MODEL PEMBPROSES Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Proses Pembelajaran AlQur'an di Pondok Modern Badii'usy Syamsi Pucanganom Madiun Tahun Pelajaran Z0l2/2013.
MODEL PEMB
PROSES
(Di Pondok ModernDiajukan untuk Mempero Pro
IT
UNIVERSI
BELAJARAN TUTOR SEBAYA DAL
ES PEMBELAJARAN AL–QUR’AN
rn Badii‘usy Syamsi Pucanganom Kebonsari M Tahun Pelajaran 2012/2013)
NASKAH PUBLIKASI
uk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat gun roleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
rogram Studi Agama Islam (Tarbiyah)
Disusun Oleh:
ITA FADHILATUL MASFUFAH G 000 090 011
FAKULTAS AGAMA ISLAM
SITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
LAM
Madiun
una
(2)
vii
ABSTRAK
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam dan petunjuk bagi setiap manusia,
karena di dalamnya terdapat perintah dan larangan yang harus dipatuhi. Membaca,
mengajarkan, dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an merupakan kewajiban bagi
setiap muslim sehingga diharapkan mampu membentuk generasi-generasi muslim
yang berkepribadian Qur’ani. Dalam pembelajaran al-Qur’an dibutuhkan suatu
model, strategi, dan metode yang baik. Pondok Modern Badii’usy Syamsi dalam
pembelajaran al-Qur’an memiliki ciri khas sendiri dari pondok-pondok lainnya, yaitu
dengan pembelajaran tutor sebaya. Maka dengan itu penulis tertarik untuk meneliti
lebih lanjut tentang model pembelajaran tutor sebaya dalam proses pembelajaran
al-Qur’an di Pondok Modern Badii’usy Syamsi Pucanganom Madiun. Permasalahan
yang diteliti dan dikaji yaitu: 1) Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran
tutor sebaya dalam proses pembelajaran al-Qur’an di Pondok Modern Badii’usy
Syamsi? 2) Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
model pembelajaran tutor sebaya dalam proses pembelajaran al-Qur’an di Pondok
Modern Badii’usy Syamsi Madiun?
Jenis penelitian ini adalah peneletian lapangan. Adapun studi penelitiannya
adalah deskriptif kualitatif. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, peneliti
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis
datanya, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif.
Dari analisis data yang ada, diketahui bahwa model pembelajaran tutor sebaya
dalam pembelajaran al-Qur’an di Pondok Modern Badii’usy Syamsi dilaksanakan
sehari tiga kali yaitu setelah shalat subuh, setelah shalat ashar, dan setelah shalat
maghrib dengan menggunakan sistem yaitu halaqah dan hafalan dengan cara
pengkelompokan sesuai dengan kemampuan dan tingkatan. Sedangkan kelebihan dari
model pembelajaran seperti ini adalah penggunaan bahasa yang bebas. Sedangkan
kekurangan dari model ini adalah ketidak disiplinan santri dalam pembelajaran
al-Qur’an. Adapun faktor pendukung dalam pembelajaran tutor sebaya adalah niat yang
ikhlas dalam belajar al-Qur’an serta adanya sarana dan prasana yang meliputi
penggunakan al-Qur’an berukuran besar, buku Iqro’ dan tempat pembelajaran yang
nyaman. Adapun faktor penghambatnya adalah kurangnya motivasi dalam diri santri
dan perbedaan tingkat daya tangkap/ IQ (
Intelligence Quotient
) sehingga proses
pembelajaran memakan waktu lama.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada para guru-guru
Pondok Modern Badii’usy Syamsi agar tetap menjaga hal-hal baik yang sudah
dilaksanakan di Pondok Modern Badii’usy Syamsi. Bagi guru-guru pengajar
al-Qur’an agar supaya lebih memperhatikan proses belajar mengajar al-al-Qur’an secara
khusus dan seksama. Dengan penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat untuk
terus menjaga dan melestarikan al-Qur’an dengan mudah dan benar.
(3)
I
I
UNTVERSITAS MUIIAMMADTYAII ST'RAKARTA
FAKT]LTAS AGAMA ISLAM
Jl.A.Yani Tromol Pos I-Pabelan Kartasura, Telp. (0271)717417,Fax(027l)71548 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi llmiah
Yang bertanda tangan dibawah ini pebimbing skripsi/tugas akhir
Nama : 1. Drs. Zaenal Abidin M. Pd 2. Drs. Abdullah Mahmud M.Ag
Telah mernbaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama NIM
Program Studi Judul Skripsi
: Ita Fadhilaul Masfufah : G 0 0 0 0 9 0 0 1 1
: Fendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
:Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Proses Pernbelajaran AI-Qur'an di Pondok Modern Badii'usy Syamsi Madiun Tahun Pelajaran 2017/2013
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetuji untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta l8 November 2013
Pembimbing I
le4bimbing
(4)
Surat Pernyataan Publikasi Karya llmiah
B i smi llahinahmanirrohim
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
Nim
hogam Studi Jenis
Judul
Ita Fadhilatul Masfufah G 000 090 01 I
Fakultas Agama Islam (Tarbiyah) Skripsi
:Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Proses Pembelajaran Al-Qur'an (di Portdok Modem Badii'usy Syamsi Fucanganom Madiun Tahun Pelaj aran 20 12 / 20 | 3)
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk
1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan ums atas penulisan karya ilmiah say4 derni pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database) , mendistribusikannyao serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hokum yang timbul atas pelanggaran hak cipa dalam karya ilmiah.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat di gunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, l8 November 2413
"u"E*Watakan
',b2
ruKafu^*l
Mastufah
(5)
PENDAHULUAN
Kita tahu bahwa dalam
kenyataannya, anak yang belajar dari anak-anak lain yang memiliki status dan umur yang sama kematangan atau harga diri yang tidak jauh berbeda, maka dia tidak akan merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap-sikap dari guru’nya tersebut. Sebab ‘guru-guru’nya yaitu teman sebayanya sendiri, tidaklah begitu lebih bijaksana dan berpengalaman dari padanya.
Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami bahan pelajaran yang
dipelajarinya (Suherman, 2003: 25). Pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan dia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan.
Dari pengamatan di atas, bahwa
Pondok Modern Badii’usy Syamsi
merupakan sebuah lembaga pendidikan yang mengutamakan pendidikan al-Qur’an dan memiliki ciri khas tersendiri dalam
pembelajaran al-Qur’an. Dalam
pencapaian di atas dikarenakan Pondok
Modern Badii’usy Syamsi dapat
mengembangkan model pembelajaran tutor sebaya. Pondok Modern Badii’usy Syamsi dalam pelaksanaan pendidikannya telah memperhatikan benar-benar pendidikan al-Qur’an.
Berdasarkan dengan latar belakang yang disebutkan serta pemaparan di atas, maka penilti membatasi masalah tersebut yaitu:
1. Bagaimana proses pelaksanaan model
pembelajaran tutor sebaya dalam
pembelajaran al-Qur’an di Pondok Modren Badii’usy Syamsi Madiun? 2. Apa yang menjadi faktor pendukung
dan penghambat dalam pelaksanaan model pembelajaran tutor sebaya dalam proses pembelajaran al-Qur’an di Pondok Modern Badii’usy Syamsi Madi
Landasan Teori
A. Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1. Pengertian Model Pembelajaran
Tutor Sebaya
Model dapat diartikan
sebagai sebuah konstruksi yang bersifat teoritis dari konsep (Dakir,
(6)
2004: 95). Sedangkan Menurut
Oemar Hamalik (2001: 57)
pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi manusiawi material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Jadi model pembelajaran adalah suatu konsep atau kerangka konstruksi yang dirancang secara baik berdasar pada teori-teori yang berkaitan langsung dengan proses
yang digunakan dalam
pembelajaran untuk mencapai
tujuan tertentu.
Secara etimologis tutor adalah guru pribadi, mengajar ekstra atau memberi les/pengajaran.
Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan
lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan
pendidikan (Undang-undang RI: 2006: 57). Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar
yang cara mengajarnya telah
disiapkan secara khusus dan
terperinci. Untuk menghidupkan
suasana kompetitif, setiap
kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
kelompok dalam mempelajari
materi ajar yang disajikan (Saleh Muntasir, 1985: 30).
Sehubungan dengan itu ada beberapa pendapat mengenai tutor sebaya, diantaranya adalah:
Menurut Suherman (2003: 276) Tutor sebaya adalah siswa yang pandai memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan oleh teman-teman diluar sekolah. Mengingat bahwa siswa merupakan elemen pokok dalam pengajaran, yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sumber pertimbangan di
dalam pemilihan sumber
pengajaran.
Menurut Dedi Supriyadi yang dikutip oleh Antonius (2007: 18), bahwa Tutor sebaya adalah seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai kriteria menjadi tutor
(7)
sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan definisi tentang pembelajaran tutor
sebaya di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa istilah model pembelajaran tutor sebaya adalah suatu konsep pembelajaran yang terstruktur yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan dia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan
2. Prosedur dalam penyelenggaraan
tutor sebaya
Penerapan metode tutor
sebaya pada kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien apabila seorang
guru memperhatikan serta
melaksanakan beberapa langkah penyelenggarakan tutor sebaya, adapun langkah-langkah tersebut adalah:
a. Menentukan yang akan
dijadikan sebagai tutor
Dalam menentukan
siapa yang dijadikan tutor
diperlukan
pertimbangan-pertimbangan sendiri. Seorang menurut Moh Surya dan Moh
Amin (1982: 51) dalam
memilih tutor sebaya
hendaknya memiliki kriteria, antaranya:
1) Memiliki kemampuan
akademis di atas rata-rata siswa satu kelas.
2) Memiliki motivasi tinggi
untuk meraih prestasi
akademis yang baik. 3) Memiliki sikap toleransi,
tanggung jawab, tenggang rasa dan ramah terhadap sesama.
b. Menyiapkan tutor
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010: 32) beberapa cara dalam menyiapkan seorang
tutor agar tutor dapat
mengerjakan secara optimal, diantaranya:
1) Guru memberikan petunjuk
pada tutor bagaimana
mendekati temannya dalam hal memahami materi.
(8)
2) Guru menyampaikan pesan pada tutor-tutor agar tidak selalu mebimbing teman yang sama.
3) Guru membantu agar semua
siswa dapat menjadi tutor sehingga mereka merasa
dapat membantu teman
belajar.
4) Tutor sebaiknya bekerja dalam kelompok kecil.
c. Membagi kelompok
Dalam model
pembelajaran tutor sebaya
seorang guru bertindak sebagai
pengawas dan pengatur
berjalanya program ini.
Sebelum memulai menerapkan metode tutor sebaya sorang guru harus membagi peserta
menjai berapa
kelompok-kelompok. Kelompok kecil
sebaiknya dengan anggota
kelompok 4-5 orang, dengan dasar pemikiran bahwa makin banyak anggota kelompoknya, keefektifan belajar tiap anggota berkurang. Sebaliknya jika terlalu sedikit 2 atau 3 orang kurang dapat membentuk iklim kelompok yang kurang baik.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa dalam prosedur
pelaksanaan tutor sebaya
meliputi tiga tahapan yaitu: Pertama Menentukan yang akan dijadikan sebagai tutor. Kedua
menyiapkan tutor. Ketiga
membagi kelompok.
3. Kelebihan dan kekurangan tutor
sebaya
Menurut Syaiful Bahri
Djamarah (2010: 35) kelebihan dari kegiatan model tutor sebaya adalah: a. Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara murid yang dibantu dengan
siswa sebagai tutor yang
membantu.
b. Bagi tutor sendiri, metode ini merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat motivasi untuk belajar.
c. Tutor teman dapat sabar
terhadap siswa yang lamban dalam belajar.
Namun disamping
kelebihan tersebut, terdapat
kekurangan dalam melaksanakan kegiatan tutor sebaya, antara lain:
a. Pembelajaran memerlukaan
alokasi waktu yang relatif lama,
sehingga diperlukan
pengorganisasian waktu yang tepat.
(9)
b. Kelas berpotensi riuh dan tidak terkendali.
c. Siswa yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi belum tentu mempunyai hubungan yang
baik dengan siswa yang
dibantu.
Jadi kesimpulan dari
pendapat di atas tentang kelebihan dan kekurangan model tutor sebaya
adalah dalam penerapan
pembelajaran tutor sebaya para
siswa diajak untuk mandiri,
dewasa, bertanggung jawab dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya, dalam pembelajaran tutor sebaya siswa yang dianggap pintar bisa mengajari temannya yang
kurang pandai dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Adapun kekurangannya tidak
semua tutor dapat menjawab
pertanyaan dari teman dan
memiliki interaksi yang baik terhadap temannya.
B. Pembelajaran Al-Qur’an
1. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mencapai
suatu kemampuan atau nilai baru
(Saiful Sagala, 2005: 61).
Sedangkan menurut Sudjana (2011:
8) pembelajaran adalah upanya yang sistematik dan disengaja oleh
pendidik untuk menciptakan
kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Penulis dapat
menyimpulkan dari berbagai
definisi diatas bahwa pembelajaran adalah proses pemberian ilmu
pengetahuan, kecakapan dan
pembinaan dari guru kepada
peserta didik agar bertambah pengetahuannya serta terampil dalam mengerjakan sesuatu atau dalam mengamalkannya.
2. Al-Qur’an
Secara bahasa al-Qur’an berasal dari bahasa Arab, yaitu “qara’a-yaqra’u-quraanan” yang berarti bacaaan. Secara istilah al-Qur`an adalah: "Kalam Allah yang
merupakan mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang diturunkan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah”
Al-Qur`an adalah
kalamullah, firman Allah SWT, ia bukanlah kata-kata manusia, bukan pula kata-kata jin, setan, atau malaikat. Al-Qur`an bukan berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk
(10)
kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia.
Sebagaimana ditegaskan
dalam firman-Nya:
…
ç
µ
¯
Ρ
Î
)
u
ρ
Ö
ø
.
Ï
%
s
!
y
7
©
9
y
7
Ï
Β
ö
θ
s
)
Ï
9
u
ρ
(
t
∃
ô
θ
y
™
u
ρ
t
βθ
è
=
t
↔
ó
¡
è
?
∩⊆⊆∪
Artinya: Dan Sesungguhnya al-Qur’an itu benar-benar
adalah suatu kemuliaan
besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab. (QS. Az- Zukhruf: 44).
Dari uraian tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran al-Qur’an adalah segala upaya proses yang dilakukan guru kepada pesrta didik agar mampu mengucapkan huruf atau lafadz suatu ayat di dalamnya dengan baik dan benar sesuai dengan makhraj dan tajwidnya. Bertujuan untuk mengetahui atau
memahami isi dan untuk
memperoleh pesan dari ayat dan surat yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW.
3. Fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab
suci yang berfungsi sebagi
pendoman, petunjuk dan
merupakan rahmat bagi manusia,
yang mengatur segala aspek
kehidupannya, yang berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, maupun dengan alam (Ali Hasan, 2000: 70).
Al-Qur’an adalah wahyu yang berfungsi sebagi mukjizat bagi Rasulullah SAW, sebagi pendoman hidup bagi seorang
muslim dan sebagai
penyempurnaan terhadap kitab-kitab Alloh SWT sebelumnya dan berniali abadi.
Dalil dari al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat at-Tahrim ayat 6:
$
p
κ
š
‰
r
'
¯
≈
t
ƒ
t
Ï
%
©
!
$
#
(
#
θ
ã
Ζ
t
Β
#
u
(
#
þ
θ
è
%
ö
/
ä
3
|
¡
à
Ρ
r
&
ö
/
ä
3‹
Î
=
÷
δ
r
&
u
ρ
#
Y
‘$
t
Ρ
$
y
δ
ß
Š
θ
è
%
u
ρ
â
¨$
¨
Ζ9
$
#
ä
ο
u
‘$
y
f
Ï
t
ø
:
$
#
u
ρ
$
p
κ
ö
n
=
t
æ
î
π
s
3
Í
×
¯
≈
n
=
t
Β
Ô
(11)
×
Š#
y
‰
Ï
©
ā
ω
t
βθ
Ý
Á
÷
è
t
ƒ
©
!
$
#
!
$
t
Β
ö
Ν
è
δ
t
t
Β
r
&
t
βθ
è
=
y
è
ø
t
ƒ
u
ρ
$
t
Β
t
βρ
â
÷
s
∆
÷
σ
ã
ƒ
∩∉∪
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang
diperintahkan (Departemen Agama RI, 1418: 820)
Pembelajaran al-Qur’an
merupakan realisasi dari usaha
untuk menjauhkan diri dan
keluarga dari siksa api neraka.
Dalil Dari As-Sunnah,
Diantaranya:
Rosulullah SAW, bersabda: Yang artinya: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkanya”. (HR. Bukhori dan Muslim, dalam Imam Nawawi, 2009: 309)
4. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab
suci yang berfungsi sebagai
pendoman atau petunjuk dan
merupakan rahmat bagi manusia,
yang mengatur segala aspek
kehidupannya, yang berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesame manusia maupun alam. Diantar Tujuan pokok al-Qur’an yaitu: Petunjuk aqidah, Petunjuk akhlak, dan Petunjuk syari’at.
5. Komponen-komponen yang
Mempengaruhi Pembelajaran Dalam proses belajar atau dalam melaksanakan pendidikan perlu diperhatikan adanya beberapa
faktor yang dapat
mempengaruhinya, dan
faktor-faktor teresbut ikut menentukan
berhasil dan tidaknya suatu
pembelajaran, antara lain:
Menurut Hasbullah dalam bukunya yang berjudul
“Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”,
problematika yang timbul dalam pembelajaran dapat dilihat dari beberapa faktor:
a. Faktor tujuan b. faktor pendidik c. Faktor peserta didik d. Faktor media dan fasilitas e. Faktor lingkungan
(12)
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan disebuah lembaga pendidikan sudah pasti tidak terlepas dari berbagai cara atau metode agar setiap materi yang disampaikan oleh seorang guru dapat dengan mudah diterima oleh anak.
Beberapa Metode
pembelajaran al-Qur’an dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an sampai saat ini masih dikenal adanya beberapa metode membaca al-Qur’an sebagai berikut: Metode Iqro’, metode Qira’ati dan metode tartil.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research), di sebut penelitian lapangan karena data yang akan digali berasal dari kancah/lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Guna mendapatkan data, peneliti
mengunakan beberapa teknik
pengumpulan data seperti observasi, interview, dan dokumen.
a. Metode Observasi
Observasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan (termasuk menggunakan indera yang lain) apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktifitas kehidupan sehari-hari baik sebelum menjelang, ketika dan sesudah (Hamidi, 2005: 74). Dalam penelitian ini peneliti mengunakan observasi partisipan yaitu peneliti mengamati apa
yang dikerjakan sumber data,
mendengarkan apa yang mereka
ucapkan, dan berpartisipasi dalam kegiatan mereka, peneliti juga terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian.
Adapun observasi partisipan ini
bersifat partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2008: 227). Metode ini dipakai untuk mengumpulkan data yang mudah dipahami dan diamati secara langsung yaitu proses pembelajaran al-Qur’an, keadaan gedung dan fasilitas-fasilitas yang ada di Pondok Modern Badii’usy Syamsi.
b. Metode Interview
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab,
(13)
makna dalam suatu topic tertentu (Lexy J Moleong, 2006: 186). Dalam
teknik wawancara ini, peneliti
mengunakan teknik wawancara
terstruktur (structure interview), yaitu peneliti dalam melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebuh dahulu agar peneliti dapat menekankan pada hasil informasi yang telah direncanakan dalam wawancara (Sukardi, 2003: 80). Maksud penggunaan metode ini adalah untuk mencari data yang berhubungan dengan kurikulum, model, metode, dan tehnik yang digunakan dalam proses pembelajaran al-Qur’an, dalam hal ini dilakukan dengan pimpinan pondok, wakil pimpinan, guru ngaji, dan bagian adminitrasi.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang penyidik (Lexy J Moleong, 2006: 216). Metode ini digunakan untuk mengambil data yang berhubungan dengan gambaran umum pondok pesantren Badii‘usy Syamsi madiun yang meliputi letak geografis sejarah berdirinya, keadaan sarana dan prasarana, ustad/ustadzah, karyawan, santri, kurikulum, jadwal pelajaran, dan kegiatan harian.
Dalam menganalisis hasil
penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan/
verivikasi (Matthew B Milles dan Micheal Hibermes, 1992: 16).
HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Model Tutor Sebaya
Dalam Proses Pembelajaran Al-Qur’an.
Belajar al-Qur’an merupakan
pembelajaran yang tidak mudah
dilakukan oleh anak-anak zaman
sekarang dikarenakan berbenturan
langsung dengan perkembangan zaman
yang serba teknologi. Dengan
demikian Pondok Modern Badii’usy Syamsi turut andil dalam upaya merancang dan membuat sebuah sistem pembelajaran al-Qur’an untuk anak-anak dengan sistem pembelajaran yang mudah dan efisien yaitu dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya. Sehingga anak untuk belajar tidak merasa takut dikarenakan
yang mengajar adalah temannya
sendiri. Berbeda dengan yang kita rasakan pada anak-anak atau orang
dewasa saat ini yang banyak
terjerumus dan terbawa arus
(14)
adanya kontrol diri baik dari orang tua, guru ataupun lingkungan.
Setelah melakukan wawancara, peneliti menemukan data bahwa model pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran al-Qur’an diadakan tiga kali dalam satu hari. Pada pagi hari yaitu setelah shalat subuh tepat, sore hari setelah shalat ashar, dam malam hari setelah shalat maghrib. Pada
pembelajaran ini semua santri
diwajibkan hadir tanpa alasan yang jelas.
Pembelajaran dengan model teman sebaya adalah pembelajaran
yang berasal dari teman/ rekan
sebayanya sendiri yang telah ditunjuk oleh bagian kurikulum dengan harus memiliki beberapa kreteria untuk menjadi guru yang akan mengajar
teman sebayanya. Seperti yang
dikatakan oleh ust. Mahfuddin:
“Bahwasannya santri yang akan menjadi guru untuk temanya harus memiliki sifat-sifat tertentu antara lain seorang guru al-Qur’an harus
menguasai materi yang akan
disampaikan kepada temanya,
harus menguasai ilmu tajwid dan
mampu menerapkan terhadap
temanya, dan mampu membaca al-Qur’an dengan fasih dan lancar
sesuai dengan kaidah-kaidah
tajwid, dan seorang guru harus memiliki rasa tangung jawab dan disiplin dalam segala hal. Berbagai
kriteria yang ada tersebut
insyaallah model pembelajaran teman sebaya berjalan dengan
lancar”.(Wawancara pada hari
sabtutgl 03/08/2013 jam 08.30) Lain halnya yang dikatakan oleh ust.Nasrul Arifin:
“Bahwasanya kreteria untuk
menjadi guru teman sebaya seorang anak yang dianggap lebih pandai dalam kemampuannya dan seorang
anak yang dipercaya dapat
memimpin dan mengajar
tentunya”.(Wawancara pada hari sabtu tgl 03/08/2013 jam 10.00 wib).
Sedangkan kriteria atau sifat yang harus dimiliki oleh seorang pengajar Al-Qur’an dalam model pembelajaran ini.
Dengan beberapa kriteria ini kemudian bagian kurikulum memanggil guru teman sebaya untuk diberi arahan dan pengertian
agar dalam pelaksanaan
pembelajaran al-Qur’an semua
guru memiliki tanggung jawab
masing-masing terhadap
keberhasilan teman-teman
(15)
Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
al-Qur’an di Pondok Modern
Badii’usy Syamsi menggunakan dua sistem yaitu halaqah dan hafalan.
B. Faktor Pendukung dan penghambat
dalam Pembelajaran Al-Qur’an
dengan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1. Faktor Pendukung
Dalam menjalankan proses
pembelajaran, tentunya
membutuhkan suatu penghubung sebagai pendukung dalam proses
belajar mengajar di Pondok
Modern Badii’usy Syamsi. Sebagai penghubung tersebut diupayakan agar tercapainya program-program pondok yang telah ditentukan. Agar pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran al-Qur’an lancar dan berjalan sesuai program dibutuhkan beberapa faktor pendukung. Seperti yang dikatakan ust Nur Hadi:
“Pembelajaran al-Qur’an
terhadap anak-anak tidak sama seperti pembelajaran orang dewasa, dalam segi ini pembelajaran di pondok
ini membutuh perhatian
khusus mulai dari interaksi
yang baik antara teman dan tutor, tempat, cuaca dan tentunya harus ada alat-alat yang mendukungnya seperti
Iqro’ dan al-Qur’an.
Pembelajaran terhadap anak membutuhkan tempat yang
nyaman ketika dalam
sedang pembelajaran.
Dipondok ini yang
menjadikan seorang santri nyaman dalam belajar
al-Qur’an karena system
pembelajarannya di tempat terbuka seperti di teras-teras kamar dan sekolah dan
didukung dengan cuaca
yang segar dan yang paling pokok niat dalam belajar”. (Hasil wawancara pada hari senin tgl 05/08/2013 jam 13.00)
Sama halnya dengan pendapat ust Nasrul Arifin:
‘’Untuk mempermudah
pembelajaran ini, tentunya
setiap anak harus
memegang al-Qur’an
sendiri-sendiri sehingga
tidak bergantian dalam
membaca al-Qur’an dan semua murid sama-sama bisa saling mendengarkan dan membenarkan apabila
(16)
terjadi suatu kesalahan
dalam membaca”.(
Wawancara pada hari sabtu tgl 03/08/2013 jam 10.00 wib)
Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran al-Quran didukung oleh beberapa faktor antara lain interaksi yang baik antara tutor dan temannya, adanya sarana seperti al-Qur’an dan Iqro’, tempat yang nyaman dan kondusif dan yang paling utama adalah niat dan hati yang Ikhlas.
2. Faktor penghambat
Kegiatan pembelajaran
al-Qur’an di Pondok Modern
Badii’usy Syamsi merupakan
rutinitas santri setiap hari. Kegiatan pembelajaran yang diajar oleh
temanya sendiri. Meskipun
demikian kegiatan ini sudah
berjalan semenjak awal berdirinya Pondok Modern Badii’usy Syamsi, ternyata tidak terlepas dari
kesulitan, baik disisi
penyelenggaraan atau yang lain. Kesulitan yang paling terlihat seperti hasil wawancara peneliti dengan para pengajar yang bertugas langsung terhadap kegiatan ini
adalah terletak pada santri
sendiri.Perbedaan IQ antara satu dengan yang lainnya menyebabkan
pembelajaran al-Qur’an
membutuhkan waktu lama. Seperti yang dikatakan ust Mahfudin:
“Dalam setiap kegiatan
tentunya tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan. Begitu juga dalam pembelajaran ini sering kami temui kesulitan kesulitan tersebut, diantara
yang paling menonjol
kesulitan dalam
pembelajaran ini yaitu IQ antara anak dengan anak yang lain sangat berbeda sehingga bagi IQ yang rendah membutuhkan waktu yang sangat panjang dalam proses belajar mengajar. Selain itu anak didik yang
bicaranya kurang fasih
salah satu kendala dalam
pembelajaran al-Qur’an
sehingga pengajar
membutuhkan waktu lama untuk
memahamkan”.(Wawancara
pada hari sabtu tgl
03/08/2013 jam 08.30).
Jika kedua sumber tadi berpendapat bahwa IQ santri yang
(17)
jadi kendala, lain halnya dengan
pendapat ust Wahib dalam
pandangannya berpendapat bahwa motivasi adalah salah satu kendala yang perlu diperhatikan juga.
Menurutnya motivasi santri
terhadap pentingnya belajar al-Qur’an belum tumbuh didalam pikirannya.Seperti dalam hasil wawancara dengan beliau.
‘’Bagi santri yang baru masuk di pondok adalah belum bisa baca al-Qur’an dengan lancar dan ketika menjadi santri pasti harus mengulang lagi ke Iqro’, sehingga mereka canggung
atau malu untuk
belajar.Karena tidak adanya
motivasi dalam dirinya
untuk belajar lebih
semangat. Bagi santri yang lama kendala motivasi juga
salah satunya, sering
ceroboh dan meremehkan
terhadap waktu-waktu
pembelajaran, sedangkan
tujuan orang tuanya untuk modok ini supaya menjadi anak yang pintar menmbaca
al-Qur’an dan mampu
mengajarkan ketika sudah pulang ke rumah
masing-masing kepada adiknya
maupun orang lain.’’(Hasil wawancara pada hari jumat tgl 09/08/2013 jam 10.00). Dengan demikian, jelaslah terdapat dua faktor besar yang
menjadi hambatan dalam
pelaksanaan model pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran
al-Qur’an di Pondok Modern
Badii’usy Syamsi berdasarkan
pendapat-pendapat diatas. Pertama seperti yang dikutip dari pendapat ust. Mahfudin bahwa hambatan yang pertama adalah perbedaan tingkat kecerdasan/ IQ (Intellegent Quotien) antara santri satu dengan lainnya dan hambatan yang kedua adalah kurangnya motivasi diri dari santri.
KESIMPULAN
Setelah mengadakan penelitian dan pengolahan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi, buku-buku yang ada kaitanya dengan judul skripsi tentang model pembelajaran tutor sebaya dalam proses pembelajaran al-Qur’an di Pondok Modern Badii’usy Syamsi Madiun kemudian disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model teman
sebaya adalah pembelajaran antara guru dan murid yang berasal dari teman/ rekan sebayanya sendiri yang
(18)
telah ditunjuk oleh bagian kurikulum
dengan harus memiliki beberapa
kriteria untuk menjadi guru yang akan mengajar teman sebayanya. Dalam pelaksanaan model pembelajaran tutor sebaya ini memerlukan perencanaan yang lebih matang, karena dalam
perencanaan tersebut mencakup
beberapa tahapan antara lain dengan membuat program, menyiapkan tutor, dan memberikan tugas kepada para tutor. Bahwa pelaksanaan model tutor sebaya dalam pembelajaran al-Qur'an dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari antara lain: Seusai shalat subuh berjamaah, seusai shalat 'ashar dan seusai shalat maghrib.
2. Penggunaan model tutor sebaya dalam pembelajaran al-Qur'an di Pondok
Modern Badii'usy Syamsi adalah
dengan menggunakan dua system cara: Halaqah dan muqabalah. Dengan cara
halaqah didalam pelaksanaannya
seluruh siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang berbeda sesuai tingkat dan kemampuan masing-masing siswa. Di setiap kelompok terdiridari 5-7 siswa. Sedangkan cara muqabalah setiap guru mengajar santri dengan bertatap muka secara langsung, cara ini dikhususkan bagi santri yang belum mampu membaca al-Qur'an dan bagi
siswa pemula yang masih
menggunakan kitab 'Iqra'.
3. Faktor-faktor pendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an dengan model tutor sebaya di Pondok Modern Badii'usy Syamsi adalah adanya interaksi yang baik antara guru tutor dan temannya, niat ikhlas dalam belajar, adanya sarana dan prasarana yang terdiri dari al-Qur'an, buku iqra dan tempat belajar yang nyaman dan kondusif. Sedangkan faktor-faktor
penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran al-Qur'an dengan model tutor sebaya di pondok modern Badii'usy Syamsi meliputi: kurangnya motivasi dalam diri santri, perbedaan tingkat IQ (Intellegent quotions) atau daya tangkap santri.
SARAN
Berpijak pada hasil penelitian tentang model pembelajaran tutor sebaya dalam proses pembelajaran al-Quran di Pondok Modern Badii’usy Syamsi, maka
pada akhir penulisan ini penulis
memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Kepada Pimpinan Pondok Modern
Baadii’usySyamsi Madiun
Dalam rangka transformasi
ilmu dan nilai-nilai pendidikan selaku
pimpinan pondok untuk terus
memberikan teladan dan pengarahan serta motivasi kepada para ustad untuk terus memberikan teladan dan ilmunya
(19)
kepada santri-santrinya, dan kepada santri untuk terus ikhlas dan semangat dalam menuntut ilmu-ilmu Allah. 2. Kepada guru tutor
Bagi guru pengajar al-Qur'an
agar senantiasa memperhatikan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dengan seksama dan selalu
meningkatkan kemampuan demi lebih berkualitasnya pembelajaran membaca al-Quran.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan. 2000. Studi Islam Al-Quran Dan Sunnah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dakir. 2004. Perencanaan Dan
Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT. Mahasatya.
Departemen Agama. 1418 H. Al-Quran Dan Terjemahanya. Madinah Munawaroh: Lembaga Percetakan Al-Quran Rajafhad.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, dkk. 2010. Strategi belajar mengajar. Jakarta . Rineka Cipta.
Hamidi. 2005. Metode Penelitian
Kualitatif. Malang: UMM press. Imam Nawawi. 2009. Terjemahan Riyadus
Sholikhin.Jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani.
J.J.Hasibuan Moedjiono. 2008.
(Cetakan12). Proses Belajar
Mengajar.Bandung, PT Remaja Rosda Karya.
Joko Subagyo. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori Praktek. Jakarta: Pustaka Al – Kautsar.
Matthew B Milles dan Micheal Hibermes.
1992. Analisis Data
Kualitatif.Jakarta: Erlangga. Muhammad Amin dan Moh Surya. 1982.
Pengajaran Remidial. Jakarta: DEPDIKBUD P2BSPG
Muhammad Mukmin. 1991. Petunjuk
Praktis Mengelola Tk Al-Qur’an. Jakarta: Fikahati Aneka.
Lexy J Meleong. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kalam Media.
Ragib As - Sirjani. 2011. Cara Cerdas Hafal Al – Quran.Solo: Aqwam.
Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
(20)
(1)
Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran al-Qur’an di Pondok Modern Badii’usy Syamsi menggunakan dua sistem yaitu halaqah dan hafalan.
B. Faktor Pendukung dan penghambat dalam Pembelajaran Al-Qur’an dengan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1. Faktor Pendukung
Dalam menjalankan proses pembelajaran, tentunya membutuhkan suatu penghubung sebagai pendukung dalam proses belajar mengajar di Pondok Modern Badii’usy Syamsi. Sebagai penghubung tersebut diupayakan agar tercapainya program-program pondok yang telah ditentukan. Agar pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran al-Qur’an lancar dan berjalan sesuai program dibutuhkan beberapa faktor pendukung. Seperti yang dikatakan ust Nur Hadi:
“Pembelajaran al-Qur’an terhadap anak-anak tidak sama seperti pembelajaran orang dewasa, dalam segi ini pembelajaran di pondok ini membutuh perhatian khusus mulai dari interaksi
yang baik antara teman dan tutor, tempat, cuaca dan tentunya harus ada alat-alat yang mendukungnya seperti Iqro’ dan al-Qur’an. Pembelajaran terhadap anak membutuhkan tempat yang nyaman ketika dalam sedang pembelajaran. Dipondok ini yang menjadikan seorang santri nyaman dalam belajar al-Qur’an karena system pembelajarannya di tempat terbuka seperti di teras-teras kamar dan sekolah dan didukung dengan cuaca yang segar dan yang paling pokok niat dalam belajar”. (Hasil wawancara pada hari senin tgl 05/08/2013 jam 13.00)
Sama halnya dengan pendapat ust Nasrul Arifin:
‘’Untuk mempermudah pembelajaran ini, tentunya setiap anak harus memegang al-Qur’an sendiri-sendiri sehingga tidak bergantian dalam membaca al-Qur’an dan semua murid sama-sama bisa saling mendengarkan dan membenarkan apabila
(2)
terjadi suatu kesalahan dalam membaca”.( Wawancara pada hari sabtu tgl 03/08/2013 jam 10.00 wib)
Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran al-Quran didukung oleh beberapa faktor antara lain interaksi yang baik antara tutor dan temannya, adanya sarana seperti al-Qur’an dan Iqro’, tempat yang nyaman dan kondusif dan yang paling utama adalah niat dan hati yang Ikhlas.
2. Faktor penghambat
Kegiatan pembelajaran al-Qur’an di Pondok Modern Badii’usy Syamsi merupakan rutinitas santri setiap hari. Kegiatan pembelajaran yang diajar oleh temanya sendiri. Meskipun demikian kegiatan ini sudah berjalan semenjak awal berdirinya Pondok Modern Badii’usy Syamsi, ternyata tidak terlepas dari kesulitan, baik disisi penyelenggaraan atau yang lain. Kesulitan yang paling terlihat seperti hasil wawancara peneliti dengan para pengajar yang bertugas langsung terhadap kegiatan ini
adalah terletak pada santri sendiri.Perbedaan IQ antara satu dengan yang lainnya menyebabkan pembelajaran al-Qur’an membutuhkan waktu lama. Seperti yang dikatakan ust Mahfudin:
“Dalam setiap kegiatan tentunya tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan. Begitu juga dalam pembelajaran ini sering kami temui kesulitan kesulitan tersebut, diantara yang paling menonjol kesulitan dalam pembelajaran ini yaitu IQ antara anak dengan anak yang lain sangat berbeda sehingga bagi IQ yang rendah membutuhkan waktu yang sangat panjang dalam proses belajar mengajar. Selain itu anak didik yang bicaranya kurang fasih salah satu kendala dalam pembelajaran al-Qur’an sehingga pengajar membutuhkan waktu lama untuk
memahamkan”.(Wawancara pada hari sabtu tgl 03/08/2013 jam 08.30).
Jika kedua sumber tadi berpendapat bahwa IQ santri yang
(3)
jadi kendala, lain halnya dengan pendapat ust Wahib dalam pandangannya berpendapat bahwa motivasi adalah salah satu kendala yang perlu diperhatikan juga. Menurutnya motivasi santri terhadap pentingnya belajar al-Qur’an belum tumbuh didalam pikirannya.Seperti dalam hasil wawancara dengan beliau.
‘’Bagi santri yang baru masuk di pondok adalah belum bisa baca al-Qur’an dengan lancar dan ketika menjadi santri pasti harus mengulang lagi ke Iqro’, sehingga mereka canggung atau malu untuk belajar.Karena tidak adanya motivasi dalam dirinya untuk belajar lebih semangat. Bagi santri yang lama kendala motivasi juga salah satunya, sering ceroboh dan meremehkan terhadap waktu-waktu pembelajaran, sedangkan tujuan orang tuanya untuk modok ini supaya menjadi anak yang pintar menmbaca al-Qur’an dan mampu mengajarkan ketika sudah pulang ke rumah masing-masing kepada adiknya
maupun orang lain.’’(Hasil wawancara pada hari jumat tgl 09/08/2013 jam 10.00). Dengan demikian, jelaslah terdapat dua faktor besar yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan model pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran al-Qur’an di Pondok Modern Badii’usy Syamsi berdasarkan pendapat-pendapat diatas. Pertama seperti yang dikutip dari pendapat ust. Mahfudin bahwa hambatan yang pertama adalah perbedaan tingkat kecerdasan/ IQ (Intellegent Quotien) antara santri satu dengan lainnya dan hambatan yang kedua adalah kurangnya motivasi diri dari santri.
KESIMPULAN
Setelah mengadakan penelitian dan pengolahan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi, buku-buku yang ada kaitanya dengan judul skripsi tentang model pembelajaran tutor sebaya dalam proses pembelajaran al-Qur’an di Pondok Modern Badii’usy Syamsi Madiun kemudian disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model teman sebaya adalah pembelajaran antara guru dan murid yang berasal dari teman/ rekan sebayanya sendiri yang
(4)
telah ditunjuk oleh bagian kurikulum dengan harus memiliki beberapa kriteria untuk menjadi guru yang akan mengajar teman sebayanya. Dalam pelaksanaan model pembelajaran tutor sebaya ini memerlukan perencanaan yang lebih matang, karena dalam perencanaan tersebut mencakup beberapa tahapan antara lain dengan membuat program, menyiapkan tutor, dan memberikan tugas kepada para tutor. Bahwa pelaksanaan model tutor sebaya dalam pembelajaran al-Qur'an dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari antara lain: Seusai shalat subuh berjamaah, seusai shalat 'ashar dan seusai shalat maghrib.
2. Penggunaan model tutor sebaya dalam pembelajaran al-Qur'an di Pondok Modern Badii'usy Syamsi adalah dengan menggunakan dua system cara: Halaqah dan muqabalah. Dengan cara halaqah didalam pelaksanaannya seluruh siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang berbeda sesuai tingkat dan kemampuan masing-masing siswa. Di setiap kelompok terdiridari 5-7 siswa. Sedangkan cara muqabalah setiap guru mengajar santri dengan bertatap muka secara langsung, cara ini dikhususkan bagi santri yang belum mampu membaca al-Qur'an dan bagi siswa pemula yang masih menggunakan kitab 'Iqra'.
3. Faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an dengan model tutor sebaya di Pondok Modern Badii'usy Syamsi adalah adanya interaksi yang baik antara guru tutor dan temannya, niat ikhlas dalam belajar, adanya sarana dan prasarana yang terdiri dari al-Qur'an, buku iqra dan tempat belajar yang nyaman dan kondusif. Sedangkan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an dengan model tutor sebaya di pondok modern Badii'usy Syamsi meliputi: kurangnya motivasi dalam diri santri, perbedaan tingkat IQ (Intellegent quotions) atau daya tangkap santri.
SARAN
Berpijak pada hasil penelitian tentang model pembelajaran tutor sebaya dalam proses pembelajaran al-Quran di Pondok Modern Badii’usy Syamsi, maka pada akhir penulisan ini penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada Pimpinan Pondok Modern Baadii’usySyamsi Madiun
Dalam rangka transformasi ilmu dan nilai-nilai pendidikan selaku pimpinan pondok untuk terus memberikan teladan dan pengarahan serta motivasi kepada para ustad untuk terus memberikan teladan dan ilmunya
(5)
kepada santri-santrinya, dan kepada santri untuk terus ikhlas dan semangat dalam menuntut ilmu-ilmu Allah.
2. Kepada guru tutor
Bagi guru pengajar al-Qur'an agar senantiasa memperhatikan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan seksama dan selalu meningkatkan kemampuan demi lebih berkualitasnya pembelajaran membaca al-Quran.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan. 2000. Studi Islam Al-Quran
Dan Sunnah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Dakir. 2004. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT. Mahasatya.
Departemen Agama. 1418 H. Al-Quran
Dan Terjemahanya. Madinah
Munawaroh: Lembaga Percetakan Al-Quran Rajafhad.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, dkk. 2010. Strategi belajar mengajar. Jakarta . Rineka Cipta. Hamidi. 2005. Metode Penelitian
Kualitatif. Malang: UMM press. Imam Nawawi. 2009. Terjemahan Riyadus
Sholikhin.Jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani.
J.J.Hasibuan Moedjiono. 2008. (Cetakan12). Proses Belajar Mengajar.Bandung, PT Remaja Rosda Karya.
Joko Subagyo. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori Praktek. Jakarta: Pustaka Al – Kautsar.
Matthew B Milles dan Micheal Hibermes. 1992. Analisis Data Kualitatif.Jakarta: Erlangga. Muhammad Amin dan Moh Surya. 1982.
Pengajaran Remidial. Jakarta: DEPDIKBUD P2BSPG
Muhammad Mukmin. 1991. Petunjuk Praktis Mengelola Tk Al-Qur’an. Jakarta: Fikahati Aneka.
Lexy J Meleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum Dan
Pembelajaran. Jakarta: Kalam
Media.
Ragib As - Sirjani. 2011. Cara Cerdas Hafal Al – Quran.Solo: Aqwam. Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
(6)