PENGARUH METODE MENGAJAR DAN MOTOR ABILITY TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LAY-UP SHOOT BOLABASKET: Study Eksperimen Pada Siswa SMPN 12 Bandung.

(1)

PENGARUH METODE MENGAJAR DAN MOTOR ABILITY TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LAY-UP SHOOT BOLABASKET

(Study Eksperimen Pada Siswa SMPN 12 Bandung)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Olahraga

Disusun Oleh : Dedi Sutisna, S.Pd

NIM. 1103344

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Metode mengajar dan Motor Ability Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Lay-Up Shoot Bolabasket (Study Eksperimen Pada Siswa SMPN 12 Bandung)”, ini beserta seluruh sisinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Penulis

Dedi Sutisna NIM : 1103344


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DEDI SUTISNA, S.Pd 1103478

PENGARUH METODE MENGAJAR (BAGIAN DAN KESELURUHAN) DAN

MOTOR ABILITY TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LAY-UP SHOOT BOLABASKET

(Study Eksperimen Pada Siswa Smpn 12 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Mulyana, M.Pd NIP. 197108041998021001

Pembimbing II

Dr. Nina Sutresna, M.Pd NIP. 196412151989012001

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031002


(4)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat dan pentingnya Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Belajar Keterampilan ... 13

a. Bolabasket Sebagai Olahraga Rekresai dan Kesehatan, Pendidikan dan Prestasi ... 15

b.Teknik Dasar Bolabasket ... 19

c. Keterampilan Lay-up Shoot Bolabasket ... 21

2. Hakekat Belajar Keterampilan ... 24

3. Landasan Teori Belajar Gerak ... 32

4. Hakikat Metode Belajar ... 40

1.1 Metode Belajar Bagian ... 42

1.2 Metode Belajar Keseluruhan ... 44

1.3 Perbedaan Metode Belajar Bagian dan Keseluruhan ... 45

5. Hakikat General Motor Ability ... 46

a. Definisi General Motor Ability ... 46


(5)

B. KERANGKA PEMIKIRAN

1. Perbedaan Antara Metode Belajar Bagian dan Keseluruhan terhadap

Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Lay-up shoot Bolabasket ... 51

2. Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Kebugaran Jasmani Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket ... 52

3. Pengaruh Metode Belajar Bagian dan Keseluruhan Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Lay-up Shoot Bolabasket Pada Kelompok Motor Ability Tinggi ... 53

4. Pengaruh Metode Belajar Bagian dan Keseluruhan Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Lay-up Shoot Bolabasket Pada Kelompok Motor Ability Rendah ... 54

C. HIPOTESIS ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 57

1. Lokasi Penelitian ... 57

2. Subjek Penelitian ... 57

a. Populasi Penelitian ... 57

b. Sampel Penelitian ... 58

B. Desain Penelitian ... 60

C. Metode Penelitian ... 62

1. Bagan Alur Penelitian ... 64

D. Definisi Operasional ... 65

1. Variabel Penelitian ... 65`

a. Variabel Bebas ... 66

1). Metode Mengajar ... 66

2). Metode Bagian ... 67

3). Metode Keseluruhan ... 67

b. Variabel Moderat/Atribut ... 68

1). General Motor Ability ... 68

c. Variabel Terikat ... 68

1). Lay-up Shoot Bolabasket ... 69

2. Definisi Bolabasket ... 69

3. Belajar Gerak ... 70

E. Instrumen Penelitian ... 71

1. Barrow Motor Ability test ... 72

2. Lay-up Shoot Test ... 76

F. Limitasi Validitas Instrumen Penelitian ... 78

1. Validitas Internal ... 78

2. Validitas Eksternal ... 80


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemaparan Data ... 85

1. Uji Normalitas ... 86

2. Uji Homogenitas ... 87

3. Uji Analisis Varians (ANAVA) ... 88

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Implikasi ... 99

C. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA..….. ... 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Lampiran I ... 105

B. Lampiran 2 ... 144

C. Lampiran 3 ... 161

D. Lampiran 4 ... 162

E. Administrasi Penelitian ... 172


(7)

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan Metode Bagian Dan Keseluruhan ... 45

3.1. Desain Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 61

3.2. Desain Penelitian Berdasarkan Jumlah Kelompok Kecil... 62

3.3. Program Pembelajaran Lay-up Shoot Bolabasket ... 82

4.1. Deskripsi Data Hasil Belajar Keterampilan Lay-up Shoot Bolabasket ... 85

4.2. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Metode dan Motor Ability ... 86

4.3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Data Pretest dan Posttest ... 87

4.4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Beberapa Varians ... 88

4.5. Hasil Ringkasan ANAVA ... 88


(8)

Gambar Halaman

2.1. Gerakan Lay-up Shoot ... 24

2.2. Hubungan Antara Kompartemen Memori ... 31

2.3. Skema Proses Belajar dan Pembelajaran Menurut John. B Watson ... 34

3.1. Bagan Alur Penelitian ... 64

3.2. Diagram Tes Lari Zig-zag ... 74

3.3. Diagram Tes Wall pass ... 75

3.4 Diagram Tes Lay-ap Shoot ... 77


(9)

Lampiran Halaman 1. Lampiran I Skenario Pembelajaran

1.1 Skenario pembelajaran metode bagian ... 105

1.2 Skenario pembelajaran metode keseluruhan ... 113

1.3 Artikel Penelitian ... ... 123

2. Lampiran II Analisis Statistik 2.1 Hasil tes general motor ability ... 144

2.2 Kelompok sampel motor ability tinggi dan rendah ... 148

2.3 Data hasil tes keterampilan lay-up shoot ... 150

2.4 Data selisish tes awal dan tes akhir keterampilan lay-up shoot ... 151

2.5 Uji Normalitas ... 153

2.6 Uji Homogenitas Beberapa Varians ... 154

2.7 Pengujian ANAVA ... 155

2.8 Nilai Z tabel ... 157

2.9 Nilai Tabel X kuadrat ... 160

3. Lampiran III Jadwal Penelitian 3.1 Realisasi Proses Pelaksanaan Penelitian ... 161

4. Lampiran IV Dokumentasi Penelitian 4.1 Data Statistik Lay-up Shoot FINAL POPDA 2014 ... 162

4.2 Foto-foto Penelitian ... 164 5. Lampiran VI Administrasi Penelitian

6.1 Surat Keterangan Pembimbing Tesis

6.2 Penelitian Surat Permohonan Izin Penelitian 6.3 Surat Rekomendasi untuk Melakukan 6.4 Surat Permohonan Peminjaman Alat 6.5 Surat Penambahan Jadwal Latihan 6. Lampiran VII Daftar Riwayat Hidup


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang, karena Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh setiap orang guna memperoleh ilmu, pengalaman dan perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik, seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 bahwa, Sistem Pendidikan Nasional adalah ;

Usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Usaha ini diselenggarakan dalam berbagai jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Terutama pada jalur pendidikan formal dilakukan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek-aspek tersebut terkait dengan tuntutan situasi dan kondisi dalam hal perkembangan dan pembangunan negara. Tidak terkecuali pada pendidikan juga yang dikemukakan oleh Hetherington (1911) dalam Abduljabar (2010:7) mendeklarasikan empat tujuan pendidikan jasmani adalah,

1). Tujuan perkembangan organik, yaitu: sebagai contoh kebugaran, kesehatan, kekuatan, daya tahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah bergerak. 2). Tujuan perkembangan kognitif, yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh pemahaman, kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan kenyataan. 3). Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu keterampilan, bergerak efektif, kompeten, bebas mengekpresikan, partisipasi (dalam budaya olahraga, senam) dan kreativitas. 4). Tujuan perkembangan afektif, yaitu: sebagai contoh perkembangan karakter, apresiasi, makna, keriangan, dan kesenangan.


(11)

Sedangkan menurut Bucher (1964) dalam Suherman (2009:7) tujuan pendidikan jasmani adalah,

1). Perkembangan fisik, yang berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness). 2). Perkembangan grerak yaitu berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara sefektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful). 3). Perkembangan mental berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterfrestasikan pengetahuan pendidikan jasmanai ke dalam lingkungan. 4). Perkembangan atau masyarakat.

Kedua Pendapat tersebut hampir serupa, bahwa Pendidikan jasmani mempunyai peranan dalam pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani, yang mana di dalam prosesnya meliputi hal-hal yang berkaitan dengan ketiga aspek tersebut. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal yang menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang terorganisir, termasuk kegiatan proses belajar mengajar, diharapkan siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang mengantarnya ke kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, perumusan-perumusan tujuan yang ditetapkan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor bisa dikatakan tercapai atau berhasil.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani, dimana kegiatan pembelajaran merupakan suatu upaya yang harus dipahami sebagai proses komunikasi antar guru dengan siswa untuk mencapai prestasi belajar. Menurut Suherman (2009:50) menjelaskan bahwa;

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi pedagogis antara guru, siswa, materi, dan lingkungannya. Muara dari proses pembelajaran adalah siswa belajar. Secara garis besar proses ini dapat dibagi ke dalam tiga kategori pengelolaan yaitu pengelolaan rutinitas, pengelolaan inti proses belajar, serta pengelolaan lingkungan dan materi pembelajaran.

Bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang terdapat pada kurikulum pendidikan jasmani. Melalui olahraga bola basket diharapkan dapat meningkatkan kebugaran jasmani untuk menanamkan kedisiplinan, mendidik


(12)

watak, melatih kognisi dalam memahami materi serta untuk meningkatkan prestasi olahraga. Baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Penyelenggaraan pendidikan jasmani yang sukses ditandai dengan adanya peningkatan prestasi, baik prestasi akademik, maupun prestasi olahraganya. Dikatakan oleh Siddiq (2004:1) bahwa, “dalam upaya mencapai prestasi, termasuk prestasi belajar dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dalam memahami seluruh aspek yang mendukung keberhasilan meraih prestasi, dan berusaha untuk mengimplementasikan dalam kegiatan yang sebenarnya”. Artinya bahwa untuk mencapai prestasi olahraga dan prestasi belajar diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan melibatkan seluruh aspek, sehingga pada akhirnya prestasi tersebut bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Surakhmad (1994:16) memaparkan tujuh komponen yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran sebagai berikut :

keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuh komponen atau faktor, yaitu: (1) ada tujuan yang ingin dicapai, (2) ada bahan atau materi pelajaran sebagai isinya; (3) ada murid yang aktif mengalami; (4) ada guru yang melaksanakan kurikulum; (5) ada metode yang tepat sesuai dengan materi dan sasarannya; (6) ada situasi yang memungkinkan proses pembelajaran; dan (7) ada evaluasi untuk mengetahui proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran terdapat tujuh faktor penting, dimana salah satunya adalah penggunaan metode yang tepat sesuai dengan materi dan sasarannya.

Untuk dapat mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar perlu pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Dalam proses pembelajaran praktek agar tujuan belajar keterampilan gerak dapat dikuasai dengan baik, maka guru harus pandai-pandai memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Meskipun disadari bahwa tidak ada satu metode belajar gerak yang paling baik untuk mencapai suatu tujuan, sebagaimana dikatakan oleh Rahyubi (2012:236), “bahwa tidak ada metode pembelajaran yang benar-benar perfect atau sempurna, masing-masing punya kelebihan dan


(13)

kekurangan”. Untuk itu perlu dikembangkan metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, sesuai dengan tuntutan dan karakteristik siswa yang belajar dengan tingkat kompleksitas gerak.

Selain metode pembelajaran yang tepat, keberhasilan mencapai tujuan dalam proses pembelajaran gerak juga dipengaruhi oleh kemampuan gerak (Motor

Ability) siswa, kemampuan kognitif serta kemampuan awal siswa. Motor Ability

merupakan kemampuan dalam hal keterampilan dasar untuk melakukan aktivitas atau gerak yang diperlukan dalam kegiatan olahraga. Artinya bahwa siswa yang memiliki tingkat kemampuan gerak (Motor Ability) rendah, akan mendapat kesulitan untuk mempelajarinya suatu keterampilan dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pencapaian hasil belajarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Thomas and Halliwell (1976) dalam Ring (1992:31), “a set of motor abilities

related to specific skill” artinya bahwa suatu kemampuan gerak berhubungan atau

berkaitan dengan keterampilan tertentu, sehingga dapat diasumsikan bahwa seseorang dikatakan bisa berhasil dalam mengikuti pelajaran gerak atau praktek apabila dia memiliki kemampuan yang bagus dalam hal keterampilan gerak (Motor Ability), apalagi di dukung oleh metode digunakan belajar yang tepat atau sesuai dengan karakteristik keterampilannya.

Seorang guru harus dapat mengatasi masalah mengenai penggunaan metode yang sesuai dengan kemampuan siswa dan materi pelajaran, dengan menerapkan pendekatan yang dapat mengembangkan kemampuan siswa, artinya seorang guru harus mampu merencanakan, menetapkan dan menerapkan berbagai upaya yang berhubungan dengan kegiatan belajar-mengajar, Pemilihan metode pembelajaran sangatlah penting untuk terciptanya hasil belajar yang diharapkan. Dengan kata lain, bahwa pendidik harus memiliki strategi belajar-mengajar yang merupakan hasil pemikiran yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tujuan pengajaran tertentu, karena hal tersebut dapat berbeda-beda. Ciri efektivitas proses belajar mengajar, menurut Suherman (2011:55) bahwa, “gambaran umum tentang efektivitas mengajar ditandai oleh gurunya yang selalu aktif dan siswanya secara konsisten aktif belajar.” Artinya dalam lingkungan pembelajaran yang efektif, siswa tidak bekerja sendiri melainkan selalu diawasi oleh gurunya dan tidak


(14)

banyak waktu mereka yang terbuang begitu saja. Pada akhirnya siswa dapat menerima pesan dari gurunya dengan baik dan dapat melakukan latihan secara independen mempelajari sesuatu sesuai dengan tujuan pembelajarannya.

Dalam hal ini penulis mengambil pembelajaran tentang keterampilan lay-up

shoot bolabasket, kenapa? karena keterampilan ini merupakan salah satu

keterampilan yang sangat penting dalam memenangkan sebuah pertandingan, selain itu bahwa keterampilan ini merupakan keterampilan yang paling efektif sebab dilakukan pada jarak yang sedekat-dekatnya dengan basket. Bird (1990:103) juga menjelaskan bahwa, “the lay-up shoot is the highest percentage

shoot you can take. You should hit every one.” Yang artinya bahwa lay-up shoot merupakan cara yang paling besar presentasinya dalam upaya memasukan bola atau mencetak angka.

Alasan yang lainnya bahwa keterampilan ini merupakan salah satu usaha yang paling sering dilakukan oleh pemain dalam suatu pertandingan untuk mencetak angka. Hal ini dibuktikan dengan sebuah data dari hasil pertandingan final bolabasket putra pada POPDA 2014 di GOR TUNAS Bandung antara tim Kota Bandung melawan tim Kota Cirebon, dimana tim Kota Bandung melakukan usaha lay-up shoot sebanyak 41 kali masuk 19, tembakan dua point 16 kali masuk 5, dan tembakan tiga point sebanyak 21 kali masuk 7, ditambah dengan tembakan bebas (free throw) 16 masuk 7. Sedangkan Kota Cirebon melakukan usaha lay-up

shoot sebanyak 58 kali masuk 23, tembakan dua point 8 kali masuk 1, dan

tembakan tiga point 18 kali masuk 3, ditambah tembakan bebas (free throw) 29 kali masuk 14. Dan akhirnya pertandingan dimenangkan oleh Kota Bandung. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa keterampilan lay-up shoot marupakan salah satu keterampilan yang paling sering digunakan dalam sebuah permainan bolabasket. Dengan demikian perlu kiranya bahwa pembelajaran keterampilan

lay-up shoot bolabasket dalam ekstrakulikuler lebih diperhatikan lagi untuk

mencapai prertasi siswa dalam cabang olahraga bolabasket.

Berdasarkan pengamatan sekilas dilapangan, baik dalam intrakurikuler maupun ekstrakulikuler, tidak sedikit guru pendidikan jasmani maupun pelatih di sekolah, belum dapat secara optimal melakukan proses belajar mengajar


(15)

sebagaimana yang diharapkan. Banyak kendala yang dihadapi, khususnya keterampilan pada pembelajaran lay-up shoot dalam bolabasket, hal itu terjadi karena karakteristik motor ability siswa yang berbeda-beda, kompleksitas gerakan dan kurangnya pemahaman guru dalam penerapan metode pembelajaran.

Metode pembelajaran yang digunakan guru sering tidak tertuju pada karakteristik siswa dan tingkat kompleksitas gerak

Kompleksitas gerak seperti pada keterampilan lay-up shoot dalam bolabasket meliputi, dibbling, foot work, dan shooting membutuhkan metode yang tepat.

Dalam kaitannya dengan permainan bolabasket, metode pembelajaran dimaksud untuk membantu, memudahkan siswa dalam menguasai suatu keterampilan permainan bolabasket, sehingga siswa bisa menerapkan keterampilan tersebut dalam situasi permainan yang sebenarnya. Pembelajaran dengan menggunakan metode bagian dan keseluruhan keduanya menekankan pada bagaimana membelajarkan siswa agar menguasai keterampilan bermain bolabasket.

Adapun penelitian terdahulu yang sudah dilakukan dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian tentang Motor Learning Principles and the Superiority of Whole Training in Volleyball, oleh Steven Bain, Ph.D.1, Carl McGown, Ph.D. Associate Professor, Department of Orthopaedics &

Sports Medicine, University of Washington and Professor Emeritus, College of Health & Human Performance, Brigham Young University in USA pada tahun

(2006), tentang penggunaan metode keseluruhan dan bagian dalam melatih bola voli, dimana metode keseluruhan pendekatannya terhadap cara mengatur kaki (footwork), posisi tangan, lompatan, kontak bola dan hasil pengembalian bola, sedangkan metode bagian akan fokus pada sebuah elemen tunggal dari keterampilan. Dimana pada akhirnya mengindentifikasi bahwa keterampilan yang membutuhkan koordinasi antar anggota badan tingkat tinggi merupakan pelayanan terbaik oleh latihan keterampilan keseluruhan.


(16)

penelitian lokal yang dilakukan oleh Sarbudi, tentang Pengaruh Pembelajaran Lempar Lembing dengan Metode Bagian dan Keseluruhan terhadap Kemampuan Lempar Lembing Gaya Jengket pada Tahun pelajaran 2006/2007. menunjukkan hasil bahwa, ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran lempar lembing dengan metode keseluruhan dan bagian (t hit 2,192 > t tabel, 5% sebesar 1.75), dan metode keseluruhan lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan lempar lembing gaya jengket (peningkatan metode keseluruhan 19,3133%, sedangkan metode bagian 14,2132%).

Juga penelitian tentang Pengaruh Metode Belajar Bagian dan Keseluruhan Terhadap Keterampilan Servis Bawah dalam Permainan Bola Voli pada siswa putra kelas V SDN Papahan 01 Tasikmadu Karanganyar tahun 2009. yang dilakukan oleh Ummi Khasanah, diperoleh simpulan sebagai berikut, ada perbedaan pengaruh antara metode pembelajaran keseluruhan dan bagian terhadap kemampuan servis bawah bola voli mini (t-hit 2.14 > t tabel 5% sebesar 2.069), dan metode pembelajaran keseluruhan lebih efektif pengaruhnya dari pada metode bagian terhadap kemampuan servis bawah bola voli mini. Kelompok metode pembelajaran keseluruhan memiliki peningkatan sebesar 59.54%. Sedangkan kelompok metode pembelajaran bagian memiliki peningkatan sebesar 32.58%.

Penelitian lainnya adalah Perbedaan Pengaruh Metode Pembelajaran Lay Up tanpa dribble dan Koordinasi Mata-Tangan terhadap Kemampuan Lay-Up Shoot Bola Basket pada Siswa Putra Ekstrakurikuler Bola Basket SMAWarga Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008, yang dilakukan oleh Anys Nurliana, menunjukkan, metode bagian memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada metode keseluruhan (Fo sebesar10.239 > Ft 4.11) dengan selisih perbedaan sebesar 1.00.

Berkaitan dengan penelitian-penelitian terdahulu dan analisis kritis dari beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan, menunjukan hasil yang berbeda-beda, maka peneliti bermaksud ingin menggali lebih dalam lagi tentang penelitian serupa. Dalam rangka melengkapi penelitian terdahulu, dan memastikan metode mana yang paling tepat. Penulis memasukan faktor Motor Ability sebagai faktor


(17)

yang mempengaruhi hasil belajar keterampilan. Tentu saja penelitian ini dilakukan sebagai upaya mengisi kekosongan yang ada pada penelitian sebelumnya, supaya untuk lebih meyakinkan dan memastikan bahwa kedua metode belajar tersebut dapat meningkatkan penguasaan keterampilan, khususnya keterampilan lay-up shoot yang dilihat dari segi Motor Ability siswa.

Penelitian ini dianggap memiliki nilai penting dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran baik pada intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. berbagai cabang olahraga yang pada gilirannya dapat membantu meningkatkan hasil belajar keterampilan bola basket khususnya dan umumnya dapat berkontribusi pada pembelajaran lainnya, karena apabila masalah ini terus berkelanjutan dan tidak diteliti dari perspektif yang telah diuraikan di atas serta dikaji, diduga akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar keterampilan yang tidak optimal.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Dalam pembelajaran begitu banyak metode yang bisa digunakan khususnya dalam proses pembelajaran praktek, seperti metode distribusi dan padat, trail and error atau lebih di kenal dengan metode “coba-coba salah”, metode bagian dan keseluruhan dan banyak lagi metode-metode lainnya. Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi dalam dua metode saja, yaitu metode belajar bagian dan keseluruhan.

Dalam cabang olahraga permainan bola basket juga terdapat beberapa teknik mulai dari teknik dasar sampai ke teknik lanjutan atau keterampilan yeng membutuhkan koordinasi dan kemampuan gerak (motor ability) dasar yang bagus. Karena begitu banyak teknik dalam bola basket, maka penulis mengambil teknik lay-up shoot yang diawali dengan dribbling untuk dikaji lebih lanjut dalam penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian tentang hasil belajar keterampilan lay-up shoot dalam bolabasket dengan menggunakan metode mengajar bagian dan keseluruhan, yang dilihat dari segi motor ability siswa.


(18)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Secara keseluruhan apakah terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan

lay-up shoot bola basket antara metode bagian dan keseluruhan, dilihat dari segi motor ability siswa?

2. Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan Motor Ability terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket?

3. pada kelompok siswa yang memiliki Motor Ability tinggi Apakah terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan lay-up shoot antara metode bagian dan keseluruhan?

4. pada kelompok siswa yang memiliki Motor Ability rendah, Apakah terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan lay-up shoot antara metode bagian dan keseluruhan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pengajuan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui metode manakah yang memberikan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan lay-up shoot bola basket yang dilihat dari Motor Ability siswa.

2. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan Motor

Ability terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket.

3. Mengetahui, metode manakah yang memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket, pada kelompok

Motor Ability tinggi

4. Mengetahui metode manakah yang memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket, pada kelompok


(19)

D. Manfaat atau Pentingnya Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat yang cukup besar, bagi pengembangan keilmuan atau baik dari segi aspek teori maupun yang bersifat praktek.

1. Secara Teori

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan keilmuan dibidang teori belajar gerak yang selama ini dirasakan sangat kurang, termasuk pengembangan dalam pengujian akan adanya pengakuan dari teori-teori yang selama ini ada berdasarkan hasil studi yang diselenggarakan di negara lain terutam dalam proses belajar gerak, sehingga dapat memperkaya konsep atau teori yang mendukung ilmu pengetahuan olahraga khususnya yang terkait dengan penggunaan metode pembelajaran gerak.

2. Secara Praktik

Berdasarkan kegunaan praktik, penelitian ini banyak manfaatnya bagi pengembangan penerapan suatu metode mengajar atau melatih keterampilan gerak, terutama yang tergolong dalam keterampilan jenis lanjutan (continues

skill). Pengajar atau pelatih akan mengetahui secara jelas tentang penerapan dari

suatu metode dalam menyampaikan informasi kepada setiap siswa, terutama dari segi kelemahan dan kelebihan suatu metode yang akan diterapkan. Sehingga dengan demikian pengajar atau pelatih akan dapat mengefektifkan suatu proses belajar mengajar secara efisien.

Penelitian ini akan memberikan informasi kepada kita sebagai mahasiswa pascasarjana jurusan pendidikan olahraga, guru, dan pelatih tentang metode mana yang lebih tepat dan efektif dalam pengembangan teori belajar gerak, khususnya dalam penguasaan keterampilan lay-up shoot dalam permainan bola basket.

E. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bab, bab I pendahuluan, bab II kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis, bab III metodologi penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V kesimpulan dan saran.


(20)

Pada bab I dibahas mengenai latar belakang masalah yang isinya tentang pengetahuan guru pendidikan jasmani mengenai metode mengajar bagian dan keseluruhan yang sudah biasa mereka gunakan dalam proses pembelajaran, tetapi tidak berdasarkan dan tidak memperhatikan segi karakteristik siswa dalam hal motor ability dan jenis dari keterampilan yang akan diajarkan. Bahasan berikutnya mengenai identifikasi masalah dan rumusan masalah yang mengacu pada latar belakang masalah. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari empat buah pertanyaan mengenai metode mengajar, dan tingkatan motor abbility terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot. Yang pertama secara keseluruhan metode mana yang lebih baik, yang kedua interaksi antara metode mengajar dengan motor ability, yang ketiga dilihat dari tingkatan motor ability tinggi, dan yang ke empat dilihat dari motor ability rendah,. Kemudian tujuan penilitian disesuaikan dengan pertanyaan dalam rumusan masalah. Terakhir mengenai manfaat penelitian yang dilihat dari segi teori dan praktik.

Bab II mengenai kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis. Untuk kajian pustaka memuat tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, mengenai hakekat metode belajar gerak, landasan teori belajar gerak, hakekat keterampilan bola basket, hakekat general motor ability, dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dan sudah dilakukan. Sub pokok bahasan berikutnya mengenai kerangka pemikiran yang terdiri dari empat bahasan sesuai dengan rumusan masalah, yaitu tentang perbedaan metode mengajar bagian dan keseluruhan terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket, interaksi antara metode belajar dengan motor ability terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket, pengaruh metode bagian dan keseluruhan terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket pada kelompok siswa motor ability tinggi, dan pengaruh metode bagian dan keseluruhan terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket pada kelompok siswa motor ability rendah. Untuk bahasan yang terakhir mengenai hipotesis yang terdiri dari empat pernyataan sementara yang mengacu pada rumusan masalah dan kerangka pemikkiran.


(21)

Bab III mengenai metodologi penelitian yang berisi tentang lokasi penelitian yang bertempat di SMPN 12 Bandung, penentuan populasi dan pengambilan sampel penelitian, metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain penelitian faktorial 2X2. Definisi operasional mengenai definisi variabel penelitian, belajar gerak, metode mengajar, motor ability, bolabasket, dan keterampilan lay-up shoot itu sendiri. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari dua bentuk tes yaitu untuk mengetahui tingkatan motor ability menggunakan barrow motor ability test dan untuk keterampilan hasil belajar menggunakan tes

lay-up shoot. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Yang berisikan tentang

pemaparan data penelitian, uji normalitas, homogenitas, uji Analisis Varians (ANAVA). Dan pembahasan tentang hasil penelitan. Sedangkan Bab V membahas tentang kesimpulan penelitian dan saran tentang apa yang harus disampaikan berkenaan dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi merupakan tempat dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Lokasi yang dipilih untuk dijadikan tempat penelitian ini adalah SMPN 12 Bandung, adapun penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan beberapa alasan. Pertama jumlah siswa SMPN 12 yang mengikuti ekskul bola basket memenuhi syarat ketentuan untuk dijadikan populasi dan sampel sesuai dengan kebutuhan penelitian, lokasinya tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal peneliti, dan juga berdekatan dengan Fakultas SPS Unversitas Pendidikan Indonesia.

2. Subjek Penelitian. a. Populasi Penelitian

Populasi dan sampel merupakan bagian yang penting dari sebuah penelitian.Populasi merupakan individu atau subjek yang memiliki sifat-sifat umum.Dari populasi dapat diambil sejumlah data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti.Dalam hal ini Sugiyono (2010:80) menjelaskan sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. ”Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Sedangkan Sulistyo-Basuki (2006:182) mengemukakan bahwa, “populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti”. Maksudnya Populasi disini adalah semua individu atau obyek yang memiliki perbedaan karakteristik, sifat ataupun kemampuan yang akan diteliti. Subjek penelitian atau


(23)

populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah 70 orang siswa SMPN 12 Bandung yang mengikuti ekskul bola basket.

b. Sampel Penelitian

Pada hakekatnya sampel adalah orang coba atau tester yang akan diberikan perlakuan dalam sebuat penelitian. Dalam menentukan sampel Sudjana (2002:6) menjelaskan bahwa, “sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili dari populasi tersebut”. Maksudnya adalah sampel yang diambil untuk penelitian harus mewakili populasi penelitian. Menurut Sugiyono (2010:81), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Mengenai hal ini Arikunto (2006:134) menjelaskan bahwa;

Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik. Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu demikian. Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung oleh subyek penelitian dalam populasi. Selanjutnya sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut bertalian erat dengan homogenitas subyek dalam populasi.

Aturan yang pasti harus berapa besarnya atau jumlah sampel yang diambil, dan akan digunakan dalam penelitian, diungkapkan oleh Arikunto (1996:120), tentang penentuan sampel penelitian;

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.


(24)

Dari ke dua penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian tidak selalu menghasilkan penelitian yang baik karena hal tersebut tergantung dari sifat-sifat dan ciri-ciri yang terdapat pada subyek penelitian dalam populasi dan juga sampel yang diambil dari populasi dapat pula dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga dan biaya. Selanjutnya Surakhmad (1990:100) mengemukakan bahwa, “untuk pedoman umum saja dapat dikatakan bahwa, populasi dibawah 100 dapat dipergunakan sebesar 50% dan diatas 1000 digunakan 15%.” Menurut pendapat Suakhmad jelas kiaranya bahwa penentuan sampel dengan jumlah populasi dibawah 100 bisa digunakan sampel seluruhnya atau setengahnya, dan apabila diatas 1000 dapat digunakan 15% sebagai sampel penelitian.

Dalam penelitian ini semua anggota populasi yang berjumlah 70 orang dapat dijadikan sebagai sumber data dan dapat pula hanya sebagian anggota populasi saja yang diambil sebagai sampel penelitian. Sehingga diperolah sebanyak 40 orang yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random

assignment.

Menuru Sugiyono (2010:82) menjelaskan, “Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, cara demikian dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen.” Jadi menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel dengan menggunakan teknik random assignment bukan berdasarkan strata (tingkatan kelas), tetapi berdasarkan tingkatan kelompok kemampuan (general motor

ability), untuk menentukan kelompok mana yang akan mendapat perlakuan

dengan menggunakan metode bagian dan keseluruhan. Hal ini sesuai dengan karakteristik populasi yang diambil untuk dijadikan sampel penelitian adalah siswa putra SMP yang usianya sekitar 12-15 tahun, yang bisa dikatakan homogen.

Berkaitan dengan kebutuhan jumlah sampel dalam desain penelitian ini, pengambilan sampel ditempuh dengan langkah–langkah sebagai berikut:

1. Seluruh populasi sebanyak 70 orang di tes Motor Ability dengan menggunakan Barrow Motor Ability Test.


(25)

2. Setelah mendapatkan data tes Motor Ablity, kemudian peneliti menyususn ranking dari nilai tertinggi sampai terendah.

3. Selanjutnya penulis menentukan jumlah sampel berdasarkan pendapat Verducci (1980:176), yaitu diambil 27 % kelompok atas dan 27 % kelompok bawah, sesuai kebutuhan penelitian yang masing-masing kelompok berjumlah 20 orang.

4. Dari masing-masing kelompok diatas dibagi 2 kelompok kecil dengan menggunakan teknik matching subjec dengan rumus ABBA dari urutan rangking yang paling atas. Sehinga diperoleh 4 kelompok kecil yang masing-masing berjumlah 10 orang. Dimana masing-mansing kelompok tersebut dianggap memiliki kekuatan yang sama.

A. Kelompok Motor Abbility tinggi Kel A : 1, 4, 5, 8, 9, 12, 13, 16, 17, 20 Kel B : 2, 3, 6, 7, 10, 11, 14, 15, 18, 19 B. Kelompok Motor Abbilityrendah Kel A : 51,54, 55,58, 59, 62, 63, 66, 67, 70 Kel B : 52,53, 56, 57, 60, 61, 64,65, 68,69

5. Dari masing – masing kelompok dirandom untuk diberikan perlakuan. (A) metode bagian 20 orang yang terdiri dari 10 orang yang memiliki motor

ability tinggi dan 10 orang yang memiliki motor ability rendah. dan

perlakuan (B) metode keseluruhan 20 orang yang terdiri dari 10 orang yang memiliki motor abbility tinggi dan 10 orang yang memiliki motor

ability rendah.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksankan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Berkaitan hal tersebut Sudjana (1992:7) menjelaskan bahwa, “desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah, tindakan yang betul-betul teridentifikasikan) sedemikian rupa sehingga informasi


(26)

yang berhubungan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diselidiki atau diteliti dapat dikumpulkan”. Maksudnya bahwa desain penelitian suatu rancangan penelitian yang terdiri dari langkah-langkah, tindakan dalam penelitian, sehingga informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian dapat dikumpulkan datanya.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial 2 x 2. Menurut Sugiyono (2010:76) bahwa,“Desain factorial merupakan desain yang memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator/atribut yang mempengaruhi perlakuan (variabel bebas) terhadap hasil (variabel terikat)”.

penelitian ini terdiri variabel bebas yaitu metode mengajar (bagian dan keseluruhan), variabel atribut yaitu General Motor Ability (Motor Ability tinggi dan Motor Abbility rendah). Sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan

lay-up shoot bolabasket. Berdasrkan variabel-variabel penelitian tersebut dapat

digambarkan desain penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Metode Belajar A

Motor Abbility B

Metode Bagian (A1)

Metode keseluruhan (A2)

MA Tinggi (B1) A1B1 A2B1

MA rendah (B2) A1B2 A2B2

Keterangan :

B1A1 = Kelompok siswa dengan Motor Ability tinggi yang diajar dengan menggunakan metode belajar bagian.

B1A2 = Kelompok siswa dengan Motor Abilitytinggi yang diajar dengan menggunakan metode belajar keseluruhan.

B2A1 = Kelompok siswa dengan Motor Abilityrendah yang diajar dengan menggunakan metode belajar bagian.

B2A2 = Kelompok siswa dengan Motor Abbilityrendah yang diajar dengan menggunakan metode belajar keseluruhan.


(27)

Berkaitan dengan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini yang akan mendapat perlakuan dengan menggunakan metode mengajar adalah kelompok siswa yang memilki tingkat motor ability tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang memilki tingkat motor ability rendah, terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bola basket.

Berikut adalah Gambar desain penelitian berdasarkan jumlah kelompok kecil dapat dilihat dibawah ini ;

Tabel 3.2 Desain Penelitian Berdasarkan Jumlah Kelompok Metode

Belajar A

M. Abbility B

Metode Bagian (A1)

Metode keseluruhan

(A2) Jumlah

MA Tinggi (B1) 10 10 20

MA rendah (B2) 10 10 20

Jumlah 20 20 40

C. Metode Penelitian

Penelitian adalah salah satu cara dalam mencari suatu kebenaran melalui konsep-konsep ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah itu, merupakan suatu kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan.Menurut Sugiyono (2013:3) menjelaskanbahwa:

Bahwa ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau dan mudah dipahami oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.


(28)

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa ciri-ciri keilmuan terdiri dari tiga yaitu Rasional yang berarti penelitian itu harus masuk akal, empiris yang artinya dapat diketahui dan diamati oleh indera manusia, dan sistematis yaitu proses yang digunakan dalam penelitian itu harus menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis, terstruktur.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui hasil yang diujicobakan, sehingga hubungan sebab akibat antara kelompok yang satu dengan yang lainnya akan menjawab masalah penelitian yang diajukan. Berkaitan dengan hal tersebut Arikunto (2002: 3) menjelaskan:

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara satu dua factor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan factor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Sedangkan menurut Sugiyanto (1995: 21) yang menyatakan bahwa ;

Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat serta besarnya hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan atau diberi perlakuan yang berbeda.

Menurut Sugiyono (2013:11) bahwa, “Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.” Pendapat para ahli menjelaskan bahwa metode ekpserimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor atau dua variabel yang sengaja dimunculkan dalam penelitian dengan maksud untuk mengurangi pengaruh-pengaruh dari faktor lain diluar variabel penelitian yang bisa mengganggu terhadap hasil penelitian. Dan eksperiment juga dilakukan untuk melihat pengaruh atau akibat dari suatu treatment (perlakuan) yang diberikan terhadap obyek penelitian. Metode eksperimen yang digunakan adalah


(29)

1. Bagan Alur Penelitian

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

Diadaptasi dari LR. Gay dalam Nina (2002:125)

Data empirik, landasan teoritik dan kerangka berpikir

Treatment Metode Keseluruhan

Motor Ability tinggi Motor Ability Rendah

Treatment Metode Bagian

Motor Ability tinggi Motor Ability Rendah

Analisis data Test Akhir

Keterampilan Lay-up shoot Masalah Penelitian

(selection and definition of a

problem)

Kesimpulan Rumusan hipotesis

Metode penelitian, desain, Populasi, sampel, instrumen

dan prosedur penelitian

Test Awal

Keterampilan Lay-up shoot Populai

Tes motor ability Sampel


(30)

Keterangan :

Penelitian ini beranjak dari masalah penelitian yang kemudian diambil data empirik berdasarkan landasan teoritik dan kerangka pemikiran, perumusan hipotesis, penentuan metode dan desain penelitian, populasi, sampel, instrumen dan prosedur penelitian. Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 12 Bandung yang mengikuti ekskul basket yang berjumlah 70 orang dan akan diambil 40 orang untuk dijadikan sampel penelitian dengan menggunakan teknik “random assignment”. Langkah pertama, populasi dites

Motor Abbility, kemudian diranking. Untuk menentukan kelompok siswa dengan Motor Abbility tinggi dan rendah, menggunakan teknik verducci. Ranking 1-20

merupakan kelompok siswa Motor Abbility tinggi dan ranking 51-70 merupakan kelompok siswa Motor Abbility rendah.

Kemudian masing-masing tingkatan kelompok Motor Abbility dibagi dua kelompok kecil dengan menggunakan teknik “matching subjec” dengan rumus ABBA. Setelah itu dilakukan tes awal (pretest) pada masing-masing kelompok. pemberian treatment atau perlakuan dengan metode bagian dan kaseluruhan selama 14 kali pertemuan. Dan setelah program perlakuan selesai maka dilakukan test akhir (postest). Maka selanjutnya setelah data diperoleh dilakukan pengolahan data dengan Teknik analisis data yang digunakan adalah ANAVA 2 arah.

D. Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut.Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013:60) bahwa,”Varibel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


(31)

menjelaskan bahwa,“variabel penelitian adalah segala sesuatuyang akan dijadikan obyek pengamatan penelitian. “Dari kedua pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

Kegunaan variabel penelitian diantaranya adalah untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data, untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data, dan Untuk pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel penelitian sebagai berikut :

a.Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel Bebas sering disebut juga disebut sebagai variabel stimulus. Variabel bebas adalah variabel perlakuan yang akan diberikan kepada sample penelitian dengan maksud agar sample tersebut memberikan respon yang sesuai dengan kemampuannya sehingga terjadi perubahan pada perilakunya. Sugiyono (2013:61) menjelaskan bahwa,”Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.” Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu metode belajar (bagian dan keseluruhan).

1). Metode Mengajar

Hakekat metode merupakan suatu cara yang bervariasi dalam menjalankan proses belajar mengajar untuk mencapai hasil yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Sedangkan pengertian metode itu sendiri.

- Menurut Suriasumantri (1995:119) adalah “merupakan suatu prosedur

atau cara mengetahui sesuatu melalui langkah-langkah yang sistematis”. - Menurut Rahyubi (2012:236), “Metode belajar adalah suatu cara yang

dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan baik.”


(32)

- Jadi metode belajar adalah suatu cara atau prosedur mengetahui sesuatu secara sistematis melalui proses belajar.

- Dan pengertian metode belajar keterampilan gerak adalah cara yang sistematis dalam proses belajar keterampilan gerak untuk mencapai perubahan prilaku yang diharapkan.

2). Metode Bagian

- Menurut Agus dan Amung (1988:210) metode latihan bagian adalah suatu cara mengajar dimana bahan latihan atau keterampilan dibagi dalam beberapa unit dan metode ini mengharuskan seseorang untuk berlatih unit-unit yang dipelajarinya terdahulu.

- Jadi Metode bagian adalah cara latihan dimana bahan latihan di bagi dalam beberapa unit atau bagian. Metode ini juga mengacu pada suatu rencana pelaksanaan tugas-tugas gerak secara bertahap, setiap tahap harus dikuasai terlebih dahulu sebelum tahap berikutnya, baru kemudian seluruh tugas itu dikerjakan. Siswa atau atlet harus mempelajari bagian pertama, kemudian bagian pertama dan kedua, selanjutnya pertama, kedua, dan ketiga. Demikian seterusnya hingga bentuk keseluruhan dikuasai. Metode bagian sangat cocok untuk dipakai apabila teknik gerak tersebut rumit atau kompleks.

3). Metode Keseluruhan

- Metode keseluruhan (whole method) menurut Singer (1928) dalam Brown (1968:213) menjelaskan bahwa metode ini mengacu pada rangakaian latihan dari semua bagian dengan melakukan pengulangan dari unit-unit yang lemah.

- Jadi dapat disimpulkan bahwa Metode keseluruhan adalah suatu cara latihan yang beranjak dari cara yangumum ke yang khusus.


(33)

Dalam mengajarkan keterampilan gerak atau suatu permainan, maka bentuk gerak yang utuh atau secara keseluruhan diajarkan secara keseluruhan, artinya suatu teknik gerakan dilakukan menjadi satu rangkaian gerak dari awal sampai akhir tanpa ada potongan-potongan teknik gerak, dan metode ini sangat cocok untuk suatu rangkaian gerakan yang sederhana.

b. Variabel Moderat / Atribut

Menurut Sugiyono(2013:62),“Variabel atribut adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen).”

Dalam penelitian iniyang menjadi variabel moderat/atribut yaitu Motor

Abbility tinggi dan rendah.

1). General Motor Ability

- Menurut Thomas and Halliwell (1976) dalam Ring (1992:31), “a set of

motor abilities related to specific skill” artinya bahwa suatu set

kemampuan gerak berhubungan atau berkaitan dengan keterampilan tertentu.

- Nurhasan (2007:127) menerangkan bahwa General Motor Ability adalah kemampuan umum seseorang untuk bergerak. Lebih spesifik pengertian Motor Ability adalah kapasitas seseorang untuk dapat melakukan bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam olahraga.

c. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Menurut Sugiyono (2013:61), “Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.” Disebut Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas (independent).,Variabel terikat yang akan diteliti dalam penelitian ini berupa


(34)

jenis keterampilan kontinyu (Continuous Skills) yaitu keterampilan lay-up

shoot dalam permainan bola basket.

1). Lay-up Shoot Bola Basket Definisi lay-up shoot

- Menurut Srigijanto dan Alen Rismayadi (2009 : 18) lay-up shoot adalah tembakan yang dilakukan pemain dengan mendekati keranjang sedekat mungkin, biasanya dari samping kiri atau kanan. Teknik lay-up shoot ini bisa dilakukan dengandiawali dengan dribbling, dan Diawali dengan menerima passing

- Dani kosasih (2008 : 50) Menjelaskan bahwa lay-up shoot adalah teknik memasukan bola dengan penggabungan beberapa teknik dasar, sehingga membutuhkan koordinasi yang bagus dari seorang pemain. Pada saat melakukan lay-up shoot pemain harus melakukan lompatan yang tinggi dengan menggunakan salah satu kaki sebagai tumpuan/jejakan sebelum melompat, sehingga posisi tangan mendekati ring sedekat mungkin sebelum melepaskan bola.

2. Definisi Bola Basket

- Dalam buku peraturan permainan PERBASI (2010:1) mendefinisikan, olahraga bola basket adalah permainan olahraga yang dimainkan oleh 2 tim yang masing terdiri dari 5 pemain. Tujuan dari masing-masing tim adalah untuk mencetak angka ke keranjang lawan dan berusaha mencegah tim lawan mencetak angka.

- Menurut Sucipto, dkk. (2010:23), permainan bola basket adalah “permainan yang dimainkan dengan tangan, dalam arti bola selalu dimainkan dari tangan ke tangani pemain dalam satu regu”. Bolab asket memiliki gerakan yang lengkap (komplek), seperti gerakan kaki pada saat berlari dan gerakan tangan pada saat menggiring bola, mengumpan bola, menangkap dan menembak ke keranjang lawan. Dijelaskan pula mengenai karakteristik dalam permainan bola basket oleh Sucipto, dkk.


(35)

(2010:24), bahwa terdapat beberapa unsur yang tidak dapat dipisahkan yaitu menggiring bola sambil dipantulkan (dribbling), melempar

(passing), menangkap (cathing) dan menembak (shooting).

3. Belajar gerak

- Oxendine (1968) dalam Angga (1992:64) menjelaskan “learningis

defined as the process by which behavior is developed or altered through

practice or experience.” Artinya bahwa belajar adalah sebagai proses perkembangan dan perubahan perilaku melalui latihan atau pengalaman. Berkaitan dengan belajar, belajar gerak yang lebih spesifik kedalam bentuk aktivitas manusia diartikan sebagai suatu perubahan prilaku, Oleh karena itu penguasaan keterampilan gerak akan diperoleh melalui kemampuan pengetahuan, perkembangan koordinasi dan kondisi fisik yang didukung oleh adanya keinginan dan kemauan atau semangat juang (will power or fighting spirit).

- Menurut Suherman (2009:50), Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi pedagogis antara guru, siswa, materi, dan lingkungannya. Muara dari proses pembelajaran adalah siswa belajar. Secara garis besar proses ini dapat dibagi ke dalam tiga kategori pengelolaan yaitu pengelolaan rutinitas, pengelolaan inti proses belajar, serta pengelolaan lingkungan dan materi pembelajaran.

- Schmidt (1988:346) belajar gerak adalah seperangkat proses yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan relatif permanen dalam kapasitas merespon.

- Belajar gerak merupakan suatu penguasan keterampilan, bukan berarti bahwa aspek lainnya senantiasa diabaikan seperti halnya domain kognitif. Hal ini diungkapkan pula oleh Singer (1975:7) tentang 5 domain belajar yang salah satunya mengatakan bahwa “ keterampilan gerak (motor skills) berorientasi gerakan melalui adanya koordinasi respon terhadap situasi”.


(36)

- Oleh karena itu penguasaan keterampilan gerak akan diperoleh melalui kemampuan pengetahuan, perkembangan koordinasi dan kondisi fisik yang didukung oleh adanya keinginan dan kemauan atau semangat juang (will power or fighting spirit).

E. Instrumen Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti minimal sudah memeiliki gambaran tentang variabel yang akan diteliti sekaligus alat apa yang akan digunakan sebagai pengumpul data penelitiannya. Instrumen penelitian merupakan alat atau bantuk tes yang akandigunakan untuk mengumpulkan data penelitian.Instrumen memegang peranan penting dalam suatu penelitian.Mutu penelitian sangat dipengaruhi oleh Instrumen penelitian yang digunakan, karena kevalidan dan kesahihan data yang diperoleh dalam suatu penelitian dsangat ditentukan oleh tepat tidaknya dalam memilih instrumen penelitian. Instrumen atau alat pengumpul data adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data tersebut dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian.

Selain mutu penelitian ditentukan oleh ketepatan instrumen yang digunakan juga dipengaruhi oleh prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini dapat difahami bahwa karena instrumen berfungsi untuk mengungkapkan fakta menjadi data, sehigga jika kualitas instrumen yang digunakan baik maka data yang diperoleh juga akan baik, dan sebaliknya jika instrumen yang dipergunakan tidak baik maka data yang diperoleh juga tidak baik sehingga dapat berakibat pada kesalahan penarikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

Dalam hal ini Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel penelitian.


(37)

Dan Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang akan diamati. Maka dalam penelitian ini terdapat macam instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian.

1. Barrow Motor Ability Test

Tes general motor ability digunakan untuk mengetahui kemampuan gerak dasar secara keseluruhan yang dimilki oleh setiap siswa sesuai dengan karakteristik dan tingkatan siswa. Dalam hal ini Nurhasan (2007:127) mengemukankan bahwa,

Tujuan dari tes general motor abbility adalah 1. Sebagai alat untuk mengelompokan siswa-siswa kedalam kelompok yang homogen, 2. Sebagai alat diagnosa terhadap kekurangan-kekurangan mengenai kemampuan gerak, 3. Sebagai bentuk motivasi siswa, dan catatan mengenai perkembangannya. 4. Sebagai alat pranogsis tujuan, dan 5. Sebagai alat tes kemampuan fisik (physical achievement).

Dalam hal ini bentuk tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan gerak siswa kategori SMP adalah Barrow Motor Ability Test Sebagaimana dipaparkan oleh Nurhasan (2007;130),“bahwa Barrow Motor Ability Tes tujuannya untuk membuat klasifikasi, bimbingan dan penentuan prestasi, dengan level Mahasiswa, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Pertama Putra.”Artinya bahwa tes ini digunakan untuk membuat kalsifikasi bimbingan dan prestasi mulai dari level SMP, SMA sampai mahasiswa. Barrow Motor Ability Tes untuk level SMP ini terdiri dari enam macam bentuk tes. Nurhasan (2007:130) menjelaskan bahwa, “tes ini terdiri dari beberapa butir tes diantaranya ialah standing board jump, soft ball throw, zig-zag run, wall pass, medicine ball put dan lari 50m.” Dan salah satu alasan lain kenapa tes ini dugunakan untuk menentukan motor ability siswa, dikaitkan dengan keterampilan yang akan dipelajari, bahwa dalam tes ini ada beberapa butir tes yang menunjang terhadap keterampilan yang akan dipelajari.


(38)

a) Standing Board Jump

a. Tujuan : untuk mengukur komponen Otot tungkai. b. Pelaksanaan tes :

- Orang coba berdiri pada papan tolak dengan lutut ditekuk 45 derajat, lengan lurus kebelakang.

- Kemudian tolakan kedua kaki ke depan sekuat-kuatnya dan mendarat dengan kedua kaki.

- Orang coba diberikan 3 kali kesempatan percobaan.

- Skor dilakukan dengan mencatat jarak lompatan terbaik / terjauh yang diukur mulai dari dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki/badan yang terdekat dengan papan tolak, (Nurhasan, 2007:131)

c. Alat yang diperlukan : pita ukur (meteran), bak pasir/matras bendera juri.

b) Soft Ball Throw

a. Tujuan : untuk mengukur power lengan. b. Pelaksanaan tes :

- Siswa berdiri dibelakang garis batas,

- Siswa melemparkan bola Soft ball sejauh mungkin dibelakan garis batas.

- Setiap siswa diberi kesempatan melempar sebanyak 3 kali. Artinya bahwa

- Penskoran dilakukan dengan mencatat lemparan yang terjauh dari ketiga kesempatan lemparan.(Nurhasan, 2007:131).

c. Alat yang diperlukan : bola soft ball dan meteran (pita ukur)

c) Zig-zag Run

a. Tujuan : untuk mengukur kelincahan gerak (agilitas) seseorang. b. Pelaksanaan tes sebagai berikut :


(39)

- Bila ada aba-aba “ya/pluit” siawa berlari secepat mungkin mengikuti arah panah sesuai dengan diagram sampai batas finis.

- Siswa diberi kesempatan melakukan tes sebanyak 3 kali,

- Pengambilan skor dilakukan dengan mencatat waktu tempuh yang terbaik dari 3 kali percobaan, dicatat sampai sepersepuluh detik. c. Alat atau fasilitas yang diperlukan : tonggak/cons, stop wacth, diagram lapangan.

10 feet (3 m)

Start

Finis 16 feet (4,8 m)

Gambar 3.2 Diagram tes lari zig-zag

d) Wall Pass

a. Tujuan : untuk mengukur koordinasi mata dan tangan siswa, b. Pelaksanaan tes :

- Siswa (subyek) berdiri di belakang garis batas sambil memegang bola basket dengan kedua tangan di depan dada,

- Bila ada aba-aba “ya/pluit” siswa dengan segera melakukan lemparan kedinding selama 15 menit, bola tidak boleh jatuh ke lantai.

- Penskoran, Hitungan satu dimulai pada saat bola dilepas dan ditangkap kembali oleh kedua tangan setelah mantul ke ding-ding


(40)

3, 5 m

X

(subyek)

Gambar 3.3 Diagram tes Wall Pass, Nurhasan (2007:133)

e) Medicine Ball Put

a. Tujuan : untuk mengukur power otot lengan, b. Pelaksanaan tes :

- Siswa berdiri dibelakang garis batas sambil memegang bola di depan dada,

- Badan condong kurang lebih 45 derajat.

- Kemudian bola didorong ke depan secepat dan sekuat mungkin, sebanyak tiga kali lemparan.

- Penskoran dilakukan dengan mencatat jarak terjauh dari tiga kali kesempatan.

c. Alat atau fasilitas : bola medicine (6 pound) dan meteran.

f) Lari Cepat 50m

a. Tujuan : untuk mengukur kecepatan siswa dengan jarak 50m, b. Pelaksanaan tes :

- Siswa berdiri dibelakang garis batas Nurhasan (2007:134) bahwa, - Setelah aba-aba „ya atau bunyi pluit‟ siswa lari secepat mungkin

dengan menempuh jarak 60 yard atau 50m. - Siswa hanya diberikan kesempatan satu kali. - Waktu dicatat mulai dari aba-aba „ya‟ sampai finis. c. Alat yang digunakan : Lintasan 60 yard atau 50m, dan pluit

Dinding


(41)

Cara menskor barrow motor ability test keseluruhan(Nurhasan, 2007:134) menggunakan rumus :”2,2 (Standing broad jump) + 1,6 (soft ball throw) + 1,6 (zig-zag run) +1,3 (wall Pass) + 1,2 (medicine ball put) + lari cepat 60 yard.”

2. Test Lay-up Shoot

Untuk level SMP tes ini dilakukan dengan jarak 5m dari ring, masing-masing tester melakukannya selama 30 detik, yang dilakukan dari arah kanan dan kiri secara bergantian. Menurut Nurhasan (2001: 184-187) bahwa,

Tes melempar dan menangkap bola, tes menembakkan bola ke dalam keranjang, tes menggiring bola. Tes keterampilan bolabasket ini dapat digunakan untuk Mengklasifikasikan keterampilan para siswa, Menentukan kemajuan hasil belajar siswa, dan Mengetahui hasil belajar siswa dan untuk memberikan nilai

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa tes keterampilan bola basket digunakan untuk mengetahui kalsifikasi keterampilan siswa dan kemajuan hasil belajarsiswa dan untuk memberikan nilai. Tes keterampilan ini terdiri dari tiga macam tes yaitu tes melempar, tes memasukan bola dan tes menggiring bola.

Untuk keterampilan lay-up shoot dalam bolabasket, tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bonce and shoot test, tes keterampilan ini merupakan salah satu bentuk tes yang biasa dilakukan/digunakan untuk mengukur keterampilan Lay-up shoot. Tes ini memiliki validitas 0.66 dan reliabilitas 0,64. Berikut adalah gambar diagram tes keterampilan lay-up shoot.


(42)

45 Ring

5m

B1 (Bola 1) X B2 (Bola 2)

(Orang Coba)

Gambar 3.4. Lapangan Test Lay-up Shoot

Perlengkapan yang diperlukan adalah : 1. Pluit

2. Bola basket 4 buah (2 yang dipakai, 2 buat cadangan) 3. Meteran

4. Lapangan Basket 5. Dua buah kursi

6. Perlengkapan tulis untuk mencatat hasil

7. Dua orang bantu, untuk menyimpan bola di atas kursi

Gambar diagram pelaksanaan tes lay-up shoot diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut ;

- (X) Orang coba berdiri di garis lemparan hukuman bebas (Freethrow). - bola disimpan di atas kursi disebelah kiri dan kanan didalam garis three

point dengan jarak 5m, dengan sudut empat puluh lima derajat dari ring

dengan garis akhir.

- Setalah ada aba-aba „ya‟ atau bunyi pluit, orang coba mengambil bola tersebut untuk melakukan lay-up shoot dengan terlebih dahulu bola dipantulkan ke lantai satu kali.


(43)

- Kemudian setelah orang coba melakukan lay-up shoot, sesegera mungkin dia harus mengambil bola rebund dan melemparkan bola tersebut ke orang bantu yang ada dibelakang kursi.

- Lakukan secara bergantian kiri dan kanan, selama 30 detik. Bola yang masuk dihitung satu poin.

- Tester atau orang coba tidak diperbolehkan untuk melakukan kesalahan seperti travelling atau double, dan apabila ini terjadi kemudian bolanya masuk, maka dianggap tidak syah.

- Penskoran dilakukan dengan cara menghitung bola yang masuk dan dianggap syah.

F. Limitasi Validitas Instrumen Penelitian

Dalam menjaga keabsahan instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai alat ukur, ada beberapa pengontrolan validitas terhadap instrumen tersebut, adapun pengontrolan tersebut dilakukan terhadap validitas internal dan eksternal dalam penelitian ini adalah.

1.Validitas Internal

Pengontrolan validitas internal adalah pengendalian terhadap variabel - variabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi lain dalam hasil penelitian atau faktor yang dapat mempengaruhi variabel penelitian yang berdampak terhadap hasil penelitian. Variabel-variabel yang dikontrol antara lain meliputi :

a. Pengaruh sejarah

Selama mengikuti aktivitas latihan atau belajar, sampel tidak diperbolehkan mengikuti aktivitas latihan diluar jadwal eksperimen atau penelitian. Hal ini dilakukan agar kualitas penelitian yang akan dilakukan tetap terjaga hingga waktu yang telah ditentukan.


(44)

b. Pengaruh pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan

Untuk menghindari adanya proses pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan, perlakuan diberikan dalam waktu tidak terlalu lama, yaitu selama 16 pertemuan (dua bulan).

c. Pengaruh instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini,harus tetap, tidak ada perubahan sedikit pun di dalam pelaksanaannya, artinya setiap testi mendapat hak yang sama dalam setiap tes yang dilakukannya. Yakni tes ini terdiri dari satu butir tes, yaitu memasukkan bola ke keranjang/basket, dengan cara lay-up shoot (bouce and shoot test). Tes ini mempunyai r validitas sebesar 0,89 yang diperoleh dari hasil penghitungan korelasi majemuk dengan metode Werry-Doolittle. Tes keterampilan ini dapat digunakan untuk :

1) mengklasifikasikan keterampilan para siswa, 2) menentukan kemajuan hasil belajar,

3) mengetahui hasil belajar siswa dan untuk memberikan nilai keterampilan lay-up shoot dalam olahraga bola basket.

4) Karena ini di aplikasikan dalam ekstrakurikuler kemajuan hasil belajar hanya dengan melihat jumlah bola yang masuk.

5) Dan yang diolah dengan menggunakan statistik untuk menentukan hasil penelitian adalah hanya hasil akhir berupa jumlah bola yang masuk.

d. Pengaruh pemilihan subjek

Dikontrol dengan penempatan subjek yang memiliki tingkat kemampuan siswa yang kurang lebih sama, subjek dibagi dua kelompok eksperimen.

e. Pengaruh kehilangan peserta instrumen

Dikontrol dengan terus-menerus memotivasi dan memonitor kehadiran sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak dari awal sampai akhir eksperimen.


(45)

Karena intensitas belajar atau latihan menentukan terhadap peningkatan hasil belajar atau latihan dalam penelitian ini.

f. Pengaruh perlakuan

Dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama kepada kelompok eksperimen. Maksudnya bahwa metode bagian atau keseleruhan sama-sama diberikan pada setiap kelompok kecil dengan tingkat kemampuan tinggi ataupun rendah.

2. Validitas Eksternal

Pengkontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Pengkontrolan tersebut meliputi :

a. Validitas populasi

Bertujuan agar karakteristik sampel dapat mewakili populasi, sampel diambil dengan teknik “Random” (sampel acak).Dikontrol dengan mengambil sampel siswa dengan tingkat belajarnya yang sama; juga harus memberikan hak yang sama kepada setiap sampel dalam penerimaan perlakuan penelitian.

b. Validitas ekologi

Pengontrolan terhadap :

(1) Seluruh program belajar atau latihan disusun dan dijadwalkan dengan jelas, misalnya tidak mengubah jadwal yang telah ditetapkan;

(2) Digunakan satu buah lapangan olahraga yang cukup memadai;

(3) Tidak memberitahukan kepada siswa bahwa mereka sedang dijadikan subyek penelitian untuk menghindari pengaruh reaktif akibat proses penelitian tersebut.

Pengontrolan ini diharapkan, agar penelitian ini benar-benar merupakan akibat pengaruh dari perlakuan penelitian.


(46)

G. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap siswa SMP Negeri 12 Bandung. Penelitian dilaksanakan di lapang bolabasket SMP Negeri 12 Bandung, Waktu penelitian dilaksanakan sekitar 1,5 bulan. Frekuensi pertemuan tiga kali seminggu, jumlah pertemuannya adalah 18 kali, penjelasan tes awal dan tes general motor

abilitysatu kali, tes general motor abilitysatu kali, tes awal satu kali, tes akhir satu

kali, dan jumlah pemberian perlakuan adalah 14 kali. setiap pertemuan perlakuan waktunya adalah 120 menit. Untuk lebih jelasnya mengenai program dan jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penjelasan dan pelaksanaan tes general motor ability

Hari/waktu : Jumat, 25 Oktober 2013/ pukul 13.00 WIB – selesai. Tempat : SMPN 12 Bandung

2. Penjelasan dan Pelaksanaan tes awal keterampilan Lay-up shoot Hari/ waktu : Sabtu,26 Oktober 2013/ pukul 06.30 WIB – Selesai.

Tempat : Lapang Bolabasket SMP Negeri 12 Bandung dan Stadion UPI 3. Pelaksanaan Penelitian (pemberian perlakuan)

Lamanya : 5 minggu (mulai tanggal 1-30 November 2013) Hari/Waktu : Rabu/13.00, jum‟at/13.00 dan Sabtu/jam 06.00 Tempat : Lapangan SMPN 12 Bandung

4. Pelaksanaan tes akhir keterampilan Lay-up shoot

Hari/Waktu : Sabtu, 30 November 2013/ 06.00 WIB - Selesai Tempat : lap. SMPN 12 Bandung


(47)

Tabel 3.3.

Program Pembelajaran Lay-Up Shoot Bolabasket Dengan Metode Bagian Dan Keseluruhan

Metode Belajar Bagian Metode Belajar Keseluruhan

Pertemuan Materi/ Fokus Pembelajaran Pertemuan Materi/ Fokus Pembelajaran

1

2

3 –6

7 – 10

11 – 14

15 – 16

17

- Penjelasan tentang pelaksanaan tes awal keterampilan lay-up shoot dan tes general motor ability - Tes General Motor Ability (untuk

menentukan siswa yang memiliki Motor Ability tinggi dan rendah). - Tes awal (keterampilan lay-up

shoot bolabasket)

- Melakukan latihan footwork (step lay-up), dribble sambil diam,dan bang shoot(dengan posisi tangan snap-up).

- Melakukan footwork (step lay-up) secara bergantian kiri dan kanan, dribble sambil bergerak (jalan), bang shoot bergantian kiri dan kanan.

- Melakukan footwork (step lay-up) menggunakan bola posisi akhir telapak tangan snap-up secara bergantian kiri dan kanan, dribble sambil bergerak (lari).

- Melakukan koordinasi dribble + lay-up shoot

- Tes Akhir (keterampilan lay-up shootbolabasket)

1

2

3 – 5

6 – 8

9 – 11

12 – 14

15 – 16

17

- Penjelasan tentang pelaksanaan tes awal keterampilan lay-up shoot dan tes general motor ability

- Tes General Motor Ability (untuk menentukan siswa yang memiliki Motor Ability tinggi dan rendah). - Tes awal (keterampilan lay-up

shootbolabasket)

- Melakukan latihan lay-up kanan diawali dengan dribbling lurus - Melakukan latihan lay-up kiri

diawali dengan dribbling lurus - Melakukan latihan lay-up kanan

diawali dengan dribbling zig-zag - Melakukan latihan lay-up kiri

diawali dengan dribbling zig-zag - Melakukan menggiring bola

(dribbling) melewati

rintangandengan baik dan benar, diakhiri dengan lay-up kiri dan kanan secara bergantian

- Tes Akhir (keterampilan lay-up shootbolabasket)


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarakan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. metode keseluruhan lebih baik dari metode bagian, terhadap Hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket, secara keseluruhan

2. Terdapat interaksi antara metode mengajar dan motor ability terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket.

3. Pada kelompok siswa yang memiliki motor ability tinggi, hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket kelompok siswa yang diajar menggunakan metode keseluruhan lebih baik daripada kelompok siswa yang diajar menggunakan metode bagian.

4. pada kelompok siswa yang memiliki motor ability rendah, hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket kelompok siswa yang diajar menggunakan metode bagian lebih baik daripada kelompok siswa yang diajar menggunakan metode keseluruhan.

B. Implikasi

Implikasi yang dibahas dan berkaitan dengan penelitian ini, berdampak terhadap teori, dan praktik.

Implikasi terhadap dampak teori. Berdasarkan temuan-temuan penelitian yang sudah dilakukan oleh para pakar di bidang pendidikan jasmani dan olahraga baik internasional maupun nasional sebagian besar menyatakan bahwa untuk mengajarkan suatu keterampilan olahraga seperti bolabasket dan lain sebagainya, pendekatan metode belajar keseluruhan memberikan pengaruh yang positif terhadap motivasi belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam keterampilan olahraga yang bersangkutan dibandingkan dengan pendekatan yang menggunakan metode mengajar bagian.


(2)

Melalui metode belajar keseluruhan siswa diarahkan kepada penyempurnaan penguasaan keterampilan yang didalamnya menggabungkan dua unsur yakni teknik dan keahlian. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode keseluruhan tidak diajarkan secara khusus dalam bagian yang terpisah-pisah, namun sekaligus dalam bentuk keterampilan yang utuh yang mirip dengan permainan yang sebenarnya. Melalui metode ini diharapkan terjadi proses transfer pemahaman dan keterampilan terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket yang sesungguhnya. Apabila dilihat dari langkah-langkah pembelajaran dalam rangka penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran lay-up shoot bolabasket, nampaknya metode keseluruhan lebih memberikan kontribusi yang berarti daripada metode bagian dalam rangka mengembangkan hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket pada siswa SMP.

Dengan demikian implikasi hasil penelitian terhadap dampak teoritis adalah membantu memperkokoh upaya pembangunan kualitas sumber daya manusia, terutama dari kompetensi dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan analisis. Terutama dari segi penguasaan keterampilan dan pemahaman bermain bolabasket sebagai sumber atau media untuk mengembangkan hasil belajar keterampilan siswa.

Implikasi terhadap penerapan praktis. Implikasi hasil penelitian terhadap penerapan praktis. Dengan ditemukannya bahwa (1) Secara keseluruhan metode belajar keseluruhan dan metode belajar bagian memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket, (2) terdapat interaksi antara metode belajar dengan motor ability siswa terhadap hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket, (3) bagi siswa yang memiliki motor ability tinggi lebih baik diajar dengan menggunakan metode keseluruhan, (4) bagi siswa yang memilki motor ability rendah lebih baik diajar dengan menggunakan metode bagian. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka implikasi praktis hasil penelitian ini adalah untuk : (a) mengidentifikasi tingkat motor ability, (b) pengelolaan proses belajar dengan menggunakan metode belajar keseluruhan, (c) pengelolaan proses belajar dengan menggunakan metode belajar bagian, dan (d) mengembangkan metode belajar keseluruhan dan bagian, bersama–sama


(3)

diterapkan dalam proses pembelajaran bolabasket. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga bagi para pihak yang terkait dengan lingkup pendidikan jasmani serta dapat dijadikan bahan masukan dalam strategi belajar mengajar bagi para pelatih, dan guru pendidikan jasmani.

B. SARAN

Dalam rangka membantu peningkatan prestasi dan mengatasi hambatan-hambatan proses pembelajaran olahraga khususnya bolabasket di SMP Negeri 12 Bandung. Dan hasil penelitian yang sudah penulis lakukan, maka penulis ingin mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, agar lebih menekankan mengenai hal-hal yang dapat mendukung terhadap proses pembelajaran mengenai penggunaan metode yang tepat kepada siswa yang salah satunya dengan menggunakan metode bagian dan keseluruhan, supaya proses pembelajaran dapat menghasilkan tujuan pembelajaran yang optimal, baik dari segi prestasi belajar maupun prestasi olahraganya, terutama untuk sekolah yang mempunyai fasilitas lengkap untuk mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Dengan adanya fasilitas, guru dituntut untuk memakai fasilitas tersebut secara optimal sesuai dengan tuntutan yang diberikan.

2. Bagi para guru pendidikan jasmani, agar lebih memperhatikan mengenai pendekatan metode belajar yang digunakan pada saat proses belajar mengajar supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Terkait dengan hasil penelitian ini, disarankan apabila para siswa yang diajar memiliki motor ability tinggi, maka metode belajar yang digunakan adalah metode keseluruhan, sedangkan apabila para siswa yang diajar memiliki motor ability rendah, maka metode pembelajaran yang digunakan adalah metode bagian. Namun apabila, kondisi siswa beragam mengenai tingkat motor ability, keterbatasan waktu dalam PBM maka bisa digunakan metode keseluruhan yang lebih efektif secara keseluruhan. Tetapi akan lebih baik apabila semua itu disesuaikan dengan


(4)

jenis dan tingkat kesukaran dari keterampilan yang akan dipelajari. Catatan bahwa mengajar pendidikan jasmani itu tidak mudah, sehingga siapa saja bisa melakukannya. Atas dasar itulah para guru pendidikan jasmani harus senantiasa meningkatkan keilmuannya di bidang pendidikan jasmani agar kompetensi yang dimiliki terus meningkat dan berkualitas. Bagi para guru yang telah menggunakan metode pembelajaran ini agar tetap mempertahankan dan mensosialisasikannya untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran ke arah yang lebih baik lagi.

3. Bagi siswa, disarankan agar lebih bersemangat lagi dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Selain itu, untuk menunjang hasil belajar keterampilan lay-up shoot bolabasket atau materi lainnya direkomendasikan agar siswa memiliki tingkat motor ability yang baik. Untuk memperoleh tingkat motor ability yang baik, dapat diperoleh dengan cara melakukan aktivitas jasmani atau berolahraga yang teratur dan menerapkan pola hidup sehat.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih mengembangkan penelitian

dengan cakupan yang lebih luas lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk melaksanakan penelitian-penelitian berikutnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Cetakanke XII, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi.(2006). ProsedurPenelitian. Jakarta: PT RinekaCipta.

Dally, Dadang. (2010). Balance Score Card, Suatu Pendekatan dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung :

PT Remaja Rosdakarya

Fuoss, Donald E. (1981) Effective Coaching ; A Psychologycal Approach. Canada: John Wiley Sons Inc.

Harsono. (1988). CoachingdanAspek-aspekPsikologidalam Coaching. Jakarta: C.V.TombakKusuma.

Harsono.(2001). LatihanKondisiFisik. Bandung.

Judith E. Rink. (1993), Teaching Physical Education for Learning. St. Louis, Missouri : Library of Congress Cataloging in Publication Data

Mosby – Year Book, Inc.

Kosasih, Danny.(2008) Fundamental Basketball; First Step To Win, yayasan Pendidikan Nasional Karangturi. Semarang : Karangturi Media

Lutan, Rusli.(1988), Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode.Jakarta : Departemen Pendidikandan Kebudayaan, Dikti.

Mahendra, A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung : FPOK UPI

Magill, Richard A. (1990), Fitness and Sport Medicine ; An Introduction. California : Bull Publishing Company.

Meier, Dave. (2002). Hand Book The Accelerated Learning, Panduan Kreatif dan efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan, New Yorh :

McGraw – Hill Companies, Inc

Metzler, Michael W. (2000). Intructional Models for Physical Education. Massachusetts: Allyn and Bacon.


(6)

Nurhasan. H. Dan Hasanudin. D. (2007). Modul ; Tes dan Pengukuran Keolahragaan, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Bandung Perpustakaan UPI

Nurhasan. H. Dan Hasanudin. D. (2008). Modul ; Mata Kuliah Statistika, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Bandung. Perpustakaan UPI

Oxendine, Joseph B. (1968). Psychology of Motor Learning, New York Appleton: Century – Crofts.

Scmidt, Richard A. (1988). Motor Control and Learning ; A Behavioral Emphasis, Illionis : Human Kinetics Publishers Inc.

Singer, Robert N. (1975). Motor Learning and Human Performance, New York : Macmillan Publishing CO., Inc

Srigijanto, Rismayadi Alen. (2009). Buku Panduan ; Olahraga Bolabasket, C-Tra Arena Basketball School, Bandung. CABS Cikutra.

Sudjana, M.A. (2002). Metode Statistika ;Bidang Pendidikan Olahraga. Tarsito Bandung : PerpustakaanNasional KDT

Suherman, Adang.(2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : CV. Bintang Warli Arta.

Sugiyono. (2010). MetodePenelitianPendidikan KuantitatifKualitatifdan R&D. Bandung: CV.Alfabeta

Suprapto, (2013). Metode Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu Pengetahuan Sosial, Yogyakarta, PT. Buku Seru

Sugiyanto, (1995 ). MetodePenelitianEksperimen

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung:

Verducci, Frank. M. (1989).Measurment Concept in Physical Education.St Louis: The C.V. Mosby Company.


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN LATIHAN LAY UP SHOOT DARI DEPAN ANTARA UNDERHAND LAY UP SHOOT DAN OVERHEAD LAY UP SHOOT DARI DEPAN TERHADAP HASIL TEMBAKAN LAY UP PADA PEMAIN PEMULA PUTRA KU 16

8 33 69

PENGARUH GAWANG MINI TERHADAP HASIL KETERAMPILAN LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET : Study Eksperimen Terhadap Ekstrakulikuler Bolabasket SMAN 1 Cikalong wetan Kabupaten Bandung Barat.

0 1 36

PERBANDINGAN METODE LATIHAN LAY UP SHOOT DENGAN BOUNCE AND SHOOT TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN MENEMBAK LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET.

0 2 15

PERBANDINGAN GAYA MENGAJAR DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL KETERAMPILAN LAY UP SHOOT PADA PERMAINAN BOLABASKET.

1 3 26

PERBANDINGAN URUTAN PEMBELAJARAN LAY UP SHOOT KE BOUNCE AND SHOOT DENGAN BOUNCE AND SHOOT KE LAY UP SHOOT TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN DALAM PERMAINAN BOLA BASKET.

0 3 29

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRITERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET DI SMPN 40 BANDUNG.

0 2 34

PENGARUH METODE MENGAJAR DAN MOTOR ABILITY TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LAY-UP SHOOT BOLABASKET: Study Eksperimen Pada Siswa SMPN 12 Bandung - repository UPI T POR 1103344 Titel

0 0 3

PERBANDINGAN GAYA MENGAJAR DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL KETERAMPILAN LAY UP SHOOT PADA PERMAINAN BOLABASKET - repository UPI S KJR 0901111 Title

0 0 3

this PDF file PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT | Ramadan | Jurnal Pendidikan Edutama 1 PB

0 3 6

MENINGKATKAN KETERAMPILAN LAY UP PERMAIN

0 0 7