ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT.

(1)

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Perancis

oleh

Kanya Cirga Suryadewi 1104153

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Analisis Budaya Material dalam

Kumpulan Terjemahan Cerita Pendek

Mademoiselle Fifi Karya Guy de

Maupassant

Oleh

Kanya Cirga Suryadewi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

© Kanya Cirga Suryadewi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

KANYA CIRGA SURYADEWI

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

Disetujui dan disahkan oleh:

PembimbingUtama

Prof. Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum NIP: 196310241988031003

Pembimbing Pendamping

Hj. Farida Amalia, M.Pd NIP: 197401082000032001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa Perancis

Dr. Yuliarti Mutiarsih, M.Pd NIP :196107231986012001


(4)

Suryadewi, Kanya Cirga. (2015). Analisis Penerjemahan Unsur Budaya Material dalam Kumpulan Cerita Pendek Mademoiselle Fifi Karya Guy de Maupassant. Skripsi. Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI, Bandung : Tidak Diterbitkan.

ABSTRAK

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik penelitian kualitatif yang menggunakan studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk; 1) Mengetahui dan mendeskripsikan apa saja pergeseran makna dan struktur yang terjadi antara budaya material bahasa sumber dan budaya material bahasa sasaran. 2) Mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan unsur budaya material. 3) Mengetahui kontribusi penelitian ini terhadap mata kuliah Traduction II. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa terdapat pergeseran makna dan struktur. Pergeseran struktur yang terjadi yaitu 1)pergeseran struktur jamak menjadi tunggal dan 2) pergeseran sintaksis, sedangkan pergeseran makna yang terjadi yaitu 1)pergeseran makna umum menjadi khusus, 2) pergeseran makna khusus menjadi umum, 3)perbedaan sudut pandang, 4) pergeseran makna sepadan dan 5)penghilangan kata sifat. Teknik yang digunakan untuk menerjemahkan budaya material yaitu 1)teknik transposisi, 2) teknik modulasi, 3) penambahan dan 4) deskriptif. Diketahui bahwa dari 148 unsur budaya material yang terdapat pada penelitian ini, terdapat 26 unsur budaya material yang diterjemahkan menggunakan teknik transposisi, 75 unsur diterjemahkan menggunakan teknik modulasi, 6 unsur budaya material yang diterjemahkan menggunakan teknik transposisi dan modulasi, 3 unsur budaya diterjemahkan menggunakan teknik penambahan serta 1 unsur budaya diterjemahkan menggunakan teknik deskriptif. Teknik-teknik tersebut digunakan penerjemah agar kata benda unsur budaya material dapat diterjemahkan ke dalam budaya bahasa sasaran, dapat diterima dan pesan yang disampaikan sesuai dengan budaya bahasa sumber. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mengenali unsur budaya material dapat membantu dalam mempelajari budaya dan bahasa asing. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan baik bagi mahasiswa, dosen ataupun peneliti selanjutnya dalam pengenalan tentang teori budaya material serta teknik penerjemahan.

Kata kunci : budaya material, penerjemahan,teknik penerjemahan, unsur budaya material.


(5)

Kanya Cirga Suryadewi, 2015

ABSTRACT

The research method used is descriptive qualitative with technique of qualitative research used were the documentation and literature review. This method is used for the purpose to; 1) discovers and describes any shift in meaning and structure that occurs between the material culture of the source language and the target language. 2) Describe the translation technique which is used to translate the elements of material culture. 3) Discover the contribution of this study to the subject "Traduction II". Based on the analysis, noted that there is a shift in meaning and structure. The shift in structures that occur are 1) a shift in the structure of the plural into a singular, and 2) shifts of syntax, whereas a shift in meaning that occur are 1) a shift in the common meaning to be special, 2) a shift of special meaning became common meaning, 3) differences in viewpoints, 4) a shift in compatible meaning, and 5) the removal of the adjective. The technique used to translate the material culture, i.e. 1) the transposition technique, 2) modulation technique, 3) transposition and modulation 4) augmentation and 5) descriptive. It is known that from 148 data of material culture which is analyzed, there are 26 data material culture are translated by the technique of transposition, 75 data material culture are translated by the technique modulation, there are 6 data material culture are translated by the technique of transposition and modulation, 3 data material culture are translated by augmentation and there are just 1 data material culture are translated by descriptive. These techniques used by translator so that "nouns" from material culture element can be translated into the target language culture, can be received and the message delivered in accordance with the culture of the source language. From the research results can be seen that recognize elements of material culture can help in learning a foreign culture and foreign language. This study can be used as an input, whether for students, lecturers or researchers, further in the introduction of material culture theory and technique of translation.

Keywords: elements of material culture, material culture, translation, translation technique.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.5 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.6 Asumsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II UNSUR BUDAYA MATERIAL DALAM PENERJEMAHAN ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Kebudayaan ... Error! Bookmark not defined.

2.2 Budaya Material ... Error! Bookmark not defined.

2.3 Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.

2.3.1 Masalah-masalah dalam Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.

2.3.2 Jenis-jenis Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.

2.3.3 Proses Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.

2.3.4 Ideologi Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.

2.3.5Teknik Penerjemahan ... Error! Bookmark not defined.

2.3.5.1 Transposisi ... Error! Bookmark not defined.

2.3.5.2 Modulasi ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Budaya Material Dalam Penerjemahan Menurut Newmark .. Error! Bookmark not defined.


(7)

2.5 Cerpen ... Error! Bookmark not defined.

2.6 Penerjemahan Dalam Konteks Pengajaran Bahasa ... Error! Bookmark not defined.

2.6.1 Penerjemahan Dalam Konteks Bahasa Asing Error! Bookmark not defined.

2.6.2 Penerjemahan Dalam Konteks Bahasa Perancis ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

3.1 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.2.1 Studi Dokumentasi ... Error! Bookmark not defined.

3.2.2 Studi Kepustakaan ... Error! Bookmark not defined.

3.3 Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.4.1 Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.4.2 Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.5 Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

4.1 Deskripsi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Makanan ... Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Pakaian ... Error! Bookmark not defined.

4.2.3 Rumah atau Tempat Tinggal ... Error! Bookmark not defined.

4.2.4 Alat Transportasi ... Error! Bookmark not defined.

4.2.5 Teknik Penerjemahan UnsurBudaya Material Error! Bookmark not defined.

4.3 Aplikasi Penerjemahan Unsur Budaya Material Pada Mata Kuliah Traduction II Departemen Pendidikan Bahasa Perancis ... Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.


(8)

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ... 79 RIWAYAT HIDUP


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa bersifat unik karena merupakan sistem yang dapat membangun kekhasan atau ciri khas yang tidak dapat ditimbulkan atau ditemukan dalam bahasa masyarakat lain. Bahasa juga bersifat universal karena ada beberapa kesamaan konsep yang dapat ditemukan di beberapa bahasa yang digunakan, misalnya ada persamaan pola kalimat bahasa Perancis dan bahasa Indonesia yang membutuhkan subyek, predikat dan objek untuk membentuk kalimat yang baik, benar dan berinformasi lengkap.

Saat ini penerjemahan mempunyai peranan yang sangat penting. Penerjemahan dapat menyajikan komunikasi dua bahasa serta menjembatani masyarakat yang mempunyai cara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang berbeda. Seperti yang sudah diketahui bahwa penerjemahan adalah pengalihan makna bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) sesuai dengan isi pesan, gagasan serta ide yang ada dalam BSu kemudian diposisikan dan ditempatkan secara tepat dan wajar dalam BSa. Maka dari itu pendidikan di bidang penerjemahan pun sangat dibutuhkan.

Dewasa ini, telah banyak sekolah terutama di tingkat universitas yang menempatkan mata kuliah penerjemahan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa.Salah satunya di Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI, terdapat mata kuliah penerjemahan yaitu Traduction 1 : Theorie et sa problématique, Traduction 2 : Français – Indonesien et Indonesien-Français, serta Interprétation: Français-Indonesien.Mata kuliah tersebut diadakan untuk melatih mahasiswa dalam menerjemahkan teks lisan ataupun tertulis bahasa


(10)

Perancis ke dalam bahasa Indonesia. Dalam praktek ini pula mahasiswa dididik dengan tujuan mengembangkan kemampuan berbahasa dan keterampilan menerjemahkan bahasa asing.

Penerjemah yang baik adalah ketika menerjemahkan suatu teks, penerjemah tidak hanya mengalihkan pesan tetapi juga mengalihkan budaya. Proses pengalihan pesan teks bahasa sumber dipengaruhi oleh budaya penerjemah yang tercermin dari cara seorang penerjemah dalam memahami, memandang dan mengungkapkan pesan melalui bahasa yang digunakan. Terjemahan yang bermutu tinggi adalah terjemahan yang dapat memberitahu pembaca sasaran bahwa mereka sedang membaca yang berhubungan dengan masyarakat, benda, perkara serta budaya BSu (bahasa sumber). Maka dari itu unsur-unsur budaya asal BSu (bahasa sumber) wajib diperkenalkan.Budaya adalah tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana & Rakhmat, 2006 : 18).Nida (dalam Newmark, 1988 : 95) mengemukakan lima kategori budaya dalam kaidah penerjemahan, yaitu ekologi, material (kebendaan), sosial, organisasi ataupun konsep dan aktivitas serta kebiasaan sehari-hari. Tetapi, walaupun kelima kategori budaya tersebut bisa ditemukan di hampir seluruh kebudayaan, tetap ditemukan perbedaan dalam konsep serta unsur-unsur antara bangsa satu dan lainnya.

Salah satu cara untuk menyingkap sistem serta budaya suatu masyarakat, kita dapat memulainya dari budaya material yang dimiliki masyarakat tersebut. Objek budaya material memiliki kemampuan untuk menunjukkan sesuatu atau membangun makna sosial. Ditinjau dari aspek kebahasaan, budaya material diungkapkan dengan unsur leksikal bahasa berkategori nomina. Nomina atau kata benda dapat dilihat dari segi semantik, sintaksis dan segi bentuk. Menurut penggolongan semantik, unsur leksikal budaya material termasuk ke dalam


(11)

kategori semantik tidak bernyawa dan mengacu pada benda-benda sebagai hasil fisik dari aktivitas, perbuatan atau karya manusia (Katubi, 2012 : 484).

Seperti contoh adalah minuman Chardonnay atau Cognac. Masyarakat Perancis memiliki jenis minuman anggur yang berbeda di setiap daerahnya karena warga Perancis menganggap bahwa anggur adalah minuman yang penting di setiap sajian makanan, dalam acara formal ataupun informal, dan itu sudah menjadi budaya mereka sehari-hari. Masalah terjemahan ada ketika penerjemah dihadapkan pada ketidakadaan satu kata tertentu dalam bahasa Indonesia untuk diartikan dan dipadankan dengan Chardonnay atau Cognac karena masyarakat penutur bahasa Indonesia hanya mengenal satu kata yaitu wine untuk mengungkapkan jenis minuman yang berasal dari buah anggur yang difermentasikan ini.

Salah satu sarana yang penting sebagai jembatan antara dua budaya untuk memperkenalkan budaya BSu kepada pembaca BSa yang hanya memahami bahasa nasionalnya saja adalah dengan menerjemahkan karya sastra. Karya sastra sendiri mengandung unsur ekspresi, emosional, keindahan kata, ungkapan serta keindahan bunyi si pengarang, dengan segala nuansa yang melatarbelakanginya. Salah satu karya sastra yang diterjemahkan adalah cerita-cerita pendek karya Guy de Maupassant. Guy de Maupassant sendiri adalah seorang penulis yang mampu mengangkat masalah manusia secara sederhana menjadi menarik dan enak dibaca. Beberapa cerita pendek miliknya seperti La Parure (1884) serta Mademoiselle Fifi (1882) telah beberapa kali diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk dalam bahasa Indonesia.

Dalam kumpulan cerita pendek yang berjudul Mademoiselle Fifi (2004) karya Guy de Maupassant yang telah diterjemahkan oleh Ida Sundari Husein dkk ini, lima unsur budaya yang dikemukakan oleh Nida (dalam Newmark, 1988: 95), unsur budaya material lah yang paling dominan. Hal ini dikarenakan seluruh cerita pendek dalam buku ini mengangkat kisah masyarakat dalam kehidupan


(12)

sehari-hari. Tergambar dari benda-benda material yang digunakan sebagai pendukung aktivitas masyarakat.

Penelitian tentang penerjemahan budaya material telah banyak dilakukan.

Salah satunya adalah penelitian yang berjudul “Pergeseran Teks Bermuatan

Budaya Dalam Cergam Le Petit Spirou Karya Tome dan Janry” oleh Aqmarina

Hibaturrahmah dari Universitas Padjajaran tahun 2012. Penelitian ini memfokuskan pada sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik. Penelitian ini menghasilkan bahwa pergeseran yang terjadi dalam cergam ini disebabkan perbedayaan budaya. Skripsi lainnya yang juga membahas budaya dalam penelitiannya adalah skripsi mengenai kosakata kebudayaan fisik bahasa Jepang

yang berjudul “Analisis Penerjemahan Kosakata Kebudayaan Fisik Bahasa

Jepang Ke Bahasa Indonesia Dalam Cerita Pendek Imogayu” oleh Inge Nurina

Felistyana dari Universitas Indonesia tahun 2008. Penelitian menggunakan klasifikasi budaya material yang dipaparkan oleh Koentjaraningrat. Penelitian ini menghasilkan pergeseran bentuk, tidak mengurangi isi pesan karena bentuk-bentuk bahasa yang bergeser dalam proses dalam penerjemahan secara gramatikal dan leksikal tidak bermasalah karena yang terpenting penyampaian pesan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mencari dan menganalisis pergeseran dalam penerjemahan teks yang memiliki unsur budaya material dengan melihat kesesuaiannya dengan BSu dan hubungannya dengan faktor lain diluar teks serta teknik penerjemahan apa yang ditempuh oleh penerjemah. Sekaitan dengan paparan latar belakang tersebut, peneliti mengangkat judul penelitian Analisis Budaya Material dalam Terjemahan Kumpulan Cerita Pendek Mademoiselle Fifi Karya Guy de Maupassant.

1.2 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi permasalahan penerjemahan unsur budaya material dalam kumpulan cerita pendek karya Guy de


(13)

Maupassant yang berjudul Mademoiselle Fifi (2004) yang telah diterjemahkan oleh Ida Sundari Husein dkk. Penulis meyajikan batasan masalah sebagai berikut. 1. Penerjemahan unsur budaya material Perancis ke dalam bahasa Indonesia

dilihat dari jenis makanan, pakaian dan perhiasan, rumah atau tempat tinggal serta alat transportasi.

2. Teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahan unsur budaya material.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah untuk analisis ini adalah:

1) Pergeseran makna dan struktur apa yang terjadi antara budaya material bahasa sumber dan budaya material bahasa sasaran?

2) Teknik penerjemahan apa yang digunakan untuk menerjemahkan unsur budaya material?

3) Apa kontribusi penelitian ini terhadap mata kuliah Traduction II?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah:

1) Mengetahui dan mendeskripsikan pergeseran makna dan struktur yang terjadi antara budaya material bahasa sumber dan budaya material bahasa sasaran. 2) Mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan

unsur budaya material.


(14)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca sesuai dengan tujuan penelitian tersebut. Manfaat penelitian pun dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Manfaat teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk membantu pengembangan kemampuan menerjemahkan bahasa Perancis dengan baik terutama dalam konteks penerjemahan unsur budaya material, serta bisa memberikan sumbangsih pemikiran serta ide bagi penelitian selanjutnya.

2) Manfaat praktis

a. Manfaat bagi pembelajar bahasa Perancis yaitu untuk meningkatkan kemampuan menerjemahkan dengan baik terutama dalam menerjemahan unsur budaya material.

b. Manfaat bagi pengajar yaitu diharapkan dapat menambah pemahaman tentang penerjemahan berkonteks budaya.

c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya yaitu memberikan sumbangan pemikiran dan ide tentang pengetahuan penerjemahan terutama penerjemahan berkonteks budaya material serta pengajaran tentang penerjemahan secara umum.

1.6 Asumsi

Arikunto (dalam Sihombing, 2009) berpendapat bahwa asumsi adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang akan dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.

Asumsi yang dijadikan titik tolak atau dasar dalam penelitian ini adalah: 1) Bahasa terkait erat dengan budaya.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian serta teknik pengolahan data.

3.1 Metode Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan, maka diperlukan metode penelitian yang sesuai. Metode penelitian menurut Sukardi (2011: 17) adalah kegiatan yang secara sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti itu sendiri. Penetapan metode mempunyai tujuan memberikan arah dan target yang hendak dicapai bagi seorang peneliti agar permasalahan dapat terungkap dan semua rumusan masalah dapat terjawab.

Berdasarkan masalah penelitian yang telah diungkapkan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data seperti menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikan (Narbuko dan Achmadi, 2009 : 44). Hal ini terjadi karena peneliti berusaha menyajikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan objek penelitian sesuai dengan teori yang ada dan dengan apa adanya.

Sementara menurut Maryaeni (2005: 3) metode kualitatif adalah teknik yang justru memahami fakta yang ada di balik kenyataan, yang dapat diamati atau diindra secara langsung. Dengan kata lain, penelitian kualitatif adalah tempat ditemukannya pemahaman yang menyusun sejumlah wawasan,


(16)

disiplin, maupun wawasan filosofis sejalan dengan kompleksitas pokok permasalahan yang dibahas.

Dari pengertian dan penjelasan tersebut, pemilihan metode deskriptif kualitatif dirasa sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan karena proses yang akan ditempuh dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data spesifik (kata benda berunsur budaya material bahasa Perancis dan terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia) dari sumber utama atau primer yang dilanjutkan dengan analisis data yang bertujuan untuk dapat dan lebih memahami lebih dalam padanan dalam unsur budaya material dan menemukan pergeseran makna yang ditinjau dari teknik penerjemahan yang digunakan beserta kemungkinan padanannya.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis. Menurut Maryaeni,

analisis adalah kegiatan pengurutan data sesuai dengan rentang permasalahan atau urutan pemahaman yang ingin diperoleh, pengorganisasian unsurdalam formasi, kategori ataupun unit tertentu sesuai dengan antisipasi peneliti, interpretasi peneliti berkenaan dengan signfikansi satuan data sejalan dengan pemahaman yang ingin diperoleh serta penilaian satuan data sehingga membuahkan suatu kesimpulan . (2005 : 75).

Adapun teknik pengumpulan data yang ditempuh oleh peneliti dalam melakukan analisis penerjemahan unsur budaya material adalah studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

3.2.1 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan unsurdengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden (Fathoni, 2006 : 112). Teknik studi dokumentasi digunakan peneliti untuk mengumpulkan dan


(17)

mencatat data yang berupa kata dari terjemahan berunsur budaya material dalam kumpulan cerita pendek karya Guy de Maupassant.

3.2.2 Studi Kepustakaan

Kartono (dalam Sihombing, 2009 : 53) berpendapat bahwa studi kepustakaan adalah penulisan kepustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermcam-macam material yang terdapat dalam ruang pustaka, seperti buku, majalah, naskah, catatan, dokumen, internet, skripsi, tesis dan lainnya

Teknik ini digunakan peneliti untuk menelaah buku, jurnal, catatan, skripsi, dan dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian ini dan menjadikannya sebagai landasan teoritis. Dalam penelitian ini, studi pustaka difokuskan pada teknik yang dipakai oleh penerjemah dalam menerjemahkan budaya material yang terkandung dalam kumpul cerpen Guy de Maupassant.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah hal atau alat yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan (Sukardi, 2011:75). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti membuat instrumen penelitian berupa tabel analisis data. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan cerita pendek dan terjemahannya dalam

Mademoiselle Fifi.

Berikut ini adalah instrumen berupa tabel yang diadaptasi dari teori Newmark (1988 : 97-98) tentang pengelompokkan budaya material dalam penerjemahan dengan tujuan untuk mengungkap data analisis. Tabel 3.1 untuk mengetahui tentang klasifikasi unsur budaya material, sementara tabel 3.2


(18)

menjelaskan tentang teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan unsur budaya material tersebut.

Tabel 3. 1

Klasifikasi Budaya Material

No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

Tabel 3. 2

Teknik Penerjemahan UnsurBudaya Material

No BSu BSa Teknik Penerjemahan

T M TM D P

1.4Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian

Dalam suatu penelitian, diperlukan adanya populasi penelitian. Menurut Sukardi (2011: 53) populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah 25 cerita pendek yang terdapat dalam terjemahan cerita pendek karya Guy de Maupassant dalam buku

Mademoiselle Fifi.

3.4.2 Sampel Penelitian

Menurut Sukardi (2011: 54) sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut disebut sampel. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel purposif (purposive sampling).


(19)

Purposive sampling sendiri adalah teknik memilih sampel dengan dasar tujuan tertentu. Yang artinya, penulis hanya akan menggunakan 9 cerita pendek yang didalamnya mengandung empat elemen budaya material Perancis.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1) mengumpulkan dan mencatat unsur budaya material dalam bahasa Perancis berdasarkan klasifikasi kebudayaan material Newmark;

2) mengidentifikasikan unsur budaya material dalam bahasa Perancis berdasarkan klasifikasi kebudayaan material menurut Newmark;

3) menganalisis data dengan tujuan untuk mengetahui arti, makna dan pemahaman cerita terjemahan karya Guy de Maupassant dengan menggunakan teknik transposisi, teknik modulasi, transposisi modulasi, deskripstif dan penambahan;

4) mendeskripsikan dan menginterpretasikan data hasil analisis; 5) menarik kesimpulan hasil penelitian;


(20)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memberikan simpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalam bab IV, dapat diperoleh simpulan tentang penerjemahan budaya material.

Pertama, terdapat pergeseran makna dan struktur antara budaya material BSa dengan budaya material BSu. Perbedaan makna terjadi karena perbedaan budaya BSu dengan BSa serta perbedaan sudut pandang penerjemah. Perbedaan pun tidak hanya terjadi pada pergeseran makna tetapi juga pada perbedaan struktur gramatikal antara BSu dengan BSa. Pergeseran struktur yang terjadi pada penerjemahan budaya material dalam penelitian ini adalah ;

(1) Perubahan bentuk jamak menjadi bentuk tunggal.

(2) Pergeseran struktur terjadi karena adanya perbedaan struktur BSu dengan BSa.

Pergeseran struktur ini terjadi karena perbedaan tataran gramatikal bahasa sumber yaitu bahasa Perancis dengan bahasa sasaran yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan pergeseran makna yang terjadi pada penerjemahan budaya material dalam penelitian ini adalah:

(1) Pergeseran medan makna dari khusus menjadi umum. (2) Pergeseran medan makna dari umum menjadi khusus. (3) Pergeseran makna sepadan.

(4) Perbedaan sudut pandang (5) Penghilangan kata sifat.


(21)

Pergeseran makna yang terjadi pada penerjemahan unsur budaya material disebabkan oleh perbedaan sudut pandang, budaya penerjemah serta konteks cerita. Pergeseran makna terjadi agar penyampaian pesan dari BSu ke BSa sepadan.

Kedua, teknik penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, (1) Teknik transposisi atau teknik pergeseran bentuk gramatikal dari bahasa

sumber ke bahasa sasaran digunakan pada 26 unsur budaya material, yang terdiri dari kategori pakaian 9 unsur, kategori rumah atau tempat tinggal 12 unsur serta 5 unsur kategori alat transportasi. Sedangkan tidak ada satu pun unsur dalam kategori makanan yang diterjemahkan menggunakan teknik ini.

(2) Teknik Modulasi

Teknik modulasi atau teknik yang mengalami pergeseran makna digunakan untuk menerjemahkan 75 unsur budaya material. Dalam kategori ini terdapat 8 unsur pada kategori makanan, 19 unsur pada kategori pakaian, 38 unsur pada kategori rumah atau tempat tinggal serta 10 unsur pada kategori alat transportasi.

(3) Teknik Transposisi dan Modulasi

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa terdapat 6 unsur budaya material yang diterjemahkan menggunakan teknik transposisi dan modulasi. Untuk kategori pakaian sebanyak 3 unsur, kategori rumah atau tempat tinggal sebanyak 2 unsur, serta kategori alat transportasi sebanyak 1 unsur. Sama halnya dengan teknik transposisi, tidak ada unsur budaya material dalam kategori makanan yang diterjemahkan menggunakan teknik transposisi dan modulasi.

(4) Deskriptif

Teknik deskripsi dilakukan dengan memberi uraian yang berisi makna kata yang bersangkutan dikarenakan penerjemah tidak menemukan padanan pada Bsa. Dalam penelitian ini hanya satu unsur dan hanya


(22)

terdapat pada kategori makanan yang diterjemahkan menggunakan teknik deskriptif. Bouillon gras yang termasuk ke dalam kategori makanan diterjemahkan menggunakan teknik ini menjadi sup dalam BSa.

(5) Penambahan

Penambahan dilakukan agar suatu kata asing pada BSu bisa dipahami dengan memberikan satu kata untuk menjelaskannya, biasanya dilakukan pada nama makanan atau minuman. Dalam penelitian ini terdapat 3 unsur yang diterjemahkan menggunakan teknik penambahan, 2 unsur dalam kategori makanan serta 1 unsur dalam kategori rumah atau tempat tinggal. Unsur budaya tersebut yaitu Comédie manjadi Kafe Comédie, pot-au-feu

menjadi sup pot-au-feu serta Bordeaux menjadi anggur Bordeaux.

Ketiga, untuk kontribusi pembelajaran bahasa Perancis, penerjemahan unsur budaya material dapat dijadikan sebagai materi bahan pembelajaran alternatif, khususnya dalam pembelajaran mata kuliah Traduction 2 : Français – Indonesien et Indonesien-Français. Pengajar dapat mengenalkan serta mengklasifikasikan unsur budaya material berdasarkan ilmu penerjemahan serta teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan empat unsur budaya material tersebut.

Berdasarkan tiga simpulan di atas diketahui bahwa terdapat pergeseran makna dan struktur yang terjadi ketika penerjemah menerjemahkan budaya material BSu ke BSa. Pergeseran tersebut terjadi karena dilatarbelakangi perbedaan sudut pandang, konteks cerita serta perbedaan budaya. Dikarenakan objek dalam penelitian ini adalah kumpulan cerita pendek dan setiap cerita pendek diterjemahkan dengan penerjemah yang berbeda maka teknik penerjemahan yang digunakan pun berbeda, tergantung dari cara pandang dan pemahaman penerjemah terhadap konteks cerita dan budaya dalam teks sumber. Hal terpenting yang menjadi tujuan budaya material BSu diterjemahkan ke BSa dengan menggunakan teknik tersebut adalah agar pembaca BSa tidak mengalami ketidakpahaman pesan yang disampaikan.


(23)

5.2 Saran

Setelah mendapatkan hasil serta simpulan berdasarkan hasil analisis unsur budaya material, maka peneliti ingin memberikan saran dan masukan untuk pertimbangan bagi mahasiswa, dosen dan peneliti selanjutnya, yaitu :

1) Saran bagi mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menambah wawasan mahasiswa tentang unsur-unsur budaya material serta bagaimana cara menerjemahkan unsur budaya material tersebut berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan.

2) Saran bagi dosen

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi materi ajar dalam memberikan materi tentang penerjemahan, terutama penerjemahan unsur budaya material, sehingga dosen dapat lebih mengenalkan dan mengajarkan tentang teori penerjemahan kepada mahasiswa. Penerjemahan unsur budaya material merupakan salah satu materi yang mudah diajarkan karena budaya material adalah benda-benda yang berada disekeliling manusia dan biasa digunakan sehari-hari.

3) Saran bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan ilmu budaya dan teknik penerjemahan yang digunakan.


(24)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Amalia, F. (2014). Pengantar Mata Kuliah Traduction II. Bandung : Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI.

Amalia, F. (2007). Peningkatan Kemampuan Menerjemahkan Bahasa Prancis ke dalam Bahasa Indonesia melalui Model Pembelajaran Penerjemahan Pedagogis- Profesional. (Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2007, Tidak Diterbitkan).

Astuti, P.I. (2012). Pengajaran Penerjemahan Di Bidang Budaya. Dalam

Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global”,

98-104, Sukoharjo: Universitas Veteran Bangun Nusantara. Diunduh

pada tanggal 11 Desember 2014. Dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268409&val=710 9&title=PENGAJARAN%20PENERJEMAHAN%20DI%20BIDANG %20BUDAYA

Brata, F.I.M. (2010). Teknik Pergeseran Dalam Penerjemahan Sistem Sapaan Dalam Budaya Religi. Dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Penelitian Tindakan Kelas dalam Perspektif Etnografi, 60 – 74, Semarang: Universitas Diponegoro.Diunduh pada tanggal 11 Desember 2014. Dari http://eprints.undip.ac.id.36695

Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI. (2014). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Mahasiswa.Bandung: Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI

Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Franić, I. (2011). ”Le concept de médiation proposé par le CECR : les

représentations des apprentis traducteurs sur la médiation”. Croatie : Synergies Europe n06, pp 39-49. Diunduh pada tanggal 11 Juni 2015. Darihttp://gerflint.fr/Base/Europe6/franic.pdf

Gentile, A., Ozolins, U., &Vasilakakos, A. (1996). ”Liaison Interpreting: A

Handbook”. Melbourne: Melbourne University Press.

Gile, D. (2005). ”La Traduction, La Comprendre, L’apprrendre”. Paris: Presses Universitaires de France.


(25)

Hale, S.B. (2007). Community Interpreting. Sydney: Palgrave Macmillan. Hibaturrahmah, A. (2012). Pergeseran Terjemahan Teks Bermuatan Budaya

Dalam Cergam Le Petit Spirou Karya Tome dan Janry (Skripsi, Universitas Padjajaran, 2012, Tidak Diterbitkan).

Hoed, B.H., Sholichin, T.& Machali, R. (1993). Pengetahuan Dasar Tentang Penerjemahan. Jakarta: Jurnal bidang penerjemahan Lintas Bahasa

edisi khusus No.1/Juli.

Husein, I.S. (2011). Masalah Pilihan Kata dalam Penerjemahan : Mencari Kata Baru atau Menerima Kata Pinjaman. Jakarta : Jurnal bidang bahasa dan sastra Lingua volume 9 no.1/ Maret. Diunduh pada tanggal

11 Desember 2014. Dari

http://stbalia.ac.id/index.php?module=MyFileSharing&func=downloa d&id=453

Katubi. (2012). Bahasa, Kebudayaan Material, dan Tradisi Lisan : Studi Etnolinguistik Orang Kui di Alor Nusa Tenggara Timur. Dalam The 4th International Conference on Indonesian Studies: “Unity, Diversity and Future”, 481 -494, Bali : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Diunduh pada tanggal 17 Februari 2015. Dari https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/09102012-40.pdf

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Lederer, M. (1994). ”La Traduction Aujourd’hui. Paris: Hachette F.L.E.

Machali, R. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa dan Mizan Pustaka.

Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Moentaha, S. (2006). Bahasa dan Terjemahan : ’Languange and Translation

The New Millenium Publication”. Jakarta: Kesaint Blanc.

Mulyana, D & Jalaluddin, R. (2006). Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nababan, R. (2003). Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(26)

Narbuko, C. & Achmadi, A. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Newmark, P. (1988). ”A Textbook of Translation. Hertfordshire: Prentice

Hall Internationale.

Nida, E. & Taber, C. (1982). ”The Theory and Practice of Translation. Leiden: Published For The United Bible Societies by E.J.Brill.

Nugroho, A.B & Prasetyo, J. (2009). Domestikasi dan Foreinisasi dan Dampaknya terhadap Terjemahan. Dalam International Conference on SFL and Its Contributions to Translation Studies, 1-14, Surakarta. Diundah pada tanggal 11 Juni 2015. Dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132310009/Domestikasi%20da nForeignisasi.pdf

Pesez, J.M. (1978). Histoire de la Culture Matérielle. In Jacques Le Goff. (Eds).(2006). La Nouvelle Histoire : Volume 1.Paris : Retz. Diunduh

pada tanggal 2 Juni 2015. Dari

https://books.google.co.id/books?id=rkdmW2Yvj_kC&pg=PA191&lp g=PA191&dq=Histoire+de+la+Culture+Mat%C3%A9rielle&source=

bl&ots=U_xA2fU2w8&sig=c75IXUfOj3uXEu4-2zgGGzvj9aU&hl=en&sa=X&ved=0CDAQ6AEwAmoVChMI4fD8yt WpyAIVFXKOCh0svAeC#v=onepage&q=Histoire%20de%20la%20 Culture%20Mat%C3%A9rielle&f=false

Prasetyo, J. (2011). Analisis Transposisi dan Modulasi Pada Buku Teori Budaya Terjemahan Dari Buku Culture Theory. Solo: Jurnal bidang bahasa dan sastra Lingua volume VII no.1/Januari. Diunduh pada

tanggal 15 Maret 2015. Dari

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua/article/download/864/7 97

Prayoga, S.A.W. (2001). Kesepadanan dalam Penerjemahan. Bandung : Artikel dalam jurnal Pengajaran Bahasa, Budaya dan Sastra Perancis CADENCE edisi XII/Oktober.

Rahayu, S.P & Armini, A. (2010). Mille Chemins Créatifs pour Enseigner Le Français (Seribu Cara Kreatif untuk Mengajarkan Bahasa Perancis). Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis, Fakultas Bahasa dan Seni UNY. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2015. Dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Mille%20Chemins%20Cr%C3 %A9atifs%20pour%20Enseigner%20Le%20Fran%C3%A7ais2.pdf


(27)

Rosmawaty. (2011). Kajian Linguistik Sistematik Fungsional pada Cerita

Terjemahan Fiksi “Halilian”. Medan: Artikel dalam jurnal bidang

linguistik Litera volume 10 no.1/April. Diunduh pada tanggal 11

Desember 2014. Dari

http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/1174/983 Sihombing, V. (2009). Analisis Prosedur Penerjemahan Transposisi dan

Modulasi Dalam Terjemahan Cerita-Cerita Karya Perrault : Studi Deskriptif Analitis terhadap Cerita-Cerita Karya Perrault (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, Tidak diterbitkan).

Stanton, R. (2007). Teori Fiksi Robert Stanton(Bernard Hidayah, Pengantar). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sudjana,N & Ibrahim. (2012). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.

Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumardjo,J.& Saini,K.M (1994). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia. Suryawinata, Z. (1989). Terjemahan Pengantar Teori dan Praktik. Jakarta :

Depdikbud.

Suryawinata, Z.& Hariyanto, S. (2003). Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius.

Syihabuddin. (2005). Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek. Bandung: Humaniora.

KAMUS

Arifin,W. & Soemargono, F. (2009). Kamus Perancis Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Hachette. (1980). ”Dictionnaire Hachette Juniors. Paris: Hachette.

Labrousse, P. (2010). Kamus Indonesia – Perancis. Jakarta : Kompas Gramedia.

Soemargono, F. (2009). Kamus Saku Perancis Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka.


(1)

terdapat pada kategori makanan yang diterjemahkan menggunakan teknik deskriptif. Bouillon gras yang termasuk ke dalam kategori makanan diterjemahkan menggunakan teknik ini menjadi sup dalam BSa.

(5) Penambahan

Penambahan dilakukan agar suatu kata asing pada BSu bisa dipahami dengan memberikan satu kata untuk menjelaskannya, biasanya dilakukan pada nama makanan atau minuman. Dalam penelitian ini terdapat 3 unsur yang diterjemahkan menggunakan teknik penambahan, 2 unsur dalam kategori makanan serta 1 unsur dalam kategori rumah atau tempat tinggal. Unsur budaya tersebut yaitu Comédie manjadi Kafe Comédie, pot-au-feu menjadi sup pot-au-feu serta Bordeaux menjadi anggur Bordeaux.

Ketiga, untuk kontribusi pembelajaran bahasa Perancis, penerjemahan unsur budaya material dapat dijadikan sebagai materi bahan pembelajaran alternatif, khususnya dalam pembelajaran mata kuliah Traduction 2 : Français – Indonesien et Indonesien-Français. Pengajar dapat mengenalkan serta mengklasifikasikan unsur budaya material berdasarkan ilmu penerjemahan serta teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan empat unsur budaya material tersebut.

Berdasarkan tiga simpulan di atas diketahui bahwa terdapat pergeseran makna dan struktur yang terjadi ketika penerjemah menerjemahkan budaya material BSu ke BSa. Pergeseran tersebut terjadi karena dilatarbelakangi perbedaan sudut pandang, konteks cerita serta perbedaan budaya. Dikarenakan objek dalam penelitian ini adalah kumpulan cerita pendek dan setiap cerita pendek diterjemahkan dengan penerjemah yang berbeda maka teknik penerjemahan yang digunakan pun berbeda, tergantung dari cara pandang dan pemahaman penerjemah terhadap konteks cerita dan budaya dalam teks sumber. Hal terpenting yang menjadi tujuan budaya material BSu diterjemahkan ke BSa dengan menggunakan teknik tersebut adalah agar pembaca BSa tidak mengalami ketidakpahaman pesan yang disampaikan.


(2)

5.2 Saran

Setelah mendapatkan hasil serta simpulan berdasarkan hasil analisis unsur budaya material, maka peneliti ingin memberikan saran dan masukan untuk pertimbangan bagi mahasiswa, dosen dan peneliti selanjutnya, yaitu :

1) Saran bagi mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menambah wawasan mahasiswa tentang unsur-unsur budaya material serta bagaimana cara menerjemahkan unsur budaya material tersebut berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan.

2) Saran bagi dosen

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi materi ajar dalam memberikan materi tentang penerjemahan, terutama penerjemahan unsur budaya material, sehingga dosen dapat lebih mengenalkan dan mengajarkan tentang teori penerjemahan kepada mahasiswa. Penerjemahan unsur budaya material merupakan salah satu materi yang mudah diajarkan karena budaya material adalah benda-benda yang berada disekeliling manusia dan biasa digunakan sehari-hari.

3) Saran bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan ilmu budaya dan teknik penerjemahan yang digunakan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Amalia, F. (2014). Pengantar Mata Kuliah Traduction II. Bandung : Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI.

Amalia, F. (2007). Peningkatan Kemampuan Menerjemahkan Bahasa Prancis ke dalam Bahasa Indonesia melalui Model Pembelajaran Penerjemahan Pedagogis- Profesional. (Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2007, Tidak Diterbitkan).

Astuti, P.I. (2012). Pengajaran Penerjemahan Di Bidang Budaya. Dalam

Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global”,

98-104, Sukoharjo: Universitas Veteran Bangun Nusantara. Diunduh

pada tanggal 11 Desember 2014. Dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268409&val=710 9&title=PENGAJARAN%20PENERJEMAHAN%20DI%20BIDANG %20BUDAYA

Brata, F.I.M. (2010). Teknik Pergeseran Dalam Penerjemahan Sistem Sapaan Dalam Budaya Religi. Dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Penelitian Tindakan Kelas dalam Perspektif Etnografi, 60 – 74, Semarang: Universitas Diponegoro.Diunduh pada tanggal 11 Desember 2014. Dari http://eprints.undip.ac.id.36695

Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI. (2014). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Mahasiswa.Bandung: Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI

Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Franić, I. (2011). ”Le concept de médiation proposé par le CECR : les représentations des apprentis traducteurs sur la médiation”. Croatie : Synergies Europe n06, pp 39-49. Diunduh pada tanggal 11 Juni 2015. Darihttp://gerflint.fr/Base/Europe6/franic.pdf

Gentile, A., Ozolins, U., &Vasilakakos, A. (1996). ”Liaison Interpreting: A Handbook”. Melbourne: Melbourne University Press.

Gile, D. (2005). ”La Traduction, La Comprendre, L’apprrendre”. Paris: Presses Universitaires de France.


(4)

Hale, S.B. (2007). Community Interpreting. Sydney: Palgrave Macmillan. Hibaturrahmah, A. (2012). Pergeseran Terjemahan Teks Bermuatan Budaya

Dalam Cergam Le Petit Spirou Karya Tome dan Janry (Skripsi, Universitas Padjajaran, 2012, Tidak Diterbitkan).

Hoed, B.H., Sholichin, T.& Machali, R. (1993). Pengetahuan Dasar Tentang Penerjemahan. Jakarta: Jurnal bidang penerjemahan Lintas Bahasa edisi khusus No.1/Juli.

Husein, I.S. (2011). Masalah Pilihan Kata dalam Penerjemahan : Mencari Kata Baru atau Menerima Kata Pinjaman. Jakarta : Jurnal bidang bahasa dan sastra Lingua volume 9 no.1/ Maret. Diunduh pada tanggal

11 Desember 2014. Dari

http://stbalia.ac.id/index.php?module=MyFileSharing&func=downloa d&id=453

Katubi. (2012). Bahasa, Kebudayaan Material, dan Tradisi Lisan : Studi Etnolinguistik Orang Kui di Alor Nusa Tenggara Timur. Dalam The 4th International Conference on Indonesian Studies: “Unity, Diversity and Future”, 481 -494, Bali : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Diunduh pada tanggal 17 Februari 2015. Dari https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/09102012-40.pdf

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta. Lederer, M. (1994). ”La Traduction Aujourd’hui”. Paris: Hachette F.L.E. Machali, R. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa dan Mizan

Pustaka.

Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Moentaha, S. (2006). Bahasa dan Terjemahan : ’Languange and Translation

The New Millenium Publication”. Jakarta: Kesaint Blanc.

Mulyana, D & Jalaluddin, R. (2006). Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nababan, R. (2003). Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(5)

Narbuko, C. & Achmadi, A. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Newmark, P. (1988). ”A Textbook of Translation. Hertfordshire: Prentice Hall Internationale.

Nida, E. & Taber, C. (1982). ”The Theory and Practice of Translation”. Leiden: Published For The United Bible Societies by E.J.Brill.

Nugroho, A.B & Prasetyo, J. (2009). Domestikasi dan Foreinisasi dan Dampaknya terhadap Terjemahan. Dalam International Conference on SFL and Its Contributions to Translation Studies, 1-14, Surakarta. Diundah pada tanggal 11 Juni 2015. Dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132310009/Domestikasi%20da nForeignisasi.pdf

Pesez, J.M. (1978). Histoire de la Culture Matérielle. In Jacques Le Goff. (Eds).(2006). La Nouvelle Histoire : Volume 1.Paris : Retz. Diunduh

pada tanggal 2 Juni 2015. Dari

https://books.google.co.id/books?id=rkdmW2Yvj_kC&pg=PA191&lp g=PA191&dq=Histoire+de+la+Culture+Mat%C3%A9rielle&source=

bl&ots=U_xA2fU2w8&sig=c75IXUfOj3uXEu4-2zgGGzvj9aU&hl=en&sa=X&ved=0CDAQ6AEwAmoVChMI4fD8yt WpyAIVFXKOCh0svAeC#v=onepage&q=Histoire%20de%20la%20 Culture%20Mat%C3%A9rielle&f=false

Prasetyo, J. (2011). Analisis Transposisi dan Modulasi Pada Buku Teori Budaya Terjemahan Dari Buku Culture Theory. Solo: Jurnal bidang bahasa dan sastra Lingua volume VII no.1/Januari. Diunduh pada

tanggal 15 Maret 2015. Dari

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua/article/download/864/7 97

Prayoga, S.A.W. (2001). Kesepadanan dalam Penerjemahan. Bandung : Artikel dalam jurnal Pengajaran Bahasa, Budaya dan Sastra Perancis CADENCE edisi XII/Oktober.

Rahayu, S.P & Armini, A. (2010). Mille Chemins Créatifs pour Enseigner Le Français (Seribu Cara Kreatif untuk Mengajarkan Bahasa Perancis). Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis, Fakultas Bahasa dan Seni UNY. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2015. Dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Mille%20Chemins%20Cr%C3 %A9atifs%20pour%20Enseigner%20Le%20Fran%C3%A7ais2.pdf


(6)

Rosmawaty. (2011). Kajian Linguistik Sistematik Fungsional pada Cerita Terjemahan Fiksi “Halilian”. Medan: Artikel dalam jurnal bidang linguistik Litera volume 10 no.1/April. Diunduh pada tanggal 11

Desember 2014. Dari

http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/1174/983 Sihombing, V. (2009). Analisis Prosedur Penerjemahan Transposisi dan

Modulasi Dalam Terjemahan Cerita-Cerita Karya Perrault : Studi Deskriptif Analitis terhadap Cerita-Cerita Karya Perrault (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, Tidak diterbitkan).

Stanton, R. (2007). Teori Fiksi Robert Stanton(Bernard Hidayah, Pengantar). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sudjana,N & Ibrahim. (2012). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.

Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumardjo,J.& Saini,K.M (1994). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia. Suryawinata, Z. (1989). Terjemahan Pengantar Teori dan Praktik. Jakarta :

Depdikbud.

Suryawinata, Z.& Hariyanto, S. (2003). Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius.

Syihabuddin. (2005). Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek. Bandung: Humaniora.

KAMUS

Arifin,W. & Soemargono, F. (2009). Kamus Perancis Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Hachette. (1980). ”Dictionnaire Hachette Juniors. Paris: Hachette.

Labrousse, P. (2010). Kamus Indonesia – Perancis. Jakarta : Kompas Gramedia.

Soemargono, F. (2009). Kamus Saku Perancis Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka.