PROGRAM BIMBINGAN AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN ACADEMIC SELF-EFFICACY PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Lata Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Metode Penelitian... 11

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II BIMBINGAN AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN ACADEMIC SELF-EFFICACY PESERTA DIDIK A. Kajian Pustaka ... 13

1. Bimbingan Akademik ... 13

a. Pengertian Bimbingan ... 14

b. Bidang bimbingan ... 14

c. Tujuan Bimbingan ... 15

d. Fungsi Bimbingan ... 16

e. Pengertian Bimbingan Akademik ... 17

f. Tujuan Bimbingan Akademik... 19

g. Fungsi Bimbingan Akademik ... 20

h. Lingkup Permasalahan Bimbingan Akademik ... 21

2. Program Bimbingan Akademik ... 23

a. Definisi Program Bimbingan Akademik ... 23

b. Prinsip-Prinsip Pengembangan Program Bimbingan Akademik .... 25

c. Komponen Program Bimbingan Akademik ... 26

3. Academic Self-Efficacy Peserta Didik ... 28

a. Perkembangan Self-Efficacy ... 28

b. Konsep Self-Efficacy ... 29

c. Definisi Academic Self-Efficacy ... 30


(2)

e. Sumber-Sumber Self-Efficacy ... 33

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy Peserta didik ... 36

g. Proses-Proses Self-Efficacy ... 38

h. Pengukuran Academic Self-Efficacy ... 40

i. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama ... 41

4. Program Bimbingan Akademik untuk Meningkatkan Academic Self-Efficacy Peserta Didik... 44

B. Kerangka Pemikiran ... 52

C. Penelitian Terdahulu ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 59

B. Metode Penelitian ... 61

C. Definisi Operasional Variabel ... 62

D. Instrumen Penelitian ... 65

E. Pengembangan Instrumen Penelitian... 66

F. Teknik Pengumpulan Data ... 72

G. Teknik Analisis Data ... 73

H. Prosedur Penelitian ... 76

I. Penyusunan Program Bimbingan Akademik untuk Meningkatkan Academic Self-Efficacy Peserta Didik ... 77

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrispsi Hasil Penelitian ... 78

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

C. Rancangan Program Hipotetik Bimbingan Akademik ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 141

B. Rekomendasi ... 142


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1Jumlah Anggota Populasi ... 61

3.2Kisi-Kisi Instrumen Academic Self-Efficacy (Sebelum Validasi) ... 66

3.3Hasil Peninbangan Angket Pengungkap academic Self-Efficacy ... 67

3.4Kisi-Kisi Instrumen Academic Self-Efficacy (Setelah Uji kelayakan Instrumen) ... 68

3.5Hasil Uji Validitas Academic Self-Efficacy Peserta Didik ... 70

3.6Kisi-Kisi Instrumen Academic Self-Efficacy (Setelah Uji Coba) ... 72

3.7Kulalifikasi Data Instrumen Academic Self-Efficacy ... 74

3.8Interpretasi Skor Kategori Academic Self-Efficacy Peserta Didik ... 75

4.1 Kebutuhan Layanan Bimbingan dan Konseling ... 117

4.2 Rencana Operasional Program Bimbingan Akademik ... 127

4.3 Pengembangan Tema Program Bimbingan Akademik ... 134

4.4 Format Evaluasi Proses ... 138


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1Alur Penelitian Pengembangan Program ... 24 2.2Kerangka Pemikiran ... 55


(5)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

4.1Gambaran Umum Academic Self-Efficacy ... 78

4.2Gambaran Dimensi Academic Self-Efficacy ... 80

4.3Gambaran Academic Self-Efficacy pada Dimensi Magnitude ... 83

4.4Gambaran Academic Self-Efficacy pada Dimensi Generality ... 86

4.5Gambaran Academic Self-Efficacy pada Dimensi Strength ... 89

4.6Gambaran Tingkat Pencapaian Academic Self-Efficacy pada Setiap Dimensinya ... 92

4.7Gambaran Tingkat Pencapaian Academic Self-Efficacy pada Dimensi Magnitude ... 94

4.8Gambaran Tingkat Pencapaian Academic Self-Efficacy pada Dimensi Generality ... 95

4.9Gambaran Tingkat Pencapaian Academic Self-Efficacy pada Dimensi Strength ... 97


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Administrasi Penelitian ... 147

B. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 154

C. Instrumen penelitian ... 168

D. Validitas dan Reliabilitas ... 174

E. Pengolahan Data... 179

F. Program Sebelum Validasi ... 184


(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Di era globalisasi yang semakin berkembang, perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang semakin kompeten dan berkualitas yang mampu menghadapi tantangan perubahan jaman yang semakin berkembangan. Upaya untuk mempersiapkan sumber daya yang kompeten dan berkualitas salah satunya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 dijelaskan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Upaya menempuh jalur pendidikan dapat dilakukan melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Sebagaimana dijelaskan dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1 “jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.” Selanjutnya pada pasal 1 ayat 11,12, dan 13 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai definisi dari masing-masing jalur pendidikan. Ayat 11 menjelaskan mengenai definisi pendidikan formal yaitu “pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.” Ayat 12 menjelaskan mengenai definisi pendidikan nonformal yaitu “pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. Kemudian, ayat 13 menjelaskan mengenai definisi pendidikan informal yaitu “pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.”

Sekolah menengah pertama merupakan salah satu jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar yang mempersiapkan peserta didik untuk menempuh jenjang pendidikan lanjutan yaitu sekolah menengah umum mupun


(8)

2

menengah kejuruan, mengharuskan siswanya memiliki keyakinan terhadap potensi akademik yang dimiliki agar mampu memenuhi serangkaian tuntutan akademik dalam upaya pencapaian prestasi akademik secara optimal.

Berdasarkan terminologi Psikologi, peserta didik sekolah menengah pertama termasuk dalam tahap perkembangan masa remaja. Menurut Konopka Pikunas (Yusuf, 2009: 10 ) „fase remaja meliputi (1) remaja awal 12-15 tahun, (2) remaja madya : 15-18 tahun dan (3) remaja akhir : usia 18-22 tahun.‟ Selanjutnya, menurut Santrock (2007: 20) definisi mengenai remaja tidak hanya terbatas pada pertimbangan mengenai usia melainkan juga pengaruh sosio-historis, sehingga Santrock mendefinisikan remaja sebagai “periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.”

Remaja dihadapkan pada serangkaian tugas perkembangan yang harus dicapai agar mampu berkembang secara optimal, salah satunya mengembangkan keterampilan intelektual (Yusuf, 2009: 23). Kemampuan pengambilan keputusan serta pemecahan masalah secara efektif merupakan bagian dari keterampilan intelektual. Untuk mampu mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara efektif, diperlukan keyakinan diri terhadap potensi yang dimiliki. Sebagaimana yang diungkapkan Bandura (Hen dan Goroshit, 2012: 2) keyakinan diri akan mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan, memecahkan masalah serta bertahan dalam menghadapi tantangan. Semakin tinggi keyakinan diri individu maka semakin terampil individu dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah, sebaliknya semakin rendah keyakinan diri individu, semakin sulit individu untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah secara efektif.

Keyakinan diri individu terhadap kemampuan dan potensi yang dimiliki disebut dengan self-efficacy. Bandura (Hen dan Goroshit, 2012: 2) menjelaskan Self-efficacy refers to people’s judgments of their own capabilities to organize and execute courses of action required to attain designated types of performances’, self-efficacy mengacu pada penilaian individu terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk mengatur dan menjalankan rencana tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.


(9)

3

Pada kehidupan sehari-hari individu harus membuat keputusan untuk mencoba berbagai tindakan dan bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Individu yang self-efficacy-nya rendah akan cenderung menghindari situasi-situasi yang diyakini melampaui keyakinan kemampuannya, sebaliknya individu yang self-efficcy nya tinggi akan penuh keyakinan mengambil dan melakukan kegiatan yang diperkirakan dapat diatasi. Self-efficacy yang tinggi menyebabkan keterlibatan aktif dalam kegiatan, mendorong perkembangan kompetensi. Sebaliknya, self-efficacy yang rendah mengarahkan individu untuk menghindari lingkungan dan kegiatan, dan memperlambat perkembangan potensi. Self-efficacy akan membantu individu dalam menentukan kegiatan yang akan dilakukan, kemudian merancang urutan kegiatan dan menentukan berapa lama individu bertahan dalam menghadapi rintangan (Gore, 2005: 92).

Pada saat menjalani aktivitas akademis, individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan mampu bertahan dalam menghadapi tugas-tugas yang sulit, memiliki komitmen yang kuat dalam mencapai tujuan akademis, selalu mempertahankan dan meningkatkan usaha dalam menghadapi kesulitan penyelesaian tugas sekolah, mampu dengan cepat bangkit ketika mengalami kegagalan, serta selalu berpersepsi dirinya mampu mengontrol atau menghadapi hambatan yang dilalami dalam upaya pencapaian tujuan akademik, sehingga individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan mampu mencapai prestasi akademik secara optimal. Sebaliknya, individu yang memiliki self-efficacy rendah cenderung menghindar dari tugas akademik yang sulit yang dipresepsikan mampu mengacam dirinya, sehingga memiliki aspirasi rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Pada saat dihadapkan pada tugas-tugas akademik sulit, individu akan sulit menghadapi hambatan dan cenderung menyerah, serta lebih berfokus pada pikiran mengenai kegagalan-kegagalan yang akan dialami dibanding berfokus pada bagaimana cara yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan, sehingga menimbulkan stres dan depresi yang juga akan berpengaruh terhadap penurunan prestasi akademis (Bandura,1995: 10-11).

Konseptualisasi self-efficacy dalam situasi akademik disebut dengan academic self-efficacy. Schunk (Gore, 2005: 93) menjelaskan Academic


(10)

self-4

efficacy can be defined as individuals’ confidence in their ability to successfully perform academic tasks at a designated level’, Academic self-efficacy dapat didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga berhasil melaksanakan tugas-tugas akademik sesuai dengan tingkat kemampuan.

Academic self-efficacy berkaitan dengan keyakinan individu akan kemampuan untuk menangani tugas-tugas akademik dan melakukan tindakan secara efektif. Seorang individu yang ragu akan kemampuannya dalam melaksanakan serangkaian tugas akademik dikatakan memiliki self-efficacy pada tugas akademik rendah. Individu dengan academic self-efficacy rendah kurang berusaha dan mudah menyerah ketika menghadapi situasi yang sulit dan penuh tantangan. Sebaliknya, individu yang memiliki academic self-efficacy tinggi menyukai tantangan dan tidak suka melakukan tugas–tugas akademik yang mudah, sehinngga akan mempengaruhi pencapaian presatsi akademik.

Papalia et al, (2008: 569) mengungkapkan faktor yang paling penting dalam pencapaian prestasi akademik adalah keyakinan peserta didik dan orang tuanya terhadap kemampuan peserta didik dalam mencapai prestasi. Pendapat Papalia et al, didukung oleh pendapat Bandura yang menyatakan peserta didik dengan tingkat academic self-efficacy yang tinggi akan merasa yakin terhadap kemampuannya menguasai materi akademis dan mengatur pembelajaran sendiri, memiliki kecenderungan lebih besar untuk memcoba berprestasi dan lebih cenderung sukses dibanding peserta didik yang tidak yakin dengan kemampuannya sendiri (Bandura et al., 1996; Papalia et al., 2008: 56). Pendapat Bandura mengindikasikan faktor academic self-efficacy berpengaruh terhadap pencapaian prestasi akademik peserta didik. Peserta didik yang memiliki academic self-efficacy yang tinggi akan mampu mencapai prestasi akademik yang tinggi pula. Sebaliknya peserta didik yang tingkat academic self-efficacy-nya rendah akan cenderung memiliki prestasi akademik yang rendah.

Berdasarkan penelitian Uwah et al (Wisantyo, 2010: 5) academic self-efficacy dapat memprediksi kemampuan peserta didik untuk sukses. Peserta didik dengan prestasi akademik lebih tinggi memiliki self-efficacy yang tinggi, sehingga


(11)

5

lebih gigih, mampu menetapkan sasaran lebih baik serta lebih memiliki keterampilan strategi monitoring waktu dibandingkan peserta didik lain. Menurut Bandura (Dwitantyonov et al, 2010: 136) academic self-efficacy jika disertai dengan tujuan-tujuan yang spesifik dan pemahaman mengenai prestasi akademik, maka akan menjadi penentu suksesnya akademik. Sejalan dengan pendapat Bandura, Penelitian Adeyemo (2008: 119-213) mengenai Moderating Influence of Emotional Intelligence on the Link Between Academic Self-efficacy and Achievement of University Students menunjukkan hasil academic self-efficacy memiliki korelasi yang positif dengan prestasi akademik karena peserta didik yang memiliki academic self-efficacy yang tinggi memiliki kapasitas untuk menerima tantangan yang lebih, lebih tekun dalam menghadapi tantangan, dan cenderung mampu memotivasi diri untuk menghadapi tantangan.

Self-efficacy juga akan mempengaruhi tingkat stres akademik peserta didik. Hasil penelitian Wisantyo (2010: 11) menunjukkan ada hubungan negatif antara academic self-efficacy dengan stres pada siswa SMAN 3 Semarang, semakin tinggi academic self-efficacy pada peserta didik, cenderung akan diikuti dengan menurunnya stres pada peserta didik SMAN 3 Semarang. Penelitian Wisantyo mengindikasikan peserta didik yang memiliki self-efficacy rendah akan mengalami tingkat stres akademik yang lebih tinggi. Penelitian lainnya mengenai academic self-efficacy dilakukan oleh Pujiati (2010: 94-95) menunjukan hasil secara umum peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Rajapolah memiliki tingkat academic self-efficacy sangat tinggi sebesar 25,64%, tinggi sebesar 53,85%, sedang sebesar 14,10% dan pada kategori rendah sebesar 6,41%. Penelitian Pujiati menunjukkan adanya fenomena rendahnya academic self-efficacy pada peserta didik sekolah menengah pertama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMPN 9 Bandung pada saat pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL), ditemukan beberapa masalah yang mengindikasikan rendahnya academic self-efficacy peserta didik, yaitu (1) peserta didik cenderung cepat menyerah ketika mendapat tugas yang sulit sehingga memilih mencontek baik pada saat ulangan maupun pengerjaan tugas lainnya, (2) merasa terbebani dengan tugas yang banyak sehingga cenderung


(12)

6

menunda mengerjakanya, (3) merasa takut dan ragu-ragu ketika diminta untuk menjawab soal di papan tulis, (4) ragu-ragu ketika mengemukakan pendapat, (5) merasa takut memperoleh nilai rendah dalam ulangan atau tugas lainnya terutama mata pelajaran IPA dan Matematika, (6) merasa kurang yakin mampu memperoleh prestasi belajar yang tinggi (masuk 5 besar di kelasnya).

Merujuk pada berbagai hasil penelitian yang dipaparkan, academic self-efficacy berperan penting dalam pencapaian prestasi akademik peserta didik, termasuk peserta didik di sekolah menengah pertama. Berdasarkan fenomena pentingnya academic self-efficacy bagi peserta didik dalam upaya pencapaian prestasi belajar, maka setiap peserta didik diharapkan memiliki tingkat academic self-efficacy yang tinggi. Peserta didik memerlukan upaya bantuan untuk meningkatkan academic self-efficacy agar peserta didik mampu menampilkan kinerja akademik secara optimal sesuai dengan sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Salah satu pihak yang dapat membantu peserta didik adalah sekolah. Sekolah mempunyai peranan penting dan bertanggung jawab dalam membantu para siswa mencapai perkembangan secara optimal. Sekolah berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif untuk mencapai perkembangan peserta didik baik menyangkut aspek pribadi, sosial, akademik maupun karir.

Peran sekolah dalam menciptakan iklim yang kondusif akan membantu membentuk academic self-efficacy peserta didik. Schunk dan Meece (2005: 79) menjelaskan sistem pembelajaran yang tepat serta lingkungan sekolah yang kondusif akan membantu peserta didik menetapkan tujuan pembelajaran serta fokus pada kegiatan belajar mengajar bukan berfokus pada masalah yang dihadapi pada pelaksanaan proses pembelajaran sehingga akan membentuk keyakinan diri terhadap potensi yang dimiliki. Pendapat schunk dan meece mengindikasikan sekolah memiliki peranan dalam pembentukan academic self-efficacy peserta didik.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjalankan tiga bidang utama secara sinergi yaitu manajemen dan supervisi, pembelajaran bidang studi, serta bimbingan dan konseling (Depdiknas, 2008: 185). Ketiga bidang tersebut


(13)

7

bekerjasama secara sinergi untuk menghasilkan peserta didik yang pintar dan terampil dalam bidang akademik serta memiliki kemampuan serta kematangan dalam aspek kepribadian.

Bimbingan dan konseling sekolah sebagai salah satu bidang utama dalam jalur pendidikan formal memiliki posisi strategis untuk membantu peserta didik dalam mengatasi masalah yang dialami serta mengembangkan potensi yang dimiliki. Pengembangan potensi secara optimal dapat terlaksana jika peserta didik memiliki keyakinan diri yang kuat terhadap potensi dirinya, sehingga akan menampilkan kinerja akademik secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Personel yang bertanggung jawab langsung dalam pelaksanaan bidang bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan konseling (guru BK). Guru BK berperan dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik dalam upaya pencapaian prestasi akademik, melalui bimbingan akademik. Bimbingan akademik diperlukan guna memberikan intervensi untuk mengembangkan academic self-efficacy peserta didik dalam menghadapi dan menyelesaikan tuntutan serta masalah-masalah akademik sebagai upaya pencapaian prestasi akademik. Pencapaian prestasi akademik yang tinggi merupakan salah satu wujud tercapainya perkembangan optimal peserta didik.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, fokus masalah penelitian adalah profil academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Bandung tahun ajaran 2012/2013 sebagai dasar pengembangan program bimbingan akademik hipotetik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik. Penyusunan program dilakukan sebagai upaya meningkatkan academic self-efficacy agar peserta didik mampu mencapai prestasi akademik secara optimal. Mengacu pada latar belakang masalah, penelitian berjudul “Program Bimbingan Akademik Untuk Meningkatkan Academic Self-Efficacy Peserta Didik (Studi Deskprtif Terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)”.


(14)

8

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar yang melandasi jenjang pendidikan menengah, baik pendidikan menengah umum maupun menengah kejuruan (UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003). Peserta didik sekolah menengah pertama akan mengikuti serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisasi dalam rangka proses pembelajaran untuk mempersiapkan diri menempuh jenjang pendidikan lanjutan. Diperlukan keyakinan diri terhadap potensi akademik yang dimiliki agar mampu memenuhi serangkaian tuntutan pendidikan yang harus ditempuh dalam upaya pencapaian prestasi akademik secara optimal.

Berdasarkan terminologi psikologi, peserta didik sekolah menengah pertama yang berada pada rentang usia sekitar 12-15 tahun termasuk pada kategori remaja. Pada masa remaja telah berkembang social cognition yaitu kemampuan untuk memahami orang lain (Yusuf, 2008: 198). Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaannya. Kemampuan social cognition dapat digunakan oleh remaja untuk membentuk dan memperkuat self-efficacy melalui pengamatan terhadap pengalaman model sosial. Pengamatan terhadap pengalaman orang lain (model sosial) dalam mencapai kesuksesan, akan memperkuat self-efficacy untuk mencapai hasil yang sama dengan hasil yang dicapai oleh model yang diobervasinya.

Selain berkembangnya social cognition, masa remaja juga merupakan masa berkembangnya identity (jati diri). Erikson (Yusuf, 2008: 201) meyakini perkembangan identity pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmennya terhadap okupasi masa depan, peran-peran masa dewasa dan sistem keyakinan pribadi. Menurut James Marcia dan waterman (Anita E. Woolfolk, 1995; Yusuf, 2008: 201) identitas diri merujuk kepada „pengorganisasian atau pengaturan dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten.‟ Pengorganisasian keyakinan kedalam citra diri meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual, dan filsafat hidup.


(15)

9

Berdasarkan karakteristik remaja baik dari aspek sosial mupun kepribadian, seharusnya dalam diri remaja tumbuh self-efficacy terhadap potensi yang dimiliki. Pada kenyataanya, pada diri remaja khususnya peserta didik sekolah menengah pertama terdapat gejala-gejala perilaku yang mengindikasikan perasaan kurang yakin terhadap potensi akademik yang dimiliki, seperti perilaku mencontek, ragu-ragu ketika akan menjawab soal, ragu-ragu-ragu-ragu dalam mengemukakan pendapat serta mudah menyerah ketika mendapatkan tugas yang sulit. Perasaan kurang yakin terhadap kemampuan akademik yang dimiliki menunjukan rendahnya academic self-efficacy peserta didik.

Academic self-efficacy merupakan bagian dari kesiapan peserta didik dalam belajar di sekolah. Academic self-efficacy merupakan salah satu fokus bantuan pada ranah layanan BK dalam bidang bimbingan akademik untuk membantu pencapaian prestasi akademik. Bimbingan akademik merupakan salah satu lingkup layanan bimbingan yang diarahkan untuk membantu peserta didik dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik, seperti pemilihan jurusan, cara belajar yang tepat serta penyelesaian tugas-tugas dan latihan (Yusuf dan Juntika, 2008: 10).

Tugas Guru BK di sekolah adalah menfasilitasi dan mengembangkan academic self-efficacy peserta didik agar proses belajar di sekolah dapat menghasilkan hasil belajar yang diharapkan. Guru BK membantu mengembangkan keyakinan diri peserta didik agar memiliki kesiapan dalam menghadapi semua tuntutan-tuntututan akademik dalam upaya pencapaian prestasi akademik secara optimal sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki.

Academic self-efficacy merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik pada bidang akademik dalam upaya pencapaian prestasi belajar, sehingga bimbingan dan konseling perlu terlibat dalam mengembangkan academic self-efficacy peserta didik. Apabila academic self-efficacy tidak dimiliki akan menimbulkan berbagai permasalahan akademik peserta didik, antara lain perilaku prokrastinasi akademik, rendahnya kemandirian belajar, tingkat stres


(16)

10

akademik yang tinggi, mudah menyerah ketika mengalami hambatan dalam belajar sehingga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi akademik.

Intervensi yang dilakukan oleh Guru BK dalam mengembangkan academic self-efficacy siswa dilakukan dengan mengembangkan program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik. Program bimbingan akademik dirumuskan dengan menggunakan strategi layanan dasar sebagai upaya pengembangan academic self-efficacy yang bersifat preventif bagi peserta didik yang sudah memiliki tingkat academic self-efficacy cukup tinggi, serta strategi layanan responsif sebagai upaya kuratif bagi siswa yang memiliki tingkat academic self-efficacy academic self-efficacy rendah. Penggunaan layanan dasar dan layanan responsif bertujuan agar peserta didik memiliki tingkat keyakinan diri yang tinggi terhadap potensi akademiknya dalam upaya pencapaian prestasi akademik.

Berdasarkan pemaparan, perlu dirancang program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik, maka rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimana rumusan program hipotetik bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

Adapun pertanyaan penelitian, ialah :

Bagaimana gambaran umum academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan diadakannya penelitian adalah diperoleh rumusan program hipotetik bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

Secara khusus tujuan dari penelitian yaitu memperoleh gambaran umum academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.


(17)

11

D. Manfaat Penelitian

Secara praktis, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah : 1. Bagi Guru BK SMP Negeri 9 Bandung

Program hipotetik bimbingan akademik yang dirancang oleh peneliti, dapat dijadikan bahan rujukan untuk diaplikasikan oleh Guru BK dalam membantu peserta didik yang memiliki academic self-efficacy rendah.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan penelitian lanjutan guna menguji efektivitas program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik.

3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Penelitian akan menjadi salah satu contoh program bimbingan akademik hipotetik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik.

E.Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur tingkat derajat academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui gambaran umum academic self-efficacy sebagai dasar pengembangan program bimbingan akademik hipotetik bagi peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan profil academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang kemudian dijadikan sebagai dasar pengembangan program bimbingan akademik hipotetik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Bandung.

3. Populasi

Populasi penelitian yaitu seluruh peserta didik yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.


(18)

12

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian dituliskan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan memaparkan latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II kajian pustaka merupakan konsep-konsep/teori-teori dalam bidang yang dikaji dan kerangka penelitian. Teori yang dikaji berupa teori bimbingan akademik dan academic self-efficacy.

Bab III Metode penelitian memaparkan lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan menguraikan tentang pengolahan data, serta pembahasan hasil pengolahan data.


(19)

59

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Sebuah penelitian membutuhkan suatu obyek yang diteliti sebagai sumber data, yang mana objek disesuaikan dengan masalah-masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Obyek yang diteliti dalam penelitian mengenai program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik, meliputi:

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti melakukan penelitian tentang program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik. Adapun lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 9 Bandung yang beralamat di Jl. Semar No. 5 Bandung. Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada fenomena yang ditemukan oleh peneliti pada saat pelaksanaan PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMPN 9 Bandung khususnya kelas VII yang mengindikasikan rendahnya academic self-efficacy yaitu 1) peserta didik cenderung cepat menyerah ketika mendapat tugas yang sulit sehingga memilih mencontek baik pada saat ulangan maupun pengerjaan tugas lainnya, (2) merasa terbebani dengan tugas yang banyak sehingga cenderung menunda mengerjakanya, (3) merasa takut dan ragu-ragu ketika diminta untuk menjawab soal di papan tulis, (4) ragu-ragu ketika mengemukakan pendapat, (5) merasa takut memperoleh nilai rendah dalam ulangan atau tugas lainnya terutama mata pelajaran IPA dan Matematika, (6) merasa kurang yakin mampu memperoleh prestasi belajar yang tinggi (masuk 5 besar di kelasnya).

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 130) “populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian”, sehingga populasi dalam penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel


(20)

60

penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik sampling jenuh yaitu “teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel” (Sugiyono, 2008:68).

Pertimbangan dasar dalam menentukan populasi dan sampel penelitian penelitian diantaranya :

1) Peserta didik kelas VII merupakan siswa yang mengalami periode transisi sekolah dari tingkat sekolah dasar ke sekolah menengah pertama yang menimbulkan banyak perubahan pada diri remaja baik dari sistem pembelajaran maupun lingkungan sekolah serta teman sebaya yang berlangsung secara serentak. Menurut Anderman et al, (Schunk dan Meece, 2005: 80) remaja sering mengalami penurunan kompetensi dan academic self-efficacy ketika remaja mengalami transisi dari SD hingga sekolah menengah.

2) Peserta didik kelas VII termasuk pada rentang usia remaja yang mana mulai berkembangnya social cognition, yaitu kemammpuan memahami orang lain (Yusuf, 2008: 198). Kemampuan social cognition dapat digunakan oleh remaja untuk membentuk dan memperkuat self-efficacy melalui pengalaman yang diperoleh dari pengamatan terhadap model sosial. Dengan mengamati pengalaman orang lain (model sosial) dalam mencapai kesuksesan, akan memperkuat self-efficacy untuk mencapai hasil yang sama dengan hasil yang dicapai oleh model yang diobervasinya.

3) Peneliti menemukan gejala-gajala perilaku yang ditampilkan oleh peserta didik khususnya kelas VII SMPN 9 Bandung yang mengindikasikan rendahnya academic self-efficacy, sementara di SMP Negeri 9 Bandung belum ada suatu program bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan akademik yang secara khusus berfokus pada upaya meningkatkan academic self-efficacy peserta didik.


(21)

61

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Peserta Didik Kelas VII SMPN 9 Bandung

Tahun Ajaran Kelas Jumlah

2012/2013

VII.1 34

VII.2 30

VII.3 34

VII.4 34

VII.5 33

VII.6 34

VII.7 33

VII.8 36

VII.9 36

VII.10 32

VII.11 32

VII.12 30

VII.13 35

Jumlah Populasi 433

Sampel 433

Dengan demikian jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 433 peserta didik kelas VII SMPN 9 Bandung tahun ajaran 2012/2013.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif karena peneliti bermaksud mendeskripsikan profil academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Bandung tahun ajaran 2012-2013 dan kemudian mendeskripsikan program hipotetik bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik. Data yang dihasilkan merupakan gambaran umum academic self-efficacy peserta didik yang menjadi dasar pengembangan program hipotetik bimbingan akademik.

Tujuan akhir penelitian adalah tersusunnya program hipotetik bimbingsn akademik yang layak menurut para pakar dan praktisi Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik di SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Sesuai dengan tujuan dari penelitian yang


(22)

62

dilakukan yaitu tersusunnya program hipotetik bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik sekolah menengah pertama, tahapan yang harus dilakukan hingga tersusunnya program hipotetik dan penelahan program hipotetik oleh para ahli bimbingan serta revisi program, tanpa diujicobakan baik secara terbatas atau uji coba yang lebih luas meliputi empat tahapan, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap pertama, kegiatan penelitian difokuskan pada upaya mengidentifikasi profil academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMP N 9 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran instrumen berupa angket academic self-efficacy terhadap peserta didik yang akan menjadi populasi penelitian. 2. Tahap kedua, penyusunan program bimbingan akademik hipotetik untuk

meningkatkan academic self-efficacy peserta didik. Penyusunan program dilakukan berdasarkan kajian terhadap data-data hasil pengidentifikasian mengenai profil academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMP N 9 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

3. Tahap ketiga, judgement program. Judgement program dilakukan oleh pakar dan praktisi BK ntuk menguji kelayakan program bimbingan akademik hipotetik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik.

4. Tahap keempat, revisi program. Revisi program dilakukan atas dasar judgement oleh pakar dan praktisi BK sehingga diperoleh program akhir sebagai program yang layak dilaksanakan.

C. Definisi Operasional Variabel 1. Program Bimbingan Akademik

Program bimbingan akademik merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir, dan terkoordinasi dan dilaksanakan secara terpadu selama satu semester, melalui kerjasama antara personal BK dan personal sekolah lainnya, keluarga, sekolah serta masyarakat dalam upaya membantu peserta didik menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik.


(23)

63

Program bimbingan akademik bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan situasi akademik serta menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik. Bimbingan akademik diharapkan dapat memandirikan peserta didik dalam menyelesaikan tuntutan akademik, mampu mengatasi masalah-masalah akademik, serta memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif melalui upaya pengembangan keyakinan diri peserta didik terhadap kompetensi akademik yang dimiliki dalam pencapaian prestasi akademik secara optimal.

Pada penelitian yang dimaksud dengan program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik di sekolah adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan dan konseling yang terencana, terorganisir, dan terkoordinasi, dan dilaksanakan secara terpadu selama satu semester melalui kerjasama antara personal BK dan personal sekolah lainnya, terkait dengan upaya meningkatkan keyakinan peserta didik berdasarkan tingkat kesulitan tugas yang dirasakan mampu diselesaikan, luas bidang akademik yang dikuasai, serta kuat lemahnya keyakinan diri peserta didik terhadap poensi akademik yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas akademik, sehingga peserta didik mampu menggunakan potensi akademik yang dimiliki secara optimal dalam upaya pencapaian prestasi akademik.

Struktur program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik mengacu kepada struktur pengembangan program berbasis tugas perkembangan (Depdiknas, 2008: 221-224), meliputi: a) rasional program, b) visi misi program, c) deskripsi kebutuhan, d) tujuan, e) komponen program, f) rencana operasional, g) pengembangan tema/topik, h) pengembangan satuan pelayanan.

2. Academic Self-Efficacy

Secara operasional, definisi academic self-efficacy pada penelitian merujuk pada konsep self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura. Academic self-efficacy pada penelitian merupakan tingkat keyakinan diri peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Bandung kelas VII terhadap tingkat kesulitan tugas yang dirasakan mampu diselesaikan, luas bidang akademik yang dikuasai,


(24)

64

serta kuat atau lemahnya keyakinan diri peserta didik terhadap potensi akademik yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas akademik.

Berdasarkan definisi academic self-efficacy yang dirumuskan, maka aspek-aspek penelitian mencakup:

a. Tingkat Kesulitan Tugas (Magnitude atau Level). Magnitude atau level merujuk pada tingkat kesulitan tugas akademik yang diyakini peserta didik mampu untuk diselesaikan sebagai hasil persepsi tentang kompetensi diri. Aspek magnitude/level meliputi minat terhadap penyelesaian tugas yang sulit, menetapkan rencana tindakan yang tepat dalam menghadapi tuntutan akademik sebagai peserta didik, memandang tingkat kesulitan tugas akademik sebagai tantangan bukan sebagai beban, berwawasan optimis terhadap potensi yang dimiliki. b. Keluasan (Generality). Generality berkaitan dengan keluasan bidang

akademik yang diyakini dapat dikuasai peserta didik dalam menyelesaikan berbagai tugas sekolah serta aktivitas akademik lainnya berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dimensi generality meliputi keyakinan peserta didik terhadap penguasaan berbagai bidang akademik dalam penyelesaian tugas sekolah, menggunakan pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan akademik, mampu menyelesaikan tugas sekolah yang diberikan, serta menampilkan sikap yang menunjukan keyakinan diri pada seluruh proses pembelajaran.

c. Kekuatan Keyakinan (Strength). Strength merupakan dimensi yang mengungkap kuat atau lemahnya keyakinan peserta didik terhadap kompetensi yang dipresepsinya dalam menyelesaikan tugas akademik yang sulit sekalipun. Dimensi strenght berkaitan dengan keyakinan diri yang kuat terhadap potensi diri, memiliki semangat juang walaupun mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas akademik, memiliki ketekunan untuk mengerjakan tugas sekolah, serta memiliki komitmen untuk menyelesaikan tugas akademik dengan baik.


(25)

65

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data tentang gambaran academic self-efficacy peserta didik sebagai dasar pengembangan program bimbingan akademik diperlukan alat/instrumen untuk mengungkapnya. Penelitian menggunakan angket pengungkap academic self-efficacy. Angket atau kuisioner adalah “sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang ia ketahui” (Arikunto, 2006: 151).

Angket untuk mengukur academic self-efficacy peserta didik berpedoman pada skala self-efficacy yang dikembangkan oleh Bandura dalam jurnalnya “Guide For Constructing Self-Efficacy Scales” (Bandura, 2006: 312-314). Angket academic self-efficacy disusun berdasarkan tiga dimensi self-efficacy yaitu magnitude atau level, generality, serta strenght. Angket menggunakan format ratting scale yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Sugiyono, 2010: 141). Angket academic self-efficacy disusun dengan alternatif respon subjek dalam skala 11 dengan interval 0-100, dimulai dari 0 (tidak yakin mampu melakukan), 50 (cukup yakin mampu melakukannya), 100 (sangat yakin mampu melakukan). Sementara jarak antara satu interval dengan interval berikutnya adalah 10 dan pengurutan dilakukan dari nilai yang terendah (0) sampai dengan nilai tertinggi (100). Berikut adalah format respon dari skala self-efficacy yang dijadikan acuan oleh peneliti:

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Tidak

sanggup melakukannya

Cukup mampu melakukannya

Sangat mampu melakukannya

Angka 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 berfungsi untuk mewakili 11 alternatif jawaban.

Lebih lanjut, perumusan kisi-kisi instrumen academic self-efficacy peserta didik disajikan dalam tabel 3.2.


(26)

66

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Academic Self-Efficacy Peserta Didik (Sebelum Validasi)

Aspek Indikator No Item Ʃ

A. Magnitude atau Level

1. Minat pada penyelesaian tugas yang sulit.

1,2,3,4 5

5

2. Menetapkan rencana tindakan yang tepat dalam menghadapi tuntutan akademik sebagai peserta didik.

6,7,8,9,10 5

3. Memandang tingkat kesulitan tugas akademik sebagai tantangan bukan sebagai beban

11,12,13 14,15

5

4. Berwawasan optimis terhadap potensi yang dimiliki

16,17 18,19,20

5

B. Generality 1. Yakin mampu menguasai berbagai bidang akademik dalam penyelesaian tugas sekolah.

21,22,23, 24,25

5

2. Menggunakan pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan akademik

26,27,28 29,30

5

3. Mampu menyelesaikan tugas sekolah, apapun bentuk tugas yang diberikan

31,32,33, 34,35,36

6

4. Menampilkan sikap dan perilaku yang menunjukan keyakinan diri pada seluruh proses pembelajaran

37,38,39 40,41,42, 43,44

8

C. Strength 1. Memiliki keyakinan diri yang kuat terhadap potensi diri dalam menyelesaikan tugas akademik

45 46,47,

48,49

5

2. Memiliki semangat juang dan tidak mudah menyerah ketika mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas akademik.

50,51 52,53,54

5

3. Memiliki ketekunan untuk mengerjakan tugas sekolah maupun aktivitas akademis lainya.

55,56,57, 58,59

5

4. Memiliki komitmen untuk menyelesaikan tugas akademik dengan baik.

60,61,62, 63,64

5

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Setelah selesai menyusun instrumen penelitian, perlu dilakukan pengujian instrumen sebagai bagian dari tahap pengembangan instrumen penelitian sebelum


(27)

67

mengadakan kegiatan pengumpulan data yang sebenarnya pada objek penelitian. Tahapan pengembangan instrumen meliputi:

1. Uji kelayakan Instrumen

Sebelum dilakukan uji coba, instrumen academic self-efficacy yang telah disusun terlebih dahulu di uji kelayakan instrumen melalui penimbangan (judgement). Penimbangan bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari aspek kesesuaian item pernyataan dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.

Penimbangan instrumen dilakukan dua dosen ahli dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yaitu 1) Dra. SA Lily Nurilah M.Pd, 2) Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad, serta satu dosen dari Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis sebagai ahli Self-efficacy yaitu Riswanda Ph.D. Penilaian oleh 3 dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM), item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item pernyataan. Hasil Penimbangan dari ahli, ditampilkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Academic Self-Efficacy Hasil

Penimbangan Pakar

Nomor Item Jumlah

Dipakai 6, 11,12,16,17,18,19,22,25,37,44,48,57,60 63

15

Direvisi 1,2,3,7,8,9,10,13,20,21,23,26,27,28,29 30,31,32,33,34,36,39,40,41,42,43,45,46,49 51,52,53,54,56,58,61,64

37

Dibuang 4,5,14,15,24,35,38,47,50,55,59,62 12

Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:


(28)

68

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Academic Self-Efficacy Peserta Didik (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)

Aspek Indikator No Item Ʃ

A. Magnitude atau Level

1. Minat pada penyelesaian tugas yang sulit. 1,2,3 3 2. Menetapkan rencana tindakan yang tepat

dalam menghadapi tuntutan akademik sebagai peserta didik.

4,5,6,7,8 5

3. Memandang tingkat kesulitan tugas akademik sebagai tantangan bukan sebagai beban

9,10, 11,

3

4. Berwawasan optimis terhadap potensi yang dimiliki

12,13,14,1 5,16

5

B. Generality 1. Yakin mampu menguasai berbagai bidang akademik dalam penyelesaian tugas sekolah.

17,18,19,2 0

4

2. Menggunakan pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan akademik

21,22,23,2 4,25

5

3. Mampu menyelesaikan tugas sekolah, apapun bentuk tugas yang diberikan

26,27,28,2 9,30

5

4. Menampilkan sikap yang menunjukan keyakinan diri pada seluruh proses pembelajaran

31,32,33,3 4,35 36,37,

7

C. Strength 1. Memiliki keyakinan diri yang kuat terhadap potensi diri dalam menyelesaikan tugas akademik

38,39,40, 41

5

2. Memiliki semangat juang ketika mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas akademik.

42,43,44 45,

5

3. Memiliki ketekunan untuk mengerjakan tugas sekolah

46,47,48 3

4. Memiliki komitmen untuk menyelesaikan tugas akademik dengan baik.

49,50, 51,52

4

2. Uji keterbacaan Item

Uji keterbacaan item dilaksanakan kepada sampel setara yaitu 5 orang peserta didik kelas VII di dua sekolah yang bebeda, yaitu SMPN 1 Lembang sebanyak


(29)

69

dua orang peserta didik dan SMPN 16 Bandung sebanyak tiga orang peserta didik. Uji keterbacaan dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden. Melalui uji keterbacaan dapat diketahui redaksi kata yang sulit dipahami oleh responden sehingga dapat diperbaiki. Hal ini dilakukan agar angket dapat dipahami oleh semua peserta didik sesuai dengan maksud penelitian. Angket yang dilakukan uji keterbacaannya adalah angket yang telah melalui tahap uji kelayakan instrumen. Setelah dilakukan uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dimengerti oleh peserta didik kelas VII SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Butir Item

Uji validitas dilakukan untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan instrument (Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen yang valid atau sahih akan mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid akan memiliki tingkat validitas rendah. Uji validitas dilakukan terhadap sejumlah peserta didik kelas VII SMP N 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

Pengujian validasi butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah pengujian validitas konstruk seluruh item yang yang terdapat dalam angket academic self-efficacy peserta didik. Uji validitas butir item dilakukan untuk menguji apakah instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur yaitu mengenai tingkat academic self-efficacy peserta didik. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006: 168). Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan Layanan SPSS 16.0 for windows. Validitas item dilakukan dengan menganalisis menggunakan prosedur pengujian Spearman’s rho. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas setiap item pernyataan adalah rank difference correlation yang dikenal dengan Spearman’s rho


(30)

1-70

= koefisien korelasi tata jenjang

D = Difference, sering dgunakan juga B singkatan dari Beda, Beda Skor antara subjek

N = Banyaknya subjek

Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item merupakan data dari bagian populasi penelitian yaitu sebanyak dua kelas populasi yang diambil secara acak. Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil uji validitas menunjukan dari 52 butir item pernyataan dari angket academic self-efficacy peserta didik, terdapat 8 butir item yang dinyatakan tidak valid. Indeks validitas instrument bergerak antara 0.380 - 0.750 pada p<0.05, Hasil Perhitungan validitas terlampir (pada lampiran 4 halaman 175). Penentuan tingkat validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan kriteria penentuan validitas menurut Karnoto (2003: 7) yaitu “suatu tes yang baik biasanya memiliki angka validitas 0,50 atau

lebih, tentu saja semakin tinggi angka makin baik”, sehingga peneliti menentukan

item-item yang valid adalah item yang memiliki angka validitas lebih besar dari 0,50. Hasil item-item pernyataan setelah validasi disajikan pada tabel 3.5.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Academic Self-Efficacy Peserta Didik.

Kesimpulan Item Jumlah

Jumlah Awal 52

Dipakai 1,3,5,6,8,9,10,11,12,13,14, 16,17,18,19 20,21,22,23, 25,26,27,28,29,30,31,32, 34,35,36

,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48,50,51,52

44

Dibuang 2,4,7,15,24,33,47,49 8

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen merujuk pada suatu pengertian yakni suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Instrumen yang sudah reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya juga karena sesuai dengan dengan kenyataannya, sehingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama. Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Uji reliabilitas dengan taraf signifikansi 5%, dilakukan dengan menggunakan bantuan


(31)

71

sofware SPSS For Windows Versi 16.0. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer SPSS for Windows Versi 16.0. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas alat ukur tentang academic self-efficacy peserta didiik adalah dengan menggunakan rumus metode Alpa sebagai berikut:

                

t i S S k k r 1 1 11

(Arikunto, 2006: 195)

Keterangan :

r11 = Nilai Reliabilitas

Σsi = Jumlah Varians Skor tiap-tiap item Si = Varians total

k = Jumlah item

Sebagai tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas (Sugiyono, 2010: 257) sebagai berikut:

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi 0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas memperlihatkan dari 44 butir item yang sudah valid, menunjukkan koefisien reliabilitas (konsistensi internal) instrumen academic self-efficacy sebesar 0.947. Artinya, tingkat korelasi dan derajat keterandalan instrumen academic self-efficacy berada pada kategori sangat tinggi. Adapun hasil perhitungan validitas dan reliabilitas terlampir (Lampiran 4 halaman 178)

Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut:


(32)

72

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Academic Self-Efficacy Peserta Didik (Setelah Uji Coba)

Aspek Indikator No Item Ʃ

A. Magnitude atau Level

1. Minat pada penyelesaian tugas yang sulit. 1, 2 2 2. Menetapkan rencana tindakan yang tepat

dalam menghadapi tuntutan akademik sebagai peserta didik.

3,4,5 3

3. Memandang tingkat kesulitan tugas akademik sebagai tantangan bukan sebagai beban

6,7,8 3

4. Berwawasan optimis terhadap potensi yang dimiliki

9,10,11,12 4

B. Generality 1. Yakin mampu menguasai berbagai bidang akademik dalam penyelesaian tugas sekolah.

13,14, 15,16

4

2. Menggunakan pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan akademik

17,18 19,20

4

3. Mampu menyelesaikan tugas sekolah, apapun bentuk tugas yang diberikan

21,22 23,24,25

5

4. Menampilkan sikap yang menunjukan keyakinan diri pada seluruh proses pembelajaran

26,2728, 29,30,31

6

C. Strength 1. Memiliki keyakinan diri yang kuat terhadap potensi diri dalam menyelesaikan tugas akademik

32,33, 34,35

4

2. Memiliki semangat juang ketika mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas akademik.

36,37, 38,39

4

3. Memiliki ketekunan untuk mengerjakan tugas sekolah

40,41 2

4. Memiliki komitmen untuk menyelesaikan tugas akademik dengan baik.

42,43,44 3

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu alat ukur berupa angket mengenai tingkat academic self-efficacy


(33)

73

yang disusun berdasarkan dimensi magnitude atau level, generality, dan strenght. Angket academic self-efficacy disebar terhadap seluruh populasi kelas VII yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen.

2. Mengecek kesiapan peserta didik yang menjadi populasi penelitian

3. Membacakan petunjuk dan mempersilakan peserta didik untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan sebelumnya.

4. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi serta mengecek kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban para peserta didik.

G. Teknik Analisi Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data merupakan langkah pemeriksaan terhadap data yang diperoleh dalam rangka pengumpulan data, sehingga verifikasi data memiliki tujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan meliputi:

a. Melakukan pengecekan jumlah angket yang telah terkumpul harus sama dengan jumlah angket yang disebarkan sesuai jumlah sampel. b. Memberikan nomor urut pada setiap angket untuk menghindari

kesalahan pada saat melakukan rekapitulasi data.

c. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan tabulasi data maka dilanjutkan melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Penyekoran

Perhitungan skor academic self-efficacy adalah dengan menjumlahkan seluruh skor dari tiap-tiap pernyataan sehingga didapatkan skor total academic


(34)

74

self-efficacy. Responden dibagi ke dalam tiga tingkatan academic self-efficacy dengan menggunakan kategorisasi total skor tingkat academic self-efficacy, yaitu tinggi, sedang dan rendah yang diperoleh melalui konversi skor mentah menjadi skor T dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung skor total masing-masing responden

b. Mengkonversi skor responden menjadi skor baku, dengan rumus:

� �� = � − �

Keterangan : � �� = Skor baku

� = skor responden yang hendak diubah menjadi skor T � = rata-rata skor kelompok

s = standar deviasi skor kelompok

(Azwar, 2011: 156) c. Mengkonversi skor baku menjadi skor matang, dengan rumus:

= 50 + 10 � ��

Keterangan : Skor T = Skor T atau skor matang yang dicari 50 = konstanta nilai tengah sebagai rata-rata 10 = konstanta standar deviasi

(Azwar, 2011: 156)

d. Mengelompokan data dan mengkategorikan tingkat ketercapaian skor berdasarkan pedoman yang ditentukan Azwar (2011: 109) sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kualifikasi Data Instrumen Academic Self-Efficacy

Skala Skor Rentang Skor T Kategori f

X ≥μ + 1.0 ơ X≥ 60 Tinggi 70

μ –1.0 ơ < X <μ + 1.0 ơ 40 < X <60 Sedang 289

X ≤ μ – 1.0 ơ X≤ 40 Rendah 74

e. Mencari tingkat persentase ketercapaian skor academic self-efficacy dengan menggunakan rumus = rata-rata skor X 100%


(35)

75

Keterangan : rata-rata skor = rata-rata skor yang diperoleh skor ideal = skor maksimal × jumlah item

(Sugiyono, 2010: 246) 3. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program

Hasil pengolahan data academic self-efficacy peserta didikyang dijadikan landasan dalam pembuatan program bimbingan, terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat dilihat pada tabel 3.8, sebagai berikut:

Tabel 3.8

Interpretasi Skor Kategori Academic self-Efficacy Peserta Didik Kategori Academic

Self-Efficacy Interpretasi

Academic self-efficacy Tinggi

(X≥ 60)

Peserta didik memiki tingkat academic self-efficacy yang tinggi yang ditampilkan dalam aktivitas akademik meliputi menjatuhkan pilihan pada pengerjaan tugas yang sulit, yakin mampu menguasai lebih dari 60% dari materi pelajaran pada upaya menghadapi serangkaian tuntutan akademik sebagai peserta didik, serta memiliki keyakinan diri yang kuat terhadap potensi akademik yang dimiliki. Academic

self-efficacy Sedang (40 < X <60)

Peserta didik memiliki keyakinan diri yang sedang ditampilkan pada aktivitas akademik yang meliputi menjatuhkan pilihan pada pengerjaan tugas dengan tingkat kesulitan sedang (cukup mudah), hanya mampu menguasai 40%-60% materi pelajaran pada upaya menghadapi serangkaian tuntutan akademik sebagai peserta didik, serta memiliki kekuatan keyakinan yang sedang terhadap potensi akademik yang dimliki.

Academic self-efficacy Rendah

(X≤ 40)

Peserta didik yang memiliki academic self-efficacy rendah menampilkan aktivitas akademik yang meliputi menjatuhkan pilihan pada pengerjaan tugas yang mudah, hanya menguasai kurang dari 40% materi pelajaran pada upaya menghadapi serangkaian tuntutan akademik sebagai peserta didik, serta memiliki keyakinan diri yang lemah terhadap potensi akademik yang dimiliki.

Berdasarkan tabel 3.7 menunjukan peserta didik Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung membutuhkan upaya pemberian layanan untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik yaitu berupa program bimbingan akademik dengan


(36)

76

menggunakan strategi layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual serta dukungan sistem. Pemberian layanan dasar difokuskan berdasarkan kualifikasi dari interpretasi skor kategori academic self-effucacy peserta didik.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah berikut :

1. Studi pendahuluan di SMP Negeri 9 Bandung yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL).

2. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen Pembimbing.

3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.

4. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat Fakultas. Kemudian surat izin penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan pada kepala sekolah SMP Negeri 9 Bandung.

5. Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada tiga orang dosen ahli dari jurusan PPB.

6. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket pada peserta didik kelas VII SMPN 9 Bandung Tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 5 s/d 9 November 2012.

7. Mengolah dan menganalisis data dari hasil angket academic self-efficacy yang telah disebarkan.

8. Pembuatan program bimbingan hipotetik berdasarkan hasil analisis data deskripsi academic self-efficacy peserta didik

9. Diskusi dengan pakar dan praktisi Bimbingan dan Konseling mengenai kelayakan program bimbingan hipotetik.

10.Penyempurnaan program berdasarkan hasil diskusi dan penilaian yang telah dilakukan, sehingga program tersebut layak untuk dilaksanakan.


(37)

77

I. Penyusunan Program Bimbingan Akademik untuk Meningkatkan Academic Self-efficacy Peserta Didik

Proses penyusunan program bimbingan akademik dalam penelitian terdiri dari tiga langkah, sebagai berikut:

1. Penyusunan Program

Penyusunan program dimulai dengan melakukan analisis terhadap data yang diperoleh mengenai gambaran tingkat academic self-efficacy peserta didik di sekolah dan indikator-indikator academic self-efficacy peserta didik. Gambaran indikator-indikator academic self-efficacy merupakan dasar dalam penyusunan program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik. Penyusunan program terdiri dari aspek-aspek antara lain landasan penyusunan program, proses penyusunan program dan evaluasi program.

2. Validasi Program

Langkah berikutnya setelah penyusunan program adalah melakukan validasi program yang telah disusun kepada pakar bimbingan dan konseling serta Guru BK SMP Negeri 9 Bandung. Hasil validasi program merupakan pedoman untuk melakukan revisi dan perbaikan untuk menyusun program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik. Program sebelum validasi terlampir (Lampiran 5 halaman halaman 184)

3. Penyusunan Program Hipotetik

Penyusunan rumusan program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan hasil validasi program pada pakar dan praktisi BK. Rumusan program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik menjadi rekomendasi bagi layanan bimbingan dan konseling di sekolah.


(38)

141

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian mengenai academic self-efficacy peserta didik, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum gambaran academic self-efficacy peserta didik kelas VII SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 sebagian besar berada pada kategori sedang, baik dilihat berdasarkan gambaran umum, dimensi, maupun indikator. Artinya sebagian besar peserta didik memiliki keyakinan diri dalam kategori sedang pada setiap dimensinya yang ditampilkan pada pilihan tugas dengan tingkat kesulitan sedang, hanya mampu menguasai 40%-70% materi pelajaran pada pengerjaan tugas sekolah, serta memiliki kekuatan keyakinan yang sedang terhadap potensi akademik yang dimlikinya dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Selanjutnya, tingkat persentase ketercapain skor academic self-efficacy secara umum berada pada kategori tinggi, namun tingkat pencapaian tiap dimensi dan indikatornya menunjukan hasil yang beragam yaitu berada pada kategori sedang dan tinggi. Artinya peserta didik secara umum sudah mencapai keyakinan diri yang tinggi terhadap potensi akademiknya, akan tetapi masih terdapat beberapa indikator yang menunjukan tingkat keyakinan diri yang belum optimal yaitu minat pada penyelesaian tugas, kemampuan memandang tingkat kesulitan tugas akademik sebagai tantangan bukan sebagai beban, kemampuan berwawasan optimis, penguasaan berbagai bidang akademik, serta sikap yang menunjukan keyakinan diri pada proses pembelajaran.

2. Program bimbingan akademik yang disusun dengan struktur program meliputi rasional, dasar dan landasan operasional, deskripsi kebutuhan, visi misi, tujuan, komponen program, personil yang dilibatkan, mekanisme kerja antar personel, rencana operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan layanan, waktu pelaksanaan, evaluasi. Secara keseluruhan setiap dimensi dan indikator academic self-efficacy peserta didik dijadikan landasan


(39)

142

pengembangan program yang diberikan melalui layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem, dengan materi relevan yang telah disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Bandung tahun ajaran 2012/2013.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat.

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian menunjukkan gambaran umum academic self-efficacy peserta didik berada pada kategori sedang dengan tingkat persentase ketercapaian skor academic self-efficacy berada pada kategori tinggi. Namun dalam setiap dimensi dan indikator yang mengukurnya terdapat tingkat perkembangan yang berbeda dan tingkat pencapaian yang masih belum optimal.

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi layanan bimbingan akademik di SMPN 9 Bandung. Program yang disususun merupakan program bimbingan akademik yang diindikasi dapat meningkatkan academic self-efficacy peserta didik. Pemberian layanan program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik dimulai dengan pemahaman konselor mengenai kebutuhan peserta didik (need asessment).

Konselor diharapkan dapat memberikan layanan bimbingan akademik yang dilakukan melalui layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok sebagai komponen layanan dasar. Selain pada komponen layanan dasar, program bimbingan akademik dapat juga dilaksanakan melalui layanan responsif yang ditujukan bagi peserrta didik dengan tingkat academic self-efficacy rendah, perencanaan individual dan kegiatan dukungan sistem diharapkan dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan peserta didik, guru mata pelajaran, wali kelas dan pihak yang terkait dalam mendukung keterlaksanaan program. Pelaksanaan program dilakukan secara terjadwal oleh konselor yang memahami konsep bimbingan akademik serta academic self-efficacy.


(40)

143

Evaluasi program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik dilakukan pada akhir pelaksanaan program dan konselor menyusun laporan kegiatan program yang telah dilakukan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Adapun rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yaitu:

a. Program yang dirumuskan oleh peneliti masih bersifat hipotetik, oleh karena itu peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk menguji keefektifan program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik.

b. Pada penelitian academic self-efficacy peserta didik, peneliti hanya mengambil subjek penelitian kepada peserta didik kelas VII SMPN 9 Bandung, untuk itu peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk meneliti pada setiap kelas dan jenjang pendidikan yang berbeda, sehingga gambaran yang didapatkan cenderung lebih optimal.


(41)

144

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemo, DA. (2008). “Moderating Influence of Emotional Intelligence on the Link Between Academic Self-efficacy and Achievement of University

Students”. Journal of Psychology and Developing Societis. 19, (2), 199-213.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta.

Ayiku. T.Q. 2005. The Relationships Among College Self-Efficacy, Academic Self-Efficacy, And Athletic Self Efficacy For African American Male Football Player. Thesis of Arts in Counseling and Personal Service, University of Maryland.

Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1995). Self Efficacy in Changing Society. New York: Cambridge University Press.

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy The Exercise of Control. New York: W.H Freeman and Company.

Bandura, A. (2006). Guide for Constructing Self-Efficacy Scales. Dalam Self-Efficacy Beliefs of Adolesences. Information Age Publishing.

Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Profesional. Bandung : Depdiknas.

Dwitantyanov et al. (2010). Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif Pada Efikasi Diri Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologi Undip. 8, (2), 135-144. Finaly, M. R. (2011). Layanan Bimbingan Akademik untuk Meningkatkan

Self-Efficacy Peserta Didik yang Mengalami Prokrastinasi Akademik. Skripsi pada PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(42)

145

Gore, P. (2005). “Academic Sel-Efficacy as a Predictor of Colege Outcomes.

Two Incremental Validity Studies”. Journal of Career Asessment. 14, (1), 92-115.

Hen, M. dan Goroshit, M. (2012). Jurnal : “Academic Procrastination, Emotional Intelligence, Academic Self-Efficacy, and GPA: A Comparison Between

Students With and Without Learning Disabilities”. Journal of Learning Disabilities. 20, (10), 1-9.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2012. [online]. Tersedia pada: http://kbbi.web.id/index.php?w=program (20 Mei 2012).

Karnoto. 2003. Mengenal Analisis Anantes. Bandung : Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Nurihsan, A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling (Dalam berbagai Latar Kehidupan). Bandung : Reflika Aditama.

Mahyuni, L. (2011). Program Bimbingan Akademik Bagi Siswa Homeschooling. Skripsi pada PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mc Grew, K. (2008). Self-Efficacy: Definition and Conceptual Background.

[Online]. Tersedia Pada:

http://www.iapych.com/acmcewok/Academicself-efficacy.html (14 Juni 2012).

Muhid, A. (2009). Jurnal : Hubungan Antara Self-Control Dan Self-Efficacy Dengan Kecenderungan Perilaku Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Tersedia Dihttp://ppb.jurnal.unesa.ac.id/ (01 April 2012)

Natawidjaja, R. (1987). Pendekatan-Pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok 1. Bandung: CV. Dipenogoro.

Papalia et al. (2008). Human Development (Edisi Kesembilan). Alih Bahasa: Anwar, A.K. Jakarta: Kencana.

Pajares, F. (1996). “Self Efficacy Beliefs in Academic Settings”. Review of Educational Research. 66, (4), 543-578.


(43)

146

Pujiati, I.N. (2010). Hubungan Efikasi Diri dengan Kemadirian Belajar Siswa. Skripsi pada PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rusnawati, Ellis. 2012. Program Bimbingan Melalui Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Self-Efficacy Karir Peserta Didik. Tesis PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rusmana, Nandang. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok Di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Santoadi, F. (2010). Manajemen Program Bimbingan dan Konseling Komperehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Santrock, J.W. (1995). Life-span Development Jilid 2. Alih bahasa: Ahmad Chusairi & Juda Damanik (2002). Jakarta : Erlangga

Santrock, J.W. (2007). Remaja (Edisi ke Sebelas). Alih Bahasa : Benedictine Widyasinta (2007). Jakarta: Erlangga.

Schunk, D.H dan Meece, J.L. (2005). Self-Efficacy Development in Adoloesences. Dalam Self-Efficacy Beliefs of Adolesences By Information Age Publishing

Setiadi, R. 2010. Self-Efficacy In Indonesia Literacy Teaching Context: A Theoritical and Empirical Prespective. Bandung: Rizqi Press.

SISDIKNAS. UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [online]. Tersedia di: www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf (22 Maret 2012).

Sudrajat, D. 2008. Program Pengembangan Self-Efficacy Bagi Konselor Di SMA Negeri Se-Kota Bandung. Tesis PPB FIP UPI. [Tidak Diterbitkan]. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suherman. (2010). Bimbingan Belajar. [online]. Tersedia pada : http://file.upi.edu/ (02 Juli 2012).


(44)

147

Suherman, AS. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Madani Press.

Sukardi, D.K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. . Jakarta : Rineka cipta.

Sukardi, D.K. dan Kusmawati, N. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka cipta.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung ; Rizqi Press

Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja ; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. dan Nurihsan, A.J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Usher, E.L. dan Pajares, F. (2008). Sources of Self Efficacy in School : Critical

Review of the Literature and Future Directions”. Review of Educational Research. 7, (4), 751-796.

Wernesbach, B. M. 2011. The Impact of Study Skills Courses on Academic Self-Efficacy. Thesis of UtahState University. Tersedia di: http://digitalcommons.usu.edu/etd/909 (1 April 2012).

Wijaya, I.P dan Pratitis, N.T. 2012. Efikasi Diri Akademik, Dukungan Sosial Orangtua Dan Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Perkuliahan. [Online]. Tersedia pada : http://drmasda.wordpress.com/. (14 Juni 2012)

Willis, S. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.

Wisantyo, N.I. (2010). Stres Pada Siswa SMAN 3 Semarang Ditinjau dari Efikasi Diri Akademik Dan Jenis Kelamin. Skripsi Psikologi Universitas Dipenogoro. [online]. Tersedia di : www.undip.ac.id. (1 April 2012).


(1)

142

pengembangan program yang diberikan melalui layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem, dengan materi relevan yang telah disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Bandung tahun ajaran 2012/2013.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat.

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian menunjukkan gambaran umum academic self-efficacy peserta didik berada pada kategori sedang dengan tingkat persentase ketercapaian skor academic self-efficacy berada pada kategori tinggi. Namun dalam setiap dimensi dan indikator yang mengukurnya terdapat tingkat perkembangan yang berbeda dan tingkat pencapaian yang masih belum optimal.

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi layanan bimbingan akademik di SMPN 9 Bandung. Program yang disususun merupakan program bimbingan akademik yang diindikasi dapat meningkatkan academic self-efficacy peserta didik. Pemberian layanan program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic self-efficacy peserta didik dimulai dengan pemahaman konselor mengenai kebutuhan peserta didik (need asessment).

Konselor diharapkan dapat memberikan layanan bimbingan akademik yang dilakukan melalui layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok sebagai komponen layanan dasar. Selain pada komponen layanan dasar, program bimbingan akademik dapat juga dilaksanakan melalui layanan responsif yang ditujukan bagi peserrta didik dengan tingkat academic self-efficacy rendah, perencanaan individual dan kegiatan dukungan sistem diharapkan dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan peserta didik, guru mata pelajaran, wali kelas dan pihak yang terkait dalam mendukung keterlaksanaan program. Pelaksanaan program dilakukan secara terjadwal oleh konselor yang memahami


(2)

143

Evaluasi program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic

self-efficacy peserta didik dilakukan pada akhir pelaksanaan program dan konselor

menyusun laporan kegiatan program yang telah dilakukan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Adapun rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yaitu:

a. Program yang dirumuskan oleh peneliti masih bersifat hipotetik, oleh karena itu peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk menguji keefektifan program bimbingan akademik untuk meningkatkan academic

self-efficacy peserta didik.

b. Pada penelitian academic self-efficacy peserta didik, peneliti hanya mengambil subjek penelitian kepada peserta didik kelas VII SMPN 9 Bandung, untuk itu peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk meneliti pada setiap kelas dan jenjang pendidikan yang berbeda, sehingga gambaran yang didapatkan cenderung lebih optimal.


(3)

144

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemo, DA. (2008). “Moderating Influence of Emotional Intelligence on the Link Between Academic Self-efficacy and Achievement of University Students”. Journal of Psychology and Developing Societis. 19, (2), 199-213.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta.

Ayiku. T.Q. 2005. The Relationships Among College Self-Efficacy, Academic Self-Efficacy, And Athletic Self Efficacy For African American Male

Football Player. Thesis of Arts in Counseling and Personal Service,

University of Maryland.

Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1995). Self Efficacy in Changing Society. New York: Cambridge University Press.

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy The Exercise of Control. New York: W.H Freeman and Company.

Bandura, A. (2006). Guide for Constructing Self-Efficacy Scales. Dalam

Self-Efficacy Beliefs of Adolesences. Information Age Publishing.

Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Profesional. Bandung

: Depdiknas.

Dwitantyanov et al. (2010). Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif Pada Efikasi

Diri Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologi Undip. 8, (2), 135-144.

Finaly, M. R. (2011). Layanan Bimbingan Akademik untuk Meningkatkan

Self-Efficacy Peserta Didik yang Mengalami Prokrastinasi Akademik. Skripsi


(4)

145

Gore, P. (2005). “Academic Sel-Efficacy as a Predictor of Colege Outcomes. Two Incremental Validity Studies”. Journal of Career Asessment. 14, (1), 92-115.

Hen, M. dan Goroshit, M. (2012). Jurnal : “Academic Procrastination, Emotional Intelligence, Academic Self-Efficacy, and GPA: A Comparison Between Students With and Without Learning Disabilities”. Journal of Learning

Disabilities. 20, (10), 1-9.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2012. [online]. Tersedia pada: http://kbbi.web.id/index.php?w=program (20 Mei 2012).

Karnoto. 2003. Mengenal Analisis Anantes. Bandung : Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Nurihsan, A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling (Dalam berbagai Latar

Kehidupan). Bandung : Reflika Aditama.

Mahyuni, L. (2011). Program Bimbingan Akademik Bagi Siswa Homeschooling. Skripsi pada PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mc Grew, K. (2008). Self-Efficacy: Definition and Conceptual Background.

[Online]. Tersedia Pada:

http://www.iapych.com/acmcewok/Academicself-efficacy.html (14 Juni 2012).

Muhid, A. (2009). Jurnal : Hubungan Antara Self-Control Dan Self-Efficacy Dengan Kecenderungan Perilaku Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Tersedia Di http://ppb.jurnal.unesa.ac.id/ (01 April 2012)

Natawidjaja, R. (1987). Pendekatan-Pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok 1. Bandung: CV. Dipenogoro.

Papalia et al. (2008). Human Development (Edisi Kesembilan). Alih Bahasa: Anwar, A.K. Jakarta: Kencana.

Pajares, F. (1996). “Self Efficacy Beliefs in Academic Settings”. Review of


(5)

146

Pujiati, I.N. (2010). Hubungan Efikasi Diri dengan Kemadirian Belajar Siswa. Skripsi pada PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rusnawati, Ellis. 2012. Program Bimbingan Melalui Teknik Role Playing untuk

Meningkatkan Self-Efficacy Karir Peserta Didik. Tesis PPB FIP UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rusmana, Nandang. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok Di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Santoadi, F. (2010). Manajemen Program Bimbingan dan Konseling

Komperehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Santrock, J.W. (1995). Life-span Development Jilid 2. Alih bahasa: Ahmad Chusairi & Juda Damanik (2002). Jakarta : Erlangga

Santrock, J.W. (2007). Remaja (Edisi ke Sebelas). Alih Bahasa : Benedictine Widyasinta (2007). Jakarta: Erlangga.

Schunk, D.H dan Meece, J.L. (2005). Self-Efficacy Development in Adoloesences. Dalam Self-Efficacy Beliefs of Adolesences By Information Age Publishing

Setiadi, R. 2010. Self-Efficacy In Indonesia Literacy Teaching Context: A

Theoritical and Empirical Prespective. Bandung: Rizqi Press.

SISDIKNAS. UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [online]. Tersedia di: www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf (22 Maret 2012).

Sudrajat, D. 2008. Program Pengembangan Self-Efficacy Bagi Konselor Di SMA

Negeri Se-Kota Bandung. Tesis PPB FIP UPI. [Tidak Diterbitkan].

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suherman. (2010). Bimbingan Belajar. [online]. Tersedia pada : http://file.upi.edu/ (02 Juli 2012).


(6)

147

Suherman, AS. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Madani Press.

Sukardi, D.K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. . Jakarta : Rineka cipta.

Sukardi, D.K. dan Kusmawati, N. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di

Sekolah. Jakarta : Rineka cipta.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung ; Rizqi Press

Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja ; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. dan Nurihsan, A.J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Usher, E.L. dan Pajares, F. (2008). Sources of Self Efficacy in School : Critical Review of the Literature and Future Directions”. Review of Educational

Research. 7, (4), 751-796.

Wernesbach, B. M. 2011. The Impact of Study Skills Courses on Academic

Self-Efficacy. Thesis of UtahState University. Tersedia di:

http://digitalcommons.usu.edu/etd/909 (1 April 2012).

Wijaya, I.P dan Pratitis, N.T. 2012. Efikasi Diri Akademik, Dukungan Sosial Orangtua Dan Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Perkuliahan. [Online]. Tersedia pada : http://drmasda.wordpress.com/. (14 Juni 2012)

Willis, S. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.

Wisantyo, N.I. (2010). Stres Pada Siswa SMAN 3 Semarang Ditinjau dari Efikasi

Diri Akademik Dan Jenis Kelamin. Skripsi Psikologi Universitas