PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Belanja Modal (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah).
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI
DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP
PENGALOKASIAN BELANJA MODAL
(Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)
NASKAH PUBLIKASI
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi pada Program Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh:
KARINA EKKY DAMAYANTI
B 200 110 253
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
n!*nMlassoj
d:
DdfuH,DN
cqdenrl(o!
di
hu r{gdr
6di he
P€nsii&t
(n6,iquEdhsslao.M'sD
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI
DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP
PENGALOKASIAN BELANJA MODAL
(Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)
Karina Ekky Damayanti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap
pengalokasian belanja modal pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
periode tahun 2011-2013.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
kabupaten/kota di Jawa Tengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling. Jumlah sampel yang terkumpul sebanyak 35 kabupaten/kota
dengan 105 data. Dengan adanya data outliers sebanyak 7 maka sampel menjadi
98 data. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis data
yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda dengan uji t, uji f, dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi diperoleh nilai
sebesar 0,675 yang berarti bahwa 67,5% pengalokasian belanja modal
dipengaruhi oleh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana
Alokasi Umum sisanya sebanyak 32,5% dipengaruhi oleh variable diluar model.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum berpengaruh terhadap belanja modal, sedangkan Pertumbuhan
Ekonomi tidak berpengaruh terhadap anggaran belanja modal.
Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah (PAD), dana
alokasi umum (DAU), belanja modal
A. PENDAHULUAN
Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia sejak tahun 2001
memasuki era baru yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi
daerah ini ditandai dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014, menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Serta Undang-Undang No.33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil,
proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi,
dan
kebutuhan
daerah,
serta
besaran
pendanaan
penyelenggaraan
dekonsentrasi dan tugas pendanaan. Otonomi daerah yang terjadi bukan
hanya penyerahan tugas dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi
juga disertai dengan pelimpahan wewenang untuk dapat mengelola
pemerintahannya sendiri.
Diberlakukannya
otonomi
daerah
memberikan
kesempatan
pemerintah daerah untuk lebih mengembangkan potensi daerah. Untuk
mengembangkan potensi daerah tersebut maka pemerintah daerah perlu
meningkatkan anggaran belanja modal, sumber-sumber dana yang digunakan
untuk membiayai belanja modal tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana
Bagi Hasil (DBH) (Wandira 2013).
Dalam era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya
peningkatan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik, dengan
adanya peningkatan dalam layanan di sektor publik dapat meningkatkan daya
tarik bagi investor untuk untuk menanamkan investasinya di daerah. Oleh
karana itu, pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang
dilakukan Pemda dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik
yang dapat dilakukan dengan peningkatan investasi modal dalam bentuk aset
tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya
(Maharani, 2010 dalam Kusnandar dan Siswantoro, 2012). Dengan
meningkatnya pengeluaran modal diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
publik karena hasil dari pengeluaran belanja modal adalah meningkatnya aset
tetap daerah yang merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan publik
oleh Pemerintah daerah (Kusnandar dan Siswantoro, 2012).
Berdasarkan
Undang-Undang
No.
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan Daerah, salah satu sumber pendapatan daerah adalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lainlain PAD yang sah. Peningkatan PAD diharapkan meningkatkan investasi
belanja modal pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin
baik tetapi yang terjadi adalah peningkatan pendapatan asli daerah tidak
diikuti dengan kenaikan anggaran belanja setiap daerah mempunyai
kemampuan keuangan yang tidak sama dalam mendanai kegiatankegiatannya, hal ini menimbulkan ketimpangan fiskal antara satu daerah
dengan daerah lainnya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi ketimpangan fiskal ini pemerintah
mengalokasikan dana yang bersumber dari APBN untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Salah satu dana perimbangan dari
pemerintah ini adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yang pengalokasiannya
menekankan aspek pemerataan dan keadilan
yang selaras
dengan
penyelenggaraan urusan pemerintahan (Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah). Dengan adanya transfer dana dari pusat ini
diharapkan pemerintah daerah bisa lebih mengalokasikan PAD yang
didapatnya untuk membiayai belanja modal di daerahnya.
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Mayasari,
dkk (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
terletak pada populasi penelitiannya. Populasi penelitian yang dilakukan oleh
Mayasari, dkk (2014) adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng,
sedangkan populasi penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita
diproksidengan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita (Boediono,
1985) dalam (Siti Arifah, dkk, 2014). Perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat
(Darwanto dan Yustikasari, 2007).
2. Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Pendapatan Asli
Daerah adalah peneriman yang diperoleh daerah dari sumber – sumber di
dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pendapatan
Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah.
3. Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Budi
Purnomo, 2009: 37).
4. Belanja Modal
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal adalah belanja
langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi (aset
tetap). Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah,
gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud.
C. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pertumbuhan Ekonomi adalah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian daerah dari suatu tahun
ke tahun berikutnya diproksikan dengan PDRB, semakin tinggi PDRB suatu
daerah
berarti
pertumbuhan
ekonomi
semakin
meningkat
yang
mengakibatkan pengalokasian belanja modal yang semakin dinamis.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong pemerintah daerah untuk
melakukan pembangunan daerah yang direalisasikan dalam bentuk pengadaan
fasilitas, infrastruktur dan sarana prasarana yang ditujukan untuk kepentingan
publik (Jaya dan Dwirandra, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari,
dkk (2014) menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh pertumbuhan
ekonomi terhadap Belanja Modal. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1=Pertumbuhan
Ekonomi
berpengaruh
terhadap
pengalokasian
Belanja Modal.
APBD
disusun
sesuai
dengan
kebutuhan
penyelenggaraan
pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Artinya, disetiap
penyusunan APBD, jika pemerintah daerah akan mengalokasikan belanja
modal maka harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan
mempertimbangkan PAD yang diterima. Besar kecilnya belanja modal akan
ditentukan dari besar kecilnya PAD. Sehingga jika pemerintah daerah ingin
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat dengan jalan
meningkatkan belanja modal, maka pemerintah daerah harus berusaha keras
untuk menggali PAD yang sebesar-besarnya (PP No 58 tahun 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari, dkk (2014) menunjukkan
hasil bahwa terdapat pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja
Modal. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H2=Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap pengalokasian
Belanja Modal.
Pelaksanaan desentralisasi, dimana pemerintah pusat menyerahkan
kewenangannya kepada pemerintah daerah, menimbulkan konsekuensi
pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dengan
memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Dana perimbangan ini
bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah itu sendiri. Pendanaan ini
untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan yang menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat yang ada di daerah (UU No.33/2004). Penelitian
yang dilakukan oleh Mayasari, dkk (2014) menunjukkan hasil bahwa terdapat
pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3=Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja
Modal.
D. METODE PENELITIAN
1. Populasi, Sampel, dan Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten/kota di Jawa
Tengah. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Kabupaten/kota di
Jawa Tengah. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling yaitu sampel yang diambil adalah sampel yang
memiliki kriteria-kriteria tertentu. Pengambilan sampel sebagai berikut :
(1) Kabupaten/Kota yang menyampaikan laporan Realisasi APBD
Tahunan kepada Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah
tahun 2011-2013, (2) Kabupaten/Kota yang mencantumkan data
mengenai PAD, DAU, dan Belanja Modal pada laporan realisasi APBD
yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Definisi dan Operasional Variabel
a. Variabel Dependen
Belanja Modal
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal adalah
belanja langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan
investasi (aset tetap). Belanja modal meliputi belanja modal untuk
perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak
berwujud. Indikator variabel belanja modal diukur dengan: (PP
No.71 Tahun 2010)
Belanja Modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin +
Belanja Gedung dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
+ Belanja Aset Tetap Lainnya
b. Variabel Independen
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per
kapita diproksidengan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
(Boediono, 1985) dalam (Siti Arifah, dkk, 2014). Pertumbuhan
Ekonomi diukur dengan rumus: (Bappenas, 2003)
Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Pendapatan Asli Daerah adalah peneriman yang diperoleh daerah
dari sumber – sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah diukur dengan
rumus: (UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah)
PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan + Lain – lain PAD yang
sah
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
(Budi Purnomo, 2009: 37). Dana Alokasi Umum untuk daerah
provinsi maupun daerah kabupaten/kota dapat diukur dengan rumus :
(Budi Purnomo, 2009: 37)
DAU = Celah Fiskal + Alokasi Dasar
Dimana,
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal
3. Teknik Pengujian Data
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalahregresi berganda (multiple regression), hal ini sesuai dengan
rumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian ini. Metode regresi
berganda menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa
variabel independen dalam suatu model prediktif tunggal. Uji regresi
berganda digunakan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi,
pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap belanja modal.
Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan persamaan
sebagai berikut :
Y = α + β1PDRB + β2PAD + β3DAU + e
dimana :
Y
= Belanja Modal ( BM )
α
= Konstanta
β
= Slope atau koefisien regresi atau intersep
PDRB
= Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PAD
= Pendapatan Asli Daerah (PAD)
DAU
= Dana Alokasi Umum (DAU)
e
= error
E. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan analisis untuk memberikan
gambaran atau deskriptif mengenai variabel-variabel yang diteliti dengan
melihat dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata atau mean,
dan standar deviasi. Pengujian diolah menggunakan program SPSS 20.
Hasil analisis deskriptif disajikan dalam table berikut ini :
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PDRB
98
6.38
13.64
10.3637
1.23412
PAD
98
60155.00
925919.00
136335.0204
115540.27511
DAU
98
262653.00
1197315.00
689223.6531
208122.47141
BELANJAMODAL
98
66386.00
591011.00
171348.8776
81274.59790
Valid N (listwise)
98
Berdasarkan hasil statistik deskriptif diketahui bahwa untuk
pertumbuhan ekonomi diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 10,3637,
nilai maksimum sebesar 13,64, nilai mimimum sebesar 6,38, dan nilai
standar deviasi sebesar 1,23412. Pendapatan Asli Daerah diperoleh nilai
rata-rata (mean) 136335,0204, nilai maksimum sebesar 925919,00, nilai
minimum sebesar 60155,00, dan nilai standar deviasi sebesar
115540,27511. Dana Alokasi Umum diperoleh nilai rata-rata (mean)
689223,6531, nilai maksimum sebesar 1197315,00, nilai minimum
sebesar 262653,00, dan nilai standar deviasi sebesar 208122,47141.
Belanja Modal diperoleh nilai rata-rata (mean) 171348,8776, nilai
maksimum sebesar 591011,00, nilai minimum sebesar 66386,00, dan
nilai standar deviasi sebesar 81274,59790.
2. Uji Asumsi Klasik
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier
berganda. Oleh karena itu, harus dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi:
a. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji Kolomogorov-Smirnov Z sebesar 0,819
dengan nilai probabilitas (p-value) sebasar 0,514. Kesimpulan dari
hasil perhitungan tersebut adalah nilai probabilitas 0,514 > 0,05;
sehingga menunjukkan bahwa distribusi data dalam penelitian ini
adalah normal.
b. Uji Multikolonieritas
Hasil uji multikolonieritas menunjukkan bahwa seluruh variabel
independen memiliki nilai Tolerance Value (TV) lebih besar dari 0,10
dan nilai VarianceInflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10 sehingga
dapat disimpulkan bahwa hubungan linier diantara variabel-variabel
bebas dalam model regresi tidak mengandung multikoliniearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini mendeteksi adanya heteroskedastisitas
yaitu dengan menggunakan uji glejser. Hasil perhitungan diketahui
bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel independen lebih
besar dari 0,05; sehingga menunjukkan bahwa model regresi dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-Watson Ketentuan
2,033
1,5 - 2,5
Kesimpulan
tidak ada autokorelasi
Dari tabel di atas dapat diketahui nilai Durbin-Watson sebesar
2,033, dimana hasil ini terletak pada 1,5 - 2,5 sehingga tidak terjadi
autokorelasi.
3. Pengujian Hipotesis
a. Regresi Berganda
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
18275.129
40083.599
PDRB
-3053.169
3970.522
PAD
.348
DAU
.199
Beta
.456
.649
-.046
-.769
.444
.044
.494
7.864
.000
.025
.510
7.843
.000
a. Dependent Variable: BELANJAMODAL
Dari tabel tersebut, maka dapat dibentuk suatu persamaan
regresi dengan model taksiran sebagai berikut :
Y = α + β1PDRB + β2PAD + β3DAU + e
dimana :
Y
= Belanja Modal ( BM )
α
= Konstanta
β
= Slope atau koefisien regresi atau intersep
PDRB
= Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PAD
= Pendapatan Asli Daerah (PAD)
DAU
= Dana Alokasi Umum (DAU)
e
= error
Berdasarkan
hasil
regresi
diinterprestasikan sebagai berikut :
tersebut
diatas
dapat
1. Konstanta sebesar 18275,129 menunjukan bahwa faktor
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum konstan maka Belanja Modalakan naik sebesar
18275,129.
2. Koefisien regresi Pertumbuhan Ekonomi bernilai negatif yaitu 3053,169
menunjukkan
bahwa
setiap
ada
kenaikan
Pertumbuhan Ekonomi sebesar 1% maka Belanja Modal akan
turun sebesar 3053,169. Sebaliknya setiap setiap ada penurunan
Pertumbuhan Ekonomi sebesar 1% maka Belanja Modal akan
naik sebesar 3053,169.
3. Koefisien regresi Pendapatan Asli Daerah bernilai positif yaitu
0.348 menunjukkan bahwa setiap ada kenaikan Pendapatan Asli
Daerah sebesar 1% maka Belanja Modal akan naik sebesar
0.348. Sebaliknya setiap ada penurunan Pendapatan Asli
Daerah sebesar 1% maka Belanja Modalakan turun sebesar
0.348.
4. Koefisien regresi Dana Alokasi Umum bernilai positif yaitu
0.199 menunjukkan bahwa setiap ada kenaikan Dana Alokasi
Umum
sebesar 1% maka Belanja Modal akan naik sebesar
0.199. Sebaliknya setiap ada penurunan Dana Alokasi Umum
sebesar 1% maka Belanja Modalakan turun sebesar 0.199.
b. Hasil Uji Hipotesis
Dari hasil pengujian tersebut maka dapat diinterprestasikan
sebagai berikut ini:
1. Nilai Signifikansi Variabel Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa Pertumbuhan
Ekonomi memiliki nilai signifikasi lebih besar dibandingkan
level of significant yaitu sebesar 0,444> 0,05 dan nilai thitung
sebesar -0,769lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar
1,985.Hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel
Pertumbuhan Ekonomitidak terdapat pengaruh terhadap Belanja
Modal dan mempunyai hubungan negatif terhadap Belanja
Modal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis
Pertama (H1) ditolak.
2. Nilai Signifikansi Variabel Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa Pendapatan
Asli Daerah memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan
level of significant yaitu sebesar 0,000 > 0,05 dan nilai thitung
sebesar 7,864 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar
1,985. Hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel
Pendapatan Asli Daerah terdapat pengaruh terhadap Belanja
Modal dan mempunyai hubungan positif terhadap Belanja
Modal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis
Kedua (H2) diterima.
3. Nilai Signifikansi Variabel Dana Alokasi Umum
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa Dana Alokasi
Umum memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan level
of significant yaitu sebesar 0,000 > 0,05 dan nilai thitung sebesar
7,843 lebihbesar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,985.
Hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel Dana
Alokasi Umum terdapat pengaruh terhadap Belanja Modal dan
mempunyai hubungan positif terhadap Belanja Modal. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Ketiga (H3)
diterima.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi
(PDRB) memiliki nilai signifikasi lebih besar dibandingkan level of
significant yaitu sebesar 0,444> 0,05 dan nilai thitung sebesar -0,769
lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,985. Maka H1
ditolak, hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel
Pertumbuhan Ekonomi tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan
terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten /
Kota di Jawa Tengah tahun 2011-2013. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arwati dan Hadiati (2013),
Jaya dan Dwirandra (2014), dan Putro (2010) menunjukkan hasil
bahwa Pertumbuhan Ekonomi secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal.
b. Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli
Daerah (PAD) memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan
level of significant yaitu sebesar 0,000< 0,05 dan nilai thitung sebesar
7.864 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,985.
Maka H2 diterima,hal ini berarti menunjukkan secara individu
variabel Pendapatan Asli Daerah(PAD) terdapat pengaruh positif dan
signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota di Jawa Tengah tahun 2011-2013. Hasil tersebut
sejalan dengan hasil penelitian Arwati dan Hadiati (2013), Mawarni
(2013), dan Mayasari, dkk (2014)yang menyatakan PAD memiliki
pengaruh signifikan terhadap pengaokasian anggaran belanja modal.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU)
memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan level of
significant yaitu sebesar 0,000< 0,05 dan nilai thitung sebesar 7.843
lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,985. Maka H3
diterima, hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel Dana
Alokasi Umum (DAU) terdapat pengaruh positif dan signifikan
terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten /
Kota di Jawa Tengah tahun 2011-2013. Hal tersebut sejalan dengan
hasil penelitian Mayasari. Dkk (2014), Mawarni (2013), dan Martini,
dkk (2014)
yang menyatakan bahwa DAU memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap belanja modal.
2. Keterbatasan Penelitian
a. Variabel yang digunakan hanya mencakup Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan
Belanja Modal. Hasil yang diperoleh mungkin akan berbeda jika
peneliti menambahkan variabel-variabel lain yang terkait dengan
penelitian tersebut.
b. Objek yang diteliti hanyan mencakup kabupaten dan kota yang
berada di satu provinsi saja yaitu provinsi Jawa Tengah.
c. Periode penelitian yang relatif pendek yaitu tahun 2011-2013.
Sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan tidak konsisten dengan
penelitian sebelumnya.
3. Saran
a. Memperluas objek penelitian yaitu dengan menambahkan variabelvariabel lain selain variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini agar hasilnya dapat terdefinisi dengan lebih sempurna.
b. Memperbanyak objek penelitian yaitu dengan cara menambah
sampel penelitian dari kabupaten atau kota yang berada di provinsi
lain mengingat ada 33 provinsi di Indonesia.
c. Menambah tahun sampel pengamatan dengan cara memilih sampel
yang sekiranya bisa representatif dalam menjelaskan kondisi
anggaran pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA
________. 2005.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
________.2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah.
Abdul Halim.2007.Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah Edisi
3.Jakarta:Salemba Empat
Abdul Halim.2014.Manajemen Keuangan Sektor Publik,Problematika
Penerimaan Dan Pengeluaran Pemerintah (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah).Jakarta:Salemba Empat
Adiwiyana, Priya. 2011. PengaruhPertumbuhanEkonomi, PendapatanAsliDaerah,
dan Dana AlokasiUmumTerhadapPengalokasianAnggaranBelanja Modal.
Skripsi.FakultasEkonomiUniversitasDiponogoro,Semarang.
Arwati dan Hadiati.2013.Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa
Barat.Semantik 2013, ISBN: 979-26-0266-6.
Bahtiar, Arif, Muchlis dan Iskandar. 2009. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta :
Akademia.
BAPPENAS. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Provinsi Dalam Era
OtonomiDaerah: tinjauan Alas Kinerja PAD dan Upaya Yang Dilakukan
Daerah.Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah.
Boediono, 2010, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana?, Kumpulan Esai Ekonomi,
Edisi Ketiga, Jakarta, KPG (Keputakaaan Populer Gramedia
Budi, Purnomo S.2009.Obligasi Daerah.Alfabeta:Bandung.
Darwanto dan Yustikasari, 2007, “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal”, Simposium Nasional Akuntansi, Juli, Makasar.
Harianto, David & Adi Priyo Hadi.2007.Hubungan antara Dana Alokasi Umum,
Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, dan Pendapatan Per
Kapita.Simposium Nasional Akuntansi X,Unhas Makasar 26-28 Juli 2007.
Ghozali, Imam.2012.Aplikasi Analisis Multivariate
SPSS.Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Dengan
Program
Indarti dan Sugiartiana.2012. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Di Kota Semarang Periode Tahun
2005-2009”.Fokus Ekonomi.Vol.7,No.2
Jaya dan Dwirandra. 2014. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Pada Belanja
Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Pemoderasi”. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.1 :79-92
Kusnandar dan Siswantoro. 2012. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan
Asli Daerah, Selisih Lebih Pembiayaan Anggaran, dan Luas Wilayah
Terhadap Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi XV.
Banjarmasin.
Lembaga Negara Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 33 tahun 2004,
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
Martini, dkk. 2014. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum
Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten
Buleleng Tahun 2006 – 2012”. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan
Ganesha. Vol.2.
Mawarni,dkk.2013.Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum
Terhadap Belanja Modal Serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah (Studi Pada Kabupaten Dan Kota Di Aceh).Jurnal
Akuntansi.Vol.2,No.2.
Mayasari,Luh Putu Rani,dkk.2014.Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten
Buleleng.e-journal.Vol.2,No.1.
Nurlan Darise.2006.Pengelolaan Keuangan Daerah.PT Indeks:Jakarta.
Oktora dan Pontoh.2013.Analisis Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Atas Belanja Modal Pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Toli-toli Sulawesi Tengah.Jurnal
Accountability Vol.2.No.1.
Paseki,Meilen Greri,dkk.2014.Pengaruh Dana Alokasi Umum Dan Belanja
Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Dampaknya Terhadap
Kemiskinan Di Kota Manado Tahun 2004-2012.Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi,Vol.14,No.3.
Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
Perdirjen Perbendaharaan No. PER-33/PB/2008 tentang pedoman penggunaan
akun pendapatan, belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal
sesuai dengan peraturan menteri keuangan nomor 91/PMK.05/2007.
Produk Domestik Regional Atas Dasar Harga Berlaku Propinsi Jawa Tengah :
www.bps.com
Putro, Suratno Nugroho. 2010. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah dan Dana alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal (Study Kasus pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah)”. Universitas Esa Unggul: Jakarta.
Republik Indonesia, Undang-Undang
Pemerintahan daerah.
Nomor
23
tahun
2015
Tentang
Siti Arifah, Chaidir Iswanaji dan Nuwun Priyono.2014.Analisis Faktor-faktor
yang Berpengaruh terhadap Realisasi Belanja Modal (Studi pada
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Periode Tahun 2007-2010).Fakultas
Ekonomi Universitas Ttiidar Magelang.Vol.40 No.2, 15 Februari 2014: 4649.
Setyowati, Lilis dan Suparwati, Yohana Kus. 2012:113. Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, DAU, DAK, PAD Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
dengan Pengalokasian Belanja Modal sebagai Variabel Intervening.
Prestasi, Vol. 9, No. 1.
Situngkir, Anggiat, 2009, “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PAD, DAU dan
DAK Terhadap Anggaran Belanja Modal: Studi di Kabupaten/Kota
Sumatra Utara”, Tesis S2, USU Medan.
Sugiyono.
2009.
Metode
CV.Alfabeta:Bandung.
Penelitian
Kuantitatif
dan
Kualitatif.
Sugiyono.2012.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: CV Alfabeta.
Wandira, Arbie Gugus. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah(PAD), Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus(DAK), dan Dana Bagi Hasil
(DBH) terhadap PengalokasianBelanja Modal. Universitas Negeri
Semarang, Indonesia.Accounting Analysis Journal 1 (3) (2013).
DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP
PENGALOKASIAN BELANJA MODAL
(Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)
NASKAH PUBLIKASI
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi pada Program Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh:
KARINA EKKY DAMAYANTI
B 200 110 253
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
n!*nMlassoj
d:
DdfuH,DN
cqdenrl(o!
di
hu r{gdr
6di he
P€nsii&t
(n6,iquEdhsslao.M'sD
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI
DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP
PENGALOKASIAN BELANJA MODAL
(Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)
Karina Ekky Damayanti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap
pengalokasian belanja modal pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
periode tahun 2011-2013.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
kabupaten/kota di Jawa Tengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling. Jumlah sampel yang terkumpul sebanyak 35 kabupaten/kota
dengan 105 data. Dengan adanya data outliers sebanyak 7 maka sampel menjadi
98 data. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis data
yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda dengan uji t, uji f, dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi diperoleh nilai
sebesar 0,675 yang berarti bahwa 67,5% pengalokasian belanja modal
dipengaruhi oleh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana
Alokasi Umum sisanya sebanyak 32,5% dipengaruhi oleh variable diluar model.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum berpengaruh terhadap belanja modal, sedangkan Pertumbuhan
Ekonomi tidak berpengaruh terhadap anggaran belanja modal.
Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah (PAD), dana
alokasi umum (DAU), belanja modal
A. PENDAHULUAN
Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia sejak tahun 2001
memasuki era baru yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi
daerah ini ditandai dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014, menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Serta Undang-Undang No.33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil,
proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi,
dan
kebutuhan
daerah,
serta
besaran
pendanaan
penyelenggaraan
dekonsentrasi dan tugas pendanaan. Otonomi daerah yang terjadi bukan
hanya penyerahan tugas dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi
juga disertai dengan pelimpahan wewenang untuk dapat mengelola
pemerintahannya sendiri.
Diberlakukannya
otonomi
daerah
memberikan
kesempatan
pemerintah daerah untuk lebih mengembangkan potensi daerah. Untuk
mengembangkan potensi daerah tersebut maka pemerintah daerah perlu
meningkatkan anggaran belanja modal, sumber-sumber dana yang digunakan
untuk membiayai belanja modal tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana
Bagi Hasil (DBH) (Wandira 2013).
Dalam era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya
peningkatan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik, dengan
adanya peningkatan dalam layanan di sektor publik dapat meningkatkan daya
tarik bagi investor untuk untuk menanamkan investasinya di daerah. Oleh
karana itu, pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang
dilakukan Pemda dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik
yang dapat dilakukan dengan peningkatan investasi modal dalam bentuk aset
tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya
(Maharani, 2010 dalam Kusnandar dan Siswantoro, 2012). Dengan
meningkatnya pengeluaran modal diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
publik karena hasil dari pengeluaran belanja modal adalah meningkatnya aset
tetap daerah yang merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan publik
oleh Pemerintah daerah (Kusnandar dan Siswantoro, 2012).
Berdasarkan
Undang-Undang
No.
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan Daerah, salah satu sumber pendapatan daerah adalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lainlain PAD yang sah. Peningkatan PAD diharapkan meningkatkan investasi
belanja modal pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin
baik tetapi yang terjadi adalah peningkatan pendapatan asli daerah tidak
diikuti dengan kenaikan anggaran belanja setiap daerah mempunyai
kemampuan keuangan yang tidak sama dalam mendanai kegiatankegiatannya, hal ini menimbulkan ketimpangan fiskal antara satu daerah
dengan daerah lainnya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi ketimpangan fiskal ini pemerintah
mengalokasikan dana yang bersumber dari APBN untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Salah satu dana perimbangan dari
pemerintah ini adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yang pengalokasiannya
menekankan aspek pemerataan dan keadilan
yang selaras
dengan
penyelenggaraan urusan pemerintahan (Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah). Dengan adanya transfer dana dari pusat ini
diharapkan pemerintah daerah bisa lebih mengalokasikan PAD yang
didapatnya untuk membiayai belanja modal di daerahnya.
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Mayasari,
dkk (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
terletak pada populasi penelitiannya. Populasi penelitian yang dilakukan oleh
Mayasari, dkk (2014) adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng,
sedangkan populasi penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita
diproksidengan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita (Boediono,
1985) dalam (Siti Arifah, dkk, 2014). Perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat
(Darwanto dan Yustikasari, 2007).
2. Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Pendapatan Asli
Daerah adalah peneriman yang diperoleh daerah dari sumber – sumber di
dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pendapatan
Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah.
3. Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Budi
Purnomo, 2009: 37).
4. Belanja Modal
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal adalah belanja
langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi (aset
tetap). Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah,
gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud.
C. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pertumbuhan Ekonomi adalah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian daerah dari suatu tahun
ke tahun berikutnya diproksikan dengan PDRB, semakin tinggi PDRB suatu
daerah
berarti
pertumbuhan
ekonomi
semakin
meningkat
yang
mengakibatkan pengalokasian belanja modal yang semakin dinamis.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong pemerintah daerah untuk
melakukan pembangunan daerah yang direalisasikan dalam bentuk pengadaan
fasilitas, infrastruktur dan sarana prasarana yang ditujukan untuk kepentingan
publik (Jaya dan Dwirandra, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari,
dkk (2014) menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh pertumbuhan
ekonomi terhadap Belanja Modal. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1=Pertumbuhan
Ekonomi
berpengaruh
terhadap
pengalokasian
Belanja Modal.
APBD
disusun
sesuai
dengan
kebutuhan
penyelenggaraan
pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Artinya, disetiap
penyusunan APBD, jika pemerintah daerah akan mengalokasikan belanja
modal maka harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan
mempertimbangkan PAD yang diterima. Besar kecilnya belanja modal akan
ditentukan dari besar kecilnya PAD. Sehingga jika pemerintah daerah ingin
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat dengan jalan
meningkatkan belanja modal, maka pemerintah daerah harus berusaha keras
untuk menggali PAD yang sebesar-besarnya (PP No 58 tahun 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari, dkk (2014) menunjukkan
hasil bahwa terdapat pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja
Modal. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H2=Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap pengalokasian
Belanja Modal.
Pelaksanaan desentralisasi, dimana pemerintah pusat menyerahkan
kewenangannya kepada pemerintah daerah, menimbulkan konsekuensi
pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dengan
memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Dana perimbangan ini
bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah itu sendiri. Pendanaan ini
untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan yang menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat yang ada di daerah (UU No.33/2004). Penelitian
yang dilakukan oleh Mayasari, dkk (2014) menunjukkan hasil bahwa terdapat
pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3=Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja
Modal.
D. METODE PENELITIAN
1. Populasi, Sampel, dan Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten/kota di Jawa
Tengah. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Kabupaten/kota di
Jawa Tengah. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling yaitu sampel yang diambil adalah sampel yang
memiliki kriteria-kriteria tertentu. Pengambilan sampel sebagai berikut :
(1) Kabupaten/Kota yang menyampaikan laporan Realisasi APBD
Tahunan kepada Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah
tahun 2011-2013, (2) Kabupaten/Kota yang mencantumkan data
mengenai PAD, DAU, dan Belanja Modal pada laporan realisasi APBD
yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Definisi dan Operasional Variabel
a. Variabel Dependen
Belanja Modal
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal adalah
belanja langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan
investasi (aset tetap). Belanja modal meliputi belanja modal untuk
perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak
berwujud. Indikator variabel belanja modal diukur dengan: (PP
No.71 Tahun 2010)
Belanja Modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin +
Belanja Gedung dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
+ Belanja Aset Tetap Lainnya
b. Variabel Independen
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per
kapita diproksidengan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
(Boediono, 1985) dalam (Siti Arifah, dkk, 2014). Pertumbuhan
Ekonomi diukur dengan rumus: (Bappenas, 2003)
Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Pendapatan Asli Daerah adalah peneriman yang diperoleh daerah
dari sumber – sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah diukur dengan
rumus: (UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah)
PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan + Lain – lain PAD yang
sah
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
(Budi Purnomo, 2009: 37). Dana Alokasi Umum untuk daerah
provinsi maupun daerah kabupaten/kota dapat diukur dengan rumus :
(Budi Purnomo, 2009: 37)
DAU = Celah Fiskal + Alokasi Dasar
Dimana,
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal
3. Teknik Pengujian Data
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalahregresi berganda (multiple regression), hal ini sesuai dengan
rumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian ini. Metode regresi
berganda menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa
variabel independen dalam suatu model prediktif tunggal. Uji regresi
berganda digunakan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi,
pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap belanja modal.
Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan persamaan
sebagai berikut :
Y = α + β1PDRB + β2PAD + β3DAU + e
dimana :
Y
= Belanja Modal ( BM )
α
= Konstanta
β
= Slope atau koefisien regresi atau intersep
PDRB
= Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PAD
= Pendapatan Asli Daerah (PAD)
DAU
= Dana Alokasi Umum (DAU)
e
= error
E. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan analisis untuk memberikan
gambaran atau deskriptif mengenai variabel-variabel yang diteliti dengan
melihat dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata atau mean,
dan standar deviasi. Pengujian diolah menggunakan program SPSS 20.
Hasil analisis deskriptif disajikan dalam table berikut ini :
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PDRB
98
6.38
13.64
10.3637
1.23412
PAD
98
60155.00
925919.00
136335.0204
115540.27511
DAU
98
262653.00
1197315.00
689223.6531
208122.47141
BELANJAMODAL
98
66386.00
591011.00
171348.8776
81274.59790
Valid N (listwise)
98
Berdasarkan hasil statistik deskriptif diketahui bahwa untuk
pertumbuhan ekonomi diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 10,3637,
nilai maksimum sebesar 13,64, nilai mimimum sebesar 6,38, dan nilai
standar deviasi sebesar 1,23412. Pendapatan Asli Daerah diperoleh nilai
rata-rata (mean) 136335,0204, nilai maksimum sebesar 925919,00, nilai
minimum sebesar 60155,00, dan nilai standar deviasi sebesar
115540,27511. Dana Alokasi Umum diperoleh nilai rata-rata (mean)
689223,6531, nilai maksimum sebesar 1197315,00, nilai minimum
sebesar 262653,00, dan nilai standar deviasi sebesar 208122,47141.
Belanja Modal diperoleh nilai rata-rata (mean) 171348,8776, nilai
maksimum sebesar 591011,00, nilai minimum sebesar 66386,00, dan
nilai standar deviasi sebesar 81274,59790.
2. Uji Asumsi Klasik
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier
berganda. Oleh karena itu, harus dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi:
a. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji Kolomogorov-Smirnov Z sebesar 0,819
dengan nilai probabilitas (p-value) sebasar 0,514. Kesimpulan dari
hasil perhitungan tersebut adalah nilai probabilitas 0,514 > 0,05;
sehingga menunjukkan bahwa distribusi data dalam penelitian ini
adalah normal.
b. Uji Multikolonieritas
Hasil uji multikolonieritas menunjukkan bahwa seluruh variabel
independen memiliki nilai Tolerance Value (TV) lebih besar dari 0,10
dan nilai VarianceInflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10 sehingga
dapat disimpulkan bahwa hubungan linier diantara variabel-variabel
bebas dalam model regresi tidak mengandung multikoliniearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini mendeteksi adanya heteroskedastisitas
yaitu dengan menggunakan uji glejser. Hasil perhitungan diketahui
bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel independen lebih
besar dari 0,05; sehingga menunjukkan bahwa model regresi dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-Watson Ketentuan
2,033
1,5 - 2,5
Kesimpulan
tidak ada autokorelasi
Dari tabel di atas dapat diketahui nilai Durbin-Watson sebesar
2,033, dimana hasil ini terletak pada 1,5 - 2,5 sehingga tidak terjadi
autokorelasi.
3. Pengujian Hipotesis
a. Regresi Berganda
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
18275.129
40083.599
PDRB
-3053.169
3970.522
PAD
.348
DAU
.199
Beta
.456
.649
-.046
-.769
.444
.044
.494
7.864
.000
.025
.510
7.843
.000
a. Dependent Variable: BELANJAMODAL
Dari tabel tersebut, maka dapat dibentuk suatu persamaan
regresi dengan model taksiran sebagai berikut :
Y = α + β1PDRB + β2PAD + β3DAU + e
dimana :
Y
= Belanja Modal ( BM )
α
= Konstanta
β
= Slope atau koefisien regresi atau intersep
PDRB
= Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PAD
= Pendapatan Asli Daerah (PAD)
DAU
= Dana Alokasi Umum (DAU)
e
= error
Berdasarkan
hasil
regresi
diinterprestasikan sebagai berikut :
tersebut
diatas
dapat
1. Konstanta sebesar 18275,129 menunjukan bahwa faktor
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum konstan maka Belanja Modalakan naik sebesar
18275,129.
2. Koefisien regresi Pertumbuhan Ekonomi bernilai negatif yaitu 3053,169
menunjukkan
bahwa
setiap
ada
kenaikan
Pertumbuhan Ekonomi sebesar 1% maka Belanja Modal akan
turun sebesar 3053,169. Sebaliknya setiap setiap ada penurunan
Pertumbuhan Ekonomi sebesar 1% maka Belanja Modal akan
naik sebesar 3053,169.
3. Koefisien regresi Pendapatan Asli Daerah bernilai positif yaitu
0.348 menunjukkan bahwa setiap ada kenaikan Pendapatan Asli
Daerah sebesar 1% maka Belanja Modal akan naik sebesar
0.348. Sebaliknya setiap ada penurunan Pendapatan Asli
Daerah sebesar 1% maka Belanja Modalakan turun sebesar
0.348.
4. Koefisien regresi Dana Alokasi Umum bernilai positif yaitu
0.199 menunjukkan bahwa setiap ada kenaikan Dana Alokasi
Umum
sebesar 1% maka Belanja Modal akan naik sebesar
0.199. Sebaliknya setiap ada penurunan Dana Alokasi Umum
sebesar 1% maka Belanja Modalakan turun sebesar 0.199.
b. Hasil Uji Hipotesis
Dari hasil pengujian tersebut maka dapat diinterprestasikan
sebagai berikut ini:
1. Nilai Signifikansi Variabel Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa Pertumbuhan
Ekonomi memiliki nilai signifikasi lebih besar dibandingkan
level of significant yaitu sebesar 0,444> 0,05 dan nilai thitung
sebesar -0,769lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar
1,985.Hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel
Pertumbuhan Ekonomitidak terdapat pengaruh terhadap Belanja
Modal dan mempunyai hubungan negatif terhadap Belanja
Modal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis
Pertama (H1) ditolak.
2. Nilai Signifikansi Variabel Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa Pendapatan
Asli Daerah memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan
level of significant yaitu sebesar 0,000 > 0,05 dan nilai thitung
sebesar 7,864 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar
1,985. Hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel
Pendapatan Asli Daerah terdapat pengaruh terhadap Belanja
Modal dan mempunyai hubungan positif terhadap Belanja
Modal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis
Kedua (H2) diterima.
3. Nilai Signifikansi Variabel Dana Alokasi Umum
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa Dana Alokasi
Umum memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan level
of significant yaitu sebesar 0,000 > 0,05 dan nilai thitung sebesar
7,843 lebihbesar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,985.
Hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel Dana
Alokasi Umum terdapat pengaruh terhadap Belanja Modal dan
mempunyai hubungan positif terhadap Belanja Modal. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Ketiga (H3)
diterima.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi
(PDRB) memiliki nilai signifikasi lebih besar dibandingkan level of
significant yaitu sebesar 0,444> 0,05 dan nilai thitung sebesar -0,769
lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,985. Maka H1
ditolak, hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel
Pertumbuhan Ekonomi tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan
terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten /
Kota di Jawa Tengah tahun 2011-2013. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arwati dan Hadiati (2013),
Jaya dan Dwirandra (2014), dan Putro (2010) menunjukkan hasil
bahwa Pertumbuhan Ekonomi secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal.
b. Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli
Daerah (PAD) memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan
level of significant yaitu sebesar 0,000< 0,05 dan nilai thitung sebesar
7.864 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,985.
Maka H2 diterima,hal ini berarti menunjukkan secara individu
variabel Pendapatan Asli Daerah(PAD) terdapat pengaruh positif dan
signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota di Jawa Tengah tahun 2011-2013. Hasil tersebut
sejalan dengan hasil penelitian Arwati dan Hadiati (2013), Mawarni
(2013), dan Mayasari, dkk (2014)yang menyatakan PAD memiliki
pengaruh signifikan terhadap pengaokasian anggaran belanja modal.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU)
memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan level of
significant yaitu sebesar 0,000< 0,05 dan nilai thitung sebesar 7.843
lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,985. Maka H3
diterima, hal ini berarti menunjukkan secara individu variabel Dana
Alokasi Umum (DAU) terdapat pengaruh positif dan signifikan
terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten /
Kota di Jawa Tengah tahun 2011-2013. Hal tersebut sejalan dengan
hasil penelitian Mayasari. Dkk (2014), Mawarni (2013), dan Martini,
dkk (2014)
yang menyatakan bahwa DAU memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap belanja modal.
2. Keterbatasan Penelitian
a. Variabel yang digunakan hanya mencakup Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan
Belanja Modal. Hasil yang diperoleh mungkin akan berbeda jika
peneliti menambahkan variabel-variabel lain yang terkait dengan
penelitian tersebut.
b. Objek yang diteliti hanyan mencakup kabupaten dan kota yang
berada di satu provinsi saja yaitu provinsi Jawa Tengah.
c. Periode penelitian yang relatif pendek yaitu tahun 2011-2013.
Sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan tidak konsisten dengan
penelitian sebelumnya.
3. Saran
a. Memperluas objek penelitian yaitu dengan menambahkan variabelvariabel lain selain variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini agar hasilnya dapat terdefinisi dengan lebih sempurna.
b. Memperbanyak objek penelitian yaitu dengan cara menambah
sampel penelitian dari kabupaten atau kota yang berada di provinsi
lain mengingat ada 33 provinsi di Indonesia.
c. Menambah tahun sampel pengamatan dengan cara memilih sampel
yang sekiranya bisa representatif dalam menjelaskan kondisi
anggaran pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA
________. 2005.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
________.2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah.
Abdul Halim.2007.Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah Edisi
3.Jakarta:Salemba Empat
Abdul Halim.2014.Manajemen Keuangan Sektor Publik,Problematika
Penerimaan Dan Pengeluaran Pemerintah (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah).Jakarta:Salemba Empat
Adiwiyana, Priya. 2011. PengaruhPertumbuhanEkonomi, PendapatanAsliDaerah,
dan Dana AlokasiUmumTerhadapPengalokasianAnggaranBelanja Modal.
Skripsi.FakultasEkonomiUniversitasDiponogoro,Semarang.
Arwati dan Hadiati.2013.Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa
Barat.Semantik 2013, ISBN: 979-26-0266-6.
Bahtiar, Arif, Muchlis dan Iskandar. 2009. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta :
Akademia.
BAPPENAS. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Provinsi Dalam Era
OtonomiDaerah: tinjauan Alas Kinerja PAD dan Upaya Yang Dilakukan
Daerah.Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah.
Boediono, 2010, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana?, Kumpulan Esai Ekonomi,
Edisi Ketiga, Jakarta, KPG (Keputakaaan Populer Gramedia
Budi, Purnomo S.2009.Obligasi Daerah.Alfabeta:Bandung.
Darwanto dan Yustikasari, 2007, “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal”, Simposium Nasional Akuntansi, Juli, Makasar.
Harianto, David & Adi Priyo Hadi.2007.Hubungan antara Dana Alokasi Umum,
Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, dan Pendapatan Per
Kapita.Simposium Nasional Akuntansi X,Unhas Makasar 26-28 Juli 2007.
Ghozali, Imam.2012.Aplikasi Analisis Multivariate
SPSS.Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Dengan
Program
Indarti dan Sugiartiana.2012. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Di Kota Semarang Periode Tahun
2005-2009”.Fokus Ekonomi.Vol.7,No.2
Jaya dan Dwirandra. 2014. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Pada Belanja
Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Pemoderasi”. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.1 :79-92
Kusnandar dan Siswantoro. 2012. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan
Asli Daerah, Selisih Lebih Pembiayaan Anggaran, dan Luas Wilayah
Terhadap Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi XV.
Banjarmasin.
Lembaga Negara Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 33 tahun 2004,
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
Martini, dkk. 2014. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum
Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten
Buleleng Tahun 2006 – 2012”. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan
Ganesha. Vol.2.
Mawarni,dkk.2013.Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum
Terhadap Belanja Modal Serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah (Studi Pada Kabupaten Dan Kota Di Aceh).Jurnal
Akuntansi.Vol.2,No.2.
Mayasari,Luh Putu Rani,dkk.2014.Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten
Buleleng.e-journal.Vol.2,No.1.
Nurlan Darise.2006.Pengelolaan Keuangan Daerah.PT Indeks:Jakarta.
Oktora dan Pontoh.2013.Analisis Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Atas Belanja Modal Pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Toli-toli Sulawesi Tengah.Jurnal
Accountability Vol.2.No.1.
Paseki,Meilen Greri,dkk.2014.Pengaruh Dana Alokasi Umum Dan Belanja
Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Dampaknya Terhadap
Kemiskinan Di Kota Manado Tahun 2004-2012.Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi,Vol.14,No.3.
Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
Perdirjen Perbendaharaan No. PER-33/PB/2008 tentang pedoman penggunaan
akun pendapatan, belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal
sesuai dengan peraturan menteri keuangan nomor 91/PMK.05/2007.
Produk Domestik Regional Atas Dasar Harga Berlaku Propinsi Jawa Tengah :
www.bps.com
Putro, Suratno Nugroho. 2010. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah dan Dana alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal (Study Kasus pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah)”. Universitas Esa Unggul: Jakarta.
Republik Indonesia, Undang-Undang
Pemerintahan daerah.
Nomor
23
tahun
2015
Tentang
Siti Arifah, Chaidir Iswanaji dan Nuwun Priyono.2014.Analisis Faktor-faktor
yang Berpengaruh terhadap Realisasi Belanja Modal (Studi pada
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Periode Tahun 2007-2010).Fakultas
Ekonomi Universitas Ttiidar Magelang.Vol.40 No.2, 15 Februari 2014: 4649.
Setyowati, Lilis dan Suparwati, Yohana Kus. 2012:113. Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, DAU, DAK, PAD Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
dengan Pengalokasian Belanja Modal sebagai Variabel Intervening.
Prestasi, Vol. 9, No. 1.
Situngkir, Anggiat, 2009, “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PAD, DAU dan
DAK Terhadap Anggaran Belanja Modal: Studi di Kabupaten/Kota
Sumatra Utara”, Tesis S2, USU Medan.
Sugiyono.
2009.
Metode
CV.Alfabeta:Bandung.
Penelitian
Kuantitatif
dan
Kualitatif.
Sugiyono.2012.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: CV Alfabeta.
Wandira, Arbie Gugus. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah(PAD), Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus(DAK), dan Dana Bagi Hasil
(DBH) terhadap PengalokasianBelanja Modal. Universitas Negeri
Semarang, Indonesia.Accounting Analysis Journal 1 (3) (2013).