EVALUASI PEMENUHAN STANDAR TINGKAT KEBISINGAN RUANG KELAS DI SMPN 23 BANDUNG.
Nur Metawati, 2013
EVALUASI PEMENUHAN STANDAR TINGKAT KEBISINGAN RUANG KELAS DI SMPN 23 BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur
Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI
Oleh
NUR METAWATI
0902323
(2)
Nur Metawati, 2013
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Kelas
di SMP Negeri 23 Bandung
Oleh
Nur Metawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Nur Metawati 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
(3)
Nur Metawati, 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PERSETUJUAN
Bandung, Agustus 2013
Diajukan Kepada dewan Penguji
Sidang Sarjana Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia
Pembimbing I,
Dra.RR.Tjahyani Busono M,T. NIP. 196221231 198803 2 005
Pembimbing II,
Suhandy Siswoyo S,T.M,T. NIP. 19731101 200801 1 008
(4)
Nur Metawati, 2013
Mengetahui :
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur
FPTK UPI Bandung
Dra.RR.Tjahyani Busono M,T. NIP. 196221231 198803 2 005
(5)
Nur Metawati, 2013
Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Kelas
di SMPN 23 Bandung
Nur Metawati ABSTRAK
Sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu. Sekolah diharapkan menjadi tempat yang aman dan nyaman agar tercipta suasana kondusif pada proses belajar mengajar. Kebisingan dinilai menjadi salah satu dari terganggunya suasana nyaman pada saat belajar mengajar, karena dapat mengganggu konsentrasi dan memberikan banyak efek samping dari kebisingan tersebut. Pemilihan lokasi dinilai penting dalam pencapaian kenyaman. Lokasi sekolah yang berada di kawasan padat seperti pasar, pemukiman penduduk, serta berdekatan dengan kebisingan arus lalu lintas, yang menjadi penyebab terjadinya kebisingan disekolah.
Skripsi ini membahas tentang pemenuhan standar tingkat kebisingan disekolah, dimana sekolah yang diteliti adalah SMPN 23 Bandung yang berlokasi di kawasan Pasar tradisonal Ciroyom. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur tingkat kebisingan menggunakan Sound Level
Meter dengan mengambil empat kelas sampel yang diteliti dalam keadaan kosong yang
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kebisingan pada jam efektif belajar mengajar (hening). Dari penyebab-penyebab kebisingan tersebut kemudian dicari solusi atau saran desain untuk mengurangi tingkat kebisingan. Hasil penelitian di kelas sampel A adalah sebesar 61 dB, kelas sampel B adalah sebesar 58,3 dB, kelas sampel C adalah sebesar 53,5 dB, kelas sampel D adalah sebesar 56 dB, disimpulkan bahwa terdapat Tiga kelas sampel yang tidak memenuhi standar tingkat kebisingan kementrian lingkungan hidup sebesar 55 dB. Sumber kebisingan berasal dari kebisingan lalu lintas, kebisingan dari pemukiman padat penduduk, dan resonansi suara dilapangan yang diakibatkan oleh masa bangunan. Solusi yang digunakan untuk mereduksi kebisingan yang terjadi antara lain (1) menanam pohon di pagar depan sekolah, (2) menggunakan tamanan rambat disekitar pagar yang mengelilingi lapangan, (3) perubahan fungsi kelas dan organisasi ruang, (4) pengurangan presentase jendela dengan menggunakan glassblok yang menghadap ke batas pemukiman penduduk, (5) dan perubahan masa bangunan.
(6)
Nur Metawati, 2013
Compliance Evaluation Standard Noise Level of Class
at SMP Negeri 23 Bandung
Nur Metawati
ABSTRACT
A School is a place for gainning knowledge. It is expected to be a safe and comfortable place in order to create a conducive atmosphere in the learning process. The noise is considered to be one of many disturbing factors in the classroom, as it can distract students' concentration and give a lot of side effects. The important thing in achieving learning comfort is about choosing the place. A place of the school which is located in a densely areas such as traditional markets, residential areas, and being close to the noise of the traffict flow can be causes of the noise at school.
This paper discusses about the compliance noise standart of the school at SMPN 23 Bandung, which is located close to iroyom traditional market. The research was done by measuring the noise level using The Sound Level Meter by taking four empty classes samples, intended to determine the condition of noise for effective learning and teaching (silence). From those causes of the noise, a solution or design to reduce the noise level has to be found. The result from the sample of class A is equal to 61 dB, the sample of class B is equal to 8.3 dB, the sample of class C is equal 56 dB. It is concluded that there are three clasess from the sample that do not meet the standard level of Environment Ministry standard equal to 55 dB. The source of noise come from the traffic noises, crowded areas, and resonant sound field caused by the building period. The solutions used to reduce noise are as follow(1) planting a tree in front of the school gate, (2) using the vines around the gate which located circling the field, (3) the change in the function and organization of classroom space, (4) reducing the precentage of using window and changing it to using glass block overlooking the residential areas, (5) and the change in the building mass.
(7)
Nur Metawati, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Pembatasan Masalah 3
1.4 Perumusan Masalah 3
1.5 Penjelasan Istilah Dalam Judul 3
1.6 Tujuan Penelitian 4
1.7 Manfaat Penelitian 4
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 5
2.1 Suara 5
2.1.1 Definisi Suara dan Pengukuran Suara 5
2.1.2 Frekuensi Gelombang Suara 6
2.1.3 Intensitas Suara 6
2.2 Kebisingan 7
2.2.1 Definisi Kebisingan 7
2.2.2 Tingkat Kekerasan (Loudness) Suara 9
2.2.3 Batas Pajanan Suara 10
(8)
Nur Metawati, 2013
2.3.1 Kriteria Daerah Bising (KDB) 17
2.4 Dampak Kebisingan 18
2.4.1 Gangguan Fisiologis 18
2.5 Pengendalian Bising 21
2.5.1 Strategi Umum Penanganan Kebisingan 22
2.5.2 Strategi Penanganan Kebisingan Ruang Luar 22
2.5.3 Peredam Bunyi Yang Efektif 23
B. Anggapan Dasar 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian 25
3.2 Lokasi Penelitian 25
3.3 Variabel Penelitian, Fokus Penelitian dan Alur Berfikir 25
3.4 Data dan Sumber Data 28
3.5 Teknik Pengumpulan Data 28
3.6 Populasi Dan Sampel 29
3.7 Instrumen Penelitian 29
3.8 Langkah- Langkah Penelitian 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data 32
4.2 Hasil Penelitian dan Analisis Data 36
4.2.1 Gambaran Umum Kondisi Ruang Kelas A 39
a. Luas Ruang Kelas 39
b. Keadaan Kelas 39
c. Hasil Penelitian 41
d. Analisis Data 42
4.2.2 Gambaran Umum Kondisi Ruang Kelas B 43
(9)
Nur Metawati, 2013
b. Keadaan Kelas 44
c. Hasil Penelitian 45
d. Analisis Data 46
4.2.3 Gambaran Umum Kondisi Ruang Kelas C 49
a. Luas Ruang Kelas 50
b. Keadaan Kelas 50
c. Hasil Penelitian 51
d. Analisis Data 52
4.2.4 Gambaran Umum Kondisi Ruang Kelas D 55
a. Luas Ruang Kelas 55
b. Keadaan Kelas 56
c. Hasil Penelitian 57
d. Analisis Data 58
4.3 Presentase Tingkat Kebisingan 61
4.4 Sumber Bising 62
4.4.1 Kebisingan Lalu Lintas 63
4.4.2 Pengeras Suara 65
4.4.3 Rel Kereta Api 66
4.4.4 Resonansi atau Pantulan Suara
dari Aktifitas di Lapangan 67
4.5 Saran Desain 68
4.5.1 Perubahan Masa Bangunan 68
4.5.2 Perubahan Fungsi Kelas 71
4.5.3 Pengurangan Presentase Bukaan (pintu dan jendela) 72
4.5.4 Penanaman Pohon 74
4.5.5 Penggunaan Pagar Dengan Tanaman Rambat 76
(10)
Nur Metawati, 2013
5.1 Kesimpulan 77
5.2 Saran 79
DAFTAR PUSTAKA 80
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Baku tingkat kebisingan 11
Tabel 2.2 Sikap bising yang diijinkan 13
Tabel 2.3 Tingkat Kebisingan 14
Tabel 2.4 Kebisingan yang diperbolehkan standar Amerika 15 Tabel 2.5 Kriteria daerah bising (KDB) dan lama waktu pemaparan perhari 17
Tabel 2.6 Perubahan tingkat bunyi dan efeknya. 20
Tabel 2.7 Pengaruh kekerasan bunyi pada manusia 21
Tabel 2.8 Jenis Peredam 22
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kebisingan kelas A 41
Tabel 4.2 Tabel analisi data kelas A 43
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kebisingan 46
Tabel 4.4 Tabel analisi data kelas B 49
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kebisingan 52
Tabel 4.6 Tabel analisi data kelas C 55
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Kebisingan 57
Tabel 4.8 Tabel analisi data kelas D 61
Tabel 4.9 Tingkat kebisingan titik 2 63
Tabel 4.10 Tingkat kebisingan titik 2 64
(11)
Nur Metawati, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Diagram alur berfikir 26
Gambar 3.2 Diagram Paragidma Penelitian 27
Gambar 4.1Lokasi Penelitian 32
Gambar 4.2 SMPN 23 Bandung 33
Gambar 4.3 Batas SMPN 23 Bandung 33
Gambar 4.4 Batas Utara adalah Rel Kereta Api 34
Gambar 4.5 Batas selatan adalah Pasar Ciroyom 34
Gambar 4.6 Batas timur adalah SMPN 41 Bandung 34
Gambar 4.7 Batas Barat adalah Pasar Ciroyom 34
Gambar 4.8 Pemetaan Blok 35
Gambar 4.9 Denah Lantai 1 37
Gambar 4.10 Denah Lantai 2 38
Gambar 4.11 Denah Kelas A 39
Gambar 4.12 Kelas A 39
Gambar 4.13 Bukaan jendela sisi selatan 40
Gambar 4.14 Bukaan jendela sisi utara 40
Gambar 4.15 Tampak Bukaan Sisi Utara 40
Gambar 4.16 Tampak Bukaan Sisi Selatan 40
(12)
Nur Metawati, 2013
Gambar 4.18 kurva kebisingan kelas A 41
Gambar 4.19 Denah Kelas B 44
Gambar 4.20 Foto Kelas B 44
Gambar 4.21Tampak Bukaan Sisi Barat 45
Gambar 4.22 Tampak Bukaan Sisi Timur 45
Gambar 4.23 Sumber Bising dan Titik Pengukuran 45
Gambar 4.24 kurva kebisingan kelas B 46
Gambar 4.25 Denah Kelas C 50
Gambar 4.26 Foto Kelas C 50
Gambar 4.27Tampak Bukaan Sisi selatan 51
Gambar 4.28Tampak Bukaan Sisi selatan 51
Gambar 4.29 Sumber Bising dan Titik Pengukuran 51
Gambar 4.30 kurva kebisingan kelas C 52
Gambar 4.31 Denah Kelas D 55
Gambar 4.32 Foto Kelas D 55
Gambar 4.33 Tampak Bukaan Sisi Timur 56
Gambar 4.34 Tampak Bukaan Sisi Barat 56
Gambar 4.35 Sumber Bising dan Titik Pengukuran 57
Gambar 4.36 tingkat kebisingan di SMPN 23 Bandung 61
Gambar 4.37 diagram batang perbandingan tingkat kebisingan 62
Gambar 4.38 Sound Level Meter 63
Gambar 4.39 kurva tingkat kebisingan titik 64
Gambar 4.39 kurva tingkat kebisingan titik 1 64
Gambar 4.41 kurva tingkat kebisingan titik 3 64
Gambar 4.42 masterplan 65
Gambar 4.43 pengeras suara Masjid 65
(13)
Nur Metawati, 2013
Gambar 4.45 keret api dan pintu perlintasan 67
Gambar 4.46 pemantulan suara akibat orientasi masa bangunan 67
Gambar 4.47 Ukuran lapangan sekolah 67
Gambar 4.48 lapangan sekolah 68
Gambar 4.49 panorama lapangan sekolah 68
Gambar 4.50 masa bangunan terhadap sirkulasi udara 69 Gambar 4.51 suara dari lapangan yang memantul kembali 69
Gambar 4.52 udara keluar dan masuk 69
Gambar 4.53 suara pantulan yang dapat di minimalisir 69 Gambar 4.54 jarak GSB pada masa bangunan berbentuk O 70 Gambar 4.55 jarak GSB pada masa bangunan berbentuk U 70
Gambar 4.56 perubahan masa bangunan 70
Gambar 4.57 perubahan fungsi ruang 72
Gambar 4.58 bukaan kelas B yang berdekatan dengan sumber bising 73 Gambar 4.59 bukaan kelas C yang hanya menggunakan glassblok 73
Gambar 4.60 glassblok 73
Gambar 4.61 kondisi eksisting halaman sekolah 74
Gambar 4.62 Daun teh-tehan 75
Gambar 4.63 Daun teh-tehan 75
Gambar 4.64 Bambu Jepang 75
Gambar 4.65 pagar bambu 75
Gambar 4.66 pagar di lapangan 76
Gambar 4.67 pagar di lapangan 76
Gambar 4.68 tanaman rambat 76
Gambar 4.69 tanaman rambat 76
(14)
(15)
Nur Metawati, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kenyamanan akustik merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan. Namun seseorang cenderung mengabaikan bising yang dihasilkannya sendiri bila bising itu wajar menyertai pekerjaan. Jika dibiarkan terlalu lama, akan berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Bising berfrekuensi tinggi lebih tinggi beresiko untuk merusak pendengaran seseorang dari pada bising dengan frekuensi rendah. Badan kesehatan dunia di PBB mengatur tentang kebisingan dan mengeluarkan pernyataan bahwa kebisingan
dapat mengganggu kesehatan seseorang “furthermore, noise has widespread
psychosocial effects including noice annoyance, reduse performance, and increased aggressive behavior” American Academy Of Pediatrics 1997; World Health Organitation (WHO) 2001. Berdasarkan skripsi Alex Justian yang berjudul Analisis Pengaruh
Kebisingan Terhadap Performa Siswa Sekolah Dasar Di Ruang Kelas. (2012)
mengungkapkan bahwa kebisingan bisa didefinisikan sebagai suara yang tidak diharapkan. Menurut World Health Organitation (WHO), kebisingan adalah suara apapun yang tidak diperlukan dan memiliki efek buruk pada kualitas kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan (Berglund & lindvall 1995).
Jalur kereta dan mobil adalah dua tipe lalu lintas ramai dengan kendaraan dan menimbulkan bising yang dapat merusak telinga seperti yang ditulis dalam Architectural acostic oleh M. David Egan (1988,p.13)yaitu mencapai 100 dB, sedangkan kebisingan yang diperbolehkan dalam sekolah adalah 55 dB.
Menurut Geffner et al (1996), ketenangan menghasilkan sebuah lingkungan yang meningkatkan daya pembelajaran siswa. Bradley (2nd) menyatakan bahwa kebisingan
(16)
Nur Metawati, 2013
suatu kelas pasti mengganggu proses belajar. Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi siswa untuk mencerna informasi yang diperoleh. Beliau mengatakan bahwa belajar dalam lingkungan bising akan lebih sulit bagi siswa pada dasarnya sudah sulit untuk fokus dalam belajar. Beliau juga mengatakan bahwa tingkat kebisingan moderat pada suatu kelas juga dapat mengganggu pembelajaran dan meningkatkan ketegangan dalam nada bicara guru. Studi lain dari Shield dan Dockrell (2003a) membuktikan bahwa di London, kebisingan eksternal dapat memberikan dampak negatif pada standar penentuan skor dari ujian disekolah dasar di London. Studi ini menunjukan bahwa kebisingan eksternal mempengaruhi kecakapan berbicara didalam kelas dan memiliki dampak yang besar dalam nilai ujian.
SMPN 23 Bandung yang berlokasi di Jalan Arjuna ini merupakan daerah padat, karena berada pada kawasan pasar tradisional Ciroyom. Selain jalan raya yang dapat membuat bising, dan terdapat nya pintu rel kereta api yang letaknya tidak berjauhan dengan lokasi sekolah.
Setiap kelas mempunyai tingkat kebisingan yang berbeda-beda. Masalah lain yang terjadi adalah sumber bising dari lapangan jika terdapat aktifitas di lapangan tersebut. Suara-suara yang berasal dari lapangan akan terpantul kembali karena orientasi bangunan yang berbentuk huruf O sehingga suara terdengar bising yang akan mengganggu proses belajar didalam kelas.
Bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Ruang Kelas Di SMPN 23
Bandung “
1.2Identifikasi Masalah
(17)
Nur Metawati, 2013
1. Kebisingan ruang kelas yang terjadi di SMPN 23 Bandung diakibatkan karena kebisingan dari luar sekolah.
2. Orientasi bangunan gedung SMPN 23 terhadap tingkat kebisingan ruang kelas.
1.3Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dari penulisan ini adalah : 1. Objek penelitian adalah SMPN 23 Bandung.
2. Subjek Penelitian adalah ruang kelas sampel di SMPN 23 Bandung.
1.4Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan – pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lngkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (menurut H.Bahdin Nur Tanjung, 2005:56).
Terdapat beberapaa rumusan masalah sesuai identifikasi dan pembatasan masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran umum tentang tingkat kebisingan di SMPN 23 Bandung?
2. Bagaimana solusi desain yang tepat ?
2.5Penjelasan Istilah Dalam Judul
Judul penelitian yang diangkat adalah Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat
(18)
Nur Metawati, 2013
kesalah pahaman definisi maka penulis akan menjabarkan istilah yang terdapat dalam judul penelitian sebagai berikut ;
1. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalahsuara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.
2. Ruang kelas
Ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung disebuah sekolah, dimana ruang kelas harus memenuhi tingkat kenyamana siswa agar siswa dapat berkonsentrasi dan kondisif saat proses belajar mengajar berlangsung.
2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. (menurut H.Bahdin Nur Tanjung, 2005:7).
Adapun tujuan penelitian penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat kebisingan ruang luar di SMPN 23 Bandung. 2. Untuk mengetahui sumber kebisingan ruang luar.
3. Untuk merekomendasikan solusi desain agar dapat meredam kebisingan.
(19)
Nur Metawati, 2013
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti yaitu :
a. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman penulis dalam bidang penelitian dari segi praktis maupun teoritis.
b. Untuk tambahan wawasan dan pemahaman tentang kebisingan ruang luar 2. Bagi pembaca yaitu :
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh kebisingan lalu lintas terhadap konsentrasi belajar siswa.
(20)
Nur Metawati, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi eksisiting. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses pengembangan dan produk yang dihasilkan.
Data yang dihasilkan berupa angka-angka hasil pengamatan dilapangan secara langsung, setelah data terkumpul kemudian dideskriptifkan, dibandingkan dengan standar yang ada, setelah itu dibuatkan solusi yang konkrit.
3.2Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 23 Bandung yang berlokasi di Jalan Arjuna no. 20-22 Bandung.
3.3Variabel Penelitian, Fokus Penelitian dan Alur Berfikir
3.3.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yang tidak membahas terntang pengaruh atau korelasi. Variable ini mengukur tingkat kebisingan (memenuhi standar atau tidak) di kelas sampel SMP Negeri 23 Bandung
3.3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini meninjau tentang kebisingan ruang luar di empat kelas sampel yang juga dikaitkan dengan bukaan jendela di masing-masing kelas. Pengukuran kebisingan di masing-masing kelas, pengukuran di GSB bangunan sekolah, dan pengukuran di gerbang sekolah.
(21)
Nur Metawati, 2013
Untuk lebih memperjelas variable penelitian, maka perlu dijelaskan melalui kerangka berfikir dibawah ini :
Judul Penelitian :
Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Ruang Kelas di SMPN 23 Bandung
Latar belakang :
Terjadinya kebisingan ruang luar di ruang kelas SMPN 23 Bandung
Maksud dan Tujuan :
Mengkaji, menganalisis dan mendeskripsikan tingkat kebisingan, serta memberikan solusi desain yang
kongkrit
Identifikasi Masalah :
Kebisingan ruang luar yang terjadi di SMPN 23 Bandung karena kendaraan.
Kebisingan ruang luar yang terjadi di SMPN 23 Bandung karena orientasi bangunan.
Pembatasan Masalah :
Objek penelitian adalah SMPN 23 Bandung.
Subjek Penelitian adalah ruang kelas sampel di SMPN 23 Bandung
Observasi langsung :
Pengukuran pengamatan
Evaluasi :
Perbandingan dengan standar kebisingan yang sudah ditetapkan
serta pengendalian kebisingan
Observasi Tak langsung :
(22)
Nur Metawati, 2013
3.4Paradigma Penelitian
Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Ruang Kelas di SMPN 23
Bandung
Tingkat kebisingan ruang luar yang berasal dari kebisingan lau lintas dan kebisingan karena orientasi bangunan
Tingkat kebisingan adalah lama, intensitas, dan frekuensi
Telinga peka terhadap bunyi antara 20 hingga 20.00Hz
Standar tingkat kebisingan menurut kementrian lingkungan hidup adalah 55dB
Daerah aman bising dengan GSB 21-30m dengan kebisingan <65dB.
Analisis
Kesimpulan
Gambar 3.2 Diagram Paragidma Penelitian
(23)
Nur Metawati, 2013
3.5Data dan Sumber Data 3.5.1 Data
Data terbagi atas data primer dan data sekunder, data primer adalah data yang diperoleh dari sumber hasil penelitian dan pengamatan dilapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang relevan dengan permasalah penelitian yang dapat berupa kajian teoritis. Berdasakan pemaparan diatas maka data penelitian adalah sebagai berikut: a. Data primer didapatkan dari pengamatan dan pengukuran langsung di
lapangan di SMPN 23 bandung.
b. Data sekunder didapatkan dari kajian teori yang relevan.
3.5.2 Sumber Data
Adapun sumber data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Data hasil observasi pengukuran tingkat kebisingan menggunakan alat Sound
Level Meter di SMPN 23 Bandung.
b. Data eksisting dari dokumentasi pribadi berupa foto mengenai orientasi kelas dan bangunan, dan bukaan jendela disetiap kelas.
c. Menggunakan data kajian teoritis yang relevan.
3.6Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan bahan yang dibutuhkan untuk membuktikan suatu penelitian. Data yang digunakan adalah data yang berupa data observasi tentang studi kebisingan di lingkungan sekolah. Menggunakan statistic deskriptif untuk mengetahui gambaran
(24)
Nur Metawati, 2013
umum tingkat kebisingan ruang kelas, kualitas proses belajar mengajar, dan tingkat konsentrasi belajar siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.6.1 Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini dilakukan sebagai bukti dari objek yang diteliti. Dokumentasi berbentuk gambar dan kondisi eksisting dari keadaan SMPN 23 Bandung.
3.6.2 Observasi Menggunakan Alat Pengukur Kebisingan Sound Level
Meter.
Teknik pengumpulan data mengenai kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di setiap kelas.
Kelas di SMPN 23 Bandung diambil sampel untuk diteliti yang dapat mewakili setiap blok bangunan, kemudian dalam satu kelas ditentukan titik-titik pengukuran sehingga dapat terlihat didaerah mana dengan tingkat kebisingan tinggi dan didaerah mana dengan tingkat kebisingan rendah.
3.7Populasi Dan Sampel 3.7.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto : 173, 2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 23 Bandung.
3.7.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto : 174, 2010). Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak empat kelas yang dapat mewakili
(25)
Nur Metawati, 2013
setiap blok bangunan dengan pertimbangan lokasi dekat sumber bising, lokasi dengan bukaan jendela yang maksimal, dan lokasi yang berjauhan dengan kebisingan lau lintas.
3.8Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, dimana alat ukur yang digunakan atau instrument penelitian menggunakan SLM (Sound Level Meter) untuk mengukur tingkat kebisingan di sekolah.
Pedoman Observasi
Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap dalam arti kata lain adalah pengamatan secara langsung.
Observasi menggunakan observasi sistematis yang digunakan pengamat dengan menggunakan pedoman dan alat sebagai instrumen pengamatan (Arikunto : 200, 2010).
3.9Langkah- Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian sebagai berikut : a. Tahap perncanaan
- Merumuskan permasalahan yang akan diteliti
Merancang perumusan masalah, menentukan kelas mana saja ayang akan diteliti berdasarkan permasalahan kelas masing-masing.
- Merencanakan penelitian
Menentukan metode yang digunakan untuk penelitian, membuat jadwal penelitian, menentukan titik-titik tempat yang akan diukur dan diteliti, observasi pengukuran menggunakan alat Sound Level Meter.
(26)
Nur Metawati, 2013
-
PersiapanMempersiapkan semua alat yang dibutuhkan seperti Sound Level Meter,
meteran, kamera, alat tulis, dan tabel observasi. - Pengukuran di lapangan
Pengukuran dilakukan pada hari sabtu dimana para siswa libur sekolah dan hanya ada kegiatan ekstrakulikuler disekolah, hal ini dimaksudkan agar peneliti tidak mengganggu proses belajar mengajar siswa, maksud lain adalah agar dapat menghitung kebisingan ruang luar dalam keadaan kelas kondusif (hening).
Luas kelas dan luas bukaan jendela di ukur, kemudian Peneliti menentukan Sembilan titik pengukuran di dalam kelas menggunakan
Sound Level Meter per 1 menit dalam waktu 9 menit dalam interval waktu
pukul 08.00-14.00 pada saat jam pelajaran efektif berlangsung. Penelitian ini dilakukan pada empat kelas yang berbeda, kemudian di dokumentasi kan setiap keadaan kelas dan yang menjadi sumber kebisingan ruang luar. c. Analisis data
Analisis data merupakan tahap pembahasan dari hasil penelitian. Pengolahan data adalah sebagai berikut :
- Menguraikan semua data mengenai keadaan eksisting lingkungan penelitian yang telah diperoleh dari hasil penelitian, hal-hal yang menyebabkan kebisingan (sumber bising).
- Pengolahan data hasil pengukuran kebisingan yang sudah dihitung rata-rata yang kemudian keluar hasilnya, setelah itu di bandingkan dengan standar yang dipakai di Indonesia untuk bangunan pendidikan.
- Memberikan solusi desain yang sesuai yang dapat mengurangi dan menyerap kebisingan ruang luar.
(27)
(28)
Nur Metawati, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Hasil penelitian yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Gambaran Umum kebisngan kelas di SMPN 23 Bandung.
Lokasi sekolah yang berdekatan dengan kehidupan aktifitas pasar menjadikan kawasan sekolah SMPN 23 Bandung mengalami kebisingan, sumber-sumber kebisingan tersebut antara lain ; bising lalu lintas, bising dari pengeras suara, bising pintu perlintasan kereta api, dan bising dari aktifitas dilapangan. Berikut ini hasil penelitian tingkat kebisingan ruang kelas di SMPN 23 Bandung : - Kelas A
Kelas A yang merupakan perwakilan dari blok A mempunyai bukaan jendela dan ventilasi sekitar 50% di kedua sisi kelas, satu sisi bukaan menghadap ke arah utara (lapangan sekolah) dan satu sisi bukaan menghadap ke arah selatan (gerbang sekolah). Sumber kebisingan dari kelas ini yaitu arus lalu lintas didepan sekolah, dengan GSB yang berjarak 10m ini masih terdengar suara kendaraan yang melintas di depan sekolah. Sumber kebisingan yang lain adalah aktifitas di lapangan, karena kelas berada tepat didepan lapangan.
Tingkat kebisingan kelas A mencapai 61 dB yang melebihi standar Kementrian Lingkungan Hidup yang sebesar 55 dB. Kelas A mendapatkan presentase 96% tidak memenuhi standar.
(29)
Nur Metawati, 2013
Kelas B yang merupakan perwakilan dari blok B mempunyai bukaan jendela dan ventilasi sekitar 50% di kedua sisi kelas, satu sisi bukaan menghadap ke arah timur (pengeras suara dan SMPN 41 Bandung) dan satu sisi bukaan menghadap ke arah barat (lapangan sekolah dan gerbang sekolah). Sumber kebisingan dari kelas ini yaitu pengeras suara masjid yang tepat disamping kelas B, kebsingan lalu lintas dan aktifitas di lapangan.
Tingkat kebisingan kelas B mencapai 58,3 dB yang melebihi standar Kementrian Lingkungan Hidup yang sebesar 55 dB. Kelas B mendapatkan presentase 75% tidak memenuhi standar.
- Kelas C
Kelas C yang merupakan perwakilan dari blok C mempunyai bukaan jendela dan ventilasi sekitar 40% bukaan di sisi selatan (lapangan), dan 10% bukaan di sisi utara (pemukiman penduduk). Sumber kebisingan dari kelas ini yaitu aktifitas di lapangan dan suara sirine kereta api.
Tingkat kebisingan kelas C mencapai 53,5 dB yang mencapai standar Kementrian Lingkungan Hidup yang sebesar 55 dB. Kelas C mendapatkan presentase 73% memenuhi standar.
- Kelas D
Kelas D yang merupakan perwakilan dari blok D mempunyai bukaan jendela dan ventilasi sekitar 50% bukaan di sisi timur (lapangan), dan 10% bukaan di sisi utara (pemukiman penduduk dan pasar). Sumber kebisingan dari kelas ini yaitu aktifitas di lapangan dan suara sirine kereta api.
Tingkat kebisingan kelas C mencapai 56 dB yang melebihi standar Kementrian Lingkungan Hidup yang sebesar 55 dB. Kelas D mendapatkan presentase 50 % memenuhi standar.
(30)
Nur Metawati, 2013
Solusi pertama yaitu dengan menanam pohon penghalang kebisingan di area pagar sekolah, serta penanaman tanaman rambat di pagar penghalan di sekeliling lapangan.
Solusi yang kedua yaitu perubahan fungsi bangunan blok A lantai satu menjadi fungsi ruang dengan aktifitas yang tidak sepanjang jam pelajaran digunakan, contoh : ruang guru, ruang TU, serta ruang staff.
Solusi yang ketiga yaitu untuk kelas B bukaan jendela disisi timur di ubah menggunakan glassblok, agar suara bising dari pengeras suara dapat diminimalisir.
Solusi yang terakhir yaitu perubahan masa bangunan yang berbentuk O menjadi berbentuk U, dengan menghilangkan bangunan blok A, dengan tujuan agar suara yang dihasilkan oleh aktifitas lapangan tidak menggema dan memantul kembali, jika masa bangunan berbentuk U maka suara-suara yang dihasilkan dari aktifitas dilapangan dapat terlepas dan tidak akan terpantul kembali, dan untuk sirkulasi udara orientasi berbentuk U lebih baik, karena udara dapat keluar dan masuk.
5.2Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan kepada pihak perencana, dan kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pihak perencana
Dalam sebuah perancangan fisika bangunan adalah hal yang tidak bisa diremehkan, yang sering diabaikan namun dapat berakibat fatal.
b. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dikembangkan kembali mengenai sistem akustik bangunan sekolah yang dapat meredam kebisingan
(31)
Nur Metawati, 2013
yang sesuai dengan standar Kementrian Lingkungan Hidup ataupun dapat mengembangkan solusi desain peredam kebisingan.
(32)
DAFTAR PUSTAKA
Anon. 2000. Tanaman peredam kebisingan. Tersedia :
http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/7502.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Pedoman Perancangan Teknik Bangunan Peredam Bising. Jakarta : PT. Mediatama Saptakarya
Dyah, Ayuningtyas.(2010). Pengendalian Bising Lalu Lintas Di Sekolah Menengah (Studi Kasus
: SMPN 115 Jakarta Dan SMAN 37 Jakarta). Skripsi sarjana pada Fakultas Teknik,
Program Studi teknik arsitektur, Universitas Indonesia : diterbitkan.
digilib.unimus.ac.id
Hafizah, Rahmi. 2010. Hari Ini, Yuk Tutup Telinga 1 Menit dan Selamat Hari Bising Sedunia. Tersedia : http://umum.kompasiana.com/2010/04/28/yuk-tutup-telinga-1-menit-dan-selamat-hari-bising-sedunia-128383.html
Justian, Alex. (2012). Analisis Pengaruh Kebisingan Terhadap Performa Siswa Sekolah Dasar
Di Ruang Kelas. Skripsi sarjana pada Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri,
Universitas Indonesia : diterbitkan.
Doelo, Leslie., Prasetio, Lea. 1972. Akustik Bangunan. Jakarta : Erlangga.
Maknun, Johar., Hananto, Sidik., Busono, Tjahyani. Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Terhadap
Efektifitas Proses Belajar Mengajar (Studi Kasus Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung). UPI Bandung : diterbitkan.
Nurliana, Anggun.2011. Hubungan Kebisingan Dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Anak. Tersedia : http://psilingkungananggun.blogspot.com/2011/02/hubungan-kebisingan-dengan-tingkat.html
Satwiko, Prasasto. 2004. Fiika Bangunan 1.Jogjakarta : Penerbit Andi. Satwiko, Prasasto. 2004. Fiika Bangunan 2.Jogjakarta : Penerbit Andi.
Penanaman Pohon Untuk Mengurangi Kebisingan Kedalam Rumah. 2011. Tersedia : http://khedanta.wordpress.com/2011/06/20/
Universitas pendidikan Indonesia. 2009. Panduan Penulisan Skripsi. Bandung : UPI
(1)
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Hasil penelitian yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Gambaran Umum kebisngan kelas di SMPN 23 Bandung.
Lokasi sekolah yang berdekatan dengan kehidupan aktifitas pasar menjadikan kawasan sekolah SMPN 23 Bandung mengalami kebisingan, sumber-sumber kebisingan tersebut antara lain ; bising lalu lintas, bising dari pengeras suara, bising pintu perlintasan kereta api, dan bising dari aktifitas dilapangan. Berikut ini hasil penelitian tingkat kebisingan ruang kelas di SMPN 23 Bandung : - Kelas A
Kelas A yang merupakan perwakilan dari blok A mempunyai bukaan jendela dan ventilasi sekitar 50% di kedua sisi kelas, satu sisi bukaan menghadap ke arah utara (lapangan sekolah) dan satu sisi bukaan menghadap ke arah selatan (gerbang sekolah). Sumber kebisingan dari kelas ini yaitu arus lalu lintas didepan sekolah, dengan GSB yang berjarak 10m ini masih terdengar suara kendaraan yang melintas di depan sekolah. Sumber kebisingan yang lain adalah aktifitas di lapangan, karena kelas berada tepat didepan lapangan.
Tingkat kebisingan kelas A mencapai 61 dB yang melebihi standar Kementrian Lingkungan Hidup yang sebesar 55 dB. Kelas A mendapatkan presentase 96% tidak memenuhi standar.
(3)
Kelas B yang merupakan perwakilan dari blok B mempunyai bukaan jendela dan ventilasi sekitar 50% di kedua sisi kelas, satu sisi bukaan menghadap ke arah timur (pengeras suara dan SMPN 41 Bandung) dan satu sisi bukaan menghadap ke arah barat (lapangan sekolah dan gerbang sekolah). Sumber kebisingan dari kelas ini yaitu pengeras suara masjid yang tepat disamping kelas B, kebsingan lalu lintas dan aktifitas di lapangan.
Tingkat kebisingan kelas B mencapai 58,3 dB yang melebihi standar Kementrian Lingkungan Hidup yang sebesar 55 dB. Kelas B mendapatkan presentase 75% tidak memenuhi standar.
- Kelas C
Kelas C yang merupakan perwakilan dari blok C mempunyai bukaan jendela dan ventilasi sekitar 40% bukaan di sisi selatan (lapangan), dan 10% bukaan di sisi utara (pemukiman penduduk). Sumber kebisingan dari kelas ini yaitu aktifitas di lapangan dan suara sirine kereta api.
Tingkat kebisingan kelas C mencapai 53,5 dB yang mencapai standar Kementrian Lingkungan Hidup yang sebesar 55 dB. Kelas C mendapatkan presentase 73% memenuhi standar.
- Kelas D
Kelas D yang merupakan perwakilan dari blok D mempunyai bukaan jendela dan ventilasi sekitar 50% bukaan di sisi timur (lapangan), dan 10% bukaan di sisi utara (pemukiman penduduk dan pasar). Sumber kebisingan dari kelas ini yaitu aktifitas di lapangan dan suara sirine kereta api.
Tingkat kebisingan kelas C mencapai 56 dB yang melebihi standar Kementrian Lingkungan Hidup yang sebesar 55 dB. Kelas D mendapatkan presentase 50 % memenuhi standar.
(4)
Solusi pertama yaitu dengan menanam pohon penghalang kebisingan di area pagar sekolah, serta penanaman tanaman rambat di pagar penghalan di sekeliling lapangan.
Solusi yang kedua yaitu perubahan fungsi bangunan blok A lantai satu menjadi fungsi ruang dengan aktifitas yang tidak sepanjang jam pelajaran digunakan, contoh : ruang guru, ruang TU, serta ruang staff.
Solusi yang ketiga yaitu untuk kelas B bukaan jendela disisi timur di ubah menggunakan glassblok, agar suara bising dari pengeras suara dapat diminimalisir.
Solusi yang terakhir yaitu perubahan masa bangunan yang berbentuk O menjadi berbentuk U, dengan menghilangkan bangunan blok A, dengan tujuan agar suara yang dihasilkan oleh aktifitas lapangan tidak menggema dan memantul kembali, jika masa bangunan berbentuk U maka suara-suara yang dihasilkan dari aktifitas dilapangan dapat terlepas dan tidak akan terpantul kembali, dan untuk sirkulasi udara orientasi berbentuk U lebih baik, karena udara dapat keluar dan masuk.
5.2Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan kepada pihak perencana, dan kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pihak perencana
Dalam sebuah perancangan fisika bangunan adalah hal yang tidak bisa diremehkan, yang sering diabaikan namun dapat berakibat fatal.
b. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dikembangkan kembali mengenai sistem akustik bangunan sekolah yang dapat meredam kebisingan
(5)
yang sesuai dengan standar Kementrian Lingkungan Hidup ataupun dapat mengembangkan solusi desain peredam kebisingan.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Anon. 2000. Tanaman peredam kebisingan. Tersedia :
http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/7502.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Pedoman Perancangan Teknik Bangunan Peredam Bising. Jakarta : PT. Mediatama Saptakarya
Dyah, Ayuningtyas.(2010). Pengendalian Bising Lalu Lintas Di Sekolah Menengah (Studi Kasus : SMPN 115 Jakarta Dan SMAN 37 Jakarta). Skripsi sarjana pada Fakultas Teknik, Program Studi teknik arsitektur, Universitas Indonesia : diterbitkan.
digilib.unimus.ac.id
Hafizah, Rahmi. 2010. Hari Ini, Yuk Tutup Telinga 1 Menit dan Selamat Hari Bising Sedunia. Tersedia : http://umum.kompasiana.com/2010/04/28/yuk-tutup-telinga-1-menit-dan-selamat-hari-bising-sedunia-128383.html
Justian, Alex. (2012). Analisis Pengaruh Kebisingan Terhadap Performa Siswa Sekolah Dasar Di Ruang Kelas. Skripsi sarjana pada Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri, Universitas Indonesia : diterbitkan.
Doelo, Leslie., Prasetio, Lea. 1972. Akustik Bangunan. Jakarta : Erlangga.
Maknun, Johar., Hananto, Sidik., Busono, Tjahyani. Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Efektifitas Proses Belajar Mengajar (Studi Kasus Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung). UPI Bandung : diterbitkan.
Nurliana, Anggun.2011. Hubungan Kebisingan Dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Anak. Tersedia : http://psilingkungananggun.blogspot.com/2011/02/hubungan-kebisingan-dengan-tingkat.html
Satwiko, Prasasto. 2004. Fiika Bangunan 1.Jogjakarta : Penerbit Andi. Satwiko, Prasasto. 2004. Fiika Bangunan 2.Jogjakarta : Penerbit Andi.
Penanaman Pohon Untuk Mengurangi Kebisingan Kedalam Rumah. 2011. Tersedia :
http://khedanta.wordpress.com/2011/06/20/
Universitas pendidikan Indonesia. 2009. Panduan Penulisan Skripsi. Bandung : UPI www.ideaonline.com