Diagnosis dan Penatalaksanaan Sindrom Ramsay Hunt.

Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang

Diagnosis dan Penatalaksanaan Sindr om Ramsay Hunt
Jacky Munilson/ Yan Edwar d/ Aci Mayang Sar i
Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang

Abstr ak
Sindr om Ramsay Hunt (SRH) yang sering disebut juga dengan Her pes Zoster Oticus mer upakan kumpulan gejala
yang ter diri dar i neuralgia radikuler , er upsi vesikuler yang mengenai sebagian telinga luar dan kanalis akustikus ekster nus
diser tai kelumpuhan ner vus VII perifer . Penyakit yang disebabkan oleh vir us var isela zoster ini cukup jarang ditemui.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan konser vatif dan tindakan operasi. Dilaporkan satu kasus sindr om Ramsay
Hunt.

Kata kunci : Sindr om Ramsay Hunt, par esis fasialis, vir us var isela zoster
Abstract
Ramsay Hunt Syndr ome (RHS) , which is oft en also called Her pes Zost er Ot icus is a collect ion of sympt oms consist ing of
r adicular neur algia, vesicular er upt ions on t he aur icle and canalis acust icus ext er nus, accompanied by 7t h ner ve per ipher al
par alysis. The disease caused by Var icella zost er vir us is quit e r ar e. The management of t his disease can be done wit h
conser vat ive and sur gical t r eat ment . It was r epor t ed one case Ramsay Hunt syndr ome.


Key wor ds: Ramsay Hunt syndr ome, facial par alysis, var icella zost er vir us

Korespodensi:dr .Aci Mayang Sar i:achiems85@gmail.com

PENDAHULUAN
Menurut James Ramsay Hunt (1907) yang
dikutip dari Colemon,1 SRH adalah suatu sindr om yang
ter dir i dari otalgia, vesikel pada aurikula dan parese
ner vus fasialis per ifer.1 Definisi lain dari SRH adalah
suatu parese ner vus VII perifer yang diser tai dengan
eritem vesikuler pada telinga dan mulut.2
Angka kejadian SRH dar i selur uh kejadian
paresis fasialis akut adalah 10-15%.3 Pada dewasa
ter dapat angka kejadian sekitar 18%, anak-anak 16% dan
jarang ter jadi pada anak di bawah umur kur ang dari 6
tahun. Perbandingan insidensi antara laki-laki dan wanita
1:1. 4
Ner vus fasialis mer upakan sar af kranial
ter panjang yang ber jalan di dalam tulang temporal,

sehingga sebagian besar kelainan ner vus fasialis ter letak
dalam tulang ini. Ner vus VII ter dir i dar i 3 komponen
yaitu komponen motor is, sensoris, dan para simpatis.5
Penyebab SRH adalah vir us varisela zoster yang
mer upakan jenis vir us neur otr opik. Vir us ini termasuk
dalam anggota family dari Her pesvir idae dan penyebab
utama dari penyakit cacar air. Penyakit cacar air biasanya
dapat sembuh sempur na tanpa sequele, namun vir us
tetap dapat mengalami masa dormansi di neur on. SRH
ter jadi akibat reaktivasi dari infeksi virus varisela zoster
sebelumnya.6,7 Pada tahap awal virus var isela zoster
masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas atas dan
mukosa konjungtiva, kemudian bereplikasi pada kelenjar
limfe r egional dan tonsil. Vir us kemudian menyebar
melalui aliran dar ah dan ber kembang biak di organ
dalam. 8
Fokus r eplikasi vir us terdapat pada sistem
r etikuloendotelial hati, limpa dan organ lain. Pada saat
titer tinggi, virus dilepaskan kembali ke alir an dar ah
(viremia kedua) dan membentuk vesikel pada kulit dan


mukosa saluran nafas atas. Kemudian ber kembang dan
menyebar melalui saraf sensoris dari jaringan kutaneus,
menetap pada ganglion serebr ospinalis dan ganglion
saraf kr anial. Parese ner vus VII timbul akibat reaktivasi
vir us var isela zoster yang menetap pada ganglion
genikulatum dan proses ini disebut dengan ganglionitis.
Ganglionitis menekan selubung jaringan saraf, sehingga
menimbulkan gejala pada ner vus VII. Per adangan dapat
meluas sampai ke foramen stilomastoid.7 Gejala kelainan
ner vus VIII yang juga dapat timbul akibat infeksi pada
ganglion yang ter dapat di telinga dalam atau penyebaran
pr oses peradangan dari ner vus VII. 7,8
Penyakit ini didahului dengan gejala prodormal
ber upa nyer i kepala, nyeri telinga, lesu, demam, sakit
kepala, mual dan muntah. Lesi terdapat di telinga luar
dan sekitar nya, kelainan ber upa vesikel ber kelompok di
atas daer ah yang er itema, edema dan diser tai r asa nyeri
seper ti terbakar pada telinga dan kulit sekitarnya (nyeri
r adikuler ). 9

Diagnosis SRH dibuat ber dasar kan anamnesis,
pemer iksaan fisik dan pemeriksaan penunjang THT-KL.
Pemeriksaan fungsi nervus VII diper lukan untuk
menentukan letak lesi, beratnya kelumpuhan dan
evaluasi pengobatan. Pemeriksaan meliputi fungsi
motor ik otot wajah, tonus otot wajah, ada tidaknya
sinkinesis atau hemispasme, gustatometri dan tes
Schimer .5
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
dengan
audiometr i
nada murni, timpanometr i,
Br ainst eam Evoked Response Audiomet r y (BERA) dan tes
elekt r onist agmogr afi (ENG). Diagnosis pasti ditegakkan
dengan mengisolasi vir us, deteksi antigen spesifik untuk
vir us varisela zoster atau dengan hibr idasi DNA vir us.5
Penatalaksanaan SRH dapat dilakukan dengan
konser vatif dan operatif. Obat yang biasa diberikan

1


Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang
adalah kor tikoster oid dan anti vir us. Bila parese menetap
lebih dari 60 hari tanpa tanda-tanda perbaikan, tindakan
dekompresi har us dilakukan. Dekompresi dilakukan pada
segmen hor izontal dan ganglion genikulatum.4,10
Pr ognosis SRH
ter gantung der ajat ker usakan. Jika
ker usakan saraf ringan maka diharapkan penyembuhan
ter jadi beberapa minggu. Jika kerusakan sar af berat maka
ter jadi penyembuhan dalam beber apa bulan.9,11

LAPORAN KASUS
Seor ang pasien laki-laki umur 39 tahun datang
ber obat ke poli THT-KL RSUP Dr . M. Djamil Padang pada
tanggal 21 Januar i 2011 dengan keluhan muka sebelah
kanan mencong sejak 1 har i yang lalu. Sebelumnya pasien
mengeluhkan demam dan ber cak bintik merah ber isi air
di telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Nyeri pada telinga

kanan sejak 2 hari yang lalu. Riwayat mual dan muntah
tidak ada. Riwayat sakit kepala sejak 2 har i yang lalu.
Riwayat telinga kanan ber denging sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat air mata ber kurang sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat pusing ber putar , gangguan pengecapan dan
telinga berair tidak ada. Ada r iwayat mender ita cacar air
waktu Sekolah Dasar. Riwayat batuk pilek tidak ada.
Riwayat hiper tensi, diabetes melitus dan str oke tidak ada.
Pada pemer iksaan fisik telinga kanan tampak
vesikel ber kelompok pada daun telinga (Gambar 1), liang
telinga lapang, membr an timpani utuh, pada telinga kiri
tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan hidung,
or ofar ing dan tenggor ok tidak ada vesikel berkelompok
dan tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan penala
ditemukan
kesan
pendengaran
normal.
Pada
pemer iksaan audiometri nada mur ni ditemukan kesan

telinga kanan normal dengan ambang dengar 16,25 dB
dan telinga kir i ter dapat gangguan konduksi pada
frekuensi rendah dan ambang dengar 15 dB (Gambar 2).

Pemeriksaan sistem Freyss ditemukan kekutan
motor ik 40% (Gambar 3), r eflek stapedius normal
(Gambar 4), tes Schimer ter dapat per bedaan pr oduksi air
mata antara mata kanan dan mata kiri sebesar 45%
(Gambar 5). Pada tes pengecapan (gustatometri) tidak
ter dapat kelainan. Pada pemeriksaan dengan House
Br ackman didapatkan kesan House Brackman IV.

Gambar 3. Tes motorik pasien saat datang pertama
ber obat

Gambar 4. Reflek stapedius

Gambar 1.Telinga kanan pasien dengan vesikel
ber kelompok


Gambar 2. Audiometri Nada Mur ni

Gambar 5. Tes Schimer

Pasien didiagnosis Sindr om Ramsay Hunt
dengan parese ner vus VII perifer dekstra lesi setinggi
ner vus petr osus mayor dan infra kor da dengan kekuatan
motor ik 40% dan HB IV. Pasien mendapat terapi
asiklovir 5X800 mg, prednison t apper ing off 4X10 mg (3
hari), 3x10mg (3hari), 3x5mg (3har i), 2x5mg (3hari),
1x5mg (3hari), Ginkgoflavon glikosida 19,2mg 1x80mg
dan neur otr opik (vitamin B1 100 mg, vitamin B6 100 mg,
vitamin
B12
5000
mcg)
1x1tablet. Pasien dikonsulkan ke bagian fisioterapi dan
bagian mata.
Pada tanggal 26 Januar i 2011 datang kontr ol
pertama dengan keluhan muka bagian kanan masih

mencong, bintik merah pada telinga kanan sudah

2

Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang
ber kur ang, demam, pusing ber putar , gangguan pada
pengecapan tidak ada. Telinga ber denging
mulai
ber kur ang, airmata kanan masih terasa ber kurang,
kekuatan motor ik masih 40% dan terapi dilanjutkan.
Hasil konsul dar i bagian mata ter dapat kesan
lagopthalmus OD (okuler dextra) ec Sindr om Ramsay
Hunt dan diberikan terapi cendolyt eer s eye dr op (ED)
6x1OD dan cendolubr icant eye dr op (ED) 3x2OD dan
pasien dianjurkan fisioterapi oleh bagian fisioterapi.
Pada tanggal 2 Februari 2011 pasien kontr ol
kedua dengan keluhan wajah mencong sebelah kir i sudah
mulai ber kurang, mata mulai ter tutup, pendengaran
ber kur ang tidak ada. Pada pemeriksaan fisik penala,

pengecapan dalam batas nor mal dan kekuatan motor ik
60%. Pasien didiagnosis Sindrom Ramsay Hunt dengan
parese ner vus VII per ifer dekstra lesi setinggi nervus
petr osus mayor dan infr a kor da dengan kekuatan
motor ik 60% dan HB III dan ter api dilanjutkan.
Pada tanggal 23 Febr uari 2011 pasien datang
kontr ol dengan keluhan bibir kanan masih jatuh, mata
kanan sudah menutup dengan kekuatan maksimal, air
mata dan pengecapan normal, pusing ber putar tidak ada
dan demam tidak ada. Pada pemeriksaan penala, tes
Schimer , tes pengecapan dalam batas normal ser ta
kekuatan motorik meningkat menjadi 66% dan terapi
dilanjutkan.
Pada tanggal 23 Apr il 2011 pasien kontr ol lagi
dengan keluhan wajah sebelah kanan sudah mulai
simetr is, air mata sama kir i dan kanan, telinga kanan
tidak ber dengung, bibir kanan tidak jatuh lagi. Pada
pemer iksaan telinga dalam batas normal, tes pengecapan
baik. Pasien didiagnosis Sindrom Ramsay Hunt dengan
parese ner vus VII per ifer dekstra lesi setinggi nervus

infr a kor da dengan kekuatan motorik baik 90% dan HB II
dan diberikan terapi neur otr opik 2x1 tab dan fisioterapi.

DISKUSI
Dilapor kan satu kasus Sindr om Ramsay Hunt
dengan parese ner vus VII perifer dekstra lesi setinggi
ner vus petr osus mayor dan infra kor da dengan kekuatan
motor ik baik 40% HB IV yang ditegakkan melalui
anamnesis, pemer iksaan penunjang THT-KL. SRH
mer upakan kasus yang jar ang ditemukan. Angka kejadian
Sindr om Ramsay Hunt dari selur uh parese fasialis akut
adalah 10-15%. Pada or ang dewasa terdapat angka
kejadian sekitar 18%, pada anak-anak 16% dan jarang
ter jadi pada anak di bawah umur kurang dari 6 tahun.3
Philip dkk 12 melapor kan terdapat 2-10% angka kejadian
SRH pada selur uh populasi par ese ner vus VII, termasuk
3-12% pada dewasa dan 5% pada anak-anak.
SRH yang terjadi pada pasien ini disebabkan
oleh reaktivasi dari infeksi vir us varisela zoster
sebelumnnya. Dari anamnesis didapatkan riwayat
menderita cacar air pada masa kecil. Etiologi dar i SRH
dari literatur disebabkan oleh r eaktivasi dari infeksi vir us
varisela zoster yang menetap pada ganglion genikulatum
dan menekan selubung jar ingan saraf, sehingga
menimbulkan gejala pada ner vus VII.9,10,12
Ber dasarkan gejala klinis, klasifikasi SRH dibagi
menjadi 4 yaitu (1) penyakit yang menyerang bagian
sensoris nervus VII, (2) penyakit yang menyerang bagian
sensoris dan motoris ner vus VII, (3) penyakit yang
menyerang bagian sensoris dan motoris ner vus VII,
diser tai gejala gangguan pendengaran, (4) penyakit yang

menyerang bagian sensoris dan motoris ner vus VII,
diser tai
gejala
gangguan
pendengar an
dan
keseimbangan.12 Pada pasien ini termasuk tipe ke 2.
Pada pemer iksaan 14Schirmer ’s didapatkan
gangguan kelenjar
air mata dan pemeriksaan
gustatometri tidak didapatkan gangguan pengecapan
sehingga ditegakkan diagnosis sebagai paresis VII
setinggi ner vus petr osus mayor dan infra korda. Pada
kepustakaan dikatakan bahwa kelainan ner vus VII dapat
ter jadi sepanjang ner vus fasial mulai dari batang otak
sampai for amen stilomastoideus.12 Kesenjangan topogr afi
ini dapat ter jadi pada kasus Bells Palsy dan SRH, hal ini
diakibatkan karena adanya multiple inflamasi dan
demielinisasi batang otak sampai pada cabang per ifer .13
Penatalaksanaan SRH selain pemberian obat
simptomatik juga diberikan obat vir ostatik yaitu pr epar at
asiklovir yang dikombinasikan dengan pr epar at
kor tikoster oid. Asiklovir mampu menghambat replikasi
intraseluler vir us var isela zoster dan virus her pes
simplek secara selektif melalui mekanisme inhibitor
kompetitif dengan DNA yang mengkode polimer ase virus.
Terapi her pes zoster pada individu normal dapat
diberikan asiklovir 5x800mg sehari selama 7 har i, paling
lambat 72 jam setelah lesi muncul.8 Menur ut Gupta J
dkk,14 pember ian asiklovir 7-10 hari dan kor tikoster oid
3-5 har i dengan regimen t apper r ing. Kor tikosteroid dapat
diberikan selama 10-14 har i dengan dosis 40-60mg/ hari
atau 1mg/ KgBB/ hari dengan regimen t apper ing.3,9,12
Pasien dengan lagopthalmus karena SRH, dapat
diberikan rejimen pelembab kornea yang ter dir i dari
tetes mata ar t ificial t ears setiap saat dan tetes pelembab
mata, hal ini ber tujuan untuk menghindar i mata ker ing
dan iritasi akibat benda asing.6,15 Pada pasien ini
diberikan cendolyt er eye drop (ED) 6x1 OD dan
cendolubr icant eye dr op (ED) 3x2OD.
Pr ognosis SRH dipengar uhi oleh umur, diabetes
mellitus, hiper tensi dan pember ian ter api yang cepat. Yeo
dkk 11 menyatakan bahwa Herpes Zoster Oticus (HZO)
memiliki pr ognosis yang bur uk daripada Bell’s Palsy.
Sekitar setengah dari jumlah pasien SRH masih memiliki
gangguan motorik ner vus fasial, hanya sebagian kecil
pasien dengan gangguan paralisis komplit. Penderita
dengan House Brackmann derajat II memiliki pr ognosis
yang baik. 16 Pasien ini mengalami per baikan setelah
melakukan pengobatan selama kurang lebih 3 bulan.

DAFTAR PUSTAKA
1.
Coleman et al. Ramsay Hunt syndr ome with severe
dysphagia. Department of Otolar yngology Head and
Neck Sur ger y Michigan medical center . 2011;1-2.
Danil Kim et al. Ramsay Hunt syndr ome pr esenting
2.
as simple otitis externa in CJEM. Depar tment of
Medicine Univer sity of Tor onto; 2008; 247-50.
3.
Anil K. Facial ner ve: disor der s of facial ner ve. In:
Cur rent otolar yngology. New Yor k: Mc Graw Hill;
2007.
4.
Mir avalle A. Ramsay Hunt syndr ome. Available fr om
http:/ / emedicine.medscape.com Cited on August
2009.
Sjar ifudin, Bashir udin J, Bramantyo B. Kelumpuhan
5.
Ner vus Fasialis Perifer . Dalam: Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggor ok kepala & leher.

3

Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.
14.
15.

16.

Edisi 6.
Fakultas Kedokteran Univer sitas
Indonesia;2007.p114 -17.
Honda, Nobumitsu et al. Swelling of the
intratempor al facial ner ve in Ramsay Hunt
syndr ome. Acta Otolar yngol. 2002; 122:348-52.
Kim HJ, et al. Ramsay Hunt syndr ome complicated
by a brainstem lesion. Jour nal of Clinical vir ology 39
(2007) 322-325.
Sjaiful dkk. Infeksi Vir us Her pes. Jakarta: kelompok
studi her pes Fakultas Kedokter an Univer sitas
Indonesia .2002.p196-7.
Bhupal HK. Ramsay hunt syndr ome pr esenting in
pr imar y car e. In: ThePr ectitioner casebook:
2010;254:33-35.
Ballenger JJ. Penyakit telinga hidung tenggor r ok
kepala& leher. Edisi 13. Jakar ta: Binar upa aksar a;
1997.p560-61.
Yeo SW, et al. Analysis of pr ognostic factor s in bell’s
palsy and r amsay hunt syndr ome. Auris nasus
lar ynx.2007.34:159-164.
Philip A, Wackym, Jhon SR. Facial paralysis. In:
Ballenger ’s otor hinolar yngology head and neck
sur ger y. Ed.16th. Hamilton ontar io : 2003; 24:492494 .
Quinn , et al. Facial Ner ve Par alysis.Dept.of
Otolar yngology,UTMB,Grand Rounds :2007.
Gupta J, et al. Ramsay hunt syndr ome, type I. ENTear , nose & thr oat jour nal. 2007:p.138-140.
Bella, danil et al. Ramsay Hunt syndrome in a
per son with HIV disease. Indian J. Otolar yngol.Head
Neck Sur g.2008;171-73.
Ohtani F, et al. Varicella-zoster virus load and
cochleovestibular symptoms in r amsay hunt
syndr ome.
Annals of otology, r hinology &
lar yngology:2006; 115(3);233-238.

4

Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang

Diagnosis dan Penatalaksanaan Sindr om Ramsay Hunt
Jacky Munilson/ Yan Edwar d/ Aci Mayang Sar i
Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang

Abstr ak
Sindr om Ramsay Hunt (SRH) yang sering disebut juga dengan Her pes Zoster Oticus mer upakan kumpulan gejala
yang ter diri dar i neuralgia radikuler , er upsi vesikuler yang mengenai sebagian telinga luar dan kanalis akustikus ekster nus
diser tai kelumpuhan ner vus VII perifer . Penyakit yang disebabkan oleh vir us var isela zoster ini cukup jarang ditemui.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan konser vatif dan tindakan operasi. Dilaporkan satu kasus sindr om Ramsay
Hunt.

Kata kunci : Sindr om Ramsay Hunt, par esis fasialis, vir us var isela zoster
Abstract
Ramsay Hunt Syndr ome (RHS) , which is oft en also called Her pes Zost er Ot icus is a collect ion of sympt oms consist ing of
r adicular neur algia, vesicular er upt ions on t he aur icle and canalis acust icus ext er nus, accompanied by 7t h ner ve per ipher al
par alysis. The disease caused by Var icella zost er vir us is quit e r ar e. The management of t his disease can be done wit h
conser vat ive and sur gical t r eat ment . It was r epor t ed one case Ramsay Hunt syndr ome.

Key wor ds: Ramsay Hunt syndr ome, facial par alysis, var icella zost er vir us

Korespodensi:dr .Aci Mayang Sar i:achiems85@gmail.com

PENDAHULUAN
Menurut James Ramsay Hunt (1907) yang
dikutip dari Colemon,1 SRH adalah suatu sindr om yang
ter dir i dari otalgia, vesikel pada aurikula dan parese
ner vus fasialis per ifer.1 Definisi lain dari SRH adalah
suatu parese ner vus VII perifer yang diser tai dengan
eritem vesikuler pada telinga dan mulut.2
Angka kejadian SRH dar i selur uh kejadian
paresis fasialis akut adalah 10-15%.3 Pada dewasa
ter dapat angka kejadian sekitar 18%, anak-anak 16% dan
jarang ter jadi pada anak di bawah umur kur ang dari 6
tahun. Perbandingan insidensi antara laki-laki dan wanita
1:1. 4
Ner vus fasialis mer upakan sar af kranial
ter panjang yang ber jalan di dalam tulang temporal,
sehingga sebagian besar kelainan ner vus fasialis ter letak
dalam tulang ini. Ner vus VII ter dir i dar i 3 komponen
yaitu komponen motor is, sensoris, dan para simpatis.5
Penyebab SRH adalah vir us varisela zoster yang
mer upakan jenis vir us neur otr opik. Vir us ini termasuk
dalam anggota family dari Her pesvir idae dan penyebab
utama dari penyakit cacar air. Penyakit cacar air biasanya
dapat sembuh sempur na tanpa sequele, namun vir us
tetap dapat mengalami masa dormansi di neur on. SRH
ter jadi akibat reaktivasi dari infeksi virus varisela zoster
sebelumnya.6,7 Pada tahap awal virus var isela zoster
masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas atas dan
mukosa konjungtiva, kemudian bereplikasi pada kelenjar
limfe r egional dan tonsil. Vir us kemudian menyebar
melalui aliran dar ah dan ber kembang biak di organ
dalam. 8
Fokus r eplikasi vir us terdapat pada sistem
r etikuloendotelial hati, limpa dan organ lain. Pada saat
titer tinggi, virus dilepaskan kembali ke alir an dar ah
(viremia kedua) dan membentuk vesikel pada kulit dan

mukosa saluran nafas atas. Kemudian ber kembang dan
menyebar melalui saraf sensoris dari jaringan kutaneus,
menetap pada ganglion serebr ospinalis dan ganglion
saraf kr anial. Parese ner vus VII timbul akibat reaktivasi
vir us var isela zoster yang menetap pada ganglion
genikulatum dan proses ini disebut dengan ganglionitis.
Ganglionitis menekan selubung jaringan saraf, sehingga
menimbulkan gejala pada ner vus VII. Per adangan dapat
meluas sampai ke foramen stilomastoid.7 Gejala kelainan
ner vus VIII yang juga dapat timbul akibat infeksi pada
ganglion yang ter dapat di telinga dalam atau penyebaran
pr oses peradangan dari ner vus VII. 7,8
Penyakit ini didahului dengan gejala prodormal
ber upa nyer i kepala, nyeri telinga, lesu, demam, sakit
kepala, mual dan muntah. Lesi terdapat di telinga luar
dan sekitar nya, kelainan ber upa vesikel ber kelompok di
atas daer ah yang er itema, edema dan diser tai r asa nyeri
seper ti terbakar pada telinga dan kulit sekitarnya (nyeri
r adikuler ). 9
Diagnosis SRH dibuat ber dasar kan anamnesis,
pemer iksaan fisik dan pemeriksaan penunjang THT-KL.
Pemeriksaan fungsi nervus VII diper lukan untuk
menentukan letak lesi, beratnya kelumpuhan dan
evaluasi pengobatan. Pemeriksaan meliputi fungsi
motor ik otot wajah, tonus otot wajah, ada tidaknya
sinkinesis atau hemispasme, gustatometri dan tes
Schimer .5
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
dengan
audiometr i
nada murni, timpanometr i,
Br ainst eam Evoked Response Audiomet r y (BERA) dan tes
elekt r onist agmogr afi (ENG). Diagnosis pasti ditegakkan
dengan mengisolasi vir us, deteksi antigen spesifik untuk
vir us varisela zoster atau dengan hibr idasi DNA vir us.5
Penatalaksanaan SRH dapat dilakukan dengan
konser vatif dan operatif. Obat yang biasa diberikan

1

Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang
adalah kor tikoster oid dan anti vir us. Bila parese menetap
lebih dari 60 hari tanpa tanda-tanda perbaikan, tindakan
dekompresi har us dilakukan. Dekompresi dilakukan pada
segmen hor izontal dan ganglion genikulatum.4,10
Pr ognosis SRH
ter gantung der ajat ker usakan. Jika
ker usakan saraf ringan maka diharapkan penyembuhan
ter jadi beberapa minggu. Jika kerusakan sar af berat maka
ter jadi penyembuhan dalam beber apa bulan.9,11

LAPORAN KASUS
Seor ang pasien laki-laki umur 39 tahun datang
ber obat ke poli THT-KL RSUP Dr . M. Djamil Padang pada
tanggal 21 Januar i 2011 dengan keluhan muka sebelah
kanan mencong sejak 1 har i yang lalu. Sebelumnya pasien
mengeluhkan demam dan ber cak bintik merah ber isi air
di telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Nyeri pada telinga
kanan sejak 2 hari yang lalu. Riwayat mual dan muntah
tidak ada. Riwayat sakit kepala sejak 2 har i yang lalu.
Riwayat telinga kanan ber denging sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat air mata ber kurang sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat pusing ber putar , gangguan pengecapan dan
telinga berair tidak ada. Ada r iwayat mender ita cacar air
waktu Sekolah Dasar. Riwayat batuk pilek tidak ada.
Riwayat hiper tensi, diabetes melitus dan str oke tidak ada.
Pada pemer iksaan fisik telinga kanan tampak
vesikel ber kelompok pada daun telinga (Gambar 1), liang
telinga lapang, membr an timpani utuh, pada telinga kiri
tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan hidung,
or ofar ing dan tenggor ok tidak ada vesikel berkelompok
dan tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan penala
ditemukan
kesan
pendengaran
normal.
Pada
pemer iksaan audiometri nada mur ni ditemukan kesan
telinga kanan normal dengan ambang dengar 16,25 dB
dan telinga kir i ter dapat gangguan konduksi pada
frekuensi rendah dan ambang dengar 15 dB (Gambar 2).

Pemeriksaan sistem Freyss ditemukan kekutan
motor ik 40% (Gambar 3), r eflek stapedius normal
(Gambar 4), tes Schimer ter dapat per bedaan pr oduksi air
mata antara mata kanan dan mata kiri sebesar 45%
(Gambar 5). Pada tes pengecapan (gustatometri) tidak
ter dapat kelainan. Pada pemeriksaan dengan House
Br ackman didapatkan kesan House Brackman IV.

Gambar 3. Tes motorik pasien saat datang pertama
ber obat

Gambar 4. Reflek stapedius

Gambar 1.Telinga kanan pasien dengan vesikel
ber kelompok

Gambar 2. Audiometri Nada Mur ni

Gambar 5. Tes Schimer

Pasien didiagnosis Sindr om Ramsay Hunt
dengan parese ner vus VII perifer dekstra lesi setinggi
ner vus petr osus mayor dan infra kor da dengan kekuatan
motor ik 40% dan HB IV. Pasien mendapat terapi
asiklovir 5X800 mg, prednison t apper ing off 4X10 mg (3
hari), 3x10mg (3hari), 3x5mg (3har i), 2x5mg (3hari),
1x5mg (3hari), Ginkgoflavon glikosida 19,2mg 1x80mg
dan neur otr opik (vitamin B1 100 mg, vitamin B6 100 mg,
vitamin
B12
5000
mcg)
1x1tablet. Pasien dikonsulkan ke bagian fisioterapi dan
bagian mata.
Pada tanggal 26 Januar i 2011 datang kontr ol
pertama dengan keluhan muka bagian kanan masih
mencong, bintik merah pada telinga kanan sudah

2

Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang
ber kur ang, demam, pusing ber putar , gangguan pada
pengecapan tidak ada. Telinga ber denging
mulai
ber kur ang, airmata kanan masih terasa ber kurang,
kekuatan motor ik masih 40% dan terapi dilanjutkan.
Hasil konsul dar i bagian mata ter dapat kesan
lagopthalmus OD (okuler dextra) ec Sindr om Ramsay
Hunt dan diberikan terapi cendolyt eer s eye dr op (ED)
6x1OD dan cendolubr icant eye dr op (ED) 3x2OD dan
pasien dianjurkan fisioterapi oleh bagian fisioterapi.
Pada tanggal 2 Februari 2011 pasien kontr ol
kedua dengan keluhan wajah mencong sebelah kir i sudah
mulai ber kurang, mata mulai ter tutup, pendengaran
ber kur ang tidak ada. Pada pemeriksaan fisik penala,
pengecapan dalam batas nor mal dan kekuatan motor ik
60%. Pasien didiagnosis Sindrom Ramsay Hunt dengan
parese ner vus VII per ifer dekstra lesi setinggi nervus
petr osus mayor dan infr a kor da dengan kekuatan
motor ik 60% dan HB III dan ter api dilanjutkan.
Pada tanggal 23 Febr uari 2011 pasien datang
kontr ol dengan keluhan bibir kanan masih jatuh, mata
kanan sudah menutup dengan kekuatan maksimal, air
mata dan pengecapan normal, pusing ber putar tidak ada
dan demam tidak ada. Pada pemeriksaan penala, tes
Schimer , tes pengecapan dalam batas normal ser ta
kekuatan motorik meningkat menjadi 66% dan terapi
dilanjutkan.
Pada tanggal 23 Apr il 2011 pasien kontr ol lagi
dengan keluhan wajah sebelah kanan sudah mulai
simetr is, air mata sama kir i dan kanan, telinga kanan
tidak ber dengung, bibir kanan tidak jatuh lagi. Pada
pemer iksaan telinga dalam batas normal, tes pengecapan
baik. Pasien didiagnosis Sindrom Ramsay Hunt dengan
parese ner vus VII per ifer dekstra lesi setinggi nervus
infr a kor da dengan kekuatan motorik baik 90% dan HB II
dan diberikan terapi neur otr opik 2x1 tab dan fisioterapi.

DISKUSI
Dilapor kan satu kasus Sindr om Ramsay Hunt
dengan parese ner vus VII perifer dekstra lesi setinggi
ner vus petr osus mayor dan infra kor da dengan kekuatan
motor ik baik 40% HB IV yang ditegakkan melalui
anamnesis, pemer iksaan penunjang THT-KL. SRH
mer upakan kasus yang jar ang ditemukan. Angka kejadian
Sindr om Ramsay Hunt dari selur uh parese fasialis akut
adalah 10-15%. Pada or ang dewasa terdapat angka
kejadian sekitar 18%, pada anak-anak 16% dan jarang
ter jadi pada anak di bawah umur kurang dari 6 tahun.3
Philip dkk 12 melapor kan terdapat 2-10% angka kejadian
SRH pada selur uh populasi par ese ner vus VII, termasuk
3-12% pada dewasa dan 5% pada anak-anak.
SRH yang terjadi pada pasien ini disebabkan
oleh reaktivasi dari infeksi vir us varisela zoster
sebelumnnya. Dari anamnesis didapatkan riwayat
menderita cacar air pada masa kecil. Etiologi dar i SRH
dari literatur disebabkan oleh r eaktivasi dari infeksi vir us
varisela zoster yang menetap pada ganglion genikulatum
dan menekan selubung jar ingan saraf, sehingga
menimbulkan gejala pada ner vus VII.9,10,12
Ber dasarkan gejala klinis, klasifikasi SRH dibagi
menjadi 4 yaitu (1) penyakit yang menyerang bagian
sensoris nervus VII, (2) penyakit yang menyerang bagian
sensoris dan motoris ner vus VII, (3) penyakit yang
menyerang bagian sensoris dan motoris ner vus VII,
diser tai gejala gangguan pendengaran, (4) penyakit yang

menyerang bagian sensoris dan motoris ner vus VII,
diser tai
gejala
gangguan
pendengar an
dan
keseimbangan.12 Pada pasien ini termasuk tipe ke 2.
Pada pemer iksaan 14Schirmer ’s didapatkan
gangguan kelenjar
air mata dan pemeriksaan
gustatometri tidak didapatkan gangguan pengecapan
sehingga ditegakkan diagnosis sebagai paresis VII
setinggi ner vus petr osus mayor dan infra korda. Pada
kepustakaan dikatakan bahwa kelainan ner vus VII dapat
ter jadi sepanjang ner vus fasial mulai dari batang otak
sampai for amen stilomastoideus.12 Kesenjangan topogr afi
ini dapat ter jadi pada kasus Bells Palsy dan SRH, hal ini
diakibatkan karena adanya multiple inflamasi dan
demielinisasi batang otak sampai pada cabang per ifer .13
Penatalaksanaan SRH selain pemberian obat
simptomatik juga diberikan obat vir ostatik yaitu pr epar at
asiklovir yang dikombinasikan dengan pr epar at
kor tikoster oid. Asiklovir mampu menghambat replikasi
intraseluler vir us var isela zoster dan virus her pes
simplek secara selektif melalui mekanisme inhibitor
kompetitif dengan DNA yang mengkode polimer ase virus.
Terapi her pes zoster pada individu normal dapat
diberikan asiklovir 5x800mg sehari selama 7 har i, paling
lambat 72 jam setelah lesi muncul.8 Menur ut Gupta J
dkk,14 pember ian asiklovir 7-10 hari dan kor tikoster oid
3-5 har i dengan regimen t apper r ing. Kor tikosteroid dapat
diberikan selama 10-14 har i dengan dosis 40-60mg/ hari
atau 1mg/ KgBB/ hari dengan regimen t apper ing.3,9,12
Pasien dengan lagopthalmus karena SRH, dapat
diberikan rejimen pelembab kornea yang ter dir i dari
tetes mata ar t ificial t ears setiap saat dan tetes pelembab
mata, hal ini ber tujuan untuk menghindar i mata ker ing
dan iritasi akibat benda asing.6,15 Pada pasien ini
diberikan cendolyt er eye drop (ED) 6x1 OD dan
cendolubr icant eye dr op (ED) 3x2OD.
Pr ognosis SRH dipengar uhi oleh umur, diabetes
mellitus, hiper tensi dan pember ian ter api yang cepat. Yeo
dkk 11 menyatakan bahwa Herpes Zoster Oticus (HZO)
memiliki pr ognosis yang bur uk daripada Bell’s Palsy.
Sekitar setengah dari jumlah pasien SRH masih memiliki
gangguan motorik ner vus fasial, hanya sebagian kecil
pasien dengan gangguan paralisis komplit. Penderita
dengan House Brackmann derajat II memiliki pr ognosis
yang baik. 16 Pasien ini mengalami per baikan setelah
melakukan pengobatan selama kurang lebih 3 bulan.

DAFTAR PUSTAKA
1.
Coleman et al. Ramsay Hunt syndr ome with severe
dysphagia. Department of Otolar yngology Head and
Neck Sur ger y Michigan medical center . 2011;1-2.
Danil Kim et al. Ramsay Hunt syndr ome pr esenting
2.
as simple otitis externa in CJEM. Depar tment of
Medicine Univer sity of Tor onto; 2008; 247-50.
3.
Anil K. Facial ner ve: disor der s of facial ner ve. In:
Cur rent otolar yngology. New Yor k: Mc Graw Hill;
2007.
4.
Mir avalle A. Ramsay Hunt syndr ome. Available fr om
http:/ / emedicine.medscape.com Cited on August
2009.
Sjar ifudin, Bashir udin J, Bramantyo B. Kelumpuhan
5.
Ner vus Fasialis Perifer . Dalam: Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggor ok kepala & leher.

3

Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RS Dr.M.Djamil Padang

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.
14.
15.

16.

Edisi 6.
Fakultas Kedokteran Univer sitas
Indonesia;2007.p114 -17.
Honda, Nobumitsu et al. Swelling of the
intratempor al facial ner ve in Ramsay Hunt
syndr ome. Acta Otolar yngol. 2002; 122:348-52.
Kim HJ, et al. Ramsay Hunt syndr ome complicated
by a brainstem lesion. Jour nal of Clinical vir ology 39
(2007) 322-325.
Sjaiful dkk. Infeksi Vir us Her pes. Jakarta: kelompok
studi her pes Fakultas Kedokter an Univer sitas
Indonesia .2002.p196-7.
Bhupal HK. Ramsay hunt syndr ome pr esenting in
pr imar y car e. In: ThePr ectitioner casebook:
2010;254:33-35.
Ballenger JJ. Penyakit telinga hidung tenggor r ok
kepala& leher. Edisi 13. Jakar ta: Binar upa aksar a;
1997.p560-61.
Yeo SW, et al. Analysis of pr ognostic factor s in bell’s
palsy and r amsay hunt syndr ome. Auris nasus
lar ynx.2007.34:159-164.
Philip A, Wackym, Jhon SR. Facial paralysis. In:
Ballenger ’s otor hinolar yngology head and neck
sur ger y. Ed.16th. Hamilton ontar io : 2003; 24:492494 .
Quinn , et al. Facial Ner ve Par alysis.Dept.of
Otolar yngology,UTMB,Grand Rounds :2007.
Gupta J, et al. Ramsay hunt syndr ome, type I. ENTear , nose & thr oat jour nal. 2007:p.138-140.
Bella, danil et al. Ramsay Hunt syndrome in a
per son with HIV disease. Indian J. Otolar yngol.Head
Neck Sur g.2008;171-73.
Ohtani F, et al. Varicella-zoster virus load and
cochleovestibular symptoms in r amsay hunt
syndr ome.
Annals of otology, r hinology &
lar yngology:2006; 115(3);233-238.

4