HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF Hubungan Antara Persepsi Terhadap Insentif Dengan Kinerja Karyawan.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF
DENGAN KINERJA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajat Sarjana S-1

Diajukan oleh:
Wijaya Mukti Sri Untari
F 100 080 146

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF
DENGAN KINERJA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Disusun oleh :

Wijaya Mukti Sri Untari
F 100 080 146

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ii

EI]BI]NGAN AITTARA PERSEPST TIEREADAP IITSENTM'
DEFGAN KIIIURJA KARYAWAN

Yang dipersirykan dan disusun oleh

:


Wiiava Mukti Sri, Unteri
F t00060146

Telah

didepandeuranpcnguji
Pada Rtrr 12 ftmi 2013
dan dinyatakan telah meme,nuhi syarat

Pengujiuama
Drs. Dlohemnrd Amii. NI,Sfi
Penguji pendamping

I

fu/6

T

Drl. T,rhrntnl r]vrrn- IW-Si

P€ngqii pendmping tr

/*"

I)re- Rini f,cstrri. lltr-Si
Surakrta,

04 Juli 2013

(Susatyo Ynwono, S.Psi, D[,SD
iv

E

ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF
DENGAN KINERJA KARYAWAN
Wijaya Mukti Sri Untari
Mohammad Amir
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kinerja tinggi dari setiap pegawai merupakan hal yang sangat diinginkan oleh semua
perusahaan. Semakin banyak pegawai yang memiliki kinerja tinggi, maka produktivitas
perusahaan secara keseluruhan akan semakin meningkat dan organisasi dapat bertahan dalam
persaingan bisnisnya. Kinerja tinggi akan tercapai apabila perusahaan memperhatikan kebutuhan
yang diperlukan oleh karyawan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut diantaranya yaitu insentif.
Insentif sebagai bagian dari sistem imbalan yang komprehensif dan tidak terbatas pada gaji atau
upah saja diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengatahui hubungan antara persepsi terhadap insentif dengan kinerja pada karyawan. Adapun
hipotesis yang diajukan ada hubungan positif antara persepsi terhadap insentif dengan kinerja
karyawan.
Subjek penelitian adalah karyawan produksi CV. Pustaka Bengawan Sukoharjo sebanyak
80 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive non random sampling. Alat
pengumpulan data menggunakan skala persepsi terhadap insentif dan dokumentasi kinerja
karyawan. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi product moment.
Berdasarkan hasil product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,504; p =
0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
persepsi terhadap insentif dengan kinerja. Sumbangan efektif persepsi terhadap insentif terhadap
kinerja sebesar 25,4%. Persepsi terhadap insentif mempunyai rerata empirik sebesar 84,650,dan
rerata hipotetik sebesar 85 yang berarti persepsi terhadap insentif pada subjek penelitian tergolong
sedang. Variabel kinerja diketahui rerata empirik sebesar 77,350 berdasarkan norma kategori

kinerja skor tersebut masuk dalam kategori baik.
Kesimpulan penelitian menyatakan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
persepsi terhadap insentif dengan kinerja, namun generalisasi hasil-hasil penelitian terbatas pada
subjek dan lokasi penelitian dilakukan yaitu karyawan bagian produksi CV. Pustaka Bengawan.

Kata kunci:
persepsi terhadap insentif, kinerja

v

Malaysia (26), Thailand (38). Hal ini diduga

PENDAHULUAN
Kinerja tinggi dari setiap pegawai

kuat karena kualitas sumber daya manusia

merupakan hal yang sangat diinginkan oleh

Indonesia rendah dan tidak mampu bersaing


semua perusahaan. Semakin banyak pegawai

dengan negara lain.

yang

memiliki

kinerja

tinggi,

Gambaran

maka

kondisi

kinerja


yang

produktivitas perusahaan secara keseluruhan

menurun juga terjadi pada CV. Pustaka

akan semakin meningkat dan organisasi dapat

Bengawan. Berdasarkan wawancara penulis

bertahan dalam persaingan bisnisnya. Kinerja

dengan salah satu personalia pada Februari

pegawai merupakan istilah yang berasal dari

2013, ditemukan indikasi menurunnya kinerja

kata job Performance atau actual perfomance


karyawan, yaitu tidak mampu mencapai target

(prestasi karya atau kinerja sesungguhnya

dan terjadi kesalahan perhitungan dalam

yang

Menurut

proses pemasaran atau pendistribusian produk

Mangkunegara (2004) bahwa kinerja pegawai

buku atau LKS pada beberapa daerah tertentu.

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

Misalnya verifikasi awal karyawan diprediksi


yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

diiharapkan

melaksanakan

10.000

dicapai

seseorang).

tugasnya

sesuai

dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Pada

kenyataannya

mampu

eksemplar,

mencetak
namun

sebanyak

pada

proses

finishing hanya menghasilkan 7.500 eksmplar.

kondisi


Akibatnya

terjadi

kekurangan

produk

produktivitas kerja sumber daya manusia

sebanyak 2.500 eksemplar yang tidak dapat

Indonesia masih belum memadai atau dapat

terpenuhi.

dikatakan masih rendah, dilihat dari Survey

Penelitian

Armansyah

(2002)

Insititute for Management of Development,

menyatakan salah satu cara pemaksimalan

Swiss, World Competitiveness Book 2011

kinerja

(dalam

mendapatkan insentif pada seluruh tingkat

kompascybermedia.com,

2012)

adalah

sepadan

kesempatan

memaparkan peringkat produktivitas kerja

organisasi

Indonesia berada pada posisi 44 dari 139

tanggung jawab atau kontribusinya terhadap

negara yang disurvei. Selanjutnya negara-

perusahaan.

Kontribusi

negara Asia lainnya berada di atas Indonesia

diharapkan

dapat

seperti Swiss (peringkat 1), Singapura (3),

insentif.

Pemberian

1

agar

memberikan

dengan

kinerja

ditingkatkan
insentif

tingkat

karyawan
melalui
terhadap

karyawan pada suatu perusahaan merupakan

mengadakan penelitian berjudul: Hubungan

salah satu sasaran penting bagi karyawan

antara persepsi terhadap insentif dengan

untuk

kinerja karyawan.

memenuhi

kebutuhannya,

yang

diharapkan oleh perusahaan dapat mendorong

Kinerja merupakan suatu konsep yang

karyawan mencapai atau bahkan melampaui

bersifat universal yang merupakan efektifitas

target yang ditetapkan.

operasional

Karyawan yang mempersepsi secara
positif

merasa

bagian

organisasi, dan karyawannya berdasarkan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan

sehingga akan merasa tenang dalam bekerja,

sebelumnya (Siagian, 2004). Mangkunegara

bersemangat dan memiliki kepuasan pada

(2004) mengemukakan kinerja merupakan

pekerjaannya, karyawan yang merasa puas

ukuran

dengan pekerjaan yang dilakukan diharapkan

seseorang melaksanakan tugas-tugas yang

akan bekerja lebih tekun dan

menjadi tanggung jawabnya. Organisasi pada

sehingga

meningkatkan

jasanya

organisasi,

dihargai

tinggi

insentif

suatu

diharapkan

kinerjanya.

bermotivasi

keberhasilan

atau

kesuksesan

pula

dapat

dasarnya dijalankan oleh manusia maka

Namun

pada

kinerja sesungguhnya merupakan perilaku

kenyataannya pada masa sekarang masih

manusia

peran

yang

banyak permasalahan yang dialami antara

dilakukan dalam suatu organisasi

untuk

karyawan

contohnya

memenuhi

standar

karyawan menuntut perusahaan memberikan

ditetapkan

agar

insentif yang sesuai harapan karyawan, namun

tindakan yang diinginkan.

dengan

perusahaan

disisi lain perusahaan kerap tidak memenuhi
tuntutan

karyawan

dengan

dalam

memainkan

perilaku

yang

membuahkan

telah

hasil

dan

Aspek-aspek pengukuran kinerja yang

berdalih

digunakan oleh pihak perusahaan yaitu:

perusahaan merugi ataupun untuk efisiensi.

a. Aspek pengetahuan, meliputi (1)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas,

kemauan belajar untuk memenuhi tuntutan

maka rumusan masalah yang dibuat adalah:

kerja

Apakah ada hubungan antara persepsi insentif

mengenali

dengan kinerja karyawan? Mengacu dari

dengan pekerjaan (3) kemampuan

rumusan masalah tersebut peneliti tertarik

alternatif

untuk

pekerjaannya;

mengkaji

secara

empirik

dan
2

(2)

kemampuan
permasalahan

pemecahan
(4)

mendeteksi
yang

dan

berkaitan
mencari

masalah

dalam

pemahaman

tentang

peranan, fungsi, tugas dan tanggung jawab

Berdasarkan uraian di atas dapat

jabatan; (5) pengetahuan dan pemahaman

disimpulkan bahwa aspek-aspek kinerja yang

sistem kerja dan organisasi di bagiannya.

digunakan terdiri dari empat aspek yaitu aspek

b. Aspek kecakapan dan keterampilan,

pengetahuan, kecakapan dan keterampilan,

meliput; (6) kemampuan melaksanakan tugas

sikap dan perilaku serta aspek motivasi.

dan pekerjaannya; (7) kualitas hasil dan
penyelesaian
ketepatan

tugas;
waktu

(8)
dalam

kecepatan

Pada konteks perusahaan, pemberian

dan

insentif

merupakan

penghargaan

yang

menyelesaikan

dirancang untuk memberi semangat dan ganti

pekerjaan; (9) kemampuan berkomunikasi

rugi atas usaha karyawan untuk menghasilkan

dengan atasan dan rekan kerja; (10) kecepatan

sesuatu yang sesuai atau melebihi standar,

dan ketepatan memecahkan masalah dan

dijelaskan Rachmawati (2002) bahwa insentif

mengambil keputusan.

adalah perangsang atau objek eksternal yang

c. Aspek sikap dan perilaku meliputi;

cenderung

membangkitkan

motivasi,

(11) tingkat kreativitas dan inisiatif dalam

dorongan dan tingkah laku untuk mencapai

bekerja; (12) kerjasama tim dalam bagian

sasaran atau tujuan tertentu.

yang sama; (13) sikap dan perilaku (kejujuran

Menurut

pendapat

Plowman

dan

& etika) dalam mengemban tanggung jawab

Peterson (Manullang, 2000) bentuk-bentuk

jabatan, tugas dan pekerjaan (14) sikap

insentif dapat dibagi menjadi tiga:

menjunjung

tinggi

profesioalisme

dalam

a.

bekerja; (15) kedisiplinan dan kepatuhan

insentif),

terhadap

keuangan

peraturan

perusahaan;

(16)

Financial

yaitu
yang

incentive

dorongan
pokok

(financial

yang
dan

bersifat
termasuk

kemampuan beradaptasi dengan orang lain /

didalamnya

baru; (17) menunjukkan kepemimpinan diri

keuntungan perusahaan selain gaji pokok,

dan terhadap orang lain; (18) menjaga

seperti bonus, profit sharing atau pembagian

penampilan dan memiliki rasa percaya diri; d.

keuntungan dan lain sebagainya.

Aspek motivasi meliputi antara lain ; (19)

b.

mendapatkan

Non

financial

bagian

incentive

dari

(non

kemauan dan kesungguhan dalam bekerja (20)

financial insentif); misalnya lingkungan kerja

keuletan dalam bekerja.

yang nyaman, jam kerja, istirahat, peralatan
dan fasilitas kerja, seragam, sarana olahraga,
3

sistem cuti, lembur, tunjangan pendidikan,

analisis data menggunakan teknik

dan sebagainya

product moment.

c. Social incentive (sosial insentif),

pemberian

insentif

ini

misalnya

korelasi

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan

sikap

hasil

perhitungan

pimpinan terhadap aspirasi atau keinginan

diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar

karyawan, kerjasama, hubungan karyawan

0,504; p = 0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut

dengan pimpinan, hubungan karyawan dengan

menunjukkan ada hubungan positif yang

rekan kerja dan sebagainya.

sangat signifikan antara persepsi terhadap
insentif dengan kinerja. Semakin tinggi atau

Berdasarkan beberapa pendapat dan
ualasan yang telah dikemukakan para ahli

positif

sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan

semakin tinggi kinerja, begitu sebaliknya

dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan

semakin rendah atau negatif persepsi terhadap

positif

insentif

insentif maka semakin rendah kinerja. Hasil

dengan kinerja”. Semakin tinggi (positif)

penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis

persepsi insentif maka akan semakin tinggi

yang berbunyi: “Ada hubungan positif antara

kinerja karyawan, begitu pula sebaliknya

persepsi terhadap insentif dengan kinerja pada

semakin rendah (negatif) persepsi terhadap

karyawan” dapat diterima. Dari hasil analisis

insentif maka akan semakin rendah kinerja

diketahui koefisien determinan (r2) = 0,254.

karyawan.

Hal ini berarti sumbangan efektif persepsi

antara

persepsi

terhadap

persepsi

terhadap insentif

terhadap

insentif

maka

terhadap kinerja sebesar

25,4%, artinya masih terdapat 74,6% faktorMETODE

faktor lain yang mempengaruhi kinerja selain

Subjek penelitian adalah karyawan

variabel persepsi terhadap insentif misalnya

produksi CV. Pustaka Bengawan Sukoharjo
sebanyak 80 orang.

Teknik

kondisi fisik, kemampuan dan keterampilan,

pengambilan

etos kerja, motivasi kerja, lingkungan kerja.

sampel menggunakan purposive non random
sampling.

Alat

pengumpulan

Berdasarkan hasil analisis diketahui

data

variabel persepsi terhadap insentif mempunyai

menggunakan skala persepsi terhadap insentif

rerata empirik sebesar 84,650 dan

dan dokumentasi kinerja karyawan. Metode

rerata

hipotetik sebesar 85 yang berarti persepsi
4

terhadap insentif pada subjek penelitian

kegiatan yang bertujuan untuk kemajuan

tergolong sedang. Variabel kinerja diketahui

perusahaan. Insentif sebagai stimulus yang

rerata empirik sebesar 77,350 berdasarkan

dimaksudkan untuk memotivasi karyawan,

norma kategori kinerja skor tersebut masuk

guna meningkatkan usaha yang semaksimal

dalam kategori baik. Hasil lengkap frekuensi

mungkin dalam pekerjaan mereka,

dan kategori persepsi terhadap insentif dan

insentif berfungsi sebagai motivasi utama

kinerja dapat dilihat pada tabel berikut :

seseorang untuk menjadi karyawan serta

Berdasarkan hasil analisis diketahui

maka

pendorong semangat dan kegairahan kerja

variabel persepsi terhadap insentif mempunyai

karyawan.

rerata empirik sebesar 84,650 dan rerata

Jewell

dan

Siegall

bahwa

sikap

(1998)

hipotetik sebesar 85 yang berarti persepsi

menyatakan

terhadap insentif pada subjek penelitian

karyawan ditentukan oleh imbalan (insentif).

tergolong sedang. Variabel kinerja

diketahui

Imbalan yang diterima dari perusahaan, dapat

rerata empirik sebesar 77,350 berdasarkan

berupa materi maupun non materi termasuk di

norma kategori kinerja skor tersebut masuk

dalamnya

dalam kategori baik.

Besarnya kompensasi biasanya ditentukan

adalah

dan

yang

masalah

perilaku

kompensasi.

Timbulnya persepsi positif atau negatif

oleh kasil kerja karyawan dalam usahanya

karyawan terhadap pemberian insentif terkait

mencapai tujuan yang ungin dicapai oleh suatu

dengan upaya yang telah dilakukan oleh pihak

perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang

perusahaan

memberikan

dikemukakan oleh Armstrong (2001) tentang

insentif sesuai dengan peraturan pemerintah

salah satu tujuan penilaian prestasi kerja

ataupun kesepakatan antara pihak manajemen

adalah membantu dalam memastikan kenaikan

perusahaan dengan karyawan dalam hal

gaji yang seimbang antara tingkat prestasi

misalnya pemberian berupa bonus, promosi,

dengan tingkat gaji, sehingga dapat dikatakan

pujian, dan fasilitas-fasilitas yang diberikan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

perusahaan, bimbingan dan pengarahan dari

prestasi kerja adalah adanya insentif. Hal

pimpinan, maka akan timbul kesadaran dalam

tersebut

diri karyawan bahwa dirinya merasa dihargai,

bekerja pasti ada sesuatu yang ingin didapat

dibutuhkan dan selalu diikut sertakan dalam

atau dicapai.

Jika

perusahaan

5

menunjukkan

bahwa

seseorang

Menurut

Robbins

insentif

persepsi terhadap insentif maka semakin tinggi

merupakan daya tarik yang menyebabkan

kinerja, begitu sebaliknya semakin rendah

seseorang melakukan sesuatu karena bisa

persepsi terhadap insentif maka semakin

mendapat

rendah kinerja karyawan.

imbalan

(2006)

yang

memuaskan
bisa

2. Koefisien determinan (r2) = 0,254.

mengakibatkan gairah kerja individu menurun

Menunjukkan sumbangan efektif persepsi

dan

terhadap insentif

kebutuhannya.

lama

Hal

kelamaan

ini

tentu

dapat

memudarkan

terhadap kinerja sebesar

komitmen karyawan terhadap perusahaan atau

25,4%, artinya masih terdapat 74,6% faktor-

organisasinya.

Husnan

faktor lain yang mempengaruhi kinerja selain

(2000) menyatakan apabila perusahaan telah

variabel persepsi terhadap insentif misalnya

memberikan fasilitas–fasilitas memadai dan

kondisi fisik, kemampuan dan keterampilan,

diterima oleh karyawannya, maka kesetiaan

etos kerja, motivasi kerja, lingkungan kerja.

Ranupandojo

dan

karyawan terhadap perusahaan semakin besar,

3.

Persepsi

terhadap

insentif

maka timbul dorongan yang menyebabkan

mempunyai rerata empirik sebesar 84,650 dan

karyawan melakukan pekerjaan menjadi lebih

rerata hipotetik sebesar 85 yang berarti

giat lagi. Fasilitas–fasilitas yang diterima oleh

persepsi

karyawan sehingga karyawan mau bekerja

penelitian tergolong sedang. Variabel kinerja

sebaik

diketahui

mungkin

perusahaan,

dan

tetap

hendaknya

loyal

pada

perusahaan

terhadap

rerata

insentif

pada

empirik sebesar 77,350

berdasarkan norma kategori kinerja

memberikan imbalan yang sesuai kepada

subjek

skor

tersebut masuk dalam kategori baik.

karyawannya.
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN
Pimpinan perusahaan

Kesimpulan

Bengawan

1. Nilai koefisien korelasi (r) sebesar

melaksanakan

sangat signifikan antara persepsi terhadap
kinerja.

Semakin

lebih

pada karyawan, sehingga karyawan dapat

menunjukkan ada hubungan positif yang

dengan

diharapkan

memperhatikan pemberian insentif yang layak

0,504; p = 0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut

insentif

Sukoharjo

CV. Pustaka

kegiatan

bekerja

dan

menghasilkan kinerja secara optimal sesuai

tinggi

harapan perusahaan dan karyawan itu sendiri.
6

(Terjemahan: Pudjaatmaka). Jakarta:
Arcan.
Mangkunegara. A.A.P. 2004. Psikologi
Perusahaan. Bandung : PT. Tirtaganda
Karya.

Karyawan CV. Pustaka Bengawan
Sukoharjo

diharapkan

dapat

menghargai

semua insentif yang diberikan perusahaan dan
selalu berusaha melaksanakan semua tugas

Manullang, M. 2000. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta: Andi.

dan tanggung jawab kerja secara optimal.
Peneliti

lain

yang

tertarik

untuk

Rachmawati, E.N. 2002. Paradigma Baru
MSDM. Merit Pay: Meningkatkan atau
Menghalangi Kinerja. Yogyakarta:
Amara Books.

mengadakan penelitian yang sama diharapkan
menyertakan variabel atau faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kinerja, misalnya usia,
masa kerja, kepemimpinan, lingkungan kerja.

Ranupandojo, H. dan Husnan, S. 2000.
Manajemen Personalia . Yogyakarta:
BPFE UGM

Selain itu agar penelitian lebih mendalam
peneliti selanjutnya dapat melengkapi alat
ukur

penelitian

dengan

interview

Robbins, S.P. 2006. Perilaku Organisasi,
Versi Bahasa Indonesia: Konsep,
Kontroversi
Dan Aplikasi. Edisi
Kedelapan, Jakarta: PT. Prenhallindo.

atau

wawancara

langsung

kepada

karyawan,

personalia

maupun

kepada

pimpinan

perusahaan.

Siagian, S.
2004. Kiat Meningkatkan
Produktivitas Kerja . Jakarta : Bina
Aksara.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, M. 2001. Manajemen Sumber
Daya Manusia .
Jakarta : PT.
Gramedia Elex Media Komputindo.

website
Kompascybermedia.com.
2012.
Analisis
Berita : Buruh Ketenagakerjaan.
Kompascybermedia.com.
w/bb_024p2.asp./2008/05/09.html.
Akses 14 Februari 2013.

Armansyah, 2002. Komitmen Organisasi Dan
Imbalan Finansial. Jurnal Ilmiah
Manajemen dan Bisnis Program
Studi
Manajemen,
Fakultas
Ekonomi,
Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara Vol.
02 No. 02. Hal 33-45 Oktober 2002.
Jewell

&
Siegall,
1998.
Psikologi
Industri/Organisasi Modern. Edisi 2.

7