Hubungan Antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA LEVERAGE KEUANGAN DENGAN TINGKAT AKTIVITAS INVESTASI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

HERI FRANDO SIADARI 100522037

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara

Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Ekstensi S – 1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2013 Yang Membuat Pernyataan

(Heri Frando Siadari) NIM : 100522037


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu penilitian ini dilaksanakan dalam memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universita Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua

Departemen Akuntansi, Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak selaku Sekertaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Serketaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Ibu Naleni Indra MM, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Syahrul Rambe, MM selaku dosen pembaca nilai yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis dalam setiap sujud mereka, Ayahanda Sudirman Siadari dan Ibunda Herlina Silalahi, terima kasih yang tak terkira.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret 2013 penulis

Heri Frando Siadari 100522037


(5)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara leverage keuangan dan tingkat aktivitas investasi perusahaan. Variable DAR (Debt to Assets Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), dan LDER (Long Term Debt to Equity Ratio) digunakan sebagai indikator Leverage keuangan, sedangkan variabel TATO (Total Asset Turnover) digunakan sebagai indikator tingkat aktivitas investasi perusahaan.

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif asosiatif yang variabelnya bersifat kausalitas. Sampel penelitian ini adalah perusahaan food and Beverage yang terdaftar di BEI yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan bersifat time series, dan diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan Food and Beverage dari tahun 2008 – 2010. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis korelasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang terdapat hubungan yang signifikan antara leverage keuangan dan tingkat aktivitas investasi perusahaan sesuai dengan teori agensi. Korelasi yang paling kuat dinyatakan pada variabel DAR berhubungan secara signifikandan positif terhadap TATO.

Kata Kunci : Leverage Keuangan, Rasio Aktivitas, Hipotesis arus kas bebas dan Korelasi.


(6)

ABSTRACT

The main objective of this research was to analyze the correlation between financial leverage and investment activities of the company. DAR (Debt to Asset Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), and LDER (Long term Debt to Equity Ratio) were the variables that used as the indicator of financial leverage. TATO (Total Asset Turnover) is the variable that used as the indicator of investment activity of the company.

This research was an associative explanation research where the variables had causality characteristic. The sample was food and Beverage companies listed on the Stock Exchange were selected by purposive sampling method. The data used are time series, and is taken from the annual financial statements of the company's Food and Beverage years 2008 to 2010. Hypothesis testing is done by the statistical method through analysis of correlation.

The results showed that there was indeed a significant correlation between financial leverage and investment activity of the company based on agency theory. The most strength correlation was state in DAR had possitive and significant correlation to TATO.

Keywords: Financial Leverage, Activity ratios, free cash flow hypothesis and Correlation.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Struktur Modal dan Leverage Keuangan ... 7

2.2. Teori Struktur Modal ... 10

2.2.1. Teori Agensi dan Hipotesis Arus Kas Bebas ... 10

2.2.2. Teori Pertukaran (Trade off Theory) ... 12

2.2.3. Pecking Order Theory ... 14

2.3. Hubungan Antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan ... 16

2.4. Total Asset Turn Over (TATO) ... 17


(8)

2.6. Debt to Equity Ratio (DER) ... 19

2.7. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) ... 20

2.8. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

2.9. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 22

2.9.1. Kerangka Konseptual ... 22

2.9.2. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Metode Penelitian ... 26

3.2. Populasi Penelitian ... 27

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.4. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 29

3.4.1. Variabel Independen (bebas) ... 29

3.4.2. Variabel Dependen (terikat) ... 31

3.5. Metode Analisis Data ... 32

3.6. Pengujian Asumsi Klasik ... 32

3.6.1. Uji Normalitas Data ... 32

3.6.2. Uji Multikolinieritas ... 33

3.6.3. Uji Heteroskedastisitas ... 34

3.6.4. Uji Autokorelasi ... 34

3.7. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 35

3.7.1. Analisis Regresi Berganda ... 35

3.7.2. Uji Signifikasi Simultan (F-Test) ... 36

3.7.3. Uji Signifikasi Parsial (t-test) ... 37

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 38

4.1. Hasil Penelitian ... 38

4.1.1. Deskripsi Data Statistik ... 38


(9)

4.1.2.1. Uji Normalitas Data ... 39

4.1.2.2. Uji Multikolinieritas ... 42

4.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 44

4.1.2.4. Uji Autokorelasi ... 45

4.1.3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 46

4.1.3.1. Persamaan Regresi ... 46

4.1.3.2. Uji Signifikasi Simultan ... 48

4.1.3.3. Uji Signifikasi Parsial ... 49

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kesimpulan ... 53

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 54

5.3. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 21

3.1 Sampel Penelitian ... 28

3.2 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ... 35

4.1 Descriptive Statistics ... 38

4.2 Hasil Uji Normalitas ... 40

4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 43

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 45

4.5 Hasil Analisis Regresi ... 46

4.6 Hasil Uji F ... 48


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 23

4.1 Grafik Histogram LN_TATO ... 41

4.2 Grafik Normal Plot LN_TATO ... 42


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Halaman

1 Data Perusahaan Food and Beverage tahun 2008 ... 57

2 Data Perusahaan Food and Beverage tahun 2009 ... 57

3 Data Perusahaan Food and Beverage tahun 2010 ... 58

4 Descriptive Statistic ... 58

5 Hasil Uji Normalitas ... 59

6 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual 59

7 Histogram Dependent Variable: LN_TATO ... 60

8 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients (a) ... 60

9 Scatterplot Dependent Variable: LN_TATO ... 61

10 Hasil Uji Autokorelasi ... 61

11 Hasil Analisis Regresi ... 62

12 Hasil Uji F ANOVA ... 62

13 Hasil Uji t Coefficients ... 63

14 Tabel t dengan signifikansi 5% ... 63

15 Tabel F dengan Signifikansi 5% ... 65


(13)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara leverage keuangan dan tingkat aktivitas investasi perusahaan. Variable DAR (Debt to Assets Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), dan LDER (Long Term Debt to Equity Ratio) digunakan sebagai indikator Leverage keuangan, sedangkan variabel TATO (Total Asset Turnover) digunakan sebagai indikator tingkat aktivitas investasi perusahaan.

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif asosiatif yang variabelnya bersifat kausalitas. Sampel penelitian ini adalah perusahaan food and Beverage yang terdaftar di BEI yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan bersifat time series, dan diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan Food and Beverage dari tahun 2008 – 2010. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis korelasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang terdapat hubungan yang signifikan antara leverage keuangan dan tingkat aktivitas investasi perusahaan sesuai dengan teori agensi. Korelasi yang paling kuat dinyatakan pada variabel DAR berhubungan secara signifikandan positif terhadap TATO.

Kata Kunci : Leverage Keuangan, Rasio Aktivitas, Hipotesis arus kas bebas dan Korelasi.


(14)

ABSTRACT

The main objective of this research was to analyze the correlation between financial leverage and investment activities of the company. DAR (Debt to Asset Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), and LDER (Long term Debt to Equity Ratio) were the variables that used as the indicator of financial leverage. TATO (Total Asset Turnover) is the variable that used as the indicator of investment activity of the company.

This research was an associative explanation research where the variables had causality characteristic. The sample was food and Beverage companies listed on the Stock Exchange were selected by purposive sampling method. The data used are time series, and is taken from the annual financial statements of the company's Food and Beverage years 2008 to 2010. Hypothesis testing is done by the statistical method through analysis of correlation.

The results showed that there was indeed a significant correlation between financial leverage and investment activity of the company based on agency theory. The most strength correlation was state in DAR had possitive and significant correlation to TATO.

Keywords: Financial Leverage, Activity ratios, free cash flow hypothesis and Correlation.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sektor industri makanan dan minuman merupakan salah satu sub-sektor industri pengolahan non migas yang memberikan sumbangan cukup besar pada Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia 2010, jumlah pendapatan industri makanan dan minuman pada tahun 2008 sebesar 139.921,9 milyar rupiah. Jumlah nominal yang dapat dihasilkan dari sektor ini merupakan pendapatan terbesar kedua setelah industri peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi pada industri pengolahan

non-migas. Namun, “krisis ekonomi tahun 1997 masih menyisihkan segelintir permasalahan yang membuat pertumbuhan sektor industri ini bergerak lambat, bahkan mengalami penurunan dari 5,9% di tahun 2005 menjadi 5,3% pada tahun 2006” (Arifin, 2008:85). Krisis ekonomi juga mengakibatkan fluktuasi nilai tukar rupiah semakin sulit diprediksi sehingga membuat pemerintah sering mengambil kebijakan peningkatan suku bunga yang mengakibatkan peningkatan biaya modal bagi perusahaan. Kenaikan biaya inilah yang kemudian menyebabkan terganggunya manajemen investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang di perusahaan, yang berarti perusahaan terancam mengalami penurunan nilai. Selain itu, era globalisasi yang identik dengan perdagangan bebas menjadikan persaingan bisnis antar perusahaan menjadi sangat ketat.


(16)

Industri bisnis saling berlomba – lomba untuk merebut pasar global demi memaksimalkan profit dan nilai perusahaan. Pada era globalisasi ini, hanya perusahaan yang mampu memanfaatkan sumber – sumber ekonomi yang dimiliki secara efektif dan efisienlah yang dapat memenangkan persaingan tersebut melalui berbagai strategi aktivitas bisnis yang berdaya saing.

Menurut Wie (2006) dalam Arifin (2008:91), “salah satu langkah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan menjaga kebijakan yang yang mendukung persaingan usaha yang sehat guna terciptanya alokasi sumber daya yang efektif dan efisien”. Salah satu kebijakan yang dianggap paling penting adalah kebijakan pendanaan. Kebijakan pendanaan merupakan salah satu kunci dalam menentukan nilai perusahaan. “Menurut teori struktur modal, kebijakan pendanaan dalam menentukan struktur modal bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan cerminan dari kinerja aktivitas – aktivitas bisnis yaitu: kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target struktur modal (aktivitas pendanaan), kemampuan manajemen investasi dalam mengefektifkan penggunaan aktiva (aktivitas investasi) dan kemampuan manajemen operasi dalam mengefisienkan proses produksi dan distribusi (aktivitas operasi)” (Sugihen,2003:12). “Kebijakan pendanaan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan apabila manajemen perusahaan mampu menggunakan sumber – sumber ekonomi yang mereka miliki dengan efektif dan efisien” (Jensen,1986:323-329 dalam Sugihen,2003:12).

Aktivitas bisnis lainnya yang cukup penting dalam menentukan nilai perusahaan adalah aktivitas investasi. Aktivitas investasi merupakan kegiatan


(17)

perencanaan dan pelaksanaan kebijakan investasi dengan tujuan mengupayakan efektivitas dan efisiensi penggunaan aktiva perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Aktivitas investasi juga memprediksi berapa modal yang diperlukan perusahaan dalam pemakaian dan penambahan aktiva perusahaan untuk kegiatan produksi. Semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan, maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut, sehingga nilai perusahaan menjadi semakin baik. Dengan demikian, nilai perusahaan adalah cerminan dari kinerja keuangan yang berasal dari hasil aktivitas – aktivitas bisnis. Kemampuan manajemen dalam menggunakan faktor produksi yang dimiliki aktivitas investasi dapat diukur melalui rasio aktivitas, yang menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan sumber dayanya, diantaranya tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran aktiva tetap, dan tingkat perputaran total aktiva.

Salah satu alternatif kebijakan pendanaan adalah pendanaan dengan utang. Penggunaan utang dalam sumber pendanaan mempunyai keuntungan, yaitu dapat mengurangi jumlah pembayaran pajak karena beban bunga tetap yang ditimbulkan dari utang, berbeda dengan pembayaran deviden yang tidak dapat mengurangi pembayaran pajak. Disisi lain, penggunaan utang juga mempunyai kerugian karena timbulnya ancaman biaya keagenan dan kebangkrutan. Menurut teori pertukaran (trade of theory) yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller (MM) tahun 1958, bila keuntungan pajak lebih besar dari biaya keagenan dan kebangkrutan, maka sebaiknya perusahaan menggunakan utang untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Teori ini juga menyatakan bahwa nilai


(18)

perusahaan akan meningkat sejalan dengan penggunaan utang, selama posisi utang dalam struktur modal masih berada dibawah target struktur modal optimal. Karena menurut teori struktur modal, jika posisi struktur modal telah berada di atas target struktur modal, maka setiap pertambahan utang akan menurunkan nilai perusahaan.

Teori keagenan (Agency Theory) yang dikemukakan oleh Jensen pada tahun 1986 menekankan bahwa “masalah keagenan yang timbul antara manajer dengan pemegang saham dalam memanfaatkan arus kas bebas dapat diatasi dengan peningkatan utang, dengan harapan persyaratan pelunasan utang yang ketat akan membuat manajemen perusahaan lebih efisien dalam menggunakan faktor – faktor produksi milik perusahaan untuk memproduksi aktiva perusahaan” (Jensen:1986 dalam Sugihen, (2003:13). Pernyataan ini kemudian dikenal sebagai hipotesis arus kas bebas (free cash flow hypothesis) yang merupakan pengembangan dari teori keagenan. Penggunaan utang sebagai sumber pendanaan tentunya dapat meningkatkan peluang manajemen perusahaan untuk melakukan berbagai aktivitas perusahaan karena adanya tambahan kas bagi perusahaan yang dapat menimbulkan arus kas bebas. Sehingga dapat diduga bahwa peningkatan utang dapat membuat perusahaan menjadi lebih efisien dalam menggunakan aktiva perusahaan.

Penelitian terdahulu mengenai hubungan antara struktur modal dengan aktivitas investasi, produktifitas, kinerja keuangan, dan nilai perusahaan menunjukkan hasil yang beragam. Fillbeck dan Gorman (2001) menemukan hubungan yang positif antara leverage dengan tingkat aktivitas investasi dan


(19)

produktivitas aktiva. Hal ini berarti sejalan dengan hipotesis arus kas bebas yang telah dijelaskan diatas. Namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2004) dan Sugihen (2003) yang menyatakan bahwa kebijakan utang (leverage keuangan) mempunyai pengaruh negatif terhadap aktivitas investasi perusahaan. Hal ini diperkirakan karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar saat krisis ekonomi tahun 1997.

Perusahaan food and beverage merupakan industri yang potensial karena berhubungan dengan kebutuhan pokok manusia. Hal ini ditandai dengan sangat tingginya tingkat persaingan antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya dalam industri ini. Sehingga banyak investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan food and beverage, dengan harapan memperoleh deviden yang cukup besar dari hasil investasi yang telah dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas maka penyusunan skripsi ini diberi judul

“Hubungan Antara Leverage Keuangan Dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan sesuai dengan agency theory?


(20)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat hubungan yang signifikan antara leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan sesuai dengan agency theory.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang hubungan antara leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 – 2010.

b. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis.

c. Bagi akademisi, dapat menambah literatur mengenai topik kebijakan pendanaan dengan utang dan hubungannya dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan.

d. Bagi investor, dapat menjadi tambahan wacana dalam menentukan kebijakan pendanaan dengan utang dan implikasinya terhadap perusahaan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur Modal dan Leverage Keuangan

“Struktur modal merupakan komposisi pendanaan permanen perusahaan, yaitu bauran pendanaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan dimana struktur keuangan mencerminkan kebijakan

manajemen perusahaan dalam mendanai aktivanya” (Sawir, 2004:2).

Tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan bauran sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan harga saham dan agar tujuan manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai.

“Bauran pendanaan yang ideal dan selalu diupayakan manajemen ini disebut struktur modal optimal”. (Warsono, 2003:235)

Perusahaan dalam menentukan struktur modalnya pasti bertujuan untuk meminimalkan biaya modal yang akan dikeluarkan, karena biaya ini secara potensial akan mengurangi pembayaran deviden tunai kepada para pemegang saham. Jika biaya modal ini dapat diminimalisir, jumlah deviden tunai yang akan dibayarkan akan meningkat, dan hal ini tentunya dapat memaksimumkan harga saham. Penentuan struktur modal yang menyangkut bauran pendanaan yang berasal dari modal sendiri dan utang yang akan digunakan oleh perusahaan pada akhirnya menyangkut penentuan berapa banyak utang (leverage keuangan) yang


(22)

akan digunakan oleh perusahaan untuk mendanai aktivanya. Menurut Warsono

(2003:204), “leverage adalah setiap penggunaan dana yang membawa

konsekuensi biaya dan beban tetap”. Jika perusahaan menggunakan utang, berarti

memiliki kewajiban tetap untuk membayar bunga atas utang yang diambil dalam rangka pendanaan perusahaan.

Menurut Sawir (2004:2), “ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk)”. Keputusan keuangan yang berkaitan dengan leverage, seperti yang telah disebutkan sebelumnya akan membawa konsekuensi pada peningkatan resiko pemegang saham biasa. Risiko yang dihadapi oleh perusahaan atau pemegang saham biasa ini dibagi menjadi dua macam, yaitu risiko bisnis (business risk) berkaitan dengan ketidakpastian tingkat pengembalian atas aktiva suatu perusahaan di masa mendatang, dan risiko keuangan (financial risk) terjadi karena banyak penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodik berupa beban bunga. (Warsono, 2003:204).

Risiko keuangan (financial risk) adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai akibat dari pengambilan keputusan pendanaan dengan utang. Risiko ini terjadi karena para pemberi pinjaman (utang) yang menerima pembayaran bunga secara tetap, dianggap tidak menanggung risiko bisnis. Pada dasarnya, pendanaan melalui utang akan meningkatkann tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi, tetapi disisi lain, pendanaan melalui utang juga menaikkan tingkat risiko atas investasi.


(23)

Menurut Brigham dan Houston (2006:6), Kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan pengembalian:

a. Penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh pemegang saham.

b. Namun penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya ekspektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi. Menurut Sawir (2004:2) “Leverage keuangan dapat diukur berdasarkan nilai buku yaitu dengan rasio seluruh buku dengan nilai utang (Debt to Aset Ratio

– DAR)”. “Pengukuran manfaat penggunaan utang atau analisis leverage keuangan dapat dilakukan dengan memperbandingkan tingkat pengembalian aktiva” (Sawir; 2004:4).

Menurut Alwi (1994:301), “Leverage keuangan dapat diukur dengan membandingkan total hutang dengan seluruh aktiva dalam perusahaan yang disebut juga dengan leverage factor”. Leverage factor 80% berarti perusahaan menggunakan 80% utang dan 20% modal sendiri.


(24)

2.2. Teori Struktur Modal

2.2.1. Teori Agensi dan Hipotesis Arus Kas Bebas

Jensen dan Meckling (1967) dalam Meythi (2005) Telah mengembangkan teori agensi yang menjelaskan tentang pola hubungan antara principal dan agen. Penunjukan manajer oleh pemegang saham akan memunculkan perbedaan kepentingan karena manajer diberi kekuasaan untuk membuat keputusan yang dapat menciptakan konflik potensial.

Masalah agen timbul karena adanya hubungan bukan saja antara pemilik dan manajer, tetapi juga hubungan antara pemilik dan pemberi pinjaman (Manurung, 2001). Pemberi pinjaman menyediakan dana pada perusahaan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran modal sekarang, yang akan datang, dan struktur modal bagi perusahaan. Faktor ini menentukan resiko bisnis dan risiko keuangan perusahaan. Jika pemberi pinjaman memberikan dana pada perusahaan, bunga dibebankan berdasarkan penilaian pemberi pinjaman atas risiko perusahaan. Jika investasi yang berisiko tidak berhasil, maka pemberi pinjaman menanggung biayannya. Jelas ada insentif dimana manajer bertindak atas nama pemegang saham untuk mengambil keuntungan dari pemberi pinjaman.

Untuk menghindari situasi ini, pemberi pinjaman melakukan monitoring dan teknik pengendalian pada yang diberi pinjaman yang disebut dengan biaya agen. Jika pinjaman yang ada hanya sedikit, maka pengawasan (monitoring) yang dilakukan pemberi pinjaman pun tidak terlalu ketat. Biaya pengawasan tersebut,


(25)

seperti halnya biaya kebangkrutan, cenderung meningkat pula dengan leverage keuangan.

(Jensen:1986:323) memperluas konsep teori agensi kedalam area manajemen struktur modal, dengan konsepnya yang diberi nama free cash flow

(arus kas bebas), dengan pengertian sebagai berikut. “Arus kas bebas adalah arus

kas lebih yang dibutuhkan untuk mendanai semua proyek yang memiliki nilai sekarang (NPV) positif saat nilai diskonto dengan biaya modal yang relevan”. (Jensen,1986:323 dalam keown, 2000:558)

Jensen mengemukakan bahwa arus kas bebas yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk yang bukan demi kepentingan pemegang saham biasa perusahaan. Dengan kata lain, manajer

memiliki insentif untuk memegang arus kas bebas dan “bermain” dengannya,

bukan mengolahnya, misalnya menjadi pembayaran tunai yang lebih tinggi. Tapi tidak semuanya hilang. Ini mengarah pada yang disebut Jensen sebagai hipotesis kontrolnya untuk penciptaan utang (peningkatan utang).

Dengan meningkatkan leverage, pemegang saham akan menikmati

pengawasan “kontrol” yang lebih atas tim manajemennya. Contohnya, jika

perusahaan menerbitkan utang baru dan menggunakan hasilnya untuk membeli kembali saham yang terutang, maka manajemen wajib membayar tunai untuk menutupi utang. Ini berarti mengurangi jumlah arus kas yang ada pada manajemen untuk dipermainkan.


(26)

Motif penggunaan leverage keuangan ini bisa disebut sebagai hipotesis ancaman, karena manajemen berada dibawah ancaman kegagalan keuangan. Karenanya, sesuai dengan teori agensi pada struktu modal, manajer bekerja lebih efisien dan disiplin (keown,2000:558).

2.2.2. Teori Pertukaran (Trade off Theory)

Sejumlah argumentasi terdahulu mengarah pada perkembangan yang

disebut dengan “Teori Trade off dari leverage”, dimana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham, 2006:36).

Ringkasan teori trade off:

1. Fakta bahwa bunga adalah beban pengurang pajak menjadikan utang lebih mudah daripada saham biasa atau saham preferen. Akibatnya secara tidak langsung pemerintah telah membayarkan sebagian biaya dari modal utang, atau dengan cara lain, utang memberikan manfaat perlindungan pajak. Jadi, penggunaan utang memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang diterima oleh para investor. Karenanya semakin banyak perusahaan mempergunakan utang, semakin tinggi harga sahamnya. Menurut asumsi tulisan Modigliani – Miller dengan pajak, harga saham sebuah perusahaan akan mencapai nilai maksimal sepenuhnya jika perusahaan sepenuhnya menggunakan utang 100%.


(27)

2. Dalam dunia nyata, perusahaan jarang menggunakan utang 100%. Alasan utama perusahaan membatasi penggunaan utangnnya adalah untuk menjaga-jaga biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan tetap rendah. 3. Terdapat beberapa tingkat batasan utang, dimana kemungkinan

kebangkrutanya begitu rendah sehingga menjadi tidak penting. Kemudian, biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan menjadi semakin penting, dan biaya-biaya tersebut mengurangi manfaat pajak atas utang dengan tingkat yang semakin tinggi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan berkurang tetapi tidak sepenuhnya menutupi manfaat pajak atas utang, sehingga harga saham perusahaan naik seiring dengan naiknya rasio utang. Akan tetapi, biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan telah melebihi manfaat pajak, sehingga selanjutnya penigkatan rasio utang akan menurunkan nilai saham.

4. Terdapat fakta bahwa banyak perusahaan besar yang sukses menggunakan utang lebih sedikit daripada yang dinyatakan dalam teori ini. Hal ini mengarah pada teori pensinyalan (signaling theory). (Brigham, 2006:37-38).

Teori pertukaran juga merupakan salah satu teori dasar dalam pengambilan keputusan pendanaan karena teori ini menjelaskan pembayaran bunga yang dapat dikurangkan dari perhitungan pajak dapat meningkatkan nilai perusahaan sejalan dengan peningkatan utang, selama posisi utang dalam struktur modal masih berada dibawah target struktur modal optimal. Karena menurut teori struktur


(28)

modal, jika posisi struktur modal telah berada diatas target struktur modal optimal, maka setiap pertambahan utang akan menurunkan nilai perusahaan.

Leverage keuangan sebenarnya tidak secara langsung dapat menaikkan nilai perusahaan. Kebijakan pendanaan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan apabila manajemen perusahaan mampu menggunakan sumber-sumber ekonomi yang mereka miliki dengan efektif dan efisien sehingga akan menghasilkan tingkat produktivitas aktiva yang baik pula. Maka, dengan asumsi posisi struktur modal masih berada dibawah target struktur modal optimal, maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis bahwa leverage keuanngan mempunyai hubungan yang signifikan dengan aktivitas investasi perusahaan.

2.2.3. Pecking Order Theory

Pandangan alternatif yang ditujukan pada meramalkan bagaimana manajer akan mendanai anggaran modal perusahaannya sekarang dikenal dalam literatur ekonomi keuangan sebagai “Pecking Order Theory”.

Pecking Order Theory dalam struktur modal dijelaskan dalam empat poin dibawah ini :

1. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan denda untuk kesempatan investasi. 2. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana dari


(29)

3. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan pertama akan memilih menerbitkan sekuritas utang. Menerbitkan sekuritas jenis modal akan diterbitkan terakhir.

4. Dengan semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai proyek dengan nilai sekarang positif, pendapatan pecking order akan diikuti, ini berarti lebih menyukai utang yang berisiko, artinya pada konvertibel, modal preferen, dan modal biasa sebagai pilihan terakhir. Keown (2000:57).

Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu lagi membuka diri dari pemodal luar, kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh dari pemodal luar sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana ekternal lebih disukai dalam bentuk utang daripada modal sendiri dengan alasan : pertama, biaya emisi obligasi lebih murah daripada biaya emisi saham baru. Kedua, manajer khawatir penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai akibat buruk dari pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Jadi, urutan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri) (Karo, 2003:53 dalam Aditya, 2006:13).


(30)

2.3. Hubungan antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas

Investasi Perusahaan

Kebijakan utang suatu perusahaan tercermin dari hasil kebijakan pendanaan tersebut dalam menentukan struktur modalnya. Teori agensi yang menyatakan bahwa adanya tingkat pinjaman/utang yang tinggi merupakan insentif bagi manajer untuk bekerja lebih efisien, karena harus memastikan arus kas yang dihasilkan mencukupi untuk membayar utang tersebut. Sehingga manajemen memiliki insentif untuk menggunakan dana yang ada bagi investasi yang menguntungkan dan berusaha menghindari timbulnya beban yang akan menghabiskan dana, misalnya biaya agensi.

Manajer perusahaan dengan banyaknya arus kas bebas mungkin mencoba untuk memanfaatkan kas itu untuk meningkatkan kekuatannya dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Jensen mengatakan bahwa pemecahan atas arus kas bebas adalah lebih banyak leverage. Misalnya manajemen menggunakan arus kas bebas perusahaan ditambah perolehan dari utang baru untuk membeli kembali saham dari pemegang saham luar. Ini membantu memecahkan masalah arus kas bebas.

Peningkatan leverage ini juga dapat menghilangkan arus kas bebas yang ada dalam perusahaan, agar proyek investasi dimasa depan harus didanai secara eksternal, maka proyek masa depan ini harus melewati tes pasar untuk diterima oleh bankir luar atau pembeli obligasi. Akhirnya pembayaran bunga yang tinggi akibat penggunaan leverage kembali menerapkan disiplin permanen pada manajer


(31)

untuk memenuhi pembayaran ini, sehingga penggunaan faktor – faktor produksi dilakukan secara efektif dan efisien. Seberapa baik faktor produksi digunakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dapat dilihat dari seberapa besar produktivitas aktiva yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Sejalan dengan hal tersebut, maka penulis menggunakan teori agensi dalam teori struktur modal ini sebagai dasar menganalisis hubungan leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan.

2.4. Total Asset Turn Over (TATO)

Akivits investasi dalam penelitian ini diukur dengan Total Asset Turn Over (TATO). Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume

penjualan tertentu (Syamsuddin,2009:19).

Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau


(32)

diperbesar.

Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.

Total assets turn over dihitung sebagai berikut:

2.5. Debt to Asset Ratio (DAR)

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor. (Darsono, 2005:54). DAR dapat dihitung dengan rumus:


(33)

2.6. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage.

Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang

saham (Wahyono, 2002:12).

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta

dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).

Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya

dengan menggunakan modal yang ada.


(34)

2.7. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara klaim keuangan jangka panjang yang digunakan untuk mendanai kesempatan investasi jangka panjang dengan pengembalian jangka panjang pula. (Brigham, 1996:543). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

2.8. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sebagai pembanding akan dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan konsep dengan penelitian ini. Beberapa penelitian tersebut akan disajikan pada tabel 2.1 berikut ini:


(35)

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu Nama, Tahun, dan

judul

Sampel dan

Sumber Data Variabel

Model

Analisis Temuan

Fillbeck, G dan R.F.Gorman,2001, The Relationship Between Productivity and Leverage 27 Jenis Industri. Standard and Poor’s Research Database selama periode tahun 1978 sampai dengan tahun 1999 Dependen Variabel: Rasio Produktivitas, sales per employee,total asset turnover (SAR), dan Fixed Asset Turnover (FAT). Independen Variabel: Rasio Leverage, DER dan DMER Analisis Regresi Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara leverage dengan produktivitas aktiva dan aktivitas investasi (FAT) Sugihen, S.G, 2003, Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva, Kinerja Keuangan, dan Nilai Perusahaan Industri Manufaktur Terbuka di Indonesia 100 sampel perusahaan terbuka 1995-2000 berasal dari BEJ Dependen Variabel: Nilai Perusahaan, Kinerja Keuangan (ROA dan BEP), Produktivitas Aktiva (SAR), dan Aktivitas Investasi (ART, ITO, dan FAT)

Independen

Variabel : Struktur Modal (DAR dan EAR) Struktural Equation Modeling (SEM) Struktur Modal berpengaruh negatif terhadap aktivitas investasi dan produktivitas aktiva Struktur modal dan kinerja keuangan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan Manurung, Novalina, 2004, Pengaruh Tingkat Kebijakan Utang terhadap Aktivitas Investasi Perusahaan Manufaktur di BEJ 103 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ 1995-2000

Dependen Variabel: Aktivitas Investasi (ART, ITO, dan FAT) Regresi sederhana dengan software SPSS 10.0 Tingkat kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap aktivitas investasi perusahaan Sumber : Data Penelitian Terdahulu


(36)

2.9. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.9.1. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, DAR, DER, dan LDER digunakan sebagai variabel indikator dari leverage keuangan, untuk mengetahui apakah leverage keuangan memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat aktivitas investasi (melalui variabel TATO). Hubungan kausal antara leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan didasarkan pada teori agensi. Teori agensi yang dikembangkan oleh Jensen (1986) menjelaskan bahwa penggunaan utang dapat mengurangi biaya keagenan dari arus kas bebas dan membuat manajer menjadi disiplin dalam menggunakan faktor – faktor produksi agar lebih produktif. Hipotesis dari teori agensi juga menyatakan bahwa utang dapat memotivasi manajer untuk menjadi lebih efisien sehingga penggunaan aktiva perusahaan menjadi lebih produktif.

Teori pertukaran menjelaskan bahwa pembayaran bunga yang dapat dikurangkan dari perhitungan pajak dapat meningkatkan nilai perusahaan sejalan dengan peningkatan utang, selama posisi utang dalam struktur modal masih berada dibawah target struktur modal optimal. Kebijakan pendanaan (dengan utang) yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan apabila manajemen perusahaan mampu menggunakan sumber – sumber ekonomi yang mereka miliki dengan efektif dan efisien sehingga akan menghasilkan tingkat produktivitas aktiva yang baik pula. Maka, dengan asumsi posisi struktur modal masih berada dibawah target struktur modal optimal, maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis


(37)

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan, yang dapat dilihat dari tingkat perputaran total aktiva.

Kerangka konseptual penelitian ini akan disajikan pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan:

a. Debt to Asset Ratio (DAR)

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga

DAR (X1)

DER (X2)

LDER (X3)


(38)

kepada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor. (Darsono, 2005:54).

b. Debt to Equity Rasio (DER)

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.

c. Long term Debt to Equity Ratio (LDER)

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara klaim keuangan jangka panjang yang digunakan untuk mendanai kesempatan investasi jangka panjang dengan pengembalian jangka panjang pula. (Brigham, 1996:543).

d. Total Asset Turn Over (TATO)

Rasio ini menggambarkan kemampuan operasional perusahaan dalam menjual dengan menggunakan aktiva yang dimiliki. Rasio produktivitas yang rendah menunjukkan terjadinya ketidakefisienan dalam menggunakan asset yang dimiliki (Darsono, 2005:58).


(39)

2.9.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu hipotesis nol yang merupakan hipotesis yang diterima kecuali bahwa data yang yang kita kumpulkan salah dan hipotesis alternatif yang merupakan hipotesis yang diterima hanya jika data yang kita kumpulkan mendukungnya ( Rochaety, 2007: 108).

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka, dirumuskan sebuah hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan sesuai dengan agency theory.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksplanatif asosiatif, dimana hubungan antara variabel tersebut dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang akan diuji kebenarannya (Sugiyono, 2006:11). Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis. (Hypothesis Testing).

Hubungan antar variabelnya bersifat kausalitas. “Desain kausal berguna

untuk mengukur hubungan – hubungan antara variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.” (Umar, 2003:63).

Adapun variabel yang akan diteliti adalah DAR, DER, LDER sebagai variabel independen (X1, X2, X3) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap TATO sebagai variabel dependen (Y).

Berdasarkan perspektif pengukuran konstruk, penelitian ini menggunakan pengukuran skala rasio, dimana klasifikasi konstruk diukur dalam bentuk variabel.


(41)

Penelitian ini akan menggunakan metode observasi (pengamatan) terhadap data yang akan digunakan. Dimensi waktu yang dipakai adalah cross sectional, yang mencerminkan keadaan pada suatu saat tertentu, yaitu dari tahun 2008 – 2010.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan sebagai objek penelitian. Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yang merupakan teknik penentuan anggota sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam penentuan sampel pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Perusahaan-perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010.

2. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan selama periode pengamatan.


(42)

3. Laporan keuangan periode 2008-2010 pada perusahaan-perusahaan tersebut telah diaudit oleh auditor independen.

4. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laba bersih selama periode pengamatan.

Berikut ini adalah sampel penelitian yang telah dilakukan dengan purposive sampling yang berjumlah 16 perusahaan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3 4

1 PT Akasha Wira International (d/h Ades Waters Indonesia) Tbk

√ √ √ √ 1

2 PT Aqua Golden Mississippi Tbk - - -

3 PT Cahay Kalbar √ √ √ √ 2

4 PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ √ 3

5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk - - -

6 PT Mayora Indah Tbk √ √ √ √ 4

7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ √ 5

8 PT Pioneerindo Gourment International

Tbk

√ - - -

9 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ √ 6

10 PT Sekar Bumi Tbk √ - - -

11 PT Sekar Laut Tbk √ √ √ √ 7

12 PT Siantar TOP Tbk √ √ √ √ 8

13 PT Sinar Mas Agro Resources and

Technology (SMART) Tbk

√ - - -

14 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ √ 9

15 PT Tunas Baru Lampung Tbk √ - - -

16 PT Ultra Jaya Milk & trading Company

Tbk √ √ √ √

10 Sumber : Hasil olahan peneliti (2012)

Berdasarkan teknik penarikan sampel tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang memenuhi kriteria dan yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 10 perusahaan. Adapun perusahaan-perusahaan


(43)

lain yang tidak memenuhi kriteria tidak dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yaitu internet melalui situs Bursa Efek Indonesia dengan melihat laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahunnya baik dalam media cetak maupun data yang di download melalui situs www.idx.co.id.

3.4. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.4.1. Variabel Independen (bebas)

Menurut sugiyono (2005:33), variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah leverage keuangan. Leverage keuangan merupakan penggunaan dana yang disertai dengan beban tetap (pendanaan dengan utang). Leverage keuangan diukur melalui rasio solvabilitas/pengungkit. Rasio pengungkit adalah rasio untuk mengetahui


(44)

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi (Darsono, 2005:54). Alat ukur yang digunakan adalah :

a. Debt to Asset Ratio (DAR)

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor. (Darsono, 2005:54).

b. Debt to Equity Rasio (DER)

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. (Darsono, 2005:54).

c. Long term Debt to Equity Ratio (LDER)

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara klaim keuangan jangka panjang yang digunakan untuk mendanai kesempatan investasi jangka panjang dengan pengembalian jangka panjang pula. (Brigham, 1996:543).


(45)

3.4.2. Variabel dependen (terikat)

Menurut sugiyono (2005:33), variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah aktivitas investasi perusahaan. Aktivitas investasi mengacu pada perolehan dan pemeliharaan investasi dengan tujuan menjual produk dan menyediakan jasa, dan untuk tujuan menginvestasikan kelebihan kas. Investasi dalam tanah, bangunan, peralatan, hak legal (paten, lisensi, hak cipta), persediaan, sistem informasi, dan aktiva sejenis adalah untuk menjalankan operasi bisnis perusahaan (Wild, 2005:22). Aktivitas investasi perusahaan dapat dilihat pada sisi kiri neraca (aktiva perusahaan). Aktivitas investasi perusahaan dapat diukur melalui rasio aktivitas untuk mengukur efektivitas manajemen dalam menggunakan sumber dayanya. Alat ukur yang digunakan adalah :

a. Total Asset Turn Over (TATO)

Rasio ini menggambarkan kemampuan operasional perusahaan dalam menjual dengan menggunakan aktiva yang dimiliki. Rasio produktivitas yang rendah menunjukkan terjadinya ketidakefisienan dalam menggunakan asset yang dimiliki (Darsono, 2005:58).


(46)

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik korelasi dengan menggunakan software SPSS 18. Tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis yaitu asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Untuk pengujian hipotesis, dilakukan analisis uji F dan uji t.

3.6. Pengujian Asumsi Klasik 3.6.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain: analisis grafik dan analisis statistik.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya:

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal (menyerupai lonceng), regresi memenuhi asumsi normalitas.


(47)

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.6.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah regresi mempunyai korelasi antara variabel independen. Menurut Umar (2003: 132) “multikolinieritas adalah ada tidaknya korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya.

Pengujian multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai VIF antar variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidaknya adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolonieritas.

c. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta variance inflation (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya (Ghozali, 2006: 91).


(48)

3.6.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghazali, 2006: 105). Suatu model yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Menurut Ghazali (2006: 105) cara memprediksinya adalah jika pola gambar scatterplot model tersebut adalah:

a. Titik - titik data menyebar diatas dan dibawah atau sekitar angka 0 b. Titik - titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3.6.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross sectional).

Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (DW). Untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi dilihat dari tabel sebagai berikut:


(49)

Tabel 3.2

Tabel Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negative No decision 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif

atau negative

Tidak ditolak du < d < 4 – du

Sumber: Ghozali, 2006: 96

3.7. Pengujian Hipotesis Peneliti

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi berganda, uji signifikansi t-test serta uji signifikansi F-test. Menurut Rochaety (2007: 107) “dengan uji hipotesis kita memusatkan perhatian pada peluang kita membuat keputusan yang salah. Hipotesis diterima atau ditolak berdasarkan informasi yang terkandung dalam sampel tetapi menggambarkan keadaan

populasi”.

3.7.1. Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel terkait dan memprediksi variabel terkait dengan menggunakan dua

atau lebih variabel bebas”. Model persamaannya adalah sebagai berikut:


(50)

Keterangan :

Y = Variabel dependen yaitu Total Asset Turn Over (TATO).

a = Intercept/koefisien yang menyatakan perubahan rata – rata variabel dependen untuk setiap variabel independen sebesar satu atau yang disebut konstanta.

b1,b2,b3, = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka terjadi kenaikan pada variabel dependen, bila b (-) maka terjadi penurunan pada variabel dependen, dalam hal ini yaitu Total Asset Turn Over (TATO). X1 = Debt to Asset Rasio (DAR)

X2 = Debt to Equity Ratio (DER)

X3 = Long term Debt to Equity Ratio (LDER)

e = error

3.7.2. Uji Signifikasi Simultan (F-test)

Pengujian hipotesis secara simultan dilakukan dengan uji F. Menurut Ghazali (2006: 84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama tehadap variabel dependen/terikat”. Uji F merupakan suatu untuk mengetahui apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang sihnifikan terhadap variabel dependen. Penguji ini


(51)

dilakukan dengan menghitung serta membandingkan F hitung dengan F tabel yaitu ketentuan sebagai berikut:

Jika Fhitung < Ftabel dan signifikansi > 5 % H0 diterima Jika Fhitung > Ftabel dan signifikansi < 5 % Ha diterima

3.7.3. Uji Signifikasi Parsial (t-test)

Menurut Ghozali (2006: 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variabel dependen”. Uji t merupakan suatu cara untuk mengukur

apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini dilakukan dengan menghitung serta membandingkan t hitung dengan t tabel yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika t hitung < t tabel dan signifikansi > 5 % H0 diterima Jika t hitung > t tabel dan signifikansi < 5 % Ha diterima


(52)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1.Hasil Penelitian

4.1.1.Deskripsi Data Statistik

Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel statistik deskriptif ini meliputi nilai rata-rata (mean), jumlah data (N) dan standar deviasi dari tiga variabel independen yaitu debt to asset ratio (DAR), debt equity ratio (DER), long term to equity ratio (LDER) sebagai variabel yang mempengaruhi total asset turn over (TATO) pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di bursa efek Indonesia. (lihat lampiran)

Tabel 4.1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LN_DAR 30 -1.83 -.12 -.7753 .40327

LN_DER 30 -2.53 3.74 .5229 1.49323

LN_LDER 30 -4.61 .31 -1.5068 1.26060

LN_TATO 30 -1.02 1.18 .1150 .52175

Valid N (listwise) 30

Sumber: hasil pengelohan SPSS (2012)

Tabel 4.1 menunjukkan hasil output SPSS mengenai statistik deskriptif variabel penelitian tahun 2008 – 2010 dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 30 perusahaan (10 perusahaan selama 3 tahun). Dari tabel tersebut dapat dijelaskan statistik deskriptif masing – masing variabel, bahwa :


(53)

a. Variabel DAR memiliki nilai minimum -1,83; nilai maksimum -0,12; nilai rata-rata DAR sebesar -0,7753 dengan standar deviasi 0,40327 dan jumlah observasi sebanyak 30 sampel

b. Variabel DER memiliki nilai minimum -2,53; nilai maksimum 3,74; nilai rata-rata 0,5229 dengan standar deviasi sebesar 1,49323 dan jumlah observasi sebanyak 30 sampel

c. Variabel LDER memiliki nilai minimum -4,61; nilai maksimum 0,31; nilai rata-rata -1,5068 dengan standar deviasi 1,26060 dan jumalah observasi sebanyak 30 sampel.

d. Variabel TATO memiliki nilai minimum -1,02; nilai maksimum 1,18; nilai rata-rata 0,1150 dengan standart deviasi 0,52175 dan jumlah observasi sebanyak 30 sampel.

4.1.2 Uji Asumsi Klasik 4.1.2.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal serta untuk menghindari bias dalam model regresi. Penggujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogorov-Sminov (K-S), dengan membuat hipotesis:

H0: data residual berdistribusi normal Ha: data residual tidak berdistribusi normal


(54)

Apabila signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterima, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 29

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .94491118

Most Extreme Differences Absolute .108

Positive .108

Negative -.079

Kolmogorov-Smirnov Z .582

Asymp. Sig. (2-tailed) .887

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2012)

Dari hasil pengelolahan data, diperoleh variabel DAR, DER, LDER dan TATO terdistribusi secara normal dengan nilai signifikan sebesar 0,887 > 0,05 maka H0 diterima

Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas berikut ini turut dilampirkan grafik histogram dan plot data yang terdistribusi normal.


(55)

Gambar 4.1 Histogram Sumber; Hasil Pengolahan SPSS (2012)

Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal, dari grafik histogram di atas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan.

Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot. Normalitas data dapat menggunakan normal P-Plot data dalam keadaan normal apabila distribusi data menyebar disekitar diagonal.


(56)

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2012)

Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

4.1.2.2Uji Multikolinieritas

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas, dapat dilakukan dari hasil output SPSS dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai yang umum dipakai untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas adalah jika tolerance < 0,1 sedangkan VIF > 10 (Ghozali, 2005: 92).


(57)

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients(a)

Coefficientsa,b

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.032 .214 -.150 .882

LN_DAR -.613 .310 -.368 -1.975 .059 .846 1.182

LN_DER .072 .066 .205 1.092 .285 .835 1.198

LN_LDER .250 .088 .568 2.847 .009 .738 1.355

a. Dependent Variable: LN_TATO

b. Weighted Least Squares Regression - Weighted by DAR

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2012)

Dari data pada tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas dengan dasar nilai VIF untuk setiap variabel independen tidak ada yang melebihi 10 dan nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0.1, hal ini dapat dilihat dari nilai tolerance DAR sebesar 0,846; DER sebesar 0,835; LDER sebesar 0,738 tidak kurang dari 0,1 dan nilai VIF DAR sebesar 1,182; DER sebesar 1,198; dan LDER sebesar 1,355 tidak melebihi 10. Maka dapat dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan model regresi berganda.


(58)

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah melihat plot grafik yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) Jika pola tertentu, sperti titik-titik yang teratur maka telah terjadi heteroskedastisitas,

2) Jika tidak ada pola tertentu, serta titik-titik yang menyebar tidak tertentu diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heterskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan mengganti penyebaran titik-titik pada gambar.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber; Hasil Pengolahan SPSS (2012)


(59)

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dengan demikian, model ini layak dipakai untuk memprediksi kebijakan pendanaan pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di bursa efek indonesia berdasarkan masukan variabel independen DAR, DER dan LDER.

4.1.2.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross sectional).

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb,c

Model R

R Squar e Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .515a .265 .177 .36021 .265 3.002 3 25 .049 1.939

a. Predictors: (Constant), LN_LDER, LN_DAR, LN_DER b. Dependent Variable: LN_TATO

c. Weighted Least Squares Regression - Weighted by DAR

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2012)

Hasil uji autokorelasi diatas menunjukkan nilai R sebesar 0,515 menunjukkan bahwa koralasi yang kecil yaitu 51,5%. Nilai adjust R square


(60)

sebesar 0,265 atau 26,5% mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independen hanya mampu menjelaskan variabel dependen 51,5%. Durbin – Watson sebesar 1,939, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5% jumlah sampel 30 (n) dan jumlah independen 3 (k=3). Oleh karena nilai DW 1,939 lebih besar dari batas (du) 1,650 dan kurang dari 3-1,650(3-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

4.1.3 Pengujian Hipotesis Penelitian 4.1.3.1. Persamaan Regresi

Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.322 .386 3.429 .002

DAR -.453 .902 -.121 -.503 .619

DER .007 .015 .094 .434 .668

LDER .344 .369 .220 .933 .359

a. Dependent Variable: TATO


(61)

Berdasarkan hasil analisis regresi seperti tertera pada ringkasan tabel 4.5 diatas diperoleh persamaan model regresi yang distandarkan sebagai berikut:

Y= 1,322 – 0,453X1 + 0,007X2 + 0,344X3 + e

Adapun interpretasi dari persamaan di atas adalah: 1. a = 1,322

nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel DAR, DER, LDER (X1 = X2 =X3= 0), maka TATO yang diberikan adalah 0,01322

2. b1 = -0,453

koefisien regresi b1 ini menunjukkan bahwa setiap variabel DAR meningkat satu satuan, maka TATO akan berkurang 0,453 atau 45,3% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap atau ceteris paribus.

3. b2 = 0,007

nilai parameter atau koefisien regresi b2 menunjukkan bahwa setiap variabel DER meningkat satu satuan, maka TATO akan meningkat sebesar 0,007 atau 0,7% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.

4. b3 = 0,344

koefisien regresi b3 ini menunjukkan bahwa setiap variabel LDER meningkat satu satuan, maka TATO akan bertambah 0,344 atau 34,4% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap atau ceteris paribus.


(62)

4.1.3.2. Uji Signifikasi Simultan

Pengujian hipotesis secara simultan dilakukan dengan uji F. Menurut Ghozali (2006: 84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama tehadap variabel dependen/terikat”. Uji F merupakan suatu untuk mengetahui apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Penguji ini dilakukan dengan menghitung serta membandingkan F hitung dengan F tabel yaitu ketentuan sebagai berikut:

Jika F hitung < F tabel dan signifikansi > 5 % H0 diterima Jika F hitung > F tabel dan signifikansi < 5 % Ha diterima

Tabel 4.6 Hasil Uji F

ANOVAb,c

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.169 3 .390 3.002 .049a

Residual 3.244 25 .130

Total 4.412 28

a. Predictors: (Constant), LN_LDER, LN_DAR, LN_DER b. Dependent Variable: LN_TATO

c. Weighted Least Squares Regression - Weighted by DAR

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2012)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS tersebut, dapat disimpulkan bahwa Fhitung sebesar 3,002 dan Ftabel sebesar 4,171 dengan nilai p value sebesar 0,049 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat


(63)

diketahui bahwa Fhitung < F tabel ( 3,002 < 4,171), H0 diterima dan nilai p value yaitu 0,049 < 0,05 artinya antara DAR, DER dan LDER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap TATO. Dengan kata lain, variabel-variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi jumlah TATO secara signifikan.

4.1.3.3. Uji Signifikansi Parsial

Pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen yang nyata atau signifikan dalam model regresi dapat dilihat dengan melakukan uji t (T

test). Menurut Ghozali (2006: 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual menerangkan variabel independen”

Adapun kriteria pengujiannya yaitu:

H0 diterima jika thitung < ttabel dan signifikansi > 0,05 Ha diterima jika thitung > ttabel dan signifikansi < 0,05

Tabel 4.7 Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.322 .386 3.429 .002

DAR -.453 .902 -.121 -.503 .619

DER .007 .015 .094 .434 .668

LDER .344 .369 .220 .933 .359


(64)

Sumber: Hasil pengolahan SPSS (2012)

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial dapat disimpulkan bahwa:

- Pengaruh DAR terhadap TATO dengan menggunakan SPSS diperoleh thitung sebesar -0,503 dan ttabel 2,045 dengan nilai p value 0,619. Karena thitung < ttabel (-0,503 < 2,045) dan nilai p value 0,619 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan DAR terhadap TATO.

- Pengaruh DER yang diukur dengan menggunakan program SPSS diperoleh thitung sebesar 0,434 dan ttabel 2,045 dengan nilai p value 0,668. Karena nilai p value 0,668>0,05 dan thitung < ttabel (0,434 < 2,045) maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa DER berpengaruh secara signifikan terhadap TATO.

- Pengaruh LDER yang diukur dengan menggunakan program SPSS diperoleh thitung sebesar 0,933 dan ttabel 2,045 dengan nilai p value 0,359. Karena nilai p value 0,359<0,05 dan thitung < ttabel (0,933< 2,045) maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa LDER tidak berpengaruh signifikan terhadap TATO.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil pengujian secara simultan, dapat disimpulkan bahwa DAR, DER, LDER tidak berpengaruh terhadap TATO secara signifikansi, yang ditunjukkan dengan Fhitung sebesar 3,002 < Ftabel 4,171 maka Ha tidak diterima dan H0 diterima, dengan tingkat signifikansi 0,049 < 0,05 artinya antara DAR, DER, dan LDER


(65)

tidak memiliki pengaruh linear terhadap TATO. Dengan kata lain, variabel-variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi jumlah TATO secara signifikan.

Dari hasil pengujian variabel secara parsial, variabel DAR berpengaruh signifikan terhadap TATO. Hasil pengujian tersebut diperoleh melalui uji t dimana thitung < ttabel (-0,503 < 2,056) dengan tingkat signifikansi 0,6192 > 0,05. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fillbeck, G dan R.F.Gorman (2001) yang menunjukkan pengaruh yang positif antara DAR terhadap TATO. Temuan ini sejalan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa penggunaan dan peningkatan utang dalam struktur modal dapat membuat manajemen lebih efisien dalam mengelola dan memanfaatkn aktivanya. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugihen, S.G, 2003 dan Manurung, Novalina, 2004 yang menemukan hasil yang negatif. Hal ini diduga karena pengaruh krisis ekonomi tahun 1997, yang berarti peningkatan utang yang dialami bukan untuk memperoleh tambahan kas untuk membiayai kas, namun peningkatan utang dalam neraca dikarenakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya mata uang Dollar Amerika.

Dari hasil pengujian secara parsial, variabel DER berpengaruh secara signifikan terhadap TATO. Hasil pengujian ini diperoleh memalui uji t, hal ini dapat dilihat dari nilai thitung< ttabel (0,434 < 2,056) serta signifikansi 0,668 > 0,05.


(66)

Dari hasil pengujian secara parsial, variabel LDER berpengaruh secara signifikan terhadap TATO. Hasil pengujian ini diperoleh melalui uji t, hal ini dapat dilihat dari nilai thitung< ttabel (0,933 < 2,056) serta signifikansi 0,359 < 0,05.

Berdasarkan hasil pengujian dengan program SPSS dalam penelitian ini mengenai pengaruh variabel independen yaitu DAR, DER dan LDER terhadap variabel dependen yaitu TATO, secara simultan kedua variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan. Namun secara parsial kedua variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan. Selain berpengaruh, hubungan antara variabel independen dan dependen besar atau erat.


(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa DAR

(X1) berpengaruh signifikan terhadap TATO. Hasil pengujian tersebut diperoleh melalui uji t dimana thitung < ttabel (-0,503 < 2,045) dengan tingkat signifikansi 0,619 > 0,05.

2. DER (X2) yang berpengaruh terhadap TATO secara signifikan. Hasil pengujian ini diperoleh melalui uji t. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung< ttabel (0,434 < 2,045) serta signifikansi 0,668 > 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan DER akan diikuti oleh kenaikan TATO. 3. LDER (X3) berpengaruh terhadap TATO secara signifikan. Hasil

pengujian ini diperoleh melalui uji t. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung< ttabel (0,933 < 2,045) serta signifikansi 0,359 < 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan LDER akan diikuti oleh kenaikan TATO. 4. Variabel independen ( DAR, DER dan LDER ) secara bersama-sama

tidak berpengaruh signifikansi terhadap variabel dependen (Aktivitas Investasi (TATO). Hal ini dapat dilihat dari Fhitung > F tabel ( 3.002 < 4,171) dengan tingat signifikansi 0,049 < 0,05.


(1)

Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.322 .386 3.429 .002

DAR -.453 .902 -.121 -.503 .619

DER .007 .015 .094 .434 .668

LDER .344 .369 .220 .933 .359

a. Dependent Variable: TATO

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2012)

Lampiran 12 Hasil Uji F

ANOVAb,c

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.169 3 .390 3.002 .049a

Residual 3.244 25 .130

Total 4.412 28

a. Predictors: (Constant), LN_LDER, LN_DAR, LN_DER b. Dependent Variable: LN_TATO


(2)

Lampiran 13

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.322 .386 3.429 .002

DAR -.453 .902 -.121 -.503 .619

DER .007 .015 .094 .434 .668

LDER .344 .369 .220 .933 .359

a. Dependent Variable: TATO

Lampiran 14 Tabel t dengan signifikansi 5%

2-tailled 0,20 0,10 0,05 1-tailled 0,10 0,005 0,025

1 3,78 6,314 12,706

2 1.886 2,920 4,303

3 1,638 2,353 3,182

4 1,533 2,132 2,776

5 1,476 2,015 2,571

6 1,440 1,943 2,447

7 1,415 1,895 2,365

8 1,397 1,860 2,306


(3)

11 1,363 1,796 2,201

12 1,356 1,782 2,179

13 1,350 1,771 2,160

14 1,345 1,761 2,145

15 1,341 1,753 2,131

16 1,337 1,746 2,120

17 1,333 1,740 2,110

18 1,330 1,734 2,101

19 1,328 1,729 2,093

20 1,325 1,725 2,086

21 1,323 1,721 2,080

22 1,321 1,717 2,074

23 1,319 1,714 2,069

24 1,318 1,711 2,064

25 1,316 1,708 2,060

26 1,315 1,706 2,056

27 1,314 1,703 2,052

28 1,313 1,701 2,048

29 1,311 1,701 2,045


(4)

Lampiran 15 Tabel F dengan signifikansi 5%

1 2 3 4 5

1 161,448 199,500 215,707 224,583 230,162 2 18,513 19,000 19,247 19,296 19,330 3 10,128 9,552 9,277 9,117 9,013 4 7,709 6,944 6,591 6,388 6,256 5 6,608 5,786 5,409 5,192 5,050 6 5,987 5,143 4,757 4,534 4,387 7 5,591 4,737 4,347 4,120 3,972 8 5,318 4,459 4,066 3,838 3,687 9 5,117 4,737 4,347 4,120 3,972 10 4,965 4,103 3,708 3,478 3,326 11 4,844 3,982 3,587 3,357 3,204 12 4,747 3,885 3,490 3,259 3,106 13 4,667 3,806 3,411 3,179 3,025 14 4,600 3,739 3,344 3,112 2,958 15 4,543 3,682 3,287 3,056 2,901 16 4,494 3,634 3,239 3,007 2,852 17 4,451 3,592 3,197 2,965 2,810 18 4,414 3,555 3,160 2,928 2,773 19 4,381 3,522 3,127 2,895 2,740 20 4,351 4,493 3,098 2,866 2,711 21 4,325 3,467 3,072 2,840 2,685


(5)

23 4,279 3,422 3,028 2,796 2,640 24 4,260 3,403 3,009 2,776 2,621 25 4,242 3,385 2,991 2,759 2,603 26 4,225 3,369 2,975 2,743 2,587 27 4,210 3,354 2,960 2,728 2,572 28 4,196 3,340 2,947 2,714 2,558 29 4,183 3,328 2,934 2,701 2,545 30 4,171 3,316 2,922 2,690 2,534


(6)

Lampiran 16 Tabel Durbin Watson

K=1 K=2 K=3 K=4

N dL dU Dl dU dL dU dL dU

6 0,610 1,400 - - - -

7 0,710 1,356 0,467 1,896 - - - -

8 0,763 1,332 0,559 1,777 0,368 2,287 - -

9 0,824 1,320 0,629 1,699 0,455 2,126 0,296 2,586 10 0,879 1,320 0,697 1,641 0,525 2,016 0,376 2,414 11 0,927 1,324 0,658 1,604 0,595 1,928 0,444 2,283 12 0,971 1,331 0,812 1,579 0,658 1,864 0,512 2,177 13 1,010 1,340 0,861 1,562 0,715 1,816 0,574 2,094 14 1,045 1,350 0,905 1,551 0,767 1,779 0,632 2,030 15 1,077 1,361 0,946 1,543 0,814 1,750 0,685 1,977 16 1.106 1,371 0,982 1,539 0,857 1,728 0,734 1,935 17 1,133 1,381 1,015 1,536 0,897 1,710 0,779 1,900 18 1,158 1,391 1,046 1,535 0,933 1,696 0,820 1,872 19 1,180 1,401 1,074 1,536 0,967 1,685 0,859 1,848 20 1,201 1,411 1,100 1,537 0,998 1,676 0,894 1,828 21 1,221 1,420 1,125 1,538 1,026 1,669 0,927 1,812 22 1,239 1,429 1,147 1,541 1,053 1,664 0,958 1,797 23 1,257 1,437 1,168 1,543 1,078 1,660 0,986 1,785 24 1,273 1,446 1,188 1,546 1,101 1,656 1,013 1,775 25 1,288 1,454 1,206 1,550 1,123 1,654 1,038 1,767 26 1,302 1,461 1,224 1,553 1,143 1,652 1,062 1,759 27 1,316 1,469 1,240 1,556 1,162 1,651 1,084 1,753 28 1,328 1,476 1,255 1,560 1,181 1,650 1,104 1,747 29 1,341 1,183 1,270 1,563 1,198 1,650 1,124 1,743 30 1,352 1,489 1,284 1,567 1,214 1,650 1,143 1,739 31 1,361 1,496 1,297 1,570 1,229 1,650 1,160 1,735


Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Leverage Keuangan Dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

2 53 127

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 25

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK SPESIFIK PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 5 90

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Aktivitas Dan Leverage Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

0 1 12

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Aktivitas Dan Leverage Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

0 2 15

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Aktivitas Dan Leverage Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013).

0 3 9

PENGARUH PERTUMBUHAN PENJUALAN, OPERATING LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR KEUANGAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

3 5 86

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal dan Leverage Keuangan - Hubungan Antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

Hubungan Antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal dan Leverage Keuangan - Hubungan Antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 19