STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM UKURAN CERITA PENDEK ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A NAUIS.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

DAFTAR SINGKATAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Penelitian...1

1.2 Identifikasi Masalah ...7

1.3 Perumusan Masalah ...7

1.4 Tujuan Penelitian...8

1.5 Manfaat Penelitian ...9

1.6 Defenisi Operasional...10

BAB II STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA PENDEK...11

2.1 Cerita Pendek ...11

2.1.1 Pengertian Cerita Pendek ...11

2.1.2 Ciri-ciri Cerita Pendek ...14

2.2 Struktur Cerita Pendek...16

2.2.1 Pendekatan Struktural...16


(2)

2.2.2.1 Plot/alur...23

2.2.2.2 Tokoh dan Penokohan...26

2.2.2.3 Latar...29

2.2.2.4 Sudut Pandang...31

2.2.2.5 Tema...33

2.3 Nilai Budaya...35

2.4 Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek...39

2.4.1 Pengertian Pembelajaran Apresiasi Cerpen...39

2.4.2 Tujuan Pembelajaran Apresiasi Cerpen... 41

2.4.3 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...44

2.4.3.1 Dasar Pemikiran KBK Bidang Sastra...45

2.4.3.2 Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...51

3.1 Metode Penelitian...51

3.2 Teknik Pengumpulan Data...52

3.3 Instrumen Penelitian...53

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian………...54

3.5 Prosedur Penelitian………...56

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA...58

4.1Deskripsi Data...58

4.1.1 Pengantar Pengarang (A.A.Navis)...58


(3)

4.2 Analisis Data...62

4.2.1 Struktur Cerpen... ...63

4.2.1.1 Struktur Cerpen 1 ...63

4.2.1.2 Struktur Cerpen 2...75

4.2.1.3 Struktur Cerpen 3...85

4.2.1.4 Struktur Cerpen 4...97

4.1.1.5 Struktur Cerpen 5 ...107

4.2.2 Nilai Budaya dalam Cerita Pendek...115

4.2.2.1 Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Tuhan ...115

4.2.2.2 Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Karyanya ...119

4.2.2.3 Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Ruang dan Waktu ...123

4.2.2.4 Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Alam ...130

4.2.2.5 Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Sesamanya ...132

4.3 Hasil Analisis ...142

4.3.1 Hasil Analisis Struktur Cerpen...142

4.3.2 Hasil Analisis Nilai Budaya ...156

4.4. Model Pengajaran Apresiasi Sastra (Cerpen) untuk SMP Kelas IX ...158

4.4.1 Dasar Pemikiran ...158

4.4.2 Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...160

4.4.2.1 Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ...160

4.4.2.2 Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ...164

4.5 Materi yang ditawarkan sebagai Bahan Ajar ...168

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...176


(4)

5.2 Saran ...179 DAFTAR PUSTAKA...181 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...184


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan karya yang menggunakan medium bahasa dengan berbagai bentuk dan gaya penulisannya. Karya sastra yang

ditulis oleh pengarang tidak semata-mata mengukir keindahan dengan kata-kata, tetapi mereka menyampaikan suatu pesan dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Apakah karya sastra itu? Untuk menjawab persoalan itu tentu saja tidak dapat memakai pengertian bahwa yang dinamakan karya sastra itu ialah segala sesuatu yang tercetak atau tertulis

saja sebab pengertian tersebut tidak mencakup sastra lisan (Noor, 2004: 11). Lagi pula tidak semua teks yang tercetak atau tertulis itu termasuk karya sastra. Jadi, lebih tepat jika dipakai pengertian bahwa karya sastra ialah karya yang imajinatif, baik lisan maupun tertulis. Sebuah

karya sastra meskipun bahannya (inspirasinya) diambil dari dunia nyata, tetapi sudah diolah oleh pengarang melalui imajinasinya sehingga tidak dapat diharapkan realitas karya sastra sama dengan realitas dunia nyata sebab realitas dalam karya sastra sudah ditambah ”sesuatu” oleh

pengarang, sehingga kebenaran dalam karya sastra ialah kebenaran yang dianggap ideal oleh pengarangnya.

Melalui karya sastra dapat diketahui eksistensi kehidupan suatu masyarakat di suatu tempat pada suatu waktu meskipun hanya pada sisi-sisi tertentu. Kenyataan ini tidak dapat

dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan dan ekspresi tentang kehidupan dan pengarang mengekspresikan pengalaman dan pandangannya tentang hidup, walaupun pada sisi lain harus


(6)

diakui bahwa sastra bersifat otonom yang tidak mesti dihubungkan dengan realitas. Karya sastra terlahir dari pandangan hidup suatu masyarakat. Karena pengarang merupakan bagian dari masyarakat di dalam karya sastra yang dihasilkan terkandung pula nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

Kreasi sastra bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan tertentu bila dipandang dari sisi pengarang, baik berupa kepuasan diri sendiri maupun dalam usahanya memberikan ’sesuatu’ kepada pembaca, atau apa pun namanya, kenyataan

menunjukkan bahwa sastra menawarkan sesuatu kepada orang lain. Dengan demikian, terdapat hubungan yang tidak langsung antara pengarang dan pembaca. Berhubungan dengan kenyataan ini dapat dikatakan bahwa karya sastra merupakan salah satu media komunikasi antara keduanya (pengarang dan pembaca).

Pengarang-pengarang Balai Pustaka, Pujangga Baru dan Angkatan ’45 menulis berbagai karya sastra tentang kehidupan, cita-cita yang terdapat dalam Islam. Meskipun untuk waktu yang lama keislaman ini tidak muncul secara sadar dan menonjol, tetapi ia tetap jelas menjadi latar

belakang hampir setiap karya sastra yang ditulis. Keanekaragaman karya sastra nasional Indonesia tidaklah hanya memperlihatkan mozaik yang berdasarkan agama saja, tetapi juga berdasarkan keanekaragaman budaya dan kesenian.

Sastra tidak dilepaskan dari tautan sosial budaya serta norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Begitu pula pendekatan terhadap sastra sebagai ekspresi pengarangnya, tidaklah lepas dari tautan sosial budaya, mengingat pengarang yang mencipta karya sastra itu pun berada dalam kehidupan. Pembaca sastra pun adalah anggota suatu masyarakat budaya. Oleh

karena itu, persepsinya terhadap sastra yaitu bagaimana sastra kepadanya dan bagaimana tanggapannya terhadap sastra tidaklah lepas dari nilai sosial budaya yang dibawanya. Memahami


(7)

sebuah karya sastra dapat ditempuh dengan usaha mengetahui konteks sosial budaya kehidupan pengarang, seperti dikatakan Saini dan Sumardjo (1986: 31) bahwa dengan mengetahui wilayah pengarang dapat membantu membahami sebuah karya sastra yang menggambarkan kenyataan masyarakatnya. Semua karya sastra (fiksi) ada kemiripan dengan sesuatu dalam hidup karena

bahannya memang diambilkan dari pengalaman hidup.

Selain itu kita juga perlu tahu apa yang dimaksud dengan kesusastraan karena berkaitan erat dengan penjelasan di atas. Jelaslah bahwa karya sastra yang merupakan hasil imajinasi

pengarang menggunakan bahasa yang indah dan mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan nasehat dan pesan bagi pembacanya. Untuk mengetahui pesan dan amanat pengarang dalam karyanya, kita harus membaca karya-karyanya tersebut dan mengapresiasikannya. Melalui kegiatan apresiasi kita dapat memahami nilai-nilai budaya masyarakat pada zamannya.

Esensi dari pembelajaran apresiasi sastra adalah siswa harus dapat melakukan seperti yang dikemukakan oleh Effendi dalam Aminuddin (1995: 35) yaitu dapat menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran

kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Bahkan Rosidi dalam Sapardan (2005: 39) dengan tegas memaparkan bahwa pengajaran sastra yang hanya akan membuat para pelajar hafal akan judul buku dan nama pengarang, tetapi tidak pernah mendapat keterampilan

untuk membaca karya sastranya sendiri adalah sia-sia. Karena fenomena pembelajaran apresiasi sastra seperti dikemukakan di atas, amaka hasil yang terjelma dengan gaya pembelajaran seperti itu adalah siswa baru hafal tentang judul karya sastra dan nama pengarangnya. Mereka belum mencapai taraf sebagai apresiator. Kenyataannya bahwa apresiasi para siswa belum memadai.

Saat ini cerita pendek termasuk genre sastra yang kurang diperhatikan oleh guru maupun siswa. Melihat kenyataan yang ada di masyarakat, cerpen merupakan genre karya sastra yang


(8)

cukup luas perkembangannya di masyarakat. Banyak sekali koran dan majalah yang menyediakan rubrik cerpen dalam setiap penerbitannya. Bahkan bukan itu saja, para sastrawan telah banyak yang menerbitkan kumpulan cerpen. Dalam konteks pembelajaran sastra, cerpen memiliki beberapa kekhususan yang cukup menguntungkan.

Cerpen (cerita pendek) merupakan cerita yang menceritakan salah satu segi dari peristiwa para pelakunya. Kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” karya A. A. Navis merupakan objek penelitian ini. Peneliti tertarik memilih kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami”

ini karena dari kumpulan cerpen ini akan terlihat banyak peristiwa dan gambaran imajinatif pengarang baik dalam bentuk struktur maupun nilai budayanya. Pada dua-tiga dasawarsa yang terakhir ini, nampak bahwa keislaman telah muncul secara lebih sadar dalam kehidupan sastra Indonesia seperti nampak dalam karya-karya Bahrum Rangkuti, A.A. Navis, dan Kuntowijoyo

(Rosidi, 1995: 119). Jelas sekali dalam kumpulan cerpen karya A.A. Navis ini juga memperkenalkan bahwa di tanah Minangkabau terdapat beberapa tempat yang masih ada surau-surau yang bertindak sebagai sekolah agama dalam bentuk yang sama dengan pesantren di Jawa

(Koentjaraningrat, 2007: 262).

Kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami merupakan cerpen terbaik A.A. Navis. Cerpen-cerpen tersebut berbicara tentang berbagai kehidupan dan kemasyarakatan. Navis mengejutkan

pembacanya dengan sindiran luar biasa tajamnya terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat, bergaul, dan bersikap. Berawal dari cerpen Robohnya Surau Kami penulis tertarik menggali makna yang terdapat di dalam cerpen tersebut. Setelah dibaca semua cerpen dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami ini, cerpen-cerpen ini memiliki berbagai ragam suasana


(9)

Penelitian terdahulu berkaitan dengan analisis struktur dan nilai budaya dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami belum pernah dilakukan. Tetapi cerpen Robohnya Surau Kami digunakan sebagai alat untuk pengujian tes kepada siswa telah di lakukan oleh peneliti terdahulu bernama Dadang Ahmad Sapardan. Judul tesisnya yakni Penerapan Model Respons Analisis dan

Model Moody dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek (Kajian Eksperimen terhadap Siswa Kelas II SMAN Cililin Kabupaten Bandung). Peneliti ini menggunakan cerpen Robohnya Surau Kami sebagai alat dalam pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek.

Atas dasar itu, penulis merasa tertarik untuk mencoba mengembangkan konsep-konsep dan ide-ide baru dalam dunia pendidikan. Konsep dan ide baru yang menjadi acuan penulis dalam penelitian ini adalah memberikan contoh rencana pembelajaran bahasa Indonesia dalam apresiasi sastra melalui analisis struktur cerita pendek dan nilai budaya yang terkandung di

dalamnya. Dengan adanya analisis ini guru dapat berkaca bahwasanya penganalisisan sebuah karya sastra dapat membantu siswa mengembangkan ilmu kesusastraanya secara mendalam dengan pembelajaran analisis struktur dan nilai budaya karya sastra (cerpen).

Analisis struktur merupakan salah satu hal penting dalam pembelajaran apresiasi sastra. Dikatakan penting karena dengan adanya analisis struktur dari sebuah karya sastra contohnya cerpen akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi siswa mengenal makna isi

sebuah cerpen tersebut. Di samping itu, juga memperkaya pengetahuan siswa tentang budaya. Cerpen yang merupakan gambaran kehidupan maka siswa dapat mengambil hikmah dan belajar tentang hidup yang sebenarnya.

Dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” yang memiliki sepuluh cerpen

akan dapat ditemukan berbagai isi dari struktur penceritaannya. Selain itu juga akan ditemukan beberapa nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai budaya tersebut akan


(10)

menggambarkan masyarakat pada zaman itu. Nilai budaya yang akan ditemukan akan dapat dijadikan pengetahuan dan amanat yang disampaikan oleh pengarang melalui penceritaannya. Mulai dari struktur sampai kepada nilai budaya yang terkandung di dalam cerpen itu.

Dari uraian di atas, maka peneliti akan mencoba menganalisis secara deskriptif masalah

yang terdapat dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” karya A. A. Navis dari segi struktur dan nilai budaya yang membangun masing-masing cerita pendek karangan A. A. Navis ini. Dari penelitian ini semoga akan memberikan pengetahuan dan wawasan baru dari

penganalisisan sepuluh cerpen karya A. A. Navis dari kajian struktur dan nilai budayanya.

1.2Identifikasi Masalah

Pada bagian ini, peneliti akan mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan struktur dan nilai budaya. Struktur yang dimaksud plot/alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan tema. Sudut pandang tetap dipandang sebagai struktur karena suatu penempatan diri

pengarang dalam ceritanya, apakah pengarang langsung berperan sebagai narator atau ia melimpahkan posisi narator kepada tokoh-tokoh ceritanya.

Budaya yang zaman sekarang telah mulai diabaikan. Baik budaya daerah maupun budaya

yang menjadi ketetapan kita sebagai orang Timur. Budaya sangat mempengaruhi kehidupan karena budaya berelevansi dengan adat atau kebiasaan. Salah satunya yang menjadi identifikasi masalah penelitian ini adalah nilai budaya yang tergambar dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami”. Nilai budaya disini juga merupakan nilai-nilai sosio budaya yang


(11)

Kebiasaan dari masyarakat pada zaman itu dalam kumpulan cerita pendek ini bermacam-macam. Kebiasaan tersebut tergantung kepada perkembangan zaman yang terjadi. Kebiasaan itu dapat menggambarkan secara jelas nilai budaya yang terkandung dalam ceritanya.

1.3Perumusan Masalah

Nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra mengandung banyak nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman hidup. Nilai-nilai tersebut diantaranya nilai agama, sosial, budaya, estetika

maupun nilai moral. Pada penelitian ini perumusan masalah akan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan tersebut sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk struktur cerita dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” karya A. A. Navis?

2. Nilai-nilai budaya apa sajakah yang terdapat dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” karya A. A. Navis?

3. Bagaimanakah pembelajaran yang dapat diberikan sebagai bahan ajar dari hasil analisis

struktur dan nilai budaya dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” karya A. A. Navis?

1.4Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang struktur dan nilai budaya dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami”. Berdasarkan hal di atas, secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:


(12)

2. nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami”; dan

3. pembelajaran apresiasi sastra yang dapat diberikan sebagai bahan ajar dari hasil analisis struktur dan nilai budaya dari kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami”.

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut:

Manfaat secara teoretis adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini sebagai masukan untuk menambah wawasan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam analisis struktur dan nilai budaya cerita pendek.

2. Penelitian ini sebagai masukan untuk menambah wawasan tentang contoh rencana

pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam analisis dan nilai budaya cerita pendek. 3. Penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan

dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam analisis struktur dan nilai budaya

cerpen.

Manfaat secara praktis adalah sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam menentukan rencana pembelajaran


(13)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran analisis dan nilai budaya cerpen.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan tingkat keefektifan rencana pembelajaran

dan analisis dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran analisis struktur dan nilai budaya cerpen.

1.6Defenisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran tentang judul penelitian, di bawah ini diuraikan penjelasan sebagai berikut.

1. Struktur

Struktur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah struktur pembentuk cerpen yang

terdiri atas unsur-unsur pembangunnya yakni, fakta cerita, sarana cerita, dan tema. Fakta cerita terdiri atas alur, tokoh dan penokohan, dan latar. Sarana cerita yang dimaksud adalah sudut pandang pengarang. Unsur pembangun lainnya yakni tema.

2. Nilai Budaya

Nilai budaya yang dimaksud dalam penelitian ini konsepsi-konsepsi, yang ada dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat

bernilai dalam hidup. 3. Cerpen

Cerpen yang dijadikan data penelitian diambil dari kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Cerpen yang menjadi data penelitian terdiri atas cerpen Robohnya Surau

Kami, cerpen Anak Kebanggaan, cerpen Nasihat-nasihat, cerpen Datangnya dan Perginya, dan cerpen Dari Masa ke Masa.


(14)

(15)

1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi berasal dari bahasa Yunani, methodos, metode; logike, logis. Suatu disiplin

yang berhubungan dengan metode, peraturan, kaidah yang diikuti dalam ilmu pengetahuan (Komaruddin, 2006: 152). Pada bab ini akan dipaparkan tentang metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, sumber data penelitian, populasi dan sampel, dan

prosedur penelitian. Untuk lebih jelaskan akan dijelaskan sebagai berikut.

3.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian, orang dapat menggunakan berbagai macam metode dan

sejalan dengannya rancangan penelitian yang digunakan juga dapat bermacam-macam. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Dalam penelitian, objeklah yang menentukan metode yang akan digunakan (Koentjaraningrat, 1977: 7).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian deskriptif. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001: 64), metode deskriptif merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mendesripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada waktu penelitian.

Dengan demikian, penelitian ini dilakukan seobjektif mungkin terhadap hal-hal yang menjadi pusat perhatian dan mendukung penelitian.

Metode deskriptif dipilih karena penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan struktur dan nilai budaya yang terkandung dalam kumpulan cerita pendek

”Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis. Deskripsi dan analisis dilakukan terhadap struktur pembangun sebuah cerpen yaitu plot/alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan tema.


(16)

2

Metode ini juga dilakukan dalam menganalisis nilai budaya yang terkandung di setiap cerpen karya A.A. Navis ini. Metode ini digunakan pula untuk menawarkan bentuk rencana pengajaran apresiasi sastra sebagai bahan ajar di sekolah menengah tingkat pertama.

Peneliti menganalisis satu per satu cerpen tersebut dari segi strukturnya. Untuk

mendapatkan hasil analisis, peneliti akan mengelompokkan hasil analisis sesuai strukturnya masing-masing yaitu tema dalam 1 kelompok yang terdiri dari 5 cerpen, seterusnya dikelompokkan segi plot/alur, tokoh dan penokohan, latar dan sudut pandang. Analisis nilai

budaya juga dikelompokkan dalam satu kelompok analisis.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas studi pustaka, penelusuran

online, serta diskusi.

1) Studi Pustaka

Teknik ini digunakan untuk menggali teori yang relevan dengan hal-hal yang akan dikaji dalam penelitian ini, di antaranya teori tentang struktural, khususnya struktur pembangun

cerita pendek; teori tentang nilai budaya, khususnya nilai budaya dalam cerpen, dan teori tentang pengajaran sastra.

2) Penelusuran Online

Teknik penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media


(17)

3

dapat menujang penganalisisan terhadap kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis ini secara online.

3) Diskusi Kelompok Terfokus

Teknik diskusi ini digunakan dalam upaya klarifikasi, menggali, dan melengkapi hasil analisis bersama dosen pembimbing maupun dengan teman sejawat.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Untuk melaksanakan teknik penelitian digunakan alat pendukung sebagai berikut.

1) Kartu analisis teks: kartu ini digunakan untuk menganalisis setiap cerpen.

2) Pedoman analisis teks: pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam penganalisisan setiap cerpen.

Tabel 3.1

Pedoman Analisis


(18)

4

"

#

!

3) Pedoman diskusi: pedoman ini digunakan untuk melaksanakan diskusi kelompok

terfokus (focus group discussion).

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2000: 112), sumber data utama dalam penelitian alamiah adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama adalah buku kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami”

karya A.A. Navis.

Selain itu peneliti mengumpulkan data dari buku-buku yang berkaitan dengan struktural, budaya dan kurikulum pelajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran sastra. Tidak hanya

berbentuk teks ini saja, karena kebetulan peneliti berasal dari daerah yang sama dengan pengarang yaitu Sumatera Barat, maka pengetahuan peneliti tentang masalah dalam penelitian ini juga akan menunjang untuk penyelesaikan penelitian ini.

Data untuk penelitian ini adalah sepuluh cerita pendek dalam kumpulan cerita pendek Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Cerita pendek yang terdapat dalam buku kumpulannya


(19)

5

terdiri atas cerpen (1) Robohnya Surau Kami, (2) Anak Kebanggan, (3) Nasihat-nasihat, (4) Topi Helm, (5) Datangnya dan Perginya, (6) Pada Pebotakan Terakhir, (7) Angin dari Gunung, (8) Menanti Kelahiran, (9) Penolong, dan (10) Dari Masa ke Masa. Data dikumpulkan dari sepuluh cerpen tersebut (sampel total).

Cerita Pendek ini akan dikelompokkan menurut temanya. Dari tiap tema diambil satu

cerita sebagai data. Hal ini dilakukan peneliti karena beberapa cerpen ini memiliki tema yang sama, maka peneliti mengambil satu cerpen dengan satu tema. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. Teknik ini dipakai karena peneliti mempunyai

pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitian (Sukmadinata, 2007: 254). Cerita pendek yang menjadi data penelitian hanya lima yang memiliki tema yang berbeda-beda. Begitu juga halnya dengan data dari penganalisisan nilai budaya. Nilai budaya

juga diambil dari lima cerpen yang telah dipilih sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Cerita pendek tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Data Penelitian

(Cerita Pendek ”Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis)

" $ % & ' ' ( ) * * " * $ * % ' + ,


(20)

6 -. / 0 1 2 3 4 5 '

3 5 5

* -* . * / * 0 * 1 * 2 5 +

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cerpen yang diambil sebagai data penelitian ini terdiri atas tema yang berbeda-beda. Yang mewakili cerpen tiap-tiap tema, (1) Robohnya Surau

Kami dengan tema ketuhanan, (2) Anak Kebanggan dengan tema jasmaniah, (3) Nasihat-nasihat dengan tema egoik, (4) Datangnya dan Perginya dengan tema moral, dan (5) Dari Masa ke Masa dengan tema sosial. Begitu juga dengan nilai budaya juga diambil dari lima cerpen di atas

sebagai data. Untuk lebih memudahkan dalam penganlisisan, maka untuk cerpen Robohnya Surau Kami diberi kode (cerpen 1), cerpen Anak Kebanggan (cerpen 2), cerpen Nasihat-nasihat (cerpen 3), cerpen Datangnya dan Perginya (cerpen 4), dan untuk cerpen Dari Masa ke Masa diberi kode (cerpen 5).

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui sejumlah tahapan sebagai berikut:

1. membaca kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” karya A. A. Navis;

2. mengindentifikasi struktur yang membangun masing-masing cerita pendek dalam kumpulan cerita pendek karya A. A. Navis ini;

3. mengklasifikasikan nilai-nilai budaya dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau

Kami”;

4. merangkum nilai-nilai budaya yang terdapat dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” karya A. A. Navis ini;


(21)

7

5. menampilkan contoh Rencana Perencaan Pembelajaran terhadap hasil analisis kumpulan cerita cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis; dan

6. kesimpulan.

Diagram 3.1

Langkah-langkah Penelitian

6& ' 7

#


(22)

176 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Cerita pendek dalam kumpulan cerita pendek ”Robohnya Surau Kami” yang di analisis dalam penelitian ini terdiri atas Cerpen 1, Cerpen 2, Cerpen 3, Cerpen 4, dan Cerpen 5. Cerpen-cerpen ini dianalisis dari kajian struktur dan nilai budayanya. Sebagai hasil dari penelitian yang

telah dilakukan, di bawah ini dikemukakan simpulan sebagai berikut.

Cerpen-cerpen karya A.A. Navis yang menjadi data penelitian memiliki beragam peristiwa. Mulai dari peristiwa seseorang yang mengenang kembali cerita di kampungnya. Peristiwa ini berlanjutkan dengan cerita tentang Haji Saleh yang berbicara dengan Tuhan.

Peristiwa ini membuat cerita ini menarik. Haji Saleh yang semasa hidupnya hanya memikirkan ibadah saja. Beliau menelantarkan istri, anak, dan cucunya semasa ia hidup di dunia. Akhir cerita yang mengejutkan saat tokoh Kakek dinyatakan meninggal dunia dengan menggoroh lehernya

sendiri dengan pisau cukur. Perbuatan Kakek dengan membunuh diri merupakan hal yang sangat di benci Tuhan. A.A. Navis memberikan kejutan pada akhir cerpen Robohnya Surau Kami.

Peristiwa demi peristiwa yang ditampilkan dalam cerpen-cerpen itu memiliki puncak

penceritaan dengan giving surprise. Peristiwa pada cerpen 2 bermula saat Ompi berangan-angan anaknya menjadi seorang dokter. Angan-angan itu hanya mimpi. Indra Budiman anaknya Ompi ternyata tidak bersekolah dengan baik. Semua orang kampung mengetahui perbuatan buruk Indra Budiman. Puncak dari cerita ini saat Ompi jatuh sakit menunggu kabar berita anaknya. Harapan

itu sia-sia karena anaknya telah meninggal dunia. Ompi turut meninggal saat ia memeluk telegram yang menyatakan Indra Budiman telah meninggal. Cerita ini dapat menyadarkan kita


(23)

177

sebagai orang tua untuk tidak memaksakan keinginan dan kemauan kita kepada anak. Berikan dukungan minat dan bakat yang dimiliki anak.

Cerpen Nasihat-nasihat menceritakan tentang seorang bapak yang terlalu percaya diri dengan kemampuan yang ia miliki. Peristiwa dalam cerpen ini mengisahkan bapak yang selalu

memberi nasihat kepada anaknya dalam memecahkan persoalan yang sedang ia alami. Orang tua dalam cerpen ini terlalu yakin dengan nasihatnya. Ia merasa semua nasihat yang ia berikan kepada Hasibuan akan dilaksanakan, tetapi kenyataanya tidak. Cerita ini dapat menjadi renungan

bagi orang tua bahwa jangan terlalu merasa hebat dan pintar dalam menasehati segala hal. Belum tentu nasihat itu akan baik bagi pendengarnya. Disini Hasibuan tidak diberi kesempatan untuk menceritakan semua yang terjadi. Orang tua ini hanya menerka-nerka apa yang tengah di alami oleh Hasibuan.

Cerpen 4 yakni Datangnya dan Perginya, merupakan cerpen yang banyak memberikan pelajaran hidup. Cerita ini tentang perbuatan dosa besar yang dilakukan orang tua Masri semasa dulunya. Akibat dari itu, terjadilah pernikahan sedarah. Dalam cerpen ini ayah Masri sulit

menerima kenyataan. Di satu sisi ayah Masri yang telah bertobat ingin menceritakan hal sesungguhnya kepada Masri, tapi di sisi lain Iyah meminta tidak menceritakan kepada Masri. Iyah telah memendam dosa itu sejak lama. Iyah tidak mau menghancurkan kebahagiaan anaknya.

Peristiwa ini dapat dijadikan pelajaran yang sangat berharga dalam kehidupan saat sekarang. Sifat mendongkol adalah sifat yang tidak baik. Apabila ada sesuatu yang kita tidak sukai sampaikan secara baik. Sifat pendongkol ini dimiliki oleh tokoh saya dalam cerpen Dari Masa ke Masa. Cerpen ini mengisahkan tokoh saya semasa mudanya. Ia selalu mendongkol apabila diberi

nasihat dan arahan oleh orang-orang tua dulu. Tokoh saya yang tidak suka dengan sikap para orang-orang tua itu, ia berjanji apabila ia tua nanti tidak akan melakukan hal yang dulu tidak


(24)

178

disukainya. Sifat yang dimiliki tokoh cerpen ini tidak baik ditiru karena sifat yang dilarang Tuhan.

Peristiwa dalam cerpen-cerpen A.A. Navis ini terjadi di propinsi Sumatera Barat atau Padang. A.A. Navis kadangkala tidak secara langsung menjelaskan tempat kejadian itu di

Padang tapi secara tidak langsung dari gambaran peristiwa dapat dibaca tempat kejadiannya. A.A. Navis menggunakan bahasa yang khas dalam cerpennya. Kekhasan sebagai orang Minangkabau masih kental terlihat.

Cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami” ini A.A. Navis menggunakan gaya penulisan dan sikapnya yang kritis terhadap berbagai persoalan kehidupan dan kemasyarakatan. Hal ini ditandai dengan memberikan kejutan kepada pembaca berupa sindiran luar biasa tajamnya terhadap kehidupan beragama. Melalui cerpen-cerpennya, Navis

menunjukkan bagaimana sikap manusia dalam menghadapi persoalan kehidupan dan persoalan cobaan Tuhan. Sangat jelas dalam cerpen-cerpen ini mengandung nilai budaya yang tinggi. Cerpen-cerpen ini tidak hanya memunculkan persoalan agama saja tapi juga persoalan bangsa

dalam konteks yang lebih luas.

Semua ini merupakan sisi-sisi kehidupan yang dikembangkan dalam bentuk cerpen untuk mendorong masyarakat agar memahami kehidupan secara lebih baik. Cerpen-cerpen ini

mengutamakan isi dan pemaknaan hingga keindahan melalui pergumulan batin, gelombang pikiran dan perasaan yang terus mengalir dalam tema-tema dan jiwa tokoh-tokoh yang dihadirkan.

Kelima cerpen yang telah di analisis dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar

pelajaran Bahasa Indonesia dalam apresiasi sastra kelas IX SMP. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai pelengkap dari materi pelajaran apresiasi sastra. Manfaat lain dapat dijadikan


(25)

179

bahan renungan bagi siswa untuk memaknai sebuah karya sastra. Bacaan yang bermakna dan memiliki nilai kehidupan ada pada karya sastra. Pengenalan terhadap tokoh dan karakternya dapat memberi masukan kepada siswa dalam bersikap. Dengan hasil analisis ini pengajar dan siswa dapat memilih bacaan yang mengandung arti dalam segi struktural yakni mengenal isi

cerita dan mengandung arti nilai-nilai kehidupan dalam segi budaya.

5.2 Saran

Ada bebarapa hal yang menurut penulis perlu dipertimbangkan oleh berbagai pihak sehubungan dengan hasil penelitian ini.

Pertama, melihat kenyataan di sekolah, cerpen kadangkala tidak terlalu diperhatikan.

Cerpen juga alternatif yang baik karena memudahkan siswa dalam memahami sebuah cerita.

Cerpen merupakan cerita pendek yang dapat dibaca pada satu waktu, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan dengan efektif.

Kedua, cerpen mengandung nilai budaya yang sangat berguna bagi siswa untuk

mendapatkan pesan dalam menjalankan kehidupan. Nilai budaya berkaitan erat dengan kehidupan bermasyarakat. Sebagai manusia sosial kita harus dapat menjalankan kehidupan dengan masyarakat melalui nilai budaya yang kita peroleh dari pembelajaran sastra.

Ketiga, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Penelitian

lain misalnya tentang kebahasaan serta fungsi dari kumpulan cerita pendek Robohnya Surau Kami masih sangat mungkin untuk dilakukan, baik sebagai tindak lanjut dari penelitian ini.

Keempat, anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Tugas orang tua adalah

membesarkan dan mendidik mereka agar tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas. Cerita banyak yang menawarkan hal itu. Melalui membaca cerpen, mereka akan mengenal dan


(26)

180

memahami sifat-sifat tokoh dan perbuatannya, tetapi mereka belum mampu membedakan cerita yang mana yang lebih cocok bagi mereka. Dalam hal ini, peran orang tua sangat diperlukan.

Kelima, dunia anak-anak diselimuti oleh imajinasi dan fantasi, sebagai suatu proses

kejiwaan yang amat penting dan berguna dalam perkembangan kepribadian dan kreativitas.

Ternyata kita dapat meningkatkan wawasan budaya dengan pembacaan kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. NAvis. Kumpulan cerpen ini mengenalkan budaya suatu daerah di Indonesia ini yakni Minangkabau. Oleh sebab itu, guru harus mampu memilih bahan

bacaan yang lebih sesuai dengan perkembangan kognitif mereka.

Keenam, pihak Dinas Pendidikan Nasional diharapkan dapat menentukan dan

menggariskan bahan-bahan bacaan yang lebih sesuai dengan perkembangan kompetensi anak dan tingkatannya dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini disesuaikan dengan


(27)

181

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang. IKIP Semarang Press.

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Argensindo.

Baried, B. 1985. Memahami Hikayat dalam Sastra Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.

Endaswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: FBS Univesitas Negeri Yogyakarta.

Esten, Mursal. 2000. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hartoko dan Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indoesia. Jakarta: Djambatan.

Komaruddin dan Tjuparmah S Yooke. 2006. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Kompas, Harian. 1992. Kado Istimewa Cerpen Pilihan Kompas 1992. Jakarta: Harian Kompas. Kridalaksana, Harimukti. 1984. Kamus Linguistik: Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia.

Luxemburg, J. V., dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra (diindonesiakan oleh Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia.


(28)

182

Mulyana. 2008. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah dalam Kerangka Budaya. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Noor, Redyanto. 2004. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.

Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Oemarjati, B.S. 1971. Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Rani, Supratman Abdul dan Maryani. 1999. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusyana, Yus. 1979. Novel Sunda sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: CV Gunung Larang.

Rosidi, Ajip. 1983. Pembinaan Minat Baca, Bahasa, dan Sastra. Surabaya. PT. Bina Ilmu. Rosidi, Ajip. 1991. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Bina Cipta.

Rosidi, Ajip. 1995. Sastera dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Saini K. M dan Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. Saini K. M dan Sumardjo, Jakob. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Sapardan, Dadang Ahmad. 2005. Penerapan Model Respons Analisis dan Model Moody dalam

Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek. Tesis. Bandung : PPs UPI.

Sayuti, A. Suminto. 1996. Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sedyawati, Edi. 2007. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


(29)

183

Semi, Atar. 1998. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Sudjana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Suharianto. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Sukardi, Dadi. 2003. Kontribusi Pemahaman Bahasa terhadap Kemampuan Memahami Hikayat. Tesis. Bandung: PPS UPI.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Hendry. G. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teeuw, A. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wellek, R dan Warren, A. 1995. Theory of Literature (diindonesiakan oleh Melani Budinata). Jakarta: Gramedia.

Wikipedia. (2008). ”Cerita pendek”[Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas[28 oktober 2008]


(1)

disukainya. Sifat yang dimiliki tokoh cerpen ini tidak baik ditiru karena sifat yang dilarang Tuhan.

Peristiwa dalam cerpen-cerpen A.A. Navis ini terjadi di propinsi Sumatera Barat atau Padang. A.A. Navis kadangkala tidak secara langsung menjelaskan tempat kejadian itu di Padang tapi secara tidak langsung dari gambaran peristiwa dapat dibaca tempat kejadiannya. A.A. Navis menggunakan bahasa yang khas dalam cerpennya. Kekhasan sebagai orang Minangkabau masih kental terlihat.

Cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami” ini A.A. Navis menggunakan gaya penulisan dan sikapnya yang kritis terhadap berbagai persoalan kehidupan dan kemasyarakatan. Hal ini ditandai dengan memberikan kejutan kepada pembaca berupa sindiran luar biasa tajamnya terhadap kehidupan beragama. Melalui cerpen-cerpennya, Navis menunjukkan bagaimana sikap manusia dalam menghadapi persoalan kehidupan dan persoalan cobaan Tuhan. Sangat jelas dalam cerpen-cerpen ini mengandung nilai budaya yang tinggi. Cerpen-cerpen ini tidak hanya memunculkan persoalan agama saja tapi juga persoalan bangsa dalam konteks yang lebih luas.

Semua ini merupakan sisi-sisi kehidupan yang dikembangkan dalam bentuk cerpen untuk mendorong masyarakat agar memahami kehidupan secara lebih baik. Cerpen-cerpen ini mengutamakan isi dan pemaknaan hingga keindahan melalui pergumulan batin, gelombang pikiran dan perasaan yang terus mengalir dalam tema-tema dan jiwa tokoh-tokoh yang dihadirkan.

Kelima cerpen yang telah di analisis dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar pelajaran Bahasa Indonesia dalam apresiasi sastra kelas IX SMP. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai pelengkap dari materi pelajaran apresiasi sastra. Manfaat lain dapat dijadikan


(2)

179

bahan renungan bagi siswa untuk memaknai sebuah karya sastra. Bacaan yang bermakna dan memiliki nilai kehidupan ada pada karya sastra. Pengenalan terhadap tokoh dan karakternya dapat memberi masukan kepada siswa dalam bersikap. Dengan hasil analisis ini pengajar dan siswa dapat memilih bacaan yang mengandung arti dalam segi struktural yakni mengenal isi cerita dan mengandung arti nilai-nilai kehidupan dalam segi budaya.

5.2 Saran

Ada bebarapa hal yang menurut penulis perlu dipertimbangkan oleh berbagai pihak sehubungan dengan hasil penelitian ini.

Pertama, melihat kenyataan di sekolah, cerpen kadangkala tidak terlalu diperhatikan. Cerpen juga alternatif yang baik karena memudahkan siswa dalam memahami sebuah cerita. Cerpen merupakan cerita pendek yang dapat dibaca pada satu waktu, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan dengan efektif.

Kedua, cerpen mengandung nilai budaya yang sangat berguna bagi siswa untuk mendapatkan pesan dalam menjalankan kehidupan. Nilai budaya berkaitan erat dengan kehidupan bermasyarakat. Sebagai manusia sosial kita harus dapat menjalankan kehidupan dengan masyarakat melalui nilai budaya yang kita peroleh dari pembelajaran sastra.

Ketiga, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Penelitian lain misalnya tentang kebahasaan serta fungsi dari kumpulan cerita pendek Robohnya Surau Kami masih sangat mungkin untuk dilakukan, baik sebagai tindak lanjut dari penelitian ini.

Keempat, anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Tugas orang tua adalah membesarkan dan mendidik mereka agar tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas. Cerita banyak yang menawarkan hal itu. Melalui membaca cerpen, mereka akan mengenal dan


(3)

memahami sifat-sifat tokoh dan perbuatannya, tetapi mereka belum mampu membedakan cerita yang mana yang lebih cocok bagi mereka. Dalam hal ini, peran orang tua sangat diperlukan.

Kelima, dunia anak-anak diselimuti oleh imajinasi dan fantasi, sebagai suatu proses kejiwaan yang amat penting dan berguna dalam perkembangan kepribadian dan kreativitas. Ternyata kita dapat meningkatkan wawasan budaya dengan pembacaan kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. NAvis. Kumpulan cerpen ini mengenalkan budaya suatu daerah di Indonesia ini yakni Minangkabau. Oleh sebab itu, guru harus mampu memilih bahan bacaan yang lebih sesuai dengan perkembangan kognitif mereka.

Keenam, pihak Dinas Pendidikan Nasional diharapkan dapat menentukan dan menggariskan bahan-bahan bacaan yang lebih sesuai dengan perkembangan kompetensi anak dan tingkatannya dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini disesuaikan dengan daerah masing-masing sekolah.


(4)

181

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang. IKIP Semarang Press.

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Argensindo.

Baried, B. 1985. Memahami Hikayat dalam Sastra Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.

Endaswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: FBS Univesitas Negeri Yogyakarta.

Esten, Mursal. 2000. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hartoko dan Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indoesia. Jakarta: Djambatan.

Komaruddin dan Tjuparmah S Yooke. 2006. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Kompas, Harian. 1992. Kado Istimewa Cerpen Pilihan Kompas 1992. Jakarta: Harian Kompas. Kridalaksana, Harimukti. 1984. Kamus Linguistik: Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia.

Luxemburg, J. V., dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra (diindonesiakan oleh Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia.


(5)

Mulyana. 2008. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah dalam Kerangka Budaya. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Noor, Redyanto. 2004. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.

Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Oemarjati, B.S. 1971. Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Rani, Supratman Abdul dan Maryani. 1999. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusyana, Yus. 1979. Novel Sunda sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: CV Gunung Larang.

Rosidi, Ajip. 1983. Pembinaan Minat Baca, Bahasa, dan Sastra. Surabaya. PT. Bina Ilmu. Rosidi, Ajip. 1991. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Bina Cipta.

Rosidi, Ajip. 1995. Sastera dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Saini K. M dan Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. Saini K. M dan Sumardjo, Jakob. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Sapardan, Dadang Ahmad. 2005. Penerapan Model Respons Analisis dan Model Moody dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek. Tesis. Bandung : PPs UPI.

Sayuti, A. Suminto. 1996. Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sedyawati, Edi. 2007. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


(6)

183

Semi, Atar. 1998. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Sudjana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Suharianto. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Sukardi, Dadi. 2003. Kontribusi Pemahaman Bahasa terhadap Kemampuan Memahami Hikayat. Tesis. Bandung: PPS UPI.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Hendry. G. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teeuw, A. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wellek, R dan Warren, A. 1995. Theory of Literature (diindonesiakan oleh Melani Budinata). Jakarta: Gramedia.

Wikipedia. (2008). ”Cerita pendek”[Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas[28 oktober 2008]