DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PNEUMONIA. doc

REFLEKSI KASUS

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
PNEUMONIA BERAT PADA ANAK

Oleh:
Putu Oka Kresna Jayadi
167008050

Pembimbing:
dr. Romy Windiyanto, M.Sc, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD SANJIWANI GIANYAR
2017

1

KASUS
1. Identitas Pasien

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku/ Bangsa
MRS
Ruang Rawat
No RM

: IDGAW
: 5 bulan
: Laki-laki
: Br. Cebaung, Serongga, Gianyar
: Hindu
: Bali/ Indonesia
: 22 Mei 2017
: Abimanyu
: 595476


2. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama: Sesak
Pasien dikeluhkan sesak sejak 30 menit sebelum MRS (22/5/2017) pukul
00.15 wita. Sesak terasa di dada dan dirasakan terus menerus. Sesak dirasakan
sangat berat sehingga pasien bernafas cepat disertai suara grok-grok dan ngikngik serta terdapat cekungan pada dada. Sesak dikatakan sangat mengganggu
hingga menyebabkan paien tidak bisa tidur. Sesak muncul dikatakan secara
mendadak dan tidak membaik dengan perubahan posisi. Sebelumnya pasien
sempat mengalami batuk sejak 1 hari SMRS (20/4/2017) namun untuk
keluhan pilek disangkal oleh pasien. Batuk dikatakan berdahak berwarna
putih. Keluhan demam pada pasien disangkal. Makan dan minum pasien
dikatakan menurun. Keluhan seperti muntah disangkal oleh pasien. BAB dan
BAK dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dikatakan pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien
dirawat sekitar 14 hari yang lalu di PICU RSUD Sanjiwani Gianyar dengan
diagnosa pneumonia berat. Riwayat kelainan yang bersifat kongenital
disangkal orang tua pasien. Riwayat alergi obat disangkal oleh orang tua
pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga

Dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Riwayat
penyakit seperti asma, dan alergi disangakal kedua orang tua pasien.
Riwayat Pengobatan
2

Pasien sempat berobat ke bidan kemudian mendapatkan obat sirup batuk dan
pilek (tidak diketahui namanya) namun keluhan batuk dan pilek tidak
membaik.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pasien merupakan anak pertama. Lingkungan rumah pasien dikatakan cukup
bersih dan aliran udara cukup baik. Ayah pasien dikatakan memiliki kebiasaan
merokok dan beberapa anggota keluarga yang berada di rumah memiliki
keluhan batuk.
Riwayat Persalinan
Pasien dikatakan lahir spontan yang ditolong oleh dokter di Puri Ananda
dengan berat badan lahir 2800 gram. Panjang badan 49 cm, lingkar kepala dan
lingkar dada dikatakan lupa oleh ibu pasien. Tidak ada kelainan pada saat
persalinan dan juga tidak ada kelainan bawaan pada pasien.
Riwayat Imunisasi
Pasien dikatakan telah mendapatkan imunisasi BCG, Polio 1 kali, Hepatitis B

1 kali sampai saat ini di puskesmas.
Riwayat Nutrisi
- ASI
: 0 – 3 bulan (frekuensi >5x/hari)
- Susu formula
: sejak usia 3 bulan (frekuensi 3x/hari)
- Bubur susu
:- Nasi Tim
:- Makanan Dewasa
:Riwayat Tumbuh Kembang
- Menegakan kepala : 2 bulan
- Duduk
: 3 bulan
Riwayat Alergi
Pasien dikatakan memiliki riwayat alergi terhadap susu sapi dengan muncul
reaksi kemerahan pada kulit serta muntah. Alergi makanan maupun obatobatan disangkal.
3. Pemeriksaan Fisik
Status Present
- Keadaan umum
- Kesadaran

- Nadi
- Laju respirasi
- Tekanan darah

: Tampak lemah
: Compos mentis
: 128x/menit
: 62x/menit
:-

3

-

Temperatur Axilla
: 36,5oC
Berat badan
: 6 kg
Berat badan ideal
: 7,5 kg

Panjang badan
: 64 cm
Status Gizi berdasarkan WHO Anthro :
BB/U
: -2 SD – 2 SD (gizi baik)
TB/U
: -2 SD – 2 SD (normal)
BMI / U
: -2 SD – 2 SD (normal)
Status gizi (waterlow) : 80% (kurang)

Status General
-

Kepala
Mata
THT

: Normocephali,
: Cekung -/-, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterus -/-,

Telinga

: Sekret (-),

Hidung

: Sekret (-), NCH (-)

Tenggorokan : Mukosa bibir kering (-), faring hiperemis (+),
Tonsil T1/T1
-

-

Leher
Thoraks
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Inspeksi

Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Kulit
Ekstremitas

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)
: Simetris (+), retraksi subcostal (+)
: S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
: Vesikuler +/+, Rhonki +/+, Wheezing +/+
: Distensi (-)
: Bising usus normal
: Hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), massa (-)
: Timpani
: Sianosis (-), turgor kembali cepat
: Akral hangat (+) pada keempat ekstremitas, edema

(-), CRT < 2 detik
4. Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap (11/05/2017)
Parameter
WBC
Lymph %
Mid %
Gran %
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH

Hasil
8,7
39,6
12,3
48,1
4,33
12,5
37,1

85,6
28,9

Nilai Rujukan
4,0 – 10,0
20,0 – 40,0
3,0 – 9,0
50,0 – 70,0
3,50 – 5,50
11,0 – 16,0
37,0 – 54,0
82,0 – 95,0
27,0 – 31,0

Keterangan
N
N
H
L
N

N
N
N
N
4

MCHC
RDW-CV
RDW-SD
PLT

33,7
13,8
47,7
524

32,0 – 36,0
11,5 – 14,5
35,0 – 56,0
150 – 450

N
N
N
H

5. Diagnosis
Pneumonia Berat dengan Wheezing
Ancaman Gagal Nafas
6. Penatalaksanaan
- CPAP support FIO2 40% PEEP 7
- Kebutuhan cairan 600 ml/hari ~ IVFD Tridex 100 ~ 25 mL/jam
- Injeksi Cefotaxime 50 mg/kgBB/kali ~ 300 mg tiap 8 jam (intravena)
- Nebulisasi ventolin 0,6 mL + NaCl 0,9% sampai 4 mL tiap 6 jam

5

PEMBAHASAN
1. Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi ruang
alveolar. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pneumonia
berdasarkan adanya gejala klinis berupa batuk, kesulitan bernafas dan
takipnea. Pneumonia paling sering disebabkan oleh Respiratory Syncitial
Virus (RSV) dan virus respiratorik lainnya seperti virus influenza, adenovirus.
Pneumonia berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi pneumonia tipikal
bakteri seperti Streptococcus Pneumoniae dan atipikal

Mycoplasma

Pneumonia. Ada 3 klasifikasi pneumonia berdasarkan anatomi, derajat
beratnya klinis dan berdasarkan atas lokasi didapatnya pneumonia1,2,3.
Patogenesis terjadinya pneumonia kuman masuk ke saluran nafas atas
kemudian mekanisme pertahanan terganggu selanjutnya terbentuk sekret
virulen. Pembentukan sekret berlebih kemudian turun ke alveoli. Lobus
bagian bawah paru-paru paling sering terkena efek gravitasi. Setelah mencapai
alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat
tahap yang berurutan yaitu; Fase Kongesti yang merupakan fase pertama,
eksudat yang kaya protein keluar masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh
darah yang berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat,
edematosa dan berwarna merah. Fase selanjutnya yaitu Hepatisasi Merah
dimana terjadi setelah 48 jam berikutnya. Ditemukan akumulasi yang masif
dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan makrofag. Banyak
sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang
menutupi

diselimuti

eksudat

fibrinosa,

paru-paru

tampak

berwarna

kemerahan, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula.
Tahap selanjutnya yaitu Hepatisasi Kelabu, dimana terjadi akumulasi fibrin
yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah.
Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang. Pada tahap terakhir
yaitu Fase Resolusi dimana eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh
makrofag, dengan mempertahankan arsitektur dinding alveolus, sehingga
jaringan kembali pada strukturnya semula1,2,3.

6

Membedakan manifestasi klinis pneumonia berdasarkan penyebab sampai
saat ini bukanlah suatu hal yang mudah oleh penyebab yang berlainan karena
sering menimbulkan gejala klinik yang hampir mirip dan tidak ada yang
spesifik. Gejala klinik umumnya tergantung kepada umur pasien. Pada
neonatus mungkin hanya ditemukan gejala kesulitan untuk minum, letargi,
takipne, retraksi dinding dada dan sianosis. Pada anak dijumpai demam, batuk,
anak menolak dan sulit minum, letargi, takipne, kadang mengi dan pada kasus
yang berat ditemukan sianosis. Gejala pada anak yang lebih tua dijumpai
demam, batuk, nyeri dada dan nafas pendek. Tanda patognomonis dari
pneumonia apabila ditemukan ronki.
Secara umum, manifestasi pneumonia tipikal memberikan gejala yang
lebih berat daripada atipikal. Ditemukan demam tinggi sampai mengigil, batuk
produktif dan sering disertai nyeri dada pleuritik. Perjalanan penyakit
pneumonia atipikal berlangsung gradual dari beberapa hari sampai minggu,
didominasi oleh gejala seperti myalgia, malaise dan nyeri kepala hebat. Batuk
non produktif dan demam tidak terlalu tinggi. Manifestasi pneumonia atipikal
pada umumnya ringan sampai sedang, tetapi mungkin juga berkembang
menjadi berat.
Tanda dan Gejala

Pneumonia Atipikal

Pneumonia
Tipikal

Onset

Gradual

Akut

Suhu

Kurang tinggi

Tinggi, menggigil

Batuk

Non produktif

Produktif

Dahak

Mukoid

Purulen

Gejala lain

Nyeri kepala, mialgia,

sakit Jarang

tenggorokan, suara parau,

nyeri

telinga
Pewarnaan gram

Flora normal atau spesifik

Kokus gram (+)
atau (-)

7

Radiologis

“Patchy” atau normal

Konsolidasi lobar

Laboratorium

Leukosit normal kadang rendah

Lebih tinggi

Gangguan fungsi

Sering

Jarang

hati

World Health Organization merekomendasikan klasifikasi klinis dan pengobatan yang diberikan pada balita usia 2 bulan sampai 5
tahun yang memiliki batuk atau kesukaran bernafas dapat dilihat pada tabel berikut:3

Kriteria Pneumonia

Gejala Klinis & Pengobatan

Bukan Pneumonia

Tidak ada sesak nafas, tidak ada tarikan
dinding

dada.

Tidak

mendapatkan

pemberian antibiotik.
Pneumonia

Nafas cepat:
Tidak

Usia 60x/menit, merintih (grunting) derajat sedang
hingga berat, retraksi nafas, saturasi oksigen 60%
dan sering mengalami apneu6. Pada kasus, pasien mengalami peningkatan
frekuensi nafas dan retraksi nafas. Pada kasus ini penatalaksanaan pneumonia
berdasarkan WHO masuk dalam rekomendasi ke-3. Dimana pasien berusia 5
bulan dengan retraksi dada atau pneumonia berat harus diberikan ampisilin
parenteral (atau penisilin) dan gentamisin sebagai pengobatan lini pertama3.

11

SIMPULAN
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien dalam hal ini sudah
memenuhi kriteria untuk kemudian didiagnosis dengan pneumonia berat.
Penanganan pneumonia pada kasus sudah sesuai dengan penanganan yang
dilakukan yaitu dengan terapi suportif dan terapi antibiotika. Terapi suportif
seperti terapi oksigen, pemberian cairan dan nutrisi. Terapi antibiotika untuk
mengeradikasi penyebab pneumonia pada anak. Pada kasus dimana pasien
didiagnosa dengan pneumonia berat sudah mendapatkan terapi antibiotika
rekomendasi ke-3.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Farida Y, Ayu T, Desy N W. 2017. Study of Antibiotic use Pneumonia Patient
in Surakarta Referral Hospital : Journal of Pharmaceutical Science and
Clinical Research. Surakarta. Accessed : 25 May 2017
2. Marckdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. 2014. Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Edisi Keenam. Philadelphia: Elsevier Inc. h:527530.
3. World Health Organization. 2014. Revised WHO classification and treatment
of childhood pneumonia at health facilities: Evidence Summaries. World
Health Organization. Accessed: 9 May 2017
4. Anwar A, Dharmayanti I. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 8, No. 8, 359-365
5. Setyanto DB, dkk. 2009. Pneumonia. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. IDAI. h:250-254.
6. Efendi SH. 2014. Continous Positive Airway Pressure (CPAP). Bandung.
Accessed : 9 May 2017

13