PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN METODE INKUIRI.
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN METODE INKUIRI
(Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh Rena Ernawati
NIM. 0902126
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN METODE INKUIRI
(Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)
Oleh Rena Ernawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Rena Ernawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Rena Ernawati NIM. 0902126
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN METODE INKUIRI
(Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)
SKRIPSI
Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing:
Pembimbing I
Dra. Encum Sumiaty, M.Si. NIP. 196304201989032002
Pembimbing II
Drs. Nar Herrhyanto, M.Pd. NIP. 196106181987031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Drs. Turmudi, M. Ed., M. Sc., Ph. D. NIP. 196101121987031003
(4)
ABSTRAK
Rena Ernawati (0902126). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Metode Inkuiri.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP yang masih rendah sementara tujuan pendidikan itu sendiri antara lain membekali siswa berpikir kritis. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dilakukan pembelajaran dengan metode inkuiri yang dimodifikasikan. Pembelajaran ini erat kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis sehingga diharapkan penerapan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Tujuan penelitian kuasi eksperimen ini adalah untuk mengetahui : 1) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode ekspositori, 2) Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran denga metode inkuiri, 3) Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode inkuiri. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung. Sementara sampel tidak dipilih secara acak, melainkan peneliti memilih kelas sehingga terpilih kelas VII E sebagai kelas kontrol dan kelas VII H sebagai kelas eksperimen. Pokok bahasan yang dijadikan bahan ajar adalah bangun datar segitiga meliputi jenis segitiga, sifat-sifat segitiga istimewa, jumlah sudut dalam segitiga, kelilingdan luas daerah segitiga. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis matematis yang disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis, angket sikap siswa, jurnal harian siswa, dan lembar observasi. Berdasarkan analisis pada seluruh tahapan penelitian dapat disimpilkan bahwa: 1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, 2) Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen tergolong sedang, sedangkan pada kelas kontrol tergolong rendah, 3) Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri tergolong positif.
Kata kunci : Pembelajaran Metode Inkuiri, Kemampuan Berpikir Kritis Matematis, indikator Ennis.
(5)
ABSTRACT
Rena Ernawati (0902126). The improvement of Junior High School
Students’ Mathematic Critical Thinking through Inquiry Instruction
This research is derived from the fact that Junior High Students’ ability in
mathematic critical thinking shows poor result. However, the aim of education
directs to develop students to think critically. As the effort to improve students’
skill in mathematic critical thinking, the implementation of modified inquiry method was conducted. The method strongly relates with students’ critical
thinking Skill where the implementation is aimed to improve students’ skill in
mathematic critical thinking. The objective of this quasi experiment research is to discover: 1) The information whether improvement of students’ mathematic
critical thinking which is treated by inquiry method is better than students’ skill which is treated by expository method, 2) The quality of students’ critical thinking improvement who is treated by inquiry method, and 3) students’ attitude toward mathematic instruction by inquiry method. The population of this research is all of seventh grade of students in SMP 15 Bandung. The sample is not randomly chosen, but it is purposively chosen. As the result VIIE class is chosen as control class, on the other hand VII H class was chosen as experimental class. The topics for this research are about triangle which includes the type of triangle, special characteristics of triangle, the total angle of triangle, and circumference and area of triangle. The instrument which is utilized in this research is mathematic critical thinking skill test which is arranged based on the indicator of critical thinking
skills according to Ennis, questionnaire of students’ attitude, Students daily
journal, and observation sheet. According to the analysis of research syntax, it can
be concluded that : 1) the improvement of students’ mathematic critical thinking skill which treated by inquiry instruction is better than students’ skill which is
treated by expository instruction, 2) The quality of students’ mathematic critical thinking skill in experiment class is categorized as medium, on the other hand the result of class control is categorized as low, 3) Students’ attitude toward mathematic instruction by using inquiry method is classified as positive.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Rumusan Masalah ... 6
C.Batasan Masalah ... 6
D.Tujuan Penelitian... 6
E.Manfaat Penelitian ... 7
F.Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9
A.Metode Pembelajaran Inkuiri ... 9
B.Kemampuan Berpikir Kritis ... 14
C.Hasil Penelitian yang Relevan ... 19
D.Kerangka Pemikiran ... 20
E.Hipotesis Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
A.Metode Penelitian ... 23
B.Desain Penelitian ... 23
(7)
D.Variabel Penelitian ... 24
E.Definisi Operasional ... 25
F.Perangkat Pembelajaran ... 26
G.Instrumen Penelitian ... 26
H.Proses Pengembangan Instrumen ... 29
I.Prosedur Penelitian ... 35
J.Teknik Pengumpulan Data ... 37
K.Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A.Hasil Penelitian ... 45
B.Pembahasan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
A.Kesimpulan ... 72
B.Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
Lampiran-lampiran ... 76
(8)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil akhir Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2012-2013 khususnya pada jenjang SMP yang menunjukkan bahwa dari 3.667.241 peserta UN, 16.616 diantaranya dinyatakan tidak lulus. Persentase angka kelulusan ini menurun 0,02 persen dari tahun sebelumnya (Esnir, 2013). Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian ketercapaian indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti khususnya dalam bidang matematika.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika juga ilmu yang bertujuan untuk mendidik manusia agar dapat berpikir secara logis, kritis, rasional, dan percaya diri. Pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan proses kegiatan pembelajaran matematika. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaaan materi serta prestasi belajar, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya, prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah. Hal ini dilihat dari 16. 616 siswa yang tidak lulus UN, 1.330 diantaranya tidak lulus mata pelajaran matematika, angka ini merupakan angka ketidak lulusan paling banyak diantara mata pelajaran lain (Anna, 2013).
Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam matematika merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum matematika
(9)
belum tercapai secara optimal. Rendahnya prestasi belajar matematika juga disebabkan karena berpikir kritis dalam pembelajaran masih sangat rendah. Rakhmasari (2010:4) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa siswa SMP masih sulit untuk membuat kesimpulan, memahami permasalahan, dan memberikan alasan atas jawaban yang dihasilkan
Dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika yang diterbitkan oleh Depdiknas (2006), mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dengan tujuan untuk membekali kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi dalam hidup bermasyarakat yang selalu berkembang.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan John Dewey (Lambertus,2009:136) yang mengatakan bahwa sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Ruggiero (Natali, 2011) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.
Menurut Fraenkel (Tarwin, 2005: 8) tahapan berpikir terdiri dari :
1. Tahapan berpikir konvergen, yaitu tahapan berpikir yang mengorganisasikan informasi atau pengetahuan yang diperoleh untuk mendapatkan jawaban yang benar.
2. Tahapan berpikir divergen, yaitu tahapan berpikir dimana kita mengajukan beberapa alternatif sebagai jawaban
3. Tahapan berpikir kritis.
4. Tahapan berpikir kreatif, yaitu tahapan berpikir yang tidak memerlukan penyesuaian dengan kenyataan.
Berdasarkan tahapan berpikir di atas, berpikir kritis berada pada tahap tiga. Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk mencari jawaban berdasarkan masalah yang ada dengan pertimbangan yang sehat.
Menurut Ennis (1985: 54) berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau diyakini untuk menentukan apa yang akan dikerjakan. Kemampuan berpikir kritis dapat
(10)
bermanfaat untuk menghadapi berbagai kemungkinan dan kemampuan berpikir kritis ini memiliki karakteristik yang paling mungkin dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika (Depdiknas,2003).
Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa di salah satu SMP di Kabupaten Tasikmalaya, diketahui bahwa mata pelajaran matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan tidak disenangi siswa. Selain itu setelah melihat sendiri proses pembelajaran di sekolah tersebut diketahui pula bahwa kondisi pembelajaran matematika di sekolah ini masih bersifat konvensional yang masih belum berpusat pada siswa. Siswa selalu pasif, sedangkan guru aktif dan segala inisiatif datang dari guru sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang berimplikasi terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika. Akibatnya siswa kurang terlatih dalam mengkonstruksi atau menyusun suatu permasalahan yang disajikan dan menemukan suatu konsep dalam memecahkan penyelesaian matematika. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (respon), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Selain itu, kegiatan pembelajaran matematika seperti itu tidak menonjolkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Hal ini tidak sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menuntut keaktifan siswa didalam dalam proses belajar mengajar. Hal yang sama juga diungkapkan Suherman dkk (2001: 255) menyatakan bahwa pembelajaran matematika seyogyanya mengoptimalkan keberadaan siswa sebagai pembelajar. Karena filosofi antara pengajaran dan pembelajaran matematika sesungguhnya berbeda, maka pengajaran matematika harus berubah paradigmanya (1) dari teacher centered menjadi learner centered, (2) dari
teaching centered menjadi learning centered, (3) dari content based menjadi competency based, dan (4) dari summative evaluation menjadi formative evaluation. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya perbaikan dalam proses
(11)
Untuk menguatkan dugaan tersebut maka peneliti melakukan observasi yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2012 terhadap murid kelas VII salah satu SMP Negeri di Kabupaten Tasikmalaya. Observasi ini dilakukan dengan memberikan dua soal uraian dengan masing-masing soal memenuhi sebuah indikator kemampuan berpikir kritis. Indikator berpikir kritis yang digunakan adalah indikator berpikir kritis menurut Ennis (Engriani, 2011:24) untuk soal nomor 1 dan 2 berturut-turut mengamati aspek : (1) Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan nilai keputusan (bentuk), (2) Menganalisis argumen (mengidentifikasi alasan/sebab serta mengidentifikasi kesimpulan).
Berikut ini adalah dua buah sampel jawaban hasil observasi pra-penelitian yang telah dilakukan:
1. Perhatikan gambar di samping! Hitung luas daerah segitiga ABC!
2. Perhatikan gambar di samping!
Luas daerah manakah yang lebih besar? Mengapa?
Gambar 1.1 Gambar 1.2
Jawaban Siswa 1 Jawaban Siswa 2
Berdasarkan kedua jawaban siswa di atas, terlihat bahwa siswa hanya mengahafal rumus yang telah diberikan untuk mencari luas daerah segitiga tanpa memahami konsepnya dengan benar. Selain itu, kemampuan memberikan
D
A B
C
8 cm 6cm
x x
(12)
alasannya juga masih kurang dan terkesan menebak-nebak. Dari jawaban tersebut maka terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih rendah. Hal tersebut dapat terlihat dari tidak terpenuhinya indikator-indikator berpikir kritis pada masing-masing jawaban siswa.
Kondisi itu tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan, salah satu caranya adalah dengan melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan yang berperan secara langsung dalam membelajarkan siswa, harus dapat mengatasi masalah seperti ini dan mengupayakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disajikan.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Dari hasil studi literatur, menurut penulis metode yang dapat diterapkan dalam mengantisipasi masalah yang timbul selama proses pembelajaran matematika adalah metode pembelajaran inkuiri. Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan metode inkuiri adalah siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan penyelidikan. Melalui metode pembelajaran inkuiri, siswa dapat berpikir kritis, logis, sistematis dan kreatif untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah atau problem yang dipertanyakan.
Pembelajaran dengan metode inkuiri merupakan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan, baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Namun untuk belajar yang efektif hendaknya siswa bekerja bersama-sama untuk mempelajari sesuatu dan harus bertanggung jawab akan keberhasilan
(13)
belajar teman satu kelompok sebagaimana diri mereka sendiri. Hal ini juga sebagai upaya menanamkan student center dalam pembelajaran.
Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan, penulis terdorong untuk
membuat penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir kritis Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Metode Inkuiri”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana peningkatan berpikir kritis matematis siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode inkuiri?”
Selanjutnya, rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori?
2. Bagaimana kualitas peningkatan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, metode inkuiri yang digunakan pada penelitian ini adalah metode inkuiri bebas yang dimodifikasikan.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui :
(14)
1. Apakah peningkatan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori.
2. Kualitas peningkatan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri.
3. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri.
E. Manfaat Penelitian
Pengkajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi beberapa kalangan berikut ini :
1. Bagi Penulis
Sebagai sarana perluasan wawasan mengenai pembelajaran matematika. 2. Bagi siswa
Dengan menggunakan metode inkuiri diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
3. Bagi Guru
Pembelajaran dengan metode inkuiri memberikan pengetahuan bagi guru untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang bervariasi serta bahan ajar yang sesuai dengan kompetensi siswa yang ingin dikembangkan.
4. Sebagai rujukan bagi sesama peneliti.
F. Struktur Organisasi
Karya tulis ini terdiri dari lima BAB. BAB I (Pendahuluan) merupakan pengantar skripsi ini. Pada BAB I dibahas tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.
BAB II (Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian),
(15)
yaitu tentang metode pembelajaran inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil penelitian yang relevan, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis penelitian.
BAB III (Metode Penelitian), pada bagian ini dibahas rinci mengenai metode
penelitian, termasuk beberapa komponennya yaitu metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, perangkat pembelajaran, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan), pada bagian ini dibahas tentang
hasil penelitian yang meliputi: 1) Analisis Data Kuantitatif, 2) Analisis Data Kualitatif dan Pembahasan.
BAB V (Kesimpulan dan Saran), pada bagian ini dibahas tentang kesimpulan,
(16)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, karena dalam penelitian ini tidak dilakukan pengacakan terhadap subjek (siswa) yang ada melainkan pengacakan terhadap kelas dan ingin dilihat hubungan antara variabel-variabel penelitian. Hal ini bisa dilihat dari pendapat Ruseffendi (2010:36) yang menyatakan bahwa penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan sebab-akibat, dan dalam penelitian kuasi eksperimen perlakuan itu sudah terjadi dan pengawan (kontrol) tidak bisa dilakukan.
B. Desain Penelitian
Pada penelitian ini digunakan desain nonequivalent control group desain dengan menggunakan dua kelas yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri, sedangkan pada kelas kontrol akan mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran ekspositori. Dengan demikian desain penelitiannya sebagai berikut.(Ruseffendi, 2010:53).
O X O
O O
O : pretest atau postest yaitu tes kemampuan berpikir kritis matematis X : pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri
(17)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa SMP kelas VII. Pemilihan jenjang pendidikan tersebut dikarenakan siswa SMP kelas VII memiliki umur kisaran 11-13 tahun. Menurut Piaget (Ruseffendi, 2006:134) „perkembangan intelektual manusia dengan umur 11-12 tahun keatas sudah dalam tahap operasi formal, dimana salah satu cirinya adalah mulai belajar merumuskan hipotesis, dapat merumuskan dalil/teori, dan dapat berpikir deduktif dan induktif,‟ sehingga pembelajaran inkuiri cocok untuk dilakukan pada siswa dengan umur tersebut. Selain itu, masih menurut Piaget (Nurzubaini, 2012) menyebutkan bahwa dalam fase ini seseorang sudah dapat berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia, sehingga kemampuan berpikir kritis matematis cocok untuk diteliti pada siswa umur tersebut.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 15 Bandung yang terdiri dari 8 kelas. Menurut Wakasek Humas di sekolah tersebut, karakteristik siswa pada setiap kelas hampir sama, beragam dari siswa berkemampuan rendah hingga tinggi. Oleh karena itu, dalam populasi itu diambil dua kelas sebagai sampel sehingga diperoleh dua kelas sebagai subjek penelitian yang selanjutnya satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VII H dan satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas VII E. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan metode inkuiri, sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran ekspositori.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:61). Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri sebagai variabel bebas dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sebagai variabel terikat.
(18)
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau mempresepsikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasioanal yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut (Nazir, 1988:152). Dengan kata lain definisi operasioanal adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Logikanya, meskipun judul skripsinya sama bisa jadi definisi operasional antara peneliti yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Agar tidak terjadi salah penafsiran mengenai istilah-istilah dalam penelitian ini, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, yaitu:
1. Kemampuan berpikir kritis matematis
Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan menelaah, menganalisis, dan mengorganisasikan terhadap informasi yang diterimanya, diperiksa dan dibandingkan terlebih dahulu kebenarannya dengan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki sebelumnya sehingga seseorang tersebut mampu memberikan kumpulan terhadap informasi tersebut dengan alasan yang tepat
Melihat definisi di atas, maka kemampuan berpikir kritis matematis matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa mengerjakan soal matematika berupa pretest dan postest yang telah disusun berdasarkan indikator berpikir kritis matematis menurut Ennis
2. Metode inkuiri bebas yang dimodifikasikan
Metode inkuiri bebas yang dimodifikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis dengan bimbingan yang terbatas dari guru untuk melatih kemandirian siswa dalam belajar.
Melihat definisi di atas, maka metode inkuiri bebas yang dimodifikasikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa untuk menemukan konsep secara berkelompok tentang segitiga dengan
(19)
bantuan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) serta sikapnya terhadap pembelajaran tersebut.
F. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang akan digunakan sebagai perangkat pembelajaran dalam penelitian ini, yaitu:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk setiap KD, jadi bisa saja satu RPP memuat beberapa pertemuan sesuai ketentuan dari silabus.
2. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menunjang kepada pencapaian indikator melalui berbuat (Hands on Activity) dan berpikir (Minds on Activity) sehingga siswa memperoleh kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Penyusunan LKS dilakukan dengan mengikuti karakteristik model, metode, dan pendekatan yang digunakan dan mencerminkan aspek-aspek kemampuan berpikir kritis matematis. Pembuatan LKS ditekankan pada penemuan konsep dan latihan tugas atau soal-soal.
G. Instrumen Penelitian
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri akan diamati melalui instrumen tes dan non tes. Instrumen tes terdiri dari tes kemampuan berpikir kritis matematis berbentuk pretest dan postest, sedangkan instrumen non tes terdiri dari angket sikap siswa terhadap pembelajaran, jurnal harian siswa, dan lembar observasi. Berikut ini penjelasan mengenai instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:
(20)
1. Instrumen Tes (Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis)
Tes kemampuan siswa yang digunakan adalah pretest dan postest. Pretest diberikan sebelum memulai pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Sedangkan, postest diberikan setelah pembelajaran selesai. Tes ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah diberikan perlakuan. Pretest dan postest yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian. Karena dengan tes uraian, selain dapat mengukur seberapa besar kemampuan siswa dalam menguasai materi tertentu, dapat juga mengukur kemampuan bahasa dan notasi matematika dalam mengungkapkan ide-ide matematikanya. Sehingga hubungan antara pengetahuan atau fakta-fakta yang tersimpan dalam struktur kognitif siswa dengan pengertian materi yang sedang dipikirkannya dapat terlihat ketika menjawab soal tes tersebut.
2. Instrumen Non Tes
a. Angket Sikap Siswa terhadap Pembelajaran
Thurstone (Yusuf dan Nurihsan, 2009:169) memandang sikap adalah suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Selain itu Zan & Martino (Syahrul,2011) menyatakan sikap terhadap matematika dilihat sebagai pola hubungan dari kepercayaan dan emosi terhadap matematika. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap matematika merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak positif atau negatif terhadap suatu aktivitas matematika.
Dalam penelitian ini untuk melihat sikap siswa yang diberikan dalam pembelajaran inkuiri digunakan angket sebagai instrumen dalam mengumpulkan data. Angket merupakan sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya (Arikunto, 2010:194).
Angket digunakan untuk melihat sikap siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan, dalam hal ini pembelajaran dengan metode
(21)
inkuiri. Pengisian angket dilakukan pada saat akhir penelitian yaitu setelah siswa melakukan postest (dilakukan pada hari yang sama). Skala yang digunakan ialah skala sikap model Likert, yang terdiri dari empat pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), serta sangat tidak setuju (STS).
Angket yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti kategori
sikap “Interest and Attitude” menurut Bloom (Acenale, 2012), yaitu :
1. Attitude yaitu tingkat kecenderungan positif atau negatif yang
berhubungan dengan suatu objek psikologis.
2. Interest atau minat yaitu kecenderungan menghayati suatu
objek untuk mengenal objek tersebut.
3. Motivation (motivasi) yaitu kekuatan yang ada didalam diri
seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. 4. Anxiety yaitu kecemasan seseorang yang disebabkan oleh
rasa ketidakmampuannya dalam memecahkan suatu permaslahan.
5. Self-concept yaitu pandangan individu terhadap dirinya
sendiri yang sangat dipengaruhi oleh anggapan dan pendapat dari orang lain.
b. Jurnal Harian Siswa
Jurnal ini diberikan kepada siswa pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal ini berisi tentang pesan dan kesan siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Hasilnya dianalisis dan selanjutnya dijadikan acuan untuk memperbaiki pembelajaran berikutnya
c. Lembar Observasi
Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati kegiatan selama proses belajar mengajar, mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran dan kegiatan guru membelajarkan siswanya dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri. Lembar observasi ini memuat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, yaitu interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, dan siswa dengan guru yang dituangkan dalam pernyataan-pernyataan. Pengisian lembar observasi ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Observasi akan dilakukan oleh guru sekolah
(22)
H. Proses Pengembangan Instrumen
Suherman (2003:102) mengemukakan bahwa alat evaluasi yang baik harus kriteria-kriteria tertentu, sebagaimana dikemukakannya bahwa:
Untuk mendapatkan alat evaluasi yang kualitasnya baik perlu diperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Alat evaluasi yang baik dapat ditinjau dari hal-hal berikut ini: validitas, reliabilitas, obyektivitas, praktikabilitas,indeks kesukaran, daya pembeda, efektivitas option, dan efisiensi.
Oleh karena itu, sebelum penelitian ini dilakukan, instrumen dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing untuk diberikan judgement mengenai kelayakan instrumen yang akan digunakan, kemudian dilakukan ujicoba terlebih dahulu untuk menguji kualitas instrumen tersebut. Karena instrumen dalam karya tulis ini berbentuk soal uraian, maka yang dianalisis hanya validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran.
a. Validitas Butir Soal
Suatu alat evaluasi disebut valid (sahih atau absah), jika alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003:102). Validitas atau keabsahan alat evaluasi bergantung pada ketepatan alat evaluasi dalam menjalankan fungsinya.
Untuk menghitung validitas butir tiap soal menggunakan rumus Korelasi Product Moment Karl Pearson, yaitu:
dengan
n : banyak siswa
X : skor total pada butir soal Y : skor total siswa
Interpretasi mengenai dibagi kedalam kategori-kategori menurut Guilford (Suherman, 2003:113) yang disajikan pada Tabel 3.1.
(23)
Tabel 3.1
Klasifikasi Koefisien Validitas
Nilai Interpretasi
0,90 ≤ ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi
0,70 ≤ <0,90 Validitas tinggi
0,40 ≤ < 0,70 Validitas sedang
0,20 ≤ < 0,40 Validitas rendah
0,00 ≤ < 0,20 Validitas sangat rendah
< 0,00 Tidak valid
Validitas yang diperoleh dari hasil pengolahan uji instrumen disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Validitas Tiap Butir Soal
Perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.2.
Validitas tiap butir soal yang diperoleh perlu dilakukan uji signifikansi. Uji signifikansi digunakan untuk mengukur keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan statistik uji t yang berbentuk:
dengan,
t = Nilai hitung koefisien validitas n = Jumlah responden = Nilai koefisien korelasi / nilai validitas tiap butir soal
(Riduwan, 2011: 98)
No. Soal Koefisien validitas Interpretasi
1 0,94 Validitas sangat tinggi
2 0,56 Validitas sedang
3 0,54 Validitas sedang
4 0,62 Validitas sedang
(24)
Hasil di atas dibandingkan dengan nilai t dari tabel pada taraf nyata dan derajat kebebasan . Jika thitung > ttabel maka koefisien validitas butir soal pada taraf signifikansi yang dipakai berarti. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Perumusan Hipotesis
H0 : Validitas butir soal No.1 tidak berarti H1 : Validitas butir soal No.1 berarti 2. Besaran-besaran yang diperlukan
= , n = 32 Sehingga diperoleh :
t = = 3. Kriteria Pengujian
Dengan mengambil taraf nyata α = 5%, dari Tabel Disribusi Student t
diperoleh t0,975;30 = . Karena 5,31 > 2,04, maka H0 ditolak. 4. Kesimpulan
Dengan mengambil taraf nyata α = 5%, ternyata butir soal No. 1 berarti.
Untuk butir soal nomor lainnya dilakukan dengan cara seperti di atas dan hasilnya bisa dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3
Hasil Uji Signifikansi Butir Soal
Nomor Soal Validitas Keberartian
thitung ttabel
1 15,09
2,04
Berarti
2 3,70 Berarti
3 3,52 Berarti
4 4,33 Berarti
5 7,85 Berarti
Pengujian keberartian dari validitas tersebut selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.6.
(25)
b. Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama, jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula dan hasil tersebut tidak terpengaruh oleh perilaku, situasi, dan kondisi (Suherman, 2003:131). Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel.
Tes ini merupakan tes tunggal, karena hanya terdiri atas satu set yang dikenakan kepada sekelompok objek dalam satu kali pelaksanaan. Reliabilitas ini ditentukan dari nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut :
11 r =
22 1 1 t i s s n n Keterangan 11
r : koefisien reliabilitas
n : banyak butir soal
2
i
s : varians skor tiap soal
varians skor total
Selanjutnya korefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan kedalam klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 2003:139), yang disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Nilai r11 Interpretasi
0,90 ≤ ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
0,70 ≤ <0,90 Derajat reliabilitas tinggi
0,40 ≤ < 0,70 Derajat reliabilitas sedang
0,20 ≤ < 0,40 Derajat reliabilitas rendah
(26)
Berdasarkan hasil uji coba diperoleh nilai koefisien reliabilitas instrumen sebesar 0,74, nilai ini menunjukkan bahwa derajat reliabilitas instrumen berpikir kritis matematis yang disusun termasuk tinggi. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas ini dapat dilihat dalam Lampiran C.3.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda (DP) dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang menjawab salah) (Suherman, 2003:159). Dengan kata lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah.
Rumus untuk menentukan daya pembeda uraian adalah:
SMI X X
DP
atas
bawahKeterangan :
DP : Daya pembeda
Xatas : rata-rata skor tiap soal kelompok atas
Xbawah: rata-rata skor tiap soal kelompok bawahSMI : Skor Maksimal Ideal
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan adalah menurut Suherman (2003:161) yang disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Nilai DP Interpretasi
Sangat jelek Jelek Cukup
(27)
Daya pembeda yang diperoleh dari hasil perhitungan untuk instrumen yang dibuat disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,93 Sangat Baik
2 0,36 Cukup
3 0,29 Cukup
4 0,68 Baik
5 0,66 Baik
Perhitungan daya pembeda selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.4.
d. Indeks Kesukaran
Alat evaluasi yang baik akan menghasilkan skor yang berdistribusi normal. Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran merupakan bilangan yang mengidentifikasi suatu soal sehingga soal tersebut dapat dinyatakan sukar atau mudah.
Klasifikasi indeks kesukaran tiap butir soal yang digunakan adalah (Suherman, 2003:170) yang disajikan dalam Tabel 3.7
Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran Baik
Sangat baik
Nilai IK Interpretasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < IK 0,30 Soal sukar 0,30< IK 0,70 Soal sedang
(28)
Rumus Indeks Kesukaran untuk soal uraian, yaitu :
SMI X IK
dengan
IK : Indeks Kesukaran : Rerata
SMI : Skor Maksimal Ideal
Adapun hasil pengolahan uji instrumen disajikan dalam Tabel 3.8 sebagai berikut :
Tabel 3.8
Tingkat Kesukaran Tiap Butir soal
No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,43 Sedang
2 0,23 Sukar
3 0,18 Sukar
4 0,34 Sedang
5 0,32 Sedang
Perhitungan indeks kesukaran selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran C.5. Secara keseluruhan kualitas instrumen berpikir kritis matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Kualitas Instrumen Berpikir Kritis Matematis
No. Soal Validitas Butir Soal Reliabilitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran
1 Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Baik Sedang
2 Sedang Cukup Sukar
3 Sedang Cukup Sukar
4 Sedang Baik Sedang
5 Tinggi Baik Sedang
Dari hasil yang telah diperoleh dari Tabel 3.9, ternyata semua butir soal akan digunakan dalam penelitian.
0,70< IK <1,00 Soal mudah IK = 1,00 Soal terlalu mudah
(29)
I. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan persiapan adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian melalui observasi lapangan.
b. Memilih masalah.
c. Membuat outline proposal penelitian. d. Mengajukan judul ke Koordinator Skripsi.
e. Konsultasi dengan Dosen Pembimbing dalam penyusunan proposal penelitian.
f. Seminar proposal penelitian. g. Melakukan perbaikan proposal.
h. Membuat dan merevisi rencana pelaksanaan pembelajaran dan bahan ajar penelitian.
i. Menyusun instrumen penelitian. j. Pemilihan sampel penelitian. k. Mengurus perizinan penelitian.
l. Melakukan uji coba instrumen dan penelitian. m.Menganalisis hasil uji coba.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Mengadakan pretest dengan soal yang sama kepada kelas eksperimen dan
kelas kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model ekspositori dengan jumlah jam pelajaran, pengajar dan pokok bahasan yang sama.
(30)
c. Mengadakan postest dengan soal yang sama kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah pembelajaran.
d. Pengisian angket sikap siswa terhadap pembelajaran matematika 3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Mengumpulkan hasil data kualitatif dan kuantitatif.
b. Membandingkan hasil tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap pretest dan postest.
d. Melakukan analisis data kualitatif terhadap angket tanggapan siswa, jurnal dan lembar observasi
e. Membuat kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
f. Melakukan perbaikan desain.
g. Membuat kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode inkuiri.
J. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara bertahap pada setiap kegiatan penelitian. Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data meliputi instrumen tes berupa soal pretest dan postest, serta instrumen non tes berupa angket sikap siswa, jurnal harian siswa, dan lembar observasi. Soal pretest dan
postest diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen, sedangkan angket
dan jurnal harian hanya diberikan kepada kelas eksperimen untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri. Untuk menunjang kebenaran dari jawaban siswa terhadap pengisian angket dan jurnal harian siswa, maka dilengkapi dengan lembar observasi yang diisi setiap pertemuan oleh observer.
(31)
K. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan postest, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, pengisian angket, dan jurnal. Penjelasan dari teknik pengolahan data yang diperoleh sebagai berikut:
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Pada pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data skor pretest, postest, serta gain ternormalisasi. Analisis dilakukan menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service
Solution) 18.0 for windows. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Analisis Data Pretest
Data pretest yang dianalisis adalah data hasil pretest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis awal siswa pada kedua kelas apakah sama atau tidak. Analisis data ini dilakukan dengan langkah-langkah:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum, mean, simpangan baku, dan variansi dari data yang telah diperoleh
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Jika data pretest kedua
kelas berasal dari populasi berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians kelompok untuk kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Sedangkan jika minimal salah satu kelas berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal, maka langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji nonparametrik
(32)
3. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogen dilakukan dengan menggunakan uji Lavene’s
Test.
4. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata data pretest secara signifikan antara dua kelas penelitian. Jika data pretest kedua kelas penelitian berdistribusi normal dan variansnya homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan uji t (Independent Sample T-Test) dengan asumsu varians homogen. Sedangkan untuk data pretest kedua kelas penelitian berdistribusi normal tetapi tidak memilik varians yang homogen, maka pengujiannya mengunakan uji t (Independent Sample T-Test) dengan asumsi varians tidak homogen.
b. Analisis Data Postest
Data postest yang dianalisis adalah data hasil postest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa kedua kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Analisis data ini dilakukan dengan langkah-langkah:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum, mean, simpangan baku, dan variansi dari data yang telah diperoleh
2. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data postest kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Jika data postest kedua
kelas berasal dari populasi berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians kelompok untuk kemudian dilakukan
(33)
uji kesamaan dua rata-rata. Sedangkan jika minimal salah satu kelas berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal, maka langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji nonparametrik
Mann-Whitney.
3. Uji Homogenitas Varians
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data postest kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogen dilakukan dengan menggunakan uji Lavene’s Test. 4. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah rata-rata data postest kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Jika data postest kedua kelas penelitian berdistribusi normal dan variansnya homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan uji t (Independent Sample T-Test) dengan asumsi kedua varians homogen. Sedangkan untuk data postest kedua kelas penelitian berdistribusi normal tetapi tidak memilik varians yang homogen, maka pengujiannya mengunakan uji t (Independent Sample T-Test) dengan asumsi varians tidak homogen.
c. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Jika data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan, untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat digunakan data hasil postest, gain, atau gain ternormalisasi, namun pada penelitian ini peneliti akan menggunakan data gain ternormalisasi karena akan dilihat kualitas peningkatannya. Sedangkan jika data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan, maka data yang digunakan adalah data gain ternormalisasi.
Indeks gain ini dihitung dengan rumus indeks gain dari Meltzer (2005) yaitu:
(34)
Langkah-langkah analisis data untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa adalah sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Hal ini dilakukan untuk mengetahui mean, simpangan baku, dan variansi dari data yang telah diperoleh
2. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Jika data indeks gain
kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians kelompok untuk kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Sedangkan jika minimal salah satu kelas berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal, maka langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji nonparametrik
Mann-Whitney.
3. Uji Homogenitas Varians
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogen dilakukan dengan menggunakan uji Lavene’s Test. 4. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah rata-rata data indeks gain kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Jika data indeks gain kedua kelas penelitian berdistribusi normal dan variansnya homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan uji t (Independent Sample T-Test) dengan asumsi kedua varians homogen. Sedangkan untuk data postest kedua kelas penelitian berdistribusi normal tetapi tidak memilik varians yang homogen, maka pengujiannya mengunakan uji t (Independent Sample T-Test) dengan asumsi varians tidak homogen.
(35)
Adapun untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dilakukan interpretasi terhadap indeks gain. Kriteria yang dipakai adalah kriteria menurut Hake (Suhendar, 2011:45) yang disajikan dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi
Gain Interpretasi
g 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
2. Pengolahan Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa. a. Pengolahan Data Angket
Pada pengolahan data kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasikan data sesuai dengan alternatif jawaban yang diberikan. Dalam mengolah data menggunakan skala Likert digunakan dengan rumus sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan :
P : Persentase jawaban f : Frekuensi jawaban n : Banyaknya respon
Klasifikasi interpretasi perhitungan persentase tiap kategori menurut Kuntjaraningrat (Yulianti, 2011:58) sebagai berikut.
Tabel 3.11
Klasifikasi Interpretasi Persentase Angket
Persentase Jawaban (%) Kriteria
0% Tidak ada
1 %- 25% Sebagian kecil
(36)
Persentase Jawaban (%) Kriteria
0% Tidak ada
1 %- 25% Sebagian kecil
50% Setengahnya
51% - 74% Sebagian besar
75% - 99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
b. Pengolahan Data Jurnal Harian Siswa
Pengolahan data jurnal pembelajaran dilakukan dengan cara mengelompokkan kesan siswa kedalam kelompok positif, negatif, tidak berkomentar. Hasil dari pengolahan ini sebagai bahan evaluasi untuk pertemuan berikutnya.
c. Pengolahan Data Observasi
Data yang diperoleh pada lembar observasi diolah berdasarkan jawaban ya dan tidak. Pengolahan dilakukan dengan cara menghitung persentase jawaban observer untuk kemudian menjadi evaluasi untuk pembelajaran berikutnya.
(37)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.
2. Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen tergolong sedang, sedangkan pada kelas kontrol tergolong rendah.
3. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri tergolong positif.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk melakukan kajian yang lebih
mendalam dan memperbanyak sumber yang dijadikan acuan mengenai metode inkuiri.
2. Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk mengkaji apakah pembelajaran inkuiri dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan matematik lainnya.
3. Kesulitan yang dihadapi saat penelitian yaitu di pertemuan awal sangat sulit mengondisikan siswa karena siswa belum terbiasa dengan metode ini, oleh karena itu untuk memperbaiki penelitian ini disarankan siswa dibiasakan dulu dengan pembelajaran seperti ini atau dilakukan prapenelitian terlebih dahulu.
(38)
DAFTAR PUSTAKA
Acenale. (2012). Sikap Siswa dalam Belajar. [Online].
Tersedia:http//acenale.woerpress.com/2012/03/14/sikap-siswa-dalam-belajar.html. [25 April 2013].
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Anna, Lusia. (2013, 2 Juni). Banyak Siswa Tak Lulus Ujian Matematika. Kompas [Online]. Tersedia: http//www.kompas.com. [25 Juni 2013].
Bonnie dan Potts. (2003). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical
Assesment, Research & Evaluation. [online]. Tersedia: http://edresearch.org/pare/getvn.asp?v=4&n=3.html. [20 Oktober 2012]. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Matematika SMP/MTS. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Engriani, Rayelli. (2011). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan
Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Ennis, R.H. (1985). Goals for Critical Thinking Curriculum. Alexandria: Associaton for Supervisor and Curriculum Development (ASCD).
Esnir, Retno. (2013, 1 Juni). Mendikbud Umumkan Hasil Akhir Un SMP 2013. Antara News [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com. [25 Juni 2013].
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Herdian. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri. [online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri.html. [3 November 2012].
Krulik, S dan Rudnick, J.A. (1995). The New Sourcebook for Theaching
Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Massachusetts:
(39)
Lambertus. (2009). Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dalam
Pembelajaran Matematika di SD. (Jurnal Forum Kependidikan Nomor 2
Volume 28 Maret 2009). Kendari: FKIP Unhalu.
Meltzer, D. E. (2005). Normalized Learning gain: A Key Measure of Student
Learning. [online]. Tersedia: http : //www.google.com/search? q=cache:
pjfg_YGMpigJ: www.physics iastate. edu/per/docs/Adendum on normalized.[ 5 November 2012]
Natali. (2011). Proposal Penelitian Pendidikan Matematika.[Online]. Tersedia:
http://wewnatali.blogspot.com/2011/03/proposal-penelitian-pendidikan.html. [02 April 2012]
Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurzubaini. (2012). Teori Perkembangan Anak Menurut Para Ahli. [online]. Tersedia:http://nurzubaini.blogspot.com/2012/12/teori-perkembangan-anak-menurut-para-ahli.html. [30 Mei 2013].
Rakhmasari, R. (2010). Pengaruh Hands on Actifity and Minds on Actifity dalam
Pembelajaran Kontekstuaal Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian: untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Romlah, N. H. S. (2002). Peningkatan Berpikir Kritis dan Analisis dalam
Pembelajaran Bryophyta. Skripsi. FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Potensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Ruseffendi. E. T. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saud, Udin S. (2008). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Sofia, E.(2005). Studi Tentang Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Tipe
Permainan untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika
(40)
Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendar, H. (2011). Penerapan Model PembelajaranKooperatif Tipe Two-Stay
Two-stray dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMAN 9 Bandung). Skripsi FPMIPA UPI.
Bandung: Tidak diterbitkan.
Suherman, E. dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:FPMIPA UPI.
Suherman, Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA FPMIPA UPI.
Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI.
Sumantri, M. dan Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Maulana.
Syahrul. (2011). Sikap Matematika (Mathematical Attitudes). [Online].
Tersedia:http://sokrates-filsafatilmu-blogspot.com/2011/01/sikap-matematika.html. [25 April 2013].
Tarwin. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui
Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Yulianty, Isty. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Knisley-Mulyana dalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Yusuf, S. dan Nurihsan, J. (2009). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
(1)
Adapun untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dilakukan interpretasi terhadap indeks gain. Kriteria yang dipakai adalah kriteria menurut Hake (Suhendar, 2011:45) yang disajikan dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi
Gain Interpretasi
g 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
2. Pengolahan Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa. a. Pengolahan Data Angket
Pada pengolahan data kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasikan data sesuai dengan alternatif jawaban yang diberikan. Dalam mengolah data menggunakan skala Likert digunakan dengan rumus sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan :
P : Persentase jawaban f : Frekuensi jawaban n : Banyaknya respon
Klasifikasi interpretasi perhitungan persentase tiap kategori menurut Kuntjaraningrat (Yulianti, 2011:58) sebagai berikut.
Tabel 3.11
Klasifikasi Interpretasi Persentase Angket
Persentase Jawaban (%) Kriteria
0% Tidak ada
1 %- 25% Sebagian kecil
(2)
44
Persentase Jawaban (%) Kriteria
0% Tidak ada
1 %- 25% Sebagian kecil
50% Setengahnya
51% - 74% Sebagian besar
75% - 99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
b. Pengolahan Data Jurnal Harian Siswa
Pengolahan data jurnal pembelajaran dilakukan dengan cara mengelompokkan kesan siswa kedalam kelompok positif, negatif, tidak berkomentar. Hasil dari pengolahan ini sebagai bahan evaluasi untuk pertemuan berikutnya.
c. Pengolahan Data Observasi
Data yang diperoleh pada lembar observasi diolah berdasarkan jawaban ya dan tidak. Pengolahan dilakukan dengan cara menghitung persentase jawaban observer untuk kemudian menjadi evaluasi untuk pembelajaran berikutnya.
(3)
72 Rena Ernawati, 2013
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Metode Inkuiri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.
2. Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen tergolong sedang, sedangkan pada kelas kontrol tergolong rendah.
3. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri tergolong positif.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk melakukan kajian yang lebih
mendalam dan memperbanyak sumber yang dijadikan acuan mengenai metode inkuiri.
2. Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk mengkaji apakah pembelajaran inkuiri dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan matematik lainnya.
3. Kesulitan yang dihadapi saat penelitian yaitu di pertemuan awal sangat sulit mengondisikan siswa karena siswa belum terbiasa dengan metode ini, oleh karena itu untuk memperbaiki penelitian ini disarankan siswa dibiasakan dulu dengan pembelajaran seperti ini atau dilakukan prapenelitian terlebih dahulu.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Acenale. (2012). Sikap Siswa dalam Belajar. [Online].
Tersedia:http//acenale.woerpress.com/2012/03/14/sikap-siswa-dalam-belajar.html. [25 April 2013].
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Anna, Lusia. (2013, 2 Juni). Banyak Siswa Tak Lulus Ujian Matematika. Kompas [Online]. Tersedia: http//www.kompas.com. [25 Juni 2013].
Bonnie dan Potts. (2003). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical
Assesment, Research & Evaluation. [online]. Tersedia: http://edresearch.org/pare/getvn.asp?v=4&n=3.html. [20 Oktober 2012]. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Matematika SMP/MTS. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Engriani, Rayelli. (2011). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan
Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Ennis, R.H. (1985). Goals for Critical Thinking Curriculum. Alexandria: Associaton for Supervisor and Curriculum Development (ASCD).
Esnir, Retno. (2013, 1 Juni). Mendikbud Umumkan Hasil Akhir Un SMP 2013. Antara News [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com. [25 Juni 2013].
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Herdian. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri. [online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri.html. [3 November 2012].
Krulik, S dan Rudnick, J.A. (1995). The New Sourcebook for Theaching
Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Massachusetts:
(5)
Rena Ernawati, 2013
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Metode Inkuiri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Lambertus. (2009). Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dalam
Pembelajaran Matematika di SD. (Jurnal Forum Kependidikan Nomor 2
Volume 28 Maret 2009). Kendari: FKIP Unhalu.
Meltzer, D. E. (2005). Normalized Learning gain: A Key Measure of Student
Learning. [online]. Tersedia: http : //www.google.com/search? q=cache:
pjfg_YGMpigJ: www.physics iastate. edu/per/docs/Adendum on normalized.[ 5 November 2012]
Natali. (2011). Proposal Penelitian Pendidikan Matematika.[Online]. Tersedia:
http://wewnatali.blogspot.com/2011/03/proposal-penelitian-pendidikan.html. [02 April 2012]
Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurzubaini. (2012). Teori Perkembangan Anak Menurut Para Ahli. [online]. Tersedia:http://nurzubaini.blogspot.com/2012/12/teori-perkembangan-anak-menurut-para-ahli.html. [30 Mei 2013].
Rakhmasari, R. (2010). Pengaruh Hands on Actifity and Minds on Actifity dalam
Pembelajaran Kontekstuaal Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian: untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Romlah, N. H. S. (2002). Peningkatan Berpikir Kritis dan Analisis dalam
Pembelajaran Bryophyta. Skripsi. FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Potensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Ruseffendi. E. T. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saud, Udin S. (2008). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Sofia, E.(2005). Studi Tentang Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Tipe
Permainan untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika
(6)
75
Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendar, H. (2011). Penerapan Model PembelajaranKooperatif Tipe Two-Stay
Two-stray dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMAN 9 Bandung). Skripsi FPMIPA UPI.
Bandung: Tidak diterbitkan.
Suherman, E. dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:FPMIPA UPI.
Suherman, Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA FPMIPA UPI.
Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI.
Sumantri, M. dan Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Maulana.
Syahrul. (2011). Sikap Matematika (Mathematical Attitudes). [Online].
Tersedia:http://sokrates-filsafatilmu-blogspot.com/2011/01/sikap-matematika.html. [25 April 2013].
Tarwin. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui
Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Yulianty, Isty. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Knisley-Mulyana dalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Yusuf, S. dan Nurihsan, J. (2009). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.