PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBINAAN GURU TERHADAP TINGKAT LITERASI TIK DAN DAMPAKNYA PADA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU : Survei terhadap KKG Penerima Block Grant ICT di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Lokasi Penelitian dan Sumber Data ... 12

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Implementasi Program Pembinaan Guru ... 13

B. Kelompok Kerja Guru ... 15

1. Konsep Kelompok Kerja Guru ... 15

2. Organisasi ... 17

3. Pengelolaan KKG ... 18

C. Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 34

1. Pengertian TIK ... 34

2. Literasi TIK ... 36

3. Literasi Informasi ... 39

4. Komponen TIK ... 43

5. Pemahaman Perangkat TIK ... 46

6. Pemanfaatan Internet ... 48

7. Keterampilan Literasi Informasi ... 55

D. Kompetensi Guru ... 58

1. Pengertian Kompetensi Guru ... 58

2. Kompetensi Profesional Guru ... 61

E. Kerangka Pemikiran ... 79

F. Asumsi Penelitian ... 81

G. Hipotesis Penelitian ... 82

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 83

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 85


(2)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 89

E. Instrumen Penelitian ... 90

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 94

1. Uji Validitas ... 94

2. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 96

3. Uji Reliabilitas ... 99

4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 101

G. Teknik Analisis Data ... 102

1. Deskripsi Variabel Penelitian dengan Perhitungan WMS ... 102

2. Uji Statistik ... 104

a. Uji Prasyarat ... 104

1) Uji Normalitas ... 104

2) Uji Linearitas ... 105

3) Uji Multikolinieritas ... 109

4) Uji Heteroskedastisitas ... 110

b. Uji Hipotesis ... 112

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 119

1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 119

a. Masa Kerja ... 119

b. Jenis Kelamin dan Pendidikan Terakhir ... 121

c. Golongan ... 122

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 123

a. Implementasi Program Pembinaan Guru ... 123

b. Tingkat Literasi TIK ... 125

c. Kompetensi Profesional Guru ... 128

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 130

a. Analisis Korelasi ... 130

b. Analisis Jalur (Path Analysis) ... 132

B. Pembahasan ... 142

1. Gambaran Implementasi Program Pembinaan Guru 142 2. Gambaran Tingkat Literasi TIK ... 143

3. Gambaran Kompetensi Profesional Guru ... 145

4. Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru terhadap Tingkat Literasi TIK ... 146

5. Hubungan Jalur Implementasi Program Pembinaan Guru terhadap Tingkat Literasi TIK dan Kompetensi Profesional Guru ... 149 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


(3)

B. Rekomendasi ... 154

DAFTAR PUSTAKA ... 158

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 159

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kinerja Total KKG/MGMP Provinsi Kalimantan Barat ... 8

3.1 Distribusi Sampel ... 87

3.2 Kisi-kisi Instrumen Implementasi Program Pembinaan Guru .... 91

3.3 Kisi-kisi Instrumen Tingkat Literasi TIK ... 91

3.4 Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Profesional Guru ... 93

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Implementasi Program Pembinaan Guru ... 96

3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tingkat Literasi TIK ... 97

3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Kompetensi Profesional Guru .... 99

3.8 Kriteria Penafsiran Uji Reliabilitas ... 100

3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 101

3.10 Kriteria Penafsiran Data ... 103

3.11 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 105

3.12 Hasil Uji Linearitas Garis Regresi ... 107

3.13 Hasil Uji Multikolinieritas ... 101

3.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 111

3.15 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 112

4.1 Statistik Deskripsi Karakteristik Masa Kerja Guru ... 120

4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin dan Pendidikan ... 121 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Golongan Responden ... 122

4.4 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Implementasi Program Pembinaan Guru ... 124

4.5 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Tingkat Literasi TIK ... 126

4.6 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 128

4.7 Nilai Korelasi Antar Variabel Penelitian ... 131

4.8 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 131

4.9 Tabel Anova untuk Model Sub Struktur-1 ... 134

4.10 Tabel Model Summary untuk Model Sub Struktur-1 ... 135

4.11 Tabel Koefisien untuk Model Sub Struktur-1 ... 135

4.12 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur-1 ... 135


(4)

4.14 Tabel Koefisien untuk Model Sub Struktur-2 ... 136

4.15 Tabel Model Summary untuk Model Sub Struktur-2 ... 136

4.16 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur -2 ... 140

4.17 Besarnya Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Penelitian ... 141

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peralatan TIK ... 34

2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 78

3.1 Pengaruh antar variabel ... 83

4.1 Grafik Masa Kerja Responden ... 120

4.2 Grafik karakteristik jenis kelamin dan pendidikan responden .. 122

4.3 Grafik karakteristik golongan responden ... 123

4.4 Grafik Distribusi Frekuensi Skor Implementasi Program Pembinaan Guru ... 125

4.5 Grafik Distribusi Frekuensi Skor Tingkat Literasi TIK ... 127

4.6 Grafik Distribusi Frekuensi Skor Kompetensi Profesional Guru ... 130

4.7 Diagram Sub Struktur -1 ... 132

4.8 Diagram Sub Struktur-2 ... 133

4.9 Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur-1 ... 136

4.10 Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur-2 ... 140


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kisi-kisi instrumen ... 161

2 Instrumen ... 164

3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 174

4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 183

5 Hasil Transformasi Data Variabel Instrumen ... 186

6 Hasil Uji Normalitas ... 192

7 Hasil Uji Linearitas ... 193

8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 194

9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 195

10 Hasil Analisis Korelasi ... 196


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidik merupakan salah satu komponen yang menentukan berhasil tidaknya program pendidikan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu pendidik mendapat perhatian utama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang mutlak harus dilakukan oleh pemerintah. Rendahnya mutu pendidikan dapat menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi, dan standarisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu: rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.

Mutu pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari


(7)

peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per-kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.

Survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), mengatakan

bahwa mutu pendidikan di Indonesia berada pada urutan kedua belas dari dua belas negara di Asia, ini sangat memalukan bukan jika kita berada di urutan paling akhir. Indonesia berada persis dibawah Vietnam, data yang dilaporkan The World

Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah,

yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai pengikut (follower) bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di

dunia.

Beberapa dokumen penelitian World Bank (2009, 2010, 2011) juga mengatakan salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan profesional guru di Indonesia adalah jumlah guru yang masih terlalu besar dan penyebarannya yang kurang merata. Di Indonesia, TSR (Teacher Student Ratio)

adalah sebesar 19:1 untuk SD dan 15,6:1 untuk SMP. Sedangkan penyebarannya masih belum merata dengan SD di daerah perkotaan mengalami kelebihan guru sampai dengan 66%, dan SD di daerah terpencil masih mengalami kekurangan guru sampai 68%. Di luar itu semua, jumlah ditemukan juga bahwa jumlah guru yang dapat memanfaatkan TIK – khususnya untuk mengajar mata pelajaran TIK di tingkat SMP – ternyata masih sangat kurang. Hanya tersedia 2.893 guru yang mengampu mata pelajaran TIK, sedangkan yang dibutuhkan adalah 14.965 guru.


(8)

Apabila berbicara mengenai mutu pendidikan, maka salah satu komponen yang memegang peranan penting adalah pendidik. Pendidik senantiasa diperhatikan oleh banyak pihak ketika berbicara masalah pendidikan, karena pendidik selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Pendidik memegang peran utama dalam pendidikan, khususnya yang diselenggarakan baik pendidikan formal maupun non-formal di sekolah. Pendidik juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik dan mutu pendidikan secara

umum. Dalam hal ini Mulyasa (2007: 5) menyatakan, “Upaya perbaikan apa pun

yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan

berkualitas”.

Pendidik mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan mutu pendidikan yang baik, terutama pada pendidikan dasar. Untuk itu seorang pendidik dituntut memiliki kualifikasi akademik dan beberapa kompetensi dalam mengimplementasikan pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV pasal

10 ayat (1) yang menyebutkan, “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada peserta didik. Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap


(9)

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana dijelaskan di atas adalah kompetensi profesional. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pada Pasal 3 ayat (7) disebutkan bahwa:

Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan

b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka seorang guru diharapkan untuk senantiasa meningkatkan dan memperluas wawasan pengetahuannya. Hal


(10)

ini dapat dicapai di antaranya melalui kemampuan guru untuk mengakses sumber-sumber pengetahuan, baik dalam bentuk media cetak maupun yang berasal dari media elektronik. Kemampuan untuk mengakses sumber-sumber belajar tersebut tentu saja harus didasari pada literasi guru pada perangkat yang mendukung, terutama dalam mengakses sumber belajar dari media elektronik, terutama melalui website. Melalui literasi atau kemampuan untuk mengenal dan menggunakan media elektronik seperti komputer ataupun laptop yang dihubungkan dengan jaringan internet, diharapkan guru memiliki kemampuan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.

Untuk meningkatkan profesionalisme guru tersebut, maka pemerintah telah mengusahakan wadah pembinaan profesional yang tidak formal dan dilakukan di tingkat gugus sekolah dengan melibatkan para Pembina guru, yaitu kepala sekolah dan pengawas sekolah. Wadah ini di tingkat sekolah dasar dikenal dengan nama KKG (Kelompok Kerja Guru).

Kelompok Kerja Guru tersebut di Provinsi Kalimantan Barat telah eksis dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaan KKG tersebut dimaksud untuk membantu pendidik dan tenaga kependidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Lembaga ini berfungsi sebagai wadah untuk menampung berbagai masalah, memecahkan masalah, mengembangkan dan menularkan berbagai gagasan baru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Terbentuknya KKG diharapkan agar pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja sama dalam


(11)

khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan KBM dan masalah pendidikan lainnya.

Untuk dapat lebih meningkatkan kemampuan KKG sebagai wadah bagi guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam proses pembelajaran, maka pemerintah c.q. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalimantan Barat melalui DIPA LPMP Provinsi Kalimantan Barat Nomor 0814.0/023-08.0/XVI/2008 telah menyalurkan dana blockgrant berbasis ICT bagi

KKG yang ada di Provinsi Kalimantan Barat.

Penyaluran blockgrant berbasis ICT tersebut dilakukan dengan mekanisme

pengajuan proposal oleh masing-masing KKG. Berdasarkan data dari LPMP pada tahun 2009, jumlah KKG yang mendapatkan dana blockgrant berbasis ICT

tersebut sejumlah 99 buah KKG. Melalui program ini diharapkan guru di dalam KKG dapat memanfaatkan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan literasi mereka pada TIK dan mengembangkan kemampuan mereka dalam meningkatkan profesionalitas mereka.

Tingkat literasi tersebut secara sederhana meliputi kemampuan untuk menentukan informasi yang diperlukan, mengakses informasi secara efektif dan efisien, menilai informasi secara kritis, memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk mencapai tujuan yang diharapkan, serta memahami berbagai aturan dalam mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal (American Library

Association, 2000). Tingkat literasi yang diperoleh guru pada akhirnya akan dapat


(12)

penguasaan terhadap materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu; kemampuan mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

Salah satu KKG penerima dana block grant berbasis ICT tersebut adalah

KKG Gugus I Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. KKG yang terletak di wilayah Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya ini mewadahi sebanyak 65 orang guru yang berasal dari 4 buah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di wilayah tersebut. Pusat kegiatan KKG ini biasanya dilakukan di SDN 39 Sungai Kakap yang merupakan sekolah inti. KKG Gugus I ini pada tahun anggaran 2009 memperoleh block grant berbasis ICT. Bantuan yang diberikan

berupa perangkat keras seperti laptop, printer, modem, dan InFocus.

Melalui pemberian block grant berbasis ICT tersebut diharapkan

kompetensi profesional guru khususnya di wilayah Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya dapat meningkat. Namun demikian, pada saat melakukan wawancara singkat dengan beberapa guru yang berasal dari sekolah imbas di bawah naungan KKG Gugus I tersebut, peneliti melihat bahwa kompetensi profesional yang diharapkan dari para guru tersebut sepertinya belum terlalu menggembirakan. Hal


(13)

kompetensi guru daerah terpencil (block grant ICT) tahun 2009, kabupaten ini

menduduki peringkat ke-10 dari sebelas kabupaten yang menjadi sasaran monev, dengan persentase capaian hanya sebesar 70,6%. Selain itu, pada saat dilaksanakannya Uji Kompetensi Awal (UKA) tahun 2012, dari 176 orang guru yang ikut serta pada kecamatan Sungai Kakap, hanya sebanyak 148 orang (84,09%) yang dinyatakan layak untuk mengikuti PLPG.

Tabel 1.1

Kinerja Total KKG/MGMP Provinsi Kalimantan Barat

NO KABUPATEN SKOR PERSEN

1 SINTANG 2391 79,7

2 KAYONG UTARA 2223 79,4

3 KETAPANG 2158 77,1

4 LANDAK 1951 75,0

5 BENGKAYANG 1877 78,2

6 SAMBAS 1847 77,0

7 MELAWI 1574 78,7

8 SANGGAU 1244 69,1

9 SEKADAU 1189 74,3

10 KUBURAYA 1130 70,6

11 KAPUAS HULU 1022 73,0

Sumber: Hasil Monev LPMP Kalimantan Barat

Adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan tersebut mendorong peneliti untuk mengangkatnya dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah dengan

judul “Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru terhadap Tingkat Literasi TIK dan dampaknya pada Kompetensi Profesional Guru (Survei terhadap


(14)

KKG Penerima Blockgrant ICT di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu

Raya)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah merupakan pemfokusan terhadap kajian-kajian penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian untuk kemudian dilakukan penelitian dan pembahasannya. Pentingnya rumusan masalah adalah untuk membatasi dan memperjelas masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru terhadap Tingkat Literasi TIK dan dampaknya pada Kompetensi Profesional Guru.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dirinci kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran implementasi program pembinaan guru di KKG Gugus I Sungai Kakap?

2. Bagaimanakah gambaran tingkat literasi TIK guru di KKG Gugus I Sungai Kakap?

3. Bagaimanakah gambaran kompetensi profesional guru di KKG Gugus I Sungai Kakap?


(15)

5. Bagaimanakah hubungan jalur implementasi program pembinaan guru terhadap tingkat literasi TIK dan kompetensi profesional guru?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pengaruh implementasi program pembinaan guru terhadap tingkat literasi TIK dan kompetensi profesional guru di KKG Gugus I Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk:

a. Mengetahui gambaran implementasi program pembinaan guru di KKG Gugus I Sungai Kakap.

b. Mengetahui gambaran tingkat literasi TIK guru di KKG Gugus I Sungai Kakap.

c. Mengetahui gambaran kompetensi profesional guru di KKG Gugus I Sungai Kakap.

d. Mengetahui pengaruh implementasi program pembinaan guru terhadap tingkat literasi TIK.

e. Mengetahui hubungan jalur implementasi program pembinaan guru terhadap tingkat literasi TIK dan kompetensi profesional guru.


(16)

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka hasil penelitian ini memiliki manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang pengaruh dan hubungannya antara implementasi program pembinaan guru dengan tingkat literasi TIK dan kompetensi profesional guru, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap teori-teori pendidikan khususnya menyangkut kegiatan program pembinaan guru dalam KKG, juga menjadi studi lanjutan yang relevan dan sebagai bahan kajian bagi tenaga edukatif dan ilmu pengetahuan yang berkembang pada dunia pendidikan saat ini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyiapkan rencana pembelajaran, bahan ajar, dan perangkat penilaian. b. Bagi Kelompok Kerja Guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan gambaran mengenai dampak pelaksanaan pemberian block

grant berbasis ICT terhadap tingkat literasi TIK dan peningkatan


(17)

c. Bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai implementasi program pembinaan guru dari KKG.

d. Bagi Peneliti, kesempatan penelitian yang dilakukan ini merupakan upaya menambah wawasan berfikir ilmiah, terutama dalam rangka pelaksanaan program pembinaan guru secara teoritis dan kaitannya dengan pelaksanaan di lapangan.

e. Bagi penelitian lebih lanjut. Untuk peneliti yang akan melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan pembinaan guru dan literasi TIK melalui kegiatan KKG dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan kajian yang relevan.

E. Lokasi Penelitian dan Sumber Data

Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Kubu Raya memiliki 9 (sembilan) wilayah kecamatan, yaitu Batu Ampar, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap, Sungai Raya, Terentang, Sungai Ambawang, Rasau Jaya dan Kuala Mandor B. Sebagian dari kecamatan tersebut tersebar di beberapa pulau kecil. Berdasarkan pertimbangan atas karakteristik wilayah tersebut, maka peneliti menetapkan lokasi penelitian di Kecamatan Sungai Kakap yang letaknya tidak jauh dari Kota


(18)

Pontianak. Target populasi adalah semua guru SD di KKG Gugus I Kecamatan Sungai Kakap yang berjumlah 65 orang.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai tujuan penelitian secara efektif dan efisien. Sugiyono (2008:3) mengemukakan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti bahwa cara-cara yang dilakukan dalam kegiatan penelitian itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis berarti bahwa proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Penelitian ini merupakan tipe penelitian verifikatif yaitu penelitian yang bertujuan menguji hipotesis. Metode yang digunakan adalah Explanatory

Survey Method, yaitu suatu penelitian survey yang bertujuan untuk menguji

hipotesis dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Adapun variabel sebab-akibat tersebut adalah implementasi program


(20)

pembinaan guru dari KKG (X) terhadap tingkat literasi TIK (Y) dan kompetensi profesional guru (Z).

Secara lebih sistematis, pengaruh antara variabel penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

X Y Z

rXY rYZ

Gambar 3.1 Pengaruh antar variabel

Penelitian ini menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data dari sumbernya, untuk itu diperlukan kejelasan sumber data yaitu populasi dan sampel, volume dan sebarannya. Karena data hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antara variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas), dengan demikian digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan angka yang cukup akurat. Konsekuensi metode penelitian ini memerlukan operasionalisasi variabel-variabel yang dapat diukur secara kuantitatif sedemikian rupa untuk dapat digunakan model uji hipotesis dengan metode statistika.

Implementasi Program Pembinaan

Guru dari KKG

Tingkat Literasi

TIK

Kompetensi Profesional Guru


(21)

Analisa yang diperoleh dari penelitian ini akan dijelaskan secara deskriptif untuk melihat hubungan setiap variabel penelitian dan secara statistik untuk melihat pengaruh antar variabel sebab-akibat. Penggunaan analisa statistik diberlakukan sesuai dengan jenis data dalam penelitian dan jenis skala pengukuran data.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah guru anggota KKG di Gugus I Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Jumlah guru tersebut adalah 65 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data yang dianggap mewakili seluruh populasi secara representatif.


(22)

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2010:118) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Besarnya sampel suatu penelitian dapat dilakukan dengan menarik sebagian atau seluruh dari populasi yang akan diteliti. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mengambil semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sample. Hal ini dilakukan mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 183), “Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat

mengambil sampel yang besar dan jauh”. Selain itu, penggunaan purposive

sample dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa

pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. Karena populasi yang diteliti memiliki karakteristik yang sama (homogen) maka sebanyak 65 guru yang akan diambil sebagai sampel.

Sementara itu, pengambilan sampel dilakukan dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Sampel adalah guru yang bertugas di salah satu SDN yang berada di dalam Gugus I Kecamatan Sungai Kakap.


(23)

3. Masa kerja minimal 5 tahun.

Berdasarkan karakteristik tersebut maka diperoleh sampel dengan distribusi sebagaimana tergambar dalam tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1 Distribusi Sampel

No Nama Sekolah Jenis Kelamin Jumlah

L P

1 SDN 39 Sungai Kakap 7 17 24

2 SDN 08 Sungai Kakap 5 16 21

3 SDN 33 Itik Laut 3 7 10

4 SDN 34 Belidak Laut 8 2 10

Jumlah 65

Sumber : Data NUPTK Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel diperlukan untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap variabel-variabel penelitian, dan variabel ini bersumber dari kerangka teoritis yang dijadikan dasar penyusunan kerangka berpikir yang menggambarkan secara abstrak suatu gejala sosial. Merujuk pada pengertian definisi operasional variabel menurut Mc Millan, J dan Schumacer, S (2001:84) sebagai berikut :

A definition of variable achieved by asssigning meaning to a variable by specifying the activities or operations necessary to measure, categorize, or manipulate the variable. Operational definition tell the researcher and reader what is necessary for aswering the question or testing the hypothesis.


(24)

Definisi operasional dimaksudkan untuk mengukur, mengkategorikan dan memanipulasi variabel berdasarkan aktifitas atau kegiatan khusus dari

variabel tersebut. Menurut Riduwan (2006:10) “Definisi operasional yang

dirumuskan untuk setiap variabel harus sampai melahirkan indikator-indikator dari

setiap variabel yang diteliti yang kemudian dijabarkan dalam instrumen penelitian”. Variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang terkandung dalam hipotesis-hipotesis penelitian yang dirumuskan, yaitu dengan cara menjelaskan pengertian-pengertian konkret dari setiap variabel sehingga dimensi dan indikator-indikatornya serta kemungkinan derajat nilai atau ukurannya dapat ditetapkan.

Variabel-variabel penelitian ini terdiri atas variabel implementasi program pembinaan guru, tingkat literasi TIK dan kompetensi profesional. Operasional masing-masing variabel tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Pengaruh dapat diartikan sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

2. Implementasi Program Pembinaan Guru

Implementasi Program pembinaan guru adalah merupakan usaha-usaha untuk mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga kependidikan. Tujuan dari kegiatan pembinaan ini adalah tumbuhnya kemampuan setiap guru yang meliputi keilmuannya, wawasan berpikirnya,


(25)

3. Literasi TIK

Adapun yang dimaksud dengan literasi TIK dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, perangkat komunikasi, dan/atau jaringan (komputer) untuk memecahkan permasalahan terkait informasi, agar dapat berperan dalam masyarakat informasi. Kemampuan ini meliputi kemampuan menggunakan teknologi sebagai perangkat untuk meneliti, mengorganisasi, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi. 4. Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi Profesional Guru di dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu kemampuan seorang guru di dalam melaksanakan pekerjaan sebagai seorang tenaga pendidik yang harus didahului dengan proses persiapan (pendidikan) agar mereka memiliki sejumlah keterampilan untuk melaksanakan pekerjaannya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam suatu penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data atau dengan kata lain, pengumpulan data adalah suatu prosedur atau cara yang dilakukan untuk memperoleh data dalam upaya pemecahan masalah.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat pengukuran sebagai berikut : untuk literasi TIK menggunakan test, sedangkan untuk implementasi program pembinaan guru dan kompetensi profesional


(26)

mengunakan kuesioner (angket). Soal diberikan dengan menggunakan alternatif pilihan ganda. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Jenis angket yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek dan jawaban yang diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu yaitu berupa tanda silang (X).

Daftar pertanyaan disusun dengan disertai alternatif jawabannya dan responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dari alternatif yang sudah disediakan. Alasan peneliti menggunakan angket tertutup dalam penelitian ini adalah agar:

1. Mudah diisi oleh responden.

2. Dengan angket, responden memiliki keleluasaan dalam menjawab pertanyaan karena tidak terpengaruh oleh sikap mental hubungan antara peneliti dengan responden.

3. Pengumpulan data lebih efisien ditinjau dari segi tenaga, waktu dan biaya. 4. Responden tidak dituntut untuk berfikir keras dalam mencari jawaban setiap

pertanyaan karena alternatif jawaban telah tersedia.

E. Instrumen Penelitian


(27)

dilakukan oleh peneliti untuk merumuskan pertanyaan untuk memperoleh data serta memudahkan dalam menyusun instrumen (alat pengumpul data) adalah sebagai berikut:

1. Menentukan variabel-variabel yang dianggap penting untuk ditanyakan dan mengacu pada teori-teori mendasar.

2. Menjabarkan variabel-variabel tersebut menjadi sub variabel atau dimensi. 3. Menjabarkan sub variabel kedalam indikator.

4. Membuat pertanyaan berdasarkan indikator tersebut.

5. Membuat kisi-kisi instrumen untuk variabel X, variabel Y dan variabel Z. Adapun kisi-kisi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kisi-kisi instrumen variabel X yaitu implementasi program pembinaan guru Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen

Implementasi Program Pembinaan Guru

No Variabel Dimensi Indikator Jumlah

Item No. Item 1 Implementasi

Program Pembinaan Guru

1.Perencanaan 1.1 Tujuan Program 1.2 Jadwal

1.3 Sarana Belajar 1.4 Pendanaan

7 3 2 1

1 s/d 7 8 s/d 10 11 s/d 12 13

2.Pelaksanaan 2.1 Materi 2.2 Instruktur

2.3 Operasional Pelaksanaan 2.4 Media dan perlengkapan

1 1 1 3 14 15 16 17 s/d 19 3.Evaluasi 3.1Aspek yang di evaluasi

3.2Proses pelaksanaan

3 3

20 s/d 22 23 s/d 25


(28)

2. Kisi-kisi instrumen variabel Y yaitu tingkat literasi TIK Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Tingkat Literasi TIK

No Variabel Dimensi Indikator Jumlah

Item No Item 2 Tingkat

Literasi TIK

1. Komponen TIK

1.1Mampu memahami komputer/system computer

1.2Mampu memahami komponen komunikasi 1.3Mengetahui penggunaan

TIK

4

2 2

1, 2, 3, 4

5,6 7,8

Lanjutan Tabel 3.3

No Variabel Dimensi Indikator Jumlah

Item No Item 2. Pemahaman

Perangkat TIK

2.1Mampu memanfaatkan komputer/laptop 2.2Mampu menggunakan

LCD Proyektor 1 1 9 10 3. Pemanfaatan Internet

3.1Mampu menggunakan internet sebagai alat komunikasi

3.2Mampu memanfaatkan internet untuk

mengakses informasi 3.3Mampu memanfaatkan

internet dalam pendidikan dan pembelajaran

3.4Mampu memanfaatkan internet sebagai pelengkap 1 2 3 1 11 12, 13 14, 15, 16 17 4.Keterampilan Literasi Informasi

4.1Mampu mengetahui kebutuhan akan informasi 4.2Mampu mengetahui

dimana sumber informasi 1 1

18 19


(29)

informasi

4.4Mampu memiliki pemahaman tentang kebutuhan untuk mengevaluasi hasil temuan informasi 4.5Mampu memiliki etika

dan tanggung jawab dalam penggunaan informasi

4.6Mampu memiliki

pemahaman tentang cara mengkomunikasikan informasi yang ditemukan 4.7Mampu memiliki

pemahaman memanej temuan 2 1 1 1 21, 22 23 24 25

3. Kisi-kisi instrumen variabel Z yaitu kompetensi profesional guru Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Profesional Guru

No Variabel Dimensi Indikator Jumlah

Item No.Item 3 Kompetensi

Profesional Guru

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

1.1Mampu menguasai materi pelajaran 1.2Mampu menguasai

konsep mata pelajaran 1 1 1 2

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu

2.1Mampu memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu

2.2Mampu memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu

2.3Mampu memahami tujuan pelajaran 1 1 4 3 4 5,6,7, 8


(30)

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

3.1Mampu memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat pekembangan peserta didik 3.2Mampu mengolah

materi pembelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik 3 1 9, 10, 11 12 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

4.1Mampu melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri terus menerus

2 13, 14

Lanjutan Tabel 3.4

No Variabel Dimensi Indikator Jumlah

Item No.Item 4.2Mampu

memanfaat-kan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan 4.3Mampu melakukan

penelitian tindakan kelas untuk

peningkatan keprofesionalan 4.4Mampu mengikuti

kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber 2 2 3 15, 16 17,18 19,20, 21 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

5.1Mampu memanfaat-kan teknologi informasi dan


(31)

kan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri Sumber : Pedoman Pelaksanaan PKG Kemendiknas, 2010

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah instrumen selesai ditetapkan dan disusun, maka akan dilakukan uji coba instrumen. Kegiatan ini penting dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen tersebut.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrument menurut Riduwan (2004: 109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan alat ukur.

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari korelasi antara bagian-bagian dan alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment

adalah:

� = −( )( )

2−( )2 2−( )2


(32)

n = jumlah responden X = skor variabel X Y = skor variabel Y

Setelah harga r yang diperoleh dari perhitungan di atas, kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r dalam tabel statistik. Dengan menggunakan taraf signifikan atau a = 5 % dan derajad kebebasan (dk = n-2), maka akan diperoleh nilai r tabel tersebut.

Kaidah keputusan dapat diambil seperti berikut :

Jika rhitung > rtabel berarti alat instrumen penelitian yang digunakan valid.

Jika rhitung < rtabel berarti alat instrumen penelitian yang digunakan tidak valid.

2. Hasil Uji Validitas Instrumen

Untuk menghitung validitas instrumen menggunakan bantuan program SPSS 17, menggunakan metode Corrected Item-Total Correlation. Adapun

kaidah keputusannya untuk uji validitas adalah jika nilai Corrected Item-Total

Correlation (r) > r tabel berarti dinyatakan valid dan sebaliknya.

a. Validitas Instrumen Implementasi Program Pembinaan Guru (X)

Untuk memperoleh data yang berkenaan dengan variabel implementasi program pembinaan guru dikembangkan sebanyak 25 item pertanyaan dengan empat pilihan jawaban. Menggunakan taraf kepercayaan 95% dan jumlah


(33)

instrumen variabel X tidak valid karena nilai r < 0,374. Sehingga jumlah instrumen yang dipakai dalam penelitian ini menjadi 20 item pertanyaan. Namun syarat validitas isi dan konstruk tetap terpenuhi yaitu bahwa antara isi instrumen disesuaikan dengan program pembinaan yang dirasakan guru dari KKG. Hasil analisis validitas lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Instrumen Implementasi Program Pembinaan Guru No

Soal r tabel r hitung Keterangan No

Soal r tabel r hitung Keterangan 1 0.374 0.279 Tidak valid 14 0.374 0.773 Valid

2 0.374 0.499 Valid 15 0.374 0.731 Valid

3 0.374 0.664 Valid 16 0.374 0.776 Valid

4 0.374 0.041 Tidak valid 17 0.374 0.443 Valid

5 0.374 0.450 Valid 18 0.374 0.421 Valid

6 0.374 0.471 Valid 19 0.374 0.463 Valid

7 0.374 0.594 Valid 20 0.374 0.639 Valid

Lanjutan Tabel 3.5 No

Soal r tabel r hitung Keterangan No

Soal r tabel r hitung Keterangan 8 0.374 0.071 Tidak valid 21 0.374 0.610 Valid

9 0.374 0.517 Valid 22 0.374 0.738 Valid

10 0.374 -.335 Tidak valid 23 0.374 0.696 Valid

11 0.374 0.409 Valid 24 0.374 0.762 Valid

12 0.374 0.585 Valid 25 0.374 0.545 Valid

13 0.374 0.058 Tidak valid

b. Validitas Instrumen Tingkat Literasi TIK (Y)

Untuk memperoleh data yang berkenaan dengan variabel tingkat literasi TIK dikembangkan sebanyak 25 item pertanyaan dengan empat pilihan


(34)

diperoleh nilai r tabel sebesar 0,374. Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh bahwa butir pertanyaan nomor 1, 4, 11, 12 dan 14 instrumen variabel Y tidak valid karena nilai r < 0,374. Sehingga jumlah instrumen yang dipakai dalam penelitian ini menjadi 20 item pertanyaan. Namun syarat validitas isi dan konstruk tetap terpenuhi yaitu bahwa antara isi instrumen disesuaikan dengan tingkat pemahaman guru tentang literasi TIK. Hasil analisis validitas lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Instrumen Tingkat Literasi TIK No

Soal r tabel r hitung Keterangan No

Soal r tabel r hitung Keterangan 1 0.374 0.091 Tidak valid 14 0.374 -.134 Tidak valid

2 0.374 0.625 Valid 15 0.374 0.494 Valid

3 0.374 0.372 Valid 16 0.374 0.431 Valid

4 0.374 -.357 Tidak valid 17 0.374 0.692 Valid Lanjutan Tabel 3.6

No

Soal r tabel r hitung Keterangan No

Soal r tabel r hitung Keterangan

5 0.374 0.500 Valid 18 0.374 0.918 Valid

6 0.374 0.489 Valid 19 0.374 0.547 Valid

7 0.374 0.598 Valid 20 0.374 0.516 Valid

8 0.374 0.732 Valid 21 0.374 0.817 Valid

9 0.374 0.735 Valid 22 0.374 0.926 Valid

10 0.374 0.633 Valid 23 0.374 0.412 Valid

11 0.374 0.229 Tidak valid 24 0.374 0.648 Valid 12 0.374 0.000 Tidak valid 25 0.374 0.608 Valid

13 0.374 0.534 Valid


(35)

Untuk memperoleh data yang berkenaan dengan variabel kompetensi profesional guru dikembangkan sebanyak 25 item pertanyaan dengan empat pilihan jawaban. Menggunakan taraf kepercayaan 95% dan jumlah responden 30 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,374. Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh bahwa butir pertanyaan nomor 2, 10, 14, 15 dan 22 instrumen variabel Z tidak valid karena nilai r < 0,374. Sehingga jumlah instrumen yang dipakai dalam penelitian ini menjadi 20 item pertanyaan. Namun syarat validitas isi dan konstruk tetap terpenuhi yaitu bahwa antara isi instrumen disesuaikan dengan kompetensi profesional guru. Hasil analisis validitas lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Instrumen Kompetensi Profesional Guru No

Soal r tabel r hitung Keterangan No

Soal r tabel r hitung Keterangan

1 0.374 0.852 Valid 14 0.374 0.217 tidak valid

2 0.374 0.344 tidak valid 15 0.374 0.258 tidak valid

3 0.374 0.448 Valid 16 0.374 0.509 valid

4 0.374 0.445 Valid 17 0.374 0.414 valid

5 0.374 0.455 Valid 18 0.374 0.475 valid

6 0.374 0.687 Valid 19 0.374 0.689 valid

7 0.374 0.462 Valid 20 0.374 0.475 valid

8 0.374 0.431 Valid 21 0.374 0.610 valid


(36)

11 0.374 0.381 Valid 24 0.374 0.623 valid

12 0.374 0.486 Valid 25 0.374 0.474 valid

13 0.374 0.436 Valid

3. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan andalan alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Koefisien Alpha (�) Cronbach (1955) sebagai berikut :

� = −

1 1−

� 2

�2

Keterangan:

rii = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan σb2 = jumlah varians butir

σi2 = varians total

Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half). Dimana butir-butir

pertanyaan instrumen pada masing-masing variabel dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok skor ganjil dan kelompok skor genap. Masing-masing kelompok skor butirnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total tiap-tiap


(37)

korelasinya, setelah didapat nilai atau harga koefisien korelasi dimasukkan dalam rumus Spearmen Brown (Sugiyono, 2008:190) sebagai berikut :

� = 2.� 1 +�

Keterangan :

ri = koefisien reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan ganjil dan genap

Setelah mendapatkan nilai ri tersebut, kemudian dibandingkan dengan nilai

tabel reliabilitas berikut ini :

Tabel 3.8 Kriteria Penafsiran Uji Reliabilitas

No Interval Kriteria

1 0.00 – 0.199 Sangat rendah 2 0.20 – 0.399 Rendah 3 0.40 – 0.599 Sedang 4 0.60 – 0.799 Tinggi 5 0.80 – 1.00 Sangat tinggi

4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Untuk menghitung uji reliabilitas instrumen menggunakan bantuan program SPSS 17, dilihat dari perbandingan nilai Alpha Cronbach dengan nilai r

tabel, jika Alpha Cronbach > r tabel maka dinyatakan reliabel dan sebaliknya.

Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh ringkasan reliabilitas tiap instrumen pada tabel 3.9 mengindikasikan tingginya reliabilitas instrumen.


(38)

Variabel

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of

Items Part 1 Part 2

Implementasi Program Pembinaan Guru .784 .808 20

Tingkat Literasi TIK .678 .862 20

Kompetensi Profesional Guru .883 .847 20

a. Reliabilitas Instrumen Implementasi Program Pembinaan Guru (X)

Dari perhitungan menggunakan program SPSS 17 dihasilkan nilai r hitung untuk item ganjil adalah 0,784 dan item genap adalah 0,808. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa korelasi reliabilitas alat pengumpul data variabel X tentang Implementasi Program Pembinaan Guru untuk item ganjil dan item genap dinyatakan reliabel (signifikan).

b. Reliabilitas Instrumen Tingkat Literasi TIK (Y)

Dari perhitungan menggunakan program SPSS 17 dihasilkan nilai r hitung untuk item ganjil adalah 0,678 dan item genap adalah 0,862. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa korelasi reliabilitas alat pengumpul data variabel Y tentang Tingkat Literasi TIK untuk item ganjil dan item genap dinyatakan reliabel (signifikan).

c. Reliabilitas Instrumen Kompetensi Profesional Guru (Z)

Dari perhitungan menggunakan program SPSS 17 dihasilkan nilai r hitung untuk item ganjil adalah 0,883 dan item genap adalah 0,847. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa korelasi reliabilitas alat pengumpul data


(39)

variabel Z tentang Kompetensi Profesional Guru untuk item ganjil dan item genap dinyatakan reliabel (signifikan).

G. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Variabel Penelitian dengan Perhitungan WMS

Penjelasan secara deskripsi dilakukan untuk mengetahui frekuensi skor setiap alternatif jawaban yang dipilih responden pada setiap pertanyaan. Selanjutnya, menghitung rata-rata skor setiap butir pertanyaan dengan metode Weighted Means Scored (WMS). Rumus yang digunakan adalah :

=

Keterangan :

= nilai rata-rata skor

= adalah jumlah jawaban yang diberi bobot n = menunjukkan jumlah responden

Hasil perhitungan WMS kemudian dikonsultasikan dengan tolak ukur yang disusun berdasarkan skala instrumen dengan rumus:

= � � − �

� Keterangan:


(40)

n = jumlah item pertanyaan

ρ = kemungkinan skor jawaban (probabilitas) T = skor jawaban tertinggi

R = skor jawaban terendah K = jumlah interval kelas

Adapun kriteria variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.10

Kriteria Penafsiran Data

No. Interval Skor Kriteria

1 1 – 1,75 Sangat Rendah

2 1,751 – 2,501 Rendah

3 2,502 – 3,252 Tinggi

4 3,253 – 4 Sangat tinggi

2. Uji Statistik a. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parametrik (Sudarmanto, 2005: 105). Uji normalitas


(41)

yang berdistribusi normal. Normal atau tidaknya suatu data berdasarkan patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji normalitas pada dasarnya rnelakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data yang berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data yang kita miliki. Banyak jenis teknik uji normalitas yang dapat digunakan dalam penelitian, diantaranya adalah Kolmogorof-Smirnov, Lilliefors, Chi-Square dan Shapiro

Wilk. Khusus dalam penelitian ini, uji normalitas data diperoleh dengan uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S) dari masing-masing variabel. Analisis data ini

dilakukan dengan menggunakan alat uji K-S yang ada pada program SPSS versi 17.0 for windows. Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0,05 (lebih besar dari 0,05), dapat diputuskan bahwa data penelitian berdistribusi normal.

Untuk melakukan pengujian normalitas data penelitian diperlukan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Data berdistribusi normal

Ha: Data tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan fungsi Explore pada pada program SPSS, dapat diperoleh hasil uji normalitas data seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 3.11

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Variabel


(42)

Implementasi Program Pembinaan Guru (X) 0,064 65 0,200

Tingkat Literasi TIK (Y) 0,109 65 0,053

Kompetensi Profesional Guru (Z) 0,102 65 0,093

Sumber : Hasil pengolahan data tahun 2012

Terlihat dari tabel 3.11 pada kolom Sig. diperoleh nilai signifikansi varibel implementasi program pembinaan guru (X) sebesar 0,200, untuk variabel tingkat literasi TIK (Y) sebesar 0,053 dan variabel kompetensi profesional guru (Z) sebesar 0,093. Nilai signifikansi dari masing-masing variabel ini > 0,05 yang berarti bahwa Ho diterima atau data dari masing-masing variabel berdistribusi normal.

2) Uji Linearitas

Uji linearitas merupakan langkah untuk mengetahui status linier tidaknya distribusi data penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas akan menentukan teknik analisis regresi yang akan digunakan. Jika hasil uji linieritas merupakan data yang linier maka digunakan analisis regresi linier. Sebaliknya jika hasil uji linearitas merupakan data yang tidak linier maka analisis regresi yang digunakan nonlinier.

Dasar pengambilan keputusan dari uji ini dapat diketahui dengan dua alternatif, yaitu dilihat dari nilai signifikansi dan harga koefisien F (Sudarmanto, 2005: 135). Jika menggunakan harga koefisien/nilai signifikansi, hubungan dikatakan bersifat linear jika nilai signifikansi > dari nilai alpha yang ditetapkan


(43)

Selain dengan metode tersebut di atas, penentuan linearitas suatu data hasil penelitian melalui diagram pencar probabilitas yang dalam program SPSS biasa disingkat P-P Plot. Dengan diagram ini dapat diketahui normalitas sampel, linearitas, keterhubungan dan kesamaan variansi. Diagram ini menggambarkan nilai residu amatan yang dihitung secara komulatif dan dicocokkan dengan nilai residu normal yang digambarkan dengan garis hints linear dari kiri bawah ke kanan atas. Bila nilai residu arnatan berkonsentrasi dan sejalan dengan garis tersebut, maka sampel berdistribusi normal dan regresi berbentuk linear.

Pengujian linearitas pada penelitian ini terdiri dari pengaruh implementasi program pembinaan guru terhadap kompetensi profesional guru dan pengaruh tingkat literasi TIK terhadap kompetensi profesional guru. Pengujian persyaratan ini dilakukan untuk menentukan status linear tidaknya distribusi data penelitian sehingga dapat ditentukan bentuk analisis regresi yang dipergunakan. Hipotesis yang digunakan untuk menguji linearitas garis regresi tersebut adalah :

Ho: Model regresi tidak berbentuk linear Ha: Model regresi berbentuk linear

Adapun rangkuman hasil perhitungan uji persyaratan linearitas seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 3.12

Hasil Uji Linearitas Garis Regresi Model Summary and Parameter Estimates


(44)

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .267 22.995 1 63 .000 32.162 .429

The independent variable is Implementasi_Program_Pembinaan_Guru.

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:Kompetensi_Profesional_Guru

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .279 24.322 1 63 .000 33.091 .448

The independent variable is Tingkat_Literasi_TIK. Sumber : Hasil pengolahan data tahun 2012

Tabel 3.12 diatas menunjukkan bahwa garis regresi tersebut adalah linear atau Ha diterima karena nilai signifikansi (Sig.) adalah 0,000 dan 0,000 yang berarti < 0,05. Oleh sebab itu, analisis yang digunakan pada uji hipotesis adalah analisis regresi linear maka sampel berdistribusi normal dan regresi berbentuk linear.


(45)

Gambar 3.5

Grafik Hasil Uji Linieritas Variabel X

Gambar 3.6


(46)

Gambar 3.7

Grafik Hasil Uji Linieritas Variabel Z

3) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan uji yang ditujukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Menurut Wijaya yang dikutip oleh Henky (2011:94) menyatakan bahwa dalam uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinieritas. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai toleransi dan nilai VIF (variance inflation factor), jika VIF < 10 maka tingkat kolonieritas dapat ditoleransi, nilai eigen value yang mendekati nol memberikan petunjuk adanya multikolinieritas serta nilai toleransi harus lebih dari 0,1. Hasil dari uji multikolinieritas adalah sebagai


(47)

Tabel 3.13

Hasil Uji Multikolinieritas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

Implementasi_Program_Pembinaan_Guru .656 1.525

Tingkat_Literasi_TIK .656 1.525

Sumber : Hasil pengolahan data tahun 2012

Berdasarkan tabel 3.13 hasil perhitungan data diatas, diketahui nilai tolerance masing-masing data penelitian adalah 0,656 dan 0,656 yang berarti berada di atas 0.1 yang menjadi nilai standar tolerance, nilai VIF pada variable X dan Y adalah 1,525 dan 1,083 berada di bawah 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model ini termasuk regresi linier sempurna atau mendekati sempurna.

4) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, ada beberapa metode antara lain dengan cara uji Spearman’s rho, uji Park, uji Gleiser dan dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots

regresi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Spearman’s rho untuk uji heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi.

Uji Spearman’s rho yaitu dengan mengkorelasikan nilai residual hasil regresi dengan masing-masing variabel independen (Priyatno, 2010: 67).


(48)

Metode pengambilan keputusan pada uji heteroskedastisitas dengan Spearman’s rho yaitu jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, tetapi jika signifikansi kurang dari 0,05 maka terjadi masalah heteroskedastisitas.

Selanjutnya, uji heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Metode pengambilan keputusan pada uji heteroskedastisitas

dengan melihat scatterplot yaitu jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak

jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

Tabel 3.14

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Nilai Kesimpulan

Implementasi Program

Pembinaan Guru (X) 0,091 Tidak terjadi heteroskedastisitas Tingkat Literasi TIK (Y) 0,177 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X sebesar 0,091 dan variabel Y sebesar 0,177. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.


(49)

1) Analisis Korelasi

Perhitungan korelasi menggunakan rumus Korelasi Product Moment (r).

Korelasi ini digunakan untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan antara variabel endogen dan variabel eksogen. Nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

� = � −

[� 2−( )2][� 2 − 2]

Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:

Tabel 3.15

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 Sangat Kuat 0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat 0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

2) Analisis Jalur (Path Analysis)

Perhitungan untuk menentukan kontribusi variabel eksogen terhadap variabel endogen dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan regresi berdasarkan analisis jalur sesuai dengan kerangka penelitian yang ditetapkan. Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi. Analisis jalur


(50)

berbentuk sebab akibat. Melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel independen menuju variabel dependen yang terakhir. Tujuan dari analisis jalur adalah untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung dari beberapa variabel sebagai variabel penyebab terhadap beberapa variabel lainnya sebagai variabel akibat.

Hubungan antar variabel dalam analisis jalur ada 2 yaitu :

1. Kontribusi atau pengaruh langsung biasanya digambarkan panah satu arah dari satu variabel ke variabel lainnya.

2. Kontribusi atau pengaruh tidak langsung digambarkan dengan panah satu arah pada satu variabel pada variabel lain, kemudian dari variabel lain panah satu arah ke variabel berikutnya.

Ada beberapa asumsi yang harus diperhatikan dalam menggunakan analisis jalur yaitu :

1. Hubungan antar variabel harus linier dan aditif

2. Semua variabel residu tak punya korelasi satu sama lain

3. Pola hubungan antar variabel adalah rekursif atau hubungan yang tidak melibatkan arah pengaruh yang timbal balik

4. Skala pengukuran variabel sekurang-kurangnya adalah interval

Sebelum melakukan analisis jalur kita gambarkan dahulu pola hubungan antar variabel penyebab dan variabel akibat yang didasarkan pada teori-teori yang terdahulu. Adapun bentuk persamaan jalurnya adalah sebagai berikut :


(51)

dimana :

Y : variabel akibat (endogenus)

X1, X2, ...Xk : variabel penyebab (eksogenus)

� : koefisien jalur antara variabel akibat dan variabel penyebab

� : variabel residu

Pada saat menggambarkan diagram jalur ada beberapa perjanjian :

a. Hubungan antar variabel digambarkan oleh anak panah biasa berkepala tunggal ( ) atau berkepala dua ( )

b. Panah berkepala satu menunjukkan pengaruh. Variabel yang digambarkan pada ujung anak panah merupakan variabel akibat, sedangkan variabel yang pertama digambarkan sebagai variabel penyebab. Sebagai contoh bila X1

mempengaruhi X2 maka gambar panahnya adalah : X1 X2

c. Hubungan sebab akibat merupakan hubungan yang mengikuti hubungan asimetrik, tetapi ada kemungkinan bahwa hubungan kausal itu menggambarkan hubungan timbal balik. Jadi X1 bisa mempengaruhi X2 , X2

juga bisa mempengaruhi X1. Dapat digambarkan : X1 X2

d. Bisa terjadi hubungan merupakan korelatif, keadaan seperti ini anak panahnya berkepala dua dan gambarnya : X1 X2

e. Dalam keadaan nyata tidak pernah seseorang bisa mengisolasi hubungan pengaruh secara murni, artinya bahwa struktur kejadian banyak sekali yang mempengaruhinya, tetapi pada conceptual framework hanya dapat


(52)

bisa digambarkan diperlihatkan oleh suatu variabel tertentu disebut variabel residu dan diberi simbol �

Langkah-langkah untuk pengolahan data menggunakan analisis jalur adalah seperti berikut :

a. Menggambar dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya.

b. Menghitung matriks korelasi antar variabel X1 X2 X3 Y

R =

1 �1 2

1 …

1 �123 1

Formula untuk menghitung koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan Pearson”s Coefficient of Correlation (Product Momen t Coefficient) dari Karl Pearson. Alasan penggunaan teknik koefisien

korelasi dari Karl Pearson ini adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval.

Rumus Pearson”s Coefficient of Correlation adalah :

� = � −

[� 2( )2][ 22]

c. Menghitung matriks korelasi variabel eksogenus X1 X2 .... Xk

R =

1 �1 2

1 …

12


(53)

d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogenus X1 X2 .... Xk

�1−1 =

∁11 ∁12 …

∁22 …

1 ∁2 …

e. Menghitung semua koefisien jalur � , dimana i = 1,2, ....k; melalui rumus :

� 1

2

=

∁11 ∁12 …

∁22 …

… ∁1 ∁2 … ∁ � 1

2

f. Menghitung pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogenus dari dua atau lebih varaibel eksogenus, dapat secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial), bisa berupa pengaruh langsung, bisa juga berupa pengaruh tidak langsung, yaitu melalui variabel eksogen yang lainnya.

Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus secara parsial, dengan rumus :

 Besarnya kontribusi atau pengaruh langsung variabel eksogenus terhadap variabel endogenus = � 1×� 1


(54)

 Besarnya kontribusi atau pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung terhadap pengaruh tidak langsung = � 1 ×� 1 + � 1 ×�1 2 ×

� 1

g. Menghitung �

1 2…

2 , yaitu koefisien determinasi total

1, 2, . .. terhadap atau besarnya pengaruh eksogenus secara

bersama-sama terhadap variabel endogenus dengan menggunakan rumus :

�2 1 2… = � 1 � 2 …. �

� 1

2

h. Menghitung besarnya variabel residu, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel endogenus di luar variabel eksogenus, dengan rumus :

� � = 1− � 1 2…

2

i. Menguji kebermaknaan setiap koefisien jalur yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah :

= �

1− � 1 2…

2 ∁

− −1

dimana :

u dan i = 1,2, ....k

k = banyaknya variabel eksogen dalam substruktur yang sedang diuji t = mengikuti tabel distribusi t , dengan derajat bebas = n-k-1


(55)

Kriteria pengujian : ditolak � jika nilai t lebih besar dari nilai tabel t. > � − −1

j. Menguji kebermaknaan koefisien jalur secara keseluruhan yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah :

� = − −

1 �

1 2…

2

1− �

1 2…

2

dengan : i = 1,2,...k

k = banyaknya variabel eksogenus dalam substruktur yang sedang diuji F = mengikuti tabel distribusi F, dengan derajat bebas k dan n-k-1.

Kriteria pengujian : Ditolak � jika nilai hitung F lebih besar dari nilai tabel F. � > � , − −1

k. Menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus terhadap variabel endogenus, dengan statistik uji yang digunakan adalah :

= � − �

1− �

1 2…

2 +∁ −2

Kriteria pengujian : ditolak � jika nilai t lebih besar dari nilai tabel t. >


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menyajikan kesimpulan penelitian yang merupakan muara hasil penelitian dan jawaban atas pertanyaan penelitian. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi-rekomendasi yang relevan dengan penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Implementasi program pembinaan guru dari KKG secara umum telah terlaksana dengan baik. Dalam hal perencanaan program kegiatan KKG sudah sesuai dengan kebutuhan guru, bermanfaat bagi usaha pembinaan dan dapat dilaksanakan atau dicapai dengan baik.

2. Tingkat literasi TIK guru di KKG Gugus I Sungai Kakap secara umum masih rendah. Hal ini mengandung arti bahwa kurangnya kemampuan guru dalam memanfaatkan perangkat TIK secara optimal dalam proses pembelajaran. 3. Kompetensi profesional guru di KKG Gugus I Sungai Kakap dalam menguasai

materi pelajaran terutama dalam mengembangkan berbagai alat dan media serta sumber belajar yang relevan harus terus ditingkatkan secara luas dan mendalam serta berkelanjutan terutama melalui wadah KKG.


(57)

4. Terdapat pengaruh yang signifikan implementasi program pembinaan guru dari KKG terhadap tingkat literasi TIK guru di Gugus I Sungai Kakap. Nilai kontribusi implementasi program pembinaan guru terhadap tingkat literasi TIK cukup kuat, ini mengindikasikan bahwa semakin baik implementasi program pembinaan guru maka makin baik pula tingkat literasi TIK guru.

5. Terdapat pengaruh yang signifikan hubungan jalur implementasi program pembinaan guru terhadap tingkat literasi TIK dan kompetensi profesional guru. Hal ini menandakan bahwa implementasi program pembinaan guru berperan dalam meningkatkan literasi TIK dan kompetensi profesional guru. Hal ini berarti bahwa semakin baik implementasi program pembinaan guru maka akan semakin baik juga tingkat literasi TIK dan kompetensi profesional guru.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan maka perlu dipahami bahwa peranan KKG dalam meningkatkan literasi TIK dan profesionalisme guru serta kinerja mengajar guru SD di Gugus I Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, sangat diharapkan keberadaannya karena KKG memiliki peran, fungsi dan kegiatan yang dapat meningkatkan sumber daya manusia. Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mempertahankan/meningkatkan program pembinaan guru melalui KKG


(58)

dilakukan oleh masing-masing pimpinan/para pengelola KKG adalah sebagai berikut:

a. Mengingat KKG merupakan salah satu wadah yang dapat membina dan meningkatkan kinerja guru, maka sebaiknya para pengelola KKG dapat memberdayakan KKG itu secara efektif agar KKG itu sesuai dengan yang diharapkan guru.

b. Dalam mengelola KKG hendaknya antara unsur ketenagaan yang ada di KKG dapat membuat program bersama agar KKG sesuai dengan kebutuhan guru.

c. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kubu Raya dapat memberikan bimbingan atau binaan kepada pengelola KKG di Kecamatan Sungai Kakap, agar pelaksanaan program-program pembinaan guru melalui KKG sesuai dengan kebutuhan guru.

d. LPMP atau Kemendikbudnas dapat memberikan bantuan berupa block grant

yang diharapkan KKG lebih memperbanyak kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan TIK bagi pembelajaran disertai monitoring dan evaluasi yang intensif.

2. Untuk mengantisipasi rendahnya tingkat literasi TIK, maka dapat diambil beberapa langkah diantaranya adalah :

a. Bagi KKG harus secara konsisten melaksanakan berbagai kegiatan yang menunjang akselerasi peningkatan kompetensi gurunya, seperti: pelatihan,


(59)

b. Bagi Dinas/LPMP/Kemendikbudnas dapat meningkatkan program-program pengembangan sarana dan prasarana yang memadai dan mudah di akses khususnya oleh guru dalam memperoleh kesempatan menggunakan TIK. c. Bagi guru hendaknya terus meningkatkan kompetensi profesionalnya

terutama dalam hal mengembangkan kemampuannya dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media maupun sebagai sumber pembelajaran. Salah satunya adalah dengan aktif mengikuti forum Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun pelatihan-pelatihan yang relevan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

3. Untuk peningkatan pengembangan profesional guru dalam pemanfaatan TIK dapat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :

a. Tujuan pendidikan harus menjadi tujuan utama. Fokus tidak pada pemberian keterampilan TIK saja, namun bagaimana menggunakan TIK untuk mencapai hasil pembelajaran.

b. Program pengembangan profesional guru harus memberikan pengalaman belajar yang berada dalam konteksnya. Program harus relevan dengan mata pelajaran yang diampu atau bidang pembelajaran tertentu.

c. Pengembangan profesional guru harus berkelanjutan karena sifat dari TIK itu sendiri yang terus berubah dan berkembang. Program-program yang ditawarkan harus merefleksikan teknologi dan aplikasi yang mutakhir. d. Praktik mengajar, termasuk pengelolaan kelas akan ikut berubah apabila


(60)

e. Program pembinaan melalui KKG tidak harus selalu dalam bentuk pelatihan yang diberikan sebelumnya, namun dapat fokus pada pemberian pelatihan yang penting sesuai kebutuhan yang muncul.

f. Perkembangan TIK untuk pembelajaran tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi juga harus memberi dampak pada pengelolaan, administrasi dari satuan pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi).

g. Kebutuhan dan minat guru harus menjadi pendorong untuk perkembangan profesional mereka.

Demikianlah penyajian bab terakhir yang telah mengemukakan kesimpulan dan rekomendasi. Kiranya hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih yang dapat dimanfaatkan oleh yang berkepentingan untuk memenuhi kebutuhannya.


(1)

Marlina, 2012

Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru Terhadap Tingkat Literasi Tik Dan Dampaknya Pada Kompetensi Profesional Guru

: Survei terhadap KKG Penerima Block Grant ICT di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e. Program pembinaan melalui KKG tidak harus selalu dalam bentuk pelatihan yang diberikan sebelumnya, namun dapat fokus pada pemberian pelatihan yang penting sesuai kebutuhan yang muncul.

f. Perkembangan TIK untuk pembelajaran tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi juga harus memberi dampak pada pengelolaan, administrasi dari satuan pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi).

g. Kebutuhan dan minat guru harus menjadi pendorong untuk perkembangan profesional mereka.

Demikianlah penyajian bab terakhir yang telah mengemukakan kesimpulan dan rekomendasi. Kiranya hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih yang dapat dimanfaatkan oleh yang berkepentingan untuk memenuhi kebutuhannya.


(2)

Marlina, 2012

Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru Terhadap Tingkat Literasi Tik Dan Dampaknya Pada Kompetensi Profesional Guru

: Survei terhadap KKG Penerima Block Grant ICT di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

American Library Association (ALA). (1989). Presidential Committee on Information Literacy: Final Report <http://www.ala.org/ala/mgrps/ divs/acrl/publications/whitepapers/presidential.cfm>. [11 Desember 2011] Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. (2005). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi

dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press.

Bruce, Christine, Philip, Candy dan Kelmut, Klaus. (2003). Seven Faces of Information Literacy: Towards Inviting Students Into New Experiences. <http://crm.hct.ac.ae/events/archive/2003/speakers/bruce.pdf>. [3 Maret 2012]

Bundy, Alan. (2004). Australian and New Zealand Information Literacy

Framework: Principles, Standards and Practice.

<http://www.ala.org.com>. [30 Februari 2012]

Daradjat, Zakiah. dkk. (1996). Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Digital transformation a framework for ICT Literacy, a report of the international ICT literacy panel. <http://www.ets.org/Media/Tests/Information and_Communication_Technology_Literacy/ictreport.pdf>. [29 Februari 2012]

Depdikbud. (1997). Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah. Jakarta: Depdikbud. Depdikbud. (1996). Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru

Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.


(3)

Marlina, 2012

Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru Terhadap Tingkat Literasi Tik Dan Dampaknya Pada Kompetensi Profesional Guru

: Survei terhadap KKG Penerima Block Grant ICT di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Fatimah, Enung. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia. Fattah, Nanang. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Garner. (2006). High - Level Colloquium on Information Literacy and Lifelong Learning <www.ifla.org/III/wsis/High-Level-Colloquium.pdf>. [5 Desember 2011]

Hamalik, Oemar. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hasugian, Jonner. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

Medan: USU Press.

Herdiana, D. (2003). Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kinerja Guru. Tesis. Bandung: SPs UPI.

Kemendiknas. (2010). Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan KKG dan MGMP, Buku 2. Jakarta: Kemendiknas.

Kurniawati, Heppy dan Hariyanti. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi, SMP Kelas VII Semester Ganjil. Klaten: Aviva.

Nurdin dan Usman. (2002). Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.

McMillan, J dan Schumacer, S. (2001). Research in Education. New York: Longman.

Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Purwanto, J. (2000). Perencanaan Pembangunan Pendidikan, Visi dan Misi Pembangunan Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Perencanaan.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.


(4)

Marlina, 2012

Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru Terhadap Tingkat Literasi Tik Dan Dampaknya Pada Kompetensi Profesional Guru

: Survei terhadap KKG Penerima Block Grant ICT di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Reitz M, Joan. (2004). Dictionary Library and Information Science. Amerika: Libraries Unlimited.

Riduwan. (2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Riduwan dan Kuncoro, E.A. (2011). Cara Menggunakan dan Memaknai Path

Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Rockman, I.F. dan G.W. Smith. (2005). Information and communication technology literacy; New assessments for higher education. C&RL News, Vol. 66, No. 8, September, 2005. [Online]. URL: http:.//www.ala.org/ala mgrps/ivs/aorl/publications/orlnews/2005/september05/infocommtechlit. cfm. [19 Juni 2012]

Rusman et. al. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Saifuladi. (2007). Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. [Online].

http://saifuladi.wordpress.com/2007/01/06/kompetensi-yang-harus-dimiliki-seorang-guru. [10 Maret 2012]

Satori, D. (2000). Perencanaan Pembangunan Pendidikan, Sasaran Pembangunan Pendidikan. Jakarta: Biro Perencanaan.

Shapiro, Jeremy J. dan Hughes, Sheller K. (1996). Information Literacy as a Liberal Art: Anlightenment Proposals for a New Curriculum. <http://www.educause.edu/pub/er/review/reviewArticles/31231.html>. [10 Maret 2012]

Singarimbun, Masri. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kompetensi Guru. Available on: http:www.psb-psma.org/

content/blog/peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. [12 Januari 2012]


(5)

Marlina, 2012

Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru Terhadap Tingkat Literasi Tik Dan Dampaknya Pada Kompetensi Profesional Guru

: Survei terhadap KKG Penerima Block Grant ICT di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: Alfabeta.

Sukmana, Ud. (2007). Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Upaya

Meningkatkan Profesionalisme Guru. [online]. Tersedia:

http://udesukmana.wordpress.com/2007/04/26/mgmp/. [11 Januari 2012] Sutikno, Sobry. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. UNESCO. (2010). ICT Transforming Education: A Regional Guide. Bangkok:

UNESCO.

. (2009). Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah B. (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Uzer Usman, Moh. (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Wibawanto, H. (2009). Pemanfaatan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk Pembelajaran. Makalah pada Widya Telewicara Program Pendidikan Jarak Jauh PGSD, Semarang.

Widada. (2010). Mudah Membuat Media Pembelajaran: Multimedia Interaktif untuk Guru dan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Wijetunge, Pradeepa dan Alahakoon, Uditha. (2005). Empowering 8: the Information Literacy Model Developed in SriLanka to Underpin Changing

Education Paradigms of Sri Lanka

<www.cmb.ac.lk/academic/institute/nilis/reports/informationliteracy.pdf.> [30 Agustus 2011]

Wikipedia. (2012). Information Literacy. <http://en.wikipedia.org/wiki/ information_ literacy>. [2 Maret 2012]


(6)

Marlina, 2012

Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru Terhadap Tingkat Literasi Tik Dan Dampaknya Pada Kompetensi Profesional Guru

: Survei terhadap KKG Penerima Block Grant ICT di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

World Bank. (2011). Mentransformasi Tenaga Pendidikan di Indonesia. Volume II. Jakarta: World Bank Office Jakarta.

World Bank. (2010). Teacher Employment and Deployment. Opportunities for Efficiency, Equity, and Quality Improvement. Jakarta: World Bank Office Jakarta.

World Bank. (2009). Teacher Certification in Indonesia: A Strategy for Teacher Quality Improvement. Jakarta: World Bank Office Jakarta.