HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF Hubungan Antara Persepsi Terhadap Insentif Dengan Loyalitas Kerja.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF
DENGAN LOYALITAS KERJA

NASKAH PUBLIKASI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:
Zanuar Rizal Prima Adinata
F 100 070 076

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF
DENGAN LOYALITAS KERJA

Diajukan Oleh :
Zanuar Rizal Prima Adinata
F 100 070 076

Telah disetujui untuk dipertahankan
didepan Dewan Penguji
Oleh :
Pembimbing

(Drs. Muhammad Amir, M.Si)

ii

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF
DENGAN LOYALITAS KERJA

Yang dipersiapkan dan disusun ole h :
Zanuar Rizal Prima Adinata
F 100 070 076
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada Senin 22 Oktober 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Penguji utama


Drs. Muhammad Amir, M.Si

______________

Penguji pendamping I

Dra. Zahrotul Uyun, M.Si

______________

Penguji pendamping II

Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si

______________

iii

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DENGAN
LOYALITAS KERJA KARYAWAN

Zanuar Rizal Prima Adinata
Muhammad Amir
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Karyawan yang tidak memiliki loyalitas kerja menimbulkan beberapa
kerugian bagi perusahaan apalagi jika terjadi pada sektor yang penting,seperti
bagian produksi, beberapa kerugian yang dialami perusahaan diantaranya
berkurangnya hasil produksi, selain itu kerugian juga akan dialami perusahaan,
karena perusahaan harus menanggung biaya perekrutan tenaga kerja yang lebih
berkualitas. Loyalitas kerja yang tinggi akan tercapai apabila perusahaan
memperhatikan kebutuhan yang diperlukan oleh karyawan. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut diantaranya yaitu insentif. Insentif sebagai bagian dari sistem imbalan
yang komprehensif dan tidak terbatas pada gaji atau upah saja. Penelitian ini
bertujuan untuk mengatahui hubungan antara persepsi terhadap insentif dengan
loyalitas kerja pada karyawan. Adapun hipotesis yang diajukan ada hubungan
positif antara persepsi terhadap insentif dengan loyalitas kerja karyawan.
Populasi penelitian ini adalah karyawan produksi bagian inspecting PT.
Delta Merlin II Kebak Kramat Karanga nyar yang berjumlah 175 orang. Adapun
sampel yang digunakan 60 untuk uji coba dan 94 untuk penelitian. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah “purposive non random

sampling”. Alat pengumpulan data menggunakan skala persepsi terhadap insentif
dan loyalitas kerja karyawan. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi
product moment.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan teknik analisis product moment
diperoleh: Nilai koefisien korelasi (r) = 0,534; p = 0,000 (p < 0,01) artinya ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap insentif dengan
loyalitas kerja. Semakin tinggi (positif) persepsi terhadap insentif maka semakin
tinggi pula loyalitas kerja. Sumbangan efektif persepsi terhadap insentif terhadap
loyalitas kerja = 28,5%. Hasil perhitungan analisis diketahui nilai rerata empirik =
92,255 dan rerata hipotetik = 87,5 artinya persepsi terhadap insentif pada subjek
penelitian tergolong sedang. Skor re rata empirik loyalitas kerja = 111,947 dan
rerata hipotetik =112,5 artinya loyalitas kerja subjek penelitian tergolong sedang.
Kesimpulan penelitian menyatakan ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara persepsi terhadap insentif dengan loyalitas kerja , namun
generalisasi hasil-hasil penelitian terbatas pada subjek dan lokasi penelitian
dilakukan yaitu bagian produksi PT. Delta Merlin II Kebak Kramat Karanganyar.
Kata kunci:
persepsi terhadap insentif, loyalitas kerja

iv


komitmen dan loyalitas karyawan di

PENGANTAR
Indonesia
yang

sebagai

sedang

Negara

berkembang

dalam

tingkat

nasional,


tinggi

dengan

perusahaan

tenaga

kerja

yang

bahkan melampaui daya tampung

yaitu

menguasai,

lapangan


pekerjaan

Adanya

kesenjangan

antara

tenaga

yang

ada.

kemampuan

kerja

menjadi


karyawan sebagai salah satu mitra

Salah satu faktor keberhasilan
perusahaan mencapai tujuan adalah
tenaga

kerja

yang

berkomitmen

dan

utama

yang

untuk


menunjang

dipertahankan
efisiensi

dan

2001).
Pada penelitian ini variabel
yang

Tetapi pa da kenyataannya sumber

diasumsikan

berkorelasi

terhadap loyalitas yakni masalah


daya manusia di Indonesia masih
rendah

perlu

produktifitas perusahaan (Sunyoto,

mempunyai loyalitas yang tinggi.

tergolong

ke

kerja yang tersedia sangat banyak

teknologi.

berkualitas,

pindah


walaupun sebenarnya jumlah tenaga

sosial

mengembangkan dan me manfaatkan

mempunyai

Asia.

profesional, terampil dan terlatih,

sejalan dengan tuntutan dunia kerja

untuk

kawasan

berencana

terbatasnya

maupun spiritualnya. Hal tersebut

kemampuan

di

tersebut masih ditambah lagi dengan

pada kualitas Sumber Daya Manusia,

profesionalisme,

lain

tempat individu tersebut bekerja. Hal

yang semakin berkurang, tetapi lebih

akan

rendah

lebih

terletak pada

profesional,

lebih

bidang pekerjaan, serta kompensasi

penguasaan Sumber Daya Alam

kualitas

22%

perusahaan lain jika tawaran jabatan,

regional

kompetitif dalam persaingan antar

baik

bahkan

Indonesia

maupun internasional. Keunggulan
bangsa tidak lagi

rendah,

Akibatnya, dua dari tiga karyawan

rangka

menghadapi era perdagangan baik
pada

masih

negara

Sumber Daya Manusia. Hal ini
mendesak

relatif

dibandingkan dengan pekerja 10

membutuhkan peningkatan kualitas

sangat

Indonesia

insentif, yaitu

tingkat

sebagai balas jasa

perusahaan kepada karyawan atas

loyalitasnya. Menurut riset tingkat

v

kerja yang telah mereka lakukan

sekarang

sebagai

permasalahan yang dialami antara

bentuk

kontribusi

baik

masih

banyak

tenaga maupun pikiran yang ada di

karyawan

dengan

dalam diri karyawan. Kemampuan

contohnya

karyawan

memenuhi pembayaran yang layak

perusahaan

memberikan

sehingga dapat memenuhi kebutuhan

yang

hidup

menentukan

namun disisi lain perusahaan kerap

karyawan untuk tetap berada di

tidak memenuhi tuntutan karyawan

dalam

dengan berdalih perusahaan merugi

karyawan
organisasi.

Masalah

yang

selalu timbul sebagai masalah klasik

sesuai

perusahaan

harapan

menuntut
insentif
karyawan,

ata upun untuk efisiensi.

adalah ketidakmampuan perusahaan

Berdasarkan

uraian

latar

dalam memberikan insentif dalam

belakang di atas, maka rumusan

jumlah

masalah yang dibuat adalah: Apakah

cukup

sehingga

memicu

keinginan atau niat karyawan untuk

ada

keluar

insentif

(turnover

intention).

hubungan
dengan

Tingginya keinginan untuk keluar ini

Mengacu

dapat merugikan perusahaan karena

tersebut

memerlukan

mengkaji

biaya

besar

dalam

antara

dari

persepsi

loyalitas

kerja?

rumusan

peneliti
secara

masalah

tertarik
empirik

dan

merekrut karyawan-karyawan baru

mengadakan

untuk menggantikan posisi mereka

Hubungan antara persepsi terhadap

yang keluar, disamping kerugian-

insentif dengan loyalitas kerja.

kerugian lain.

Steers

penelitian

untuk

&

berjudul:

Porter

(2003)

Karyawan yang mempersepsi

mengartikan loyalitas kerja sebagai

secara positif insentif merasa jasanya

sikap dan perilaku, pertama loyalitas

dihargai, sehingga

sebagai sikap yaitu sejauh mana

merasa

tenang

karyawan akan
dalam

bekerja,

karyawan

mengidentifikasikan

bersemangat dan memiliki kepuasan

tempat kerjanya yang ditunjukan

pada

ini

dengan keinginan untuk bekerja dan

menimbulkan

berusaha sebaik-baiknya dan kedua,

pekerjaannya.

selanjutnya

dapat

Hal

loyalitas kerja yang tinggi. Namun

loyalitas

pada

proses dimana seseorang karyawan

kenyataannya

pada

masa

2

sebagai

perilaku,

yaitu

mengambil keputusan pasti untuk

b. Tanggung

jawab.

Karyawan

tidak keluar dari perusahaan apabila

mempunyai

tidak

yang

menyelesaikan pekerjaan yang

ekstrim. Jewel dan Siegall (1998)

telah diberikan kepadanya dan

menyatakan

kerja

berani menanggung resiko atas

merupakan keinginan dari karyawn

keputusan yang diambil. Adanya

untuk

rasa memiliki yang kuat dalam

membuat

kesalahan

loyalitas

memberikan

pengabdian,

kemampuan,

mengidentifikasi

kesanggupan

dan

diri karyawan akan menimbulkan

merasa dirinya menjadi bagian dari

rasa tanggung jawab, dengan

suatu organisasi ditinjukan dengan

adanya rasa tanggung jawab ini

keinginan

akan melahirkan loyalitas kerja.

untuk

bekerja

dan

berusaha sebaik-baiknya dan untuk

Karyawan

mempertahankan

loyalitas

keanggotaannya

yang
yang

memiliki

tinggi

maka

dalam organisasi itu dan membantu

karyawan tersebut mempunyai

mewujudkan tujuan dari organisasi.

tanggung jawab yang lebih baik.

Menurut Siswanto (2002) aspek-

c. Kemauan untuk bekerja sama.

aspek loyalitas kerja tersebut antara

Bekerja

lain :

orang-orang

a. Taat pada peraturan. Karya wan

kelompok akan memungkinkan

mempunyai
kesanggupan

tekad
untuk

dan

sama

perusahaan

mentaati

tujuan

yang

bersama-sama
dalam

dapat
tidak

satu

mencapai
mungkin

segala peraturan, perintah dari

dicapai oleh orang-orang secara

perusahaan dan tidak melanggar

individual.

larangan yang telah ditentukan

d. Rasa memiliki. Dengan rasa ikut

baik secara tertulis maupun tidak

memiliki maka karyawan akan

tertulis.

ketaatan

mempunyai sikap untuk menjaga

kerja merupakan prioritas utama

nama baik perusahaan sehingga

pada saat penerimaan tenaga

pada akhirnya akan menimbulkan

kerja dalam rangka peningkatan

loyalitas demi tercapainya tujuan

loyalitas kerja pada perusahaan.

perusahaan.

Peningkatan

3

e. Hubungan

antar

pribadi.

yang

memiliki

terhadap kebutuhan rohani. Selain itu

loyalitas kerja yang tinggi akan

perhatian terhadap karier individu

mempunyai sikap fleksibel ke

dalam perencanaan karier yang telah

arah

antara

ditetapkan, penilaian prestasi kerja

pimpinan dan karyawan secara

yang baik, tertib dan benar serta

kekeluargaan.

Hal

ini

akan

pemberian

menimbulkan

hubungan

yang

meningkatkan loyalitas kerja pada

Karyawan

tata

akrab

hubungan

dan

harmonis

perhatian

antara

perusahaan

karyawan satu dengan lainnya

juga

dimana

dapat
karyawan

bekerja (Manullang, 2004).

baik dalam lingkungan kerja
maupun di luar

upah

Pada

lingkungan

pemberian

kerja.

konteks

perusahaan,

insentif

merupakan

penghargaan yang dirancang untuk

f. Suka

terhadap

Karyawan

harus

kenyataan

bahwa

pekerjaan.

memberi semangat dan ganti rugi

menyadari

atas

karyawan

untuk

hari

menghasilkan sesuatu yang sesuai

untuk

atau melebihi standar. Rachmawati

melakukan atau menyelesaikan

(2002) menjelaskan bahwa insentif

pekerjaan.

adalah

kerja

harus

datang

Oleh

pekerjaan

setiap

usaha

karena

tersebut

itu
harus

perangsang

eksternal

atau

yang

objek

cenderung

dilakukan dengan senang hati

membangkitkan motivasi, dorongan

sehingga

dan tingkah laku untuk mencapai

menimbulkan

semangat atau motivasi bekerja

sasaran atau tujuan tertentu

secara optimal.
Salah

Pada penelitian ini persepsi

satu

cara

untuk

terhadap

insentif

merupakan

menimbulkan perasaan loyal para

pandangan

karyawan terhadap perusahaan ialah

perangsang atau objek eksternal yang

dengan

memberikan

kesempatan

cenderung membangkitkan motivasi,

kepada

karyawan

untuk

dorongan dan tingkah laku untuk

membeli

saham

pemberian

gaji

ikut

perusahaan,
yang

mencapai

cukup,

tertentu.

4

karyawan

sasaran

terhadap

atau

Memperjelas

tujuan

pengertian

antara persepsi dan insentif maka

pendapatan tetap bagi karyawan.

sesuai pendapat Ranupandojo dan
Husnan

(2000)

maka

b. Insentif non material yaitu

persepsi

merupakan semua jenis insentif yang

terhadap insentif dapat diartikan

diberikan selain dalam bentuk uang.

sebagai merupakan interprestasi dan

Insentif jenis ini lebih mengarah

pandangan kayawan terhadap daya

pada

perangsang yang dimaksudkan untuk

kondisi psikologis karyawan, antara

memotivasi

guna

lain berupa penempatan karyawan

produktivitas

yang tepat, misalnya dengan minat,

karyawan,

meningkatkan
semaksimal
pekerjaan
mempertahankan

mungkin

dalam

mereka

dan

karyawan

hal-hal

pendidikan

yang

menyangkut

dan

pengalaman,

pelatihan-pelatihan sistematik untuk

yang

meningkatkan

kemampuan,

rasa

berprestasi untuk tetap berada dalam

aman dan jaminan atas pekerjaannya,

perusahaan.

promosi yang objektif, sesuai dengan

Aspek insentif yang relevan

sistem yang berlaku, keterlibatan

dapat dilihat dari bentuk insentif .

karyawan

Bentuk insentif bermacam-macam,

kebijaksaan perusahaan, kondisi dan

Manullang (2004) menggolongkan

situasi perusahaan yang memuaskan,

aspek insentif berdasarkan bentuknya

termasuk didalamnya antara lain

yaitu :

adalah tempat yang nyaman, atasan
a.

Insentif material yaitu

dalam

perencanaan

yang bersikap mendukung, rekan

merupakan semua jenis insentif yang

kerja

diberikan berupa uang, antara lain

fasilitas baik yang bersifat primer

seperti: bonus yaitu pembayaran

maupun sekunder, fasilitas pokoknya

yang diberikan bila produktivitas

misalnya

karyawan mencapai atau melampaui

sekunder dapat dicontohkan seperti

standart,

harga

sarana olah raga, rekreasi untuk

barang atau jasa yang dijual, profit

mengimbangi kejenuhan karyawan,

sha ring atau pembagian keuntungan

jaminan

kesehatan,

yaitu pembayaran dari keuntungan

pengobatan

gratis.

perusahaan

pandangan di atas

persentase

dan

dari

merupakan

5

yang

kooperatif,

perumahan,

fasilitas-

fasilitas

misalnya

Menambahkan
yang membagi

insentif menjadi dua bentuk yaitu

ini adalah:

insentif material dan non material.

antara persepsi pemberian insentif

Menurut pendapat Plowman dan

dengan loyalitas kerja”. Semakin

Peterson (Manullang, 2004) bentuk-

tinggi (positif) persepsi pemberian

bentuk insentif dapat dibagi menjadi

insentif maka akan semakin tinggi

tiga:

loyalitas kerja karyawan.
a.

Financial

“Ada hubungan positif

incentive

(financial insentif), yaitu dorongan

METODE

yang bersifat keuangan yang pokok
dan

termasuk

Populasi

didalamnya

karyawan produksi bagian inspecting

mendapatkan bagian dari keuntungan

PT. Delta Merlin II Kebak Kramat

perusahaan selain gaji pokok, seperti

Karanganyar yang berjumlah 175

bonus, profit sharing atau pembagian

orang.

keuntungan dan lain sebagainya.

untuk

(non financial insentif); misalnya

sistem

cuti,

lembur,

insentif

dengan

pimpinan,

skala

data

persepsi

terhadap insentif dan loyalitas kerja
karyawan.

ini

Metode

menggunakan

analisis

teknik

data

korelasi

product moment.

aspirasi atau keinginan karyawan,
hubungan

dalam

pengumpulan

menggunakan

misalnya sikap pimpinan terhadap
kerjasama,

sampel

Alat

tunjangan

c. Social incentive (sosial
pemberian

Teknik

random sampling ”.

olahraga,

pendidikan, dan sebagainya
insentif),

yang

penelitian ini adalah “purposive non

kerja, istirahat, peralatan dan fasilitas
sarana

sampel

penelitian.

pengambilan

lingkungan kerja yang nyaman, jam
seragam,

Adapun

digunakan 60 untuk uji coba dan 94

b. Non financial incentive

kerja,

penelitian adalah

Pengambilan data uji coba

karyawan

sebanyak 60 sampel dilaksanakan

hubungan

pada tanggal 1 sampai 3 Mei 2012.

karyawan dengan rekan kerja dan

Penyerahan skala kepada sampel

sebagainya.

tidak

Hipotesis yang diajukan dan

dapat

dilakukan

secara

langsung dan serentak, hal ini karena

diuji ke benarannya dalam penelitian

6

banyak

sampel

yang

sedang

tinggi

pula

loyalitas

kerja.

bertugas dan tidak dapat ditemui.

Sumbangan efektif persepsi terhadap

Oleh karena dengan pertimbangan

insentif

terhadap

dari

sebesar

28,5%

perusahaan, skala dititipkan

loyalitas

kerja

ditunjukkan

oleh

kepada HRD untuk dibagikan kepada

koefisien determinan (r2) sebesar

subjek.

mengantisipasi

0,285. Berarti masih terdapat 71,5%

mengantisipasi agar skala tidak diisi

variabel lain yang mempengaruhi

oleh orang lain sebelum memberikan

loyalitas

skala

menginformasikan

persepsi terhadap insentif seperti

kepada staf personalia dan sekretaris

karakteristik individu, karakteristik

yang membantu pembagian skala

pekerjaan, dan pengalaman kerja .

Guna

peneliti

agar: a) skala tersebut harus diisi

kerja

di

Berdasarkan

luar

variabel

hasil

analisis

sendiri oleh subjek, b) skala yang

diketahui variabel persepsi terhadap

diisi

berpengaruh

insentif mempunyai rerata empirik

terhadap posisi subjek di tempat

sebesar 92,255 dan rerata hipotetik

kerja, c) skala yang diisi akan

sebesar 87,5 yang berarti persepsi

bermanfaat

terhadap

tidak

akan

bagi

pengembangan

insentif

pada

subjek

kualitas kerja subjek dan kantor

penelitian tergolong sedang. Variabel

tempat bekerja.

loyalitas kerja mempunyai rerata
empirik sebesar 111,947 dan rera ta

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan

hipotetik sebesar 112,5 yang berarti
hasil

loyalitas

perhitungan teknik analisis product
moment

Pearson

diperoleh

kerja

subjek

penelitian

tergolong sedang.

nilai

Berdasarkan

hasil

koefisien korelasi (r) sebesar 0,534;

perhitungan teknik analisis product

p = 0,000 (p < 0,01) artinya ada

moment diketahui ada hubungan

hubungan

positif yang sangat signifikan antara

positif

yang

sangat

signifikan antara persepsi terhadap

persepsi terhadap insentif

insentif

loyalitas

dengan loyalitas kerja.

kerja .

Semakin

dengan
tinggi

Semakin tinggi (positif) persepsi

(positif) persepsi terhadap insentif

terhadap insentif

maka semakin rendah loyalitas kerja

maka semakin

7

sebaliknya semakin rendah persepsi

perusahaan

terhadap insentif

fasilitas–fasilitas

maka semakin

tinggi loyalitas kerja .
Hasil

memberikan
memadai

dan

diterima oleh karyawannya, maka

penelitian

membuktikan

telah

bahwa

ini

kesetiaan

karyawan

terhadap

hipotesis

perusahaan semakin besar, maka

penelitian yang menyatakan “Ada

timbul dorongan yang menyebabkan

hubungan positif antara

karyawan

persepsi

melakukan

pekerjaan

pemberian insentif dengan loyalitas

menjadi lebih giat lagi. Fasilitas–

kerja ” dapat diterima. Hal ini sesuai

fasilitas yang diterima oleh karyawan

dengan pendapat yang dikemukakan

sehingga

oleh

insentif

sebaik mungkin dan tetap loyal pada

yang

perusahaan, hendaknya perusahaan

menyebabkan seseorang melakukan

memberikan imbalan yang sesuai

sesuatu

kepada

Robbins

merupakan

(2006)

daya

karena

imbalan

tarik

bisa

yang

mendapat

karyawan

mau

karyawannya.

bekerja

Martoyo

memuaskan

(1996) mengemukakan salah satu

kebutuhannya. Hal ini tentu bisa

cara untuk menimbulkan perasaan

mengakibatkan gairah kerja individu

loyal karyawan terhadap perusahaan

menurun dan lama kelamaan dapat

ialah

memudarkan komitmen karyawan

kesempatan karyawan

untuk ikut

terhadap

atau

membeli

saham

perusahaan,

oleh

pemberian

gaji

perusahaan

organisasinya.
Hariandja

Ditambahkan

(2002)

bahwa

faktor-

dengan

memberikan

yang

cukup,

perhatian terhadap kebutuhan rohani.

faktor yang mempengaruhi loyalitas

Timbulnya persepsi positif

kerja karyawan, antara lain: jumlah

atau

pembayaran (gaji) yang diterima dan

pemberian insentif terkait dengan

insentif

dari

upaya yang telah dilakukan oleh

pelaksanaan kerja apakah sesuai

pihak perusahaan Jika perusahaan

dengan kebutuhan dan dirasakan

memberikan insentif sesuai dengan

adil.

peraturan

sebagai

Ranupandojo
(2000)

akibat

dan

menyatakan

negatif

karyawan

pemerintah

terhadap

ataupun

kesepakatan antara pihak manajemen

Husnan

perusahaan dengan karyawan dalam

apabila

8

hal misalnya

pemberian berupa

semakin tinggi pula loyalitas kerja.

bonus, promosi, pujian, dan fasilitas-

2.

Sumbangan

efektif

fasilitas yang diberikan perusahaan,

persepsi terhadap insentif terhadap

bimbingan

dan

loyalitas

pimpinan,

maka

kesadaran

dalam

bahwa

pengarahan

dirinya

akan
diri

dari
timbul

ditunjukkan

sebesar
oleh

28,5%
koefisien

determinan (r2) sebesar 0,285.

karyawan

merasa

kerja

dihargai,

3. Rerata empirik sebesar

dibutuhkan dan selalu diikut sertakan

92,255 dan rerata hipotetik sebesar

dalam kegiatan yang bertujuan untuk

87,5 yang berarti persepsi terhadap

kemajuan

insentif

perusahaan.

Insentif

pada

subjek

penelitian

sebagai stimulus yang dimaksudkan

tergolong sedang. Variabel loyalitas

untuk memotivasi karyawan, guna

kerja mempunyai rerata empirik

meningkatkan
semaksimal

usaha

yang

sebesar 111,947 dan rerata hipotetik

mungkin

dalam

sebesar 112,5 yang berarti loyalitas

maka insentif

kerja subjek penelitian tergolong

pekerjaan mereka,

berfungsi sebagai motivasi utama

sedang.

seseorang untuk menjadi karyawan
serta

pendorong

semangat

Saran

dan

Peneliti lain yang tertarik

kegairahan kerja karyawan sehingga
secara

tidak

langsung

untuk mengadakan penelitian yang

dapat

sama

memperkuat loyalitas kerja.

diharapkan

menyertakan

variabel atau faktor -faktor lain yang
mempengaruhi

KESIMPULAN DAN SARAN

misalnya

Kesimpulan

kerja,

masa

kerja,

usia,

kepemimpinan,

1. Nilai koefisien korelasi (r)

loyalitas
lingkungan

kerja.

sebesar 0,534; p = 0,000 (p < 0,01)

Selain itu agar penelitian lebih

artinya ada hubungan positif yang

mendalam peneliti selanjutnya dapat

sangat signifikan antara persepsi

melengkapi alat

terhadap insentif

dengan loyalitas

kerja.

tinggi

Semakin

persepsi terhadap insentif

ukur penelitian

dengan interview atau wawancara
langsung

(positif)
maka

9

kepada

karyawan,

personalia maupun kepada pimpinan
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Jewell & Siegall. 1998. Psikologi
Industry/Organisasi Modern.
Edisi
2.
(terjemahan
Pudjaatmaka).
Jakarta:
Arcan.
Manullang.
2004.
Manajemen
Personalia . Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Martoyo, S. 1996. Manajemen
Sumber Daya Manusia Edisi
ke-2. Yogyakarta: BPFE
UGM.
Rachmawati, E.N. 2002. Paradigma
Baru MSDM. Merit Pay:
Meningkatkan
atau
Menghalangi
Kinerja.
Yogyakarta: Amara Books.

Ranupandojo, H. dan Husnan, S.
2000.
Manajemen
Personalia .
Yogyakarta:
BPFE UGM
Siswanto. 2002. Manajemen Tenaga
Kerja . Bandung: Sinar Baru.
Steers, R. M. dan Porter, L. W. 2003.
Motivational
and
Work
Behavior. New York: Mc.
Graw-Hill Book Company.
Sunyoto. 2001. Psikologi Industri
dan Organisasi. Jakarta:
Universitas Indonesia.

10