Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Arus Kas Operasi terhadap Financial Distress: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014.

(1)

vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Financial distress merupakan suatu keadaan dimana arus kas operasi tidak cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya seperti hutang dagang ataupun biaya bunga. Financial distress itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi (jangka pendek), yang merupakan financial distress yang paling ringan sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan financial distress yang paling berat. Sedangkan mengenai kesulitan keuangan jangka pendek yang sifatnya sementara dan terlihat tidak terlalu buruk, tetapi jika tidak ditangani secepat mungkin akibatnya dapat menjadi kesulitan keuangan yang fatal dan jika terjadi berlarut-larut, perusahaan akan dilikuidasi ataupun direorganisasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio arus kas operasi terhadap financial distress. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Causal Explanatory. Pengujian data melalui uji asumsi klasik. Analisis statistik yang digunakan yaitu analisis regresi berganda, dan pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Profitabilitas (X1) berpengaruh terhadap Financial Distress (Y). Leverage (X2) berpengaruh terhadap Financial Distress (Y). Arus Kas Operasi (X3) berpengaruh terhadap Financial Distress (Y). sedangkan secara simultan Profitabilitas (X1), Leverage (X2) dan Arus Kas Operasi (X3) berpengaruh secara simultan terhadap Financial Distress (Y).


(2)

ABSTRACT

Financial distress is a condition in which operating cash flow is not sufficient to meet its current obligations such as accounts payable or interest charges. It could mean financial distress from difficulty liquidation (short-term), which is the lightest financial distress to the declaration of bankruptcy, which is the most severe financial distress. As for short-term financial difficulties are temporary and do not look too bad, but if not treated as soon as possible the consequences can be fatal financial difficulties and the case drags on, the company will be liquidated or reorganized.

The purpose of this study was to determine the profitability ratio, leverage ratio and the ratio of operating cash flow to financial distress. The method used is Explanatory Causal research methods. Testing data through classical assumption. Statistical analysis used is multiple regression analysis, and hypothesis testing. The results showed that partially Profitability (X1) effect on Financial Distress (Y). Leverage (X2) effect on Financial Distress (Y). Operating Cash Flow (X3) influence on Financial Distress (Y). while simultaneously Profitability (X1), Leverage (X2) and Operating Cash Flow (X3) simultaneously on Financial Distress (Y).


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

2.1 Kajian Pustaka ... 14

2.1.1 Profitabilitas... 14

2.1.2 Leverage ... 15

2.1.3 Arus Kas Operasi ... 16

2.1.4 Financial Distress ... 17

2.1.5 Teori Sinyal ... 21

2.1.6 Laporan Keuangan ... 22

2.1.7 Penelitian Terdahulu ... 25

2.2 Rerangka Pemikiran ... 37

2.3 Pengembangan Hipotesis ... 39

2.3.1 Rasio Leverage terhadap Financial Distress ... 39

2.3.2 Rasio Profitabilitas terhadap Financial Distress ... 40

2.3.3 Rasio Aktivitas terhadap Financial Distress ... 41

BAB III METODE PENELITIAN... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Populasi dan Sampel ... 42

3.2.1 Populasi ... 43

3.3.2 Sampel ... 43

3.3 Instrumen Penelitian ... 44

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.4.1 Jenis Data ... 46

3.4.2 Sumber Data ... 47

3.5 Teknik Analisis Data ... 47

3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 48


(4)

3.5.3 Pengujian Hipotesis ... 52

3.5.3.1 Uji F ... 52

3.5.3.2 Uji t ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Hasil Penelitian ... 54

4.1.1 Perkembangan Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 54

4.1.2 Perkembangan Leverage pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 59

4.1.3 Perkembangan Arus Kas Operasi pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 63

4.1.4 Perkembangan Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 68

4.1.5 Perkembangan Profitabilitas, Leverage, Arus Kas Operasi Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 73

4.1.6 Uji Asumsi Klasik ... 73

4.1.6.1 Uji Normalitas ... 73

4.1.6.2 Uji Multikolinearitas ... 75

4.1.6.3 Uji Autokorelasi ... 76

4.1.6.4 Uji Heterokedastisitas ... 77

4.1.7 Regresi Linear Berganda ... 78

4.1.8 Pengujian Hipotesis ... 79

4.1.8.1 Uji Simultan (Uji F) ... 77

4.1.8.2 Uji Parsial (Uji t) ... 82

4.2 Pembahasan ... 84

BAB V PENUTUP ... 86

5.1 Simpulan ... 86

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 88

5.3 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN 94 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS (CURRICULUM VITAE) ... 105


(5)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran ... 38 Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Profitabilitas pada Perusahaan

Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek

Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 58 Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Leverage pada Perusahaan Manufaktur

Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia

Periode Tahun 2011-2014 ... 62 Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Arus Kas Operasi pada Perusahaan

Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek

Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 67 Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Financial Distress pada Perusahaan

Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek

Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 72 Gambar 4.5 Uji Heteroskedastisitas ... 77


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 31

Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 45

Tabel 4. Kondisi Perkembangan Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 55

Tabel 4.2 Kondisi Perkembangan Leverage pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 59

Tabel 4.3 Kondisi Perkembangan Arus Kas Operasi pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 63

Tabel 4.4 Kondisi Perkembangan Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 ... 69

Tabel 4.5 Uji Normalitas |Data ... 74

Tabel 4.6 Multikolinearitas ... 75

Tabel 4.7 Autokorelasi ... 76

Tabel 4.8 Analisis Regresi Berganda ... 78

Tabel 4.9 Uji Hipotesis F ... 81


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Rekapitulasi Laporan Keuangan Perusahaan ... 95

Lampiran B Hasil Output SPSS ... 99

Lampiran C Tabel Distribusi F ... 102


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Perekonomian dunia pada masa kini berkembang secara global dengan pesat. Hal ini didukung dengan meluasnya era globalisasi. Perusahaan yang kuat akan semakin mendapatkan keuntungan, sedangkan perusahaan yang baru berdiri atau berkembang akan berada pada posisi sulit dalam persaingan. Banyak perusahaan akan mengalami kesulitan dalam proses operasinya, dan berdampak pada krisis keuangan perusahaan. Krisis keuangan jelas terasa pada tahun 2015 ini, terbukti dengan nilai tukar rupiah yang semakin merosot dan melemah, sehingga melipatgandakan nilai utang luar negeri.

Tragedi Global financial crisis pada tahun 2008 mulai terasa pada tahun 2014 yang terus berlanjut ke tahun 2015 yang mengakibatkan melemahnya aktivitas perusahaan secara menyeluruh. Sebagian luas negara didunia mengalami kemunduran keuangan, yang menyebabkan banyak perusahaan mengalami kebangkrutan seperti di Amerika, Eropa, Asia, dan negara- negara disekitarnya. Dampak dari permasalahan tersebut, dirasakan pada kondisi perekonomian dalam negeri. Banyak perusahaan yang menjadi de-listing akibat krisis tersebut, hal itu disebabkan karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengantisipasi perkembangan global. Akhirnya perusahaan berada pada kondisi financial distress atau sedang mengalami kesulitan keuangan (Pranowo, 2010). Perusahaan dapat diklasifikasikan sedang mengalami financial distress dimana jika perusahaan


(9)

BAB I Pendahuluan 2

Universitas Kristen Maranatha tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasinya negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan perusahaan yang melakukan merger (Brahmana, 2007). Keadaan lain dari financial distress adalah banyaknya perusahaan yang cenderung mengalami kesulitan likuiditas, dimana ditunjukkan dengan semakin turunnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur (Hanifah, 2013).

Kondisi dimana perusahaan mengalami masalah kesulitan keuangan dinamakan financial distress. McCue (1991) mendefinisikan financial distress sebagai arus kas negatif. Hofer (1980) dan Whitaker (1999) mendefinisikan financial distress sebagai perubahan harga ekuitas. Definisi financial distress dalam riset-riset awal disinonimkan dengan kegagalan bisnis (Fachruddin, 2008). Menurut Brigham dan Daves (2003), kesulitan keuangan terjadi atas serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang kurang tepat dan kelemahan-kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyumbang secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta kurangnya upaya pengawasan kondisi keuangan perusahaan sehingga dalam penggunaannya kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Menurut Wruck (1990) financial distress merupakan suatu keadaan dimana arus kas operasi tidak cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya seperti hutang dagang ataupun biaya bunga. Financial distress itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi (jangka pendek), yang merupakan financial distress yang paling ringan sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan financial distress yang paling berat (Brahmana, 2007). Sedangkan mengenai kesulitan keuangan jangka pendek yang sifatnya sementara dan terlihat tidak terlalu buruk, tetapi jika tidak ditangani secepat


(10)

BAB I Pendahuluan 3

mungkin akibatnya dapat menjadi kesulitan keuangan yang fatal dan jika terjadi berlarut-larut, perusahaan akan dilikuidasi ataupun direorganisasi. Dalam suatu kasus likuidasi lebih baik untuk dilakukan apabila nilai likuidasi aset perusahaan adalah lebih besar jika dibandingkan dengan nilai perusahaan apabila diteruskan (Wardhani, 2006). Menurut Brahmana (2007), financial distress terjadi karena perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan kinerja keuangan perusahaannya yang bermula dari kegagalan dalam mempromosikan produknya yang berakibat pada turunnya penjualan sehingga dengan pendapatan yang menurun dari sedikitnya penjualan memungkinkan perusahaan mengalami kerugian operasional dan kerugian bersih untuk tahun berjalan. Sedangkan kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan dalam menjalankan usahanya, distribusi aktiva, keefektifan penggunaan aktiva, hasil usaha yang telah dicapai, kewajiban yang harus dilunasi dan potensi kebangkrutan yang akan terjadi, umumnya model financial distress berpegang pada data kebangkrutan, karena data ini mudah diperoleh (Iramani, 2007).

Sedangkan Platt dan Platt dalam Luciana (2004), menyatakan bahwa financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum kebangkrutan ataupun likuidasi. Metode penelitian dan riset financial distress mulai berkembang dari riset kebangkrutan mengarah pada kesehatan perusahaan (financial distress). Terdapat berbagai cara untuk melakukan pengujian bahwa suatu perusahaan mengalami financial distress (Platt dan Platt, 2004) seperti: 1. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau tidak melakukan pembayaran dividen


(11)

BAB I Pendahuluan 4

Universitas Kristen Maranatha 2. Interest coverage ratio (Asquith, Gertner dan Scharfstein,1994).

3. Arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini (Whitaker, 1999). 4. Laba bersih operasi (net operating income) negatif (Hofer,1980; Whitaker,

1999).

5. Adanya perubahan harga ekuitas (John, Lang dan Netter, 1992).

6. Perusahaan dihentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan

tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan restrukturisasi (Tirapat dan Nittayagasetwat,1999).

7. Perusahaan mengalami pelanggaran teknis dalam hutang dan diprediksi perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada periode yang akan datang (Wilkins, 1997).

8. Mempunyai Earningss per Share (EPS) negatif (Eliomi dan Gueyle, 2001). Dengan mengetahui kondisi yang mencerminkan fenomena financial distress seperti hal-hal diatas, diharapkan perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan sedini mungkin (Alimilia, 2004). Dari fenomena-fenomena yang terjadi diatas dapat mengakibatkan defisiensi modal disertai penurunan nilai saldo laba yang terhambat dalam proses melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham, sehingga total ekuitas secara menyeluruhpun akan mengalam defisiensi. Jika hal tersebut terus terjadi secara berkelanjutan, kedepannya akan terjadi kondisi dimana suatu saat total kewajiban perusahaan akan melebihi total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Kondisi itu memperlihatkan suatu perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan (financial istdress) yang berlarut-larut sehingga pada akhirnya perusahaan


(12)

BAB I Pendahuluan 5

tidak mampu keluar dari kondisi seperti yang telah dijelaskan di atas, dengan demikian perusahaan tersebut akan mengalami kapailitan atau kebangkrutan. Maka dari itu diperlukan berbagai upaya untuk mencegah suatu perusahaan agar tidak terjebak pada kondisi financial distress, salah satunya adalah melakukan prediksi financial distress di suatu perusahaan.

Pada dasarnya penelitian dan prediksi tentang kebangkrutan, kegagalan maupun financial distress menggunakan indikator kinerja keuangan perusahaan sebagai prediksi dalam memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang (Iramani, 2007). Menurut Etty dalam Hanifah (2013), analisis laporan keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk memprediksi kesulitan keuangan. Selain itu hal yang diteliti dan dinyatakan berpengaruh terhadap financial distress adalah financial ratios, dimana bisa dilihat di dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Adapun dalam hal ini financial ratios digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress. Menurut Aksoy dan Ugurlu (2006), rasio keuangan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya terjadi. Laporan keuangan dapat dijadikan dasar dalam mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio–rasio keuangan. Indikator-indikator ini merupakan hasil dari analisis rasio-rasio keuangan yang terdapat pada informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat (Luciana, 2004). Laporan keuangan menurut SAK No.1 adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana


(13)

BAB I Pendahuluan 6

Universitas Kristen Maranatha pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi laporan posisi keuangan, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan

lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian dari laporan keuangan (Widarjo dan Setiawan, 2009).

Penelitian-penelitian tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Altman (1968), dalam penelitiannya tersebut menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat bemanfaat untuk memprediksi kegagalan atau kebangkrutan suatu perusahaan dengan tingkat ketepatan prediksi kebangkrutan sebesar 94% dan 95% benar dalam penelitiannya. Model Altman ini dikenal dengan Z-Score, yaitu score yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan.

Indikator rasio keuangan yang digunakan yang pertama adalah rasio leverage. Rasio ini mencakup dua rasio leverage yakni: leverage jangka panjang (longterm leverage) dan leverage jangka pendek (current leverage). Rasio – rasio ini mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Debt-asset ratio berguna untuk menghitung persentase dana yang disediakan oleh kreditur (Brigham dan Houston, 2001). Pada dasarnya rasio ini, menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Perhitungan terhadap rasio ini diperlukan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam membayar utang (jangka pendek dan jangka panjang) ketika perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan (Widarjo dan Setiawan, 2009). Rasio


(14)

BAB I Pendahuluan 7

leverage yang biasa digunakan adalah rasio utang (debt-asset ratio) yaitu total utang dibagi dengan total aktiva. Rasio ini memperlihatkan proporsi seluruh aktiva yang didanai oleh hutang (Fraser dan Ormiston, 2008) dalam Hanifah (2013).

Riset penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2012), memberikan jawaban bahwa beberapa penyebab perusahaan mengalami financial distress dapat dianalisis dengan menggunakan financial ratio dan management capability sebagai prediktor. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2005-2010. Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa rasio leverage mempunyai hubungan positif terhadap prediksi perusahaan yang sedang mengalami financial distress, sedangkan variabel-variabel yang lainnya seperti CR, TATO, CATO, ROE, ROA, WCTA, dan management capability mempunyai hubungan negatif dalam mempengaruhi prediksi financial distress di suatu perusahaan.

Indikator selanjutnya yang kedua dalam pengukuran financial distress adalah rasio profitabilitas atau profitability ratios. Jiming dan Wei Wei, (2011) dalam Hanifah, (2013) menyatakan bahwa, rasio profitabilitas adalah indikator sebagai pusat dari sistem keuangan rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Sedangkan menurut (Ardiyanto, 2011) dalam Hanifah (2013) profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Pada perusahaan manufaktur biasanya ROA yang merupakan kepanjangan dari Return on Assets digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang


(15)

BAB I Pendahuluan 8

Universitas Kristen Maranatha dimilikinya (Ang, 1997) dalam Hanifah, (2013). ROA merupakan rasio profitabilitas yang paling sewajarnya digunakan oleh penelitian sebelumnya untuk jenis perusahaan manufaktur. Penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2004) menunjukkan bahwa NITA atau ROA berpengaruh terhadap terjadinya kondisi financial distress. Serupa dengan penelitian Almilia (2004) dilakukan pula penelitian oleh Salehi (2009) yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap terjadinya kesulitan keuangan.

Terdapat perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai penelitian. Almilia dan Kristijadi (2003) menyatakan bahwa profit margin signifikan berpengaruh negatif terhadap financial distress, yang berarti bahwa semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan, maka semakin kecil suatu perusahaan akan mengalami financial distress. Sedangkan kesimpulan lain, dikemukakan oleh Alifiah, et al (2012) yang meyatakan bahwa rasio profitabilitas yang diukur dengan menggunakan net income to total asset ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2013) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas tidak signifikan dalam mempengaruhi financial distress. Berdasarkan adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, maka dalam penelitian ini digunakan variabel rasio profitabilitas untuk membuktikan bagaimana sebenarnya pengaruh rasio profitabilitas terhadap prediksi financial distress di suatu perusahaan. Penelitian ini dilakukan karena kondisi di Indonesia saat ini yang rawan dengan krisis keuangan. Hal tersebut disebabkan karena pada akhir tahun 2013 dan awal tahun 2014 nilai tukar rupiah


(16)

BAB I Pendahuluan 9

semakin melemah mencapai Rp 13.400 per dolar AS, dan pada bulan Agustus tahun 2015 melemah lagi mencapai Rp 14.000. Dengan melemahnya nilai tukar rupiah, maka jika suatu perusahaan mengimpor barang dari luar negeri, harga barang tersebut akan menjadi lebih mahal, sedangkan jika suatu perusahaan mengekspor barang hasil produksinya ke luar negeri, maka harga barang yang diekspor tersebut

akan menjadi lebih murah. Karena kondisi seperti itulah suatu perusahaan di Indonesia akan lebih rentan terhadap ancaman financial distress.

Arus kas operasi merupakan rasio terakhir yang digunakan untuk penelitian ini dalam meprediksi terjadinya financial distress. Menurut Wild (2010:92), kas merupakan aset yang paling likuid serta menawarkan likuiditas dan fleksibilitas bagi perusahaan. Kas digunakan untuk membayar utang, mengganti peralatan, memperluas fasilitas, dan membayar deviden, bukan laba. Toto (2008:103), menyatakan rasio arus kas cukup dominan dalam pengukuran kebangkrutan dan financial distress. Hal ini dikarenakan ketika perusahaan mulai bermasalah dengan pembayaran utang, maka arus kas menjadi dominan sebagai alat ukurnya. Arus kas merupakan laporan yang memberikan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam periode waktu tertentu. Menurut Fitria (2010), informasi arus kas dibutuhkan pihak kreditor untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembayaran hutangnya. Apabila arus kas suatu perusahaan jumlahnya besar, maka pihak kreditor mendapatkan keyakinan pengembalian atas kredit yang diberikan. Jika arus kas suatu perusahaan bernilai kecil, maka kreditor tidak mendapat keyakinan atas kemampuan perusahaan dalam membayar hutang. Jika hal ini berlangsung secara terus menerus, kreditor tidak akan memercayakan kreditnya kembali kepada


(17)

BAB I Pendahuluan 10

Universitas Kristen Maranatha perusahaan karena perusahaan dianggap mengalami permasalahan keuangan atau financial distress. Selanjutnya Wild (2010:108), menyatakan perusahaan yang menguntungkan dapat mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban lancarnya dan memerlukan kas untuk berekspansi, artinya, perusahaan yang menguntungkan tidak menjamin bahwa perusahaan akan terlepas dari masalah kas. Kemampuan untuk menghasilkan arus kas dari operasi penting bagi keuangan yang sehat, tidak ada perusahaan yang dapat bertahan dalam jangka panjang tanpa menghasilkan kas dari operasi. Toto (2008:108), menyatakan eficiency ratio diukur dengan cash flow to sales dan cash flow return on assets. Rasio Cash Flow to Sales mengukur seberapa besar setiap penjualan akan menjadi arus kas operasi. Semakin besar angka cash flow to sales maka semakin banyak kas yang dihasilkan oleh perusahaan.

Financial distress sendiri akan dianlisis dengan menggunakan Operating profit, karena EPS dapat menggambarkan seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan keuntungan per lembar saham yang akan dibagikan kepada pemilik saham (Arwinda Putri dan Lely A. Merkusiwati, 2013) dalam Hanifah (2013). Kategori perusahaan yang mengalami financial distress perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang mempunyai Earnings per Share (EPS) negatif, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elloumi dan Gueyie (2001) dalam Manuputty (2012), Nur DP (2007), dan Bodroastuti (2009) yang mendefinisikan financial distress sebagai perusahaan yang memiliki laba per lembar saham (Earnings per Share) negatif. Penggunaan EPS sebagai barometer penelitian karena EPS merupakan rasio yang paling terlihat saat perusahaan mengalami kerugian dalam usahanya. EPS juga dapat tergambarkan keuntungan perusahaan


(18)

BAB I Pendahuluan 11

yang diperoleh pada periode tersebut dan secara implisit bagaimana kinerja perusahaan pada masa lalu dan prospek ke depan perusahaan tersebut, sesuai dengan pernyataan Whitaker (1999) yang menyatakan sebuah perusahaan memiliki pertumbuhan yang baik di masa yang akan datang apabila mempunyai nilai Earnings per Share (EPS) positif secara terus menerus pada setiap periodenya. Sebaliknya, EPS yang negatif dalam beberapa periode menggambarkan prospek earnings yang tidak baik dan juga pertumbuhan perusahaannya sehingga hal tersebut kurang menarik bagi para investor. Dalam kondisi seperti itu perusahaan akan sulit untuk mendapatkan dana dikarenakan pendapatanya negatif, sehingga dapat memicu terjadinya financial distress.

1.2 Rumusan Masalah

(Platt dan Platt, 2002) menyatakan financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Umumnya penelitian tentang kebangkrutan, kegagalan, ataupun financial distress kemungkinan besar menggunakan indikator kinerja keuangan perusahaan sebagai prediksi dalam memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang (Triwahyuningtias, 2012). Dilhat dari latar belakang di atas, penelitian ini merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah leverage berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014?


(19)

BAB I Pendahuluan 12

Universitas Kristen Maranatha 2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial

distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014?

3. Apakah arus kas operasi berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan ungakapan rumusan yang digambarkan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2014.

3. Untuk mengetahui pengaruh arus kas operasi terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut:


(20)

BAB I Pendahuluan 13

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang fenomena apakah perusahaan tegolong dalam keadaan financial distress yang membahayakan, serta untuk membantu perusahaan dalam membuat kebijakan yang sesuai serta mengambil keputusan yang tepat.

2. Bagi Manajer

Dapat digunakan sebagai sarana dalam mengambil keputusan sehingga manajer dapat dengan cepat dan tepat menangani perusahaan saat mengalami kesulitan keuangan dan mencegah terjadinya likuidasi

3. Bagi Investor

Penelitian ini dapat memberikan cerminan gambaran informasi yang cukup akurat tentang kondisi perusahaan dan dapat digunakan sebagai pertimbangan sebelum mengambil keputusan dalam berinvestasi.

4. Bagi Kreditur

Membantu kreditur dalam melakukan penilaian kredit, apakah suatu perusahaan layak diberikan sejumlah pinjaman dengan kondisinya, agar sesuai dengan kemampuan perusahaan.

5. Bagi Kalangan akademisi

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian sejenis, dan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian teoritis dan referensi yang berguna.


(21)

86 Universitas Kristen Maranatha

BAB V PENUTUP

5.1Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, dengan judul: “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Arus Kas Operasi Terhadap Financial Distress: Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014”, maka dapat disimpulkan :

1. Kondisi Perkembangan Profitabilitas, Leverage, Arus Kas Operasi dan Financial Distress pada perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014

a. Perkembangan Profitabilitas pada perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan rata-rata profitabilitas sebesar 0,69%, pada tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan rata-rata profitabilitas masing-masing sebesar 0,33% dan 0,79% b. Perkembangan Leverage pada perusahaan Manufaktur Food and Beverage

yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 umumnya mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi terjad pada tahun 2013 dan 2014 yaitu sebesar 0,03%, pada periode penelitian.

c. Perkembangan Arus kas operasi pada perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan CFS sebesar


(22)

BAB V Penutup 87

0,14%, pada tahun 2013 mengalami penurunan CFS sebesar 0,44 dan tahun 2014 kembali mengalami kenaikan sebesar 0,59% pada periode penelitian. d. Perkembangan Financial Distress pada perusahaan Manufaktur Food and

Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014 umumnya mengalami kenaikan. Kenaikan Financial Distress tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 7,70% dan kenaikan Financial Distress terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,235 pada periode penelitian.

2. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Arus Kas Operasi Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014

Dari hasil pengujian yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa :

a. Dari hasil pengujian secara parsial dari variable independen (variable X) terhadap variable dependen (variable Y) memberikan hasil sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian untuk menguji Pengaruh Profitabilitas (X1),

terhadap Financial Distress (Y) diperoleh hasil bahwa Ho ditolak, artinya secara parsial Profitabilitas (X1) berpengaruh terhadap Financial Distress

(Y) pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014.

2. Hasil pengujian untuk menguji Pengaruh Leverage (X2) terhadap Financial Distress (Y), dari hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa Ho ditolak. Dengan demikian Secara parsial Leverage (X2) berpengaruh terhadap Financial Distress (Y) pada Perusahaan Manufaktur Food and


(23)

BAB V Penutup 88

Universitas Kristen Maranatha Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014.

3. Hasil pengujian untuk menguji Pengaruh Arus Kas Operasi (X3) terhadap Financial Distress (Y) diperoleh hasil bahwa Ho ditolak. Dengan demikian Secara parsial Arus Kas Operasi (X3) berpengaruh terhadap Financial Distress (Y) pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014

b. Pengujian yang dilakukan antara variabel Profitabilitas (X1), Leverage (X2) dan Arus Kas Operasi (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Financial Distress (Y) secara simultan menunjukkan bahwa diperoleh suatu persamaan regresi Y = 706,771 - 0,617X1 + 418,318X2+ 145,225X3. Berdasarkan uji hipotesis secara simultan diperoleh nilai Fhitung (4,580) > Ftabel (2,839) artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian Profitabilitas (X1), Leverage (X2) dan Arus Kas Operasi (X3) berpengaruh secara simultan terhadap Financial Distress (Y) pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014. Hasil yang diperoleh dari perbandingan probabilitas dengan tingkat signifikan adalah H0 ditolak karena nilai sig. kurang dari 0,05, yaitu 0,006 < 0,05.

5.2 Keterbatasan Penelitian


(24)

BAB V Penutup 89

1. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan food and beverage saja, dan sampel yang digunakan juga jumlahnya hanya 15 perusahaan.

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 variabel saja yaitu profitabilitas, leverage, dan arus kas operasi, padahal mungkin ada variabel lain yang dapat mempengaruhi Financial Distres.

.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran untuk menjadi bahan masukan bagi pihak terkait, antara lain sebagai berikut :

1. Pihak Perusahaan

Diharapkan kepada perusahaan manufaktur, terutama yang memiliki financial distres yang tinggi, terus berupaya untuk dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam memaksimalkan profit, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan profit adalah dengan melakukan efisiensi dan mengefektifkan penggunaan modal sendiri dan keuntungan yang diperoleh harus lebih besar daripada biaya modal sebagai akibat penggunaan kas tersebut yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini menghendaki agar perusahaan dapat meningkatkan laba kotor dan kas agar mampu mempengaruhi keadaan perusahaan tersebut.

2. Bagi pemilik modal atau investor

Disarankan untuk lebih memperhatikan kriteria keuangan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan, juga perlu lebih memperhatikan kondisi modal kerja dan faktor lingkungan yang mungkin berpengaruh cukup besar


(25)

BAB V Penutup 90

Universitas Kristen Maranatha terhadap financial distres, karena pergerakan modal kerja sangat dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan berupa laporan keuangan sebagai ukuran kinerja perusahaan dan faktor eksternal perusahaan seperti ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih perlu mendapatkan perbaikan, karena itu diharapkan bagi penelitian selanjutnya sebaiknya juga dipertimbangkan faktor makro ekonomi yang juga sangat berpengaruh terhadap perilaku investor. Selain itu diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan variabel-variabel lain yang benar-benar memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan, misalnya investasi aktiva tetap.


(26)

DAFTAR

PUSTAKA

Alifiah, M., N. Salamudin, dan I. Ahmad. (2012). Prediction of Financial Distress Companies in the Consumer Products Sector in Malaysia. Jurnal. UTM. Almilia, Luciana Spica, dan Kristijadi. (2003). “Analisis Rasio Keuangan Untuk

Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. JAAI. Vol. 7, No. 2.

Almilia, Luciana Spica. (2004). “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Jakarta”. JRAI. Vol. 7, No. 1.

Ardiyanto, (2011). Pengaruh Earnings per Share, Deviden Payout Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Investmen, dan Book Value Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Riau. Pekanbaru.

Ashari, Purbayu Budi Santoso. (2005). Analisis statistic dengan Microsoft exel dan SPSS. Yogyakarta.

Brahmana, Rayenda K. (2007). Identifying Financial Distress Condition in Indonesia Manufacture Industry. Birmingham Business School. University of Birmingham. United Kingdom.

Brigham, Eugene F and Philip R. Daves. (2003). Intermediete Financial Management. Eight Edition. Thomson. South-Western. P. 837-859.

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. (2001). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Cooper, Donald R. dan Schindler, Pamela S. (2006). Metode Riset Bisnis. Jakarta PT. Media Global.

Damodaran, A. (1997). Corporate Finance Theory and practice. Newyork: John Willey & Sons, Inc.

Elloumi, F. dan Gueyie, J.-P. (2001). "Financial Distress and Corporate Governance: An Empirical Analysis". Corporate Governance. Vol. 1, No. 1, hal.15-23. Fachrudin, Khaira Amalia. (2008). Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal.

Medan: USU Press.

Fitrijanti, Tettet dan Jogiyanto Hartono M. (2002). ”Set Kesempatan Investasi: Konstruksi Proksi dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan

dan Dividen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5, No. 1, Januari, hal. 392.


(27)

Daftar Pustaka 92

Universitas Kristen Maranatha

Ghozali, Imam. (2006). “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Hanifah, Oktita Earning. (2013). Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Financial Distress Indicators Terhadap Kondisi Financial Distress. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Husnan, Suad. (1998). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Indriantoro dan Bambang Supeno. (1999). Metode Penelitian Bisnis. Edisi ke satu. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Iramani, Rr. (2007). Model Prediksi Financial Distress Perusahaan Go Public di Indonesia (studi pada sector Manufacture). Jurnal Aplikasi Manajemen.

6(1): 183-194.

Jiming, Li danWei wei, Du. (2011). An Empirical Study on the Corporate Financial

Distress Prediction Based on Logistik Model Evidence from Chinas’s

Manufacturing Industry. International Journal of Digital Content Technology. Vol. 5 No. 6.

Jogiyanto. (2007). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman pengalaman. Cetakan pertama. Yogyakarta: BPFE.

Khaira Amalia Fachrudin. (2008). Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal. USU Press. Medan.

Lind, Marchal & Wathen. (2008). Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis Dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Buku 2, Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat.

Ong, et al. (2010). Analysis On Financial Performance and Efficiency changes of Malaysian Commercial Banks After Merger and Acquisitions.

Platt, H.D., and M.B. Platt. (2002). Predicting Corporate financial Distress: Reflections on Choice-Based sample Bias. Journal of Economics and finance.Vol. 26, No. 2. Hal: 60-72.

Pranowo Koes, Noer Azam Achsani, Adler. H. Manurung. (2010). “Determinant of Corporate Financial Distress in an Emerging Market Economy : An Empirical Evidence from the Indonesian Stock Exchange 2004-2008”. International Research. Journal of Finance and Economics. ISSN 1450-2887 Issue 52. Prihadi, Toto. (2008). Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasio Keuangan.


(28)

Daftar Pustaka 93

Subramanyam K.R. dan John J. Wild. 2(010). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiarto, dkk. (2003). Teknik Sampling. Penerbit Gramedia. Jakarta. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ugurlu, M., dan Aksoy, H. (2006). Prediction of corporate financial distress in an emerging market: the case of Turkey. Cross Cultural Management: An International Journal. Vol. 13 No. 4, pp. 277-295.

Wahid Sulaiman. (2004). Analisis-Analisis Regresi menggunakan SPSS. Yogyakarta: ANDI.

Wahyuningtyas, Fitria. (2010). Penggunaan Laba dan Arus Kas untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan. Financially Distressed Firms.

Widarjo, Wahyu, dan Setiawan, Doddy. (2009). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntans. Vol. 11, No.2, Agustus. Hlm. 107-119.

Wruck, K. H. (1990). Financial Distress, Reorganization, and Organizational Efficiency. Journal of Financial Economics. 27, 419-444.


(1)

BAB V Penutup 88

Universitas Kristen Maranatha

Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014.

3. Hasil pengujian untuk menguji Pengaruh Arus Kas Operasi (X3) terhadap Financial Distress (Y) diperoleh hasil bahwa Ho ditolak. Dengan demikian Secara parsial Arus Kas Operasi (X3) berpengaruh terhadap Financial Distress (Y) pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014

b. Pengujian yang dilakukan antara variabel Profitabilitas (X1), Leverage (X2) dan Arus Kas Operasi (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Financial Distress (Y) secara simultan menunjukkan bahwa diperoleh suatu persamaan regresi Y = 706,771 - 0,617X1 + 418,318X2+ 145,225X3. Berdasarkan uji hipotesis secara simultan diperoleh nilai Fhitung (4,580) > Ftabel (2,839) artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian Profitabilitas (X1), Leverage (X2) dan Arus Kas Operasi (X3) berpengaruh secara simultan terhadap Financial Distress (Y) pada Perusahaan Manufaktur Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014. Hasil yang diperoleh dari perbandingan probabilitas dengan tingkat signifikan adalah H0 ditolak karena nilai sig. kurang dari 0,05, yaitu 0,006 < 0,05.

5.2 Keterbatasan Penelitian


(2)

BAB V Penutup 89

Universitas Kristen Maranatha

1. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan food and beverage saja, dan sampel yang digunakan juga jumlahnya hanya 15 perusahaan.

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 variabel saja yaitu profitabilitas, leverage, dan arus kas operasi, padahal mungkin ada variabel lain yang dapat mempengaruhi Financial Distres.

.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran untuk menjadi bahan masukan bagi pihak terkait, antara lain sebagai berikut :

1. Pihak Perusahaan

Diharapkan kepada perusahaan manufaktur, terutama yang memiliki financial distres yang tinggi, terus berupaya untuk dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam memaksimalkan profit, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan profit adalah dengan melakukan efisiensi dan mengefektifkan penggunaan modal sendiri dan keuntungan yang diperoleh harus lebih besar daripada biaya modal sebagai akibat penggunaan kas tersebut yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini menghendaki agar perusahaan dapat meningkatkan laba kotor dan kas agar mampu mempengaruhi keadaan perusahaan tersebut.

2. Bagi pemilik modal atau investor

Disarankan untuk lebih memperhatikan kriteria keuangan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan, juga perlu lebih memperhatikan kondisi modal kerja dan faktor lingkungan yang mungkin berpengaruh cukup besar


(3)

BAB V Penutup 90

Universitas Kristen Maranatha

terhadap financial distres, karena pergerakan modal kerja sangat dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan berupa laporan keuangan sebagai ukuran kinerja perusahaan dan faktor eksternal perusahaan seperti ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih perlu mendapatkan perbaikan, karena itu diharapkan bagi penelitian selanjutnya sebaiknya juga dipertimbangkan faktor makro ekonomi yang juga sangat berpengaruh terhadap perilaku investor. Selain itu diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan variabel-variabel lain yang benar-benar memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan, misalnya investasi aktiva tetap.


(4)

91 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR

PUSTAKA

Alifiah, M., N. Salamudin, dan I. Ahmad. (2012). Prediction of Financial Distress Companies in the Consumer Products Sector in Malaysia. Jurnal. UTM. Almilia, Luciana Spica, dan Kristijadi. (2003). “Analisis Rasio Keuangan Untuk

Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. JAAI. Vol. 7, No. 2.

Almilia, Luciana Spica. (2004). “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Jakarta”. JRAI. Vol. 7, No. 1.

Ardiyanto, (2011). Pengaruh Earnings per Share, Deviden Payout Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Investmen, dan Book Value Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Riau. Pekanbaru.

Ashari, Purbayu Budi Santoso. (2005). Analisis statistic dengan Microsoft exel dan SPSS. Yogyakarta.

Brahmana, Rayenda K. (2007). Identifying Financial Distress Condition in Indonesia Manufacture Industry. Birmingham Business School. University of Birmingham. United Kingdom.

Brigham, Eugene F and Philip R. Daves. (2003). Intermediete Financial Management. Eight Edition. Thomson. South-Western. P. 837-859.

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. (2001). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Cooper, Donald R. dan Schindler, Pamela S. (2006). Metode Riset Bisnis. Jakarta PT. Media Global.

Damodaran, A. (1997). Corporate Finance Theory and practice. Newyork: John Willey & Sons, Inc.

Elloumi, F. dan Gueyie, J.-P. (2001). "Financial Distress and Corporate Governance: An Empirical Analysis". Corporate Governance. Vol. 1, No. 1, hal.15-23. Fachrudin, Khaira Amalia. (2008). Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal.

Medan: USU Press.

Fitrijanti, Tettet dan Jogiyanto Hartono M. (2002). ”Set Kesempatan Investasi: Konstruksi Proksi dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan

dan Dividen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5, No. 1, Januari, hal. 392.


(5)

Daftar Pustaka 92

Universitas Kristen Maranatha

Ghozali, Imam. (2006). “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Hanifah, Oktita Earning. (2013). Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Financial Distress Indicators Terhadap Kondisi Financial Distress. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Husnan, Suad. (1998). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Indriantoro dan Bambang Supeno. (1999). Metode Penelitian Bisnis. Edisi ke satu. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Iramani, Rr. (2007). Model Prediksi Financial Distress Perusahaan Go Public di Indonesia (studi pada sector Manufacture). Jurnal Aplikasi Manajemen.

6(1): 183-194.

Jiming, Li danWei wei, Du. (2011). An Empirical Study on the Corporate Financial

Distress Prediction Based on Logistik Model Evidence from Chinas’s

Manufacturing Industry. International Journal of Digital Content Technology. Vol. 5 No. 6.

Jogiyanto. (2007). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman pengalaman. Cetakan pertama. Yogyakarta: BPFE.

Khaira Amalia Fachrudin. (2008). Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal. USU Press. Medan.

Lind, Marchal & Wathen. (2008). Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis Dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Buku 2, Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat.

Ong, et al. (2010). Analysis On Financial Performance and Efficiency changes of Malaysian Commercial Banks After Merger and Acquisitions.

Platt, H.D., and M.B. Platt. (2002). Predicting Corporate financial Distress: Reflections on Choice-Based sample Bias. Journal of Economics and finance.Vol. 26, No. 2. Hal: 60-72.

Pranowo Koes, Noer Azam Achsani, Adler. H. Manurung. (2010). “Determinant of Corporate Financial Distress in an Emerging Market Economy : An Empirical Evidence from the Indonesian Stock Exchange 2004-2008”. International Research. Journal of Finance and Economics. ISSN 1450-2887 Issue 52. Prihadi, Toto. (2008). Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasio Keuangan.


(6)

Daftar Pustaka 93

Universitas Kristen Maranatha

Subramanyam K.R. dan John J. Wild. 2(010). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiarto, dkk. (2003). Teknik Sampling. Penerbit Gramedia. Jakarta. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ugurlu, M., dan Aksoy, H. (2006). Prediction of corporate financial distress in an emerging market: the case of Turkey. Cross Cultural Management: An International Journal. Vol. 13 No. 4, pp. 277-295.

Wahid Sulaiman. (2004). Analisis-Analisis Regresi menggunakan SPSS. Yogyakarta: ANDI.

Wahyuningtyas, Fitria. (2010). Penggunaan Laba dan Arus Kas untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan. Financially Distressed Firms.

Widarjo, Wahyu, dan Setiawan, Doddy. (2009). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntans. Vol. 11, No.2, Agustus. Hlm. 107-119.

Wruck, K. H. (1990). Financial Distress, Reorganization, and Organizational Efficiency. Journal of Financial Economics. 27, 419-444.


Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 37 81

Pengaruh Arus Kas Terhadap Perubahan Dividen, Studi Empiris Pada Perusahaan – Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 70 91

Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Tunai pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 37 92

PENDAHULUAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Dan financial leverage Terhadap Praktik perataan laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014).

0 3 8

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Aktivitas Dan Leverage Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

0 1 12

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Aktivitas Dan Leverage Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013).

0 3 9

Pengaruh Financial Leverage terhadap profitabilitas perusahaan (studi kasus pada perusahaan sektor food and beverage yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2005-2014).

0 0 16

PENGARUH LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (Studi Pada Perusahaan Food Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016)

0 2 9

PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCE, ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS AKRUAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA PERSISTENSI LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

0 1 17