di salah satu SMA Negeri di Bandung pada kelas X IPS, yang mana peserta didik tersebut telah menerima materi tentang dinamika atmosfer.

Setelah diujikan kepada peserta didik kemudian soal dihitung validitasnya dengan bantuan software ANATES versi 4.0.9. soal dinyatakan Valid jika nilai hitung > 2.72 . Hasil perhitungan uji validitas tersebut seperti pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Pretest No Nilai Kriteria No Nilai Kriteria

1 0.04 Diperbaiki 26 0.53 Valid

2 0.39 Valid 27 0 Diperbaiki

3 0.48 Valid 28 0 Diperbaiki

4 0.52 Valid 29 0.24 Diperbaiki

5 0.11 Diperbaiki 30 0.06 Diperbaiki 6 0.24 Diperbaiki 31 0.03 Diperbaiki

7 0.11 Diperbaiki 32 0 Diperbaiki


(33)

43

No Nilai Kriteria No Nilai Kriteria

9 0.29 Valid 34 0.21 Diperbaiki

10 0.53 Valid 35 0.53 Valid

11 0.67 Valid 36 0 Diperbaiki

12 0.63 Valid 37 0.53 Diperbaiki

13 0.34 Valid 38 0.03 Diperbaiki

14 0.19 Diperbaiki 39 0 Diperbaiki

15 0.64 Valid 40 0.56 Valid

16 0.29 Valid 41 -0.53 Dibuang

17 0.09 Diperbaiki 42 -0.05 Dibuang

18 0 Diperbaiki 43 0.85 Valid

19 0.49 Diperbaiki 44 0.23 Diperbaiki 20 0.35 Diperbaiki 45 0.25 Diperbaiki

21 0.04 Diperbaiki 46 0.39 Valid

22 0.81 Diperbaiki 47 0.06 Diperbaiki

23 0.59 Diperbaiki 48 0.53 Valid

24 0.14 Diperbaiki 49 0.36 Diperbaiki 25 0.14 Diperbaiki 50 0.18 Diperbaiki Sumber: Hasil penelitian, 2015.

Dari tabel 3.4 hasil uji validitas instrument tes pretest menunjukan bahwa dari 50 soal yang dinyatakan valid sejumlah 19 butir soal terdiri dari nomer 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 12, 13 , 15, 16, 22, 23, 26, 35, 40, 43, 46, 48. Jumlah soal yang diperbaiki berjumlah 28 butir soal dan 2 butir soal dibuang.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Posttest

No Nilai Kriteria No Nilai Kriteria

1 0.03 Diperbaiki 26 0.30 Valid

2 0.30 Valid 27 0.32 Valid

3 0.05 Diperbaiki 28 0.01 Diperbaiki

4 0.13 Diperbaiki 29 0.13 Diperbaiki

5 0.37 Valid 30 0.23 Diperbaiki

6 0.08 Diperbaiki 31 0.22 Diperbaiki

7 0.34 Valid 32 0.13 Diperbaiki

8 0.11 Diperbaiki 33 0.32 Valid

9 0.37 Valid 34 0.15 Diperbaiki

10 0.06 Diperbaiki 35 0.13 Diperbaiki

11 0.15 Diperbaiki 36 0.29 Valid


(34)

44

Rego Pradana, 2015

No Nilai Kriteria No Nilai Kriteria

13 0.32 Valid 38 0.6 Valid

14 0.40 Valid 39 0.31 Valid

15 0.09 Diperbaiki 40 0.02 Diperbaiki

16 0.36 Valid 41 -0.21 Dibuang

17 0.03 Diperbaiki 42 -0.01 Dibuang

18 0.37 Valid 43 0.03 Diperbaiki

19 0.12 Diperbaiki 44 0.28 Valid

20 0.54 Valid 45 0.12 Diperbaiki

21 0.24 Valid 46 0.01 Diperbaiki

22 0.32 Diperbaiki 47 0.29 Valid

23 0.26 Diperbaiki 48 0.14 Diperbaiki 24 0.26 Diperbaiki 49 0.26 Diperbaiki

25 0.14 Diperbaiki 50 0.32 Valid

Sumber: Hasil penelitian 2015.

Dari tabel 3.5 hasil uji validitas instrument tes posttest menunjukan bahwa dari 50 soal yang dinyatakan valid sejumlah 19 butir soal terdiri dari nomer 2, 5, 7, 9, 13, 14, 16, 18, 20, 21, 26, 27, 33, 36, 38, 39, 44, 47, 50. Jumlah soal yang diperbaiki berjumlah 28 butir soal dan 2 butir soal dibuang.

b) Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Arikunto (2009, hlm. 113) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half

method) ganjil-genap (Arikunto, 2009. hlm. 312).

Rumus pembelahan ganjil-genap tersebut adalah:

r11 =

) 1 ( 2 2 1 2 1 2 1 2 1 r r

dengan r11 yaitu reliabilitas instrumen, r

2 1 2

1 yaitu korelasi antara skor-skor setiap belahan tes. Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan


(35)

45

derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh digunakan tabel 3.6 seperti berikut ini.

Tabel 3.6 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81  r  1,00 sangat tinggi 0,61  r  0,80 Tinggi 0,41  r  0,60 Cukup 0,21  r  0,40 Rendah 0,00  r  0,20 sangat rendah

Sumber: Arikunto, (2009. hlm. 312)

Dalam penelitian ini untuk menghitung reabilitas tes menggunakan bantuan software ANATES 4.0.9. hasil perhitungan uji reabilitas dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes Pretest

Soal r Kriteria Keterangan

Rendah Cukup Tinggi

Pretest 0,6 √ Reliabel

Sumber: Hasil penelitian 2015.

Dari tabel 3.7 diperoleh nilai koefisien reabilitasnya sebesar 0.6 berarti instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini cukup baik.

Tabel 3.8 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes Posttest

Soal r Kriteria Keterangan

Rendah Cukup Tinggi

Pretest 0.29 √ Reliabel

Sumber: Hasil penelitian 2015.

Dari tabel 3.8 hasil uji reabilitas instrumen posttest diperoleh nilai koefisien reabilitasnya 0.29 berarti instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini rendah.

c) Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan :


(36)

46

Rego Pradana, 2015

P = ��

Tabel 3.9 Klasifikasi Tingkat Tingkat Kesukaran Butir Soal

P Klasifikasi

0,00 – 0,29 Sukar 0,30 – 0,69 Sedang 0,70 – 1,00 Mudah Sumber: Arikunto (2009, hlm. 210)

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar Js = jumlah peserta didik peserta tes

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dilakukan pengujian dengan menggunakan software ANATES versi. 4.0.9. hasil pengujian disajikan pada tabel 3.10.

Tabel 3.10 Hasil Analaisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Pretest Nomor Butir Jumlah Benar Tingkat Kesukaran (%)

Tafsiran Nomor Butir Jumlah Benar Tingkat Kesukaran (%) Tafsiran

1 8 40 Sedang 26 16 80 Mudah

2 17 85 Mudah 27 20 100 Mudah

3 5 25 Sukar 28 20 100 Mudah

4 19 95 Mudah 29 13 65 Sedang

5 12 60 Sedang 30 11 55 Sedang

6 8 40 Sedang 31 18 90 Mudah

7 10 50 Sedang 32 20 100 Mudah

8 13 65 Sedang 33 16 80 Mudah

9 16 80 Mudah 34 6 30 Sedang

10 17 85 Mudah 35 16 80 Mudah

11 8 40 Sedang 36 20 100 Mudah

12 14 70 Mudah 37 4 20 Sukar

13 3 15 Sukar 38 19 95 Mudah

14 12 60 Sedang 39 0 0 Sukar

15 12 60 Sedang 40 17 85 Mudah

16 19 95 Mudah 41 4 20 Sukar

17 9 45 Sedang 42 5 25 Sukar

18 0 0 Sukar 43 14 70 Mudah

19 3 15 Sukar 44 19 95 Mudah

20 7 35 Sedang 45 18 90 Mudah

21 17 85 Mudah 46 11 55 Sedang

22 16 80 Mudah 47 19 95 Mudah


(37)

47 Nomor Butir Jumlah Benar Tingkat Kesukaran (%)

Tafsiran Nomor Butir Jumlah Benar Tingkat Kesukaran (%) Tafsiran

24 14 70 Mudah 49 16 80 Mudah

25 9 45 Sedang 50 17 85 Mudah

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan tabel 3.10 tersebut, diketahui bahwa tingkat kesukaran soal yang diperoleh yaitu 27 butir soal berada pada taraf mudah, 15 butir soal berada pada taraf sedang dan 8 butir soal berada pada taraf sukar.

Tabel 3.11 Hasil Analaisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Posttest

Nomor Butir Jumlah Benar Tingkat Kesukaran (% )

Tafsiran Nomor

Butir Jumlah Benar Tingkat Kesukaran (% ) Tafsiran

1 9 31.03 Sedang 26 9 31.03 Sedang

2 12 41.38 Sedang 27 19 65.52 Sedang

3 3 10.34 Sukar 28 2 6.90 Sukar

4 9 31.03 Sedang 29 14 48.28 Sedang

5 3 10.34 Sukar 30 9 31.03 Sedang

6 8 27.59 Sedang 31 2 6.90 Sukar

7 2 6.90 Sukar 32 4 13.79 Sukar

8 14 48.28 Sedang 33 5 17.24 Sukar

9 8 27.59 Sukar 34 3 10.34 Sukar

10 2 6.90 Sukar 35 16 55.17 Sedang

11 11 37.93 Sedang 36 9 31.03 Sedang

12 8 27.59 Sukar 37 6 20.69 Sukar

13 6 20.69 Sukar 38 24 82.76 Mudah

14 12 41.38 Sedang 39 3 10.34 Sukar

15 23 79.31 Mudah 40 4 13.79 Sukar

16 20 68.97 Sedang 41 2 6.90 Sukar

17 8 27.59 Sukar 42 7 24.14 Sukar

18 5 17.24 Sukar 43 3 10.34 Sukar

19 4 13.79 Sukar 44 8 27.59 Sukar

20 3 10.34 Sukar 45 17 58.62 Sedang

21 22 75.86 Mudah 46 4 13.79 Sukar

22 8 27.59 Sukar 47 4 13.79 Sukar

23 5 17.24 Sukar 48 2 6.90 Sukar

24 6 20.69 Sukar 49 13 44.83 Sedang

25 2 6.90 Sukar 50 10 34.48 Sedang


(38)

48

Rego Pradana, 2015

Berdasarkan tabel 3.11 tersebut, diketahui bahwa tingkat kesukaran soal yang diperoleh yaitu 3 butir soal berada pada taraf mudah, 17 butir soal berada pada taraf sedang dan 30 butir soal berada pada taraf sukar. d) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif:

� = � −� = � − �

Keterangan:

D : daya pembeda.

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut

dengan benar.

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut

dengan benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok atas

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.12 Klasifikasi Daya Pembeda Tingkat Kesukaran (%) Tafsiran

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali

Negatif Tidak Baik, Harus Dibuang

Sumber: Arikunto (2009, hlm. 218)

Lalu untuk mengetahui daya pembeda disajikan pada tabel 3.13 berikut. Tabel 3.13 Daya Pembeda Butir Soal Pretest

No Butir

Kelompok Atas

Kelompok

Bawah Beda

Indeks

DP (%) Keterangan

1 2 2 0 0 Jelek

2 5 3 2 40 Baik

3 4 0 4 80 Baik Sekali

4 5 4 1 20 Cukup


(39)

49 No Butir Kelompok Atas Kelompok

Bawah Beda

Indeks

DP (%) Keterangan

6 2 1 1 20 Cukup

7 2 3 -1 -20 Dibuang

8 5 0 5 100 Baik Sekali

9 5 3 2 40 Baik

10 5 3 2 40 Baik

11 5 0 5 100 Baik Sekali

12 5 1 4 80 Baik Sekali

13 1 0 1 20 Cukup

14 3 2 1 20 Cukup

15 5 1 4 80 Baik Sekali

16 5 4 1 20 Cukup

17 3 2 1 20 Cukup

18 0 0 0 0 Jelek

19 0 2 -2 -40 Dibuang

20 0 3 -3 -60 Dibuang

21 3 4 -1 -20 Dibuang

22 5 1 4 80 Baik Sekali

23 5 3 2 40 Baik

24 4 3 1 20 Cukup

25 1 3 -2 -40 Dibuang

26 5 2 3 60 Baik

27 5 5 0 0 Jelek

28 5 5 0 0 Jelek

29 5 3 2 40 Baik

30 3 3 0 0 Jelek

31 5 5 0 0 Jelek

32 5 5 0 0 Jelek

33 5 4 1 20 Cukup

34 2 1 1 20 Cukup

35 5 2 3 60 Baik

36 5 5 0 0 Jelek

37 0 3 -3 -60 Dibuang

38 5 5 0 0 Jelek

39 0 0 0 0 Jelek

40 5 2 3 60 Baik

41 0 3 -3 -60 Dibuang

42 0 0 0 0 Jelek

43 5 0 5 100 Baik Sekali

44 5 4 1 20 Cukup

45 5 4 1 20 Cukup

46 5 2 3 60 Baik

47 5 5 0 0 Jelek

48 5 2 3 60 Baik

49 3 5 -2 -40 Dibuang

50 5 4 1 20 Cukup


(40)

50

Rego Pradana, 2015

Berdasarkan tabel 3.13 tersebut hasil perhitungan dari 50 butir soal terdapat 7 soal yang memiliki daya pembeda baik sekali, 10 soal dengan kriteria baik, 13 soal dengan kriteria cukup, 12 soal dengan kriteria jelek, dan 8 soal dengan kriteria dibuang.

Tabel 3.14 Daya Pembeda Butir Soal Posttest No

Butir

Kelompok Atas

Kelompok

Bawah Beda

Indeks

DP (%) Keterangan

1 2 2 0 0 Jelek

2 5 2 3 37.5 Cukup

3 0 1 -1 -12.5 Dibuang

4 4 2 2 25 Cukup

5 3 0 3 37.5 Cukup

6 3 2 1 12.5 Jelek

7 2 0 2 25 Cukup

8 4 4 0 0 Jelek

9 4 0 4 50 Baik

10 1 1 0 0 Jelek

11 3 1 2 25 Cukup

12 3 2 1 12.5 Jelek

13 3 1 2 25 Cukup

14 4 1 3 37.5 Cukup

15 7 7 0 0 Jelek

16 6 4 2 25 Cukup

17 2 1 1 12.5 Jelek

18 2 0 2 25 Cukup

19 1 1 0 0 Jelek

20 3 0 3 37.5 Cukup

21 6 5 1 12.5 Jelek

22 1 3 -2 -25 Dibuang

23 1 3 -2 -25 Dibuang

24 3 1 2 25 Cukup

25 1 0 1 12.5 Jelek

26 3 0 3 37.5 Cukup

27 6 5 1 12.5 Jelek

28 1 1 0 0 Jelek

29 4 3 1 12.5 Jelek

30 5 1 4 50 Baik

31 1 0 1 12.5 Jelek

32 0 1 -1 -12.5 Dibuang

33 3 0 3 37.5 Cukup

34 1 0 1 12.5 Jelek

35 6 4 2 25 Jelek

36 5 0 5 62.5 Baik

37 0 1 -1 -12.5 Dibuang

38 8 4 4 50 Baik

39 2 0 2 25 Cukup


(41)

51

No Butir

Kelompok Atas

Kelompok Bawah

Beda Indeks DP (%)

Keterangan

41 0 1 -1 -12.5 Jelek

42 2 2 0 0 Jelek

43 1 0 1 12.5 Jelek

44 4 1 3 37.5 Cukup

45 3 4 -1 -12.5 Jelek

46 1 0 1 12.5 Jelek

47 3 0 3 37.5 Cukup

48 1 1 0 0 Jelek

49 4 2 2 25 Cukup

50 4 1 3 37.5 Cukup

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan tabel 3.14 tersebut hasil perhitungan dari 50 butir soal terdapat 4 soal dengan kriteria baik, 18 soal dengan kriteria cukup, 23 soal dengan kriteria jelek, dan 5 soal dengan kriteria dibuang.

Hasil penilaian atau validasi terhadap instrumen digunakan sebagai dasar untuk penelitian sedangkan instrumen penelitian yang kurang memadai diperbaiki. Setelah diperbaiki maka dapat digunakan sebagai patokan dalam melaksanakan penelitian.

e) Perhitungan Hasil Belajar Ranah Kognitif

Skor setiap peserta didik ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Proses penskoran ini dilakukan baik pada

pretest maupun pada posttest, kemudian dari masing-masing data skor pretest dan posttest tersebut dihitung nilai rata-ratanya.

Menentukan nilai � pada setiap aspek kognitif dengan menggunakan persamaan:

�=� � �� �

Menginterpretasikan nilai yang diperoleh dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.15 berikut ini.

Tabel 3.15 Interpretasi Nilai Aspek Kognitif Persentase (%) Keterangan

80 – 100 Baik sekali

66 – 79 Baik


(42)

52

Rego Pradana, 2015

40 – 55 Kurang

30 - 39 Gagal

Sumber: Arikunto (2009, hlm. 245)

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diterapkan sintaks model pembelajaran dilakukan dengan cara menganalisis terhadap gain ternormalisasi dari hasil skor pretest dan posttest. Nilai gain ternormalisasi dihitung dengan menggunakan rumus:

=

Keterangan:

posttest = nilai rata − rata kelompok pretest = nilai rata − rata kelompok

Menurut Hake (1999), hasil perhitungan gain ternormalisasi dibagi ke dalam tiga kategori pada tabel 3.16.

Tabel 3.16 Kriteria Peningkatan kognitif Berdasarkan Nilai Gain

Nilai Kategori

0,00 < (<g>) < 0,30 Rendah

0,30 ≤ (<g>) < 0,70 Sedang

0,70 ≤ (<g>) Tinggi

Sumber: Hake (1999. hlm. 1)

f) Uji Normalitas

UJi normalitas data bermaksud untuk melihat bahwa data sample berasala dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS. Penelitian ini menggunakan program SPSS 21. Data yang diperoleh diujikan lalu nilai probabilitas (sig) dibandingkan dengan nilai alpha.

Jika nilai probabilitas > alpha maka hasil tes berdistribusi normal, lalu jika nilai probabilitas < alpha maka hasil tes tidak berdistribusi normal.

g) Uji Homogenitas

Uji homogenitas bermaksud untuk melihat bahwa dua atau lebih kelompok data sample berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama. Perhitungan uji homogenitas dapat dilakukan dengan


(43)

53

menggunakan program SPSS. Penelitian ini menggunakan program SPSS 21. Data yang diperoleh diujikan lalu nilai probabilitas (sig) dibandingkan dengan nilai alpha.

Jika nilai probabilitas > alpha maka hasil tes berdistribusi normal, lalu jika nilai probabilitas < alpha maka hasil tes tidak berdistribusi normal

h) Uji Hipotesis

Uji Hipotesis bermaksud untuk menguji hipotesis yang telah disusun sebelum penelitian. Untuk pengujian hipotesis ini menggunakan bantuan program SPSS 21. Untuk menguji hipotesis sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik parametrik, yaitu paired sample

test dan independent t-test.

Jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non parametrik yaitu Wilcoxon Sign Test dan Mann-Whitney U.

Dasar pengambilan keputusan adalah jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.


(44)

Rego Pradana, 2015

PERBED AAN KEBERHASILAN MOD EL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING D ENGAN

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan analisis data dapat ditarik beberapa simpulan, antara lain, ranah kognitif peserta didik pada kelas eksperimen 1 yaitu kelas X1 telah berhasil mengalami peningkatan sesudah diberikan perlakuan dibandingkan sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Peningkatan ranah kognitif tersebut dilihat dari adanya perbedaan nilai pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah diberikan perlakuan, kegiatan pembelajaran yang diberikan melalui model pembelajaran problem based

learning lebih membuat aktif peserta didik sehingga peserta didik belajar

lebih bermakna, mereka mencari sendiri semua pengetahuan yang diberikan oleh guru. Selain itu dengan model pembelajaran problem based learning peserta didik dapat memecahkan masalah yang dapat melatih minat peserta didik untuk belajar terus menerus sehingga ketika ada tes tidak merasa kesulitan.

Ranah kognitif peserta didik pada kelas eksperimen 2 yaitu kelas X3 telah berhasil mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan dibandingkan sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Peningkatan ranah kognitif tersebut dilihat dari adanya perbedaan nilai pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah diberikan perlakuan. Peningkatan ranah kognitif tersebut terjadi karena peserta didik sudah merubah cara belajarnya yang tidak hanya menghapal dan meningat saja. Dengan model ini peserta didik dituntut untuk belajar sendiri dan berkelompok untuk menemukan pengetahuan yang baru. Setelah itu pengetahuan baru tersebut peserta didik dapat menggabungkan dengan pengetahuan yang baru untuk mencari solusi dari masalah atau isu yang diberikan pada saat kegiatan pembelajaran.


(45)

100

Ranah kognitif peserta didik pada kelas kontrol yaitu kelas X2 telah berhasil mengalami peningkatan sesudah diberikan perlakuan dibandingkan sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional. Peningkatan ranah kognitif tersebut dilihat dari adanya perbedaan nilai pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah diberikan perlakuan. Dengan model konvensional dalam kegiatan pembelajaran peserta didik mengingat semua materi yang diberikan guru, semua informasi diberikan oleh guru. Sehingga peserta didik dapat memperoleh materi secara keseluruhan dengan mudah, akan tetapi terkadang peserta didik tidak dapat secara maksimal karena peserta didik tidak mengalami sendiri.

Peningkatan ranah kognitif pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran problem based learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai gain yang diperoleh dari masing-masing kelas. Karena itu model pembelajaran problem

based learning lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik

dibandingkan dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Dengan model pembelajaran problem based learning peserta didik lebih terbiasa dalam memecahkan masalah, sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka miliki. Berbeda dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat yang mengangkat isu masalah dalam kehidupan sehari-hari peserta didik kadang mengalami kesulitan untuk menggabungkan pengetahuan lama dengan yang baru.

Peningkatan ranah kognitif pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan model sains teknologi masyarakat lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai gain yang diperoleh dari masing-masing kelas. Karena itu model pembelajaran sains teknologi masyarakat lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dengan model sains teknologi masyarakat peserta didik selama kegiatan pembelajaran lebih terbiasa untuk menjadi


(1)

Rego Pradana, 2015

Ranah kognitif peserta didik pada kelas kontrol yaitu kelas X2 telah berhasil mengalami peningkatan sesudah diberikan perlakuan dibandingkan sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional. Peningkatan ranah kognitif tersebut dilihat dari adanya perbedaan nilai pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah diberikan perlakuan. Dengan model konvensional dalam kegiatan pembelajaran peserta didik mengingat semua materi yang diberikan guru, semua informasi diberikan oleh guru. Sehingga peserta didik dapat memperoleh materi secara keseluruhan dengan mudah, akan tetapi terkadang peserta didik tidak dapat secara maksimal karena peserta didik tidak mengalami sendiri.

Peningkatan ranah kognitif pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran problem based learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai gain yang diperoleh dari masing-masing kelas. Karena itu model pembelajaran problem based learning lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik dibandingkan dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Dengan model pembelajaran problem based learning peserta didik lebih terbiasa dalam memecahkan masalah, sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka miliki. Berbeda dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat yang mengangkat isu masalah dalam kehidupan sehari-hari peserta didik kadang mengalami kesulitan untuk menggabungkan pengetahuan lama dengan yang baru.

Peningkatan ranah kognitif pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan model sains teknologi masyarakat lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai gain yang diperoleh dari masing-masing kelas. Karena itu model pembelajaran sains teknologi masyarakat lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dengan model sains teknologi masyarakat peserta didik selama kegiatan pembelajaran lebih terbiasa untuk menjadi


(2)

101

Rego Pradana, 2015

mandiri dalam mengumpulkan informasi untuk menjawab semua isu, sedangkan model konvensional guru yang berperan aktif sehingga peserta didik tidak belajar lebih bermakna yang menyebabkan cepat lupa akan materi yang sudah disampaikan.

Peningkatan ranah kognitif pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan model problem based learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai gain yang diperoleh dari masing-masing kelas. Karena itu model pembelajaran problem based learning lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dengan model pembelajaran problem based learning peserta didik terbiasa memecahkan permasalahan, lebih aktif, lebih mandiri, sehingga peserta didik dapat mentransfer pengetahuan untuk memahami semua materi pelajaran yang sedang diberikan.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut.

1. Model pembelajaran problem based learing dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam mengembangkan ranah kognitif peserta didik. pada materi atmosfer.

2. Penerapan model sains teknologi masyarakat harus disesuaikan dengan materi dalam pengambilan masalah atau isu dimasyarakat, selain itu peserta didik harus terbiasa belajar dengan mengaitkan isu di mayarakat dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.

3. Guru yang menerapkan model pembelajaran problem based learing dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat harus memperhatikan tahapannya agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar.

4. Dalam penerapan model sains teknologi masyarakat dan model pembelajaran problem based learing harus memperhatikan karakter peserta didik.


(3)

Rego Pradana, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M.T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar Di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Metodologi Penelitian (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, S. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Creswell, J.W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta Pustaka belajar.

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Darsiharjo. (2007). Metode Penelitian Geografi. Bandung: Jurusan Pendidikan

Geografi.

Gunawan, M.A. (2013). Statistik Untuk Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Parama Publishing.

Hadi, S. (1987). Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Gadjah Mada.

Hadi, S. (1987). Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Hadi, S. (1988). Metodologi Research Jilid IV. Yogyakarta: Andi. Hadi, S. (1989). Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: Andi.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Cange/Gain Scores †. Hatteras Street,Woodland Hills, CA, 91367 USA : Dept. of Physics Indina University.

Ibrahim, M., Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya. University Press.

Mulyasa, E. (2013). Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat (Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(4)

103

Rego Pradana, 2015

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sadirman, A.M. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana.

Siagian, S.P. (2012). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Silalahi, U. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Soetopo, H. (2010). Perilaku Organisasi (Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Statistik untuk Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

Sukyadi, D. (2013). Petunjuk Teknis Pencegahan Plagiat Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumarmi. (2012). Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media. Sumarsono, S. (2004). Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Suparno, P. (1997). Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta. Kanisius.


(5)

Rego Pradana, 2015

Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Jogjakarta: Az-Ruzz Media.

Sutrisno, E. (2013). Manajemen Sumber Daya Daya Manusia. Jakarta: Kencana. Tika, M.P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumiaksara.

Trianto. (2013). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Trihendradi, C. (2013). Step By Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik . Yogyakarta: Andi.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Usman, M.U. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yager. (1993). “Science-Techology-Society As Reform”. In Yager, R. E. (Ed.), 1992a, The Status Of Science-Technology-Society Reform Efforts Around The World. Virginia: ICASE Yearbook.

Sumber Perundang-undangan

Visimedia, Tim. (2008). UU Nomor 20 Tahun 2003 & UU No.14 th 2005. Jakarta: Visimedia

Sumber Tesis

Alam, F.S. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam Pokok Bahasan Kalor untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Fauziansyah, Y.A. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat terhadap Keterampilan Berpikir Kritis (Studi Eksperimen di Kelas XI SMAN 1 Dakupuntang Kabupaten Cirebon). (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mulyana, E. (2015). Perbandingan Efektifitas Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition, Group Investigation, Dan Team Games Tournament Terhadap Pemahaman Konsep IPS. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rozayani. (2011). Pengaruh Penggunaan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik (Studi Kuasi


(6)

105

Rego Pradana, 2015

Eksperimen Di MTsN Model Meulaboh-1 Kabupaten Aceh Barat). (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Jurnal

Dewi, dkk. (2014). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Melalui Pengendalian Bakat Numerik Siswa Smp. e-Journal (Volume 4 Tahun 2014) Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Singaraja.

Sudewi, dkk. (2014). Studi Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dan Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Terhadap Hasil Belajar Berdasarkan Taksonomi Bloom. e-Journal (Volume 4 Tahun 2014) Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Singaraja.

Sumber Internet

Hake, R. (2008). Analysing Change/Gain Score. [Online]. Tersedia: http://www.Physics.indiana.edu/hake [3 Oktober 2014].


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika (PT

0 5 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika (PT

0 3 14

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS.

0 0 44

PENINGKATAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN MEDIA PHOTOGRAPHY.

0 2 58

PENGARUH PEMBELAJARAN IPS TERPADU TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERMAKNA PADA SISWA.

1 3 93

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN METODE INKUIRI.

0 1 40

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MEDIA POSTER DALAM PEMBELAJARAN IPS - repository UPI T IPA 1302541 Title

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTROVERSIAL ISSUES DALAM PEMBELAJARAN IPS - repository UPI S IPS 1102184 Title

0 0 3

PENINGKATAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN MEDIA PHOTOGRAPHY - repository UPI S IPS 1104239 Title

0 0 4

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MEDIA VISUAL GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) - repository UPI S IPS 1100538 Title

0 0 3