PENDAHULUAN Pengelolaan Pendidikan Karakter Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Di SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang.

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Sejak tahun 2010 dengan dikeluarkannnya program Kementerian
Pendidikan Nasional 2010-2014 penyelenggara pendidikan baik sekolah
negeri maupun swasta, menyelenggarakan Pendidikan Karakter. Pendidikan
ini berkembang karena para pakar pendidikan di Indonesia mengakui bahwa
sistem pendidikan yang telah ada, khususnya dalam bidang kepribadian
(karakter) telah gagal dilakukan. Gagalnya pendidikan di Indonesia
menghasilkan manusia yang kurang berkarakter masih bisa diperdebatkan.
Tetapi kegagalan ini setidaknya diperkuat oleh pendapat I Ketut Sumarta,
seorang yang telah lama bergelut dalam dunia pendidikan. Dalam bukunya
yang berjudul Pendidikan yang Memekarkan Rasa, ia mengatakan:
“Pendidikan nasional kita cenderung hanya menonjolkan pembentukan
kecerdasan berpikir dan menepikan penempatan kecerdasan rasa,
kecerdasan budi, bahkan kecerdasan batin. Dari sini lahirlah manusia
manusia yang berotak pintar, manusia berprestasi secara kuantitatif
akademik, namun tiada berkecerdasan budi sekaligus sangat

berkegantungan, tidak merdeka mandiri” (Supriadi, 2009: 1).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa telah terjadi ketidakpuasan
atau cenderung terjadinya kegagalan dalam dunia pendidikan dalam rangka
membentuk manusia dewasa dan berwatak mandiri. Kegagalan membentuk
manusia dewasa dan berwatak mandiri ini kemudian diatasi atau diperkecil
dengan melakukan program pendidikan karakter. Kurang berhasilnya system
pendidikan membentuk sumber daya manusia dengan karakter yang tangguh,
1

2

berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri, terjadi
hampir di semua lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta. Lebih jauh
upaya nation character building sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia terkesan tidak berjalan seperti yang diinginkan (Supriadi, 2009: 1).
Koesoema (dalam Santosa, 2008: 663) mengatakan bahwa karakter
merupakan struktur antropologis manusia. Memudarnya karakter manusia di
Indonesia ditunjukkan oleh meningkatnya „kesenangan dari sebagian
warganya terlibat dalam kegiatan atau aksi-aksi yang berdampak merusak atau
menghancurkan diri bangsa kita sendiri (act of self distruction) (Astuti, 2010:

2). Pendidikan karakter adalah pendidikan tentang kebaikan, bermoral, tidak
menyengsarakan orang lain. Secara kognitif aspek pendidikan karakter
terkuasi, secara afektif memberi makna bagi tumbuhnya perasaan kebaikan
bagi diri dan orang lain, terwujud dalam perilakunya (Hamidah, 2010: 1).
Pendidikan karakter akan memberikan bantuan sosial agar individu
dapat tumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan
orang lain di dunia. Pendidikan karakter di Indonesia telah lama berakar dalam
tradisi pendidikan. Ki Hadjar Dewantara, Soekarno, Hatta dll, telah mencoba
menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian
dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasinya
Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa
dimaklumi. Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak
yang menyebut, pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau

3

sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental
dan moralnya lemah. Banyak pakar bidang moral dan agama yang sehari-hari
mengajar tentang kebaikan, tetapi perilakunya tidak sejalan dengan ilmu yang

diajarkannya. Sejak kecil, anak-anak diajarkan menghafal tentang bagusnya
sikap jujur, berani, kerja keras, kebersihan, dan jahatnya kecurangan. Tapi,
nilai-nilai kebaikan itu diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan di atas
kertas dan dihafal sebagai bahan yang wajib dipelajari, karena diduga akan
keluar dalam kertas soal ujian (Husaini, 2007: 1).
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan
secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas
emosinya (Sanyoto, 2011: 1). Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting
dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan
lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis termasuk dalam bidang
akhlak atau sikap yang dimilikinya.
Dasar pendidikan karakter, sebaiknya diterapkan sejak usia kanakkanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden
age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar
50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4


4

tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya
pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya
pendidikan karakter diberikan baik di lingkungan keluarga maupun di
lingkungan sekolah.
Salah satu dampak dari pendidikan karakter bagi anak adalah
pembentukan sikap yang positif dalam artian anak memiliki akhlakul karimah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Marvin Berkowitz
dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi
siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang
menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif
terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis
pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik
(Sanyoto, 2011: 2).
Dasar pembentukan karakter adalah nilai baik atau buruk. Karakter
manusia merupakan hasil tarik-menarik antara nilai baik dalam bentuk energi
positif dan nilai buruk dalam bentuk energi negatif. Energi positif itu berupa
nilai-nilai etis religius yang bersumber dari keyakinan kepada Tuhan,
sedangkan energi negatif itu berupa nilai-nilai yang a-moral yang bersumber

dari taghut (Setan). Energi positif tersebut dalam perspektif individu akan
melahirkan orang yang berkarakter, yaitu orang yang bertaqwa, memiliki
integritas (nafs al-mutmainnah) dan beramal saleh. Aktualisasi orang yang
berkualitas ini dalam hidup dan bekerja akan melahirkan akhlak budi pekerti
yang luhur karena memiliki personality (integritas, komitmen dan dedikasi),

5

capacity (kecakapan) dan competency yang bagus pula (professional)
(Tubroni, 2011: 1).
Perbaikan akhlak merupakan suatu misi yang paling utama yang
harus dilakukan oleh guru kepada anak didik, strategi merupakan komponen
yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, terlebih terkait erat dengan
proses pembinaan akhlakul karimah siswa. Strategi guru pendidikan agama
islam dalam pembinaan akhlakul karimah siswa pada dasarnya nantinya juga
sangat mempengaruhi tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai akhlak
itu sendiri, terlebih apabila pengaruh terhadap tingkat kesadaran siswa dalam
mengamalkan nilai-nilai luhur, baik yang ada dalam lembaga atau diluar
lembaga, baik yang bersifat formal atau non formal (Khomariyah, 2010: 2324). Dengan memberikan pendidikan karakter nilai-nilai akhlak tersebut dapat
dicapai.

SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang mengelola pendidikan
karakter dengan baik melalui pengintegrasian materi pendidikan karakter
dalam beberapa mata pelajaran. Dengan pemberian pendidikan karakter
tersebut siswa SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang memilikiakhlak luhur,
dalam kegiatan pendidikannya siswa dikenalkan akan nilai-nilai keagamaan.
Tidak jarang siswa SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang memiliki prestasi
dalam bidang keagamaan. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian mengenai pengelolaan pendidikan karakter dalam membentuk
akhlak siswa di SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang.

6

B. Fokus Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah penelitian di atas, maka fokus
penelitian ini adalah, “Bagaimana pengelolaan pendidikan karakter dalam
membentuk akhlak siswa di SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang?”.
Adapun Subfokus penelitian ini terbagi menjadi tiga.
1. Bagaimana karakteristik nilai pendidikan karakter dalam membentuk
akhlakul karimah siswa di SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang?
2. Bagaimana karakteristik aktivitas guru pendidikan karakter dalam

membentuk akhlakul karimah siswa di SDIT Al Muhajirin Sawangan
Magelang?
3. Bagaimana karakteristik aktivitas siswa pendidikan karakter dalam
membentuk akhlakul karimah siswa di SDIT Al Muhajirin Sawangan
Magelang?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah.
1. Untuk mendeskripsikan karakteristik nilai pendidikan karakter dalam
membentuk akhlakul karimah siswa di SDIT Al Muhajirin Sawangan
Magelang.
2. Untuk mendeskripsikan karakteristik aktivitas guru pendidikan karakter
dalam membentuk akhlakul karimah siswa di SDIT Al Muhajirin
Sawangan Magelang.

7

3. Untuk mendeskripsikan karakteristik aktivitas siswa pendidikan karakter
dalam membentuk akhlakul karimah siswa di SDIT Al Muhajirin
Sawangan Magelang.


D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, secara teoritis untuk menambah wawasan
keilmuan dan pengetahuan kongkrit tentang pendidikan karakter dalam
membentuk akhlakul karimah siswa. Secara praktis dapat memberikan
kontribusi pemikiran bagi lembaga pendidikan untuk mengembangkan diri
menjadi sebuah pendidikan unggulan, dan bagi masyarakat dapat menjadi
sumbangan pemikiran dalam masalah pendidikan akademik dan akhlak bagi
siswa.

E. Daftar Istilah
1. Karakter
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat
2. Pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan
nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka


8

memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilainilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan
warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.
3. Akhlakul Karimah
Akhlakul Karimah siswa adalah segala budi pekerti baik yang
ditimbulkan siswa tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan yang mana
sifat itu menjadi budi pekerti yang utama dan dapat meningkatkan harkat
dan martabat siswa.
4. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas, dan berguna bagi manusia.