PENGARUH PENGGUNAAN SUMBER PRIMER DALAM PEMBELAJARAN IPS/ SEJARAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan di sekolah dasar dan menengah. Pengertian PIPS di Indonesia sebagaimana yang terjadi di sejumlah negara pada umumnya masih dipersepsikan secara beragam. Definisi yang sudah lama dirumuskan oleh Somantri (2001:92) yang dikemukan dalam Forum Komunikasi II Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia / HISPIPSI (sekarang berubah menjadi Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia / HISPISI), mengemukakan bahwa PIPS sebagai penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis /psikologis untuk tujuan pendidikan. Pada tahun 1993, NCSS merumuskan definisi social studies sebagai berikut.

Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promate civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and socialolgy, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.

Selanjutnya Somantri (2001, 112-113) mengemuakan pula pembelajara IPS pada saat ini mengalami beberapa kelemahan antara lain (1). kurang


(2)

memperhatikan perubahan-perubahan dalam tujuan, fungsi, dan peran PIPS di sekolah. Tujuan pembelajaran kurang jelas dan tidak tegas; (2) Posisi, peran, dan hubungan fungsional dengan bidang studi lainnya terabaikan.Informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket dan kurang mendayagunakan sumber-sumber lainnya; (3) Lemahnya transfer informasi konsep ilmu-ilmu social output PIPS tidak memberi tambahan daya dan tidak pula mengandung kekuatan; (4) guru tidak dapat meyakinkan siswa untuk belajar PIPS lebih bergairah dan bersungguh-sungguh. Siswa tidak dibelajarkan untuk membangun konseptualisasi yang mandiri; (5) Guru lebih mendominasi siswa (teacher centered), kadar pembelajaran rendah, kebutuhan belajar siswa tidak terlayani; (6) Belum membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan demokrasi sosial kemasyarakatan dengan melibatkan sisiwa dan seluruh komunitas sekolah dalam berbagai aktifitas kelas dan sekolah .

Oleh karena itu IPS merupakan bagian dari fungsi sekolah untuk memelihara martabat masyarakat melalui penanaman nilai. Salah satu nilai fokus yang ditanamkan dalam pembelajaran IPS adalah nilai kemanusiaan dalam suatu kelembagaan (pranata) dan kontribusi baik antar manusia maupun manusia dengan lingkungannya. Selain itu penekanan pembelajaran IPS diarahkan guna membantu siswa mengembangkan kompetensi dan sikap sebagai warga negara, yakni bagaimana siswa belajar hidup dalam masyarakat. Untuk membantu siswa mencapai keberhasilan berpartisipasi dalam kehidupan


(3)

bermasyarakat, siswa diharapkan harus dapat menguasai paling tidak empat tujuan umum, yakni : (1) pengetahuan, (2) keterampilan, (3) sikap dan nilai, serta (4) kegiatan bermasyarakat. Keempat tujuan ini direfleksikan dengan isu-isu dan masalah-masalah yang berkembang dalam masyarakat sehingga siswa dapat menangkap dan memahami adanya perbedaan demokrasi secara ideal dengan realitas sosial ( Schuncke, 1988 : 4).

Salah satu bagian dari pendidikan IPS adalah pendidikan sejarah. Pendidikan sejarah merupakan media pendidikan yang paling ampuh untuk memperkenalkan kepada siswa tentang sejarah bangsanya. Melalui pendidikan sejarah siswa dapat melakukan kajian mengenai apa dan mengapa, bagaimana, serta akibat apa yang timbul dari jawaban masyarakat bangsa di masa lampau tersebut terhadap tantangan yang mereka hadapi serta dampaknya bagi kehidupan pada masa sesudah peristiwa itu dan masa kini. Pendidikan sejarah mampu mengembangkan potensi siswa untuk mengenal nilai- nilai bangsa yang terus bertahan, berubah, dan menjadi milik bangsa masa kini. Oleh karena itu melalui pendidikan sejarah belajar mengenal bangsanya dan dirinya. Cartwright (dalam Hasan, 2007: 1) mengatakan bahwa "our personal identity is the most important thing we possess" dan materi sejarah memberikan kontribusi utarna untuk mengenal "identity" tersebut. Selanjutnya Cartwright (Hasan , 2007: 2) mengemukakan bahwa identitas pribadi atau kelompok tersebut "defines who and what we are The way we feel about ourselves, the way we express ourselves and the way other people see us are all vital elements in the composition of our individual personality".


(4)

Untuk melaksanakan tujuan di atas maka siswa dalam pembelajaran sejarah harus mendapatkan informasi kesejarahan dari guru yang berhubungan dengan ciri peristiwa sejarah. Imajinasi diperlukan siswa, karena siswa diajak guru memahami suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Peristiwa masa lampau sebagai peristiwa sejarah tersebut dari segi waktu adalah peristiwa yang sudah lama terjadi dan perwujudannya hanya berupa rekontruksi sumber-sumber tentang masa lalu. Tempat dan pelaku dalam peristiwa tersebut tidak dikenal dan sudah tidak dapat dihubungi. Gambaran peristiwa sejarah yang diterima siswa selanjutnya dihafalkan, dihayati dan diamalkan. Permasalahan timbul sehubungan dengan ketrampilan pembelajaran yang diperlukan, agar gambaran sejarah tersebut dapat dipahami dan digambarkan siswa secara benar atau mendekati objektif.

Pembelajaran sejarah agar menarik dan menyenangkan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain mengajak siswa pada peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar mereka. Lingkungan di sekitar siswa terdapat berbagai peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu. Umumnya siswa akan lebih tertarik terhadap pembelajaran sejarah bila berhubungan dengan situasi nyata di sekitarnya, sehingga siswa dapat menggambarkan suatu peristiwa masa lalu seperti dalam pembelajaran sejarah. Salah satu cara untuk mewujudkan strategi tersebut adalah dengan mengenalkan siswa pada sumber primer dalam pembelajaran sejarah. Sumber primer ini sangat penting untuk mengurangi verbalisme dalam pemahaman siswa khususnya dalam pelajaran IPS / Sejarah Primary source is


(5)

a term used in a number of disciplines to describe source material that is closest to the person, information, period, or idea being studied (Gibson, 2011:1).

Yang dimaksud dengan sumber primer dalam sejarah adalah sumber yang direkam dan disampaikan secara langsung oleh para saksi mata (eyewitness). Dalam studi sejarah, sumber utama / primer disebut juga sumber asli atau bukti. Contoh sumber primer adalah artefak, dokumen, rekaman, atau sumber informasi lain yang diciptakan pada saat yang diteliti. Begitu banyak sumber primer yang ada di sekitar lingkungan kita. Penggunaan sumber primer yang ada di lingkungan siswa dalam pembelajaran sejarah dapat dipandang sebagai alternatif yang tepat. Peristiwa sejarah termasuk sumber primer yang ada di sekitar siswa diharapkan dapat membantu memahami bentuk-bentuk peristiwa masa lalu dan terjadinya suatu peristiwa masa lalu. Selain itu siswa mampu menggambarkan suatu peristiwa sejarah. Dengan penggunaan peristiwa sejarah termasuk sumber primer di sekitar siswa dapat digunakan sebagai contoh untuk menerangkan konsep-konsep kesejarahan, misalnya konsep tentang kepahlawanan, penjajahan ,perjuangan, perlawanan dan kolonialisme (Isjoni, 2007:15-16).

Pembelajaran sejarah dengan sumber –sumber primer bisa dengan menggunakan bangunan fisik asli, dokumen asli, rekaman suatu peristiwa dan lain-lain. Menurut Garvey dan Krug ( dalam Isjoni, 2007: 93) menyebutkan: “A period of revision directed to a wall map of the area, a period of individual reading of the cyclo styled material, then a teacherdirected discussion of the documents” (Isjoni, 2007: 93). Periode revisi diarahkan pada suatu peta dinding tentang suatu area, suatu periode dari materi, kemudian guru mengarahkan diskusi


(6)

dokumen. Dasar penggunaan dokumen dalam pembelajaran di dalam kelas adalah argumen dari Bruner, Garvey dan Krug (dalam Isjoni, 2007: 94) dengan konsepnya tentang struktur pengetahuan yang mengajak siswa berfikir. There are of course several ways of practicing a mode of thinking. If we read a good monograph, we follow the line of thought structures of a professional historian. Terdapat beberapa cara latihan suatu gaya berfikir. Jika kami membaca suatu monograf yang baik maka kami harus mengikuti baris pikiran. Oleh karena itu, berlatih dengan sumber primer seolah-olah mengalami sendiri struktur pikiran sejarawan profesional. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan sumber atau dokumen primer menurut Garvey dan Krug ”...to stimulute the imagination and help to develop the iconic stage of historical thinking”. Dokumen asli dapat menstimulus imaginasi dan membantu mengembangkan tahap ikonik tentang berfikir sejarah (Isjoni, 2007: 94)

Menurut Keatings (dalam Kocchar, 2008: 350) sumber yang asli dapat digunakan untuk menciptakan suasana belajar. Penggunaan media sumber ini mempunyai beberapa tujuan untuk kemajuan siswa antara lain:

1). Mengembangkan pemikiran kritis dengan menggunakan sumber dan menekankan bukti sejarah.

2). Membentuk penilaian mandiri dari mereka sendiri melalui analisis yang kritis terhadap sumber-sumbernya.

3). Mengembangkan ketrampilan dasar dalam mengumpulkan data, menyaring masalah yang relevan, mengaturnya, dan menginterpretasinya.


(7)

4). Menciptakan suasana yang sesuai agar orang-orang dan peristiwa-peristiwa bersejarahnya realitis bagi siswa.

5). Merangsang imajinasi siswa untuk merekonstruksi masa lalu

6). Mengembangkan dan meningkatkan minat dalam mempelajari sejarah dengan perspektif yang benar (Kochhar, 2008: 348).

Selanjutnya menurut Garvey , Krug, Sylvester dan Mays (dalam Isjoni, 2007: 95) menyatakan bahwa pemakaian sumber primer dalam pembelajaran sejarah ini sangat dianjurkan. Selanjutnya menurut Ghosh (dalam Isjoni, 2007: 95) menyatakan bahwa sumber primer dapat menghidupkan sejarah pada anak dengan memberikan mereka perasaan dan suasana tentang masa lalu. Pendapat ini juga didukung oleh Keatings (dalam Kochhar, 2008; 355) yang berpendapat bahwa sumber asli dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan memotivasi. Dengan menghadirkan sumber primer dapat meningkatkan ketampilan sosial siswa. Menurut Pulglisi (dalam Hasan, 1985: 115) bahwa dengan sumber primer siswa dengan bimbingan guru dilatih menemukan bukti-bukti tentang peristiwa masa lampau, mengolah bukti-bukti tersebut dan menyusunnya menjadi suatu cerita sejarah. Pengembangan pengajaran sejarah yang mengaktifkan siswa tersebut tidaklah serumit yang dilakukan para calon sejarawan di tingkat latihan perguruan tinggi. Apa yang dilakukan siswa SMP barulah pada tingkat orientasi pada pengenalan sumber primer. Mereka baru belajar untuk mengetahui apa sesungguhnya sejarah dengan cara apa yang dikenal dalam literatur kependidikan sebagai learning by doing ( Devaux dan Normand dalam Hasan, 1985: 117)


(8)

Sebagai sumber yang tidak ternilai bagi pendidikan sejarah, sumber primer memberikan kemungkinan yang tidak terbatas bagi siswa untuk dilatih ke arah learning by observing pada bagian hasil karya dan prestasi masyarakat dan bangsanya. Kemampuan yang diperoleh dari learning by observing dapat digunakan untuk mempelajari apa yang sedang terjadi dimasyarakat dan mendekatkan sejarah sebagai pelajaran untuk kehidupan. Dengan adanya sumber belajar konkrit bagi siswa dan dapat mengurangi verbalisasi belajar sejarah. Dari benda konkrit yang mereka amati yang dijadikan sumber sejarah mereka akan sedikit demi sedikit diajak ke jenjang berfikir abstrak yang makin lama makin tinggi. Lagi pula dengan adanya koleksi tersebut pendidikan sejarah dapat menerapkan proses pendidikan konsep. Consept Formation dan Consep Dicrimination yang akan menjadi dasar kuat bagi pengembangan kemampuan berfikir analisis dan kausalitas (Hasan, 2006 : 4).

Pengamatan langsung terhadap benda-benda asli atau primer dalam sejarah akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengagumi kemampuan masyarakat yang menghasilkannya. Siswa diberi kesempatan yang luas untuk mengetahui bagaimana suatu karya atau prestasi dihasilkan setiap karya dan prestasi memerlukan ketrampilan, dedikasi, waktu, inisiatif dan resiko. Atas dasar ini maka apresiasi dapat dikembangkan tetapi juga karya dan prestasi itu menjadi sumber inspirasi bagi Siswa. Mereka akan melihat bahwa merekapun akan mampu menghasilkan prestasi yang sama atau lebih baik dan lebih sesuai dengan masa kini.


(9)

Dari uraian di atas, penggunaan sumber primer dalam pendidikan sejarah sangat penting terutama untuk meningkatkan ketrampilan sosial siswa, mengurangi verbalitas dan untuk menyajikan cerita sejarah yang mendekati objektif. Selama ini diketahui masih banyak siswa dalam belajar sejarah hanya duduk, dengar catat dan bertanya tanpa melakukan eksperimen tentang keobjektifan sejarah. Selama ini guru Madrasah Tsaawiyah Negeri Piyungan sudah menyampaikan materi sejarah dengan menggunakan sumber-sumber sekunder berupa buku-buku teks pelajaran sejarah dan buku- buku sejarah lain yang mendukung materi tersebut. Sementara pemanfaatan terhadap sumber primer belum pernah dilaksanankan. Penulis ingin memberdayakan sumber primer yang ada dilingkungan sekolah untuk menunjang pembelajaran sejarah. Hal ini sangat menarik peneliti untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Sumber Primer Dalam Pembelajaran IPS/ Sejarah terhadap Hasil Belajar Siswa ( Studi Kuasi Ekperimen di MTs N Piyungan).

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diberikan perlakuan pengajaran yang menggunakan sumber primer dengan pengajaran yang tidak memakai sumber primer dalam pembelajaran IPS/ sejarah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Piyungan khususnya siswa kelas VIII?

Secara rinci rumusan masalah di atas dapat dikemukakan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(10)

1. Apakah terdapat perbedaan hasil pretest dan postest yang signifikan kelas eksperiment?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil pretest dan postest yang signifikan kelas kontrol?

3. Apakah terdapat perbedaan pretest dan postest yang signifikan antara kelas experiment dengan kelas kontrol?

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Perbedaan hasil pretest dan postest kelas eksperimen. 2. Perbedaan hasil pretest dan postest kelas kontrol.

3. Hasil pretest dan postest antara kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol.

4. Perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol sebelum dan sesudah perlakuan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Piyungan. Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian antara lain:


(11)

a. Memberikan masukan kepada stakeholder pendidikan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pendidikan khususnya untuk mata pelajaran IPS/ Sejarah di Madrasah Tsanawiyah.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk menjadikan pembelajaran sejarah dengan menggunakan sumber primer terhadap hasil belajar siswa sebagai alternative untuk dikembangkan dan ditetapkan dalam melaksanakan pembelajaran IPS/ Sejarah di Madrasah Tsanawiyah. c. Bagi pengawas dan perekayasa kurikulum ditingkat kabupaten dan

kota membantu mengembangkan wawasan tentang penerapan pembelajaran sejarah dengan menggunakan sumber primer terhadap hasil belajar siswa sebagai alternatife untuk dikembangkan dan ditetapkan dalam melaksanakan pembelajaran IPS/ sejarah di Madrasah Tsanawiyah.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan dalam meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di Madrasah Tsanawiyah.

b. Memberikan masukan terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran sejarah di Madrasah Tsanawiyah.

c. Memberikan masukan bagi guru bagaimana cara menerapkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan sumber primer terhadap hasil belajar siswa sebagai alternative untuk dikembangkan dan


(12)

ditetapkan dalam melaksanakan pembelajaran Sejarah di Madrasah Tsanawiyah.

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas yaitu penggunaan sumber primer (X) dalam pembelajaran IPS/ sejarah yang berkedudukan sebagai variabel independen. Kedua variabel terikat yaitu hasil belajar (Y) sebagai variabel dependen.

Tabel I.1 Variabel Penelitian

Variabel Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Variabel Independen

(Variabel Bebas)

Pembelajaran dengan menggunakan sumber primer (X1)

Model pembelajaran konvensional

Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Hasil Belajar (Y)

F. Definisi operasional Variabel

Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi operasional variabel sebagai berikut:

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah kesaksian daripada seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan pancaindera yang lain, atau dengan alat mekanik seperti diktafon yakni


(13)

orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya atau disebut saksi pandangan pertama (Louis Gottschalk dalam Nugroho, 2008: 43) . Sumber primer bisa berupa orang atau alat atau bangunan yang hadir pada peristiwa yang diceritakan. Sumber primer merupakan sumber asli dalam arti kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain melainkan berasal dari tangan pertama ( Sugiono dan Poerwantana, 1992:31-32).

Sumber primer yang digunakan penulis meliputi pertama : Sociofacts, yaitu organisasi aktivitas manusia dalam hubungannya dengan pasar, lembaga-lembaga politik dan masyarakat sipil misalnya situasi yang tercermin dalam vidio di sekitar peristiwa proklamasi. Kedua: Mentefacts adalah ide-ide, nilai-nilai dan keyakinan dari suatu budaya. Mentifacts disebut dalam studi ethnomathematics yang berarti "hasil tindakan intelektual yang tidak terwujud, seperti ide, konsep, teori, refleksi dan pikiran. Hal ini bisa dilihat dari ide proklamasi dan bahasa yang digunakan untuk meremuskan teks proklamaasi. Ketiga: Artefak, yaitu struktur material seperti bangunan, lansekap, infrastruktur. Penulis menggunakan bangunan atau benda-benda peninggalan penjajahan ( Ambari, 1998: 119).

Sumber primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah berupa sumber tertulis yang berupa teks proklamasi yang dtulis oleh IR Sukarno dan yang diketik Sayuti Melik, serta ketikan naskah pidato Sukarno tentang kemerdekaan Republik Indonesia di depan BPUPKI. Sumber primer yang berupa kebendaan yang digunakan oleh penulis adalah peninggalan benda-benda bersejarah dari para penjajah misalnya peninggalan bangunan , senjata, meriam dan mesin jahit yang sezaman dengan peristiwa proklamasi. Sumber primer yang berupa lisan yang digunakan penulis adalah berupa pidato pembacaan teks


(14)

Proklamasi Kemerdekaan, pidato Sukarno di Lapangan Ikada dan pelantikan Sukarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden untuk yang pertama kalinya.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah prestasi akademik siswa yang dinyatakan dengan angka, yang diraih oleh siswa melaui penilaian harian, tengah semester atau akhir semester. Berdasarkan PP Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa “ penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi siswa, (b). Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan (c). Memperbaiki proses pembelajaran.

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah pencapaian siswa dalam penguasaan materi atau konsep setelah melewati proses pembelajaran dalam bentuk hasil belajar yang dicapai siswa dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan yang terdapat dalam pre-tes dan post-tes hasil belajar yang dikembangkan peneliti dengan validitas dan reabilitas yang teruji atas dasar pendapat ahli.

Langkah penyusunan tes hasil belajar adalah penyusunan kisi-kisi, konsultasi dengan pembimbing dan uji coba soal. Kisi-kisi yang disusun mencakup sub pokok bahasan, indikator, dan jenjang kognisi. Butir soal dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Perancangan butir soal berpedoman pada taksonomi Bloom yang telah direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001:28).


(15)

Konsultasi dengan pembimbing dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator dengan butir soal, aspek bahasa, dan aspek materi.

G. Asumsi Penelitian

Penelitian dilaksanakan berdasarkan atas beberapa asumsi yang dijadikan sebagai dasar kajian yang lebih mendalam dalam penelitian mengenai “pengaruh yang signifikan penggunaan sumber primer dalam pembelajaran IPS / sejarah terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Pi nyungan . Adapun asumsi penelitian yang dimaksud adalah:

1. Penggunaan sumber primer dalam pembelajaran IPS/ sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Ada hubungan dan pengaruh yang kuat antara penggunaan sumber primer dalam pembelajaran IPS/ sejarah terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Piyungan Bantul.

H. Hipotesis

Hipotesis adalah perumusan sementara mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan sesuatu dan menuntun serta mengarahkan kepeda penelitian selanjutnya. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan , belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data atau penelitian” (Sudjana, 1992: 27).

Berdasarkan asumsi-asumsi penelitian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(16)

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil pretes dan post tes siswa kelas eksperimen

: Terdapat perbedaan hasil pretes dan post tes siswa kelas eksperimen

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil pre tes dan post tes siswa kelas control

: Terdapat perbedaan hasil pre tes dan post tes siswa kelas control

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil pretest dan post tes siswa antara kelas control dan kelas eksperimen

: Terdapat perbedaan hasil pretest dan post tes siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen

I. Paradigma Penelitian

Penelitian pada pembelajaran sejarah dengan judul ” pengaruh penggunaan sumber primer dalam pembelajaran IPS/ sejarah terhadap hasil belajar siswa (studi kuasi eksperimen di Madrasah Tsanawiyah Negeri Piyungan Bantul ). Kerangka pemikiran atau paradigma yang akan menuntun penulis dalam melaksanakan penilitian ini seperti yang tergambar pada gambar berikut ini.

Gambar 1.1 Bagan paradigma penelitian

Kelas


(17)

Adapun makna dari paradigma di atas adalah adanya harapan penggunaan sumber primer dalam pembelajaran sejarah sangat penting terutama untuk meningkatkan ketrampilan sosial siswa, mengurangi verbalitas dan untuk menyajikan cerita sejarah yang mendekati objektif. Selama ini diketahui masih banyak siswa dalam belajar sejarah hanya duduk, dengar catat dan bertanya tanpa melakukan eksperimen tentang keobjektifan sejarah. Selama ini guru Madrasah Tsaawiyah Negeri Piyungan sudah menyampaikan materi sejarah dengan menggunakan sumber-sumber sekunder berupa buku-buku teks pelajaran sejarah dan buku- buku sejarah lain yang mendukung materi tersebut. Sementara pemanfaatan terhadap sumber primer belum pernah dilaksanankan.

Untuk itu peneliti berinisiatif ingin menerapkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan sumber primer di MTs N Piyungan Bantul. Untuk itu penulis melatih guru untuk mengadakan pembelajaran dengan menggunakan sumber primer. Dalam proses pembelajaran sejarah, guru memberikan sumber primer berupa sumber primer lisan, tulisan dan kebendaan dalam menyampaikan materi Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Sumber primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah berupa sumber tertulis yang berupa teks proklamasi yang dtulis oleh Ir Sukarno, naskag yang diketik oleh Sayuti Melik, serta ketikan naskah pidato Sukarno tentang kemerdekaan Republik Indonesia di depan BPUPKI. Sumber primer yang berupa kebendaan yang digunakan oleh penulis adalah peninggalan benda-benda bersejarah dari para penjajah misalnya peninggalan bangunan , senjata, meriam dan mesin jahit yang sezaman dengan peristiwa proklamasi. Sumber primer yang


(18)

berupa lisan yang digunakan penulis adalah berupa pidato pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan, pidato Sukarno di Lapangan Ikada dan pelantikan Sukarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden untuk yang pertama kalinya.

Dengan adanya penggunaan sumber primer dalam pembelajaran sejarah di MTs N Piyungan Bantul dapat membantu siswa memahami bentuk-bentuk peristiwa masa lalu. Selain itu siswa mampu menggambarkan suatu peristiwa sejarah. Dengan penggunaan peristiwa sejarah termasuk sumber primer di sekitar siswa dapat digunakan sebagai contoh untuk menerangkan konsep-konsep kesejarahan, misalnya konsep tentang kepahlawanan, penjajahan ,perjuangan, perlawanan dan kolonialisme.


(19)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pada penelitian ini pendekatan yang dominan digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu melalui metode kuasi eksperimen. Sedangkan pendekatan tambahannya adalah pendekatan kualitatif melalui metode angket atau kuisoner yang bertujuan untuk menggali informasi pada siswa yang hasil pretes dan postesnya tinggi, sedang dan rendah. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti saat ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai: "Pengaruh penggunaan media sumber primer dalam pembelajaran sejarah terhadap hasil belajar siswa di MTS N Piyungan. Karena dalam penelitian ini peneliti mengambil sampelnya secara purposif yaitu siswa kelas VIII di MTS N Piyungan, maka dalam penelitian ini sangat tepat jika menggunakan metode quasi-eksperiment (eksperimen semu). Penelitian kuasi eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “ sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Jack R Fraenkel dan Norman E Wallen (1993, 271) dan John W Creswell (2008: 313) mengatakan bahwa:

Quasi experimental designs do not include the use of rendom assignment. Reseachers who employ these design rely instead on other techniques to control (or at least reduce) threats to internal validity. We shall describe some of these techniques as we discuss several quasi experimental design.


(20)

Dalam pendekatan quasi-eksperiment yang sering dilakukan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih tanpa acak (Creswell, 1994:132). Sementara menurut Ali (1987:131), dalam melakukan eksperimen atau quasi eksperimen, agar diperoleh hasil yang optimal, dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Meneliti literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian 2. Mengidentifikasi dan membatasi masalah

3. Merumuskan hipotesis

4. Menyusun rencana eksperimen secara lengkap dan operasional meliputi: (1) menentukan variabel bebas dan terikat; (2) memilih desain eksperimen yang digunakan; (3) menentukan sampel; (4) menyusun alat eksperimen; (5) membuat outline prosedur pengumpul data; (6) merumuskan hipotesis statistik (hipotesis nol)

5. Melaksanakan eksperimen (pengumpul data) 6. Menyusun data untuk memudahkan pengolahan

7. Menentukan taraf arti (level of significance) yang akan digunakan dalam menguji hipotesis

8. Mengolah data dengan metode statistika.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah eksperimen ( Millan dan Schumacher (2001:50) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan “research in which independent variable is manipulated to investigate cause and affect relationships between the independent and dependent variable”.


(21)

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik.

Untuk melaksanakan eksperimen secara murni maka variable yang mungkin berpengaruh dan mempengaruhi variabel bebas harus dapat dikontrol dengan ketat. Pengontrol yang ketat hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen di laboratorium. Mengingat penelitian ini bukan dalam kondisi laboratorium tapi dalam kegiatan sehari-hari sehingga tidak dimungkinkan untuk mengontrol semua variable bebas dan terikat secara ketat, maka bentuk penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperimen). Alasan lain dalam menentukan kuasi eksperimen adalah penelitian ini menggunakan purpuse random sampling bukan random sampling yang notabene sebagai ciri khas dari penelitian eksperimen murni.

Adapun jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain Nonequivalent (Pretest dan Posttest) Control Group Design. Desain quasi eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Quasi Eksperimen

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 - O2

Keterangan :

O1 = Tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol O2 = Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok control


(22)

X = Perlakuan dengan pengajaran dengan menggunakan sumber primer: Pendekatan kuantitatif yang digunakan penulis adalah pendekatan dengan desain pretest + Treatment + Posttest. Thomas Murray menjelaskan mengenai desain ini sebagi berikut:

To furnish a more convincing foundation for estimating the influence of the text, the teacher could replace her treatment + evaluation plan with a pretest + treatment + posttest (p + t + p) design. In this case, before assigning students to read the chapter, she would have them take a test (pretest) over the subject- mattertreated in the chapter. Subsequently, after the students had completed the reading assigment (treatment), she would test (posttest) their grasp of the chapters content. In order to estimate how much the textbook had added to the learners knowledge, she would subtract each students pretest score from his or her postest score and sonclude tahat the obtained difference (change score) represented the contributions made by the book. In other words, the experimenters judgement would be based, not on the posttest scores, but on the extent of change from pretest to posttest (Murray, 2003:53).

Untuk memperoleh dasar yang lebih menyakinkan dalam memperkirakan pengaruh dan suatu materi guru dapat mengganti desain pembelajaran, yang semula menggunakan treatment + evaluation menjadi menggunakan desain pretest + treatment + posttest. Dalam hal ini, sebelum menyuruh siswa membaca materi yang akan dipelajari, guru harus memberikan pretest lalu setelah mereka selesai mempelajari dengan perlakuan tertentu guru memberikan postest untuk mengetahui hasil belajar setelah diberi perlakuan. Dan untuk mengetahui sejauh mana perolehan hasil belajar, guru harus mengurangkan nilai postest dengan nilai pretest dan nilai akhir yang diperoleh merupakan tanda keberhasilan atau ketidakberhasilan perlakuan yang telah dilakukan atau biasa dikenal dengan nilia gain dan menghasilkan skor Ngain atau gain ternormalisasi.


(23)

Penelitian eksperimen ini melibatkan dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sama-sama diberi pretest dan post tes, tetapi diberi perlakuan yang berbeda. Siswa eksperimen diberi perlakuan dengan menghadirkan beberapa sumber primer didalam pembelajaran sejarah di kelas dan siswa kelompok kontrol diberi pelajaran konvensional dengan metode ceramah berfariasi.

Penelitian ini dilaksanakan dalam lima pertemuan dengan mengambil waktu pada semester genap pada Tahun Pelajaran 2010/2011. Setiap pertemuan menggunakan waktu 2 x 45 menit. Dengan perincian sebagai berikut: dua pertemuan untuk pretest dan posttest, sedangkan sisanya sebanyak 3 kali pertemuan digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

B. Lokasi , Populasi dan Sampel

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Piyungan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Piyungan tahun pelajaran 2010/2011. Dasar pertimbangan populasi penelitian adalah kelas VIII karena kelas VII merupakan siswa baru sehingga belum beradaptasi dengan lingkungan Madrasah Tsanawiyah Negeri Piyungan tersebut sedangkan kelas IX dalam persiapan menghadapi Ujian Nasional. MTs N Piyungan ini dipilih sebagai lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan sekolah ini belum pernah memakai media sumber primer dalam pembelajaran sejarah.


(24)

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Subjek sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purpusive sampling yang merupakan bagian penentuan subyek nonprobabilitas. Fraenkel dan Walen (1993:87) mengemukakan bahwa sampel Purposif ini adalah:

On occasion , based on previous knowledge of a population and the specific purpose of the research, investigators use personal judment to selecta sample. Researchers assume they can use their knowledge of the population to judge wheter or not a particular sample will be representative.

Peneliti dalam hal ini sebelumnya sudah melakukan judment terhadap sekolah yang representatatif yang bersifat homogen. Adapun alasan penulis mengambil teknik pengambilan sampel tersebut adalah: Pertama, Sekolah MTs N Piyungan Bantul ini mempunyai karakteristik yang homogen dalam tingkat kecerdasan siswa, jadi tidak ada perbedaan yang menonjol antara kelas satu dengan kelas yang lain. Kedua, sekolah ini mempunyai fasilitas yang sudah lengkap sehingga bisa mendukung penelitian peneliti dalam menerapkan pembelajaran IPS/ sejarah dengan menggunakan sumber primer. Untuk itu penulis mengabil kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan VIII E sebagai kelas kontrol. Hal ini disebakan karena bertepatan dengan ujian semester dan UAN sehingga penulis tidak bisa memakai semua kelas VIII sebagai sampelnya karena ruangan digunakan untuk mencukupi kebutuhan ujian siswa kelas tiga. Kelas eksperimen yaitu kelas yang akan dikenai perlakuan dengan metode pembelajaran sejarah dengan menggunakan sumber primer yang berkaitan dengan peristiwa di sekitar Proklamasi Kemerdekaan RI, dan kelas kontrol yaitu kelas


(25)

yang dikenai pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Kondisi sampel digambarkan sebagai berikut:

Table 3.2 Sampel Penelitian

No. Kelas Kelompok

Jumlah

L P Total

1 VIII C Eksperimen 20 16 36

2 VIII E Kontrol 19 15 34

C. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian dan mengumpulkan data-data yang diperlukan, maka digunakan beberapa instrumen. Instrumen dalam penelitian ini dibedakan menjadi instrumen pengumpul data dan instrumen perlakuan. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan lima macam instrumen yaitu: kuesioner tanggapan siswa tentang sumber primer, hasil belajar berupa tes objektif, dan observasi interaksi pembelajaran di kelas.

1. Tes Hasil Belajar Siswa

Langkah yang dilakukan peneliti dalam penyusunan tes hasil belajar siswa adalah penyusunan kisi-kisi, konsultasi dengan pembimbing dan uji coba soal. Kisi-kisi yang disusun mencakup sub pokok bahasan, indikator, dan jenjang kognisi. Butir soal dibuat dalam bentuk pilihan ganda vang difokuskan pada hasil belajar siswa. Perancangan butir soal berpedoman pada taksonomi Bloom yang telah


(26)

direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001:28). Konsultasi dengan pembimbing dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator dengan butir soal, aspek bahasa, dan aspek materi.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Sub Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia

No Indikator

Aspek Kognitif / Hasil Belajar Siswa

Juml h Soal

C1 C2 C3 C4

1 Penjajahan Jepang di Indonesia 3 1 1 5

2 Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia

2 6 1 9

3 Peristiwa-Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan

9 9 3 2 23

4 Terbentuknya Negara Republik Indonesia

6 4 1 2 13

Jumlah 20 20 5 5 50

2. Angket Tanggapan Siswa

Angket yang digunakan untuk mendapatkan informasi tanggapan siswa tentang pembelajaran IPS/ sejarah dengan materi persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan sumber primer yang diterapkan. Angket yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa skala likert, dengan menggunakan empat kategori respon yaitu; sangat suka (SS), suka (S), tidak suka (TS), dan sangat tidak suka (STS).


(27)

3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati sejauh mana tahapan pembelajaran IPS /sejarah materi persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan sumber primer yang telah direncanakan terlaksana. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembaran daftar cek.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk penelitian ini teknik pengambilan data dilakukan berdasarkan tekniknya, yaitu melalui tekniknya, yaitu melalui :

1. Komunikasi Tidak Langsung

Tes hasil belajar ini terdiri dari butir-butir test berbentuk pilihan ganda yang diperluas (Zainul, 2001) atau multiple choise test with written justification (Ennis, 1993:184). Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden), tetapi melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi sampel penelitian, yang disertai dengan alternatif jawaban. Alat yang digunakan adalah Skala Likert, dengan peringkat 4 kategori, yaitu :

Tabel : 3.4

Skala Pembobotan Angket

Alternatif Jawaban Skor

Sangat Suka 4

Suka 3

Tidak suka 2


(28)

2. Observasi langsung

Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan menghimpun data atau informasi yang dilakukan dengan memperhatikan (melihat) dan atau mendengarkan orang atau peristiwa, dan hasilnya yang telah terungkap selanjutnya dicatat. Observasi langsung dilakukan dalam kelas VIII MTs Negeri Piyungan Bantul Yogyakarta. Observasi langsung dilakukan terhadap guru dan siswa dalam proses pembelajaran IPS/ sejarah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan sumber primer dan hasil siswa melalui lembar observasi.

E. Teknik Analisis Instrumen

Tes yang baik harus memenuhi empat karakteristik: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soalnya. Karena itu untuk mendapatkan tes yang baik tes yang akan digunakan dalam penelitian (tes hasil belajar siswa) diujicobakan terlebih dahulu, setelah itu dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soalnya.

Adapuan langkah-langkah pengujian alat tes adalah sebagai berikut: 1. Validitas Tes

Menurut Akdon (2008) jika instrument dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sehingga instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang harus atau hendak diukur. Uji validitas


(29)

instrumen yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas kriteria (criteria related validity).

Uji validitas isi dilakukan melalui validasi oleh dosen ahli bidang materi IPS / sejarah untuk melihat kesesuaian standar isi materi yang ada dalam instrumen tersebut. Sedangkan uji validitas kriteria dilakukan menggunakan bantuan program analisis butir soal ANATES dengan kriteria penerimaan nilai r valid bila r x y > 0,273 (Karno To, 2003).

2. Reliabilitas Tes

Menurut Akdon ( 2008 ) suatu tes dikatakan reliabel atau ajeg apabila beberapa kali pengujian menunjukkan hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen ini menggunakan bantuan program analisis ANATES. Kriteria koefisien korelasi (r) yang dugunakan adalah (Karno To, 2003):

Tabel 3.5

Kriteria Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Keterangan

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

0,21 – 0,40 Rendah

0,40 – 0,60 Cukup

0,61 – 0,80 Tinggi

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

3. Daya Pembeda Soal

Uji daya pembeda soal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan (kemampuan) antara siswa kelompok atas


(30)

dengan siswa kelompok bawah, yang dihitung menggunakan bantuan program analisis butir soal ANATES. Kriteria daya pembeda butir soal (ID) diklasifikasikan seperti tabel berikut:

Tabel 3.6

Kategori daya pembeda butir soal

ID Klasifikasi

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek 0,20 ≤ D ≤ 0,40 Cukup 0,40 ≤ D ≤ 0,700 Baik 0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali

4. Tingkat Kesukaran Soal

Uji tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Dimana tingkat kesukaran soal diperoleh dari hitungan dengan menggunakan bantuan program analisis butir soal ANATES. Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan seperti yang dikemukakan Karno To (2003) sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal

Batasan Kategori

P = 0,00 Soal Terlalu Sukar 0,00 ≤ P≤ 0,30 Soal sukar

0,30 ≤ P≤ 0,70 Soal sedang 0,70 ≤ P≤ 1,00 Soal mudah


(31)

F. Hasil Uji Instrumen Hasil Belajar

Instrumen tes hasil belajar dengan materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang digunakan terdiri dari soal-soal yang ditujukkan untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa. Distribusi soal hasil belajar mengenai materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia ditunjukkan oleh Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Berdasarkan Ranah Kognitif

No Tes Hasil Belajar Jumlah

Soal

Nomor Soal

1. Pengetahuan (knowledge) 20 item 1, 2, 5, 7, 13, 15, 16, 19, 22, 24, 29, 31, 32, 36, 38, 39, 41, 45, 47, 49.

2. Pemahaman (comphrehension)

20 item 4, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 17, 18, 20, 25, 28, 33, 34, 35, 37, 40, 43, 44, 48.

3. Penerapan (application) 5 item 3, 21, 23, 26, 46. 4. Analisis (analysis) 5 item 10, 27, 30, 42, 50.

Uji coba instrumen tes hasil belajar dilakukan agar tes yang digunakan benar-benar dapat mengukur variabel penelitian. Sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument. Uji coba intrumen dilakukan pada siswa di kelas VIII di SMP Laboratorium UPI Bandung yang notabene telah mempelajari topik materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Instrumen tes hasil belajar yang di uji cobakan sebanyak 50 soal, dalam bentuk objektif pilihan ganda. Hasil analisis uji coba instrumen tes menggunakan software anates versi 4, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.


(32)

1. Validitas Tes

Setelah dilakukan uji coba instrumen didapatkan hasil validitas tes, dimana distribusi hasil uji coba instrumen tes ditunjukkan oleh Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Distribusi Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal

No Validitas Nomor Soal Jumlah

1 Sangat Signifikan

1, 4, 10,13, 16, 22, 25,27, 28, 30, 31, 32, 37,38, 40, 41, 42, 43, 46, 48, 50.

21 2 Signifikan 8, 9,19,24, 26, 33, 34, 36, 45, 49 10 3 Tidak Signifikan 2, 3, 5, 6, 7, 11, 12, 14, 15, 17,

18, 20, 21, 23, 29, 35,39, 44,47 19

Jumlah 50

Dari Tabel 3.7. di atas soal yang memenuhi sebanyak 31 soal dari 50 soal yang diuji coba. Dari data di atas dapat dirincikan bahwa soal yang sangat signifikan sebanyak 21 soal, signifikan sebanyak 10 soal dan 19 soal tidak signifikan. Untuk itu peniliti menggunakan data 31 soal yang signifikan , sedangkan 19 yang tidak signifikan tidak digunakan peneliti karena dianggap tidak falid.

2. Reliabilitas Tes

Untuk mengukur tingkat reliabilitas instrumen tes juga menggunakan software anates versi 4. Berdasarkan pengolahan data, nilai reliabilitas perangkat tes sebesar 0.80 yang berada pada kategori tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa perangkat instrumen tes yang diuji coba memiliki keajekkan yang baik.


(33)

3. Tingkat Kesukaran

Berdasarkan analisis tingkat kesukaran untuk tiap butir soal, diperoleh rekapitulasi tingkat kesukaran yang ditunjukkan oleh Tabel 3. 10.

Tabel 3.10.

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Katagori Taraf

Kemudahan Nomor Soal Jumlah Soal

Sangat Mudah 6,14, 18 3

Mudah 7, 11, 23, 29, 33, 35, 36, 42, 47,

9

Sedang

1, 2,3 , 4, 5, 8,9, 12, 20, 21, 25, 27, 30, 32, 34, 38, 39, 41, 43, 44,45, 49, 50.

23 Sukar 10, 13, 16, 19, 22, 24, 26, 28,

31, 37, 40, 46, 48

13

Sangat Sukar 15, 17, 2

Jumlah 50

Berdasarkan hasil uji coba di atas butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan katagori sukar 15 soal, sedang 23 soal, mudah 10 soal, dan sangat mudah 2 soal. Berdasarkan rekapitulasi tersebut dapat dikatakan pada umumnya taraf kesukaran soal cukup baik, karena sebagian besar soal terdapat pada kategori sedang.


(34)

4. Daya Pembeda Butir Soal

Analisis daya pembeda bertujuan untuk mengetahui kemampuan butir soal untuk membedakan antara kelas atas dan kelas bawah dalam suatu kelompok. Rakapitulasi analisis daya pembeda untuk tiap butir soal instrumen ditunjukkan oleh Tabel 3.11.

Tabel 3. 11

Rekapitulasi Daya Pembeda

Katagori Daya

Pembeda Nomor Soal

Jumlah Soal Jelek 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9,11, 12, 14,

16, 18, 21, 23, 24, 26, 28, 29, 39, 44, 45.

21

Cukup 10, 15, 17, 19, 20, 33, 35, 38, 47, 49.

10 Baik 1, 4, 13, 22, 25, 27, 31, 32,

34, 36, 40, 41, 46, 48.

14

Baik Sekali 30, 37, 42, 43, 50. 5

Jumlah 50

Dari hasil rekapitulasi tersebut, jumlah soal yang memiliki daya pembeda dengan katagori baik sekali sebanyak 5 butir soal, dengan kategori baik sebanyak 14 butir soal, kategori cukup terdiri dari 10 butir soal dan kategori jelek sebanyak 21 butir soal. Secara umum, soal-soal hasil belajar ini dikatakan dapat membedakan antara kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dengan kelompok siswa yang berkemampuan rendah.


(35)

G. Teknik Analisisis Data

Di dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Data-data yang diperoleh dari lapangan kemudian ditabulasi dan dipresentasikan, kemudian dilakukan pengujian yaitu dengan menggunakan uji perbedaan (komparatif). Persyaratan analisis komparatif menurut Akdon (2008) adalah data pada penelitian harus bersifat homogenitas dan berdistribusi normal.

Data yang diperoleh berupa data hasil angket, observasi dan hasil pretest dan posttest hasil belajar siswa. Hasil angket dan observasi dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa, keterlaksanaan pembelajaran serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Skor pretest dan posttest hasil belajar dianalisis dengan uji statistik menggunakan program SPSS 18 for Windows, untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan hasil belajar siswa.

Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji normalitas

Asumsi normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferential. Pada penelitian ini asumsi normalitas dieksplorasi menggunakan uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov Smirnov) melalui SPSS 18 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:


(36)

H0 : angka signifikan (Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal

H1 : angka signifikan (Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau diterima H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value

≥ α maka H0 diterima. Dalam program SPSS 18 digunakan istilah

significance yang disingkat Sig untuk P-value, dengan kata lain P-value = Sig.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan cara membandingkan varian terbesar dan varian terkecil dengan menggunakan table. (Singgih Santoso, 2008).

Sementara Akdon (2008) merincikan langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut:

a. Mencari nilai varian terbesar dan terkecil dengan rumus:

l VarianKeci

Besar Varian

FHitung =

b. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria; jika Fhitung < Ftabel, maka varians adalah homogen, dan uji komparatif dapat dilakukan.

Jika menggunakan program SPSS, maka dapat dilakukan dengan Analisis Non Parametrik Tes yaitu dengan menggunakan Two Related Sample Tes yaitu dengan membandingkan angka signifikan (Sig) dengan nilai alfa (α) dengan kriteria; jika angka signifikan (Sig)< alfa (α), maka Ho


(37)

ditolak. Sebaliknya, jika angka signifikan (Sig) > alfa (α), maka Ho diterima. selengkapnya kaidah uji homogenitas dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov adalah sebagai berikut:

Ho : kedua varian populasi adalah tidak homogen. H1 : kedua varian populasi homogen

3. Uji Gain Faktor (N-Gain)

Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1998):

Keterangan:

Spos = skor posttest Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum ideal

Gain yang dinormalisasi (Ngain) ini diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan hasil belajar siswa pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.12 Kategori Tingkat Ngain

Batasan Kategori

00 Tinggi

0,7 > ≥ 0,3 Sedang


(38)

4. Uji Hipotesis dengan Uji-t

Setelah diketahui kedua data berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan menggunakan uji-t. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu sisi untuk sisi atas.

Pada t ini ini kita juga menggunakan software SPSS 18 dengan uji-t dua sampel independen. Dengan SPSS ini juga melakukan uji hipouji-tesis Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi kedua variance sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesis: H0: terhadap H1 : dimana =variance group 1 dan =variance group 2. Dari hasil Levene’s Test kita kita dapatkan p-value, jika lebih besar dari maka H0: diterima, dengan kata lain sumsi kedua varians sama besar terpenuhi. Jika dari hasil Levene’s Test didapat p-value lebih kecil

maka H1 : diterima atau kedua varians tidak sama besar.

Uji-t dengan SPSS mempunyai dua keluaran yaitu pertama, untuk kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi; maka kita menggunakan hasil uji-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians sama (equal variances assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2. Kedua, untuk kedua varians sama besar tidak terpenuhi (equal variances not assumed); maka kita menggunakan hasil uji-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2.

Pada hasil uji tes ini terdapat keluran nilai t dan p-value, untuk mengetahui hasil hipotesis ada dua cara, pertama membandingkan nilai thitung


(39)

dengan ttabel. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Kedua membandingkan p-value dengan tingkat kepercayaan yang kita ambil yaitu . P-value yang dihasilkan untuk uji dua sisi, maka hasil p-value tersebut dibagi dua dan dibandingkan dengan tingkat kepercayaan yang kita gunakan . Jika p-value/2 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya.

5. Uji Hipotesis dengan Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney (Mann-Whitney Test) merupakan uji Statistik Nonparamaetrik. Uji Mann-Whitney ekivalen dengan Uji Jumlah Peringkat Wilcoxon (Wilcon Rank Sum Test), merupakan alternative dari uji-t dua sampel independen. Uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan dua sampel independen dengan skala ordinal atau skala interval tapi tidak terdistribusi normal.

Pada penelitian ini digunakan uji hipotesis satu sisi (one-tailed test) untuk sisi atas dengan hipotesis: H0: η1 ≤η2 terhadap H1: η1 > η2. Pada uji ini untuk melihat hasil analisis dengan cara mendapatkan nilai p-value, tampilan pada p-value SPSS adalah untuk uji dua sisi (two tail), sehingga untuk uji satu sisi membagi dua menjadi p-value/2. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai kepercayaan = 0,05. Jika p-value/2 < 0,05 maka H0: η1 ≤ η2 ditolak atau H1: η1> η2 diterima, begitu juga sebaliknya.


(40)

6. Angket Tanggapan Siswa

Data yang diperoleh dari angket dihitung persentasenya menggunakan rumus, sebagai berikut;

keterangan:

T = persentase sikap terhadap setiap pernyataan J = jumlah jawaban setiap kelompok sikap. N = jumlah siswa

Skala yang digunakan adalah skala Likert, setiap jawaban diberi nilai kuantitatif 4, 3, 2, 1 untuk pernyataan sikap positif (favorable) dan 1, 2, 3, 4 untuk pernyataan bersifat negatif (unfavorable). Kemudian untuk menentukan skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan digunakan rumus sebagai berikut:

N S x J R=

keterangan:

R = skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan S = skor setiap kelompok

N = jumlah siswa.

Interpretasi skor rata-rata jawaban angket dapat dilihat pada Tabel 3.13. Tabel 3.13

Kategori respon siswa

Batasan Kategori

R ≤ 0% Sangat tidak baik 0% ≤ R ≤ 25% Kurang baik 25% ≤ R ≤ 75% Cukup baik 75% ≤ R ≤ 100% Sangat baik (sumber: Sugiyono, 2008)


(41)

H. Alur Prosedur dan Agenda Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil waktu pada semester genap pada Tahun Pelajaran 2010/2011. Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini:

a. Mengadakan studi pendahuluan di MTs N Piyungan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan pembelajaran sejarah. Studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan wawancara dan dokumentasi.

b. Melakukan persiapan penelitian dengan menyusun materi pelajaran, instrument penelitian dan uji coba serta menganalisis data hasil uji coba instrument.

c. Menentukan kelas eksperimen dan kelas control. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan random kelas.

d. Melakukan tes awal (pre tes) pada kelas eksperimen dan kelas control untuk mendapatkan gambaran mengenai hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan. Pre tes diberikan dalam waktu 90 menit.

e. Melaksanakan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas Kontrol . pembelajaran untuk kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan sumber primer tentang materi di sekitar peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia sementara kelas kontrol pembelajaran dilaksanakan secara konvensional dengan menggunakan sumber sekunder berupa buku teks pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan oleh guru IPS/Sejarah di MTs N Piyungan Bantul. Peneliti bertindak sebagai observer. Penelitian


(42)

dilakukan sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang telah ditetapkan sekolah, sehingga tidak menganggu suasana pembelajaran disekolah.

f. Melaksanakan analisi dan penyususnan laporan. Adapun langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah menhitung hasil rata-rata kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, menghitung rata-rata kemampuan awal dan akhir siswa kelas eksperimen, menghitung rata-rata kemampuan awal dan akhir kelas kontrol dan menghitung gain yang dinormalisasi (Ngain) hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol, kemudian melakukan uji normalitas data yang dinormalisasi, melakukan uji homogenitas varians, melakukan uji hipotesis serta melakukan analisis data angket dan observasi.


(43)

Gambar 3.1 Alur Prosedur penelitian

Studi Pendahuluan

Persiapan penelitian

Menentukan subjek penelitian

Kelas Kontrol Kelas


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis menyelesaikan pembahasan analisis data hasil-hasil penelitian, tiba saatnya untuk menyususn kesismpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis serta jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada bab satu. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan sumber primer pada dasarnya mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa di kelas eksperimen. Dari data yang dianalisis didapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan dengan mengunakan sumber primer. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan sumber primer dapat mendorong motivasi siswa untuk mempelajari materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan sumber primer siswa juga lebih mudah menghayati materi dan menghilangkan verbalisme karena siswa dibawa ke situasi yang riil. Selain itu penggunaan sumber primer dalam pembelajaran sejarah dapat mengajarkan kepada siswa tentang materi sejarah yang lebih bersifat objektif karena siswa bisa mengkritisi sendiri sumber primer yang dihadirkan oleh guru.

2. Pembelajaran sejarah di kelas kontrol merupakan pembelajaran yang bersifat

konvensional yaitu dengan menggunakan sumber sekunder berupa buku teks pelajaran juga mempunyai derajat yang signifikan. Di kelas kontrol ini juga


(45)

mengalami kenaikan hasil belajar , meskipun tidak sebesar kelas yang diberi perlakuan dengan sumber primer.

3. Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan siswa di kelas eksperimen

dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji data statistik tersebut, rata-rata Ngain untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbandingan nilai yang diperoleh secara langsung menunjukkan bahwa materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan media sumber primer dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran di kelas kontrol yang notabene pembelajaran masih bersifat konvensional.

Selain itu, berdasarkan sebaran angket yang diberikan kepada siswa, diketahui bahwa siswa memberikan tanggapan positif (baik) terhadap pembelajaran materi persiapan kemerdekaan Indonesia menggunakan sumber primer. Siswa menunjukkan perasaan suka terhadap IPS/ sejarah melalui pembelajaran menggunakan sumber primer, siswa tertarik dan siswa menunjukkan kesungguhan dalam mempelajari materi persiapan kemerdekaan Indonesia menggunakan sumber primer.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian tentang penerapan pembelajaran materi persiapan kemerdekaan Indonesia menggunakan sumber primer untuk meningkatkan hasil belajar siswa MTs N Piyungan Bantul Yogyakarta maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:


(46)

1. Untuk melihat keefektifan proses pembelajaran dengan menggunakan sumber primer sebaiknya guru mengenalkan kepada siswa tentang keobjektivan sumber belajar sehingga siswa bisa mengkritisi sendiri sumber primer. Hal ini tidak bisa didapatkan siswa ketika siswa hanya mendapatkan materi pelajaran sejarah dari buku paket di sekolah.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka pembelajaran IPS/ sejarah dengan menggunakan sumber primer yang berupa sumber lisan, benda dan tulisan tetap relevan untuk membantu siswa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Sumber primer yang digunakan lebih interaktif sehingga benar-benar dapat membantu siswa dalam mengkonstruk pemahamannya. 3. Di dalam penelitian ini masih ada ditemukan hasil belajar siswa yang

tergolong rendah walaupun secara kumulatif ada peningkatan yang signifikan, maka perlu dikembangkan penelitian lanjutan dengan berbagai metode dan pendekatan yang dirancang untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Dalam hasil observasi di lapangan dalam proses pembelajaran IPS/sejarah, bahwa perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran IPS/ sejarah dengan menggunakan sumber primer sangat tinggi sehingga guru-guru sejarah harus betul-betul mempersiapkan diri dengan kesungguhan dalam proses pembelajaran untuk melayani siswa yang senang berfikir ekploratif dan kritis.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci

Ali, Muhammad. (1987). Penelitian Kependidikan dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Ambary, Hasan Muuarif. (1987).Menemukan Peradapan Jejak Areologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Arifin, Zaenal. (1990). Evaluasi Interaksional : Prinsip Tehnik, Prosedur. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Azis Wahab, A. (1986). Metodologi Pengajaran . Jakarta: P2LPTK. BSNP. (2006). Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Brooks, G. Jacqueline. (1999). The Case For Contructivist Classrooms.USA: ASCD.

Bloom, B.S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives, The Classification of Educational Goals, Hand Book I: Cognitive Domain. USA: Longman INC. Creswell, J.W. (1994). Qualitative Inquiry and Research Disign : Choosing

among Five Traditions. California ; Thousand Oaks, Sage.

___________. (2008). Educatinal Research : Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research.New Jerey.

Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas.(2005). Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI Lulusan SI PGSD.i Direktorat Ketenagaan Dikti, Depdiknas, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S. B. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ennis, R.H. (1993). Critical Thinking Assesment. Dalam Donmoyer, R.,& Merry

Field, N. (eds): Teori Into Praktice: Teaching For Higher Older Thinking. Faisal, Sanapiah. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Fraenkel, J.R dan Walen, N. E. (1993).how to Design and Evaluate Research in Education. New York : Mc Graw Hill, inc.


(48)

Gordon, Thomas. (1990). Guru Yang Efektif. Penerjemah: Mudjito. Jakarta: Rajawali

Gottschlak, Lois. (2008). Mengenal Sejarah. Universias Indonesia. Jakarta. Gordon, Thomas. (1990). Guru Yang Efektif. Penerjemah: Mudjito. Jakarta:

Rajawali

Gunawan, Restu (ed). (1998). Simposium Pengajaran Sejarah (kumpulan makalah diskusi). Jakarta : Depdikbud.

Hake, R.R. (1998).Analyzing Change/ Gain Scorces. Indiana University. Hamalik, Oemar. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara. _____________. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara,

Hariyono. (1995). Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta : Pustaka Jaya Hasan, Hamid S. (2007). ‘Kurikulum Pendidikan Sejarah Berbasis Kompetensi’.

Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007

__________. (2006). Museum Bagi Pendidikan Sejarah Nasional. Bandung: Upi Hugiono dan Poerwantana. (1992). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Reneka

Cipta.

Isjoni . (2007). Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfa Beta

Kartidirdjo, Sartono dkk. (1998). Seminar Sejarah Nasional IV : Sub Tema Pendidikan Sejarah. Jakarta : DEPDIKNAS.

Karno To. (2003). Mengenal Analisis Tes ( Pengantar Ke Program Komputer ANATES). Bandung:FIP UPI.

Kochar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah- Teaching of History. Jakarta : Grasindo

Kerlinger, F.N. (2000). Behaviorial Research . New York : Holt Rinehard and Winston.

Kosasih Djahiri A. (1980). Strategi Belajar Mengajar dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Jakarta: Depedikbud.

Kusnendi.( 2007). Model-Model Persamaan Struktural. Bandung: Alfabeta. 137


(49)

Mahood,Wayne, Linda Biemer dan william T Lowe. Teaching Social studies in Middle and Senior High Schools. New York ; Macmillan

Martanto, SD, dkk. (2009). Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. PKM-GT. Semarang. Tidak Dipublikasikan

Margono, S. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta. Martin, Barbara.L. & Briggs, Leslie.J. (1986). The Affective and Cogninitive

Domain. Integration for Instruction and Reseach. New Jersey. Educational Technology Publications. Englewood Cliif.

Millan, MC dan Schumcher, S. (2001). Reserch in Education (A Conseptual Introduction). Amerika: Harpes Collins Publishers.

Mona Lohanda.(1990). Pandangan Holistik Terhadap Sumber Sejarah. Dalam Seminar Sejarah Nasional V. Jakarta: DEPDIKBUD Proyek Inventaris dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Murray, Thomas. (2003). Blending Qualitativew and Quantitative Reserch Methods in Thesis and Dissertations. Amerika: California.

Muslich, Masnur. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Natawijaya, R (1982). Memahami Tingkah Laku Sosial. Bandung: Yayasan Pusat Bimbingan Pendidikan.

Nazir M.(1983). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. NCSS. (1992). Document of The NCSS’s 72nd Convention.

Newcomb, et al. (1985). Psikologi Sosial (Diterjemahkan oleh Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia). Bandung : Diponegara.

Proyek Investarisasi dan Dokumentasi Nasional. (1990). Seminar Sejarah Nasional V : Sub Tema Penulisan Sejarah. Jakareta : DEPDIKNAS.

____________________. (1997). Kongres Nasional Sejarah 1996; Sub Tema Perkembangan Teori dan Metodologi dan Orientasi Pendidikan Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada Media Grup.

Sagala. S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung : CV Alfabeta. Samuel Soeitoe. (1982). Psikologi Pendidikan:Untuk Para Pendidik Calon


(50)

---. (1982).Psikologi Pendidikan : Mengutamakan Segi-Segi Perkembangan . Jakarta: Lembaga Penerbit FE: UI.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santoso, Singgih. (2008). Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Schunke. G.M. (1988). Elementary Social Studies: Knowing, Doing, Carring. New York: Pitman Publishing Coorporation.

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Ombak.

Sjamsuddin, Helius dan Ismaun. Pengantar Ilmu sejarah. Jakarta: DEPDIKNAS. Soetjipto. (1994) . Profesi Keguruan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Somantri, Numan Muh.(1990). Menggagas Pembaharuan Pendidika IPS. Bandung : PPs dan FP Sejarah UPI.

Suchmann, J.R. 91970). Motivation Inherent in the Pursint of Meaning: Or The Clesire to Inquiry, dalam Intrinsic Motivation: a New Direction in Education (ed . Day, N. I dkk) Toronto: The Otorio institute for studies in education.

Sudjana.( 1989). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Sudjana, Nana .(2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sugiono. (2010). Statistika untuk Penelitian.Bandung: Alvabeta.

_______. (2009).Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R& D.Bandung : Alvabeta.Remaja Rosdikarya

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.Bandung : yayasan Kesuma Karya.

Sunal, C.S. & Hass, M.E. (2006). Social Studies and the Elementary / Middle School Student. Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.

Surya, Muhammad. (1983). Bunga Rampai Guru dan Pendidikan. PT. Balai Pustaka.

Usman, Husaini, dkk. (1996). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Uyanto, Stanislaus. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(51)

Widja, I Gde. (1989). Dasar – Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta : Debdikbud

Wiryatmi , Endang . (1993). Arsip Dinamis Dalam Arus Informasi.Arikha Media Cipta.

Zainul, A. (2001). Alternative assessment applied approach mengajar di perguruan tinggi buku 2.09. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas InstruksionalDirjrn Dikti Depdiknas.

Zamroni. (2001). Paradigma Pendidikan Masa Depan Yogyakarta. Yogyakarta: Biagrafpublishing.

Wahana Komputer. (2011). Mengolah Data Statistik Penelitian dengan SPSS 18.Jakarta : PT. Gramedia.

Sumber Internet

Bloom, Nena E and Cynthia Stout.(2005) Using Digitized Primary Source Materials in The Classroom : A Colorado Case Study . Volume 10 tanggal 6

juni 2005. Dalam

http://firstmonday.org/htbin/cgiwrap/bin/ojs/index.php/fm/rt/printerFriendly /1247/1167 diakses tanggal 12 mei 2011

Brown, Kathleen A. Essential Links for Teaching with Primary Sources Link. Tersedia dalam: ( http://www.princeton.edu/refdesk/primary2.html) , diakses tanggal 12 Mei 2011

Donley, Susan K. 2007. Learning Design What are Primary and Secondary Sources. Tersedia Dalam http://www.faminegenocide.com/kuryliw/ learing primary and secondary sources. htm

Danzer and Newman .(1996). Teaching with Primary Sources in The main Class.dalam http://www.editlib.org/d/26055/article_26055.pdf diakses 12 Mei 2011.

Gibson, Lindsay. (2011). Teaching with Primary Sources. Tersedia Dalam

http://canadianhistoryeducation.wordpress.com/2011/02/28/reasons-for-using-primary-sources-to-teach-history/ diakses 12 mei 2011

Humber , Mallie. (2008) . The Value of Using Primary Source Documents in the History

Classroom . Vanderbilt University Peabody College,Dalam

http://discoverarchive.vanderbilt.edu/jspui/handle/1803/1225. diakses 12 mei 2011


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci

Ali, Muhammad. (1987). Penelitian Kependidikan dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Ambary, Hasan Muuarif. (1987).Menemukan Peradapan Jejak Areologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Arifin, Zaenal. (1990). Evaluasi Interaksional : Prinsip Tehnik, Prosedur. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Azis Wahab, A. (1986). Metodologi Pengajaran . Jakarta: P2LPTK. BSNP. (2006). Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Brooks, G. Jacqueline. (1999). The Case For Contructivist Classrooms.USA: ASCD.

Bloom, B.S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives, The Classification of Educational Goals, Hand Book I: Cognitive Domain. USA: Longman INC. Creswell, J.W. (1994). Qualitative Inquiry and Research Disign : Choosing

among Five Traditions. California ; Thousand Oaks, Sage.

___________. (2008). Educatinal Research : Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research.New Jerey.

Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas.(2005). Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI Lulusan SI PGSD.i Direktorat Ketenagaan Dikti, Depdiknas, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S. B. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ennis, R.H. (1993). Critical Thinking Assesment. Dalam Donmoyer, R.,& Merry

Field, N. (eds): Teori Into Praktice: Teaching For Higher Older Thinking. Faisal, Sanapiah. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Fraenkel, J.R dan Walen, N. E. (1993).how to Design and Evaluate Research in Education. New York : Mc Graw Hill, inc.


(2)

Gordon, Thomas. (1990). Guru Yang Efektif. Penerjemah: Mudjito. Jakarta: Rajawali

Gottschlak, Lois. (2008). Mengenal Sejarah. Universias Indonesia. Jakarta. Gordon, Thomas. (1990). Guru Yang Efektif. Penerjemah: Mudjito. Jakarta:

Rajawali

Gunawan, Restu (ed). (1998). Simposium Pengajaran Sejarah (kumpulan makalah diskusi). Jakarta : Depdikbud.

Hake, R.R. (1998).Analyzing Change/ Gain Scorces. Indiana University. Hamalik, Oemar. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara. _____________. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara,

Hariyono. (1995). Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta : Pustaka Jaya Hasan, Hamid S. (2007). ‘Kurikulum Pendidikan Sejarah Berbasis Kompetensi’.

Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007

__________. (2006). Museum Bagi Pendidikan Sejarah Nasional. Bandung: Upi Hugiono dan Poerwantana. (1992). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Reneka

Cipta.

Isjoni . (2007). Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfa Beta

Kartidirdjo, Sartono dkk. (1998). Seminar Sejarah Nasional IV : Sub Tema Pendidikan Sejarah. Jakarta : DEPDIKNAS.

Karno To. (2003). Mengenal Analisis Tes ( Pengantar Ke Program Komputer ANATES). Bandung:FIP UPI.

Kochar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah- Teaching of History. Jakarta : Grasindo

Kerlinger, F.N. (2000). Behaviorial Research . New York : Holt Rinehard and Winston.

Kosasih Djahiri A. (1980). Strategi Belajar Mengajar dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Jakarta: Depedikbud.

Kusnendi.( 2007). Model-Model Persamaan Struktural. Bandung: Alfabeta. 137


(3)

Mahood,Wayne, Linda Biemer dan william T Lowe. Teaching Social studies in Middle and Senior High Schools. New York ; Macmillan

Martanto, SD, dkk. (2009). Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. PKM-GT. Semarang. Tidak Dipublikasikan

Margono, S. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta. Martin, Barbara.L. & Briggs, Leslie.J. (1986). The Affective and Cogninitive

Domain. Integration for Instruction and Reseach. New Jersey. Educational Technology Publications. Englewood Cliif.

Millan, MC dan Schumcher, S. (2001). Reserch in Education (A Conseptual Introduction). Amerika: Harpes Collins Publishers.

Mona Lohanda.(1990). Pandangan Holistik Terhadap Sumber Sejarah. Dalam Seminar Sejarah Nasional V. Jakarta: DEPDIKBUD Proyek Inventaris dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Murray, Thomas. (2003). Blending Qualitativew and Quantitative Reserch Methods in Thesis and Dissertations. Amerika: California.

Muslich, Masnur. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Natawijaya, R (1982). Memahami Tingkah Laku Sosial. Bandung: Yayasan Pusat Bimbingan Pendidikan.

Nazir M.(1983). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. NCSS. (1992). Document of The NCSS’s 72nd Convention.

Newcomb, et al. (1985). Psikologi Sosial (Diterjemahkan oleh Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia). Bandung : Diponegara.

Proyek Investarisasi dan Dokumentasi Nasional. (1990). Seminar Sejarah Nasional V : Sub Tema Penulisan Sejarah. Jakareta : DEPDIKNAS.

____________________. (1997). Kongres Nasional Sejarah 1996; Sub Tema Perkembangan Teori dan Metodologi dan Orientasi Pendidikan Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada Media Grup.

Sagala. S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung : CV Alfabeta. Samuel Soeitoe. (1982). Psikologi Pendidikan:Untuk Para Pendidik Calon


(4)

---. (1982).Psikologi Pendidikan : Mengutamakan Segi-Segi Perkembangan . Jakarta: Lembaga Penerbit FE: UI.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santoso, Singgih. (2008). Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Schunke. G.M. (1988). Elementary Social Studies: Knowing, Doing, Carring. New York: Pitman Publishing Coorporation.

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Ombak.

Sjamsuddin, Helius dan Ismaun. Pengantar Ilmu sejarah. Jakarta: DEPDIKNAS. Soetjipto. (1994) . Profesi Keguruan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Somantri, Numan Muh.(1990). Menggagas Pembaharuan Pendidika IPS. Bandung : PPs dan FP Sejarah UPI.

Suchmann, J.R. 91970). Motivation Inherent in the Pursint of Meaning: Or The Clesire to Inquiry, dalam Intrinsic Motivation: a New Direction in Education (ed . Day, N. I dkk) Toronto: The Otorio institute for studies in education.

Sudjana.( 1989). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Sudjana, Nana .(2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sugiono. (2010). Statistika untuk Penelitian.Bandung: Alvabeta.

_______. (2009).Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R& D.Bandung : Alvabeta.Remaja Rosdikarya

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.Bandung : yayasan Kesuma Karya.

Sunal, C.S. & Hass, M.E. (2006). Social Studies and the Elementary / Middle School Student. Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.

Surya, Muhammad. (1983). Bunga Rampai Guru dan Pendidikan. PT. Balai Pustaka.

Usman, Husaini, dkk. (1996). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Uyanto, Stanislaus. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(5)

Widja, I Gde. (1989). Dasar – Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta : Debdikbud

Wiryatmi , Endang . (1993). Arsip Dinamis Dalam Arus Informasi.Arikha Media Cipta.

Zainul, A. (2001). Alternative assessment applied approach mengajar di perguruan tinggi buku 2.09. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas InstruksionalDirjrn Dikti Depdiknas.

Zamroni. (2001). Paradigma Pendidikan Masa Depan Yogyakarta. Yogyakarta: Biagrafpublishing.

Wahana Komputer. (2011). Mengolah Data Statistik Penelitian dengan SPSS 18.Jakarta : PT. Gramedia.

Sumber Internet

Bloom, Nena E and Cynthia Stout.(2005) Using Digitized Primary Source Materials in The Classroom : A Colorado Case Study . Volume 10 tanggal 6

juni 2005. Dalam

http://firstmonday.org/htbin/cgiwrap/bin/ojs/index.php/fm/rt/printerFriendly /1247/1167 diakses tanggal 12 mei 2011

Brown, Kathleen A. Essential Links for Teaching with Primary Sources Link. Tersedia dalam: ( http://www.princeton.edu/refdesk/primary2.html) , diakses tanggal 12 Mei 2011

Donley, Susan K. 2007. Learning Design What are Primary and Secondary Sources. Tersedia Dalam http://www.faminegenocide.com/kuryliw/ learing primary and secondary sources. htm

Danzer and Newman .(1996). Teaching with Primary Sources in The main Class.dalam http://www.editlib.org/d/26055/article_26055.pdf diakses 12 Mei 2011.

Gibson, Lindsay. (2011). Teaching with Primary Sources. Tersedia Dalam http://canadianhistoryeducation.wordpress.com/2011/02/28/reasons-for-using-primary-sources-to-teach-history/ diakses 12 mei 2011

Humber , Mallie. (2008) . The Value of Using Primary Source Documents in the History Classroom . Vanderbilt University Peabody College,Dalam http://discoverarchive.vanderbilt.edu/jspui/handle/1803/1225. diakses 12 mei 2011


(6)

Hollander, David. (2009). Teaching Inquiry with Primary Sources. Tersedia dalam www.loc.gov/teachers/tps/quarterly diakses tanggal 2 Maret 2011. Kuryliw,Valentina . Learing History with Primary Sources

http://www.ohs.org/education/oregonhistory/learning_center/dspResource.cf m?resource_ID=0006F349-C32D-1E3E-9CB580B05272FE9F diakses taggal 28 Februari 2011

Petri, Gail . Teaching With Primaty Sources In Elentary Students. Tersedia Dalam http://www.loc.gov/teachers/tps/quarterly/article.html, diakses taggal 2 Maret 2011

Rampolla , Mary Lynn. Using Primary Resources: Teaching Guides from the Tennessee State Library and Archives. Terseda dalam:

http://000.tennessee.gov/tsla/educationoutreach/PrimarySourceLessons1.pdf

diakses tanggal 12 Mei 20011

Sandwell , Ruth W.. Teaching with primary sources in Social Studies. Volume 2

halaman 295-307. Tersedia dalam:

http://guides.library.ualberta.ca/content.php?pid=79463&sid=620166, diakses tanggal 12 Mei 2011

Stripling, Barbara. (2009). Teaching Inquiry with Primary Sources. Tersedia dalam www.loc.gov/teachers/tps/quarterly diakses tanggal 2 Maret 2011. West, Caroll Van. (2007). Primary Sources and Promoting Critical Thinking.

American Association for School Librarians. AASL standards for the

21st-century learner. Tersedia Dalam:

www.ala.org/ala/aasl/aaslproftools/learningstandards/standards.cfm , Diakses tanggal 2 Maret 2011