PTK PAUD - Pengembangan Bahasa

www.windowbrain.com
PTK PAUD
Pengembangan Bahasa
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, devinisi istilah.
A. Latar Belakang
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia diri yang berada pada rentangan
usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia
prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50%
menjadi 80%. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian/ kajian yang dilakukan oleh Pusat
Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan bahwa hampir pada seluruh aspek
perkembangan anak yang masuk TK mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada anak
yang tidak masuk TK di kelas I SD Data angka mengulang kelas tahun 2001/2002 untuk kel
as I sebesar 10.85%, dan kelas IV sebesar 0,42%. Data tersebutmenggambarkan bahwa
angka mengulang kelas I dan II lebih tinggi dari kelas lain.
Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas adalah anak– anak yang tidak
masuk pendidikanprasekolah sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum siap dan
tidak dipersiapkan oleh orangtuanyamemasuki SD. Adanya perbedaan yang sebesar antara

pola pendidikan di sekolah dan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan
taman kanak-kanak (prasekolah) mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah
atau tidak mampu menyesuaikan diri sehingga tidak berkembang secara optimal. Hal ini
menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukkan
pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia prasekolah.

Usia 4-6 tahun, merupakan peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima
berbagi upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjasinya
pematangan fungsi–fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam
mengembangkan kamampuan fisik,kognitif, bahasa,sosial emosional, konsep diri, disiplin,
kemandirian, seni moral,dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan
stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak
tercapai secara optimal.
Peran pendidik (orang tua, guru dan orang dewasa lain) sangat dalam upaya
pengembangan potensi anak 4-6 tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan
melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar serayabermain. Dengan bermain anak
memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berkreasi belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenai
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Atas dasar hal tersebut di atas,maka kurikulum

yang dikembangkan disusun berdasarkan karakteristik anak dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi anak.
Pendidikan bagi anak usia dini tidak pernah surut dengan perkembangan
permasalahan,

model

pemecahan

serta

inovasi

untuk

mengambil

peranan

dan


tanggungjawab bagi masa depan kemanusiaan, sebab anak merupakan asset masa depan bagi
kemanusiaan, mereka yang muncul sebagai pemimpin yang mengemban nilai-nilai
kemanusiaan. Tumbuh kembang seorang anak menjadi tanggung jawab setiap orang yang
memandang masa depan dengan penuh tantangan yang beragam. Anak memiliki potensi
yang sangat besar untuk dapat dikembangkan guna memikul tanggung jawab di masa
mendatang. Potensi ini meliputi seluruh aspek yang ada dalam diri anak baik moral,
pengetahuan, ketrampilan dan sikap termasuk akal pikiran yang merupakan anugrah terbesar
manusia dari Tuhan di banding makhluk hidup yang lain.
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
menjelaskan secara jelas batasan tentang pendidikan anak usia dini dalam penjelasan pasal
28 ayat (1) : bahwa Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir
sampai dengan (tahun dan bukan merupakan persyaratan untuk mengikuti pendidikan
dewasa). Pendidikan di Taman Kanak-kanak dilakukan dengan pendekatan ”bermain sambil

belajar” atau belajar seraya bermain” dengan tujuan menimbulkan rasa senang pada anak
bagaimana karakteristik anak usia dini. Program Kegiatan di Taman Kanak-kanak di
laksanakan dengan tujuan program (Depsikbud, 1994:158) ”untuk membentuk melakukan
dasar arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang di perlukan
oleh anak dalam menyesuaikan dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta

perkembangan selanjutnya. ”Pendidikan di taman kanak-kanak di kembangkan dengan
berdasar pada teori pembelajaran yang menggunakan prosedur dan strategi ilmiah untuk
belajar di antaranya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran. Metode
pembelajaran yang dapat diterapkan di Taman kanak-kanak adalah metode yang sesuai
untuk belajar usia dini. Dalam bukunya tentang metode pembelajaran di Taman Kanakkanak. Dari berbagai metode dalam pendidikan anak usia dini nampak bahwa salah satu
metode yang dipergunakan adalah metode bercerita yang sesuai dengan tujuan
pengembangan anak di Taman Kanak-kanak.
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak
Taman Kanak-kanak melalui cerita yang disampaikan secara lisan (Moeslichatin,
1996:1940). Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau
suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan
pengetahuan kepada orang lain. Dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat
dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang
sesuatu (ide). Sementaradalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat
dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak
melalui pendengaran dan kemudian menuturkanya kembali dengan tujuan melatih anak
dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Kegiatan bercerita
memberikan sumbanganbesar pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai
implikasi dari perkembangan bahasanya sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang

sudah baik.
Pendidikan yang dilakukan pada anak usia dini pada hahekatnya adalah upaya
memfasilitasi yang sedang terjadi pada dirinya. Perkembangan anak usia dini merupakan
kesadaran dan kemampuan anak untuk mengenal dirinya dan berinteraksi dengan
lingkungannya seiiring dengan pertumbuhan fisik yang anak alami.

Kemampuan guru Taman Kanak-kanak untuk mengembangankan perkembangan
bahasa anak didiknya yang dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya melalui metode
bercerita yang digunakan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Dari uaian latar
belakang di atas maka dianggap perlu melakukan penelitian ”Upaya Meningkatkan
Perkembangan Bahasa pada Anak Kelompok B Melalui Metode Bercerita di TKK Karitas II
Surabaya tahun peljaran 2009/2010 ini telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat
untuk diseminarkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, diperoleh rumusan masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana rencana pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita untuk
meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B, di TKK Karitas II
Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita untuk
meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B, di TKK Karitas II
Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010?
3. Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita
pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010?
4. Bagaimana aktivitassiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita
pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010?
5. Apa saja faktor penghambat pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita pada
anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010?
6. Apa saja fantor pendukung pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita pada
anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010.
7. Bagaimana meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B sebelum
pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun
pelajaran 2009/2010?
8. Bagaimana meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B sesudah
pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun
pelajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan rencana pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dalam
rangka meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II
Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita
dalam rangka untukmeningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B di
TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.
3. Mendeskripsikan aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
bercerita dalam rangka dalam rangka untuk meningkatkan perkembangan bahasa pada
anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.
4. Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
bercerita dalam rangka dalam rangka untuk meningkatkan perkembangan bahasa pada
anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.
5. Mendeskripsikan faktor penghambat dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
bercerita dalam rangka dalam rangka untuk meningkatkan perkembangan bahasa pada
anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.
6. Mendeskripsikan faktor pendukung dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
bercerita dalam rangka dalam rangka untuk meningkatkan perkembangan bahasa pada
anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.
7. Mendeskripsikan kesalahan berbahasa pada anak kelompok B sebelum pembelajaran
dengan menggunakan metode bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran

2009/2010.
8. Mendeskripsikan kesalahan berbahasa pada anak kelompok B setelah pembelajaran
dengan menggunakan metode bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran
2009/2010.

1.4.Manfaat Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktis, secara teoritis
hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan konsep pembelajaran
berbahasa dengan menggunakan konsep pembelajaran berbahasa dengan menggunakan metode
bercerita, sedangkan secara praktis manfaat penelitian ini antara lain:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan
ketrampilan mengajar guru di kelas, serta menambah wawasan bahwa bercerita dapat digunakan
untuk pembelajaran berbahasa.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan perkembangan bahasa dengan menggunakan
metode bercerita.
3. Bagi sekolah diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi selama proses
belajar mengajar berlangsung terutama masalah meningkatkan perkembangan bahasa pada anak
kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.
4. Bagi peneliti,dapat menjadi pedoman dalam penelitian selanjutnya.

1.5. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode
bercerita dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II
Surabaya tahun pengajaran 2009/2010.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Bahasa dan Perkembangan Anak
Musfiroh mengatakan bahasa metode bercerita adalah salah satu metode yang dapat
mengembangkankemampuan berbahasa anak, yaitu melalui perbendaharaan kosa kata yang
sering didengarnya. Semakin banyak kata yang dikenalknya, semakin banyak juga konsep
tentang sesuatu yang dikenalnya (Musfiroh, 2005:79).

Menurut Kusnaini (2004) metode bercerita pada usia dini bertujuan, agar anak mampu
mendengar dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, ia dapat bertanya apabila
tidak memahaminya dan selanjutnyaia dapat mengekspresikan terhadap apa yang diceritakannya.
Sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun di laksanakan. Dimana menurut
Kusnaini (2004) metode bercerita mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Melatih daya tangkap anak.
b. Melatih daya pikir anak.
c. Melatih daya konsentrasi.

d. Membantu perkembangan fantasi atau imajinasi anak.
e. Menciptakan suasana yang menyenangkan dan akrab di ruang kelas.
Menurut Moeslichatoen (2004) guru dapat memanfaatkan bercerita untuk menanamkan
kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan. Kegiatan bercerita memungkinkan anak
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor, bila anak terlatih untuk
menjadi pendengar yang kreatif dan kritis. Guru yang pandai bercerita akan menjadikan perasaan
anak larut dalam kehidupan imajinatif dalam bercerita tersebut.
Upaya meningkatkan perkembangan bahasa pada anak melalui metode bercerita adalah :
a. Suatu kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman baru dengan membawakan cerita
dan berbagai kosakata baru yang belum pernah di dengar anak. Dengan demikian akan semakin
banyak konsep kata yang dikenal anak.
b. Suatu kegiatan pembelajaran yang menampilkan perilaku tokoh dalam cerita. Jika tokoh yang
dimunculkan dengan sifat positif dan sifat itu akan menyenangkan maka anak akan dengan
mudah mengadopsi sifat dan perilaku tokoh tersebut, demikian pula sebaliknya.
Tips bercerita menurut Rainer dan Isbell dapat diterapkan ketika bercerita terhadap anak-anak,
yaitu:
a. Memperhatikan anak-anak selama bercerita. Buat klarifikasi jika dibutuhkan.

b. Beri dorongan untuk berinteraksi dan berpartisipasi.
c. Memodifikasi jalan dan panjang cerita untuk menyesuaikan pengalaman dan tingkat

perkembangan anak-anak yang hadir.
d. Menggunakan variasi suara, ekspresi wajah, gerakan dan kata-kata berulang untuk melibatkan
anak-anak masuk dalam cerita.
e. Menggunakan kata-kata dan deskripsi yang tepat, sehingga membantu anak-anak
membayangkan kejadian di dalam cerita.
f. Ulang cerita yang sama berulang kali sejak anak-anak. Kareana anak-anak akan membangun
pemahaman mereka terhadap cerita tersebut.
Bercerita kepada anak memberikan tantangan yang unik. Anak-anak senang sesuatu yang mudah
ditebak, pengulangan, humor, dan partisipasi aktif ketika mendengarkan cerita. Ketika cerita sulit
atau pembaca cerita terlalu dramatis, anak-anak akan menjadi tidak berminat dan pergi.
Menurut Moeslichatoen (2004) sebelum membacakan cerita pendongeng harus mengetahui
cerita harus menarik dengan pemilihan cerita yang baik, yaitu :
a. Cerita harus menarik dan memikat perhatian guru, kalau cerita itu menarik dan memikat maka
guru akan bersungguh-sungguh dalam menceritakan kepada anak-anak.
b. Cerita harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya dan bakat anak.
c. Cerita harus sesuai dengan usia dan kemampuan mencerna isi cerita anak usia PAUD.
2.2. Metode Bercerita
Metode bercerita Kusnaini (2004) cara guru bercerita pada anak didik untuk memperkenalkan
hal-hal baru dan menyampaikan pembelajaran mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak
usia dini. Biasanya kegiatan bercerita di laksanakan pada kegiatan penutup sehingga ketika anak
pulang menjadi tenang. Namun demikian tidak selalu pada kegiatan penutup, bercerita dapat pula
dilakukan pada saat pembukaan atau ini setiap cerita yang akan disajikan, guru harus selalu hafal
isi cerita yang akan disampaikan. Pada saat bercerita guru dapat berdialog dengan anak maksud
menjelaskan isi gambar yang di tunjukkan guru atau bagian cerita yang sedang di sampaikan

guru. Anak di beri pujian apabila dapat menjawab pertanyaan guru dan dapat menceritakan
kembali cerita yang telah di ceritakan guru ketika guru selesai.
Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi
berkutnya dan menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat di
masyarakat. Bercerita juga merupakan stimulan yang dapat membangkitkan anak terlibat secara
mental, sehingga mental anak dapat melambung, melalang buana melalui isi cerita itu sendiri.
Dengan demikian melalui cerita, kecerdasan bahasa anak semakin terasah.
2.3. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Perkembangan Bahasa
Dalam memberikan pengalaman belajar melalui penuturan cerita guru, guru terlebih dahulu
menetapkan rancangan dalam meningkatkan perkembangan bahasa yang harus dilalui dalam
bercerita, sesuai dengan rancangan tema dan tujuan, maka Moeslichatoen (2004:179-180)
menetapkan langkah-langkah, sebagai berikut :
a. Mengkomunikasikan tujuan teman dalam bercerita kepada anak.
b. Mengatur tempat duduk anak, mengatur bahan dan alat yang dipergunakan sebagai alat bantu
sesuai cerita yang dipilih.
c. Pengembangan kegiatan bercerita.
d. Pengembangan cerita yang dituturkan guru
e. Guru menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan anak.
f. Langkah penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi
cerita.
Menurut Rahman (2005), penerapan kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan berbagai bentuk,
seperti:
1. Bercerita tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan varbal orang yang memberikan
cerita.
2. Bercerita dengan alat peraga, seperti boneka, gambar dan benda lain.

3. Bercerita dengan cara membaca buku cerita, tidak diperlukan kemampuan fantasi, imajinatif
dan olah kata dari orang yang bercerita melainkan hanya olah intonansi dan suara.
4. Bercerita dengan menggunakan bahasa isyarat atau gerakan pantomime, film kartun tanpa
bicara.
5. Bercerita melalui alat pandang dengar : kaset, video, televisi.
Menurut Koesnaini (2004), kegiatan bercerita pada pendidikan anak usia dini dapat dilakukan
dengan cara :
1. Bercerita tanpa alat, kegiatan bercerita tanpa menggunakan alat hanya menggunakan suara,
mimik dan pantomimik orang bercerita.
Pada kegiatan bercerita tanpa alat ini, kemampuan guru secara penuh sangat menentukan dalam
hal, hafal, isi cerita, suara, intonansi bicara, mimik, ekspresi, dan keterampilan gerak tubuh yang
menyenangkan bagi anak usia dini, untuk membantu imajinasi anak memahami isi cerita. Namun
demikian diharapkan penampilan guru tidak dibuat-dibuat secara berlebihan sehingga membuat
anak tidak nyaman mendengarkannya dan tidak etrtarik untuk memperhatikannya. Kegiatan
bercerita dapat dilaksanakan di tempat tertutup maupun terbuka.
2. Bercerita dengan alat, kegiatan bercerita dengan menggunakan media alat pendukung isi cerita
yang disampaikan. Tujuannya untuk membantu imajinasi anak memahami isi cerita. Alat atau
media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dapat dimainkan oleh guru maupun anak didik
dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Alat yang digunakan dapat asli atau media dari
lingkungan sekitarnya dan dapat pula benda tiruan atau fantasi. Kegiatan bercerita dengan alat ini
pun dapat dilaksanakan di ruangan terbuka maupun tertutup.
Bercerita dengan alat peraga langsung, adalah kegiatan bercerita dengan menggunakan alat
peraga langsung baik benda maupun makhluk hidup lainnya misalnya tanaman dan binantang.
Ketentuan bercerita dengan alat peraga langsung :
a. Isi cerita sesuai dengan perkembangan anak dan media yang digunakan.
b. Menggunakan bahasa anak.

c. Alat atau media yang digunakan tidak membahayakan bagi guru maupun anak didik.
d. Alat atau media yang digunakan dapat tersimpan dalam satu tempat atau dapat dipegang
langsung oleh guru dan anak.
Contoh :
1) Benda : tas sekolah, buku, pensil, baju, dll.
2) Binantang : kucing, ayam, bebek, ikan, dll.
3) Tanaman : bunga mawar, pohon singkong, dll
Bercerita dengan alat peraga tidak langsung, misalnya bercerita menggunakan gambar. Jumlah
gambar yang digunakan bisa satu gambar, dua gambar atau lebih.
2.4 Pengertian, Fungsi dan Peranan Bahasa Bagi Anak
2.4.1 Pengertian Bahasa Anak
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa melepaskan diri dari bahasa. Dengan bahasa
manusia bisa bergaul sesama manusia dimuka bumi ini. Ungkapan-ungkapan ini menunjukkan
betapa pentingnya peranan bahasa bagi perkembangan manusia dan kemanusiaan. Akhadiah dkk
(dalam Suhartono, 1993:2) menyatakan bahwa dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari
organisme biologis menjadi pribadi di dalam kelompok.
2.4.2 Fungsi Bahasa Bagi Anak
2.4.2.1 Anak berusaha mengatakan apa yang ada dalam pikirannya dengan kelimat-kalimat
pendek. Kalimat yang terdiri dari satu kata atau 2 kata.
2.4.2.2 Bahasa sebagai sarana untuk mendengarkan. Oleh karena itu dengan bahasa anak mampu
mendengarkan dan mampu memahami maksud bahasa yang didengarnya.
2.4.2.3 Bahasa sebagai sarana untuk melakukan berbicara. Anak bisa berbicara dengan bahasa
yang ia kenal sehari-hari dilingkungan rumah. Bahasa di luar rumah akan mampu ia gunakan
setelah bergaul dengan lingkungan di luar rumah dan di sekolah.

2.4.2.4 Setelah anak memasuki sekolah, bahasa mempunyai peranan untuk membaca dan
menulis. Anak belajar dan menulis di sekolah, khususnya pada waktu ia memasuki kelas satu
sekolah dasar.
2.4.3 Permasalahan Bahasa Bagi Anak
Ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan bahasa bagi anak, antara lain :
2.4.3.1 Keterbatasan kata-kata yang diketahui
2.4.3.2 Terdapat orang tua atau orang-orang yang ada disekitar anak yang sengaja berbicara
dengan lafal yang dibuat-buat.
2.4.3.3 Adanya beberapa anak yang mempunyai gangguan alat artikulasi sehingga anak tidak
mengucapkan bunyi-bunyian vocal tertentu.
2.4.4 Peranan Bahasa
Peranan bahasa terdiri dari :
2.4.4.1 Sebagai sarana utama untuk berpikir
2.4.4.2 Alat penerus pengembangan bahasa bagi anak.
2.4.5 Tahap Perkembangan Bahasa Bagi Anak
2.4.5.1 Usia satu tahun
Anak berada pada tahap yang sangat sederhana dan satu kata bisa mewakili banyak pemikiran
lengkap. Anak bisa mengucapkan satu atau 2 kata, tetapi cuma dan sepotong kata bisa punya arti
panjang. Contoh, saat anak bilang ”susu”, artinya aku minta susu, atau aku minum susu.
2.4.5.2 Usia dua tahun
Di usia ini anak sudah menggabung dua kata atau lebih menjadi satu kalimat yang bermakna dan
berarti : contohnya, minum susu atau ”tidak susu putih saja”
2.4.5.3 Usia tiga tahun

Anak sering melakukan hal yang menarik perhatian karena ia tengah memasuki
tahapmembangkang, yaitu melakukan yang dilarang tidak melakukan yang diizinkan, seperti
”bodoh”, dan kata-kata kasar lainnya. Belum lagi kosa kata diperolehnya di usia ini semakin
banyak dan tidak melulu hanya dari orang tua.
Walaupun begitu, orang tua tidak perlu cemas. Hal ini wajar terjadi pada balita karena :
a. Anak pertama kali baru bisa berbicara
b. Anak pertama kali baru bisa berkomunikasi dengan orang lain.
c. Anak mulai memperoleh banyak informasi kata dan kalimat baru yang menarik.
d. Kemampuan bahasa mempunyai arti dan bisa dipahami.
e. Anak banyak mempunyai kosata untuk dijadikan sebuah kelimat diotaknya masih sangat
terbatas.
f. Pengalaman berbahasanya masih sangat minim.
2.4.6 Cara mengembangkan bahasa anak
Jika cara-cara dibawah ini dilakukan secara terus menerus dan konsisten, maka anak akan
termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuannya berbahasa dan berkomunikasi dengan
baik. Inilah beberapa hal yang penting diperhatikan orang tua saat berkomunkasi dengan si
batita.
2.4.6.1 Gunakan bahasa yang benar, bukan oh, mimik cu cu, ya"? tapi , "oh. mau minum susu,
ya'"
2.4.6.2 Gunakan kalimat dan kata yang tidak bermakna ganda. Contoh, jangan ke dekat kompor,
bahaya!
2.4.6.3 Gunakan selalu kalimat pendek.
2.4.6.4 Hindari kata-kata kotor dan kasar jika tak ingin anak menirunya.

2.4.6.5 Karena anak masih belajar, orang tua sebaiknva melambungkan bahasa dengan jelas,
tidak cepat-cepat dan dengan gerak mulut yang tegas sehingga mudah dikenali dan diikuti anak.
2.5 Hubungan Metode Bercerita dengan Kemampuan Bahasa Anak
Sampai detik ini masih menjadi satu pilihan bagi orang tua dan untuk meningkatkan
perkembangan kosa kata, perkembangan makna kata, perkembangan penyusunan kalimat dan
perkembangan penggunaan bahasa untuk komunikasi.
Dengan mendengarkan cerita anak belajar bagaimana bunyi-bunyian yang bermakna diajarkan
dengan benar, bagaimana kata–kata disusun secara logis dan mudah dipahami, bagaimana
konteks dan konteks berfungsi dalam makna. Hal ini yang lebih penting, anak juga belajar
bagaimana mengambil pelajaran penggunaan bahasa tentang bagaiamana pembicaraan,
bagaimana memilih sapaan sopan, bagaimana mengucapkan salam dan bagaimanamengambil
pola bergiliran bicara yang tepat. Ini berarti secara tidak langsung, anak telah menanamkan
kecerdasan bahasanya.
Perkembangan bahasa dapat dipakai sebagai tolak ukur kecerdasannya dikemudian hari. Pada
masa itu, anak menguasai kemampuan berbicara, tetapi mereka harus lebih banyak sebelum
mereka mencapai kemampuan berbahasa orang dewasa (Hur Lock, 1987:180).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Perkembangan Bahasa pada Anak Kelompok B
Melalui Metode Bercerita di TKK Karitas II Surabaya Tahun Pengajaran 2009/2010” ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan
bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun pengajaran 2009/2010 melalui
pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita
Penelitian ini akan menggunakan metode bercerita pada proses pembelajaran yang diuji cobakan,
dengan maksud agar siswa dapat meningkatkan perkembangan bahasanya.

Definisi PTK
Menurut Suharsimi Arikunto 2002. Istilah dalam bahasa Inggris adalah classroom Action
Research (CAR) yaitusebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas dikarenakan ada tiga
kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.
1. Penelitian: menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas: dalam hal ini terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih
spesifik, seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang
dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Menurut Suhardjono (2003), adanya keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 84 tahun 1993 tentang penetapan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, serta
keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala BAKN nomor 0433/ P/
1993, nomor 25 tahun 1993 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka
kreditnya, pada prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan profesionalisme
guru.
Pada aturan tersebut, diantaranya dinyatakan bahwa untuk keperluan kenaikan pangkat/ jabatan
guru pembina/ golongan IV a ke atas, diwajibkan adanya angka kredit yang harus diperoleh dari
kegiatan pengembangan profesi. Melalui sistem angka kredit tersebut, diharapkan dapat
diberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih profesional terhadap pangkat guru yang
merupakan pengakuan profesi dan kemudian akan meningkatkan tingkat kesejahteraannya.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) dibidang pendidikan merupakan salah satu bentuk kegiatan
dalam pengembangan profesi. Di antara bentuk KTI yang cenderung banyak dipilih oleh para
guru adalah KTI hasil penelitian. Saat ini kegiatan penelitian yang makin banyak dilakukan oleh
para guru adalah berupa penelitian tindakan kelas.

Menurut Supardi (2004), dalam PTK, penliti/ guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran
atau bersama guru lain ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek
interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK guru secara reflektif dapat menganalisis,
mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan
PTK, pendidik dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaransehingga menjadi lebih efektif.
Justru dengan melakukan PTK akan dapat meningkatkan kualitas proses dan produk
pembelajarannya. Penelitian tindakan kelas tidak harus membebani pekerjaan pendidik / guru
dalam kesehariannya. Jika dilakukan secara kolaboratif yang bertujuan memperbaiki proses
pembelajaran tidak akan mempengaruhi materi pelajaran.Oleh karena itu, guru. Tenaga pendidik
tidak perlu takut terganggu dalam mencapai target kurikulumnya jika akan melaksanakan PTK.
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik
pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, dikelas sendiri, dengan
siswanya sendiri melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dengan
demikian, diperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini dilakukan
dengan kegiatan belajar mengajar.
Penyajian atau penelitian ini menyempurnakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif digunakan karena penelitian ini menghasilkan deskriptif berapa kata–kata tertulis atau
lisan dari hasil belajar siswa.
Penelitian ini mengambil masalah bukan dari kajian teoritis, melainkan masalah nyata yang
dihadapi praktisi pendidikan dalam ini guru TK yang diperoleh melalui hasil kolaboratif dengan
mitra. Selain penelitian ini bersifat khas sebagaimana karakter PTK yakni adanya tindakan
tertentu untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas.
Penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus dengan harapan indikator keberhasilan akan
tercapai. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti yang telah
didesain dalam faktor yang ingin diteliti. Prosedur penelitian ini melalui empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi pada tiap siklus, secara lebih rinci
prosedur penelitian tindakan kelas tiap siklus dijabarkan sebagai berikut :
1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut :
a. Menyusun persiapan observasi mengajar SKH-SKM tiap kelas.
b. Membuat lembar observasi untuk pengamatan aktivitas guru dan siswa di dalam kelas proses
pembelajaran.
c. Mempersiapkan media pembelajaran yaitu buku cerita dan peralatan pendukung lainnya.
d. Mempersiapkan alat evaluasi untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana kemampuan siswa
terhadap pembelajaran meningkatkan perkembangan bahasa.
e. Mempersiapkan sumber pembelajaran.
f. Mempersiapkan instrumen penelitian yang lain.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
telah direncanakan guru menyampaikan materi, melakukan tindakan, lalu siswa meningkatkan
perkembangan bahasa
3. Observasi
Observasi dilakukukan ketika berlangsungnya proses beajar mengajar. Observasi dilakukan
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk
mengawasi dan menilai aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
4. Refleksi
Hasil yang di dapat dari tahap observasi dari penilaian tugas berbahasa pada anak kelompok B
itu dikumpukan lalu dianalisis. Dari hasil observasi guru dapat mengadakan refleksi, yaitu
melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam meningkatkan perkembangan bahasa. Selain itu
refleksi ini juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan metode bercerita pada siklus sebelumnya.Hal ini akan digunakan sebagai acuan
untuk siklus berikutnya.
3.2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah peneliti guru dan siswa kelas ”B” di TK TKK Karitas II
Surabaya yang berjumlah 20 siswa, yang terdiri atas 7 siswa perempuan dan 13 siswa laki–laki.
Adapun guru yang dijadikan subjek penelitian ini adalah guru TK ”B” yakni ibu Christinius
Herwinarni.
3.3. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif terdiri atas data hasil
belajar siswa, pengamatan aktivitas guru dan siswa, serta penilaian SKH dan SKM.
Data hasil belajar siswa berupa skor nilai pada saat pembelajaran berbahasa dengan media
gambar selama siklus I, II dan III. Adapun data pengamatan aktivitas guru dan siswa berupa skor
pengamatan yang diberikan pada saat pembelajaran berbahasa dengan media gambar selama
siklus I, II dan III, sedangkan data penilian SKH, SKM berupa skor yang diberikan tim ahli yaitu
dosen ahli dan guru mitra selama pelaksanaan siklus I, II dan III.
Data kualitatif yaitui data fakor penghambat dan pendukung dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode bercerita dalam rangka untuk meningkatkan perkembangan bahasa yang
diperoleh dari deskriptif hasil wawancara.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi,
wawancara dan tes teknik observasi digunakan untuk menyimpulkan data-data tentang situasi
kelas. Pada saat pembelajaran berlangsung yang meliputi aktivitas guru dan siswa.
Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui fakor-faktor penghambat dan pendukung
pembelajaran meningkatkan perkembangan bahasa dengan menggunakan metode bercerita.
Sedangkan teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita.
3.5. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen atau alat pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

3.5.1 Lembar penilaian SKH, SKH dan kegiatan pembelajaran SKH, SKM dengan kegiatan
pembelajaran selama proses belajar mengajar berlangsung.
Lembar penilaian ini diisi oleh guru mitra yaitu guru yang mengajar kelompok B TKK Karitas II
Surabaya dan dosen ahli.
3.5.2 Lembar pengamatan aktivitas siswa.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui aspek aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung. Lembar pengamatan ini oleh guru mitra yaitu guru teman sejawat yang bertindak
sebagaimana pengamat selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3.5.3 Lembar pengamatan aktivitas guru.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui aspek aktivitas guru selama proses belajar mengajar
berlangsung. Lembar pengamatan ini oleh guru mitra yaitu guru teman sejawat yang bertindak
sebagaimana pengamat selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3.5.4 Lembar pedoman wawancara.
Instrumen ini digunakan sebagai pedoman selama proses wawancara untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran meningkatkan perkembangan bahasa dengan metode bercerita. Selain
itu, kegiatan wawancara tersebut juga untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan
pendukung selama proses belajar mengajar berlangsung.
3.5.5 Tes Hasil Belajar.
Tes yang diberikan merupakan tes lisan tentang materi meningkatkan perkembangan bahasa
dengan metodebercerita tiap siswa. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah diberikan pembelajaran pada setiap siklus.
3.6. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
3.6.1 Observasi

Observasi dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran meningkatkan perkembangan
bahasa pada ssiwa kelompok B. Lembar observasi ini bertujuan untuk mendapatkan data–data
tentang situasi kelas pada saat pembelajaran berlangsung, yang meliputi aktivitas guru dan siswa.
3.6.2 Wawancara
Wawancara dilakukan diluar kelas setelah kegiatan belajar mengajar berakhir. Jenis wawancara
yang digunakan pada penelitian ini ialah wawancara bebas terpimpin dengan menggunakan
lembar pedoman wawancara, selama proses wawancara, pertanyaan tidak hanya didasarkan pada
pedoman wawancara namun pertanyaan dapat berkembang seiring jawaban mitra sejawat dengan
pengelompokkan nilai baik, cukup dan kurang.
3.6.3 Tes
Tes diberikan untuk mendapatkan data tantang hasil belajar siswa. tes tersebut pada tiap siklus,
sehinggauntuk tiap siklusnya siswa akan menghasilkan produk. Melalui tes tersebut akan
diketahui peningkatan perkembangan bahasa sebelum dan setelah menggunakan pembelajaran
dengan media gambar.
Gambar diberikan pada tiap siklusnya bervariasi jenis dan kuantitasnya.
3.7. Tehnik Analisis Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik deskriptif kualitatif digunakan
untuk menjelaskan dengan kata-kata semua simpulan hasil penelitian. Begitu juga semua data
yang berupa angka-angka yang diperoleh dan dianalisis terlebih dahulu menggunakan rumusrumus statistik sederhana. Data yang dianalisis antara lain :
3.7.1 Analisis data hasil penilaian SKH, SKM dan kegiatan pembelajaran.
Teknik analisis ini menggunakan penghitungan prosentase sebagai berikut:
M=
Keterangan :
M = Mean (nilai rata-rata)

N = Jumlah skor maksimal
3.7.2 Analisis data tes hasil belajar
Teknik analisis ini menggunakan penghitungan prosentase sebagai keberhasilan atau
ketercapaian siswa dalam menguasai berbahasa penghitungannya sebagai berikut :
M=
Keterangan:
M = Mean (nilai rata-rata)

N = Jumlah skor maksimal
3.7.3 Analisis data observasi aktivitas siswa
Data observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar berlangsung dianalisis dengan
menggunakan perhitungan prosentase. Penghitungannya sebagai berikut :
P=
Keterangan:
P = Porsentase frekuensi kejadian yang muncul
fx = banyaknya aktivitas siswa yang muncul
N = Jumlah aktivitas keseluruhan
3.7.4 Analisis data hasil observasi aktivitas guru
Data observasi aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dianalisis dengan
menggunakan penghitungan persentase. Penghitungannya sebagai berikut:
P=

Keterangan:
P = Porsentase frekuensi kejadian yang muncul
f = Banyaknya aktivitas siswa yang muncul
N = Jumlah aktivitas keseluruhan
3.7.5 Analisis data hasil wawancara
Data yang dihasilkan melalui titik wawancara merupakan data kualitatif yang berupa kata-kata,
berupa faktor-faktor penghambat dan penunjang atau pendukung pembelajaran dianalisis dengan
teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan para frase jawaban subjek yang
diwawancara dan membuat simpulan hasil wawancara.
3.8. Instrumen Analisis Data Penelitian
Instrumen analisis data penelitian ini berupa tabel hasil penilaian SKH, SKM dan hasil observasi
aktivitas guru dan siswa, hasil tes dan data hasil wawancara.
1. Tabel hasil penilaian SKH, SKM.
Tabel 3.1 Hasil Penilaian SKH
No

Aspek yang diteliti

Skor

Prosentase

1
2
Dst
Skor Total
Tabel 3.2 Hasil Penilaian SKM
No
1

Aspek yang diteliti

Skor

Prosentase

2
Dst
Skor Total
4 Tabel hasil observasi aktivitas guru dan siswa
Tabel 3.3 Pengamatan Aktivitas Guru
No

Aspek yang diteliti

Skor

Prosentase

1
2
Dst
Skor Total
Tabel 3.4 Pengamatan Aktivitas Siswa
No

Aspek yang diteliti

Skor

Prosentase

1
2
Dst
Skor Total
Tabel 3.5 Data Gabungan Pengamatan Aktivitas Guru
No

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata
Pengamat 1

1
2

Pengamat 2

Pengamat 1

Pengamat 2

Dst
Jumlah
Tabel 3.6 Data Gabungan Pengamatan Aktivitas Siswa
No

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata
Pengamat 1

Pengamat 2

Pengamat 1

Pengamat 2

1
2
Dst
Jumlah
3. Tabel hasil observasi siswa
Tabel 3.7 Hasil Belajar Siswa
No

Nama siswa

Niai

Kriteria

1
2
Dst
Skor Total
3.9. Prosedur Analisis Data Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan langkah–langkah penganalisisan
sebagai berikut :
1. Data hasil penilaian SKH
2. Data hasil pengamatan

1. Data hasil pengamatan aktivitas guru
2. Data hasil pengamatan aktivitas siswa
3. Data hasil wawancara
4. Data hasil belajar siswa
a. Data hasil belajar siswa sebelum menggunakan pembelajaran dengan media gambar.
b. Data hasil belajar siswa setelah menggunakan pembelajaran dengan media gambar.