KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN DI BIDANG PENDIDIKAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH : Studi Kasus Kebijakan Publik di Kabupaten dan Kota Bekasi.
KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN
DI BIDANG PENDIDIKAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH
(Studi Kasus Kebijakan Publik di Kabupaten dan Kota Bekasi)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam
Program Studi Aministrasi Pendidikan
4&
Oleh
AGUS ENAP
NIM. 009787
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PEMBIMBING I
PROF DR. H. ABDUL AZIS WAHAB, MA
PEMBIMBING II
\rK
PROF DR. H. ISMAUN
Mengetahui,
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Rasjcasarjana S2
Prof. Dr. H. T
Syamsuddin Makmun, MA.
ABSTRACT
Agus Enap : Commitment of The Regional Goverenment to The Education
Development Sector in Era Regional Authonomy (The Case
study in Publik Policy to Regencial goverenment and
Bekasi Town )
The paradigm of the educational management in a decentralization
appears systemic changes to the available institutions. The design of the
educational organization constitutes an implementation of various
perceptionts of the authority submitted by the cental goverenment. In the
level of the educational problem concepts by the regional goverenment has
become a serious attention, nevertheless in the implementation level has
not been balancing or still for from the hope. For it still occurs inefficiency
and ineffectivity in the management of education like too fat in the
organisation of educational management. The competencies of the
goverenment apparattur are still low, this case is caused by the placement
and appointment of the staff to place the structural positions has not owned
the working prames with the measured indicators about the working
achievement and the placement of the stafhas not wholly used a concept to
fulpill the skill requirements and their fields. Besides it is not based on the
clear rewards become the rewards themseloes in the management of the
civil sevants' officialdom have not existed clearly. About the budget of
education becomes the responsibility of the regional goverenment. The
budget support to conduct the education has not shown the fair and
efficient budget. This is caused not to be existed a standardized
formulation and agreed to account the amount of the budget allocation to
the educational sector which reflects the real needs. The budget for
education commulatively showed a significant increasement but the
incerasement has not shown the real needs, for the increasement of budget
is nearly 90% to pay the salaries of the staff. Whereas to spend for the
educational sector development has not achieved the first rank but it is still
in the third rank, nomely around 6 - 17% from the number of the
development budget or around 3 - 7% from the amount ofthe regional
budget (APBD). Rather directly or indirectly the aboved condition much
effects to the working ability ofthe educational sector in wich it can imply
to the educational quality incerasement itself.
VI
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
„•
PERNYATAAN
iv
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
v
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
k
x
DAFTARGAMBAR
xi
BAB I PENDAHULUAN
j
A. LatarBelakangMasalah
B. Batasan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Mantaat Penelitian
E. Hipotesis
F. Kerangka Pemikiran
1
9
12
13
13
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
17
A. Konsep Administrasi Pendidikan dan Pengertian Komitmen
17
1. Konsep Administrasi Pendidikan
2. Pengertian Komitmen
B. Organisasi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia
1. Pengertian Organisasi
2. Bentuk Organisasi
3. Struktur Organisasi
4. Visi danMisi Organisasi
5. Kompetensi Sumber Daya Manusia
17
20
24
24
29
32
35
38
C. Otonomi Daerah dan Kebijakan Pembiayaan Pendidikan
1. Pengertian Otonomi dan Desentralisasi
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Otonomi Daerah dan
Bentuk-Benmk Otonomi
3. Pengertian Kebijakan
4. Benfuk-benftik Biaya Pendidikan
5. Penetapan Biaya Pendidikan
D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Rangkuman
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
46
46
59
65
69
72
76
79
81
A. Metode Penelitian
B. Definisi Konsep
C. Instrumen Penelitian
D. Tehnik Pengumpulan Data
E. Subyek Penelitian
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
IX
81
g4
84
85
86
90
G. Analisa Data
H. Validasi Temuan Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
B. Desain Organisasi Kompetensi Aparatur Dinas Pendidikan
91
91
94
94
108
NonGuru
1. Visi dan Misi
108
108
2. Bentuk Hubungan Kerja dan Job Discription
3. Kesesuaian antara Pendidikan denganTugas
4. Kesesuaian antara Pendidikan yang Diikuti dengan Tugas dan
114
144
Jabatan
148
5. Penentuan Penempatan dalam Jabatan Struktural dan
Pengembangan Karier
C. Kebijakan Anggaran Pendidikan
1. Proses Penetapan APBD
150
153
153
2. Sumber-sumber Penerimaan Pemerintah Daerah
156
3. Alokasi Anggaran dalam APBD
Rangkuman
162
167
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
168
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
193
A. Kesimpulan
B. Implikasi
193
198
C. Rekomendasi
199
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
202
207
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
2.1.
Teori Motivasi
46
4.1.
4.2.
Penggunaan Lahan di Kota Bekasi
Kepadatan Penduduk
95
"5
4.3.
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
96
4.4.
Mata Pencaharian Penduduk
96
4.5.
Penggunaan Lahan di Kabupaten Bekasi
104
4.6.
Struktur Perekonomian di Kabupaten Bekasi
107
4.7.
4.8.
4.9.
4.10.
4.11.
4.12.
4.13.
4.14.
4.15.
Keadaan Karyawan
Keadaan Karyawan Menurut Jenjang Pendidikan
Data Pegawai Menurut Klasifikasi Pendidikan
Data Pegawai yang menduduki Jabatan Struktural
Data Pejabat yang sudah Mengikuti Diklat
Data Pegawai Menurut Pangkat/Golongan
APBD dan PAD Kabupaten Bekasi
Sumber Pendapatan APBD Kabupaten Bekasi
Pendapatan PAD Kabupaten Bekasi
145
146
147
148
149
151
158
159
159
4.16. APBD dan PAD Kota Bekasi
160
4.17. Sumber Pendapatan APBD Kota Bekasi Tahun 2000
4.17. Sumber Pendapatan APBD Kota Bekasi Anggaran 2001 - 2002
161
161
4.18. Sumber PAD Kota Bekasi Anggaran 2000 - 2002
162
4.19.
4.20.
4.21.
4.22.
163
164
'65
166
Pengeluaran Rutin APBD Kabupaten Bekasi
Pengeluaran Belanja pembangunan APBD kabupaten Bekasi
Pengeluaran Rutin APBD Kota Bekasi
Pengeluaran Belanja Pembangunan APBD Kota Bekasi
4.24. Matrik Pembahasan
192
XI
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.1.
Kerangka Hipotesis
'2
1.1.
Alur Fikir Penelitian
17
2.1.
Ruanglingkup Administrasi Pendidikan
19
2.1.
Sikap
21
xn
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja pendidikan akan berpengaruh terhadap
produktivitas tetapi juga berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat. Pendidikan
menjadikan sumber daya manusia lebih bias cepat mengerti dan siap akan
menghadapi perubahan. Pendidikan diartikan secara luas merupakan suatu proses
pembelajaran yang dapat dilakukan dimana saja.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 masalah pendidikan secara tersirat telah
dinyatakan dalam pembukaan, bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa kemudian diperkuat dalam pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa
setoap warga negara berhak memperoleh pengajaran. Sementara pada ayat 2
menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
system Pendidikan Nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 2 merupakan
pengejawantahan dari Undang-Undang Dasar 1945 dan selain itu merupakan salah
satu komitmen pemerintah untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan masyarakat.
Kalau kita telaah pertimbangan yang dijadikan alasan bagi lahirnya Undang-
Undang Nomor 2 tahun 1989 ditentukan oleh rumusan tentang hakekat pembangunan
nasional dibidang pendidikan, bahwa pendidikan adalah upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kuahtas manusia Indonesia dalam mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya
1
mengembangkan diri baik berkenaan dengan dengan aspek jasmaniah maupun
rohaniali.
Seiring dengan semakin maju perkembangan dunia ditandai era globalisasi
dan informasi yang berkembang dengan begitu cepat. Dampak dari perkembangan era
ini tidakmungkin dapat dihindarkan oleh setiap bangsa di dunia. la akan berpengaruh
teerhadap semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya bangsa
Indonesia. Perubaahan-perubahan ini juga berpengaruh terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Sehingga dalam pengelolaan pendidikan pemerintah harus memberikan
perhatiankhususnya dalam hal pembiayaan pendidikan.
Sekarangdiakui bahwa pendidikan merupakan suatu bentuk investasi sumber
daya manusia yang mungkin lebih penting dari investasi modal. Ditemukan dalam
berbagai penelitian disejumlah negara, pendidikan memberikan sumbangan amat
besar bagi pertumbuhan ekonomi. Dampak pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi diantaranya adalah semakin berkembangnya kesempatan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan,pengetahuan, keterampilan, keahlian dan wawasan agar
mereka mampu bekerja secara produktif.
Globalisasi yangmelanda dunia dengan ditandai mengglobalnya informasi dan
tehnologi, dapat dipahami sebagai salah satu sumbangan dari dunia pendidikan
dengan menghasilkan kualitas sumber daya manusia. Dampak dari globalisasi
mengakibatkan semakin derasnya tuntutan reformasi, sehingga membawa perubahan
paradigma baru dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu juga
berdampak pada perubahan struktur pemerintahan yang tadinya bersifat sentralistik
kepada pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota. Langkah kearah otonomi
mempunyai alasan yang kuat dan telah lama berkembang, jauh sejak dua puluh tahun
yang lalu.
Munculnya runtutan pemberdayaan daerah serta didasarkan kepada luasnya
wilayah Republik Indonesia dengan karakteristik yang beragam menjadi factor
pendorong untuk melakukan otonomi. Kebijkan otonomi mengisyaratkan akan
keyakinan pemerintah bahwa kebijakan ini sangat kecil resikonya terhadap
disintegrasi bangsa. Pemberian otonomi merupakan salah satu bentuk upaya untuk
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Selain didasarkan kepada alas an tersebut.
pemberian otonomi juga mempertimbangkan dari aspek politik, ekonomi, teknis
menajemen pemerintahan.
Dalam konteks otonomi birokrasi pemerintah sebagai alat penyelenggara
negara haras mampu menelaah dan membaca situasi kedepan yang akan dihadapi.
Bagaimana wajah pemerintahan dimasa yang akan dating belum banyak tergambar
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, sebagai landasan dalam penerapan
otonomi daerah. Tujuan utama dalam kebijakan otonomi daerah, disatu pihak
membebaskan pemerintah dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani
urusan domestik, sehingga berkesempatan mempelajari, memahami, merespon
berbagai kecenderungan global. Di lain pihak, dengan otonomi daerah memberikan
kewenangan kepada pemerintah daerah kabupaten atau kota mengalami proses
pemberdayaan yang signifikan. Dalam undang-undang tersebut, otonomi dipahami
sebagai kewenangan daerah sebagaimana dikemukakan dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 pasal 7 yang berbunyi :
1. Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeii
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiscal, agama serta
kewenangan bidang lain.
2. Kewenangan bidang lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1, meliputi
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, system administrasi
negara dan lembaga perekonomian negra. pembinaan dan pemberdayaan
sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan
standarisasi nasional.
Kewenangan yang dimaksud dalam pasal tersebut mencakup kewenangan provinsi ,
daerah kabupaten dan kota. Dalam pasal 9 dikemukakan bahwa kewenangan daerah
daerah provinsi adalah:
1. Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup kewenangan
dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota serta
kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu.
2. Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom termasuk juga kewenangan
yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten dan kota.
3. Kewenangan provinsi sebagai wilayah administrasi mencakup
kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan kepada
gubernur selaku wakil pemerintah.
Sementara yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten atau kota sebagaimana
dikemukana dalam pasal 11 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
1. Kewenangan daerah kabupaten dan kota mencakup semua kewenangan
yang dikecualikan dalam pasal 7 yang diatur adalam pasal 9
2. Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan
kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan,
pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal,
lingkungan hidup, pertahanan, koperasi dan tenaga kerja.
Dengan demikian masalah pendidikan merupakan salah satu urusan yang
didesentralisasikan,
sehingga
daerah
wajib
melaksnakannya.
Namun
dalam
implementasinya masalah pendidikan tidak selumhnya menjadi kewenangan daerah
ada beberapa urusan yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat sebagaimana
dikemukakan dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 seperti masalah
satndarisasi nasional.
Implementasi otonomi akan berhasil apabila ada berhasil apabila ada kondisi
politik yang sehat, sehingga pemerintah daerah berkesempatan untuk menyusun
agenda pembangunan jangka panjang yang koprehensip bagi kepentingan generasi
yang akan dating. Pelaksanaan otonomi membawa konsekwensi logis terhadap
kebijakan perampingan organisasi pemerintahan, kebijakan pembangunan ekonomi
yang secara optimal mampumem buka kesempatan kerja. melakukan investasi yang
besar dalam bidang pendidikan. Dalam kontek ini pendidikan dipahami sebagai
landasan utama dalam membangun sumberdaya manusia. Oleh karena itu semua.
hanya dengan keberanian dan kreatifitas seperti inilah yang dapat membuat
pemerintahan mampu secara efektif dan legitimate mengantarkan rakyat daerah
masuk kedalam era kompetisi global.
Dalam implementasi otonomi khususnya masalah pendidikan belum menjadi
perhatian serius oleh pemerintah daerah dengan menempatkan pembangunan
pendidikan sebagai bagian dari permasalahan, bukan menjadikan pendidikan sebagai
isu sentral dalam pembangunan jangka panjang. Hal ini tercermin dari dana untuk
pendidikan dalam APBN masih sangat kecil bila dibandingkan dengan negara lain.
Kondisi ini sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan
dalam era otonomi yang sebagian besar dibiayai oleh pemerintah daerah (APBD).
Sehingga menimbulkan pertanyaan apakah pendidikan akan lebih maju atau malah
sebaliknya, untuk itu kunci keberhasilan pelaksanaan otonomi pendidikan yaini
adanya dukungan semua pihak (stakeholders) khususnya pemerintah daerah sebagai
penangungjawab masalah pendidikan di daerah. Dalam kaitan ini perlu ada political
will yang konsisten terhadap masalah pendidikan. Sebab persoalan desentrahsasi
pendidikan bukan terletak pada gagasan atau teorinya yang menjanjikan harapan yang
lebih besar untuk terjadi perubahan, melainkan implementasinya.
Impelementasi manajemen desentrahsasi pendidikan semakin tidak mudah
karena tidak semata-mata menyangkut isu teknis melainkan juga isu politis seperti
masalah kewenangan dalam
pengelolaan
pendidikan.
Masalah
kewenangan
pendidikan sebagai penjabaran dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yaitu
peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Kewenangan pemerintah pusat dalam
peraturan pemerintah ini khususnya dalam masalah pendidikan sebagaimana
dikemukakan dalam pasal 2 ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut:
a. Penerapan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan
kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta
pedoman pelaksanaannya.
b. Penetapan standar materi pelajaran pokok.
c. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.
d. Penetapan pedomanpembiayaan penyelenggaraan pendidikan.
e. Penetapan persyaratan penerimaan, perpindahan, sertivikasi siswa, warga
belajar dan mahasiswa.
f. Peneetapan persyaratan permintaan/zoning. pencarian, pemanfaatan,
perpindahan, pengadaan, system pengamanan dan kepemilikan benda
cagarbudayaserta persyaratanpenelitianarkeologi.
g. Pemanfaatan hasil penelitian arkeologi nasional serta pengelolaan musium
nasional, galeri nasional, pemanfaatan naskah arsip dan monumen yang
diakui secara internasional.
h. Penetapan kalender pendidikan danjumlah jam belajar efektifsetiap tahun
bagi pendidikan dasar, menengah dan luar sekolah.
i. Pengaturan dan pengembangan pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh
serta pengaturan sekolah internasional.
j.
Pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Sementara yang menjadi kewenangan provinsi sebagai daerah otonom khususnya
dalam masalah pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam pasal 3 sebagai berikut:
a. Penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari
masyarakat minoritas, terbelakang dan atau tidak mampu.
b. Penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok/modul pendidikan
untuk taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan luar sekolah.
c. Mendukung/membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi selain
pengaturan kurikulum, akreditasi dan pengangkatan tenaga akademis.
d. Peryimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tinggi.
e. Penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan dan ataupenataran
guru.
f. Penyelenggaraan musium provinsi, suaka peninggalan sejarah
kepurbakalaan, kajian sejarah dan nilai tradisional serta pengembangan
bahasa dan budaya daerah.
Berdasarkan peraturan tersebut diatas maka kewenangan daerah kabupaten
dan Kota cukup besar dengan segala konsekwensinya. Oleh karena itu dalam rangka
melaksanakan kewenangan masalah pendidikan dibutuhkan suatu pemahaman tentang
kekhasan masalah pendidikan. Sehingga masalha pendidikan harus dipahami sebagai
suatu masalah yang sangat komplek dan tidak dipandang pelayanan umum biasa.
Kewenangan tersebut membawa konsekwensi kepada daerah kabupaten dan kota
untuk membiayai
pendidikan sesuai dengan kewenangannya. Untuk dapat
melaksanakan kewenangan itu diperlukan dukungan biayai yang cukup, organisasi
pengelola yang mencerminkan ramping struktur kaya fungsi atau dengan kata lain
organisasi yang lebih mengedepankan profesionahsme serta yang tidak kalah
pentingnya adalah dukungan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam
bidangnya. Apabila ini semua mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah
kabupatend dan kota, maka kualitas pendidikan akan semakin meningkat.
Dititik beratkannya kepada pemerintah kabupaten
dan kota dimaksudkan
untuk memberdayakan daerah dan meningkatkan komitmen pemerintah kabupaten
dan kota terhadap pendidikan. Lahirnya desentrahsasi pendidikan seidaknya dilandasi
oleh prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta
memperhatikan potensi dan keragaman daerah.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap warga negara,
karenanya penyelenggaraan pendidikan tergolong kepada kepentingan nasional
sebagai upaya mewujudkan salah satu tujuan nasional sebagaimana diramuskan
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Desentrahsasi pendidikan secara konsep dapat diterima, dengan desentrahsasi
pendidikan akan dapat memenuhi kebutuhan aspirasi masyarakat, pelayanan dan
penanganan masalah pendidikan diharapkan akan lebih cepat efektif dan efisien.
7
Semua ini disebabkan aparat yang menangani lebih denkat dengan
sehingga akan dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas dan
kebangsaanserta tercipta pula aparat yang bersih, terpercayadan berwibawa.
Desentralisasi pendidikan sedikit banyak membawa kekhawatiran di kalangan
masyarakat pendidikan yaitu dalam hal apakah dapat menjamin setiap warganegara
akan memperoleh hak pengajaran. Hal ini dikarenakan potensi sumber biaya masingmasing daerah berbeda satu sama lain. Namun dengan diberlakukannya UndangUndang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan daerah, diharapkan masalah kesenjangan dapat diatasi. Undang-undang
Otonomi daerah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kewenangan dalam
masalah keuangan. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 sumber-sumber
keuangan daerah sebagaimana dikemukakan dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa:
Sumber-sumber keuangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan desentrahsasi
adalah:
a
b.
c.
d.
Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbangan
Pinjaman Daerah
Lain-lain penerimaan yang salt
Persoalan yang mungkin timbul secara operasional adalah bagaimana
komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan. Komitmen disini dipahami sebagai
kesungguhan pemerintah terhadap masalah pendidikan yaitu dengan menempatkan
masalah pendidikan sebagai isu senrral dalam pembangunan oleh pemerintah
kabupaten dan kota. Selama ini pendidikan belum menjadi prioritas pembangunan
karena pendidikan masih dianggap sebagai pelayanan umum biasa bukan sebagai
human invesment. Padahal dampak dari pendidikan sangat besar terhadap seluruh
sendi kehiduan. Oleh karena itu komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan
sangat penting yang diimplementasikan melalui pembiayaan, struktur organisasi serta
8
dukungan dari aparat yang kompeten sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan
organisasi.
Kebijakan pemerintah kabupaten atau kota untuk mengedepankan pendidikan
memerlukan dukungan dari semua pihak, baik dari kalangan legislatif, eksekutif
maupun masyarakat sebagai konsumen pendidikan. Berdasarkan dari latar belakang
tersebut penulis mencoba meneliti " KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP PENDIDIKAN DALAM ERA OTONOMI". Komitmen pemerintah
daerah sangat penting karena daerah memiliki kewenangan yang luas dalam
mengelola pemerintahan termasuk didalammnya masalah pendidikan guna
mensejahterakan masyarakat. Secarastructural daerah kabupaten atau kota merupakan
institusi yang paling dekat dengan masyarakat.
B. Batasan Masalah
Dalam konteks Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang memberikan
kewenangan luas kepada pemerintah daerah kabupaten atau kota untuk
menyelenggarakan pemerintahan mencakup kewenangan semua bidang kecuali
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan,
moneter dan fiscal, agama serta kewenangan lain yang ditetapkan oleh peraturan
pemerintah. Lahirnya undang-undang tersebut membawa implikasi terhadap
perubahan dalam pengelolaan pendidikan yang tadinya bersifat sentralistis ke
desentrahsasi. Undang-undang ini mau tidak mau menuntut dilakukannya perubahan
khususnya dalam pengelolaan pendidikan
diberbagai aspek. Dalam bidang
pendidikan pemerintah daerah bukan saja memiliki kewenangan dalam mengelolla
yang bersifat administrative akan tetapi juga memiliki kewenangan dalam membiayai
pendidikan.
Otonomi pendidikan bagi pemerintah daerah merupakan peningkai
yang mempunyai dua dimensi pengertian selain menjadi momentum juga
tantangan bagi daerah membuktikan komitmennya dalam meningkatkan kuahtas
sumber daya manusia melalui pendidikan. Dalam era otonomi maju mundumya
kuahtas pendidikan sangat tergantung kepada sebaerapa besar perhatian pemerintah
kabupaten atau kota terhadap sector pendidikan.
Secara umum dalam pelaksanaan desentrahsasi mulai dari tingkatan sekolah
sampai pemerintah daerah, mensyaratkan adanya informasi berkenaan dengan
kemampuan guru, kepala sekolah, aparat daerah termasuk dalam hal pembiayaan
pendidikan serta kemampuan aparat dalam semua tingkatan akan menentukan sampai
tingkat mana desentralisasi sudah berjalan. Semakin lemah kemampuan aparat di
tingkatbawah, maka akan semakin tinggi tingkat pengambilan keputusan keputusan.
Desentrahsasi pendidikan tanpa ditunjang oleh kemampuan aparat pelaksana di
tingkat bawah tidak akan mempunyai arti bagi kemajuan pendidikan. Dalam konteks
otonomi daerah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan
meningkatkan komitmen
pemerintah daerah pendidikan.
Dalam kondisi
ini
permasalahan yang menjadi bahasan adalah :
1. Bagaimana Desain Organisasi Dinas Pendidikan meliputi:
a. Bagaimana visi dan misi dinas pendidikan kaitannya visi dan misi pemerintah
Kabupaten dan Kota Bekasi ?
b. Bagaimana bentuk hubungan kerja dalamorganisasi dinas pendidikan ?
c. Bagaimana job discription dalam organisasi dinas pendidikan ?
2. Kompetensi Aparatur Dinas Pendidikan Non Guru yang meliputi:
a.
Bagaimana kesesuaian antara disiplin ilmu dengan tugas atau jabatan aparatur
dinas pendidikan ?
10
b. Jenis dan tingkat pendidikan serta penjenjangan karier apakah telah sesuai
dengan prinsip profesionalisme ?
c.
Ketentuan penempatan tugas dan jabatan apakah telah sesuai dengan disiplin
ilmuyangdimiliki?
3. Bagaimana kebijakan Pembiayaan pendidikan yang didasarkan kepada APBD
meliputi:
a. Bagaimana proses penetapan kebijakan tentang alokasi anggaran dalam APBD?
b. Berapa besar realisasi penerimaan pemerintah daerah ?
c. Berapa besar yang dialokasikan untuk membiayai rutin dan pembangunan
termasuk pendidikan ?
C. Tujuan Penelitian
Dilakukannyapenelitianini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui desain organisasi Dinas Pendidikan setelah diberlakukannya
otonomi daerah.
2. Untuk mengetahui kompetensi aparatur Dinas Pendidikan Non guru yang meliputi
Kepala Dinas, Kasubdin, Kasi dan Staf pelaksana.
3. Untuk mengetahui anggaran pembiayaan sektor pendidikan dalam APBD
Kabupaten dan Kota Bekasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian inidiharapkan akan memberikan manfaat antara lain :
1. Untuk menambah informasi atau pengetahuan mengenai masalali pendidikan
dalam era otonomi dalam upaya perbaikan kebijakan lebih efektif dan efisien
11
dalam meningkatkan komitmen pemerintah sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan.
2. Untuk memberikan masukan dalam upaya meningkatkan komitmen pemerintah
daerah terhadap pendidikan di masa yang akan dating.
3. Untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan melalui pengungkapan suatu
masalah yang dihadapi.
4. Dari aspek akademis berkepentingan untuk mengkaji konsep ekonomi pendidikan
berkaitan dengan pemilihan kebijakan mengenai pengembangan sumber daya
manusia.
E. Hipotesis
Berdasarkan dari masalah dan rujuan tersebut diatas maka dapat dilakukan
hipotesis dengan asumsi bahwa desain organisasi dan kompetensi aparatur pemerintah
yang baik serta pembiayaan pendidikan yang memenuhi amanat undang-undang akan
meningkatkan komitmen komitmen pemerintah terhadap pendidikan. Untuk lebih
jelasnya dapat kita lihat dalam bagan berikut:
XI.
(Desain organisasi
dan Kompetensi aparatur
Dinas Pendidikan)
Y (Komitmen Pemerintah)
X2(Pembiayaan Pendidikan)
Gambar 1.1 Kerangka Hipotesis
12
F. Kerangka Pemikiran
Berbicara mengenai undang-undang tentang pemerintahan daerah seperti telah
diketahui, sudah berkali-kali mengalami perubahan dan penyempurnaan. Pada saat
sekarang ini otonomi daerah merupakan salah satu solusi untuk memberdayakan
daerah menjadi mandiri, karena selama ini daerah menjadi kurang memiliki
kemandirian sebagai akibat dari system pemerintahan selalu menunggu dari
pemerintah pusat. Dampak yang ditimbulkan dari system pemerintahan yang
sentralistis mendorong tumbuhnya birokrasi yang panjang dan pelayananan kepada
masyarakat kurang optimal.
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 sepenuhnya didasarkan pada prinsip
yang terkandung dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu suatu bentuk
rumusan untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di dalam negeri mapun di
luar negeri serta tantangan persaingan global. Maka kebijakan memberikan otonomi
kepada daerah kabupaten dan kota merupakan langkah yang sangat strategis untuk
kemajuan bangsa dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. Perubahan
kebijakan khususnya dalam masalah otonomi daerah secara signifikan berpengaruh
terhadap perubahan kewenangan dalam mengelola pemerintahan.
Otonomi daerah termasuk masalah pendidikan yang dijabarkan melalui
peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 merupakan upaya untuk pemangkasan
birokrasi, pendelegasian wewenang, pelayanan yang lebih baik, pemberdayaan
daerah, menumbubkan kemandirian daerah dalam mengelola pemerintahan guna
mensejahterakan masyarakat. Perubahan paradigma pengelolaan pemerintahan juga
berpengaruh terhadap pengelolaan pendidikan karena pendidikan merupakan salah
satu urusan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten atau kota.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kulaitas sumber daya
13
manusia yang berperan sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan
pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan kuahtas
sumber daya manusia mutlak diperlukan. Degan demikian pendidikan memiliki posisi
yang strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya.
Pembangunan sumber daya manusia sudah sepanrasnya menjadi prioritas dan
haras dilakukan inovasi-inovasi untuk menciptakan system pendidikan yang mampu
meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Peningkatan kuahtas sumber daya manusia
sangat berkaitan langsung dengan peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia salah satunya dicirikan dengan tingginya tingkat
pendidikan masyarakat.
Sekarang ini pembangunan pendidikan di negara lata dihadapkan kepada
masalah peningkatan kualitas, pemerataan kesempatan, ketentuan anggaran yang
memadai serta belum terpenuhinya sumber dalam diri masyarakat secara professional
sesuai dengan tanggung jawab pendidikan. Oleh karena itu salah satu upaya penting
dan mendesak yang haras ditempuh adalah membangun dan memperkuat system
pendidikan dengan segala jalur dan jenjangnya sehingga percepatan pembangunan
dapat dipacu dengan akselerasi yang tinggi. Tuntutan yang paling mendasar untuk
memperkuat system pendidikan dengan akselerasi yang tinggidibutuhkan perubahan
paradigma
dalam
pengelolaan
pendidikan
dengan
memberdayakan
seluruh
stakeholdes.
Selama ini pengelolaan pendidikan bersifat sentralisasi dengan segala
kekurangan dan kelebihannva. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan
kompetisi global, lahirnya Undang-Ungadang Nomor 22 dan 25 tahun 1999 serta
peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 merupakan secercah harapan untuk
14
memasuki babak baru dalam pengelolaan pendidikan. Namun adanya undang-undang
tersebut akan kurang berarti tanpa adanya political will pemerintah daerah terhadap
pendidikan dengan meningkatkan komitmen yangtinggi terhdap masalah pendidikan.
Karena pendidikan merupakan salah satu bentuk pembangunan yang sangat komplek
dan memiliki kekhasan tersendiri bila dibandingkan dengan pembangunan lain.
Desentralsiasi pendidikan menuntut semua komponen masyarakat haras bahu
membahu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia sebagai syarat mutlak
kemandirian daerah. Masalah pendidikan kemajuannya sangat terkait erat dengan
dukungan selurah aspek kehidupan masyarakat. Berdasarkan pengalaman yang ada
desentraslisasi pendidikan tidak selamanya berdampak pada kemajuan pendidikan
akan tetapi desentrahsasi juga bias berdampak pada kemunduruan pendidikan sebagai
contoh terjadi dinegara Amerika Latin. Oleh karena itu desentrahsasi pendidikan
kesuksesannya sangat ditentukan oleh pemerintah komitmen daerah.
Besarnya anggaran pendidikan memang bukan satu-sarunya factor yang dapat
meningkatkan kuahtas pendidikan. Akan tetapi masalah yang timbul dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan tidak akan teriepas dari dukungan dana. Kesemua
factor tersebut memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap upaya peningkatan
kualitas pendidikan. Komitmen pemerintah terhadap pendidikan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari administrasi pendidikan karena komitmen pemerintah
daerah merupakan penjabaran dari fungsi manajemen secara umum. Dengan demikian
kualitas pendidikan akan meningkat apabila adanya komitmen yang tinggi terhadap
pendidiian. Secara umum kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
15
UU No 2 Th. 1989
< <
V
Konsekuensi UU
UU No. 25 Th. 1999
No 22 Th 1999
^V
Pembiayaan
pembangunan
PP No. 25 Tahun 2000
lA,
Administrasi
Pendidikan
Kewenangan
Pemerintah
r**-
Hankam
Politik
s.
Komitmen Pemerintah Daerah
Terhadap pendidikan
Ekonomi
Sosial
1
Pembiayaan
Desain Organisasi dan
Kompetensi Aparatur
Pendidikan
Dinas Pendidikan
Peningkatan Kualitas Pendidikan
Gambar: 1.1 Alur Fikir Penelitian
16
c -r
-»iJ 4 •*_
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Pemditian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, yaita dengan mengemukakan kenyataan yang ada dari subyek
penelitian yang ditehti. Dilihat dari pengertian, penelitian deskriptif mengambil
masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual, sebagaimana
adanya pada saat penelitian dilaksanakan (Nana Sudjana : 1989 : 64). Daripandangan
ini secara umum ada dua tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian yang bersifat
deskriftifyaita,:
a. Mengetahuiperkembangan terjadinya suatu aspek sosial tertentu
b. Mendeskripsikan secara terperinci suatu fenomena sosial.
Penelitian
dengan
menggunakan
metode
tersebut
biasanya
tanpa
menggunakan hipotesis yang telah dirumuskan secara ketat, namun adakalanya, juga
menggunakan hipotesis tetapi bukan untuk diuji secara statistik. Dengan kata lain
penelitian deskriftif tidak bermaksud untuk mengidentifikasikan hubungan antar
variabel melalui studi korelasi atau regresi untuk menguji hipotesis tertentu. Oleh
karena ita dalam penelitian kajiannya lebih difokuskan kepada kajian mengenai
manajemen dalam hal ini masalah kebijakan, maka metode penelitian yang dianggap
lebih tepat adalah metode deskriptif.
Metode penelitian deskriftif tidak terbatas pada pengumpulan data tetapijuga
meliputi anahsis dan interpretasi data. Taylor dan Bongdan (Maleong 2001 : 5)
mengemukakan pendekatan kualitatif merajuk pada pengertian yang luas terhadap
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berapa kata-kata dan prilaku orang
81
yang dapat diobservasi dari lisan maupun talisan. Dengan demikian bahwa penelitian
kualitatif berakar pada latar belakang alamiah dan yang menjadi alat dalam penelitian
dengan mengandalkan manusia. Lexy J Moleong (2001 : 4) mengemukan terdapat
sepuluh ciri penelitian kualitatif seperti:
1. Penelitiannya berlatar belakang alamiah atau pada kontak dari suatu kebutuhan.
2. Alat pengumpulan data yang utama adalah peneliti sendiri atau dengan bantuan
orang lain, sehingga setiap saat dapat menyesuaikan terhadap kenyataan yang ada
dilapangan.
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif dengan
beberapa
pertimbangan seperti metode kualitatif lebih mudah bila berhadapan dengan
kenyataan lain, menyajikan secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan
responden, lebihpeka dan lebih dapat menyesuaikan diri.
4. Menggunakan analisis data secara induktif, dipergunakannya analisis ini karena
dapat menemukan kenyataan-kenyataan yang terdapat dalam data, dapat
menemukan pengarah bersama dan dapat memperhitungkan nilai-nilai secara
eksphsit sebagai bagian struktur anahtik.
5. Lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yangberasal dari
data.
6. Mempercayai apa yang dilihat secara netral dan teori dasar lebih responsif
terhadap nilai-nilai kontekstual.
7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil.
8. Adanya penetapan batas atas dasar fokus yargmenjadi masalah penelitian.
9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
10. Menyusun desain teras menerus menyesuaikan kenyataan dengan lapangan,
desainnya tidak ketat dan tidak kaku.
82
Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory,
yaitu teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis-hipotesis sebagaimana metode
kuantitatif. Sementara menurat pandangan lain (Nana Sudjana 1989 : 197) terdapat
beberapa ciri pokok yaitu :
1. Penelitian kuualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
2. Penelitian kualitatif sifatnya deskriftifanalitik dan bersifat induktif
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses bukan pada hasil.
4. Penelitiankualitatifmengutamakan makna.
Selain hal tersebut di atas metode penelitian deskriftif tidak hanya terbatas
pada pengumpulan data semata tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi data.
Dengan demikian sasaran penelitian diarahkan pada usaha penguasaan teori dasar
penelitian yang bersifat deskriftif dengan mementingkan penguasan proses penelitian,
membatasi studi dengan fokus kajian, menentukan kriteria untuk memeriksa
keabsahan data dan hasil penelitian.
Sesuai dengan ciri-ciri yang dikemukakan di atas mendasari penulis
menggunakan metode ini. Penulis berasaha mendeskrifsikan secara sistematis dan
akurat dengan dukungan data-data yang diperoleh di lapangan, dokumen dan
buku-buku tentang bagaimana komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan
dalam eraotonomi ditinjau dari sudut desain organisasi dinas pendidikan, kompetensi
aparatur pemerintah yang menangani masalah pendidikan serta anggaran yang
disediakan untuk pendidikan di Kabupaten danKota Bekasi.
Dengan mengambil pengertian dan ciri-ciri tersebut, penelitian yang
dilaksanakan berasaha mempelajari fakta-fakta yang ada, dan relevan dengan masalah
penelitian serta menggambarkan dan menghubungkannya dengan teori yang ada.
Sehingga, diharapkan melahirkan temuan atau pemikiran guna membantu
83
memecahkan masalah yang dihadapi oleh pemerintah berkaitan dengan peningkatan
kualitas pendidikan melalui kebijakan pemerintah daerah terhadap pendidikan.
B.
Definisi Konsep
Agar penelitian terarah dan memiliki visi yang jelas maka, masalah penelitian
ini secara konsep didefinisikan sebagai berikut:
a. Yang dimaksud dengan struktur organisasi adalah suatu sub sistem dari
lingkungan yang luas meliputi sistem teknik, sistem struktur dan sistem
manajemen.
b. Yang dimaksud dengan kemampuan aparat adalah disiplin ilmu atau kuahtas
sumber daya manusia yang terlibat dalam organisasi yang mengelola pendidikan.
c. Sedangkan yang dimaksud dengan komitmen pemerintah dalam konteks
penelitian ini adalah kesungguhan pemerintah daerah melalui implementasi
kebijakan untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pendidikan.
C.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri atau melalui bantuan orang lain
merapakan instrumen yang utama dalam penelitian kualitatif. Karena jika
menggunakan alat yang bukan manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu
sebagaimana dalam penielitian klasik, sangat tidak mungkin untuk mengadakan
penyesuaian terhadap kenyataan di lapangan. Selain itu dalam penelitian ini hanya
manusialah yang dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainnya dan hanya
manusia pulalah yang mampu memahami kaitan kenyataan dilapangan. Oleh karena
itu peneliti sebagai alat penelitian sangatlah penting dalam menentukan hasil
penelitian. Dalam proses penehtian peneliti harus mampu berinteraksi dan beradaptasi
84
dengan obyek yang sedang diteliti. Hal ini sangatlah penting mengingat peneliti haras
mampu mengumpulkan data secara obyekltif
D. Tehnik Pengumpulan Data
Pelaksanaan penelitian untuk mengumpulkan data digunakan tehnik
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Ketiga alat ini digunakan untuk
meperoleh infomasi berkaitan dengan masalah yang diteliti:
a.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman yang telah disusun
berdasarkan kebutuhan informasi berkaitan dengan penelitian. Pedoman
wawancara dibuat dan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan terbuka dan tertutup.
Pedoman wawancara sangat penting dalam proses berjalannya wawancara,
sehingga wawancara yang dilakukan tetap berada dalam koridor atau dalam
konteks pennasalahan yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untak menjaga agar
informasi yang diinginkan tidak bias. Data atau informasi yang diharapkan dan
wawancara im* berkaitan dengan komitmen pemerintah daerah terhadap
pendidikan dilihat dari:
•
Struktur organisasi dan tatakerja Dinas Pendidikan
• Kemampuan aparatur pemerintah yang mengelola pendidikan dalam hal ini
Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Bekasi.
• Implementasi kebijakan pembiayaan pendidikan
b.
Observasi
Observasi digunakan dalam rangka melengkapi data dan informasi yang
diperoleh melalui wawancara. Selain itu juga dengan menggunakan observasi
dilakukan
reckhek.
Observasi
dilakukan
85
sebelum
atau
sesudah
wawancaradilakukan, baik untuk memperoleh gambaran awal tentang materi yang
diteliti, maupun untuk melengkapai data hasil wawancara dan dokumentasi.
Instrumen observasi digunakan untuk mengamati secara langsung obyek yang
diteliti untuk mencocokan di lapangan dengan apa yang diperoleh baik melalui
wawancara maupun dokumentasi.
c.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi berapa data-data, peraturan-peraturan atau catatan-catatab
digunakan untak melengkapi data dan informasi yang diperoleh melalui dua
instrumen yang telah disebutkan di atas. Salah satu caranya adalah dengan
mempelajari berbagai dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Dengan menggunakan teknik ini diharapkan diperoleh data trtulis berapa
peraturan, perundang-undangn atay dokumen lainnya.
E. Subyek Penelitian
Subyek penehtian adalah orang, sumber atau informasi yang dapat
memberikan data kepada peneliti. Penentaan subyek penelitian dilakukan secara
purposiv, halinididasarkan padaciri-cirinya yaita:
• Rancangan subyek penelitian yang timbul tidak ditentukan terlebih dahulu.
• Penentaan subyek secara beruratan untuk memperoleh informasi yang telah
diperoleh terlebih dahuta, sehingga dapat dipertentangkan atau ada
kesenjangan informasi
•
Penyesuaian berkelanjutan dari subyek
• Pemilihan terakhir jika terjadi pengulangan infomasi atau sudah terjadi
ketantasan dan tidak diperoleh tambahan infomasi yang berarti (Maleong
2001 : 165-166)
86
Berdasarkan ketegasan mengenal subyek penelitian tersebut maka subyek atau
responden utama dalam penelitian ini adalah:
a. Bupati Kabupaten Bekasi dan Walikota Bekasi dengan pedoman pertanyaan yang
telah disiapkan maka didapat jawaban secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Dalam menentukan visi dan misi yang akan ditetapkan dibentuk suata tun
yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. Tim ini berupaya menggali
dan mencari masukan-masukan dari berbagai komponen masyarakat. Setelah
visi dan misi diramuskan maka diajukan kepada DPRD untuk ditetapkan.
2. Setelah visi dan misi ditetapkan maka dilakukan sosiahsasi baik melalui
media masa maupun berapa pamplet yang disebarkan kepada seluruh wilayah
yang ada, melalui spanduk atau melalui penyuluhan-penyuluhan baik yang
dilakukan oleh tingkat desa/kelurahan, kecamatan, dinas/instansi untak dapat
mengetahui dan mengamankan kebijakan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Setelah visi dan misi ini disosiahsasikan sebagai upaya untuk mencapainya
dengan cepat dan tepat maka ditetapkan rencana strategik dan propeda. Untuk
menyusun rencana strategik dibentuk pula tim yang mehbatkan seluruh
komponen masyarakat yang terdiri dari unsur legislative, unsur eksekutif
(dinas/instansi). unsur masyarakat.
3. Dalam proses penetapan APBD langkah awal yang dilakukan adalah melalui
kegiatan yang disebut pra rakorbang yang menghimpun usulan-usulan dari
desa/kelurahan. kecamatan dandinas/instansi. Dari usulan usulan yang masuk
kemudian dibahas pada rakorbang untuk menetapkan skala prioritas yang
didasarkan pada RAPBD. Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan
PAD dilakukan melalui intensivikasi dan ekstensivikasi berbagai pajak dan
retribusi, yang ditenggarai dilakukan belum maksimal. dari hasil wawancara
87
ini juga diketahui jumlah APBD mulai dari tahun 2000 - 2002 dan ditunjang
oleh data-data keuangan.
b. Ketua DPRD Kabupaten dan Kota Bekasi didapat jawaban atas pertanyaan yang
diajukan secara umum sebagai berikut:
1. Proses penetapan visi, misi dan rencana strategik anggota DPRD selalu
dilibatkan baik dalam tim maupun dalam melakukan sosiahsasi serta selalu
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pemerintah berkaitan
kebijakan yang telah ditetapkan bersama. Semua rumusan tersebut dikaji
ulang dalam rapat paripurna DPRD untuk ditetapkan. Selain itu juga dalam
proses penetapan kelembagaan berikut SOTK dilakukan melalui usulan
pemerintah yang kemudian dibahas bersama-sama untuk ditetapkan.
2. Dalam proses penetapan APBD diawali dengan usulan nota keuangan oleh
pemerintah yang kemudian dibahas bersama antar komisi yang selanjutnya
untuk ditetapkan sebagai suatu keputusan dilakukan melalui rapat paripurna.
c. Sekwilda Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi didapat jawaban sebagai berikut:
1. Untuk mengisi jabatan pada dinas/instansi yang dibentuk dilakukan melalui
Baperjakat yang diketuai oleh Sekwilda atau Sekot dengan melalui berbagai
pertimbangan baik pertimbangan administrative, kompetensi, moral dan
prestasi kerja.
2. Diklat-diklat yang dilakukan khususnya untuk penjenjangan diawali dengan
seleksi mengingat anggaran yang terbatas. Untuk tingkat eselon HI sampai
dengan eselon IV selain didasarkan pada pertimbangan administrative,
kompetensi, moral, prestasi kerja juga didasarkan pada pertimbangan
rekomendasi dari Kepala Dinas. Diklat-diklat fungsional juga dilakukan baik
88
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun dari pemerintah
propinsi atau pusat sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme.
d. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi didapat jawaban
sebagi berikut:
1. Proses penetapan visi dan misi Dinas Pendidikan mehbatkan seluruh kasubdin,
dan kasi juga staf yaita dengan dibentuk tim perumus visi dan misi dengan
landasan utama adalah visi dan misi kabupaten atau kota dengan
mempertimbangkan pennasalahan pendidikan sesuai dengan kondisi yang
adasetelah visi dan misi ini ditetapkan dilakukan sosiahsasi kepada seluruh
staf melalui kasubdin masing-masing.
2. Untuk meningkatkan profesionalisme selalu diberikan kesempatan yang luas
kepada seluruh staf, kasubdin, kasi untuk mengikuti diklat-diklat yang
diselenggarakan baik penjenjangan maupun fungsional. Untuk staf
beradasrkan pertimbangan kasi dan untuk kasi berdasarkan pertimbangan
kasubdin.
3. Untuk melakukan promosi bagi staf dilakukan rapat yang melibatkan seluruh
kasubdin untuk memberikan masukan. Penilaian prestasi kerja dilakukan
melalui diberikannya buku penilaian kepada kasubdin untuk menilai kinerja
kasi dan para staf.
Dilakukannya penelitian di Kabupaten dan Kota Bekasi dilator belakangi
oleh kondisi Bekasi sebagai salah satu daerah penyangga Ibu Kota Jakarta. Sehingga
kebijakan Pemerintah DKI Jakarta akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan
Pemerintah Bekasi. Pembangunan Jakarta dengan segala permasalahannya sedikit
banyak akan mempengarahi konsep pembangunan yang akan dikembangkan oleh
pemerintah Kabupaten dan Kota Bekasi.
89
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriftifmenurut Bondan
dan Biklen (Maleong 2001 : 85) menyatankan ada tiga tahapan yang harus dilalui
yaita:
a. Pra lapangan
b. Kegiatan lapangan
c. Analisis intensip
Sementara menurut Nasution (1996 : 33) mengelompokan kegiatan penehtian dalam
beberapa kegiatanyaitu:
a. Tanap orientasi, merupakan penelitian awal untuk memperoleh gambaran
pennasalahan yang lebih lengkap dan terfokus. Setelah mengadakan konsultasi
dengan pembimbing dan desain telah disetujui, penulis mengadakan studi
pendahuluan dengan melakukan serangkaian wawancara secara informal,
observasi dan mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
b. Tahap eksplorasi, yaitu melakukan penehtian yang sebenamya dengan
mengumpulkan data yang berkenaan dengan fokus dan pertanyaan masalah serta
selaras dengan tajuan penelitian.
c. Tahap member check, memverifikasikan dengan mengecek keabasahan atau
validitas data. Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran informasi yang
telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat dipercaya. Pengecekan informasi
dilakukan setiap selesai mengadakan wawancara. Dalam pelaksanaan wawancara
dimungkinkan juga menarik kesimpulan bersama-sama dengan responden. Hal ini
dimaksudkan untuk menyamakan interpretasi sehingga kesalahpaharnan dalam
menafsirkan informasi dapat dihindarkan.
90
G. Analisisi Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan atau telah diperoleh oleh peneliti
akan dianalisis dan diinterpretasikan mulai dari awal penehtian sampai berakhir
penelitian. Analisis dan interprestasi data didasarkan kepada teoritis yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Nasution (1996 : 129 -130) bahwa prosedur analisis data didasarkan pada tiga tahapan
yaitareduksi data, display data dan verifikasi data.
Reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan dan
rekaman lapangan yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Telah dilakukan untuk menemukan hal-hal pokok atau penting
berkenaan dengan fokus penelitian.
Display data, yakni mensistematiskan pokok-pokok informasi sesuai dngan
thema dan polanya. Pola yang nampak ditarik kesimpulan sehingga data yang
dikumpulkan mempunyai makna tertenta. Untuk menetapkan kesimpulan maka
dilakukan verifikasi data melalui member ckeck maupun triagulasi. Oleh sebab itu
verifikasi kesimpulan berlangsung selama dan sesudah datadikumpulkan.
H. Validasi Temuan Penelitian
Menurat Nasution (1996 : 114 -124) dan Moleong (2001 : 173) bahwa untak
menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan atau pengujian tingkat
kepercayaan hasil penelitian kualitatif ditentukan oleh kriteria-kriteria :
a. Kredibihtas (derajat kepercayaan)
91
Merupakan salah satu ukuran tentang kebenaran data yang terkumpul,
dimaksudkan untuk mencocokan konsep penelitian dengan konsep yang ada pada
responden. Untuk mencapai derajat kepercayaan dilakukan hal-hal sebagai berikut:
• Tianggulasi, yaita mengecek kebenaran data dengan memba
DI BIDANG PENDIDIKAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH
(Studi Kasus Kebijakan Publik di Kabupaten dan Kota Bekasi)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam
Program Studi Aministrasi Pendidikan
4&
Oleh
AGUS ENAP
NIM. 009787
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PEMBIMBING I
PROF DR. H. ABDUL AZIS WAHAB, MA
PEMBIMBING II
\rK
PROF DR. H. ISMAUN
Mengetahui,
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Rasjcasarjana S2
Prof. Dr. H. T
Syamsuddin Makmun, MA.
ABSTRACT
Agus Enap : Commitment of The Regional Goverenment to The Education
Development Sector in Era Regional Authonomy (The Case
study in Publik Policy to Regencial goverenment and
Bekasi Town )
The paradigm of the educational management in a decentralization
appears systemic changes to the available institutions. The design of the
educational organization constitutes an implementation of various
perceptionts of the authority submitted by the cental goverenment. In the
level of the educational problem concepts by the regional goverenment has
become a serious attention, nevertheless in the implementation level has
not been balancing or still for from the hope. For it still occurs inefficiency
and ineffectivity in the management of education like too fat in the
organisation of educational management. The competencies of the
goverenment apparattur are still low, this case is caused by the placement
and appointment of the staff to place the structural positions has not owned
the working prames with the measured indicators about the working
achievement and the placement of the stafhas not wholly used a concept to
fulpill the skill requirements and their fields. Besides it is not based on the
clear rewards become the rewards themseloes in the management of the
civil sevants' officialdom have not existed clearly. About the budget of
education becomes the responsibility of the regional goverenment. The
budget support to conduct the education has not shown the fair and
efficient budget. This is caused not to be existed a standardized
formulation and agreed to account the amount of the budget allocation to
the educational sector which reflects the real needs. The budget for
education commulatively showed a significant increasement but the
incerasement has not shown the real needs, for the increasement of budget
is nearly 90% to pay the salaries of the staff. Whereas to spend for the
educational sector development has not achieved the first rank but it is still
in the third rank, nomely around 6 - 17% from the number of the
development budget or around 3 - 7% from the amount ofthe regional
budget (APBD). Rather directly or indirectly the aboved condition much
effects to the working ability ofthe educational sector in wich it can imply
to the educational quality incerasement itself.
VI
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
„•
PERNYATAAN
iv
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
v
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
k
x
DAFTARGAMBAR
xi
BAB I PENDAHULUAN
j
A. LatarBelakangMasalah
B. Batasan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Mantaat Penelitian
E. Hipotesis
F. Kerangka Pemikiran
1
9
12
13
13
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
17
A. Konsep Administrasi Pendidikan dan Pengertian Komitmen
17
1. Konsep Administrasi Pendidikan
2. Pengertian Komitmen
B. Organisasi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia
1. Pengertian Organisasi
2. Bentuk Organisasi
3. Struktur Organisasi
4. Visi danMisi Organisasi
5. Kompetensi Sumber Daya Manusia
17
20
24
24
29
32
35
38
C. Otonomi Daerah dan Kebijakan Pembiayaan Pendidikan
1. Pengertian Otonomi dan Desentralisasi
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Otonomi Daerah dan
Bentuk-Benmk Otonomi
3. Pengertian Kebijakan
4. Benfuk-benftik Biaya Pendidikan
5. Penetapan Biaya Pendidikan
D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Rangkuman
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
46
46
59
65
69
72
76
79
81
A. Metode Penelitian
B. Definisi Konsep
C. Instrumen Penelitian
D. Tehnik Pengumpulan Data
E. Subyek Penelitian
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
IX
81
g4
84
85
86
90
G. Analisa Data
H. Validasi Temuan Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
B. Desain Organisasi Kompetensi Aparatur Dinas Pendidikan
91
91
94
94
108
NonGuru
1. Visi dan Misi
108
108
2. Bentuk Hubungan Kerja dan Job Discription
3. Kesesuaian antara Pendidikan denganTugas
4. Kesesuaian antara Pendidikan yang Diikuti dengan Tugas dan
114
144
Jabatan
148
5. Penentuan Penempatan dalam Jabatan Struktural dan
Pengembangan Karier
C. Kebijakan Anggaran Pendidikan
1. Proses Penetapan APBD
150
153
153
2. Sumber-sumber Penerimaan Pemerintah Daerah
156
3. Alokasi Anggaran dalam APBD
Rangkuman
162
167
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
168
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
193
A. Kesimpulan
B. Implikasi
193
198
C. Rekomendasi
199
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
202
207
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
2.1.
Teori Motivasi
46
4.1.
4.2.
Penggunaan Lahan di Kota Bekasi
Kepadatan Penduduk
95
"5
4.3.
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
96
4.4.
Mata Pencaharian Penduduk
96
4.5.
Penggunaan Lahan di Kabupaten Bekasi
104
4.6.
Struktur Perekonomian di Kabupaten Bekasi
107
4.7.
4.8.
4.9.
4.10.
4.11.
4.12.
4.13.
4.14.
4.15.
Keadaan Karyawan
Keadaan Karyawan Menurut Jenjang Pendidikan
Data Pegawai Menurut Klasifikasi Pendidikan
Data Pegawai yang menduduki Jabatan Struktural
Data Pejabat yang sudah Mengikuti Diklat
Data Pegawai Menurut Pangkat/Golongan
APBD dan PAD Kabupaten Bekasi
Sumber Pendapatan APBD Kabupaten Bekasi
Pendapatan PAD Kabupaten Bekasi
145
146
147
148
149
151
158
159
159
4.16. APBD dan PAD Kota Bekasi
160
4.17. Sumber Pendapatan APBD Kota Bekasi Tahun 2000
4.17. Sumber Pendapatan APBD Kota Bekasi Anggaran 2001 - 2002
161
161
4.18. Sumber PAD Kota Bekasi Anggaran 2000 - 2002
162
4.19.
4.20.
4.21.
4.22.
163
164
'65
166
Pengeluaran Rutin APBD Kabupaten Bekasi
Pengeluaran Belanja pembangunan APBD kabupaten Bekasi
Pengeluaran Rutin APBD Kota Bekasi
Pengeluaran Belanja Pembangunan APBD Kota Bekasi
4.24. Matrik Pembahasan
192
XI
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.1.
Kerangka Hipotesis
'2
1.1.
Alur Fikir Penelitian
17
2.1.
Ruanglingkup Administrasi Pendidikan
19
2.1.
Sikap
21
xn
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja pendidikan akan berpengaruh terhadap
produktivitas tetapi juga berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat. Pendidikan
menjadikan sumber daya manusia lebih bias cepat mengerti dan siap akan
menghadapi perubahan. Pendidikan diartikan secara luas merupakan suatu proses
pembelajaran yang dapat dilakukan dimana saja.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 masalah pendidikan secara tersirat telah
dinyatakan dalam pembukaan, bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa kemudian diperkuat dalam pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa
setoap warga negara berhak memperoleh pengajaran. Sementara pada ayat 2
menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
system Pendidikan Nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 2 merupakan
pengejawantahan dari Undang-Undang Dasar 1945 dan selain itu merupakan salah
satu komitmen pemerintah untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan masyarakat.
Kalau kita telaah pertimbangan yang dijadikan alasan bagi lahirnya Undang-
Undang Nomor 2 tahun 1989 ditentukan oleh rumusan tentang hakekat pembangunan
nasional dibidang pendidikan, bahwa pendidikan adalah upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kuahtas manusia Indonesia dalam mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya
1
mengembangkan diri baik berkenaan dengan dengan aspek jasmaniah maupun
rohaniali.
Seiring dengan semakin maju perkembangan dunia ditandai era globalisasi
dan informasi yang berkembang dengan begitu cepat. Dampak dari perkembangan era
ini tidakmungkin dapat dihindarkan oleh setiap bangsa di dunia. la akan berpengaruh
teerhadap semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya bangsa
Indonesia. Perubaahan-perubahan ini juga berpengaruh terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Sehingga dalam pengelolaan pendidikan pemerintah harus memberikan
perhatiankhususnya dalam hal pembiayaan pendidikan.
Sekarangdiakui bahwa pendidikan merupakan suatu bentuk investasi sumber
daya manusia yang mungkin lebih penting dari investasi modal. Ditemukan dalam
berbagai penelitian disejumlah negara, pendidikan memberikan sumbangan amat
besar bagi pertumbuhan ekonomi. Dampak pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi diantaranya adalah semakin berkembangnya kesempatan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan,pengetahuan, keterampilan, keahlian dan wawasan agar
mereka mampu bekerja secara produktif.
Globalisasi yangmelanda dunia dengan ditandai mengglobalnya informasi dan
tehnologi, dapat dipahami sebagai salah satu sumbangan dari dunia pendidikan
dengan menghasilkan kualitas sumber daya manusia. Dampak dari globalisasi
mengakibatkan semakin derasnya tuntutan reformasi, sehingga membawa perubahan
paradigma baru dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu juga
berdampak pada perubahan struktur pemerintahan yang tadinya bersifat sentralistik
kepada pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota. Langkah kearah otonomi
mempunyai alasan yang kuat dan telah lama berkembang, jauh sejak dua puluh tahun
yang lalu.
Munculnya runtutan pemberdayaan daerah serta didasarkan kepada luasnya
wilayah Republik Indonesia dengan karakteristik yang beragam menjadi factor
pendorong untuk melakukan otonomi. Kebijkan otonomi mengisyaratkan akan
keyakinan pemerintah bahwa kebijakan ini sangat kecil resikonya terhadap
disintegrasi bangsa. Pemberian otonomi merupakan salah satu bentuk upaya untuk
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Selain didasarkan kepada alas an tersebut.
pemberian otonomi juga mempertimbangkan dari aspek politik, ekonomi, teknis
menajemen pemerintahan.
Dalam konteks otonomi birokrasi pemerintah sebagai alat penyelenggara
negara haras mampu menelaah dan membaca situasi kedepan yang akan dihadapi.
Bagaimana wajah pemerintahan dimasa yang akan dating belum banyak tergambar
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, sebagai landasan dalam penerapan
otonomi daerah. Tujuan utama dalam kebijakan otonomi daerah, disatu pihak
membebaskan pemerintah dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani
urusan domestik, sehingga berkesempatan mempelajari, memahami, merespon
berbagai kecenderungan global. Di lain pihak, dengan otonomi daerah memberikan
kewenangan kepada pemerintah daerah kabupaten atau kota mengalami proses
pemberdayaan yang signifikan. Dalam undang-undang tersebut, otonomi dipahami
sebagai kewenangan daerah sebagaimana dikemukakan dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 pasal 7 yang berbunyi :
1. Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeii
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiscal, agama serta
kewenangan bidang lain.
2. Kewenangan bidang lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1, meliputi
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, system administrasi
negara dan lembaga perekonomian negra. pembinaan dan pemberdayaan
sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan
standarisasi nasional.
Kewenangan yang dimaksud dalam pasal tersebut mencakup kewenangan provinsi ,
daerah kabupaten dan kota. Dalam pasal 9 dikemukakan bahwa kewenangan daerah
daerah provinsi adalah:
1. Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup kewenangan
dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota serta
kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu.
2. Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom termasuk juga kewenangan
yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten dan kota.
3. Kewenangan provinsi sebagai wilayah administrasi mencakup
kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan kepada
gubernur selaku wakil pemerintah.
Sementara yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten atau kota sebagaimana
dikemukana dalam pasal 11 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
1. Kewenangan daerah kabupaten dan kota mencakup semua kewenangan
yang dikecualikan dalam pasal 7 yang diatur adalam pasal 9
2. Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan
kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan,
pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal,
lingkungan hidup, pertahanan, koperasi dan tenaga kerja.
Dengan demikian masalah pendidikan merupakan salah satu urusan yang
didesentralisasikan,
sehingga
daerah
wajib
melaksnakannya.
Namun
dalam
implementasinya masalah pendidikan tidak selumhnya menjadi kewenangan daerah
ada beberapa urusan yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat sebagaimana
dikemukakan dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 seperti masalah
satndarisasi nasional.
Implementasi otonomi akan berhasil apabila ada berhasil apabila ada kondisi
politik yang sehat, sehingga pemerintah daerah berkesempatan untuk menyusun
agenda pembangunan jangka panjang yang koprehensip bagi kepentingan generasi
yang akan dating. Pelaksanaan otonomi membawa konsekwensi logis terhadap
kebijakan perampingan organisasi pemerintahan, kebijakan pembangunan ekonomi
yang secara optimal mampumem buka kesempatan kerja. melakukan investasi yang
besar dalam bidang pendidikan. Dalam kontek ini pendidikan dipahami sebagai
landasan utama dalam membangun sumberdaya manusia. Oleh karena itu semua.
hanya dengan keberanian dan kreatifitas seperti inilah yang dapat membuat
pemerintahan mampu secara efektif dan legitimate mengantarkan rakyat daerah
masuk kedalam era kompetisi global.
Dalam implementasi otonomi khususnya masalah pendidikan belum menjadi
perhatian serius oleh pemerintah daerah dengan menempatkan pembangunan
pendidikan sebagai bagian dari permasalahan, bukan menjadikan pendidikan sebagai
isu sentral dalam pembangunan jangka panjang. Hal ini tercermin dari dana untuk
pendidikan dalam APBN masih sangat kecil bila dibandingkan dengan negara lain.
Kondisi ini sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan
dalam era otonomi yang sebagian besar dibiayai oleh pemerintah daerah (APBD).
Sehingga menimbulkan pertanyaan apakah pendidikan akan lebih maju atau malah
sebaliknya, untuk itu kunci keberhasilan pelaksanaan otonomi pendidikan yaini
adanya dukungan semua pihak (stakeholders) khususnya pemerintah daerah sebagai
penangungjawab masalah pendidikan di daerah. Dalam kaitan ini perlu ada political
will yang konsisten terhadap masalah pendidikan. Sebab persoalan desentrahsasi
pendidikan bukan terletak pada gagasan atau teorinya yang menjanjikan harapan yang
lebih besar untuk terjadi perubahan, melainkan implementasinya.
Impelementasi manajemen desentrahsasi pendidikan semakin tidak mudah
karena tidak semata-mata menyangkut isu teknis melainkan juga isu politis seperti
masalah kewenangan dalam
pengelolaan
pendidikan.
Masalah
kewenangan
pendidikan sebagai penjabaran dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yaitu
peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Kewenangan pemerintah pusat dalam
peraturan pemerintah ini khususnya dalam masalah pendidikan sebagaimana
dikemukakan dalam pasal 2 ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut:
a. Penerapan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan
kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta
pedoman pelaksanaannya.
b. Penetapan standar materi pelajaran pokok.
c. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.
d. Penetapan pedomanpembiayaan penyelenggaraan pendidikan.
e. Penetapan persyaratan penerimaan, perpindahan, sertivikasi siswa, warga
belajar dan mahasiswa.
f. Peneetapan persyaratan permintaan/zoning. pencarian, pemanfaatan,
perpindahan, pengadaan, system pengamanan dan kepemilikan benda
cagarbudayaserta persyaratanpenelitianarkeologi.
g. Pemanfaatan hasil penelitian arkeologi nasional serta pengelolaan musium
nasional, galeri nasional, pemanfaatan naskah arsip dan monumen yang
diakui secara internasional.
h. Penetapan kalender pendidikan danjumlah jam belajar efektifsetiap tahun
bagi pendidikan dasar, menengah dan luar sekolah.
i. Pengaturan dan pengembangan pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh
serta pengaturan sekolah internasional.
j.
Pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Sementara yang menjadi kewenangan provinsi sebagai daerah otonom khususnya
dalam masalah pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam pasal 3 sebagai berikut:
a. Penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari
masyarakat minoritas, terbelakang dan atau tidak mampu.
b. Penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok/modul pendidikan
untuk taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan luar sekolah.
c. Mendukung/membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi selain
pengaturan kurikulum, akreditasi dan pengangkatan tenaga akademis.
d. Peryimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tinggi.
e. Penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan dan ataupenataran
guru.
f. Penyelenggaraan musium provinsi, suaka peninggalan sejarah
kepurbakalaan, kajian sejarah dan nilai tradisional serta pengembangan
bahasa dan budaya daerah.
Berdasarkan peraturan tersebut diatas maka kewenangan daerah kabupaten
dan Kota cukup besar dengan segala konsekwensinya. Oleh karena itu dalam rangka
melaksanakan kewenangan masalah pendidikan dibutuhkan suatu pemahaman tentang
kekhasan masalah pendidikan. Sehingga masalha pendidikan harus dipahami sebagai
suatu masalah yang sangat komplek dan tidak dipandang pelayanan umum biasa.
Kewenangan tersebut membawa konsekwensi kepada daerah kabupaten dan kota
untuk membiayai
pendidikan sesuai dengan kewenangannya. Untuk dapat
melaksanakan kewenangan itu diperlukan dukungan biayai yang cukup, organisasi
pengelola yang mencerminkan ramping struktur kaya fungsi atau dengan kata lain
organisasi yang lebih mengedepankan profesionahsme serta yang tidak kalah
pentingnya adalah dukungan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam
bidangnya. Apabila ini semua mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah
kabupatend dan kota, maka kualitas pendidikan akan semakin meningkat.
Dititik beratkannya kepada pemerintah kabupaten
dan kota dimaksudkan
untuk memberdayakan daerah dan meningkatkan komitmen pemerintah kabupaten
dan kota terhadap pendidikan. Lahirnya desentrahsasi pendidikan seidaknya dilandasi
oleh prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta
memperhatikan potensi dan keragaman daerah.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap warga negara,
karenanya penyelenggaraan pendidikan tergolong kepada kepentingan nasional
sebagai upaya mewujudkan salah satu tujuan nasional sebagaimana diramuskan
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Desentrahsasi pendidikan secara konsep dapat diterima, dengan desentrahsasi
pendidikan akan dapat memenuhi kebutuhan aspirasi masyarakat, pelayanan dan
penanganan masalah pendidikan diharapkan akan lebih cepat efektif dan efisien.
7
Semua ini disebabkan aparat yang menangani lebih denkat dengan
sehingga akan dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas dan
kebangsaanserta tercipta pula aparat yang bersih, terpercayadan berwibawa.
Desentralisasi pendidikan sedikit banyak membawa kekhawatiran di kalangan
masyarakat pendidikan yaitu dalam hal apakah dapat menjamin setiap warganegara
akan memperoleh hak pengajaran. Hal ini dikarenakan potensi sumber biaya masingmasing daerah berbeda satu sama lain. Namun dengan diberlakukannya UndangUndang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan daerah, diharapkan masalah kesenjangan dapat diatasi. Undang-undang
Otonomi daerah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kewenangan dalam
masalah keuangan. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 sumber-sumber
keuangan daerah sebagaimana dikemukakan dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa:
Sumber-sumber keuangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan desentrahsasi
adalah:
a
b.
c.
d.
Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbangan
Pinjaman Daerah
Lain-lain penerimaan yang salt
Persoalan yang mungkin timbul secara operasional adalah bagaimana
komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan. Komitmen disini dipahami sebagai
kesungguhan pemerintah terhadap masalah pendidikan yaitu dengan menempatkan
masalah pendidikan sebagai isu senrral dalam pembangunan oleh pemerintah
kabupaten dan kota. Selama ini pendidikan belum menjadi prioritas pembangunan
karena pendidikan masih dianggap sebagai pelayanan umum biasa bukan sebagai
human invesment. Padahal dampak dari pendidikan sangat besar terhadap seluruh
sendi kehiduan. Oleh karena itu komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan
sangat penting yang diimplementasikan melalui pembiayaan, struktur organisasi serta
8
dukungan dari aparat yang kompeten sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan
organisasi.
Kebijakan pemerintah kabupaten atau kota untuk mengedepankan pendidikan
memerlukan dukungan dari semua pihak, baik dari kalangan legislatif, eksekutif
maupun masyarakat sebagai konsumen pendidikan. Berdasarkan dari latar belakang
tersebut penulis mencoba meneliti " KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP PENDIDIKAN DALAM ERA OTONOMI". Komitmen pemerintah
daerah sangat penting karena daerah memiliki kewenangan yang luas dalam
mengelola pemerintahan termasuk didalammnya masalah pendidikan guna
mensejahterakan masyarakat. Secarastructural daerah kabupaten atau kota merupakan
institusi yang paling dekat dengan masyarakat.
B. Batasan Masalah
Dalam konteks Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang memberikan
kewenangan luas kepada pemerintah daerah kabupaten atau kota untuk
menyelenggarakan pemerintahan mencakup kewenangan semua bidang kecuali
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan,
moneter dan fiscal, agama serta kewenangan lain yang ditetapkan oleh peraturan
pemerintah. Lahirnya undang-undang tersebut membawa implikasi terhadap
perubahan dalam pengelolaan pendidikan yang tadinya bersifat sentralistis ke
desentrahsasi. Undang-undang ini mau tidak mau menuntut dilakukannya perubahan
khususnya dalam pengelolaan pendidikan
diberbagai aspek. Dalam bidang
pendidikan pemerintah daerah bukan saja memiliki kewenangan dalam mengelolla
yang bersifat administrative akan tetapi juga memiliki kewenangan dalam membiayai
pendidikan.
Otonomi pendidikan bagi pemerintah daerah merupakan peningkai
yang mempunyai dua dimensi pengertian selain menjadi momentum juga
tantangan bagi daerah membuktikan komitmennya dalam meningkatkan kuahtas
sumber daya manusia melalui pendidikan. Dalam era otonomi maju mundumya
kuahtas pendidikan sangat tergantung kepada sebaerapa besar perhatian pemerintah
kabupaten atau kota terhadap sector pendidikan.
Secara umum dalam pelaksanaan desentrahsasi mulai dari tingkatan sekolah
sampai pemerintah daerah, mensyaratkan adanya informasi berkenaan dengan
kemampuan guru, kepala sekolah, aparat daerah termasuk dalam hal pembiayaan
pendidikan serta kemampuan aparat dalam semua tingkatan akan menentukan sampai
tingkat mana desentralisasi sudah berjalan. Semakin lemah kemampuan aparat di
tingkatbawah, maka akan semakin tinggi tingkat pengambilan keputusan keputusan.
Desentrahsasi pendidikan tanpa ditunjang oleh kemampuan aparat pelaksana di
tingkat bawah tidak akan mempunyai arti bagi kemajuan pendidikan. Dalam konteks
otonomi daerah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan
meningkatkan komitmen
pemerintah daerah pendidikan.
Dalam kondisi
ini
permasalahan yang menjadi bahasan adalah :
1. Bagaimana Desain Organisasi Dinas Pendidikan meliputi:
a. Bagaimana visi dan misi dinas pendidikan kaitannya visi dan misi pemerintah
Kabupaten dan Kota Bekasi ?
b. Bagaimana bentuk hubungan kerja dalamorganisasi dinas pendidikan ?
c. Bagaimana job discription dalam organisasi dinas pendidikan ?
2. Kompetensi Aparatur Dinas Pendidikan Non Guru yang meliputi:
a.
Bagaimana kesesuaian antara disiplin ilmu dengan tugas atau jabatan aparatur
dinas pendidikan ?
10
b. Jenis dan tingkat pendidikan serta penjenjangan karier apakah telah sesuai
dengan prinsip profesionalisme ?
c.
Ketentuan penempatan tugas dan jabatan apakah telah sesuai dengan disiplin
ilmuyangdimiliki?
3. Bagaimana kebijakan Pembiayaan pendidikan yang didasarkan kepada APBD
meliputi:
a. Bagaimana proses penetapan kebijakan tentang alokasi anggaran dalam APBD?
b. Berapa besar realisasi penerimaan pemerintah daerah ?
c. Berapa besar yang dialokasikan untuk membiayai rutin dan pembangunan
termasuk pendidikan ?
C. Tujuan Penelitian
Dilakukannyapenelitianini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui desain organisasi Dinas Pendidikan setelah diberlakukannya
otonomi daerah.
2. Untuk mengetahui kompetensi aparatur Dinas Pendidikan Non guru yang meliputi
Kepala Dinas, Kasubdin, Kasi dan Staf pelaksana.
3. Untuk mengetahui anggaran pembiayaan sektor pendidikan dalam APBD
Kabupaten dan Kota Bekasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian inidiharapkan akan memberikan manfaat antara lain :
1. Untuk menambah informasi atau pengetahuan mengenai masalali pendidikan
dalam era otonomi dalam upaya perbaikan kebijakan lebih efektif dan efisien
11
dalam meningkatkan komitmen pemerintah sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan.
2. Untuk memberikan masukan dalam upaya meningkatkan komitmen pemerintah
daerah terhadap pendidikan di masa yang akan dating.
3. Untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan melalui pengungkapan suatu
masalah yang dihadapi.
4. Dari aspek akademis berkepentingan untuk mengkaji konsep ekonomi pendidikan
berkaitan dengan pemilihan kebijakan mengenai pengembangan sumber daya
manusia.
E. Hipotesis
Berdasarkan dari masalah dan rujuan tersebut diatas maka dapat dilakukan
hipotesis dengan asumsi bahwa desain organisasi dan kompetensi aparatur pemerintah
yang baik serta pembiayaan pendidikan yang memenuhi amanat undang-undang akan
meningkatkan komitmen komitmen pemerintah terhadap pendidikan. Untuk lebih
jelasnya dapat kita lihat dalam bagan berikut:
XI.
(Desain organisasi
dan Kompetensi aparatur
Dinas Pendidikan)
Y (Komitmen Pemerintah)
X2(Pembiayaan Pendidikan)
Gambar 1.1 Kerangka Hipotesis
12
F. Kerangka Pemikiran
Berbicara mengenai undang-undang tentang pemerintahan daerah seperti telah
diketahui, sudah berkali-kali mengalami perubahan dan penyempurnaan. Pada saat
sekarang ini otonomi daerah merupakan salah satu solusi untuk memberdayakan
daerah menjadi mandiri, karena selama ini daerah menjadi kurang memiliki
kemandirian sebagai akibat dari system pemerintahan selalu menunggu dari
pemerintah pusat. Dampak yang ditimbulkan dari system pemerintahan yang
sentralistis mendorong tumbuhnya birokrasi yang panjang dan pelayananan kepada
masyarakat kurang optimal.
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 sepenuhnya didasarkan pada prinsip
yang terkandung dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu suatu bentuk
rumusan untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di dalam negeri mapun di
luar negeri serta tantangan persaingan global. Maka kebijakan memberikan otonomi
kepada daerah kabupaten dan kota merupakan langkah yang sangat strategis untuk
kemajuan bangsa dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. Perubahan
kebijakan khususnya dalam masalah otonomi daerah secara signifikan berpengaruh
terhadap perubahan kewenangan dalam mengelola pemerintahan.
Otonomi daerah termasuk masalah pendidikan yang dijabarkan melalui
peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 merupakan upaya untuk pemangkasan
birokrasi, pendelegasian wewenang, pelayanan yang lebih baik, pemberdayaan
daerah, menumbubkan kemandirian daerah dalam mengelola pemerintahan guna
mensejahterakan masyarakat. Perubahan paradigma pengelolaan pemerintahan juga
berpengaruh terhadap pengelolaan pendidikan karena pendidikan merupakan salah
satu urusan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten atau kota.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kulaitas sumber daya
13
manusia yang berperan sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan
pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan kuahtas
sumber daya manusia mutlak diperlukan. Degan demikian pendidikan memiliki posisi
yang strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya.
Pembangunan sumber daya manusia sudah sepanrasnya menjadi prioritas dan
haras dilakukan inovasi-inovasi untuk menciptakan system pendidikan yang mampu
meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Peningkatan kuahtas sumber daya manusia
sangat berkaitan langsung dengan peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia salah satunya dicirikan dengan tingginya tingkat
pendidikan masyarakat.
Sekarang ini pembangunan pendidikan di negara lata dihadapkan kepada
masalah peningkatan kualitas, pemerataan kesempatan, ketentuan anggaran yang
memadai serta belum terpenuhinya sumber dalam diri masyarakat secara professional
sesuai dengan tanggung jawab pendidikan. Oleh karena itu salah satu upaya penting
dan mendesak yang haras ditempuh adalah membangun dan memperkuat system
pendidikan dengan segala jalur dan jenjangnya sehingga percepatan pembangunan
dapat dipacu dengan akselerasi yang tinggi. Tuntutan yang paling mendasar untuk
memperkuat system pendidikan dengan akselerasi yang tinggidibutuhkan perubahan
paradigma
dalam
pengelolaan
pendidikan
dengan
memberdayakan
seluruh
stakeholdes.
Selama ini pengelolaan pendidikan bersifat sentralisasi dengan segala
kekurangan dan kelebihannva. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan
kompetisi global, lahirnya Undang-Ungadang Nomor 22 dan 25 tahun 1999 serta
peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 merupakan secercah harapan untuk
14
memasuki babak baru dalam pengelolaan pendidikan. Namun adanya undang-undang
tersebut akan kurang berarti tanpa adanya political will pemerintah daerah terhadap
pendidikan dengan meningkatkan komitmen yangtinggi terhdap masalah pendidikan.
Karena pendidikan merupakan salah satu bentuk pembangunan yang sangat komplek
dan memiliki kekhasan tersendiri bila dibandingkan dengan pembangunan lain.
Desentralsiasi pendidikan menuntut semua komponen masyarakat haras bahu
membahu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia sebagai syarat mutlak
kemandirian daerah. Masalah pendidikan kemajuannya sangat terkait erat dengan
dukungan selurah aspek kehidupan masyarakat. Berdasarkan pengalaman yang ada
desentraslisasi pendidikan tidak selamanya berdampak pada kemajuan pendidikan
akan tetapi desentrahsasi juga bias berdampak pada kemunduruan pendidikan sebagai
contoh terjadi dinegara Amerika Latin. Oleh karena itu desentrahsasi pendidikan
kesuksesannya sangat ditentukan oleh pemerintah komitmen daerah.
Besarnya anggaran pendidikan memang bukan satu-sarunya factor yang dapat
meningkatkan kuahtas pendidikan. Akan tetapi masalah yang timbul dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan tidak akan teriepas dari dukungan dana. Kesemua
factor tersebut memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap upaya peningkatan
kualitas pendidikan. Komitmen pemerintah terhadap pendidikan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari administrasi pendidikan karena komitmen pemerintah
daerah merupakan penjabaran dari fungsi manajemen secara umum. Dengan demikian
kualitas pendidikan akan meningkat apabila adanya komitmen yang tinggi terhadap
pendidiian. Secara umum kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
15
UU No 2 Th. 1989
< <
V
Konsekuensi UU
UU No. 25 Th. 1999
No 22 Th 1999
^V
Pembiayaan
pembangunan
PP No. 25 Tahun 2000
lA,
Administrasi
Pendidikan
Kewenangan
Pemerintah
r**-
Hankam
Politik
s.
Komitmen Pemerintah Daerah
Terhadap pendidikan
Ekonomi
Sosial
1
Pembiayaan
Desain Organisasi dan
Kompetensi Aparatur
Pendidikan
Dinas Pendidikan
Peningkatan Kualitas Pendidikan
Gambar: 1.1 Alur Fikir Penelitian
16
c -r
-»iJ 4 •*_
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Pemditian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, yaita dengan mengemukakan kenyataan yang ada dari subyek
penelitian yang ditehti. Dilihat dari pengertian, penelitian deskriptif mengambil
masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual, sebagaimana
adanya pada saat penelitian dilaksanakan (Nana Sudjana : 1989 : 64). Daripandangan
ini secara umum ada dua tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian yang bersifat
deskriftifyaita,:
a. Mengetahuiperkembangan terjadinya suatu aspek sosial tertentu
b. Mendeskripsikan secara terperinci suatu fenomena sosial.
Penelitian
dengan
menggunakan
metode
tersebut
biasanya
tanpa
menggunakan hipotesis yang telah dirumuskan secara ketat, namun adakalanya, juga
menggunakan hipotesis tetapi bukan untuk diuji secara statistik. Dengan kata lain
penelitian deskriftif tidak bermaksud untuk mengidentifikasikan hubungan antar
variabel melalui studi korelasi atau regresi untuk menguji hipotesis tertentu. Oleh
karena ita dalam penelitian kajiannya lebih difokuskan kepada kajian mengenai
manajemen dalam hal ini masalah kebijakan, maka metode penelitian yang dianggap
lebih tepat adalah metode deskriptif.
Metode penelitian deskriftif tidak terbatas pada pengumpulan data tetapijuga
meliputi anahsis dan interpretasi data. Taylor dan Bongdan (Maleong 2001 : 5)
mengemukakan pendekatan kualitatif merajuk pada pengertian yang luas terhadap
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berapa kata-kata dan prilaku orang
81
yang dapat diobservasi dari lisan maupun talisan. Dengan demikian bahwa penelitian
kualitatif berakar pada latar belakang alamiah dan yang menjadi alat dalam penelitian
dengan mengandalkan manusia. Lexy J Moleong (2001 : 4) mengemukan terdapat
sepuluh ciri penelitian kualitatif seperti:
1. Penelitiannya berlatar belakang alamiah atau pada kontak dari suatu kebutuhan.
2. Alat pengumpulan data yang utama adalah peneliti sendiri atau dengan bantuan
orang lain, sehingga setiap saat dapat menyesuaikan terhadap kenyataan yang ada
dilapangan.
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif dengan
beberapa
pertimbangan seperti metode kualitatif lebih mudah bila berhadapan dengan
kenyataan lain, menyajikan secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan
responden, lebihpeka dan lebih dapat menyesuaikan diri.
4. Menggunakan analisis data secara induktif, dipergunakannya analisis ini karena
dapat menemukan kenyataan-kenyataan yang terdapat dalam data, dapat
menemukan pengarah bersama dan dapat memperhitungkan nilai-nilai secara
eksphsit sebagai bagian struktur anahtik.
5. Lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yangberasal dari
data.
6. Mempercayai apa yang dilihat secara netral dan teori dasar lebih responsif
terhadap nilai-nilai kontekstual.
7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil.
8. Adanya penetapan batas atas dasar fokus yargmenjadi masalah penelitian.
9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
10. Menyusun desain teras menerus menyesuaikan kenyataan dengan lapangan,
desainnya tidak ketat dan tidak kaku.
82
Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory,
yaitu teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis-hipotesis sebagaimana metode
kuantitatif. Sementara menurat pandangan lain (Nana Sudjana 1989 : 197) terdapat
beberapa ciri pokok yaitu :
1. Penelitian kuualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
2. Penelitian kualitatif sifatnya deskriftifanalitik dan bersifat induktif
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses bukan pada hasil.
4. Penelitiankualitatifmengutamakan makna.
Selain hal tersebut di atas metode penelitian deskriftif tidak hanya terbatas
pada pengumpulan data semata tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi data.
Dengan demikian sasaran penelitian diarahkan pada usaha penguasaan teori dasar
penelitian yang bersifat deskriftif dengan mementingkan penguasan proses penelitian,
membatasi studi dengan fokus kajian, menentukan kriteria untuk memeriksa
keabsahan data dan hasil penelitian.
Sesuai dengan ciri-ciri yang dikemukakan di atas mendasari penulis
menggunakan metode ini. Penulis berasaha mendeskrifsikan secara sistematis dan
akurat dengan dukungan data-data yang diperoleh di lapangan, dokumen dan
buku-buku tentang bagaimana komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan
dalam eraotonomi ditinjau dari sudut desain organisasi dinas pendidikan, kompetensi
aparatur pemerintah yang menangani masalah pendidikan serta anggaran yang
disediakan untuk pendidikan di Kabupaten danKota Bekasi.
Dengan mengambil pengertian dan ciri-ciri tersebut, penelitian yang
dilaksanakan berasaha mempelajari fakta-fakta yang ada, dan relevan dengan masalah
penelitian serta menggambarkan dan menghubungkannya dengan teori yang ada.
Sehingga, diharapkan melahirkan temuan atau pemikiran guna membantu
83
memecahkan masalah yang dihadapi oleh pemerintah berkaitan dengan peningkatan
kualitas pendidikan melalui kebijakan pemerintah daerah terhadap pendidikan.
B.
Definisi Konsep
Agar penelitian terarah dan memiliki visi yang jelas maka, masalah penelitian
ini secara konsep didefinisikan sebagai berikut:
a. Yang dimaksud dengan struktur organisasi adalah suatu sub sistem dari
lingkungan yang luas meliputi sistem teknik, sistem struktur dan sistem
manajemen.
b. Yang dimaksud dengan kemampuan aparat adalah disiplin ilmu atau kuahtas
sumber daya manusia yang terlibat dalam organisasi yang mengelola pendidikan.
c. Sedangkan yang dimaksud dengan komitmen pemerintah dalam konteks
penelitian ini adalah kesungguhan pemerintah daerah melalui implementasi
kebijakan untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pendidikan.
C.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri atau melalui bantuan orang lain
merapakan instrumen yang utama dalam penelitian kualitatif. Karena jika
menggunakan alat yang bukan manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu
sebagaimana dalam penielitian klasik, sangat tidak mungkin untuk mengadakan
penyesuaian terhadap kenyataan di lapangan. Selain itu dalam penelitian ini hanya
manusialah yang dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainnya dan hanya
manusia pulalah yang mampu memahami kaitan kenyataan dilapangan. Oleh karena
itu peneliti sebagai alat penelitian sangatlah penting dalam menentukan hasil
penelitian. Dalam proses penehtian peneliti harus mampu berinteraksi dan beradaptasi
84
dengan obyek yang sedang diteliti. Hal ini sangatlah penting mengingat peneliti haras
mampu mengumpulkan data secara obyekltif
D. Tehnik Pengumpulan Data
Pelaksanaan penelitian untuk mengumpulkan data digunakan tehnik
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Ketiga alat ini digunakan untuk
meperoleh infomasi berkaitan dengan masalah yang diteliti:
a.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman yang telah disusun
berdasarkan kebutuhan informasi berkaitan dengan penelitian. Pedoman
wawancara dibuat dan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan terbuka dan tertutup.
Pedoman wawancara sangat penting dalam proses berjalannya wawancara,
sehingga wawancara yang dilakukan tetap berada dalam koridor atau dalam
konteks pennasalahan yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untak menjaga agar
informasi yang diinginkan tidak bias. Data atau informasi yang diharapkan dan
wawancara im* berkaitan dengan komitmen pemerintah daerah terhadap
pendidikan dilihat dari:
•
Struktur organisasi dan tatakerja Dinas Pendidikan
• Kemampuan aparatur pemerintah yang mengelola pendidikan dalam hal ini
Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Bekasi.
• Implementasi kebijakan pembiayaan pendidikan
b.
Observasi
Observasi digunakan dalam rangka melengkapi data dan informasi yang
diperoleh melalui wawancara. Selain itu juga dengan menggunakan observasi
dilakukan
reckhek.
Observasi
dilakukan
85
sebelum
atau
sesudah
wawancaradilakukan, baik untuk memperoleh gambaran awal tentang materi yang
diteliti, maupun untuk melengkapai data hasil wawancara dan dokumentasi.
Instrumen observasi digunakan untuk mengamati secara langsung obyek yang
diteliti untuk mencocokan di lapangan dengan apa yang diperoleh baik melalui
wawancara maupun dokumentasi.
c.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi berapa data-data, peraturan-peraturan atau catatan-catatab
digunakan untak melengkapi data dan informasi yang diperoleh melalui dua
instrumen yang telah disebutkan di atas. Salah satu caranya adalah dengan
mempelajari berbagai dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Dengan menggunakan teknik ini diharapkan diperoleh data trtulis berapa
peraturan, perundang-undangn atay dokumen lainnya.
E. Subyek Penelitian
Subyek penehtian adalah orang, sumber atau informasi yang dapat
memberikan data kepada peneliti. Penentaan subyek penelitian dilakukan secara
purposiv, halinididasarkan padaciri-cirinya yaita:
• Rancangan subyek penelitian yang timbul tidak ditentukan terlebih dahulu.
• Penentaan subyek secara beruratan untuk memperoleh informasi yang telah
diperoleh terlebih dahuta, sehingga dapat dipertentangkan atau ada
kesenjangan informasi
•
Penyesuaian berkelanjutan dari subyek
• Pemilihan terakhir jika terjadi pengulangan infomasi atau sudah terjadi
ketantasan dan tidak diperoleh tambahan infomasi yang berarti (Maleong
2001 : 165-166)
86
Berdasarkan ketegasan mengenal subyek penelitian tersebut maka subyek atau
responden utama dalam penelitian ini adalah:
a. Bupati Kabupaten Bekasi dan Walikota Bekasi dengan pedoman pertanyaan yang
telah disiapkan maka didapat jawaban secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Dalam menentukan visi dan misi yang akan ditetapkan dibentuk suata tun
yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. Tim ini berupaya menggali
dan mencari masukan-masukan dari berbagai komponen masyarakat. Setelah
visi dan misi diramuskan maka diajukan kepada DPRD untuk ditetapkan.
2. Setelah visi dan misi ditetapkan maka dilakukan sosiahsasi baik melalui
media masa maupun berapa pamplet yang disebarkan kepada seluruh wilayah
yang ada, melalui spanduk atau melalui penyuluhan-penyuluhan baik yang
dilakukan oleh tingkat desa/kelurahan, kecamatan, dinas/instansi untak dapat
mengetahui dan mengamankan kebijakan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Setelah visi dan misi ini disosiahsasikan sebagai upaya untuk mencapainya
dengan cepat dan tepat maka ditetapkan rencana strategik dan propeda. Untuk
menyusun rencana strategik dibentuk pula tim yang mehbatkan seluruh
komponen masyarakat yang terdiri dari unsur legislative, unsur eksekutif
(dinas/instansi). unsur masyarakat.
3. Dalam proses penetapan APBD langkah awal yang dilakukan adalah melalui
kegiatan yang disebut pra rakorbang yang menghimpun usulan-usulan dari
desa/kelurahan. kecamatan dandinas/instansi. Dari usulan usulan yang masuk
kemudian dibahas pada rakorbang untuk menetapkan skala prioritas yang
didasarkan pada RAPBD. Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan
PAD dilakukan melalui intensivikasi dan ekstensivikasi berbagai pajak dan
retribusi, yang ditenggarai dilakukan belum maksimal. dari hasil wawancara
87
ini juga diketahui jumlah APBD mulai dari tahun 2000 - 2002 dan ditunjang
oleh data-data keuangan.
b. Ketua DPRD Kabupaten dan Kota Bekasi didapat jawaban atas pertanyaan yang
diajukan secara umum sebagai berikut:
1. Proses penetapan visi, misi dan rencana strategik anggota DPRD selalu
dilibatkan baik dalam tim maupun dalam melakukan sosiahsasi serta selalu
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pemerintah berkaitan
kebijakan yang telah ditetapkan bersama. Semua rumusan tersebut dikaji
ulang dalam rapat paripurna DPRD untuk ditetapkan. Selain itu juga dalam
proses penetapan kelembagaan berikut SOTK dilakukan melalui usulan
pemerintah yang kemudian dibahas bersama-sama untuk ditetapkan.
2. Dalam proses penetapan APBD diawali dengan usulan nota keuangan oleh
pemerintah yang kemudian dibahas bersama antar komisi yang selanjutnya
untuk ditetapkan sebagai suatu keputusan dilakukan melalui rapat paripurna.
c. Sekwilda Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi didapat jawaban sebagai berikut:
1. Untuk mengisi jabatan pada dinas/instansi yang dibentuk dilakukan melalui
Baperjakat yang diketuai oleh Sekwilda atau Sekot dengan melalui berbagai
pertimbangan baik pertimbangan administrative, kompetensi, moral dan
prestasi kerja.
2. Diklat-diklat yang dilakukan khususnya untuk penjenjangan diawali dengan
seleksi mengingat anggaran yang terbatas. Untuk tingkat eselon HI sampai
dengan eselon IV selain didasarkan pada pertimbangan administrative,
kompetensi, moral, prestasi kerja juga didasarkan pada pertimbangan
rekomendasi dari Kepala Dinas. Diklat-diklat fungsional juga dilakukan baik
88
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun dari pemerintah
propinsi atau pusat sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme.
d. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi didapat jawaban
sebagi berikut:
1. Proses penetapan visi dan misi Dinas Pendidikan mehbatkan seluruh kasubdin,
dan kasi juga staf yaita dengan dibentuk tim perumus visi dan misi dengan
landasan utama adalah visi dan misi kabupaten atau kota dengan
mempertimbangkan pennasalahan pendidikan sesuai dengan kondisi yang
adasetelah visi dan misi ini ditetapkan dilakukan sosiahsasi kepada seluruh
staf melalui kasubdin masing-masing.
2. Untuk meningkatkan profesionalisme selalu diberikan kesempatan yang luas
kepada seluruh staf, kasubdin, kasi untuk mengikuti diklat-diklat yang
diselenggarakan baik penjenjangan maupun fungsional. Untuk staf
beradasrkan pertimbangan kasi dan untuk kasi berdasarkan pertimbangan
kasubdin.
3. Untuk melakukan promosi bagi staf dilakukan rapat yang melibatkan seluruh
kasubdin untuk memberikan masukan. Penilaian prestasi kerja dilakukan
melalui diberikannya buku penilaian kepada kasubdin untuk menilai kinerja
kasi dan para staf.
Dilakukannya penelitian di Kabupaten dan Kota Bekasi dilator belakangi
oleh kondisi Bekasi sebagai salah satu daerah penyangga Ibu Kota Jakarta. Sehingga
kebijakan Pemerintah DKI Jakarta akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan
Pemerintah Bekasi. Pembangunan Jakarta dengan segala permasalahannya sedikit
banyak akan mempengarahi konsep pembangunan yang akan dikembangkan oleh
pemerintah Kabupaten dan Kota Bekasi.
89
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriftifmenurut Bondan
dan Biklen (Maleong 2001 : 85) menyatankan ada tiga tahapan yang harus dilalui
yaita:
a. Pra lapangan
b. Kegiatan lapangan
c. Analisis intensip
Sementara menurut Nasution (1996 : 33) mengelompokan kegiatan penehtian dalam
beberapa kegiatanyaitu:
a. Tanap orientasi, merupakan penelitian awal untuk memperoleh gambaran
pennasalahan yang lebih lengkap dan terfokus. Setelah mengadakan konsultasi
dengan pembimbing dan desain telah disetujui, penulis mengadakan studi
pendahuluan dengan melakukan serangkaian wawancara secara informal,
observasi dan mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
b. Tahap eksplorasi, yaitu melakukan penehtian yang sebenamya dengan
mengumpulkan data yang berkenaan dengan fokus dan pertanyaan masalah serta
selaras dengan tajuan penelitian.
c. Tahap member check, memverifikasikan dengan mengecek keabasahan atau
validitas data. Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran informasi yang
telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat dipercaya. Pengecekan informasi
dilakukan setiap selesai mengadakan wawancara. Dalam pelaksanaan wawancara
dimungkinkan juga menarik kesimpulan bersama-sama dengan responden. Hal ini
dimaksudkan untuk menyamakan interpretasi sehingga kesalahpaharnan dalam
menafsirkan informasi dapat dihindarkan.
90
G. Analisisi Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan atau telah diperoleh oleh peneliti
akan dianalisis dan diinterpretasikan mulai dari awal penehtian sampai berakhir
penelitian. Analisis dan interprestasi data didasarkan kepada teoritis yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Nasution (1996 : 129 -130) bahwa prosedur analisis data didasarkan pada tiga tahapan
yaitareduksi data, display data dan verifikasi data.
Reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan dan
rekaman lapangan yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Telah dilakukan untuk menemukan hal-hal pokok atau penting
berkenaan dengan fokus penelitian.
Display data, yakni mensistematiskan pokok-pokok informasi sesuai dngan
thema dan polanya. Pola yang nampak ditarik kesimpulan sehingga data yang
dikumpulkan mempunyai makna tertenta. Untuk menetapkan kesimpulan maka
dilakukan verifikasi data melalui member ckeck maupun triagulasi. Oleh sebab itu
verifikasi kesimpulan berlangsung selama dan sesudah datadikumpulkan.
H. Validasi Temuan Penelitian
Menurat Nasution (1996 : 114 -124) dan Moleong (2001 : 173) bahwa untak
menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan atau pengujian tingkat
kepercayaan hasil penelitian kualitatif ditentukan oleh kriteria-kriteria :
a. Kredibihtas (derajat kepercayaan)
91
Merupakan salah satu ukuran tentang kebenaran data yang terkumpul,
dimaksudkan untuk mencocokan konsep penelitian dengan konsep yang ada pada
responden. Untuk mencapai derajat kepercayaan dilakukan hal-hal sebagai berikut:
• Tianggulasi, yaita mengecek kebenaran data dengan memba