Peranan Pembimbing Rohani Islami dalam membina akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta

(1)

PERANAN PEMBIMBING ROHANI ISLAM DALAM

MEMBINA AKHLAKUL KARIMAH DI PANTI

SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Sri Hesti Hardiyati

NIM. 109052000005

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Desember 2013

Sri Hesti Hardiyati


(4)

(5)

iv ABSTRAK

Sri Hesti Hardiyati 109052000005

Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta

Pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan sebaliknya. Pembinaan akhlakul karimah atau perbuatan mulia menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Pembinaan akhlakul karimah tidak bisa diabaikan begitu saja karena bagaimanapun pembinaan akhlakul karimah harus dilakukan sedini mungkin. Seorang pembimbing dalam menjalankan tugasnya harus mampu melakukan peranan yang berbeda-beda sesuai situasi dan kondisi yang dialami para remaja saat ini. Pembinaan akhlakul karimah yang dilakukan oleh pembimbing di Panti Sosial Bina Remaja bertujuan agar mereka terbiasa untuk berbuat baik dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Teori yang digunakann adalah teori peranan yaitu seperangkat harapan yang dikenalkan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma didalam masyarakat.

` Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research). Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah peranan pembimbing dalam membina akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja serta yang menjadi subjeknya adalah 1 orang pembimbing rohani islam dan 3 orang masyarakat di sekitar PSBR dan 3 orang siswa di PSBR.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tugas pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus adalah sesuai dengan harapan masyarakat di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta.

Kata kunci: Pembimbing Rohani Islam, Akhlakul Karimah, Masyarakat.


(6)

v



  

(In the name of Allah, the Beneficent the Merciful)

Puji dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu

wata’ala karena atas kuasanyalah penulis skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi yang berjudul “Peranan Pembimbing Rohani Islam dalam Membina Akhlaqul Karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus

Jakarta”. Ini disusun untuk menempuh sidang akhir sarjana pada Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya kepada :

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan beserta jajaran di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

4. Nurul Hidayati, M.Pd, selaku pembimbing skripsi, yang sabar telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya dengan penuh kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.


(7)

vi

5. Seluruh Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta yang senantiasa tulus memberikan banyak ilmunya kepada penulis.

6. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi yang telah membantu dalam mendapatkan sumber penulisan skripsi ini. 7. Ketua Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, serta segenap Pengurus Panti Sosial dan pihak-pihak yang membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

8. Teristimewa, kedua orang tua yang penulis cintai Bapak Nursadmudin selaku Ayahanda dan Ibu Misni selaku Ibunda serta adinda Sri Mulyani Widyawati yang selalu memberikan kasih sayang, support dan doa tiada henti.

9. Semua teman-teman BPI, khususnya BPI 2009 dan teman-teman di kosan ibu nainggolan, terimakasih untuk support dan motivasinya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah memberkahi mereka semua. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, Desember 2013

,

Sri Hesti Hardiyati


(8)

vii

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GRAFIK ...x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

D. Metodologi Penelitian ...7

E. Sistematika Penulisan ...11

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori Peranan Pengertian Peranan ...13

B. Bimbingan 1. Pengertian Bimbingan ...14


(9)

viii

3. Fungsi Bimbingan ...17

4. Bimbingan Pada Remaja ...18

5. Metode Bimbingan ...19

C. Syarat Kepribadian Seorang Pembimbing ...20

D. Keterampilan Yang Dimiliki Pembimbing ...23

E. Masyarakat ...24

F. Akhlakul Karimah ...24

1. Definisi Akhlakul Karimah ...24

2. Macam-Macam Akhlakul Karimah ...27

G. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Akhlak ...29

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS JAKARTA A. Latar Belakang ...32

B. Sejarah Berdirinya ...33

C. Dasar Hukum, Visi, Misi, Fungsi dan Tugas ...34

D. Strategi Pelayanan ...36

E. Prinsip Dasar Pelayanan Sosial ...36

F. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan ...37

G. Alur ...38

H. Program, Sarana dan Prasarana Panti Sosial ...38


(10)

ix

A. Tugas Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah remaja Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta ...42 B. Harapan Masyarakat Tentang Tugas Pembimbing Rohani Islam

Dalam Membina Akhlakul Karimah Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta ...47 C. Kesesuaian Antara Tugas Pembimbing Rohani Islam Dengan

Harapan Masyarakat ...49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...52 B. Saran ...53

DAFTAR PUSTAKA ...53


(11)

x

DAFTAR GRAFIK

1. Tabel 1. Alur ...38 2. Tabel 2. Struktur Organisasi PSBR ...40 3. Tabel 3. Data pegawai PSBR berdasarkan Jenis Kelamin ...40 4. Tabel 4. Data Pegawai PSBR Berdasarkan Riwayat Pendidikan....41


(12)

xi

Lampiran 1. Daftar Wawancara dengan Pembimbing PSBR Lampiran 2. Daftar Wawancara dengan Masyarakat

Lampiran 3. Daftar Wawancara dengan Siswa PSBR Lampiran 4. Tabel Kata Kunci Jawaban

Lampiran 5. Surat Keterangan Pembimbing Lampiran 6. Surat Keterangan Izin Penelitian


(13)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bimbingan merupakan proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-piihan, rencana dan interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan baik.

Hakikat bimbingan itu pada dasarnya merupakan suatu proses usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain (siapa saja) dalam segala usia, yang dilakukan secara terus menerus (berkesinambungan) yang mana orang itu mengalami kesulitan atau hambatan dalam hidupnya (secara psikis), sehingga dengan bantuan atau pertolongan itu orang yang diberikan bantuan (terbimbing) dapat mengarahkan dirinya, mampu menerima dirinya, dapat mengembangkan potensinya untuk kebahagiaan dan kemanfaatan dirinya dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa hal yang prinsipal dalam bimbingan ialah pemberian bantuan atau pertolongan yang dilakukan secara terus-menerus kepada siapa saja. Karena, sesungguhnya hampir tidak ada seseorang yang secara utuh dan menyeluruh memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya dengan optimal tanpa adanya bantuan dan pertolongan dari orang lain. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir


(14)

hayatnya setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan bantuan, supaya potensi (fitrah) yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.1

Pada dasarnya manusia memiliki potensi baik dan buruk, sebagaimana dalam al-qur’an :







Artinya : “Maka dan Kami telah menunjukkan kepadanya

(manusia) dua jalan mendaki (baik dan buruk)” (al-Quran surat al-Balad : 10).

Kata akhlakul karimah berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti mulia atau tingkah laku mulia. Dalam al-munjid kata akhlak adalah

kata jamak yang berarti “budi pekerti, perangai, tingkah laku”. Dan akhlakul karimah berarti “akhlak muliaatau tingkah laku mulia”. Di dalam al-mujam al-wasit disebutkan akhlak adalah sifat yang tertanam didalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan.2

Pada hakikatnya akhlak merupakan suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian manusia hingga timbul berbagai perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan

1

Drs. M. lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2008), h.8

2

Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa (Jakarta: UIN JakartaPress, 2009), h.7


(15)

3

tanpa memerlukan pikiran. Pada dasarnya Islam mengajarkan bahwa manusia adalah mahluk yang baik. Fitrah menghasilkan penilaian yang positif dan pandangan yang optimis tentang manusia.

Kesadaran moral atau perasaan berakhlak ini timbul dari hati. Sebenarnya tidaklah dapat dikatakan bahwa manusia secara otomatis akan berkembang kearah kesadaran moral. Manusia itu bisa membelok-belokkan hidupnya kemana saja. Macam-macam masalah yang dapat membelokkan dari kesadaran moralnya. Manusia itu agar menjadi manusia sebagaimana seharusnya, harus berjuang. Kesadaran moral harus dibangun dan terus dibangun, hal ini bukanlah hanya soal pengertian, ia soal praktik. Moral harus diajarkan dengan menjalankan. Anak-anak harus disadarkan tentang baik dan buruk, harus dipimpin menuju ke sana. Disamping itu harus diberi contoh kongkret tentang perbuatan baik.3

Dalam Islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang sebagai contoh yang pas dan benar ialah Rasulullah SAW. Beliau memiliki akhlak yang sangat mulia, agung dan teguh. Akhlak dalam ajaran Islam sangan rinci, berwawasan multi dimensional bagi kehidupan, sistematis dan beralasan realistis. Akhlak Islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang

3

Drs.Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, cet.ke-1.1994), h.43


(16)

diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara Islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja. 4

Orang yang berakhlak baik melambangkan kesehatan hati dan jiwanya. Akhlak dilihat dari spontanitas tingkah laku yang baik. Kesehatan jiwa memunculkan suasana baru yang ceria, sehingga manusia tidak saja mampu menikmati batas keindahan alam semesta tapi alam malakut. Kalau segala penyakit hati musnah dan jiwa menjadi bersih dan suci, pasti akan ditampakkan kekuasaan Allah (Qudratullah), bahkan jika jiwa dengan Allah tidak ada jarak lagi pasti Allah SWT dapat disaksikan (al-Ghazali, 2005:09).5

Membina akhlak remaja merupakan kewajiban semua pihak, bermula dari ibu bapak, pendidik, masyarakat, pemimpin dan yang lebih penting adalah diri itu sendiri, oleh karena itu adanya bimbingan rohani begitu membantu dalam membentuk akhlakul karimah pada diri mereka.

Tidak semua anak mendapatkan keberuntungan berada di tengah-tengah keluarga harmonis serta memiliki kecukupan baik dari segi moril maupun materil, namun banyak juga anak-anak yang kurang beruntung sehingga ia harus belajar bagaimana caranya untuk hidup dan berusaha menghidupkan dirinya sendiri.

Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur dapat membantu anak putus sekolah dalam memberikan pendidikan umum

4

H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, cet.ke-1 1997) h. 153. 5


(17)

5

maupun keterampilan. Di samping itu mereka yang sudah berada dalam Panti dididik sebaik mungkin oleh pembimbing serta pihak-pihak yang bersangkutan sehingga mereka dapat menjadi anak yang mandiri dan berakhlak.

Untuk itulah maka dalam penyusunan Skripsi ini penulis mengambil judul “PERANAN PEMBIMBING ROHANI ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAKUL KARIMAH DI PANTI SOSIAL

BINA REMAJA BAMBU APUS JAKARTA TIMUR”.

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Peranan pembimbing rohani dalam membina Akhlakul Karimah terhadap remaja putus sekolah yang telah diasuh oleh Panti Sosial sangatlah penting, guna memberikan tuntunan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sehingga mereka menjadi remaja yang lebih baik dan berakhlak mulia.

Agar lebih memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga sampai pada tujuannya, maka penulis membatasi penelitian ini pada Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah mengenai peranan pembimbing rohani Islam dalam membina Akhlakul Karimah remaja Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur, sebagai berikut:


(18)

a. Bagaimana tugas pembimbing rohani Islam dalam membina akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur?

b. Apa harapan masyarakat tentang pembinaan akhlakul karimah ? c. Apakah terdapat kesesuaian antara tugas pembimbing rohani Islam

dengan harapan masyarakat ?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui tugas pembimbing rohani Islam dalam membina akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur.

b. Untuk mengetahui harapan masyarakat tentang pembinaan akhlakul karimah.

c. Untuk mengetahui apakah terdapat kesesuaian antara tugas pembimbing rohani Islam dengan harapan masyarakat.

2. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

Sebagai sebuah wacana dalam rangka meningkatkan pengetahuan, wawasan dan informasi bagi penulis, khususnya tentang peranan pembimbing rohani dalam membina akhlakul karimah serta untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi, khususnya bagi pihak Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus dalam membina Akhlakul Karimah serta dijadikan sebagai rujukan untuk pembinaan Akhlakul Karimah terhadap remaja binaan panti sosial.


(19)

7

D.Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dimana peneliti mengumpulkan data yang tepat untuk diteliti. Dalam hal ini mengenai peranan pembimbing rohani dalam membina Akhlakul Karimah remaja warga binaan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu peneitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua minggu terhitung mulai tanggal 21 agustus 2013 sampai tanggal 31 oktober 2013.

Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Panti Sosial Bina Remaja yang beralamat di Jalan Panti Sosial (PPA) No. 1 RT. 06 RW. 01 Kel. Bambu Apus, Kec. Cipayung – Jakarta Timur.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian adalah 1 orang pembimbing rohani Islam 3 orang masyarakat di sekitar panti dan 3 siswa didik di PSBR. Sedangkan yang menjadi objek pada penelitian ini adalah peranan pembimbing dalam

6

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007) cet,ke-8, h.4


(20)

membina akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah: a. Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Yang direncanakan secara serius, memiliki kaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian serta dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.7

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data-data tertulis yang terdapat di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, dengan masalah yang diteliti dan dokumen lainnya yang

7

Prof. Dr. H. M Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


(21)

9

mendukung. Dokumentasi inipun disertakan sebagai pelengkap untuk memperoleh identitas data siswa dan data Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur.

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.8

6. Sumber Data

Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data konkrit, dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.9 Untuk menetapkan sumber data, penulis mengklasifikasi berdasarkan jenis data yang dibutuhkan (dikumpulkan). Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber asli atau sumber pertama melalui observasi atau pengamatan langsung, artinya peneliti berperan serta sebagai pengamat dan wawancara langsung dan mendalam kepada responden. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini melalui pengamatan dan wawancara dengan pembimbing, ,asyarakat sekitar panti dan beberapa peserta didik.

8

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2011), h.326

9

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LPSS,1998), Cet. Ke-1, hal.29.


(22)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari melalui sumber-sumber informasi tidak langsung, seperti catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer agar mendapatkan data yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

7. Instrumen dan Alat Bantu Penelitian

Dalam penelitian kualitatif (naturalistik) maka instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, peneliti bukan sebagai objek penelitian karena peneliti yang melakukan penelitian itu sendiri, peneliti yang melakukan semua proses peneitian seperti wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Alat bantu penelitian menggunakan catatan lapangan, kamera digital dan pedoman wawancara.

8. Teknik Analisis Data

Analisa data kualitatif berawal dari mengumpulkan data atau

informasi hasil wawancara atau observasi, selanjutnya “mengolahnya” dan

akhirnya adalah menarik makna dari balik kumpulan data tersebut sebagai kesimpulan yang berupa konsep.10 Dengan ungkapan lain menganalisis data pada hakekatnya adalah pemberitahuan peneliti kepada pembaca tentang apa saja yang dilakukan terhadap data yang sedang dan telah dikumpulkan, sebagai cara yang nantinya bisa memudahkan peneliti dalam

10

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan


(23)

11

memberi penjelasan dari interpretasi dari responden dengan tujuan akhir menarik kesimpulan.11

E.Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah cetakan II, April 2007.

Selanjutnya, untuk mempermudah penulisan dan memahami isi skripsi ini, penulis membagi atas lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, serta Sistematika Penulisan

Bab II: Landasan teori; terdiri dari Pengertian Peranan, Pengertian Bimbingan, Syarat Kepribadian Seorang Pembimbing, Pengertian Akhlak, serta Macam-macam Akhlakul Karimah

Bab III: Gambaran Umum Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur: Terdiri dari Latar Belakang Berdirinya, Dasar Hukum, Visi Misi, Fungsi dan Tugas, Strategi Pelayanan, Prinsip Dasar Pelayanan Sosial, Sasaran dan Jangka Waktu

11

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan


(24)

Pelayanan, Program-Program, Sarana dan Prasarana, Struktur Organisasi

Bab IV: Temuan Lapangan dan Analisis Data: Tugas Pembimbing Rohani Islam dalam Membina Akhlakul Karimah Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, Harapan Masyarakat Tentang Tugas Seorang Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah Menurut Warga Binaan Panti, Kesesuaian Peranan Pembimbing Dalam Membina Akhlakul Karimah Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Dengan Harapan Masyarakat

Bab V: Penutup yang terdiri dari atas kesimpulan dan saran terhadap pembahasan sebelumnya.


(25)

13

BAB II

LANDASAN TEORI A. Peranan

Setiap manusia mempunyai peran dalam kehidupannya. Dan berbeda perannya tergantung dengan kedudukan dalam masyarakatnya masing-masing.

Dalam kamus bahasa Indonesia peranan kata dasarnya adalah

“peran” yang berarti tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.1 Dalam kamus ilmiah popular, peranan diartikan fungsi, kedudukan, bagian dari kedudukan.2

David Berry mendefinisikan “peranan” sebagai seperangkat

harapan yang dikenalkan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat.3

Dengan artian bahwa kita diharuskan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan di berbagai peranan-peranan lainnya.

Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya juga mengemukakan hal yang sama bahwa harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang

1

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet.II, h.854 2

Pius.A.Pratanto dan M.Dahlan AL Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola), h. 585

3

David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1955), Cet ke-3, h.99


(26)

lain pada umumnya tentang perilaku-perilaku yang pantas, yang seyogyanya ditemukan seseorang yang mempunyai peran tertentu.4

Peran sangat penting karena dapat mengatur keperilakuan seseorang, di samping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang

–orang sekelompoknya.5

Dari beberapa definisi diatas, dapat difahami bahwa peran merupakan suatu pengharapan yang diharapkan ada pada individu yang menduduki posisi tertentu yang nantinya akan mengimbangi aturan-aturan dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.

B. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari

guidance” berasal dari kata guide yang memiliki arti membimbing, menuntun, menunjukan, mengarahkan, memandu, dan mengelola.

Para ahli memberikan pengertian berbeda sesuai dengan pola pandang masing-masing. Untuk mendapat pengertian yang lebih jelas berikut ini penulis mengutip beberapa definisi:

Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing, yang dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang

4

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1988.) Cet ke 4, h 235

5

J. dwi narwoko, Bagong suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta: Kencana, 2007) Cet III, h. 159


(27)

15

dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normative agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.6

Sedangkan menurut Smith dalam McDaniel 1959, bimbingan merupakan proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.7

Selanjutnya menurut Stopps bimbingan adalah suatu proses yang teru menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.8

Dari beberapa pendapat di atas dapat difahami bahwa proses bantuan yang terus menerus terhadap individu baik anak, remaja, maupun orang dewasa agar mereka mampu mengembangkan dirinya sendiri dan bersikap mandiri dengan potensi yang dimilikinya dengan sarana-sarana yang mendukung. Bimbingan adalah bantuan atau tuntunan yang mengandung pengertian bahwa pembimbing memberikan bantuan kepada yang dibimbingnya serta membantu mengarahkan kepada yang

6

Dra. Hallen A, M.Pd., Bmbingan dan Konseling (Jakarta: Quantum Teaching, 2002), Cet I, h. 3

7

Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed., Drs. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan

Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008) Cet II, h. 94

8

Drs. H.M.Umar, Drs. Sartono, Bimbingan danPenyuluhan : Untuk Fakultas Tarbiyah


(28)

dibimbingnya agar si terbimbing mampu mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya secara optimal agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan usaha yang maksimal.

2. Tujuan Bimbingan

Tujuan dari bimbingan adalah agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.9

Sebagai manusia yang normal pastilah dalam diri setiap individu terdapat hal-hal yang positif dan negatif, pribadi yang sehat ialah bagaimana ia bisa menerima kekurangan serta kelebihan dirinya sendiri sebagaimana adanya.

Sedangkan tujuan bimbingan menurut Prayitno adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.10

Adapun tujuan dari bimbingan menurut Ainur Rahim Faqih adalah memenberikan dorongan di dalam pengarahan diri.

a. Membantu mengembangkan pemahaman tentang apa yang harus difahami.

b. Membantu proses sosialisasi.

9

Dra. Hallen A, M.Pd., Bmbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet I, h. 57

10

Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed., Drs. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan


(29)

17

c. Membantu memahami tigkah laku manusia.

d. Membantu memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimal.

e. Membantu untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.11

Selanjutnya tujuan bimbingan terkait dengan aspek pribadi-sosial individu yakni memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya, serta memiliki rasa tangung jawab dan mampu untuk mengambil keputusan secara efektif.12

3. Fungsi Bimbingan

Adapun fungsi bimbingan menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Menyalurkan ialah membantu siswa mendapatkan lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya, fungsi pemahaman yaitu yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik meliputi pemahaman tentang diri dan lingkungan.

b. Fungsi pencegahan yaitu yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin

11

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta:UII Press, 2001), Cet II, h. 54

12

Dr. Syamsu Yusuf, LN dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan


(30)

timbul yang akan mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. c. Fungsi pengentasan yaitu membantu memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya, maupun bentuknya.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya beberapa potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.

e. Fungsi advokasi yang akan menghasilkan pembelaan (advokasi) terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.13

4. Bimbingan Pada Remaja

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan kepribadian yang signifikan sehingga berdampak pada perubahan emosional yang besar. Periode yang berlangsung antara usia 12-18 ini sering disebut masa yang bergejolak.

Dalam aspek kognitif, remaja juga mengalami peningkatan dalam pemahaman mereka tentang dunianya. Berdasarkan teori Piaget, remaja telah berada pada tahapan formal operation dan telah mengembangkan pola-pola berpikir formal yang menyeluruh. Remaja memiliki keinginan yang

13

Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Cet I, h.45


(31)

19

kuat untuk mulai mandiri, tidak terikat pada orang tua, tetapi juga masih merasa bingung dalam menghadapi dunia barunya ini. 14

5. Metode Bimbingan

Ada beberapa metode yang lazim dipakai dalam bimbingan, berikut ini pembahasannya: 15

a. Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.

b. Group guidance (bimbingan secara berkelompok) merupakan cara pengungkapan jiwa/batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar, symposium, atau dinamika kelompok (group dynamics).

c. Metode non-direktif (cara yang tidak mengarahkan) anak bimbing diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan segala uneg-uneg (tekanan batin) yang disadari menjadi hambatan jiwanya, pembimbing bersikap memperhatikan dan mendengarkan serta mencatat poin-poin penting yang dianggap rawan unruk diberi bantuan. Pada akhirnya pembimbing memberikan patunjuk-petunjuk tentang usaha apa sajakah yang baik bagi klien dengan cara yang tidak bernada imperatif (wajib). Akan tetapi hanya berupa anjuran-anjuran yang tidak mengikat.

14

Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: UI, 2005), h,168 15

Prof. H. M. Arifin. M.Ed., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Prss, 1992), Cet III, h.40-45


(32)

d. Metode psikoanalitis, metode ini berasal dari teori psiko-analise Freud yang dipergunakan untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan terutama perasaan yang sudah tidak lagi disadari. Menganalisa gejala tingkah laku baik melalui mimpi ataupun melalui tingkah laku yang serba salah, dengan menitik beratkan pada perhatian atas hal-hal apa sajakah perbuatan salah itu terjadi berulang-ulang

e. Metode direktif (metode yang bersifat mengarahkan) berusaha mengatasi kesulitan (problema) yang dihadapi anak bimbing dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi/dialami anak bimbing.

C. Syarat Kepribadian Seorang Pembimbing

Menurut Prof. H.M Arifin, M.Ed., beberapa persyaratan mental personality yang harus dimiliki seorang konselor agama adalah sebagai berikut:

1. Meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati, dan mengamalkan karena ia menjadi pembawa norma agama yang konsekuen, serta menjadikan dirinya idola sebagai muslim sejati, baik lahir maupun batin dikalangan anak bimbingnya.

2. Memiliki sikap dan kepribadian menarik, terutama terhadap anak bimbingnya, dan juga terhadap orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya.

3. Memiliki rasa tanggung jawab, berbakti tinggi dan loyalitas terhadap tugas pekerjaannya secara konsisten di tengah-tengah pergolakan masyarakat.


(33)

21

4. Memiliki kematangan jiwa dalam bertindak menghadapi permasalahan yang memerlukan pemecahan.

5. Mampu mengadakan komunikasi timbal balik terhadap anak bimbing dan lingkungan sekitarnya.

6. Mempunyai sikap dan perasaan terikat terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang harus ditegakkan, terutama dikalangan anak bimbingnya sendiri. Hakikat dan martabat kemanusiaan harus dijunjung tinggi di kalangan mereka.

7. Mempunyai keyakinan bahwa anak bimbing memiliki kemampuan dasar yang baik dan dapat dibimbing menuju kearah perkembangan yang optimal.

8. Memiliki rasa cinta yang mendalam, dan meluas kepada anak bimbingnya.pembimbing selalu siap menolong memecahkan berbagai kesulitan yang dialami oleh anak bimbingnya.

9. Memliki ketangguhan, kesabaran, serta keuletan dalam melaksanakan tugas kewajibannya.

10. Memiliki sikap yang tanggap dan peka terhadap kebutuhan anak bimbing.

11. Memiliki watak dan kepribadian yang familiar, sehingga yang berada disekitar senang bergaul dengannya.

12. Memiliki jiwa yang progresif dalam karirnya dengan selalu meningkatkan kemampuannya memalui belajar tentang pengetahuan yang ada hubungannya dengan tugasnya.


(34)

14. Memiliki kemampuan teknis termasuk metode tentang bimbingan dan penyuluhan serta mampu menerapkan dalam tugas.16

Sedangkan menurut Bimo Walgito, syarat-syarat seorang pembimbing adalah sebagai berikut:

1. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik dari segi teori maupun praktik.

2. Dalam segi psikologis seorang pembimbing akan dapat mengambil tindakan yang bijaksana, yaitu adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikologisnya terutama dalam segi emosi.

3. Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya.

4. Seorang pembimbing harus mempunyai sikap kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap anak bimbing atau individu yang dihadapinya.

5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang cukup baik, sehingga dengan demikian dapat diharapkan adanya kemajuan di dalam usaha bimbingan dan penyuluhan ke arah yang lebih sempurna. 6. Seorang pembimbing harus bersifat supel, ramah-tamah, sopan santun

dalam bersikap dan berperilaku sehingga seorang pembimbing akan mendapatkan kawan yang sanggup bekerja sama memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.

7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-psinsip serta kode etik bimbingan dan penyuluhan dengan sebaik-baiknya.17

16

Prof. H. M. Arifin. M.Ed., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Prss, 1992), Cet III, h.29-30


(35)

23

Dari berbagai persyaratan yang dijelaskan tersebut kita mengetahui apa saja syarat yang semestinya ada pada diri seorang pembimbing. Yang mana segala sikap dan tingkah laku dirinya akan dicontoh oleh anak bimbingnya.

D. Keterampilan yang Dimiliki Pembimbing

Adapun keterampilan yang perlu dimiliki seorang pembimbing adalah keterampilan komunikasi, yaitu mendengarkan dan memerhatikan. Disamping itu, juga kemampuan untuk menyelenggarakan konseling, mengolah data individu, melakukan wawancara, dan menggunakan sumber-sumber yang terdapat disekolah dan masyarakat (Jumhur & Surya, 1975)

Seorang pembimbing atau konselor perlu memperhatikan serta menguasai beberapa hal berikut ini:18

1. Keterampilan mikro, meliputi squarely (jujur, face to face), open (terbuka), lean (jarak konselor-klien tidak boleh terlalu dekat atau terlalu jauh), eye contact (saling melihat), rileks. Dengan demikian, konselor harus jujur, terbuka, menatap klien untuk mengobservasi ekspresi yang diungkap lewat masalah klien, tidak tegang dan tidak terbawa masalah.

2. Keterampilan non verbal (Johana,2000), artinya konselor harus dapat menangkap arti reaksi ekspresi wajah, mimic, gerakan

17

Dr. Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993) Cet IV, hlm 30-31.

18Elfi Mu’awanah, S.Ag., M.Pd. dan

Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si., Psi. Bimbingan


(36)

mata, tubuh, tangan, untuk kemudian dapat melihat secara jelas esensi masalah yang tengah terjadi.

3. Keterampilan bersama klien secara emosional.

E. Masyaraakat

Masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu tempat atau wilayah dengan ikatan aturan tertentu.19

Menurut Peter L. Berger masyarakat adalah keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Pengertian keseluruhan kompleks dalam definisi tersebut berarti bahwa kseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membenuk suatu kesatuan.20

F. Akhlakul Karimah

1. Definisi Akhlakul Karimah

Islam menempatkan akhlak pada posisi penting yang harus dipegang teguh oleh para pemeluknya. Bahkan, tiap aspek dari ajaran agama islam selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah).

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.21

19

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.924 20

Janu Murdiyatmoko, Sosoilogi Mengkaji dan Memahami Masyarakat (Bandung: Gafindo Media Pratama, 2007) ,h.18

21

Drs. Asmaran As., M.A., Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), Cet II, h.2


(37)

25

Baik kata akhlak atau khulk keduanya dijumpai pemakaiannya dalam al-Quran, sebagai berikut:





“Dan Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi

pekerti yang agung”. (QS.al-Qalam, 68:4).

Di dalam Al-Mu’jam Al-Wasit disebutkan definisi akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.22

Kata akhlakul karimah berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti mulia atau tingkah laku mulia. Dalam al-munjid kata akhlak adalah

kata jamak yang berarti “budi pekerti, perangai, tingkah laku”. Dan akhlakul karimah berarti “akhlak mulia atau tingkah laku mulia”. Di dalam al-mujam al-wasit disebutkan akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan.23

Sedangkan akhlakul karimah menurut Abdullah adalah tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman sesorang

22

Drs. Asmaran As., M.A., Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), Cet II, h.2

23

Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN JakartaPress, 2009), h.7


(38)

kepada Allah. Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji.24

Diantara perbuatan baik adalah pergaulan yang baik, perbuatan mulia, perkataan yang lembut, menjamu tamu, menyebarkan salam, mengunjungi orang muslim yang sakit, mengantarkan jenazah orang muslim, bersikap baik kepada tetangga, menghormati orang tua, memenuhi undangan makan dan mendoakannya, mendamaikan diantara manusia yang bertikai, bermurah hati, memulai salam, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan manusia.

Akhlak Rasulullah menjadi panutan atau pedoman bagi manusia sejak dulu hingga sekarang. Sifat beliau merupakan tauladan bagi anggota-anggota masyarakat, dan pimpinan beliau menjadi sumber ilham kebaikan bagi umat islam sejak dahulu hingga sekarang.

Dari keseluruhan definisi diatas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan lainnya dan saling melengkapi.

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlakul karimah atau akhlak yang mulia adalah tingkah laku, perbuatan yang muncul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, dan kebiasaan yang mendorong untuk melakukan hal-hal yang baik tanpa berpikir dan penuh pertimbangan lebih dahulu.

24

Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007) cet I, h.40


(39)

27

2. Macam-macam Akhlakul Karimah

Akhlakul karimah telah banyak dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad s.a.w. dalam kehidupan sehari-harinya, berinteraksi sosial, berinteraksi dengan alam, dan bahkan berinteraksi dengan Sang Penciptanya.

Akhlakul karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Akhlak mulia itu dapat dibagi menjadi tiga bagian.25 Berikut uraiannya:

a. Akhlak Terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.

b. Akhlak yang Baik Terhadap Diri Sendiri

Selaku individu manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniahnya. Berakhlak baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya. Misalnya: hindari minuman beracun/keras, hindarkan perbuatan yang tidak baik, memelihara

25

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2001) Cet I, h.43-45


(40)

kesucian jiwa, pemaaf dan pemohon maaf, sikap sederhana dan jujur, serta menghindari perbuatan tercela.

c. Akhlak yang Baik Terhadap Sesama Manusia

Manusia adalah sebagai mahluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu ia perlu menciptakan suasana yang baik, bekerja sama, saling tolong menolong dengan orang lain, dan satu sama lainnya saling berakhlak yang baik.

Batasan-batasan akhlak di dalam agama Islam, baik akhlak terhadap Sang Pencipta, sesama manusia maupun terhadap alam telah ditentukan oleh al-Quran dan al-Hadits sehingga manusia dapat menjadikan kedua sumber tersebut sebagai pedoman dalam berakhlak. Lebih tegasnya, bahwa yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk ialah al-Qur’an dan al-Hadits.26

Perintah ber-akhlaqul Karimah

Perintah ialah suatu yang wajib dilakukan, secara individu maupun kelompok. Perintah dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pertama, perintah dari Allah. Kedua, perintah dari manusia. Perintah dari Allah yaitu perintah melaksanakan agama secara kaffah berupa syariat, hukumnya wajib dilaksanakan.27

26

Abdullah Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat (Jakarta: Media Dakwah, 1994), cet.ke-4, h.12.

27

Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007), h.193


(41)

29

Perintah berakhlakul karimah dalam al-quran adalah sebagai berikut:







Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baikbagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS.Al-Ahzab:21)

G. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Akhlak Tujuan Pembinaan Akhlak

Tujuan pembinaan akhlak sebenarnya ialah mengembangkan potensi akhlak itu sendiri melalui pembinaan di sekolah, keluarga dan masyarakat. Potensi yang dikembangkan sudah pasti adalah potensi yang baik.

Adapun tujuan pembinaan akhlak secara spesifik telah dirumuskan oleh para ahli Psikologi Islam, diantaranya sebagai berikut:

a. Menurut Mohammad Atiyah Al-Abrasyi mengatakan “Tujuan pembinaan akhlak membentuk manusia bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, berperangai, bersifat bijaksana, ikhlas, jujur dan suci.”28

b. Mohammad Ali Hasan mengatakan bahwa “Tujuan pembinaan adalah

agar setiap orang berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau

28

Mohammad Atiyah Al-Abrsy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terjemah.H Bustami dan A.Ghani (Jakarta: Bulan Bintang. 1984). Cet.Ke-4.h.104


(42)

beradat istiadat yang baik yang sesuai dengan perilaku Rasulullah serta ajaran islam.”29

Menurut pendapat di atas tujuan pembinaan dilakukan agar setiap yang dibina bisa berperilaku baik sesuai dengan ketentuan moral dan agama.

Fungsi Pembinaan Akhlak

Pembinaan akhlak mempunyai dua fungsi yaitu:

a. Fungsi kuratif; membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam proses perkembangannya atau membenatu dalam mengatasi masalahnya.

b. Fungsi preventif; fungsi ini pembina dapat memberikan beberapa terapi sesuai dengan masalah dan keadaan siswa itu sendiri. Pembina dapat menggunakan lima poin antara lain:

1. Memfasilitasi perubahan tingkahlaku siswa maksudnya adalah kita sebagai pembina memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengubah tingkah laku.

2. Menciptakan dan memelihara hubungan bukan hanya antara Pembina dengan siswa melainkan bagaimana siswa dapat berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.

3. Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah maksudnya membantu siswa yang bermasalah tersebut agar dapat belajar mengatasi situasi-situasi baru yang dihadapinya dengan keterampilan untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

29


(43)

31

4. Meningkatkan kemampuan membuat keputusan yaitu membantu siswa memperoleh dan memahami, bukan hanya kemampuan, minat, kesempatan, tetapi juga emosi dan sikap yang mempengaruhi siswa dalam membuat keputusannya. 5. Memfasilitasi perkembangan potensi siswa maksudnya, setiap

individu merupakan mahluk yang mempunyai kemampuan atau potensi untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri. Dengan menegembangkan potensi siswa merupakan tujuan Pembina yang sering dilakukan di sekolah yaitu dalam memberikan pembinaan terhadap siswa dengan berupaya meningkatkan pertumbuhan dan perkmbangan siswa dengan memberikan kesempatan kepadanya untuk belajar menggunakan kemampuan dan minatnya secara optimal.30

Berdasarkan kerangka teori yang telah penulis ungkapkan di atas bisa dicermati bahwa betapa pentinya peranan seorang pembimbing dalam menumbuhkan nilai-nilai akhlak kepada siswa binaannya. Karena penanaman nilai-nilai dan akhlak yang baik itu tidak akan mungkin berhasil hanya dengan pendidikan formal saja tetapi juga membutuhkan pembiasaan diri dan juga contoh dalam melakukan hal-hal yang baik (akhlakul karimah) dalam kehidupan mereka sehari-hari.

30

Abubakar Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. (Jakarta: Studia Press, 2004). Cet.Ke-1, h.12


(44)

32

BAB III

GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA REMAJA

A. Latar Belakang

Perhatian masyarakat umum terhadap anak-anak terlantar putus sekolah banyak dikaitkan pada kondisi peperangan dan kemiskinan. Situs

internet “Sebuah Dunia Anak” (2003) mengulas panjang lebar tentang anak-anak korban perang, anak-anak-anak-anak di tempat pengungsian, upasa lembaga swadaya masyarakat untuk mengatasi, dan lain-lain, seolah kasus penelantaran anak merupakan kasus dramatis dalam kancah politik internasional.1

Keberadaan anak-anak terlantar bukanlah suatu kondisi luar biasa akibat kemelut perang atau sebagai dampak politik suatu Negara, melainkan sebuah peristiwa yang mungkin terjadi sehari-hari namun tidak disadari oleh anggota masyarakat. Pendidikan terhadap anak sejatinya berlangsung sepanjang masa (long live education). Dengan demikian, seorang anak akan merasakan ketenangan dan ketentraman ketika mengarungi hidup ini. Untuk mewujutkan hal itu tentunya dengan memasukkan mereka ke sekolah, sehingga dapat mempengaruhi karakter, kepribadian, wawasan, life skill dan sikap hidup si anak di masa mendatang agar kehidupan mereka menjadi lebih layak dan lebih layak lagi.

1


(45)

33

Tetapi, bagi sebagian masyarakat hal itu tidak dapat diperoleh, selain karena biaya pendidikan yang mahal bagi masyarakat, rendahnya ekonomi keluarga juga menjadi alasan bagi anak-anak untuk ikut membantu meningkatkan penghasilan keluarga demi melanjutkan hidup. Hal ini menjadi penyebab utama meningkatnya angka putus sekolah di Republik tercinta ini. Pelayanan sosial bagi remaja terlantar dan putus sekolah merupakan salah satu program pemerintah untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan remaja yang kurang “beruntung” agar turut berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Program pengembangan tersebut menjadi hal yang sangan krusial mengingat semakin meningkatnya jumlah remaja yang terlantar dan putus sekolah.

Pusat Pengembangan Bambu Apus Jakarta adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Sosial RI yang memberikan pelayanan sosial kepada remaja tersebut berupa bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan kerja, agar mereka memiliki kemampuan dan kemandirian serta dapat berkembang secara wajar di tengah masyarakat, sehingga dapat terampil dan aktif berpartisipasi dalam pembangunan.

B. Sejarah Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta

Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus berdiri sejak bulan Juli 1972, namun kegiatan operasionalnya secara resmi baru dimulai pada tanggal 15 September 1974. Panti ini diresmikan oleh Menteri Sosial RI


(46)

pada waktu itu yaitu HMS Mintaredja,SH. Pada tahun 1977 panti ini memperoleh anggaran dari Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial.2

Sebelum bernama PSBR, awalnya bernama Panti Asuhan Percontohan selang beberapa tahun berganti nama menjadi Panti Penyantunan Anak (PPA). Barulah tanggal 23 Apri 1994, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 14/HUK/1994 berubah nama menjdi Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus. PSBR mulai beroperasi tanggal 1 September 1994 sampai dengan saat ini yang berkedudukan di Jl. PPA. No 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur di lahan seluas 103.400 m² dengan luas bangunan sluas 20.062 m².

C. Dasar Hukum, Visi, Misi, Fungsi dan Tugas

1. UUD 1945 pasal 2; Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 2. UU Nomor: 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 3. UU Nomor: 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. 4. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor; 106/HUK/2009 tentang

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial.

Visi dari Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus ini adalah mewujudkan Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus sebagai Lembaga Penyelenggara Pelayanan Rehabilitasi Sosial Secara Prima bagi Remaja Terantar Putus Sekolah.

2


(47)

35

Sedangkan Misi Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus yakni :

a. Melaksanakan perencanaan program dan kegiatan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja yang efektif dan efisien;

b. Melaksanaan penyelenggaraan rehabilitasi soaial bagi remaja yang prima, professional dan berkelanjutan sesua prosedur dan standar pelayanan;

c. Meningkatkan dukungan manajemen penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja yang akuntabel, transparan dan profesional. Fungsi :

 Pusat pemberdayaan dan pengembangan diri remaja

 Pusat informasi, pelatihan dan penelitian tentang perilaku sosial remaja dan organisasi

 Pusat rujukan penanganan masalah sosial remaja sebagai upaya pencegahan, rehabilitasi, pemberdayaan, dukungan dan pengembangan.

Tugas: Memberikan bimbingan dan pelayanan yang bersifat preventif, rehabilitatif dan promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, pelatihan, keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi remaja terlantar putus sekolah agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan.


(48)

D. Strategi Pelayanan

Berikut adalah strategi pelayanan Panti Sosial Bina Remaja untuk mencapai maksud dan tujuannya, yaitu:

1. Melalui perlindungan anak, penguatan keuarga dan masyarakat.

2. Optimalisasi sumber-sumber lokal, kerjasama dan kemitraan. 3. Standarisasi pelayanan sosial dan pengembangan

kelembagaan.

4. Evaluasi pelaksanaan program.

5. Berjalan pada prinsip umum konvensi hak anak yang meliputi; non-diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, perhatian terhadap partisipasi anak dan integrasi pelayanan sosial dalam perlindungan hak-hak anak.

E. Prinsip Dasar Pelayanan Sosial

1. Penerimaan, bahwa setiap pelayanan yang diberikan selalu didasarkan pada kondisi objektif dalam memahami sasaran. Kondisi tersebut berkaitan dengan berbagi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh remaja.

2. Individualisasi, setiap pelayanan yang diberikan adalah unik, spesifik sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh remaja, bukan berorientasi pada kepentingan pelaksanaan.

3. Partisipasi, bahwa setiap pelayanan haruslah melibatkan remaja secara proaktif dalam setiap proses pelayanan yang dilakukan


(49)

37

terhadapnya. Termasuk didalamnya adalah memberikan peluang seluas-luasnya kepada remaja untuk menentukan berbagai pilihannya.

4. Kerahasiaan, setiap pelayanan sosial yang diberikan haruslah berdasarkan pada konfidentilitas.

5. Mawas diri, setiap pelayanan yang dilakukan seyogyanya didasarkan pada kepentingan pribadi.

6. Setiap pelayanan yang dilakukan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada publik.

F. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan

a. Sasaran

Sasaran pelayanan PSBR Bambu Apus Jakarta adalah Remaja terlantar putus sekolah berusia 15-18 tahun dirujuk oleh Dinas Sosial atau Lembaga Sosial lainnya.

b. Jangka Waktu Pelaksanaan

Adapun waktu pelayanan di PSBR Bambu Apus Jakarta dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dengan menggunakan sistem semester untuk 150 anak.


(50)

G. Alur

Grafik 1. Alur

H. Program, Sarana dan Prasarana Panti Sosial

1. Program dan Bentuk Pelayanan a. Pemenuhan Kebutuhan Pokok

b. Bimbingan Fisik meliputi: Kedisiplinan, Senam Kesegaran Jasmani, Volley Ball, Futsal, Badminton, Beladiri.

c. Bimbingan Mental meliputi: Keagamaan/kerohanian, Outbound, Kunjungan Industri, Pembekalan Magang, Magang, widya Wisata.

d. Bimbingan Sosial meliputi: kewirausahaan, Melamar Pekerjaan, Etika Sosial, Remaja dan Permasalahannya, Kepemimpinan dan Keorganisasian.

Pendekatan awal (intake & engagement) Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment) Penyusunan rencana pemecahan masalah (plan of intervention) Pelaksanaan pemecahan masalah (intervention) Evaluasi terminasi dan rujukan (termination) Bimbingan dan pembinaan lanjut (after services)


(51)

39

e. Psikososial

f. Bimbingan Keterampilan meliputi: Montir (Automotive), Elektronika (Electronica), Las (Welding), Menjahit (Sewing), Salon (Beauty Care).

g. Layanan Kesehatan 2. Program Pengembangan

a. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) b. Taman Anak Sejahtera (TAS)

c. Layanan Luar Panti d. Workshop Situation.

Sarana dan Prasarana

Fasilitas: Gedung Kantor, Ruang Serbaguna, Ruang Keterampilan dan Peralatan, Rumah (cottage), Sarana Olahraga dan Seni, Masjid, Ruang Laboraturium Komputer, Ruang Poliklinik, Ruang Kepustakaan, Ruang Makan.


(52)

I. Struktur Organisasi

Grafik 2. Struktur Organisasi Panti Sosial Bina Remaja

J. Data Pegawai

Grafik 3. Data Pegawai Panti Sosial Bina Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin

Instalasi Produksi (Sheltered Workshop)

Kepala Panti

Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

Kelompok Jabatan Fungsional/Peksos

Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial Kasubag Tata USaha

perempuan 52% laki-laki

48%


(53)

41

Grafik 4. Data Pegawai Panti Sosial Bina Remaja Berdasarkan Riwayat Pendidikan

S-2; 7

S-1; 8

D-IV; 10 D-III; 4

SLTA/SMPS; 13 SLTP; 5

SD; 1

Berdasarkan Riwayat Pendidikkan

S-2

S-1

D-IV

D-III

SLTA/SMPS

SLTP


(54)

42

A. Tugas Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul

Karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta

Tugas pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah remaja bukan hal yang mudah. Setiap apa yang dilakukan oleh pembimbing akan dicontoh oleh anak didiknya. Pembimbing rohani harus memiliki pengetahuan yang mempuni dalam bidang agama. Untuk itu tidak sembarangan orang bisa menjadi pembimbing. Begitu beratnya tugas sebagai seorang pembimbing rohani apalagi yang dihadapinya adalah remaja, tidak hanya pengetahuan agama saja yang harus dikuasai oleh pembimbing tapi juga pengetahuan umum tentang masalah perkembangan dan psikologisnya pun harus dikuasai karena hal itu berkaitan dengan pembinaan yang diberikan oleh pembimbing.

Bimbingan rohani di Panti Sosial Bina Remaja ini dilaksanakan setiap hari setelah solat maghrib sampai menjelang isya di Masjid Istqomah yang berada dalam komplek Panti Sosial Bina Remaja dengan pengawasan pembimbing rohani itu sendiri. Serta memberikan pengajaran tentang ilmu agama khususnya tentang akhlak yang bersumber dari al-quran dan hadits agar para siswa dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari


(55)

43

Bimbingan rohani islam ini sangat penting, agar siswa yang mengikuti bimbingan ini mampu menjalankan hidup mereka sesuai dengan ketentuan agama islam dan merekapun dapat mengetahui serta berbagi ilmu pengetahuan agama yang selama ini belum mereka dapatkan.

Setelah melakukan penelitian tentang apa saja tugas seorang pembimbing dalam membina akhlakul karimah remaja di Panti Sosial Bina Remaja, peneliti mendapatkan hasil tentang tugas-tugas yang dijalani oleh pembimbing yaitu di antaranya sebagai berikut :

Dari penelitian yang penulis lihat di lapangan, metode bimbingan yang dipakai oleh pembimbing dalam melaksanakan bimbingan rohani tersebut adalah metode tabligh atau ceramah, metode diskusi kelompok, metode praktik ceramah dan metode tanya-jawab. Serta pembimbing menggunakan absensi agar anak-anak lebih disiplin dan rajin untuk mengikuti kegiatan di masjid.

Menurut wawancara yang dilakukan penulis, pembimbing rohani islam di Panti Sosial Bina Remaja, pembimbing memaparkan bahwa tugas pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah remaja “Tugas saya dalam membimbing anak-anak tentunya memberikan contoh bagaimana akhlak yang baik itu, misalnya saja menanamkan kejujuran, menghormati orang yang lebih tua, pokoknya memberikan contoh akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Terus supaya anak juga bisa membedakan mana yang


(56)

boleh dikerjakan, dan mana yang ditinggalkan”1 dengan memberikan contoh langsung kepada si anak maka anak akan mengikuti apa yang orang dewasa lakukan, disini pembimbing bertindak sebagai contoh dan teladan yang nantinya sikap dan perilaku pembimbing akan dilihat oleh anak bimbingnya.

Hal ini diperkuat dan bersumber dari ajaran al-quran dan hadits. Sebagaimana tingkah laku Nabi Muhammad yang merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia, ini ditegaskan oleh Allah dalam al-quran :







“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.(QS.Al-Ahzab (33):21)

Seorang pembimbing haruslah memiliki akhlak yang baik, segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama dan memberi manfaat bagi diri sendiri serta orang lain.2

Tugas seorang pembimbing yang selanjutnya adalah “Menurut saya peranannya sebagai pencerah, karna saya jadi banyak tahu tentang banyak hal mengenai islam seperti akhlak yang baik dan buruk dan lain-lain. Selain itu juga peranannya sebagai pengganti orang tua yang selalu mengingatkan saya

1

Wawancara Pribadi dengan Bapak M.Imron Rosyadi, Jumat 30 agustus 2013 2

Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A,Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007) h


(57)

45

ketika saya lupa dan lain-lain.”3 begitulah pemaparan Yulis salah satu anak bimbingan di Panti Sosial Bina Remaja. Maksudnya adalah pembimbing rohani memberikan pencerahan tentang banyak hal mengenai agama seperti akhlak, ibadah dan masalah yang lainnya. Selain itu pembimbing membantu mengarahkan dan mengingatkan anak-anak agar selalu berbuat baik dan berada di jalan agama. Selain itu pembimbing bertugas mengingatkan anak bimbingnya untuk selalu mengerjakan perintah agama, berbuat baik kepada sesama dan menghormati kepada orang yang lebih tua.

Pembimbing rohani diberi tempat khusus oleh anak-anak karena sebagai pengganti orang tua selama di panti atau sebagai orang tua asuh pembimbing juga bertanggung jawab atas anak tersebut selama ada di panti dan dalam bimbingannya.

Pembimbing rohani bukan hanya orang yang memberikan pendidikan dan pengajaran tetapi pembimbing rohani juga berperan sebagai pengganti orang tua siswa selama berada di Panti Sosial Bina Remaja ini.

Pembimbing rohani islam “Sebagai ustadz yang membimbing kita biar meningkatkan pendidikan agama islam dan mengadakan siraman rohani.”4 Khusunya dalam hal akhlak, pembimbing melalui metode ceramah memberikan gambaran bagaimana akhlak mulia yang di miliki Rasullah, agar dapat di contoh oleh siswa siswi di Panti Sosial Bina Remaja.

3

Wawancara pribadi dengan Yulis Kurniawan, Rabu 4 September 2013 4


(58)

“Karena tidak adanya petunjuk pelaksanaan dari panti, memang sebetulnya secara umum saya ingin mereka itu tertib dan disiplin lalu saya menggunakan absensi dan absensi itu ternyata efektif karena untuk itu perlu banyak yang dibiasakan dan dipaksakan.”5 Karena untuk mengubah sikap dan tingkah laku remaja remaja perlu dibiasakan unuk selalu berbuat baik maka kedepannya akan terbentuk dalam dirinya untuk selalu mengamalkan nilai kebaikan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

Selanjutnya pembimbing tidah hanya menjadi tempat bertanya pembimbing rohani juga menjadi pemberi nasehat dan masukan-masukan bagi para siswa. Seorang pembimbing rohani memiliki tempat khusus bagi anak-anak karena setiap ada masalah mereka selalu meminta pendapat dan nasehat dari pembimbing. Anak-anak di Panti sosial Bina Remaja banyak yang berkonsultasi dengan pembimbing mengenai masalah mereka yang tidak bisa mereka selesaikan sendiri, contohnya mengenai masalah agama dan juga kadang masalah pribadi. Oleh sebab itu pembimbing memiliki tugas ganda di samping membina dan membimbing mereka, pembimbing juga harus siap dan bijaksana dalam menghadapi serta membantu menyelesaikan masalah mereka atau hanya sekedar menjadi pendengar yang baik saja. Di sinilah kenapa seorang pembimbing diharapkan menguasai psikologi perkembangan remaja agar permasalahan-permasalahan yang dialami remaja ini mampu difahami dengan baik dan bisa membantu menyelesaikannya.

5


(59)

47

Dari hasil wawancara yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan secaraa garis besarnya tugas sebagai seorang pembimbing rohani islam di Panti Sosial Bina Remaja adalah sebagai berikut :

1. Memberikan Contoh atau Teladan 2. Memberi Pencerahan

3. Sebagai Orang Tua Asuh 4. Sebagai Pendidik dan Pengajar

5. Menjadi Tempat Bertanya dan Pemberi Nasehat

B. Harapan Masyarakat Tentang Tugas Pembimbing Rohani Islam

dalam Membina Akhlakul Karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta

Selain mewawancarai pembimbing rohani islam, peneliti juga berdialog dengan masyarakat sekitar Panti Sosial Bina Remaja, masyarakat ini adalah orang yang tinggal di sekitar komplek panti dan ada pula yang menjadi jamaah di Masjid Istiqomah serta mengetahui adanya bimbingan yang dilakukan pembimbing bagi remaja di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus.

Harapan masyarakat tentang tugas pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah remaja di Panti Sosial Bina Remaja ini adalah bagi pembimbing agar “…bimbingannya harus tepat sesuai kebutuhan remaja, pembimbing harus bisa menjadi contoh bukan hanya memberikan contoh tauladan sehari-hari”.6 Pembimbing menggunakan metode yang tepat terkait

6


(60)

pembinaan akhlakul karimah yang sesuai dengan keinginan remaja. Agar para remaja dapat menerima materi bimbingan dengan baik.

“…harapan kami sebagai masyarakat tentu agar dalam membina para remaja agar secara berkesinambungan, sebab merubah akhlak tidak cukup dengan waktu yang sedikit, remaja saat ini mudah terpengaruh dengan dunia luar yang begitu banyak memberi contoh yang kurang baik dan remaja sendiri masih berpikiran labil.” 7 Untuk itu pembiasaan melakukan hal-hal yang baik harus dilakukan sedini mungkin agar para remaja benar-benar tau apa yang boleh mereka kerjakan dan apa yang harus mereka tinggalkan.

Kemudian“ harapanuntuk kedepannya supaya menjadi lebih baik dari sebelumnya, menjadi muslimah yang solehah serta berakhlak mulia dan lebih taat lagi terhadap ajaran-ajaran yang diperintahkan oleh AllahSWT.”8 Dengan pembinaan akhlak yang berlandaskan al-quran dan hadits diharapkan anak-anak dapat mengamalkan apa yang mereka dapatkan dari bimbingan tersebut dalam sikap dan perilaku sehari-harinya baik di dalam panti maupun nanti saat sudah keluar dari panti.

Masyarakat juga berharap dengan adanya bimbingan ini khususnya bimbingan tentang akhakul karimah agar remaja “…bisa mengoreksi diri agar bisa menjadi remaja islam yang baik dan berkualitas.”9 Ilmu tentang akhlakul karimah nantinya akan memberikan panduan kepada manusia agar dapat

7

Wawancara Pribadi dengan Bapak Sudirman, Senin, 2 September 2013 8

Wawancara Pribadi dengan Indah Rahmawati, Rabu, 4 September 2013 9


(61)

49

menilai dan menentukan suatu perbuatan tersebut termasuk pada perbuatan yang baik atau buruk.

Masyarakat disekitar Panti juga menjadi target penelitian, mereka mengharapkan tugas seorang pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah sangatlah penting, pembimbing rohani islam harus menggunakan “metodenya harus tepat yang sesuai dengan karakter remaja, kemudian mengutamakan dialog dan diskusi dan dikemas secara sederhana tidak menggurui…”10 agar bimbingan tersebut dapat dengan mudah diterima oleh remaja. Pembimbing bukan hanya bisa memberikan contoh tapi juga harus bisa menjadi contoh bagi para remaja baik sikap maupun perilaku.

C. Kesesuaian Antara Tugas Pembimbing Rohani Islam dengan Harapan Masyarakat

Setelah mendapatkan data dan melakukan penelitian melalui wawancara kepada pembimbing dan masyarakat sekitar Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, peneliti dapat mengambil kesesuaian antara pendapat kedua pihak tersebut.

Menurut pembimbing di Panti Sosial Bina Remaja tugasnya sebagai seorang pembimbing adalah : memberikan contoh akhlak yang baik pada anak dalam kehidupan sehari-hari, agar anak-anak bimbingannya terbiasa untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama. Menjadi pengarah bagi

10


(62)

anak-anak agar melakukan ibadah serta mengawasi dan selalu mengingatkan anak bimbingnya agar selalu ada di jalan agama. Kemudian pembimbing berperan sebagai orang tua asuh dimana pembimbing menjadi pengganti orang tua bagi anak bimbingnya, disini pembimbing harus benar-benar menguasai sosok orang tua. Pembimbing juga harus siap menjadi pendengar yang baik ketika ada anak yang menyampaikan keluh kesah tentang masalah pribadi yang dialami anak bimbingnya tersebut serta harus siap dan bijaksana jika diminta memberikan nasehat kepada anak.

Menurut beberapa masyarakat yang ada di sekitar Panti Sosial Bina Remaja mereka berpendapat bahwa tugas sorang pembimbing guna membina akhlakul karimah remaja adalah: memberikan pembelajaran agama seperti pendidikan akhlak, membaca al-quran kepada anak bimbingnya secara kontinyu dan istiqomah serta membuat anak agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menjadi contoh dan teladan yang baik dalam perilaku sehari-hari, mereka juga mengatakan bahwa bukan hanya pembimbing yang menjadi penanggung jawab dan memberikan contoh untuk berakhlak yang baik kepada remaja di Panti tetapi seluruh lapisan masyarakat khususnya pihak-pihak yang berhubungan secara langsung dengan anak-anak di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus juga harus memiliki tanggung jawab atas kehidupan mereka guna menjadi remaja yang berakhlak mulia (akhlakul karimah).

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa harapan masyarakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja tentang tugas pembimbing


(63)

51

rohani islam dalam membina akhlakul karimah remaja sesuai dengan tugas pembimbing rohani islam yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta menurut masyarakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja.


(64)

52

a. Kesimpulan

Setelah melakukan hasil penelitian skripsi yang berjudul peranan pembimbing rohani dalam membina akhlakul karimah remaja di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta, akhirnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tugas pembimbing dalam membina akhlakul karimah remaja di Panti Sosial Bina Remaja yaitu memberikan contoh dan teladan kepada anak bimbing, memberikan pencerahan, pembimbing bertindak sebagai orang tua asuh yang mengawasi anak-anak selama ada dalam panti, sebagai pendidik dan pengajar, serta menjadi tempat bertanya dan pemberi nasehat.

2. Harapan masyarakat pada pembinaan akhlakul karimah ini agar anak-anak bisa menjadi orang yang berakhlak mulia, mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-harinya.

3. Harapan masyarakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja tentang tugas pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah remaja sesuai dengan tugas pembimbing rohani islam yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta menurut masyarakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja.


(65)

53

b. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperolah, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pembimbing lebih meningkatkan lagi peranan mereka dalam membina aklakul karimah remaja di panti

2. Menambah personil pembimbing agama agar bimbingan agama dan pembinaan akhlak lebih efektif.

3. Diharapkan waktu bimbingan rohani tidak hanya ada pada malam hari, tetapi juga pada siang atau pagi hari agar anak-anak saat mengikuti bimbingan tidak dalamm keadaan lelah karena kegiatan seharian.


(66)

53 Cet. I, 2007.

Al-Abrsy, Mohammad Atiyah. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terjemah.H Bustami dan A.Ghani, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. IV, 1984.

Amin, Samsul Munir. Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, Cet. I, 2010.

Ardani, Moh., Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat, Jakarta: CV. Karya Mulia, Cet. I, 2001.

Asmaran. Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. II, 1994. Baraja, Abubakar. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studia Press,

Cet. I, 2004.

Berry, David. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. III, 1955.

Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, Cet. IV, 2010.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. II, 2002. Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press,

Cet. II, 2001

Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, Malang: UMM Press, Cet. II, 2010.

Hasan, Mohammad Ali. Tuntunan Akhlak (Jakarta: Bulan bintang, Cet. I. 1978. Hallen, Bimbingan dan Konselin., Jakarta: Quantum Teaching, Cet I, 2002.

---. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat pres, 2002. Reprint, Jakarta: Quantum Teaching, 2005.

Hidayati, Heny Narendrany. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana, Cet. III, 2007.


(67)

54

Lesmana , Jeanette Murad. Dasar-Dasar Konseling, Jakarta: UIP, 2005.

Lutfi, Muhammad. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2008.

M. Arifin. Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, Cet. III, 1992.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, Cet. VIII, 2007.

Mu’awanah, Elfi, dan Rifa Hidayah. Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar, Jakarta :Bumi Aksara, 2009.

Mustofa, A, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, Cet. I, 1997.

Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: LPSS, Cet.I, 1998.

Pratanto, Pius A. dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola Prayitno, Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka

Cipta, Cet. II, 2008.

Salim, Abdullah. Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, Jakarta: Media Dakwah, Cet. IV, 1994

Sarlito Wirawan Sarwono. Teori-Teori Psikologi sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. IV, 1988.

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods, Bandung: Alfabeta, 2011.

Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shalat, Jakarta: Pustaka irVan, 2008.

Umar, M, dan Sartono. Bimbingan danPenyuluhan : Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung: CV Pusataka Setia, Cet, II, 2001.

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, Cet. IV, 1993.

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2006.


(1)

3. Pendekatan yang digunakan pembimbing? Maksudnya cara pembimbing menyampaikan/ memberikan pambinaan/?

Jawaban : Campuran sih kak soalnya kadang kalau anak cowo pada ngobrol pak imron suka tegas kadang ada becandanya kadang juga biasa aja, tapi seru soalnya ngadain ceramah perkelompok jadi itu ngajarin kita ngomong di depan.

4. Apa harapan kamu setelah mengikuti bimbingan rohani di panti ini?

Jawaban : Bisa lebih baik akhlaknya dan mudah-mudahan saya bisa ngaji dan agama saya lebih baik lagi.

5. Program-program pembinaan apa saja yang kamu harapkan dari pembimbing agar program yang diberikan dapat membantu membina akhlakul karimah di panti?

Jawaban : Saya ingin adanya siraman setiap pagi soalnya kalau masih pagi masih seger buat belajar. walaupun saya sendiri yang suka bangun kesiangan tapi saya ingin adanya siraman rohani biar saya terbiasa bangun pagi.


(2)

KATA KUNCI JAWABAN No Pertanyaan Pembimbing

Rohani

Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

Masyarakat I Masyarakat II Masyarakat III Masyarakat IV Masyarakat V 1 Apa tugas

pembimbing rohani dalam membina akhlakul karimah remaja di PSBR

Memberikan contoh akhlak yang

baik. Jadi

pengarah bagi anak-anak agar melakukan ibadah. Membuat anak agar menjadi disiplin

menjalankan perintah agama dengan

menerapkan sistem dibiasakan dan dipaksakan.

Sebagai peningkatan

keagamaan dan keimanan si anak, Mendidik akhlak anak agar anak memiliki akhlak yang baik, Untuk membiasakan mempunyai

tanggung jawab mengenai

kewajiban-kewajiban tentang keagamaan.

Pembimbing tidak hanya

memberikan contoh tapi juga menjadi contoh. memperdalam psikologi remaja terkait

permasalahannya.

Pembimbing memberikan

pelajaran dan pegajaran terkait akhlak.

Memberikan

pelajaran agama secara kontinyu.

memberi nasehat,

sebagai tempat bertanya. Mengawasi agar tidak berbuat nakal.

Sebagai orang tua asuh selama berada di panti. Memberikan contoh yang baik, serta memberikan pencerahan.

Sebagai pemberi siraman rohani. Membimbing agar meningkatkan pendidikan agama islam 2 Apa harapan anda pada bimbingan yang diberikan untuk membina akhlakul karimah di PSBR

Membentuk

pribadi yang islami, sesuatu bisa bernilai amal soleh bila dilakukan dengaa benar.

meningkatkan tentang

pemahaman agama

dan bisa

melaksanakan kewajiban sehari-harinya.

Agar pembimbing bisa menjadi contoh yang baik yang bisa ditiru oleh anak.

Agar anak-anak menjadi orang yang berakhlak bisa membedakan yang baik dan buruk.

Menjadi lebih baik,

muslimah, sholehah, dan berakhlak mulia serta taat pada Allah.

Agar bisa menjadi remaja islam yang berakhlak dan berkualitas.

Bisa mengaji dan menjadi anak yang lebih baik lagi.


(3)

3 Program apa saja yang anda harapkan agar membantu proses pembinaan akhlakul karimah di PSBR

Jam bimbingan dipindahkan ke waktu yang tidak kritis.

Program yang tidak monoton artinya dalam bentuk

penyampaiannya dan tempatnya agar anak senang dan tidak harus disuruh-suruh lagi untuk datang.

Mengadakan konseling pribadi, bermain peran, mengisi waktu kosong dengan kegiatan positif.

Membiasakan membaca al-quran setiap hari, banyak diajari bersyukur.

Hafalan

asmaul husna, sholat 5 waktu berjamaah, program yang membuat remaja menjadi berakhlak sesuai islam.

Program sholat dan penanaman akhlak.

Adanya siraman rohani setiap pagi sebelum memulai kegiatan.


(4)

(5)

(6)