Masuk PTN Tanpa Tes.

s

I

.'

.
'17

.

1

~

"-

0

0


2
18
Jan

II

Se'Jin

J
19

0

"'-r~.!~
~. rFf(?!if\~.D,t
~~~. ~ l.
IUft.11\ftrE.IJJ;l~'\J:m

peb


4

5
2C

0

0

Selasa

MJr

U
21

0

RiJbu


7
22

Apr OM'?i

o Kamis
8
23

9

OJun

0
10

24

11
25


o Sabtu 0 Minggu

Jumat

12
26

~

0 Ags OSep

O.lul

13

14
.'28

.Okt


15
29

ONov

16
30

31

ODes

MasukPTN. TanpaTes
enteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) baru saja diserahterimakan
dari Bambang Sudibyo ke Mohammad Nuh yang sebelumnya menjabat
Menkominfo dan pernah menjaci Rektor Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya. Mendiknas memilikisebuah gagasan yang menarik
dikaji,meski bukan hal baru.
Gagasannya adalah calon mahasiswa perguruan tinggi negeri (PTN)tak perlu

lagi mengikutiujian masuk, yang dikenal dengan sebutan seleksi nasional masuk
perguruan tinggi negeri (SNM-PTN).Para calon cukup menyerahkan hasil ujian

M

nasional (UN) tingkat SMA atau sekolah sederajat, kemudian diseleksi sesuai daya tampung masing-masing PTN. Tes masuk PTN akan dihapus. Gagasan itu
pernah dilontarkan Bambang Sudibyo, tetapi hingga kini belum direalisasikan.
Pro-kontra atas gagasan itu membuat mendiknas baru berencana mengumpulkan para rektor PTN untuk membahasnya lebih jauh. Menurut Mendiknas, tes masuk PTN hanya membuang-buang biaya dan mempersulit calon mahasiswa.
Kita memberikan apresiasi terhadap gagasan tersebut. Oi setiap jenjang pendidikan sudah ada UN. Siswa SO, SMP, dan SMA serta ,sekolah-sekolah sederajat wajib lulus UN sebagai syarat untuk menempuh jenjang pendidikan berikutnya.
Oisebut ujian nasional, karena soal ujian yang diajukan berstandar nasional. Siswa yang lulus akan memiliki kualitas yang hampir sama, sehingga hasil UN layak
menjadi alat seleksi masuk PTN tanpa perlu lagi diadakan tes massal, seperti
SNM-PTN atau sebelumnya dikenal dengan nama ujian masuk perguruan tinggi
negeri (UMPTN). Kita mendukung gagasan Mendiknas setidaknya karena tiga
hal. Pertama, dengan tidak mengadakan lagi SNM-PTN dan hanya mendasari
hasil UN, pemerintah memberikan bobot kepada UN. Ke depan, UN menjadi sangat penting, karena menjadi alat ukur berskala nasional.
Kedua, tanpa menyelenggarakan lagi SNM-PTN biaya bisa dihernat. Selama ini
bukan hanya pemerintah dan PTN yang mengeluarkan biaya untuk tes masuk, tapi
juga para siswa yang berasal dari berbagai daerah. Mereka terpakSa menuju kotakota besar untuk mengikuti SNM-PTN. Ketiga, tanpa SNM-PTN probabilitas siswa
dari desa untuk masuk PTN akan lebih besar. Seleksi masuk PTN yang menggunakan UN sebagai tolok ukur akan membuat pendidikan lebih adil bagi siswa di daerah.
Siswa dan para guru cukup fokus pada UN. Akan lebih bagus lagi jika seleksi masuk

PTN tidak saja menggunakan hasil UN; juga hasil ujian setiap semester sejak siswa
duduk di kelas satu SMA atau sekplah sederajat.' Saran ini didasari pandangan bahwa UN hanya merupakan snapshot atau potret sesaat. Jika siswa tidak berada dalam kondisi fit, nilai UN bisa dipastikan buruk. Hasil belajamya selama tiga tahun tak
akan sia-sia, karena hasil ujian semestemya diperhitungkan. Hasil ujian semester
dan UN bisa diandalkan menjadi alat seleksi masuk PTN jika kurikulum benar-benar
seragam, kualitas guru benar-benar sesuai standar, dan fasilitas pendidikan kurang
lebih sarna.-----Pemerintah bisa memulainya dari sekolah negeri di seluruh Indonesia.

- - --

\

1'\11~IP9 Humos

Unpoo

LUU'I