KAJIAN POTENSI BIONUTRIEN PBAG TERHADAP PERTUMBUHAN PADI.

(1)

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

KAJIAN POTENSI BIONUTRIEN PBAG TERHADAP

PERTUMBUHAN PADI (Oryza Sativa L)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Dalam Bidang Kimia

Disusun Oleh: GUSTIAN NUGRAHA

NIM. 0706369

PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

Kajian Potensi Bionutrien PBAG

terhadap Pertumbuhan Padi (

Oryza

Sativa

)

Oleh Gustian Nugraha

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Gustian Nugraha 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

KAJIAN POTENSI BIONUTRIEN PBAG TERHADAP PERTUMBUHAN PADI (Oryza Sativa L)

Disusun oleh: GUSTIAN NUGRAHA

NIM. 0706369

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Drs. Yaya Sonjaya, M.Si. NIP. 196502121990031002

Pembimbing II,

Muh. Nurul Hana, S.Pd. M.Pd NIP. 197101191997021001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 196611211991031002


(4)

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi ABSTRAK

Dalam meningkatkan produktifitas lahan, para petani umumnya menggunakan pupuk anorganik dengan penggunaan frekuensi dan dosis berlebih tanpa memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, dibuatlah suatu bionutrien yang berasal dari ekstraksi tanaman PBAG agar dapat menekan pemakaian pupuk anorganik yang cenderung merugikan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi tanaman PBAG sebagai bionutrien dan kondisi optimum ekstraksi bionutrien PBAG dari tanaman PBAG. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengamati pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan dan hasil panen tanaman padi. Bionutrien yang digunakan disetting berdasarkan kelompok dosis yang dipakai untuk tiap perlakuan antara lain bionutrien PBAG dosis 1,5 % adalah kelompok P1, bionutrien PBAG 2,5%, adalah kelompok P2, bionutrien PBAG 5% adalah kelompok P3, bionutrien PBAG 7,5% adalah kelompok P4, bionutrien PBAG 10% adalah kelompok P5, bionutrien PBAG 15% adalah kelompok P6 dan kontrol adalah kelompok P7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman PBAG berpotensi menjadi bionutrien. Kondisi optimum untuk ekstraksi tanaman PBAG adalah pada konsentrasi ekstrakstan basa sebesar 0,75 M, waktu ekstraksi selama 30 menit, dan massa tanaman PBAG sebanyak 70 gram. Berdasarkan hasil aplikasi diantara padi yang disiram bionutrien PBAG, padi dengan dosis 10 % memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap produktivitas padi yaitu memiliki konstanta laju sebesar 0,1181 hari-1, serta hasil panen dengan massa total sebanyak 30,6520 gram. Namun padi kontrol memberikan pengaruh yang lebih baik yaitu memiliki konstanta laju 0,1245 hari-1, serta hasil panen dengan massa total sebanyak 38,8465 gram.


(5)

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi ABSTRACT

In improving land productivity, farmers generally use inorganic fertilizer with the use of excessive dosing frequency and without regard for the negative impacts of the surrounding environment. Therefore, they invented a bionutrien derived from the extraction of the plant in order to suppress the use of inorganic fertilizers that tend to harm. This study aimed to determine the potential of plants PBAG as bionutrien and then optimum extraction conditions PBAG plant. The study also aimed to observe the effects on growth and yield of rice plants. Used bionutrien based on the dose used for each treatment, among others bionutrien PBAG 1.5% dose group is P1, bionutrien PBAG 2.5%, was the P2, bionutrien PBAG 5% is the P3, bionutrien PBAG 7.5% is a group of P4, bionutrien PBAG 10% is the P5, bionutrien PBAG 15% is the P6 and then control group is the P7. The results showed that the plant has the potential to become bionutrien PBAG. Optimum conditions for the extraction of plant PBAG is at a concentration of 0.75 M ekstrakstan base, extractions time for 30 minutes, and a mass of PBAG plants is 70 grams. Based on the application between bionutrien PBAG watered rice, rice with a dose of 10% gives a pretty good influence on the productivity of rice which has a rate constants at 0.1181 day-1, and yields a total mass of 30.6520 grams. However, the control of rice gives a better effect of having a constants rate at 0.1245 day-1, and yields a total mass of 38.8465 grams.


(6)

V

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi DAFTAR ISI

halaman ABSTRAK ... I KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... V DAFTAR TABEL ... IX DAFTAR GAMBAR ... X DAFTAR LAMPIRAN ... XIII

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. RUMUSAN MASALAH ... 4

1.3. TUJUAN ... 4

1.4. MANFAAT ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. PUPUK ... 6

2.2 NUTRIEN MAKRO ... 7

2.3. TANAMAN PADI (ORYZA SATIVA) ... 9

2.3.1. SYARAT TUMBUH ... 10

2.3.2. TEKNIK BUDIDAYA MENGGUNAKAN METODE SRI ... 10

2.3.3. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI ... 12

2.4. LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN ... 14


(7)

VI

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

2.6. BIONUTRIEN ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1. LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL, TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 18

3.2. ALAT DAN BAHAN ... 18

3.3. ALUR PENELITIAN ... 19

3.3.1. OPTIMASI KONDISI EKSTRAKSI ... 20

3.3.1.1. OPTIMASI KONSENTRASI LARUTAN EKSTRAKTAN BASA ... 21

3.3.1.2. OPTIMASI WAKTU EKSTRAKSI ... 22

3.3.1.3. OPTIMASI MASSA TANAMAN PBAG YANG DIGUNAKAN ... 22

3.3.2. APLIKASI BIONUTRIEN ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1. UJI PENDAHULUAN TANAMAN PBAG... 26

4.2. OPTIMASI EKSTRAKSI ... 26

4.2.1. HASIL OPTIMASI KONSENTRASI EKSTRAKTAN ... 27

4.2.2. HASIL OPTIMASI WAKTU EKSTRAKSI ... 28

4.2.3. HASIL OPTIMASI MASSA TANAMAN PBAG ... 29

4.3. APLIKASI BIONUTRIEN ... 31

4.3.1. PERSIAPAN MEDIA TANAM DAN PENANAMAN BIBIT ... 31

4.3.2. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI PADA MINGGU KE-0 ... 31

4.3.3. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI PADA MINGGU KE-1 ... 33


(8)

VII

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

4.3.4. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-2 ... 34 4.3.5. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-3 ... 35 4.3.6. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-4 ... 37 4.3.7. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-5 ... 39 4.3.8. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-6 ... 41 4.3.9. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-7 ... 42 4.3.10. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-8 ... 45 4.3.11. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-9 ... 47 4.3.12. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-10 ... 49 4.3.13. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-11 ... 52 4.3.14. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

PADA MINGGU KE-12 ... 54 4.4. LAJU PERTUMBUHAN TINGGI TANAMAN PADI ... 56 4.5. KONSTANTA LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN PADI ... 59


(9)

VIII

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

4.6. PEMANENAN ... 61

4.7. HUBUNGAN ANTARA TINGGI TANAMAN, LAJU PERTUMBUHAN, JUMLAH ANAKAN DAN MALAI TERHADAP HASIL PANEN ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. KESIMPULAN ... 66

5.2. SARAN ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 71 RIWAYAT HIDUP


(10)

1

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksinya. Unsur hara dalam bentuk nutrisi dapat diserap oleh tanaman melalui akar. Nutrisi dapat diartikan sebagai proses untuk memperoleh nutrien, sedangkan nutrien dapat diartikan sebagai zat-zat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup tanaman berupa mineral dan air (Hardjowigeno, S. 2007)

Nutrisi di dalam tanah diserap tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. Penyediaan nutrisi bagi tanaman dapat dilakukan dengan penambahan pupuk yang merupakan kunci dari kesuburan tanah. Pupuk dapat menggantikan nutrisi yang habis diserap tanaman. Pada saat ini para petani banyak menggunakan pupuk anorganik karena nutrien dari bahan anorganik lebih mudah diserap tanah dan memiliki kandungan hara yang tinggi. Pernakaian pupuk anorganik dengan dosis yang tinggi secara terus-menerus dalarn waktu yang lama telah memberikan dampak negatif terhadap tanah dan lingkungan (Lee at al. 2002). Menurut Sahiri (2003), pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan akan menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya berpengaruh juga terhadap kesehatan manusia, sehingga berkembanglah alternatif untuk menggunakan pupuk organik yang sekarang sedang dikembangkan.


(11)

2

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

Keragaman sifat tanah secara alamiah adalah akibat dari faktor dan proses pembentukannya mulai dari bahan induk berkembang menjadi tanah pada berbagai kondisi lahan. Sehubungan dengan tingginya keragaman tanah tersebut maka informasi yang lebih objektif tentang kesuburan tanah sangat diperlukan untuk lebih mengarahkan pengelolaan tanahnya. Tanah yang subur akan memiliki nilai status kesuburan yang tinggi, sehingga upaya pemeliharaannya akan dapat dilakukan secara mudah, sedangkan pada tanah yang kurang subur akan memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif (Adiwiganda, 1998). Sifat kimia tanah mempunyai pH 4,0–6,0 namun yang terbaik adalah 5–5,5. Kandungan unsur hara tinggi, C/N mendekati 10 dengan C: 1% dan N: 0,1% (Lubis, 1992).

Pupuk organik adalah pupuk yang asal bahannya berasal dari makhluk hidup, sebagian besar pupuk organik berbentuk padatan seperti pupuk kandang dan kompos. Penggunaan pupuk organik dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik, hal ini disebabkan karena pupuk organik memiliki C/N tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan (Simanungkalit, 2006).

Kendala utama yang menjadi keengganan petani menggunakan pupuk kompos (organik) adalah masalah jumlahnya, akan diperlukan jumlah pupuk kandang yang cukup besar untuk mendapatkan nilai nutrisi yang mencukupi suatu luasan lahan pertanian tertentu, yakni sekitar 10-20 ton/ha (Djajakirana, 2001). Selain sulit dalam pengadaannya juga memerlukan biaya tenaga kerja yang


(12)

3

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

menangani proses pemupukan, transportasi pupuk tersebut dari kandang (atau tempat pengumpulan). Hal itu menyebabkan biaya pemupukan dengan kompos menjadi mahal yang akhirnya akan meningkatkan biaya produksi pertanian (Djajakirana, 2001). Namun menurut Sutanto (2002) salah satu kendala atau kelemahan dari pupuk organik padat adalah diperlukan dalam jumlah banyak, dengan demikian pupuk organik cair adalah salah satu solusi dari kendala tersebut. Dengan bantuan teknologi, pupuk organik dapat dibuat dalam bentuk cair agar lebih mudah dalam penggunaannya.

Upaya untuk menciptakan pupuk organik yang mudah diaplikasikan dan mampu memberikan pertumbuhan dan produksi tinggi telah dilakukan, salah satunya yaitu bionutrien. Bionutrien adalah pupuk cair yang terbuat dari ekstrak tanaman dengan menggunakan zat kimia yang tidak berbahaya, sehingga bionutrien ini aman bagi lingkungan sekitarnya. Hasil dari penelitian ini adalah tanaman KPD merupakan tanaman yang potensial untuk dijadikan bionutrien serta bionutrien KPD dapat mendorong pertumbuhan tanaman caisin (Juliastuti, 2007). Selanjutnya penelitian yang telah dilakukan selain binutrien KPD, yaitu tanaman MHR (Ambarwati, R, 2007) dan tanaman CAF (Sempurna, F. I, 2008). Pemberian bionutrien MHR dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman caisin menjadi 0,0680 hari-1 (Ambarwati, R, 2007). Penyiraman bionutrien CAF dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman selada bokor menjadi 0,045 hari-1 pada lahan yang diberi pupuk kandang dan 0,036 hari-1 pada lahan yang tidak diberi pupuk kandang dan Penyemprotan bionutrien CAF dengan dosis 100 mL/L air


(13)

4

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman kentang menjadi 0,021 hari-1 (Sempurna, F. I, 2008).

Dalam penelitian ini tanaman PBAG diduga berpotensi sebagai bionutrien. Tanaman PBAG memiliki daun yang lebat,subur, serta tidak rentan terhadap penyakit dan hama. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji potensi tanaman PBAG sebagai bionutrien yang ramah lingkungan dan dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan pada bagian latar belakang, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah tanaman PBAG berpotensi sebagai bionutrien?

2. Bagaimana kondisi optimum ekstraksi bionutrien dari tanaman PBAG

terhadap kadar nitrogen yang diperoleh?

3. Bagaimana pengaruh penggunaan bionutrien PBAG terhadap laju

pertumbuhan dan hasil panen padi? 1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai:

1. Potensi tanaman PBAG untuk dijadikan bionutrien PBAG.

2. Kondisi optimum ekstraksi diantaranya konsentrasi ekstraktan, waktu

ekstraksi serta massa tanaman PBAG terhadap kadar nitrogen yang diperoleh. 3. Pengaruh penggunaan bionutrien PBAG dengan dosis berbeda terhadap laju


(14)

5

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi 1.4Manfaat

Melalui penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan nutrien alternatif yang aman, ramah lingkungan dan mudah diserap tanaman, sehingga dapat menekan penggunaan pupuk sintetis yang dapat merusak lingkungan.


(15)

18

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu, dan Tempat Penelitian

Lokasi pengambilan sampel berada di sepanjang jalan Geger Arum-Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman PBAG. Penelitian ini berlangsung sekitar 10 bulan dari bulan oktober 2011 sampai bulan Juli 2012. Penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap analisis, tahap optmasi, dan tahap aplikasi. Tahap analisis dan optimasi dilakukan di tiga tempat yaitu Laboratorium Riset Lingkungan (Bioflokulan) Kimia FPMIPA UPI Bandung, Laboratorium Kimia Instrumen FPMIPA UPI, dan Laboratorium Kimia tekMIRA (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara) di Jl. Jendral Sudirman 623 Bandung, sedangkan tahap aplikasi bionutrien PBAG terhadap tanaman padi dilakukan di halaman belakang Laboratorium Riset Lingkungan (Bioflokulan) Kimia FPMIPA UPI Bandung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set alat refluks, gelas ukur (25 mL, 100 mL, 250 mL), batang pengaduk, corong kaca, corong plastik, spatula, pipet tetes, labu Erlenmeyer 250 mL, satu set alat destruksi, kertas saring, gelas kimia (100 mL, 250 mL, 600 mL, dan 1 L) jirigen 10 L. Bahan atau zat-zat kimia yang digunakan yaitu tanaman PBAG, aquades, H2O2 50%, H2SO4,


(16)

19

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi 3.3 Alur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan penentuan potensi terhadap tanaman PBAG untuk dijadikan bionutrien PBAG. Tanaman PBAG tersebut dianalisis kadar N, P, dan K yang terkandung, setelah itu dilakukan proses ekstraksi dengan menggunakan ekstraktan basa terhadap tanaman PBAG.

Kondisi optimum ekstraksi diketahui dengan cara dilakukan tahapan optimasi terhadap tanaman PBAG. Tahapan-tahapan optimasi yang dilakukan yaitu optimasi konsentrasi ekstraktan basa untuk mengekstrak tanaman PBAG, optimasi waktu ekstraksi untuk mengekstrak tanaman PBAG, dan optimasi massa tanaman PBAG yang diekstrak. Setelah didapatkan kondisi yang optimum, selanjutnya bionutrien PBAG diaplikasikan terhadap tanaman padi varietas cigeulis. Secara ringkas alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(17)

20

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi 3.3.1 Optimasi Kondisi Ekstraksi

Optimasi kondisi ekstraksi dilakukan dengan langkah kerjanya antara lain tanaman PBAG dirajang terlebih dahulu, selanjutnya sampel ditimbang dan dimasukan ke dalam labu dasar bulat, kemudian ditambahkan larutan ekstraktan basa. Setelah itu campuran direfluks, didinginkan, dan disaring. Filtrat yang diperoleh dianalisis kandungan nitrogennya.

Tanaman PBAG

Tanaman Potensial PBAG

Optimasi Waktu Optimasi

Konsentrasi

Optimasi Massa

Kondisi Optimum Ekstraksi Bionutrien

PBAG

Data Pertumbuhan Tanaman Padi

Kesimpulan

- Uji Pendahuluan (N, P, dan K)

- Diaplikasikan terhadap tanaman padi

- Dianalisis


(18)

21

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

Optimasi kondisi ekstraksi dilakukan dengan cara variasi variabel tertentu terhadap variabel lain yang dibuat tetap. Bagan alur dari optimasi kondisi ekstraksi dapat dilihat pada gambar 3.2

3.3.1.1 Optimasi Konsentrasi Larutan Ekstraktan Basa

Tahapan ini dilakukan ketika saat larutan ekstraktan basa mengekstraksi bionutrien dari tanaman PBAG dengan cara memvariasikan konsentrasi larutan ekstraktan basa tersebut dan variabel lainnya dibuat tetap. Variasi konsentrasinya antara lain: 0,25; 0,5; 0,75; 1; dan 1,5 M. Adapun perbandingan massa sampel dan

Tanaman PBAG

Tanaman PBAG halus

Campuran

Filtrat Residu

Hasil

- Dianalisis Kadar N

- Direfluks - Didinginkan - Disaring - Direfluks

- Dimasukan ke dalam labu dasar bulat - Ditambahkan ekstraktan basa

- Dirajang


(19)

22

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

volume ekstraktan adalah 1 gram : 10 mL, dengan waktu ekstraksi selama 30 menit.

3.3.1.2 Optimasi Waktu Ekstraksi

Tahapan ini dilakukan ketika saat larutan ekstraktan basa mengekstraksi bionutrien dari tanaman PBAG dengan cara memvariasikan waktu ekstraksi (refluks) bionutrien dan menggunakan ekstraktan basa pada konsentrasi optimum (hasil optimasi konsentrasi ekstraktan basa). Variasi waktunya antara lain: 30, 45, 60, 90, dan 120 menit.

3.3.1.3 Optimasi Massa Tanaman PBAG yang Digunakan

Tahapan ini dilakukan ketika saat larutan ekstraktan basa mengekstraksi bionutrien dari tanaman PBAG dengan cara memvariasikan massa tanaman PBAG dengan menggunakan ekstraktan basa pada konsentrasi optimum (hasil optimasi konsentrasi ekstraktan basa) dan waktu optimum (hasil optimasi waktu ekstraksi). Variasi massanya antara lain: 15, 25, 50, 70, dan 100 gram.

3.3.2 Aplikasi Bionutrien

Aplikasi bionutrien dilakukan terhadap tanaman padi yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari bionutrien PBAG. Untuk mengetahui pengaruh pemberian bionutrien PBAG dilakukan dengan dosis yang berbeda, maka dibuat tujuh kelompok tanaman dengan perlakukan berbeda dan setiap kelompok terdiri dari tiga pot. Perlakuan yang diberikan terhadap tanaman padi antara lain:

1. Kelompok tanaman pertama, diberikan bionutrien PBAG dengan dosis


(20)

23

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

2. Kelompok tanaman kedua, diberikan bionutrien PBAG dengan dosis sebanyak

2,5% dengan cara disiram.

3. Kelompok tanaman ketiga, diberikan bionutrien PBAG dengan dosis sebanyak

5% dengan cara disiram.

4. Kelompok tanaman keempat, diberikan bionutrien PBAG dengan dosis

sebanyak 7,5% dengan cara disiram.

5. Kelompok tanaman kelima, diberikan bionutrien PBAG dengan dosis sebanyak

10% dengan cara disiram.

6. Kelompok tanaman keenam, diberikan bionutrien PBAG dengan dosis

sebanyak 15% dengan cara disiram.

7. Kelompok tanaman ketujuh sebagai kontrol positif, diberi pupuk anorganik, pestisida, dan fungisida dengan dosis dan waktu yang sesuai dengan perlakuan petani.

Bionutrien mulai diaplikasikan ketika tanaman padi berumur 35 hari setelah tanam setiap tujuh hari sekali. Banyaknya bionutrien yang digunakan yaitu 415 ml untuk 18 tanaman. Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman padi dilakukan secara berkala setiap tujuh hari sekali terhadap semua perlakuan sampai tanaman padi siap untuk dipanen. Hal-hal yang diamati pada saat pengamatan antara lain: tinggi tanaman dan jumlah anakan. Sedangkan pengamatan efek produktifitas tanaman akibat pemberian pupuk anorganik dan bionutrien PBAG dilakukan pada hasil panen dengan cara menimbang massa padi dan jumlah anakan produktif yang dihasilkan. Desain media tanam untuk penelitian dapat dilihat pada gambar 3.3.


(21)

24

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

Gambar 3.3 Desain Media Tanam Penelitian

Gambar 3.3, menunjukan kelompok tanaman padi berdasarkan perlakuannya, yaitu P1 adalah kelompok tanaman padi yang diaplikasikan bionutrien PBAG dengan konsentrasi 1,5%, P2 adalah kelompok tanaman padi yang diaplikasikan bionutrien PBAG dengan konsentrasi 2,5%, P3 adalah kelompok tanaman padi yang diaplikasikan bionutrien PBAG dengan konsentrasi 5%, P4 adalah kelompok tanaman padi yang diaplikasikan bionutrien PBAG dengan konsentrasi 7,5%, P5 adalah kelompok tanaman padi yang diaplikasikan bionutrien PBAG dengan konsentrasi 10%, P6 adalah kelompok tanaman padi yang diaplikasikan bionutrien PBAG dengan konsentrasi 15%, P7 adalah kelompok tanaman padi sebagai kontrol positif, dimana penanaman dan perawatan terhadap kelompok tanaman ini dilakukan dengan cara yang sesuai dengan penanaman padi pada umumnya, yaitu penggunaan pupuk dasar dan pupuk susulan (pupuk sintesis) termasuk di dalamnya pemberian pestisida, dan fungisida secara berkala.

Jarak antar pot tanaman padi aplikasi bionutrien dibuat sekitar 30 cm, serta jarak antara pot tanaman yang menggunakan bionutrien dan kontrol positif sekitar 100 cm, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko pengaruh pemberian pupuk dan bionutrien antara kelompok tanaman bionutrien dan kelompok tanaman yang menggunakan perlakuan petani pada umumnya.

P1 P1 P1 P2 P2 P2 P3 P3 P3 P4 P4 P4 P5 P5 P5 P6 P6 P6 P7 P7 P7


(22)

25

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

Pengamatan terhadap tanaman padi dilakukan setiap hari, sedangkan pengukuran tinggi dilakukan satu kali dari setiap minggunya. Tiap kelompok tanaman pada penelitian ini terdiri atas 3 pot tanaman padi, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan data, sehingga data yang diperoleh pada tiap dosis aplikasi bionutrien PBAG pada tanaman padi lebih akurat.


(23)

66

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :

1. Secara umum, ekstrak tanaman PBAG memiliki potensi sebagai bionutrien dalam budidaya tanaman padi.

2. Kondisi optimum ekstraksi tanaman PBAG dengan nitrogen yang terekstrak 613 mg/L adalah sebagai berikut : konsentrasi ekstratan 0,75 M, waktu ekstraksi selama 30 menit dan massa tanaman PBAG seberat 70 gram.

3. Laju pertumbuhan tanaman padi dengan konstanta laju pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 0,1181 hari-1 pada bionutrien dosis 10 % dan hasil panen terbanyak terdapat pada padi bionutrien dosis 10 % dengan massa total kering seberat 30,6520 gram.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tanaman PBAG memiliki potensi terhadap pertumbuhan tanaman padi, namun masih ada beberapa kekurangan diantaranya:

1. Mengoptimalkan pengaruh bionutrien PBAG terhadap tanaman padi, dengan dilakukan analisis senyawa-senyawa yang terkandung dalam tanaman PBAG.


(24)

67

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

2. Pemberian bionutrien PBAG dilakukan dengan penambahan unsur hara mikro,

sehingga dapat memberikan pengaruh yang lebih baik ketika diaplikasikan terhadap tanaman padi.


(25)

68

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi DAFTAR PUSTAKA

Adiwiganda, R. (2005). Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Ahn, P.M. 1993.Tropical Soils and Fertilizer Use. Longman Group UK Limited, Essex, England

Ambarwati, R. (2007). Ekstraksi Bionutrien dari tanaman MHR dan Aplikasinya pada tanaman caisin. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI BANDUNG: tidak diterbitkan.

Andoko, A. (2008). Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Depok Bausch, L. (1974). Analytical System Division. New York : Rochester.

Bernasconi, G, dkk, Alih Bahasa Lianda, Handojo. (1995). Teknologi Kimia Bagian 2. Jakarta:Pradnya Paramita.

Brady, N.C. and R.R. Weil. (2002). The Nature and Properties of Soils. 13th ed. Pearson Education, Inc., New Jersey, USA.

Direktorat Pupuk dan Pestisida. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Pupuk Organik dan pembenah Tanah Tahun Anggaran 2011. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Dobermann, A. and T. Fairhurst. (2000). Rice Nutrient Disorders and Nutrient Management. Potash and Phosphat Insitute of Canada and International Rice Research Institute. Oxford Geographic Printersn Pte Ltd. Canada.

Engelstad, O. P. (1997). Teknologi Dan Penggunaan pupuk. Edisi Ke – 3.

UGM-Press. Yogyakarta.

Hanafiah, K.A. (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hardjowigeno, S. (2007). Ilmu Tanah. Cetakan ke-6. Akademika Pressindo. Jakarta.

Ishaq, I. (2011). Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Bandung.


(26)

69

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

Juliastuti, D. (2007). Pembuatan Bionutrien KPD dan Aplikasinya pada Tanaman Caisin (Brassica juncea). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI BANDUNG: tidak diterbitkan.

Kurniasih, E. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RSP-GE Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien yang Diaplikasikan pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI BANDUNG: tidak diterbitkan.

Lee, J. S., H. J. Lee, S. H. Lee. (2002). Decomposition and 15 N Fate of Rice Straw in Pody Soil. Korean J. Crop Sci.

Leiwakabessy, F.M, dkk. (2003). Kesuburan Tanah. IPB, Bogor

Lingga P dan Marsono, (2008). Petunjuk Penggunaan pupuk. Bandung: Penebar Swadaya.

Lukitaningsih, D. (2008), Pupuk Kompos. [online]. Tersedia

http://luki2blog.wordpress.com/2008/05/14/pupuk-kompos/. (29

Oktober 2012)

Mutakin, J. (2008). Budidaya Dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification). Bandung: tidak diterbitkan.

Parman. (2007). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kentang. Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Diponogoro.

Prihmantoro, H. (1999). Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya.

Sahiri, N. (2003). Pertanian Organik: Prinsip Daur Ulang Hara, Konservasi Air dan Interaksi Antar Tanaman. Makalah Individu Pengantar Falsafah Sain. Institut Pertanian Bogor.

Samekto, R. M. P. (2006). Pupuk Daun. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Sempurna, F. I. (2008). Kajian Potensi Tanaman CAF sebagai Bionutrien untuk Pertumbuhan Tanaman Selada Bokor (Lactuca sativa) dan Kentang (Solanum tuberosum). Sarjana pada FPMIPA UPI BANDUNG: tidak diterbitkan.


(27)

70

Gustian Nugraha, 2013

Kajian Potensi Bionutrien PBAG Terhadap Pertumbuhan Padi

Simanungkalit, R.D.M dan R. Saraswati. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.Bandung: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Soeriaatmadja, R. E. (1979). Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB.

Suprihatno, dkk. (2009). Deskripsi Varietas Padi. Subang: Balai Besar Penelitian Padi.

Sutanto R. (2002). Penerapan Pertanian Organik. Kanesius. Yogyakarta Sutejo, M.M. (2002). Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta

Suyono, A. D. (2008). Pupuk dan Pemupukan. Bandung: Divisi Penerbitan (Unpad Press) LPM UNPAD.

Syam, M, dkk. (2011). Masalah Lapang Hama dan Penyakit pada padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bandung

Wareing, P.F. dan Philips, I.D.J.(1981). Growth and Differentiation in Plants. Pergamon Press, NY.

Zaenaldi, A. (2011). Kajian Tentang Potensi Tanaman Ama Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien Yang Diaplikasikan Pada Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum L). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI BANDUNG: tidak diterbitkan


(1)

Pengamatan terhadap tanaman padi dilakukan setiap hari, sedangkan pengukuran tinggi dilakukan satu kali dari setiap minggunya. Tiap kelompok tanaman pada penelitian ini terdiri atas 3 pot tanaman padi, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan data, sehingga data yang diperoleh pada tiap dosis aplikasi bionutrien PBAG pada tanaman padi lebih akurat.


(2)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :

1. Secara umum, ekstrak tanaman PBAG memiliki potensi sebagai bionutrien dalam budidaya tanaman padi.

2. Kondisi optimum ekstraksi tanaman PBAG dengan nitrogen yang terekstrak 613 mg/L adalah sebagai berikut : konsentrasi ekstratan 0,75 M, waktu ekstraksi selama 30 menit dan massa tanaman PBAG seberat 70 gram.

3. Laju pertumbuhan tanaman padi dengan konstanta laju pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 0,1181 hari-1 pada bionutrien dosis 10 % dan hasil panen terbanyak terdapat pada padi bionutrien dosis 10 % dengan massa total kering seberat 30,6520 gram.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tanaman PBAG memiliki potensi terhadap pertumbuhan tanaman padi, namun masih ada beberapa kekurangan diantaranya:

1. Mengoptimalkan pengaruh bionutrien PBAG terhadap tanaman padi, dengan dilakukan analisis senyawa-senyawa yang terkandung dalam tanaman PBAG.


(3)

2. Pemberian bionutrien PBAG dilakukan dengan penambahan unsur hara mikro, sehingga dapat memberikan pengaruh yang lebih baik ketika diaplikasikan terhadap tanaman padi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwiganda, R. (2005). Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Ahn, P.M. 1993.Tropical Soils and Fertilizer Use. Longman Group UK Limited, Essex, England

Ambarwati, R. (2007). Ekstraksi Bionutrien dari tanaman MHR dan Aplikasinya

pada tanaman caisin. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI

BANDUNG: tidak diterbitkan.

Andoko, A. (2008). Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Depok Bausch, L. (1974). Analytical System Division. New York : Rochester.

Bernasconi, G, dkk, Alih Bahasa Lianda, Handojo. (1995). Teknologi Kimia

Bagian 2. Jakarta:Pradnya Paramita.

Brady, N.C. and R.R. Weil. (2002). The Nature and Properties of Soils. 13th ed. Pearson Education, Inc., New Jersey, USA.

Direktorat Pupuk dan Pestisida. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan

Pupuk Organik dan pembenah Tanah Tahun Anggaran 2011.

Kementerian Pertanian. Jakarta.

Dobermann, A. and T. Fairhurst. (2000). Rice Nutrient Disorders and Nutrient

Management. Potash and Phosphat Insitute of Canada and International Rice Research Institute. Oxford Geographic Printersn

Pte Ltd. Canada.

Engelstad, O. P. (1997). Teknologi Dan Penggunaan pupuk. Edisi Ke – 3. UGM-Press. Yogyakarta.

Hanafiah, K.A. (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hardjowigeno, S. (2007). Ilmu Tanah. Cetakan ke-6. Akademika Pressindo. Jakarta.

Ishaq, I. (2011). Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Bandung.


(5)

Juliastuti, D. (2007). Pembuatan Bionutrien KPD dan Aplikasinya pada

Tanaman Caisin (Brassica juncea). Skripsi Sarjana pada FPMIPA

UPI BANDUNG: tidak diterbitkan.

Kurniasih, E. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RSP-GE Sebagai Bahan

Dasar Pembuatan Bionutrien yang Diaplikasikan pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI

BANDUNG: tidak diterbitkan.

Lee, J. S., H. J. Lee, S. H. Lee. (2002). Decomposition and 15 N Fate of Rice

Straw in Pody Soil. Korean J. Crop Sci.

Leiwakabessy, F.M, dkk. (2003). Kesuburan Tanah. IPB, Bogor

Lingga P dan Marsono, (2008). Petunjuk Penggunaan pupuk. Bandung: Penebar Swadaya.

Lukitaningsih, D. (2008), Pupuk Kompos. [online]. Tersedia

http://luki2blog.wordpress.com/2008/05/14/pupuk-kompos/. (29

Oktober 2012)

Mutakin, J. (2008). Budidaya Dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System

of Rice Intensification). Bandung: tidak diterbitkan.

Parman. (2007). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap

Pertumbuhan Dan Produksi Kentang. Laboratorium Biologi Struktur

dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Diponogoro.

Prihmantoro, H. (1999). Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya.

Sahiri, N. (2003). Pertanian Organik: Prinsip Daur Ulang Hara, Konservasi Air

dan Interaksi Antar Tanaman. Makalah Individu Pengantar Falsafah

Sain. Institut Pertanian Bogor.

Samekto, R. M. P. (2006). Pupuk Daun. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Sempurna, F. I. (2008). Kajian Potensi Tanaman CAF sebagai Bionutrien untuk

Pertumbuhan Tanaman Selada Bokor (Lactuca sativa) dan Kentang (Solanum tuberosum). Sarjana pada FPMIPA UPI BANDUNG: tidak

diterbitkan.


(6)

Simanungkalit, R.D.M dan R. Saraswati. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk

Hayati.Bandung: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian.

Soeriaatmadja, R. E. (1979). Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB.

Suprihatno, dkk. (2009). Deskripsi Varietas Padi. Subang: Balai Besar Penelitian Padi.

Sutanto R. (2002). Penerapan Pertanian Organik. Kanesius. Yogyakarta Sutejo, M.M. (2002). Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta

Suyono, A. D. (2008). Pupuk dan Pemupukan. Bandung: Divisi Penerbitan (Unpad Press) LPM UNPAD.

Syam, M, dkk. (2011). Masalah Lapang Hama dan Penyakit pada padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bandung

Wareing, P.F. dan Philips, I.D.J.(1981). Growth and Differentiation in Plants. Pergamon Press, NY.

Zaenaldi, A. (2011). Kajian Tentang Potensi Tanaman Ama Sebagai Bahan

Dasar Pembuatan Bionutrien Yang Diaplikasikan Pada Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum L). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI